2. Pelayanan Rehabilitasi Sosial Penyandang
Disabilitas
• Center of excelent social sefvice & soscial rehabilitation
• Rehabsos Tingkat lanjut
• Integratif
• Komprehensif
• Continum of intervention and therapies
Pemerintah
Pusat
• Layanan Dalam Panti PD
• Rehabsos PD Dasar
Pemerintah
Provinsi
• Layanan Luar Panti
• Rehabsos PD Dasar
Pemerintah
Kab / kota
3. Kewenangan
Pusat
•Permensos Progres PD, Permensos Akreditasi Lembaga PD, Sertifikasi SDM.
•Standar Teknis Balai Besar, ST Balai, ST Loka.
Penyusunan NSPK
•Pekerja sosial PD, Pendamping, TKS PD.
•Tenaga teknis lainnya (psikolog, perawat, instruktur, …)
Bimtek
• Internal, Lintas dan Multi Sektor
Koordinasi
•Balai Besar, balai, dan Loka.
Supervisi
• Program rehabsos PD, Kelembagaan, dan SDM
Monitoring dan Evaluasi
Balai as
Centre of
Social
Services
Respon Kasus
Temporary
Shelter
Model/Best
Practices
Program
Coordinator
Regional
Kewenangan
Balai
4. Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
Koordinator program
regional progres PD
•19 UPT disabilitas
•3 balai besar;
•15 Balai
•1 loka
Pusat Penjangkauan PD
lintas wilayah dan nasional
•PD lintas Provinsi yang membutuhkan
layanan
•PD lintas negara yang berada di
Indonesia dan membutuhkan layanan
Pusat Respon Kasus dan
intervensi krisis
•Layanan Sementara pada rumah aman ,
untuk jangka waktu tertentu.
•Rujukan PD ke institusi lain jika
diperlukan
Lembaga Percontohan,
dengan berbagai Metode,
antara lain
•Terapi PD individu
•Terapi kelompok PD
•Terapi Keluarga PD
•Terapi komuinitas
Pusat Penguatan
Kelembagaan dan kapasitas
pelayanan PD.
•Rakor
•Bimtek
•Bimtap
Pusat Pengembangan Model
layanan Penyandang
disabilitas
•Standarisasi layanan sosial / NSPK/ SPM
/pedoman lainnya
•Sistem monev, supervisi,
5. Struktur Baru
Rehabilitasi Sosial
vokasional / Lanjut
• Penerimaan
• Pengasramaan
• Orientasi
• Assesmen
• Rencana Intervensi
• Pelaksanaan Program
Rehabilitasi Sosial
• Pelaksanaan Program
Kewirausahaan dan
Penempatan Kerja
• Prothese dan Orthese
(khusus PD Fisik)
Rehabsos dan
Perlindungan
• Pemetaan dan Analisis
Pengembangan Model
• Kemitraan dan Instalasi
Produksi
Rumah Perlindungan
Sementara & Respon Kasus
• Assesment
• PD yang mendapatkan
Respon Kasus
• PD yang dilayani melalui
Rumah Perlindungan
Sementara
Layanan reguler
dan perkantoran
• Koordinator
Program
Regional
• Penguatan
Kelembagaan
dan Kapasitas
• Pengawasan
/
pemantauan
pelaksanaan
• Bimbingan
(ke level di
bawahnya)
6. Wilayah Jangkauan Kerja Rehabsos Per jenis Disabilitas
Balai Besar
dan BLBI
•Seluruh Indonesia
BRSPDF
“Budi
Perkasa” di
Palembang
•DKI Jakarta
•Jawa Barat
•Jawa Tengah
•Di Yogyakarta
•Jawa Timur
•Lampung
•Banten
•Kep. Bangka Belitung
•Sumatera Selatan,
•Bengkulu,
•Jambi,
•Sumatera Barat,
•Aceh,
•Sumatera Utara,
•Riau,
•Kepulauan Riau.
•Bali
BRSPDF
“Wirajaya” di
Makasar.
• Kalimantan Barat
• Kalimantan Tengah
• Kalimantan Selatan
• Kalimantan Utara
• Kalimantan Timur
• Nusa Tenggara Barat
• Nusa tenggara Timur
• Sulawesi Utara
• Sulawesi Tenggara
• Sulawesi Selatan
• Sulawesi Barat
• Sulawesi Tengah
• Gorontalo
• Maluku
• Maluku Utara
• Papua
• Papua Barat
• Dst.....
