PERAN KEPEMIMPINAN DALAM INOVASI PELAYANAN PUBLIK: Sebuah Aktualisasi Revolus...Tri Widodo W. UTOMO
Disampaikan pada “Pelatihan Revolusi Mental Membangun Karakter Kepemimpinan yang Melayani Masyarakat”, diselenggarakan oleh Pusdiklat Teknis Fungsional LAN-RI,
Jakarta, 30 September 2015
PERAN KEPEMIMPINAN DALAM INOVASI PELAYANAN PUBLIK: Sebuah Aktualisasi Revolus...Tri Widodo W. UTOMO
Disampaikan pada “Pelatihan Revolusi Mental Membangun Karakter Kepemimpinan yang Melayani Masyarakat”, diselenggarakan oleh Pusdiklat Teknis Fungsional LAN-RI,
Jakarta, 30 September 2015
File presentation ini adalah presentasi yang di bawakan oleh Bappenas dalam Workshop Mendorong Peran Kelompok Rentan dalam Implementasi Pembangunan Inklusif yang di selenggarakan oleh Humanity & Inclusion dengan dukungan dari European Union, Pemerintah Yogyakarta, Perkumpulan Idea, CIQAL, dan Bengkel APPEK pada tanggal 23 Oktober 2018, di Yogyakarta.
ANALISIS KINERJA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DAN IMPLIKASINYA BAGI KEMAND...Adijaya Group
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kinerja Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan menganalisis implikasi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) terhadap kemandirian ekonomi pada Kabupaten Tulungagung. Penelitian ini lebih difokuskan pada kinerja Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Kabupaten Tulungagung dan implikasinya bagi kemandirian ekonomi. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tulungagung. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, dengan jenis studi kasus (case study). Sumber data berasal dari wawancara, observasi, dan dokumen-dokumen. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis model interaktif Miles and Huberman yaitu mereduksi data, menyajikan data serta menarik kesimpulan.
Dari hasil penelitian ini di deskripsikan bahwa kinerja BUMDes ditinjau dari Aspek Pelayanan dapat melayani masyarakat dengan baik, ditinjau dari Aspek Akuntabilitas dapat mewadahi berbagai program pemerintah, ditinjau dari Aspek Peningkatan Taraf Hidup dapat memiliki penghasilan tambahan dari BUMDes, ditinjau dari Aspek Ketaatan terhadap Undang-undang telah dilaksanakkan. Sedangkan implikasinya terhadap Kemandirian Ekonomi Mayarakat yaitu, kinerja BUMDes terkait aspek Pelayanan berimplikasi terhadap Kemandirian Ekonomi Mayarakat, kinerja BUMDes terkait aspek Akuntabilitas berimplikasi terhadap Meningkatnya Pendapatan Asli Desa, kinerja BUMDes terkait aspek Peningkatan Taraf Hidup berimplikasi terhadap pertumbuhan dan pemerataan ekonomi pedesaan, kinerja BUMDes terkait aspek Ketaatan Peraturan Perundang-undangan berimplikasi dalam kemampuan dalam pengelolaan potensi desa.
