Dokumen tersebut membahas tentang keberagaman murid dan pendidikan berdiferensiasi. Terdapat beberapa poin penting yaitu pentingnya memahami karakteristik setiap murid, memberikan layanan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan murid, serta menciptakan lingkungan belajar yang inklusif.
2. Keberagaman, keadilan, dan
inklusi
Adanya hubungan antara
keberagaman, keadilan, dan
inklusi.
Keberagaman adalah “siapa”,
keadilan adalah “bagaimana”, dan
inklusi adalah "apa".
Sekolah yang peserta didiknya
beragam tidak otomatis inklusif,
dan sekolah inklusif tidak otomatis
adil.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
3. DIVERSITY
adalah
representasi
dari semua
identitas dan
perbedaan
yang beragam
INCLUSION
Inklusi berfokus pada
pelibatan semua orang
dan memastikan tidak
ada yang dikecualikan
karena perbedaan.
Membangun budaya
saling memiliki dan
memastikan semua
orang memiliki
kesempatan untuk
dapat berkontribusi dan
berpartisipasi.
EQUITY
Melibatkan
upaya untuk
memahami
dan memberi
setiap orang
apa yang
mereka
butuhkan
untuk menjadi
sukses.
4. Keberagaman
Secara sederhana,
keberagaman adalah
kumpulan atribut, sifat, dan
karakteristik unik yang
membentuk individu.
Diantaranya termasuk nilai,
keyakinan, pengalaman,
latar belakang, perilaku, ras,
jenis kelamin, kemampuan,
status sosial ekonomi,
penampilan fisik, usia, dan
sebagainya. Beberapa dari
ciri-ciri tersebut dapat
terlihat, dan banyak lagi
lainnya yang tidak terlihat.
5. Dimensi keberagaman
Pada tahun 1990, perintis teori keberagaman yaitu Marilyn Loden
dan Judy Rosener mengembangkan kerangka berpikir dimensi
keberagaman. dibagi ke dalam empat lapisan:
Dimensi 1
Kepribadian: Keterbukaan, kesadaran, ekstraversi, keramahan,
neurotisme, dan lain-lain.
Dimensi 2
Dimensi Internal/Primer: Usia, jenis kelamin, kemampuan fisik,
etnis, ras, dan lain-lain.
Dimensi 3
Dimensi Eksternal: Lokasi geografis, pendapatan, kebiasaan
pribadi, kebiasaan rekreasi, agama, latar belakang pendidikan,
pengalaman pekerjaan, penampilan, status orang tua, status
perkawinan, dan lain-lain.
Dimensi 4
Dimensi Organisasi: Tingkat fungsional, isi bidang pekerjaan,
divisi/departemen/unit/grup, senioritas, lokasi kerja, afiliasi pekerja,
status kepengurusan, dan lain-lain.
6. Keadilan
Meskipun "keadilan" dan "kesetaraan"
terdengar mirip, keduanya tidak sama
namun saling terkait. Keadilan adalah
tentang berlaku adil, sedangkan
kesetaraan adalah tentang kesamaan.
Dengan kata lain, kesetaraan berkaitan
dengan memperlakukan atau memberi
bantuan pada semua orang dengan cara
yang sama, sementara keadilan
memberikan bantuan berbeda
bergantung pada kebutuhannya sehingga
setiap orang memiliki kesempatan yang
sama.
Keadilan menganggap bahwa setiap
orang memiliki keadaan / kondisi /
kemampuan yang berbeda dan kemudian
diberi support yang sesuai dengan apa
yang dibutuhkan untuk mencapai hasil
yang setara / sama.
7. Inklusi
Inklusi digambarkan sebagai tingkatan
menghargai perbedaan / keberagaman
setiap individu dan mendorong untuk
berpartisipasi penuh dalam
masyarakat. Kita dapat memiliki
keberagaman namun mungkin tidak
memiliki inklusi.
Keberagaman adalah aspek manusia,
dan setiap orang beragam. Tapi inklusi
adalah lingkungan dan suasana yang
dirasakan oleh orang-orang.
Mengakui beragam perbedaan tidaklah
cukup, kita harus membuat lingkungan
inklusif di mana orang-orang tersebut
merasa dihargai, dihormati, dan
diperlakukan secara adil dan memiliki
kesempatan yang sama untuk berhasil.
8. Ability dan disabilities
(different abled)
Kesetaraan dan kesempatan yang sama harus
diberikan pada semua individu terlepas dari
bagaimanapun kemampuannya.
WHO mendefinisikan disabilitas sebagai istilah
umum yang meliputi impairments, limitation, dan
participation restriction.
Impairments sebagai “kerusakan / masalah dalam
fungsi atau struktur tubuh”.