wilayah
Pusat Penjangkauan PD lintas
wilayah dan nasional
•PD lintas Provinsi yang membutuhkan
layanan
•PD lintas negara yang berada di Indonesia
dan membutuhkan layanan
7. Pembagian Fungsi Koordinator Program
Nasional-Regional Balai Rehabilitasi Sosial
Penyandang Disabilitas
Dinas Sosial Provinsi
Balai & Balai Besar Berkoordinasi
dalam pelaksanaan program
dekonsentrasi (1 balai berkoordinasi
dengan 2 provinsi; kecuali loka 1)
Pusat
Direktorat
Rehabilitasi Sosial
Penyandang
Disabilitas
Balai dan Balai
Besar Rehabilitasi
Sosial
Unit Pelayanan
Sosial keliling
Verifikasi usulan
calon penerima
manfaat (termasuk
bansos)
Monev
pelaksanaan
rehabsos PD
Balai Literasi Braille
Indonesia
Fokus pada
pengembangan
literasi informasi
Koordinator wilayah
Koordinator program
regional progres PD
Kemensos harus memantau panti Rehabsos bagi
PD
8. Model Pengembangan Layanan
Model
Layanan
Day care
Home care
Rehabsos
berbasis
Keluarga
(RSBK)
Pelatihan
Ketrampila
n PD
Kemitraan
dan
Ketenaga
kerjaan
Alat bantu/
Prothese/
Orthese
Instalasi
Produksi
Provinsi Jawa
Barat /
Sumatera
Barat
BRSPDM
Phalamartha
Mitra kerja
LSM/ NGO
Puskesmas /
RSD
Unit
Informasi
Layanan
Sosial (UILS)
Contoh Pengembangan
model Layanan Daycare (di
kelola UPT dan dinsos
Provinsi)
9. UPT yang melayani Disabilitas
No. Provinsi Jumlah
1 ACEH 14
2 SUMATERA UTARA 27
3 SUMATERA BARAT 29
4 RIAU 6
5 JAMBI 4
6 SUMATERA SELATAN 5
7 BENGKULU 2
8 LAMPUNG 41
9 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 7
10 KEPULAUAN RIAU 3
11 DKI JAKARTA 14
12 JAWA BARAT 35
13 JAWA TENGAH 124
14 DI YOGYAKARTA 26
15 JAWA TIMUR 59
16 BANTEN 12
17 BALI 22
18 NUSA TENGGARA BARAT 79
No. Provinsi Jumlah
19 NUSA TENGGARA TIMUR 37
20 KALIMANTAN BARAT 8
21 KALIMANTAN TENGAH 5
22 KALIMANTAN SELATAN 8
23 KALIMANTAN TIMUR 3
24 KALIMANTAN UTARA 1
25 SULAWESI UTARA 9
26 SULAWESI TENGAH 3
27 SULAWESI SELATAN 21
28 SULAWESI TENGGARA 14
29 GORONTALO 2
30 SULAWESI BARAT 8
31 MALUKU 18
32 MALUKU UTARA 4
33 PAPUA BARAT 0
34 PAPUA 19
669
10. Pembagian Koordinator Program Wilayah
UPT Disabilitas Provinsi UPT Disabilitas Provinsi
BRSPDI Nipotowe SULAWESI TENGAH BRSPDSRW Efata NUSA TENGGARA TIMUR
SUMATERA UTARA KALIMANTAN BARAT
BRSPDM Phalamartha SUMATERA BARAT BRSPDM Budi Luhur KALIMANTAN TENGAH
JAWA BARAT KALIMANTAN SELATAN
BRSPDF Budi Perkasa
JAMBI BRSPDSN Wyata Guna KALIMANTAN TIMUR
SUMATERA SELATAN KALIMANTAN UTARA
BRSPDM Dharmaguna
BENGKULU BRSPDF Wirajaya SULAWESI SELATAN
LAMPUNG SULAWESI BARAT
BRSPDSN Tan Miyat
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
BBRSPDI Kartini Temanggung
BANTEN
KEPULAUAN RIAU MALUKU
BRSPDSRW Melati DKI JAKARTA BBRSPDF Soeharso GORONTALO
RIAU JAWA TIMUR
BBRVPDF Cibinong NUSA TENGGARA BARAT BRSPDSN Tu Mou To Manado PAPUA BARAT
DI YOGYAKARTA SULAWESI UTARA
BRSPPDI Ciung Wanara ACEH BRSPDM Margo Laras MALUKU UTARA
JAWA BARAT JAWA TENGAH
BRSPDSN Mahatmiya
BALI
LOKA REHABSOS PDSRW
MEOHAI
SULAWESI TENGGARA
11. Kegiatan Rehabsos 2020
No Komponen Kegiatan Peran Pusat Peran Balai / Loka Peran Dinsos Prov
1 Penyusunan Pedoman dan
perumusan Kebijakan tingkat
nasional
Sosialisasi Regulasi / kebijakan
secara nasional
Sosialisasi Regulasi /
kebijakan regional /
wilayah
Sosialisasi Regulasi /
kebijakan di prov ybs
2 Asistensi Sosial Penyandang
Disabilitas ASPD
Asistensi Sosial Penyandang
Disabilitas ASPD
Penyedia Informasi
terkait ASPD
Pengusulan calon
penerima bantuan
ASPD
3 Kartu Penyandang Disabilitas Koordinasi lintas sektor;
pembuatan kartu, mendorong
konsesi
Penyedia Informasi dan
layanan PD
Pengusulan data
4 Uji Coba Penguatan Penyandang
disabilitas dalam Keluarga
Kajian pengembangan model
layanan; Pembinaan dan
pengawasan; evaluasi
pemodelan
Pemetaan dan Analisis
Pengembangan Model;
pelaksanaan
pengembangan model
layanan pada wilayah
tertentu
Pelaksanaan Kegiatan
uji coba
12. Kegiatan UPT 2020
No Komponen Kegiatan Peran Pusat Peran Balai / Loka Peran Dinsos Prov
1 Rehabilitasi Sosial vokasional / Lanjut Perumusan Kebijakan Pelaksanaan Kegiatan Melakukan Rujukan
terhadap Balai besar
/ balai / loka
Kemensos
2 Penyandang Disabilitas Yang
Mendapatkan Respon Kasus
Perumusan Kebijakan Pelaksanaan Kegiatan Melakukan tindak
lanjut / reunifikasi
keluarga (SPM)
3 Penyandang Disabilitas Yang Dilayani
melalui Rumah Perlindungan Sementara
(Temporary Shelter)
Perumusan Kebijakan Pelaksanaan Kegiatan Melakukan tindak
lanjut/ fasilitasi hasil
rujukan
4 Literasi PD Perumusan
Kebijakan, Evaluasi
Pelaksanaan
peningkatan Literasi
Peningkatan akses
Literasi Informasi