Disampaikan pada Pelatihan Kepemimpinan Pengawas (PKP), Pusat Pendidikan Administrasi Lemdik Polri
12 Mei 2023
Dr. Tri Widodo W. Utomo, SH.,MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
Karang Taruna berdasarkan Permendagri dan PermensosTV Desa
PENGUATAN LEMBAGA DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT MELALUI KARANG TARUNA SEBAGAI
LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA
Karang Taruna berdasarkan Permendagri dan Permensos
Disampaikan oleh Dedddy WInarwan dari Dirjen Bina Pemdes Kemendagri
Dalam Acara Malam Mingguan Desa Bareng Kemendagri - Sabtu 18 Juli 2020
-----
https://youtu.be/T5ZY-jsBD5Q
Permendagri no 26 tahun 2020
melaksarakan ketentuan Pasal 14 Peraturan
Pemerintah Nomor 16 Ta.hun 2018 tenta:1.g Satua.n P'Jlisi
Pamong Praja, perlu rr...enetapkan Peratura:: Menteri Dalam
Negeri tentang Penyelenggaraa.n Ketertiban Umum dan
Ketenteraman Masyarakat serta Pelindur:gan Masyarakat;
FAKTOR PENYEBAB TINGGINYA DESA SIAGA TIDAK AKTIF DI KABUPATEN SITUBONDOfirii JB
Desa Siaga program is an effort to achieve Healthy Indonesia 2015 program. This program is successful if 80% of villages have become desa siaga in 2015. In 2011, 58% of the villages in the Situbondo are still included in the inactive desa siaga category. This research was conducted to identify factors that cause a high percentage of inactive desa siaga, started from October 5th until December 5th 2012, using an observational descriptive design with applying cross sectional approach. Interviews using a questionnaire conducted in 30 inactive desa siaga, with respondents consisting of 30 facilitators and 30 cadres were using purposive sampling. Independent variables were the facilitator factors include technical skill and motivation, cadre factors include education level, technical skills, motivation, perception of distance and ease of transport and support from the chief village and the implementation of the eight desa siaga indicators include forum villagers, primary health care, community based health efforts, community-based surveilance, coaching PKM PONED, disaster alert system, community-based health financing and environmental assessment based on PHBS. The result of this research were facilitators factor and cadres factor were low and the implementations of eight indicators for desa siaga was not in accordance with existing guidelines. The conclusion of this research was the technical ability, education levels and motivation which are low, that can contribute to the desa siaga program not working properly. Perception about distance traveled, and a difficult transport also affecting the performance of cadres. The main causative factor was the lack of support from the chief village. There is no operational funds and lack of infrastructure programs is also an obstacle factor. Advice that can be given is to provide training and socialization to the facilitator and cadres and approaches to the village chief with across sectors activities and programs in each of working areas.
Keywords : Desa Siaga indicator, Inactive Desa Siaga, Empowerment
File presentation ini adalah presentasi yang di bawakan oleh Bappenas dalam Workshop Mendorong Peran Kelompok Rentan dalam Implementasi Pembangunan Inklusif yang di selenggarakan oleh Humanity & Inclusion dengan dukungan dari European Union, Pemerintah Yogyakarta, Perkumpulan Idea, CIQAL, dan Bengkel APPEK pada tanggal 23 Oktober 2018, di Yogyakarta.
ANALISIS KINERJA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DAN IMPLIKASINYA BAGI KEMAND...Adijaya Group
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kinerja Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan menganalisis implikasi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) terhadap kemandirian ekonomi pada Kabupaten Tulungagung. Penelitian ini lebih difokuskan pada kinerja Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Kabupaten Tulungagung dan implikasinya bagi kemandirian ekonomi. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tulungagung. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, dengan jenis studi kasus (case study). Sumber data berasal dari wawancara, observasi, dan dokumen-dokumen. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis model interaktif Miles and Huberman yaitu mereduksi data, menyajikan data serta menarik kesimpulan.
Dari hasil penelitian ini di deskripsikan bahwa kinerja BUMDes ditinjau dari Aspek Pelayanan dapat melayani masyarakat dengan baik, ditinjau dari Aspek Akuntabilitas dapat mewadahi berbagai program pemerintah, ditinjau dari Aspek Peningkatan Taraf Hidup dapat memiliki penghasilan tambahan dari BUMDes, ditinjau dari Aspek Ketaatan terhadap Undang-undang telah dilaksanakkan. Sedangkan implikasinya terhadap Kemandirian Ekonomi Mayarakat yaitu, kinerja BUMDes terkait aspek Pelayanan berimplikasi terhadap Kemandirian Ekonomi Mayarakat, kinerja BUMDes terkait aspek Akuntabilitas berimplikasi terhadap Meningkatnya Pendapatan Asli Desa, kinerja BUMDes terkait aspek Peningkatan Taraf Hidup berimplikasi terhadap pertumbuhan dan pemerataan ekonomi pedesaan, kinerja BUMDes terkait aspek Ketaatan Peraturan Perundang-undangan berimplikasi dalam kemampuan dalam pengelolaan potensi desa.