Limitation sebagai “kesulitan yang dihadapi oleh
individu dalam melaksanakan tugas atau
aktivitas”.
Participation restriction sebagai “masalah yang
dialami individu dalam keterlibatan pada situasi
tertentu di masyarakat.”
Ability mengacu pada orang yang memiliki
“keterampilan untuk menyelesaikan tugas, atau
aktivitas”, sehingga disabilities dapat
memengaruhi seberapa baik seseorang dapat
melakukan tugas apa pun yang terkait
dengannya. Jadi istilah disabilitas lebih kompleks
9. Diskriminasi adalah hal yang tidak dapat
dibenarkan karena akan menjadi penghalang
untuk pencapaian kesetaraan kesempatan,
inklusi dan hak asasi manusia. Maka dari itu,
kita perlu membangun budaya memahami,
menghargai, dan bekerja dengan
keberagaman untuk memungkinkan setiap
orang dapat berpartisipasi / terlibat dalam
semua aktivitas secara adil. Kita perlu
memastikan bahwa tidak ada diskriminasi
dalam hal apa pun.
10. Inklusi pada intinya adalah upaya dan
praktik pada suatu tempat / sebuah
lembaga, di mana berbagai kelompok
atau individu yang memiliki latar belakang
berbeda diterima secara budaya dan
sosial, inklusi adalah rasa memiliki.
Budaya inklusif membuat orang merasa
dihormati dan dihargai apa adanya
sebagai individu atau kelompok. Secara
sederhana, keberagaman adalah
campuran dan inklusi membuat campuran
bekerja sama dengan baik.
Pendidikan Inklusif berarti semua siswa
menjadi bagian dan diterima oleh sekolah di
lingkungan mereka di kelas regular sesuai
dengan usianya dan di dukung dalam belajar,
berkontribusi dan berpartisipasi dalam semua
aspek kehidupan sekolah.
Pendidikan inklusif adalah tentang bagaimana
kita mengembangkan dan merancang
sekolah, ruang kelas, program, dan kegiatan
sehingga semua siswa belajar dan
berpartisipasi bersama.
11. Kelas Inklusif
Kelas inklusif diatur dalam beberapa cara.
Beberapa menggunakan model pengajaran tim
kolaboratif. Dengan pengajaran bersama, ada guru
pendidikan khusus di ruangan sepanjang hari.
Sedangkan, di kelas inklusif lainnya memiliki guru
pendidikan khusus yang memberikan dukungan
dan bantuan pada waktu tertentu di siang hari
untuk mengajar (terkadang guru tersebut menarik
anak-anak keluar dari kelas ke ruang terpisah).
Dalam kedua kasus, kedua guru tersedia untuk
membantu semua siswa.
Sekolah Inklusif
Ada banyak aspek yang harus
diperhatikan dalam menciptakan
lingkungan belajar yang inklusif
termasuk pengembangan kebijakan
dengan sudut pandang inklusif,
kurikulum, kemampuan dan sikap guru,
bahasa dan komunikasi, bantuan
teknologi, aksesibilitas fisik termasuk
transportasi, dan keterlibatan
masyarakat dan keluarga.
12. Pernahkah peserta didik Bapak/Ibu
mengalami kesulitan dalam mengerjakan
tugas yang seharusnya sudah dipahami oleh
mereka?
Mengapa hal tersebut bisa terjadi?
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
13. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
▪ Tentunya jawaban untuk pertanyaan tadi memiliki banyak faktor. Namun salah
satu yang bisa menjadi akar masalah dari kejadian tersebut adalah level/
tingkat capaian ataupun kemampuan dari peserta didik tersebut yang belum
tepat dengan capaian belajar yang diharapkan.
▪ Proses pembelajaran peserta didik harusnya disusun berdasarkan
karakteristik, potensi, dan kebutuhan peserta didik.
14. Pembelajaran yang berpusat pada murid adalah
pembelajaran yang disesuaikan dengan
karakteristik, potensi, dan kebutuhan belajar murid
15. Sebelum kita memahami lebih jauh tentang konsep pengajaran sesuai dengan capaian dan
tingkat kemampuan, ada baiknya kita mulai dengan memahami prinsip pembelajaran.
Berikut penjelasan mengenai prinsip pembelajaran sebagai pijakan awal kita.
Pembelajaran dirancang dengan mempertimbangkan tahap perkembangan dan tingkat pencapaian
peserta didik saat ini, sesuai kebutuhan belajar, serta mencerminkan karakteristik dan
perkembangan yang beragam sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan menyenangkan.
Pembelajaran dirancang dan dilaksanakan untuk membangun kapasitas untuk menjadi pembelajar
sepanjang hayat.