5 Pemodelan Perumusan Kebijakan Pelaksanaan Kegiatan Pemberian data/
input
13. Pelayanan Rehabilitasi Sosial Penyandang
Disabilitas
• Center of excelent social sefvice & soscial rehabilitation
• Rehabsos Tingkat lanjut
• Integratif
• Komprehensif
• Continum of intervention and therapies
Pemerintah
Pusat
• Layanan Dalam Panti PD
• Rehabsos PD Dasar
Pemerintah
Provinsi
• Layanan Luar Panti
• Rehabsos PD Dasar
Pemerintah
Kab / kota
14. Pembagian Urusan Bidang Sosial :
1. Pusat
2. Provinsi
3. Kota/Kabupaten
Pemberdayaan Sosial
Penanganan Warga
Negara Migran Korban
Tindak Kekerasan
Rehabilitasi Sosial
Perlindungan dan
Jaminan Sosial
Penanganan Bencana
Taman Makam
Pahlawan
SPM Sosial
Daerah Provinsi
SPM Sosial
Daerah
Kab/Kota
Urusan Pemerintahan
Wajib terkait
Pelayanan Dasar
Bidang Sosial
Rehabilitasi Sosial Dasar Terlantar
Dalam Panti :
1. Anak
2. Disabilitas
3. Lanjut Usia
4. Gelandangan dan Pengemis
Perlindungan dan Jaminan Sosial
pada saat dan pasca Darurat
Bencana bagi Korban Bencana
Provinsi
Rehabilitasi Sosial Dasar Terlantar
Luar Panti :
1. Anak
2. Disabilitas
3. Lanjut Usia
4. Gelandangan dan Pengemis
Perlindungan dan Jaminan Sosial
pada saat dan pasca Darurat
Bencana bagi Korban Bencana
Kota/Kabupaten
Pembagian Kewenangan
Urusan Bidang Sosial
Standar Pelayanan Minimal
(SPM)
Bidang Sosial
Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Pemenuhan Kebutuhan Dasar
PEMBAGIAN KEWENANGAN URUSAN
SOSIAL
UU 23/2014 PEMDA PP 2/2018 SPM
Ketentuan lebih lanjut
mengenai standar teknis
sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) diatur dengan
Peraturan Menteri yang
menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang
sosial
PP 2/2018 SPM
Pasal 10 ayat 6
PP 2/2018 SPM
Pasal 10 ayat 4
Mutu Pelayanan Dasar
untuk setiap Jenis
Pelayanan Dasar, sekurang-
kurangnya memuat:
a. standar jumlah dan
kualitas barang
dan/atau jasa;
b. standar jumlah dan
kualitas sumber daya
manusia kesejahteraan
sosial; dan
c. petunjuk teknis atau
tata cara pemenuhan
standar.
15. DUKUNGAN Sumber Daya Penyelenggara Kesejahteraan
Sosial dalam Pelaksanaan Mutu Pelayanan Dasar SPM
Bidang Sosial
Pasal 32
Sumber Daya Manuasia
Pasal 35
Sarana dan Prasarana
Pasal 36
Sumber Pendanaan
Seluruh Warga Negara berhak
mendapatkan pelayanan dasar pada
SPM bidang sosial di daerah
provinsi dan daerah kabupaten/kota
Sumber Daya Penyelenggara Kesejahteraan Sosial
Mutu Pelayanan Dasar SPM Bidang
Sosial
• Undang – Undang Nomor . 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah
• Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018
tentang Standar Pelayanan Minimal
• Permensos Nomor 9 Tahun 2018 tentang Standar
Teknis Mutu dan Jenis Pelayanan Dasar pada
Standar Pelayanan Minimal Bidang Sosial di
Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota.
a. tenaga kesejahteraan sosial;
b. pekerja sosial profesional;
c. relawan sosial; dan
d. penyuluh sosial
a. panti sosial;
b. pusat rehabilitasi sosial;
c. pusat pendidikan dan pelatihan;
d. pusat kesejahteraan sosial;
e. rumah singgah;
f. rumah perlindungan sosial.
a. APBN
b. APBD
c. sumbangan masyarakat;
d. dana yang disisihkan dari badan usaha sebagai kewajiban dan
tanggung jawab sosial dan lingkungan;
e. bantuan asing sesuai dengan kebijakan Pemerintah dan peraturan
perundangundangan; serta
f. sumber pendanaan yang sah berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
16. UU 14 / 2019
Pekerja sosial
UU 12 /
2011
Sistim
Peradilan
Pidana Anak
UU 8/ 2016
Penyandang
Disabilitas
UU 23/
2014
Pemerintah
Daerah
UU 13 /
2011
Penanganan
Fakir Miskin
UU 9/ 2009
Kesejateraan
Sosial
UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemda
Lampiran Bidang Sosial
Pemberdayaan Sosial
Pemerintah Pusat:
Pembinaan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS).
Pemerintah Daerah Provinsi:
Pemberdayaan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS).
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota:
Pengembangan Potensis Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS).
UU 18 /2014
Kesehatan
Jiwa
UU No.12 Tahun 2011 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
(SPPA). Definisi
Pekerja Sosial Profesional adalah seseorang yang bekerja, baik di
lembaga pemerintah maupun swasta, yang memiliki kompetensi
dan profesi pekerjaan sosial serta kepedulian dalam pekerjaan
sosial yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan/atau
pengalaman praktik pekerjaan sosial untuk melaksanakan tugas
pelayanan dan penanganan masalah sosial Anak.