Disampaikan pada Pelatihan Kepemimpinan Pengawas (PKP), Pusat Pendidikan Administrasi Lemdik Polri
12 Mei 2023
Dr. Tri Widodo W. Utomo, SH.,MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
Karang Taruna berdasarkan Permendagri dan PermensosTV Desa
PENGUATAN LEMBAGA DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT MELALUI KARANG TARUNA SEBAGAI
LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA
Karang Taruna berdasarkan Permendagri dan Permensos
Disampaikan oleh Dedddy WInarwan dari Dirjen Bina Pemdes Kemendagri
Dalam Acara Malam Mingguan Desa Bareng Kemendagri - Sabtu 18 Juli 2020
-----
https://youtu.be/T5ZY-jsBD5Q
Permendagri no 26 tahun 2020
melaksarakan ketentuan Pasal 14 Peraturan
Pemerintah Nomor 16 Ta.hun 2018 tenta:1.g Satua.n P'Jlisi
Pamong Praja, perlu rr...enetapkan Peratura:: Menteri Dalam
Negeri tentang Penyelenggaraa.n Ketertiban Umum dan
Ketenteraman Masyarakat serta Pelindur:gan Masyarakat;
FAKTOR PENYEBAB TINGGINYA DESA SIAGA TIDAK AKTIF DI KABUPATEN SITUBONDOfirii JB
Desa Siaga program is an effort to achieve Healthy Indonesia 2015 program. This program is successful if 80% of villages have become desa siaga in 2015. In 2011, 58% of the villages in the Situbondo are still included in the inactive desa siaga category. This research was conducted to identify factors that cause a high percentage of inactive desa siaga, started from October 5th until December 5th 2012, using an observational descriptive design with applying cross sectional approach. Interviews using a questionnaire conducted in 30 inactive desa siaga, with respondents consisting of 30 facilitators and 30 cadres were using purposive sampling. Independent variables were the facilitator factors include technical skill and motivation, cadre factors include education level, technical skills, motivation, perception of distance and ease of transport and support from the chief village and the implementation of the eight desa siaga indicators include forum villagers, primary health care, community based health efforts, community-based surveilance, coaching PKM PONED, disaster alert system, community-based health financing and environmental assessment based on PHBS. The result of this research were facilitators factor and cadres factor were low and the implementations of eight indicators for desa siaga was not in accordance with existing guidelines. The conclusion of this research was the technical ability, education levels and motivation which are low, that can contribute to the desa siaga program not working properly. Perception about distance traveled, and a difficult transport also affecting the performance of cadres. The main causative factor was the lack of support from the chief village. There is no operational funds and lack of infrastructure programs is also an obstacle factor. Advice that can be given is to provide training and socialization to the facilitator and cadres and approaches to the village chief with across sectors activities and programs in each of working areas.
Keywords : Desa Siaga indicator, Inactive Desa Siaga, Empowerment
Disampaikan pada Lokakarya Peningkatan Kapasitas Pemerintah Desa dengan Tema “Menyongsong Kemandirian Desa Melalui Kolaborasi dan Sinergi Multi-Stakeholder”
PKP2A I LAN – Jatinangor, 15 Maret 2017
Dr. Tri Widodo W. Utomo, MA
Deputi Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
http://inovasi.lan.go.id
Disampaikan pada Pengembangan Motivasi Peningkatan Kinerja Pasca Lomba Desa dan Kelurahan, Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa Kemendagri
Yogyakarta, 6 Juli 2023
Dr. Tri Widodo W. Utomo, SH.,MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
Disampaikan pada Launching Inovasi Desa dan Penghargaan Inovasi OPD Kabupaten Tangerang
10 November 2021
Dr. Tri Widodo W. Utomo, MA Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
Strategi Penilaian dan ketahanan desa wisata di tengah kondisi kebiasaan baru...Akademi Desa 4.0
Materi Kuliah Online #40 Jumat 18 September 2020, disampaikan oleh Anggi Januar Pratama dari Sustainable Tourism Policy Professional, Swisscontact Indonesia
Materi Ngopi bersama PSM Eps. 25-Menuju Indonesia Inklusif: #mulaidaridesa
1. Marthella Rivera Roidatua, S.IP., MA.
Peneliti Ahli Pertama
Puslitbang - Kementerian Desa PDTT
Menuju Indonesia Inklusif:
#mulaidaridesa
2. Cerita dari lapangan
Kegiatan penimbangan berat badan dan pemberian makanan bergizi di
Posyandu yang belum selesai dibangun di Desa Nangahale,
Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.
Namanya Syahril.Ibunya mengaku sebelumnya
tidak pernah hadir saat kegiatan Posyandu.Sampai
akhirnya Syahril mengalami kejang-kejang,sang
Ibu membawanyake petugas kesehatan di desa.
“Syahril sakit apa, Bu?” tanya saya. “Kurangtahu,
pokoknya kejang-kejang.Setelah saya amati ciri-
cirinya, Syahril adalah anak dengan Cerebral Palsy.