Pasal 8
Proses Diversi dilakukan melalui musyawarah dengan
melibatkan Anak dan orang tua/Walinya, korban dan/atau orang
tua/Walinya, Pembimbing Kemasyarakatan, dan Pekerja Sosial
Profesional berdasarkan pendekatan Keadilan Restoratif.
Pasal 63, Petugas kemasyarakatan terdiri atas: a. Pembimbing
Kemasyarakatan; b. Pekerja Sosial Profesional; dan c. Tenaga
Kesejahteraan Sosial.
Pasal 67, Syarat untuk dapat diangkat sebagai Tenaga
Kesejahteraan Sosial sebagai berikut:
a. berijazah paling rendah sekolah menengah atas pekerjaan
sosial atau kesejahteraan sosial atau sarjana nonpekerja
sosial atau kesejahteraan sosial;
b. mendapatkan pelatihan bidang pekerjaan sosial;
c. berpengalaman kerja paling singkat 3 (tiga) tahun di bidang
praktik pekerjaan sosial dan penyelenggaraan kesejahteraan
sosial; dan
d. mempunyai keahlian atau keterampilan khusus dalam
bidang pekerjaan sosial dan minat untuk membina,
membimbing, dan membantu Anak demi kelangsungan
hidup, perkembangan fisik, mental, sosial, dan pelindungan
terhadap Anak.
Pasal 68
Pekerja Sosial Profesional dan Tenaga Kesejahteraan Sosial
bertugas:
a. membimbing, membantu, melindungi, dan mendampingi
Anak dengan melakukan konsultasi sosial dan
mengembalikan kepercayaan diri Anak;
b. memberikan pendampingan dan advokasi sosial;
c. menjadi sahabat Anak dengan mendengarkan pendapat
Anak dan menciptakan suasana kondusif;
d. membantu proses pemulihan dan perubahan perilaku
Anak;.
UU No.18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa
Pasal 55
Fasilitas pelayanan di luar sektor kesehatan dan fasilitas
pelayanan berbasis masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 45 huruf b meliputi:
a. praktik psikolog;
b. praktik pekerja sosial;
c. panti sosial;
d. pusat kesejahteraan sosial;
e. pusat rehabilitasi sosial;
f. rumah pelindungan sosial;
g. pesantren/institusi berbasis keagamaan;
h. rumah singgah; dan
i. lembaga kesejahteraan sosial.
UU No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
Pasal 33
Sumber daya manusia shuruf a terdiri atas: a. tenaga kesejahteraan sosial; b. pekerja sosial profesional;
c. relawan sosial; dan d. penyuluh sosial
UU No. 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin
Pasal 33
Sumber daya manusia penyelenggaraan penanganan fakir miskin dilakukan oleh tenaga penanganan fakir miskin yang
terdiri atas: a. tenaga kesejahteraan sosial; b. Pekerja Sosial Profesional; c. relawan sosial; d. penyuluh sosial;a
pendamping.
PEKERJA SOSIAL
Syauqi-JFT. Analis Kebijakan-Madya-Biro-Perencanaan-Kemensos
UU 8 / 2016
Penyandang
Disabilitas
UU 13 / 1998
Kesejahteraan
Lanjut Usia
UU No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas
Pasal 30 Penjelasan
Yang dimaksud dengan “penundaan hingga waktu tertentu” adalah penundaan
pemeriksaan untuk
pengambilan keterangan yang waktunya ditentukan oleh aparat penegak hukum
berdasarkan
pertimbangan dokter atau tenaga kesehatan lainnya, psikolog atau psikiater,
dan/atau Pekerja Sosial.
UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, menyatakan
bahwa lanjut usia mempunyai hak yang sama dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; sebagai penghormatan dan
penghargaan kepada lanjut usia diberikan hak untuk meningkatkan
kesejahteraan sosial.
17. - Dukungan
layanan/pendampi
ngan pada
penerima manfaat
dalam keluarga
dan masyarakat
- Bimbingan kepada
keluarga dan
masyarakat
Bencana daerah Kab/Kota
Bencana daerah Provinsi
Amanat Permensos Nomor 9 Tahun 2018
Perlindungan dan Jamsos saat dan
setelah tanggap darurat bencana
Rehabilitasi Sosial Gelandangan
Pengemis
Rehabilitasi Sosial Lansia
telantar
Rehabilitasi Sosial Anak telantar
Rehabilitasi Sosial Disabilitas
telantar
Provinsi
Dalam Panti
Kabupaten
/Kota
Keluarga dan
Masyarakat
(Luar Panti)
Dinas Sosial
Kabupaten/Kota
Lembaga yang
ditetapkan Dinas Sosial
(kedudukan di Kecamatan
atau Kab/Kota)
Puskesos
(kedudukan di
Desa/Kelurahan)
Jenis Layanan Dasar
SPM bidang Sosial
Data dan Pengaduan
Kedaruratan
Pemenuhan Kebutuhan
Dasar
Sesuai pengertian dalam Permensos nomor 9 tahun 2018 :
Pusat Kesejahteraan Sosial (Puskesos) adalah tempat yang berfungsi untuk
melakukan kegiatan pelayanan sosial bersama secara sinergis dan terpadu antara
kelompok masyarakat dalam komunitas yang ada di desa/kelurahan/nama lain dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
Bentuk Pelayanan Minimal Kab/Kota
17
18. Standar jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa yang harus diterima
di dalam panti dan Korban Bencana Provinsi merupakan KEBUTUHAN DASAR
Kebutuhan Dasar
Penyandang Disabilitas
terlantar :
1) permakanan;
2) sandang;
3) asrama yang mudah
diakses;
4) alat bantu;
5) perbekalan kesehatan;
6) bimbingan fisik, mental
spiritual, dan sosial;
7) bimbingan keterampilan
hidup sehari-hari;
8) pembuatan nomor induk
kependudukan;
9) akses ke layanan
pendidikan dan
kesehatan dasar;
10) pelayanan penelusuran
keluarga; dan/atau
11) pelayanan reunifikasi
Pasal 11 ayat 2
Kebutuhan Dasar Anak terlantar:
1) Pengasuhan
2) permakanan;
3) sandang;
4) asrama yang mudah diakses;
5) perbekalan kesehatan;
6) bimbingan fisik, mental
spiritual, dan sosial;
7) bimbingan keterampilan
hidup sehari-hari;
8) pembuatan akta kelahiran,
nomor induk kependudukan,
dan kartu identitas anak;
9) akses ke layanan pendidikan
dan kesehatan dasar;
10) pelayanan penelusuran
keluarga;
11) pelayanan reunifikasi
keluarga; dan/atau
12) akses layanan pengasuhan
kepada keluarga pengganti.
Pasal 12 ayat 2
Kebutuhan Dasar Lanjut Usia
terlantar :
1) permakanan;
2) sandang;
3) asrama yang mudah
diakses;
4) alat bantu;
5) perbekalan kesehatan;
6) bimbingan fisik, mental
spiritual, dan sosial;
7) bimbingan keterampilan
hidup sehari-hari;
8) fasilitasi pembuatan
nomor induk
kependudukan;
9) akses ke layanan
kesehatan dasar;
10) pelayanan penelusuran
keluarga;
11) pelayanan reunifikasi
keluarga; dan/atau
Pasal 13 ayat 2
Kebutuhan Dasar Gepeng :
1) permakanan;
2) sandang;
3) asrama/cottage yang
mudah di akses;
4) perbekalan kesehatan;
5) bimbingan fisik, mental
spiritual, dan sosial;
6) bimbingan keterampilan
dasar;
7) fasilitasi pembuatan
nomor induk
kependudukan, akta
kelahiran, surat nikah,
dan/atau kartu identitas
anak;
8) akses ke layanan
kesehatan dasar;
dan/atau
9) pemulangan ke daerah
asal
Pasal 14 ayat 2
Kebutuhan Korban
Bencana Provinsi saat
tanggap darurat:
1) permakanan;
2) sandang;
3) tempat
penampungan
pengungsi;
4) penanganan
khusus bagi
kelompok rentan;
dan
5) dukungan
psikososial
Pasal 15 ayat 2
Hasil asesmen Pekerja Sosial Profesional, Tenaga Kesejahteraan Sosial, dan/atau Relawan Sosial
19. Rehabilitasi Sosial Dasardi Dalam Panti dan
Perlindungan dan Jaminan Sosial Korban Bencana di
Daerah Provinsi
1. Rehabilitasi Sosial Dasar
Penyandang Disabilitas
Terlantar di dalam panti
2. Rehabilitasi Sosial dasar
Anak terlantar di dalam
panti
3. Rehabilitasi Sosial dasar
Lanjut usia terlantar di
dalam Panti
4. Rehabilitasi Sosial dasar
Gelandangan pengemis di
dalam panti
5. Perlindungan dan
Jaminan Sosial Korban
Bencana di Daerah
Provinsi
1. Persentase (%) Penyandang
Disabilitas Telantar yang terpenuhi
kebutuhan dasarnya di dalam panti
2. Persentase (%) Anak Telantar yang
terpenuhi kebutuhan dasarnya di
dalam panti
3. Persentase (%) Lanjut usia Telantar
yang terpenuhi kebutuhan
dasarnya di dalam panti
4. Persentase (%) Gelandangan
Pengemis yang terpenuhi
kebutuhan dasarnya di dalam panti
5. Persentase (%) korban bencana
alam dan sosial yang terpenuhi
kebutuhan dasarnya pada saat dan
setelah tanggap darurat bencana
provinsi
1. Jumlah Penyandang Disabilitas Telantar di dalam panti yang terpenuhi
kebutuhan dasarnya selama satu tahun anggaran dibagi populasi Penyandang
Disabilitas Telantar di daerah provinsi yang membutuhkan rehabilitasi sosial
dasar di dalam panti dikali 100% (seratus persen).
2. Jumlah Anak Telantar di dalam panti yang terpenuhi kebutuhan dasarnya selama
satu tahun anggaran dibagi populasi Anak Telantar di daerah provinsi yang
membutuhkan rehabilitasi sosial dasar di dalam panti dikali 100% (seratus
persen).
3. Jumlah Lanjut Usia Telantar di dalam panti yang terpenuhi kebutuhan dasarnya
selama satu tahun anggaran dibagi populasi Lanjut Usia Telantar di daerah
provinsi yang membutuhkan rehabilitasi sosial dasar di dalam panti dikali 100%
(seratus persen).
4. Jumlah gelandangan pengemis di dalam panti yang terpenuhi kebutuhan
dasarnya selama satu tahun anggaran dibagi populasi gelandanhan pengemis di
daerah provinsi yang membutuhkan rehabilitasi sosial dasar di dalam panti dikali
100% (seratus persen).
5. Jumlah korban bencana alamdan sosial yang terpenuhi kebutuhan dasarnya
selama satu tahun anggaran dibagi populasi korban bencana alamdan sosial di
daerah provinsi yang membutuhkan perlindungan dan jaminan sosial pada saat
dan setelah tanggap darurat bencana provinsi dikali 100% (seratus persen).