Ketika saya diberikan data penyandang disabilitas
oleh perangkat desa, saya bertanya, “Mengapa
formulirpendataannya masih pakai kata ‘cacat’?”
Jawabannya karena itu yang diberikan Dinas
Sosial.Lalu saya penasaran mengapa data
disabilitas yang ada hanya yang menggunakan
alat bantu, Tuli, dan ODGJ. Ternyata tidak semua
ragam disabilitas diketahui.
Wawancara pemanfaatan aplikasi digital desa dengan penyandang
disabilitas di Desa Beraban, Kabupaten Tabanan, Bali.
3. 49,37%
44,30%
6,33%
Upaya Pemerintah Desa
A
B
C
Upaya Pemerintah Desa terhadap Penyandang Disabilitas
Masa Pandemi COVID-19
B
A
C
Hasil kajian cepat tim Puslitbang (Mei 2020) di 79 desa, 15 Kabupaten
Berkolaborasi dengan Pemerintah Desa, Relawan Desa Lawan COVID,
dan Organisasi Penyandang Disabilitas di daerah
4. Penyandang disabilitas:
Fisik:
amputasi; lumpuh layuh;
Paraplegi; Celebral Palsy (CP);
akibat stroke; akibat kusta; dan
orang kecil.
Intelektual:
lambat belajar;
disabilitas grahita; dan
Down Syndrome
Mental:
Psikososial (al. skizofrenia, bipolar,
depresi, anxietas, dan gangguan
kepribadian); dan keterbatasan
interaksi sosial
(Autis dan Hiperaktif).
Sensorik:
Netra; Tuli; dan
Wicara.
Ganda:
dua atau lebih ragam
disabilitas, a.l.:
Netra-Tuli.
Ragam disabilitas:
Definisi dan Ragam Disabilitas
Memiliki keterbatasan fisik,
intelektual, mental, dan/atau
sensorik
Jangka waktu lama:
Minimal 6 bulan
Mengalami
hambatan/kesulitan dalam
berinteraksi dan
berpartisipasi dengan
lingkungan sekitar
28.62 juta penyandang disabilitas di Indonesia = 10.65% dari total penduduk
(Susenas, 2019)
5. Landasan Pembangunan Inklusif di Desa
Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas
Mandat Regulasi Desa Inklusif
Perubahan Paradigma
Pelayanan Dasar di Desa
• Penyandang disabilitas berhak
mendapatkan pelayanan dasar
• Aksesibilitas terhadap fasilitas
dan layanan publik di desa
• Berpartisipasi aktif dalam
kegiatan dan program di desa
• UUD 1945 pasal 28(a)
• UU 8/2016 tentang PenyandangDisabilitas
• PP 70/2019 beserta lampiran Rencana
Induk Penyandang Disabilitas (RIPD)
• UU 6/2014 tentang Desa pasal 67 & 78 (3)
• PP 43/2014 pasal 127 (2d)
• Permendes 7/2020 poin (I) Desa Inklusi
• Penguatan nilai-nilai inklusi sosial
• Penerapan akuntabilitas sosial dalam
penggunaan Dana Desa yang inklusif
disabilitas
• Peningkatan literasi di desa melalui sekolah
Desa dan Akademi Desa 4.0
• Adaptasi pelayanan dasar di era New Normal
• Peduli bukan karena kasihan tetapi hak
asasi manusia
• Penyandang disabilitas itu SUBJEK bukan
OBJEK pembangunan desa
• Disabilitas tidak seluruhnya bawaan dari
lahir, karenanya SIAPAPUN bisa menjadi
penyandang disabilitas
6. Aksesibilitas
Partisipasi
Non-diskriminasi
Prinsip Pembangunan Inklusif di Desa
Pembangunan inklusif
disabilitas memastikan bahwa
semua kelompok merupakan
pemangku kepentingan, tidak
terpinggirkan dan dikecualikan,
dalam proses pembangunan (baik
mulai dari perencanaan,
penyelenggaraan, monitoring dan
evaluasi) termasuk partisipasi aktif
penyandang disabilitas dalam
pembuatan kebijakan.
Pembangunan inklusif disabilitas dilaksanakan dengan pendekatan twin-track:
1. Kegiatan pengarusutamaan disabilitas di seluruh program.
2. Kegiatan yang mentargetkan penyandang disabilitas untuk berpartisipasi
dan mendapat manfaat dari setiap program berdasarkan kesamaan hak.