Kegiatan Indikator Cara Menghitung
20. Standar minimum sarana dan prasarana
pelayanan Rehabilitasi Sosial dasar di dalam
panti sosial milik pemerintah daerah provinsi
dan masyarakat dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
(UU 11 /2009 tentang Kesejahteraan Sosial
dan PP 39/2012 tentang Penyelenggaraan
Kesejahteraan Sosial)
1. tidak ada lagi perseorangan, keluarga,
dan/atau masyarakat yang mengurus
2. rentan mengalami tindak kekerasan dari
lingkungannya; dan/atau
3. masih memiliki keluarga, tetapi berpotensi
mengalami tindak kekerasan, perlakuan
salah, eksploitasi, dan penelantaran.
1. kepala keluarga berusia 19 (sembilan
belas) tahun sampai dengan 60 (enam
puluh) tahun
2. tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya,
tidak terpelihara, tidak terawat, dan tidak
terurus
3. tidak memiliki tempat tinggal tetap
4. tidak ada lagi perseorangan, keluarga,
dan/atau masyarakat yang peduli
pengungsi/penyintas sebanyak 51 (lima puluh
satu) orang sampai dengan 100 (seratus) orang
Sumber daya manusia kesejahteraan sosial
terdiri atas :
a. Tenaga Kesejahteraan Sosial;
b. Pekerja Sosial Profesional;
c. Penyuluh Sosial; dan
d. Relawan Sosial
Setiap panti sosial harus memiliki paling
sedikit 1 (satu) orang Pekerja Sosial
Profesional.
Pemerintah Daerah mendorong dan
memfasilitasi sertifikasi Pekerja Sosial
Professional.
Sertifikasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilakukan oleh lembaga sertifikasi
profesi pekerjaan sosial.
Untuk perlindungan dan jaminan sosial
pada saat dan setelah tanggap darurat
bencana Pemerintah Daerah provinsi
harus menyiapkan paling sedikit 1 (satu)
orang Pekerja Sosial Profesional, Tenaga
Kesejahteraan Sosial, dan Relawan Sosial
Lanjutan …
Kriteria
Penyandang Disabilitas Telantar, Lanjut Usia
Telantar, dan Anak Telantar di dalam panti
Gelandangan dan Pengemis di dalam panti
Korban bencana daerah provinsi
SDM Sarpras
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10
Pasal 22
Pasal 23
Pasal 24
Pasal 25
21. Kegiatan Rehabilitasi Sosial Dasar (SPM) di dalam Panti
1. Ketersediaan Data valid (hasil very vali kab/kota dan asesmen peksos provinsi dan kab/kota
untuk PPKS / PMKS di dalam panti)
2. Penyediaan permakanan;
3. Penyediaan Sandang;
4. Penyediaan asrama yang mudah diakses;
5. Penyediaan alat bantu/Pelaksanaan Pengasuhan bagi anak/Keterampilan dasar bagi Gepeng;
6. Penyediaan perbekalan kesehatan (obat);
7. Penyediaan tenaga perawat;
8. Penyediaan peralatan kesehatan;
9. Penyediaan tenaga kesehatan ((dokter, psikiater, dll);
10. Pelaksanaan bimbingan fisik, mental, dan sosial;
11. Pelaksanaan bimbingan aktivitas sehari-hari;
12. Penyediaan Pekerja Sosial Profesional /Tenaga Kesejahteraan Sosial;
13. Fasilitasi pemberian NIK dan adminduk lainnya;
14. Fasilitasi akses layanan pendidikan dan kesehatan dasar;
15. Pelayanan pelayanan penelusuran keluarga;
16. Pelayanan reunifikasi keluarga; dan
17. Layanan pemulasaraan bagi lansia
22. Standar jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa yang harus diterima di luar
panti dan Korban Bencana Kabupaten/Kota merupakan kebutuhan dasar
Kebutuhan Dasar Penyandang Disabilitas terlantar, Anak terlantar,
Lanjut Usia terlantar, Gepeng : :
1) Permakanan diberikan paling lama 7 (tujuh) hari;
2) sandang;
3) alat bantu;
4) perbekalan kesehatan;
5) bimbingan fisik, mental spiritual, dan sosial kepada Penyandang
Disabilitas terlantar, Anak terlantar, Lanjut Usia terlantar, Gepeng ;
6) bimbingan sosial kepada keluarga Penyandang Disabilitas terlantar,
Anak terlantar, Lanjut Usia terlantar, Gepeng dan masyarakat;
7) Fasilitasi pembuatan nomor induk kependudukan, akta kelahiran,
surat nikah dan kartu identitas anak;
8) akses ke layanan pendidikan dan kesehatan dasar;
9) penelusuran keluarga;
10) reunifikasi dan atau/ reintegrasi sosial; dan
11) rujukan
Pasal 34 ayat 1
Kebutuhan Korban Bencana
Kabupaten/Kota saat tanggap darurat:
1) permakanan;
2) sandang;
3) tempat penampungan pengungsi;
4) penanganan khusus bagi kelompok
rentan; dan
5) dukungan psikososial
Pasal 35 ayat 1
Hasil Asesmen Pekerja Sosial Profesional, Tenaga Kesejahteraan Sosial, dan/atau Relawan Sosial
23. Rehabilitasi Sosial Dasardi Luar Panti dan
Perlindungan dan Jaminan Sosial Korban Bencana di
Daerah Kabupaten/Kota
1. Rehabilitasi Sosial Dasar
Penyandang Disabilitas
Telantar, anak terlantar,
lanjut usia terlantar
serta gelandangan
pengemis di dalam panti
2. Perlindungan dan
Jaminan Sosial Korban
Bencana di Daerah
Kabupaten/Kota
1. Persentase (%) Penyandang
Disabilitas Telantar, Anak
terlantar, Lanjut usia Terlantar
serta Gelandangan Pengemis yang
terpenuhi kebutuhan dasarnya di
luar panti
2. Persentase (%) korban bencana
alam dan sosial yang terpenuhi
kebutuhan dasarnya pada saat dan
setelah tanggap darurat bencana
Kabupaten/Kota
1. Jumlah Penyandang Disabilitas Telantar,Anak Telantar, Lanjut Usia Telantar ,
Gelandangan dan Pengemis yang terpenuhi kebutuhan dasarnya selama
satu tahun anggaran dibagi populasi Penyandang Disabilitas Telantar,Anak
Telantar, Lanjut Usia Telantar , Gelandangan dan Pengemisdi daerah
kabupaten/kota yang berdasarkan hasil assesment membutuhkan
rehabilitasi sosial dasar di luar panti dikali 100% (seratus persen).
2. Jumlah korban bencana alamdan sosial yang terpenuhi kebutuhan dasarnya
selama satu tahun anggaran dibagi populasi korban bencana alam dan sosial di
daerah kabupaten/kota yang membutuhkan perlindungan dan jaminan sosial
pada saat dan setelah tanggap darurat bencana kabupaten/kota dikali 100%
(seratus persen).
Kegiatan Indikator Cara Menghitung
24. Standar minimum sarana dan prasarana
pelayanan Rehabilitasi Sosial dasar di pusat
kesejahteraan sosial dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan (UU 11 /2009 tentang
Kesejahteraan Sosial dan PP 39/2012
tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan
Sosial)
1. tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya,
tidak terpelihara, tidak terawat, dan tidak
terurus; dan
2. masih ada perseorangan, keluarga,
dan/atau masyarakat yang mengurus..
1. Perseorangan atau kepala keluarga
berusia 19 (sembilan belas) tahun sampai
dengan 60 (enam puluh) tahun
2. tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya,
tidak terpelihara, tidak terawat, dan tidak
terurus
3. tidak memiliki tempat tinggal tetap
4. Masih ada perseorangan, keluarga,
dan/atau masyarakat yang peduli
pengungsi/penyintas sebanyak 1 (satu) orang
sampai dengan 50 (lima puluh) orang
Sumber daya manusia kesejahteraan sosial
terdiri atas :
a. Tenaga Kesejahteraan Sosial;
b. Pekerja Sosial Profesional;
c. Penyuluh Sosial; dan
d. Relawan Sosial
Setiap Pusat Kesejahteraan Sosial memiliki
paling sedikit 1 (satu) orang Relawan Sosial
Relawan Sosial sebagaimana dimaksud harus
tersertifikasi
Sertifikasi sebagaimana dimaksud dilakukan
oleh lembaga sertifikasi tenaga kesejahteraan
sosial dan relawan sosial
Untuk perlindungan dan jaminan sosial pada
saat dan setelah tanggap darurat bencana
pemerintah daerah kabupaten/kota harus
menyiapkan paling sedikit 1 (satu) orang
Tenaga
Lanjutan …
Kriteria
Penyandang Disabilitas Telantar, Lanjut Usia
Telantar, dan Anak Telantar di luar panti
Gelandangan dan Pengemis di luar panti
Korban bencana daerah kabupaten/kota
SDM Sarpras
Pasal 27
Pasal 28
Pasal 29
Pasal 39
Pasal 40
Pasal 41
Pasal 42
25. Kegiatan Rehabilitasi Sosial Dasar (SPM) di luar Panti
1. Penyediaan Data Valid dan hasil asesmen peksos untuk PMKS luar panti
2. Penyediaan layanan data dan pengaduan (Call Center);
3. Pengusulan data kedalam BDT;
4. Penjangkauan (layanan kedaruratan);
5. Penyediaan TRC;
6. Penyediaan Kendaraan akses khusus kedaruratan;
7. Penyediaan Shelter/Rumah Singgah/Rumah Aman/nama lain serta Puskessos;
8. Penyediaan permakanan dan sandang di shelter/puskesos/dinsos;
9. Penyediaan tenaga kesehatan di shelter/rumah singgah;
10. Penyediaan alat bantu;
11. Pelaksanaan bimbingan sosial di keluarga/masyarakat/shelter/keliling;
12. Penyediaan Peksos Profesional dan/atau TKS/Relawan;
13. Fasilitasi akses pembuatan administrasi kependudukan;
14. Layanan penelusuran keluarg;a
15. Layanan reunifikasi dan/atau reintegrasi sosial, dan
16. Layanan RUJUKAN
26. DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) FISIK BIDANG SOSIAL
Surat Sekjen Kemensos No. 1081/1/PR.01.01/04/2019, Tanggal 30 April 2019
1. Surat Menteri Keuangan No. S-
13/MK.7/2019 Tanggal 21 April 2019,
Hal: Pedoman Penyusunan dan
Penyampaian Dana Alokasi Khusus (DAK)
Fisik Tahun 2020.
2. Pedoman Penyusunan dan Penyampaian
Usulan Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik
Bidang Sosial Tahun 2020.
3. Surat ditujukan kepada Dinas Sosial
Provinsi dan Kab/Kota Seluruh Indonesia.
4. Dasar Surat Ditjen Perimbangan
Keuangan S-13/MK.7/2019 Tanggal 24
April 2019.
1. Usulan kegiatan sesuai Prioritas Nasional dan
Prioritas Daerah.
2. Target Output Kegiatan yang akan dicapai
untuk penerapan Standar Pelayanan Minimal
(SPM).
3. Lokasi pelaksanaan kegiatan .
4. Satuan masing2 biaya kegiatan
5. Meng-Upload Proposal Usulan Kegiatan
dengan menyertakan Penerima Manfaat By
Name By Address (BNBA).