Prinsip-prinsip
Sumber:Disability andDevelopment,HandicappedInternational Website
8. Seberapa sering penyandang disabilitas terlibat dalam Musdes?
Sumber: Jurnal Difabel, Vol. 4, 2018
Kesepahaman dan kesepakatan tentang
pertimbangan alokasi. Penentuan prioritas
tuntutan yang disesuaikan dengan alokasi.
Membuka akses informasi terkait periode dan
tahapan rencana rapat penganggaran, serta
mekanisme yang jelas tentang aturan,
metode, dan pembagian peran.
Membuat ketentuan dalam juknis penyusunan
RKPDes harus memerhatikan representasi
kelompok marjinal, paling sedikit 30%
Dari tahu menjadi mau
lalu mampu.
“
PARTISIPASI
9. RAGAM DISABILITAS KEUNIKAN CONTOH PEKERJAAN
Disabililitas Fisik ▪ Kemampuan sensorik baik
▪ Hampir bisa melakukansemua pekerjaan
Produksi konveksi,admin, pengajar,call center, supir
motor roda tiga,servis elektronik
Disabilitas netra/ low
vision
▪ Kemampuan komunikasi dan mengingatyang
baik
▪ Kepekaan tinggi dan responsif
Telemarketing,penyiar radio,terapis,customer
service, penulis konten, konsultan,pengajar
Tuli/ disabilitasrungu
dan/atau wicara
▪ Sangat fokus,konsentrasi tinggi
▪ Kemampuan visual baik
Analis keuangan,desainer,IT,online marketing,
admin data entry,tenaga inventaris,house keeping,
juru masak
Disabilitas intelektual ▪ Daya tahan tinggi untuk melakukan pekerjaan
yang repetitif
Pengemasan sederhana, pembuat adonanroti,
tenaga kebersihan
Disabilitas mental ▪ Tidakmembutuhkanmodifikasiaksesibilitas
▪ Menyelesaikanpekerjaan individu dengan
sangat baik
Seniman,animator, penata rias,teknisi elektro,
terapis,pengelasan,admin,house keeping
Sumber: Kerjabilitas, 2017
Apakah penyandang disabilitas bisa bekerja?
NON-DISKRIMINASI
10. Pelaksanaan Permendes 7/2020 di Desa
Pemdes di kecamatan Colomadu,
Mojogedang, dan Tasikmadu
berkomitmen mengalokasikan Dana
Desa untuk pendampingan wirausaha
mandiri bagi penyandang disabilitas
Dokumentasi: Timlo.net
Kepala Desa Petir, Kabupaten Gunung Kidul, DIY
bersama warganya dengan gangguan jiwa yang
sudah selesai direhabilitasi
Dana Desa untuk pelatihan
kerja dan wirausahabagi warga
disabilitas
Menyusundata terpilah,
melengkapi dokumen
kependudukan,memetakan
kebutuhan disabilitas
11. Kunci Pembangunan Desa Inklusi:
SINERGI
Pemerintah Desa
▪ Pelibatan penyandang disabilitas
dalam kegiatan dan program di desa
(PKTD)
▪ Penyusunan data terpilah disabilitas
▪ Penyusunan Peraturan Desa untuk
pemenuhan hak penyandang
disabilitas
▪ Pelatihan kerja bagi penyandang
disabilitas
Pendamping Desa, KPMD, PSM
▪ Meningkatkan pemahaman
pemerintah desa tentang akses dan
kebutuhan penyandang disabilitas
▪ Memfasilitasi RKPDes yang inklusif
disabilitas
▪ Melakukan dokumentasi praktik
inklusi di desa dan
mempublikasikannya
Pemerintah Pusat dan Daerah
▪ Koordinasi Kemendesa,Kemendagri,
Kemensos
▪ Koordinasi berkalaunit teknis
Kemendes dengan pendampingdesa
mengawal implementasi Permendes
7/2020 di desa
▪ Pemda menerbitkan Peraturan
Gubernur/ Bupati tentang Pemenuhan
Hak PenyandangDisabilitas
Penyandang disabilitas
▪ Membentuk KelompokDisabilitas
Desa dengan SK Kepala Desa
▪ Organisasi Disabilitas di daerah
mengadvokasi Pemda untuk segera
menerbitkan Perda Disabilitas
▪ Peningkatan kapasitas anggota
organisasi