1. Rehabilitasi Sarana dan Prasarana Penunjang dalam
Panti Rehabilitasi Sosial yang dimiliki oleh Pemerintah
bagi kelompok rentan khususnya Penyandang
Disabilitas, Lanjut Usia, Anak.
2. Pengadaan alat bantu penerima layanan di Panti
Rehabilitasi Sosial Provinsi dan Luar Panti di Kab/Kota
bagi kelompok rentan khususnya Penyandang
Disabilitas, Lanjut Usia dan Anak.
3. Rehabilitasi Prasarana dan Sarana untuk mendukung
layanan Pusat Kesejahteraan Sosial (PUSKESOS)
sebagai tempat dukungan pelayanan/pendampingan
serta rujukan bagi Penyandang Disabilitas, Lanjut Usia
dan Anak di desa.
4. Pengadaan Perangkat Pengelolaan Pengolah Data di
Daerah dan layanan pemanfaatan Basis Data Terpadu
(BDT) Kesejahteraan Sosial.
DASAR TARGET
KRISNA DAK
27. 1. Mendorong pemenuhan
pelayanan publik dasar di
daerah
2. Tematik sesuai dengan Prioritas
Nasional
3. Mendorong pemerataan
pembangunan antar wilayah
4. Kesesuaian dengan kewenangan
daerah sesuai dengan lampiran
UU No. 23/2014
5. Refocusing berdasarkan
efektifitas menu & kegiatan DAK
6. Kinerja fisik dan anggaran
masing-masing bidang
7. Memperhatikan Ketersediaan
data
• Reguler (R) – Untuk mendukung pemenuhan sarana dan
prasarana dasar yang mendukung pelayanan publik dan
dimensi pembangunan RPJMN 2020-2024 (Pendidikan,
Kesehatan dan KB, Air Minum, Sanitasi, Perumahan
Permukiman, Jalan);
• Afirmasi (A) – Untuk mendukung pemerataan pelayanan dan
mendorong percepatan pembangunan di daerah yang
memiliki karakteristik tertentu seperti derah tertinggal, terluar,
perbatasan, kepulauan,dan transmigrasi (terdapat dasar hukum
yang berlaku);
• Penugasan (P) – Dapat dialokasikan dalam tema tertentu guna
mendukung capaian Prioritas Nasional (PN) tertentu dan
Arahan Bapak Presiden
Arah Kebijakan
Dana Transfer Khusus Tahun 2020
28. Arah Kebijakan DAK Fisik Tahun 2020
Mendukung Tema
prioritas nasional serta
Arahan Bapak Presiden
lainnya.
Keterangan:
• DAK Sosial (Reguler) dan DAK Transportasi Laut (Penugasan dan Afirmasi) sebagai bidang baru DAK Fisik tahun 2020
• Subbidang Keselamatan Jalan sebagai subbidang baru di DAK Fisik bidang Jalan (Penugasan)
• Subbidang Perpustakaan di bidang Pendidikan
• Subbidang KB di bidang Kesehatan
• Subbidang GOR di bidang Pendidikan/Kesehatan
• Penyesuaian bidang per-jenis (misalnya Pertanian, KKP dan IKM berubah dari jenis reguler ke Penugasan)
*Merupakan Bidang Baru DAK Fisik
IRIGASI
PERTANIAN
KELAUTAN
PERIKANAN KEHUTANAN &
LINGKUNGAN
Ketahanan Pangan & Pembangunan Berkelanjutan
Pengembangan Ekonomi Lokal dan Kreatif
KESEHATAN AIR MINUM SANITASI PERKIM
Penurunan Stunting
Mendukung pemenuhan sarana dan prasarana
dasar, yang mendukung pelayanan publik.
Mendukung pemerataan pelayanan dan mendorong
percepatan pembangunan di daerah yang memiliki
karekteristik tertentu seperti derah tertinggal, terluar,
perbatasan, kepulauan,dan transmigrasi.
SOSIAL
KESEHATAN AIR MINUM
SANITASI JALAN
PENDIDIKAN PERKIM
KESEHATAN AIR MINUM
SANITASI
PENDIDIKAN PERKIM TRANSPORTASI
PERDESAAN
TRANSPORTASI
LAUT
JALAN
PASAR
PENDIDIKAN
PARIWISATA
IKM
TRANSPORTASI
LAUT
29. REPUBLIK INDONESIA
• Timeline Perencanaan-Penganggaran
• DAK Tahun 2020
Mei Juni Juli
M4 Juni – M4 Juli :
Penilaian Pusat
25-31 Mei : Verifikasi
Provinsi dan Pusat
(untuk usulan Provinsi)
24-30 April : Sosialisasi
Aplikasi Krisna DAK
01 Mei – M2 Juni :
Pengusulan DAK Fisik
M1-2 Juni :
Sidang Kabinet dan Penetapan Perpres
RKP
M3-M4 Juni :
Verifikasi untuk usulan Kab/Kota
6 Maret : Rapim penetapan
bidang DAK
21 Maret : MM DAK Fisik
22 Maret : MM DAK Non Fisik
April
Maret
Oktober September
September-Oktober
Pembahasan dengan
DPR-& penetapan pagu
alokasi DAK per-daerah
Penyusunan Rencana
Kegiatan (RK)
M1-M2 September
TM IV Penilaian Final oleh Pusat
Penyusunan Rencana
Kegiatan (RK)
Agustus
November
Desember
M1-M3 Agustus
Sinkronisasi Online Usulan DAK
M4 Agustus
Finalisasi Hasil Penilaian oleh
Pusat