Proses pembelajaran mendukung perkembangan kompetensi dan karakter peserta didik secara
holistik.
Pembelajaran yang relevan, yaitu pembelajaran yang dirancang sesuai konteks, lingkungan dan
budaya peserta didik, serta melibatkan orang tua dan masyarakat sebagai mitra.
Pembelajaran berorientasi pada masa depan yang berkelanjutan.
1
4
2
3
5
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
16. ▪ Merupakan sebuah pendekatan
belajar yang mengacu pada
tingkatan capaian atau kemampuan
peserta didik. Seringkali disebut
juga sebagai Teaching at the Right
Level (TaRL)
▪ Pendekatan pembelajaran ini tidak
mengacu pada tingkatan kelas,
namun dikelompokkan berdasarkan
fase perkembangan atau tingkat
kemampuan peserta didik.
▪ Pembelajaran dibuat disesuaikan dengan
capaian, tingkat kemampuan, kebutuhan
peserta didik, untuk mencapai capaian
pembelajaran yang diharapkan.
▪ Ini adalah bentuk implementasi yang sesuai
dengan filosofi Pendidikan Ki Hadjar
Dewantara. Dengan memperhatikan
capaian,tingkat kemampuan, kebutuhan
peserta didik sebagai acuan untuk
merancang pembelajaran, maka kita
melakukan segala upaya kita untuk
berpusat pada peserta didik.
PENGAJARAN SESUAI DENGAN CAPAIAN ATAU TINGKAT KEMAMPUAN
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
17. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
SEKILAS MENGENAI PENGAJARAN SESUAI DENGAN CAPAIAN
ATAU TINGKAT KEMAMPUAN
1. Tujuan pengajaran dengan
menggunakan pendekatan ini adalah
penguatan kemampuan numerasi dan
literasi pada peserta didik, serta
pengetahuan pada mata pelajaran
yang menjadi capaian pembelajaran.
2. Peserta didik tidak terikat pada
tingkatan kelas. Namun
dikelompokkan berdasarkan fase
perkembangan ataupun sesuai
dengan tingkat kemampuan peserta
didik yang sama.
3. Setiap fase, ataupun tingkatan tersebut
mempunyai capaian pembelajaran yang harus
dicapai. Proses pembelajaran peserta didik akan
disusun mengacu pada capaian pembelajaran
tersebut, namun disesuaikan dengan
karakteristik, potensi, kebutuhan peserta
didiknya.
4. Kemajuan hasil belajar akan ditentukan
berdasarkan evaluasi pembelajaran. Peserta
didik yang belum mencapai capaian
pembelajaran di fasenya, akan mendapatkan
pendampingan oleh pendidik untuk bisa
mencapai capaian pembelajarannya
19. Jika Bapak/Ibu merasa bahwa hal
pertama yang perlu dilakukan adalah
MENGENAL PESERTA DIDIK…
BAPAK/IBU BENAR!!!
20. Sebelum kita bisa membuat pembelajaran
yang berpusat pada peserta didik, kita harus
mengenali peserta didik terlebih dahulu.
Kita bisa mengenali karakteristik, potensi,
keunikan, dan kebutuhan peserta didik.
21. CATATAN
• Setiap anak adalah unik. Tidak ada satupun anak yang sama.
Anak kembar pun memiliki DNA yang berbeda. Tentunya
masing-masing anak mempunyai hak untuk mendapatkan
pendekatan yang berbeda dalam belajar.
• Apa yang dikenali dari anak pun juga beragam. Tidak hanya
terkait dengan gaya belajarnya saja, melainkan sesuatu yang
sifatnya non-kognitif (sosial-emosional), seperti perasaan,
kesejahteraan psikologi, rasa aman, dan lain-lain.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
22. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Apa yang Bapak/Ibu lihat dari gambar ini?
Berdasarkan gambar ini, menurut Bapak/Ibu
bagaimana seharusnya cerminan pendidikan
yang harus diterapkan kepada anak?
23. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Dalam mendidik yang harus
pertama dikenal adalah siapa yang
akan dididik dan apa yang
merupakan target capaiannya.
Pemahaman karakteristik dan
capaian pembelajaran yang harus
dipenuhi menjadi penting dalam
menciptakan pendidikan yang
merdeka bagi anak
24. Ki Hajar Dewantara dalam bukunya “Bagian Pertama:
Pendidikan” (2011) mengatakan bahwa pendidikan merupakan
daya dan upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti
(kekuatan batin, karakter), pikiran (intelektual) dan tubuh anak
agar dapat memajukan kesempurnaan hidup, yaitu kehidupan
anak yang sesuai dengan dunianya.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Sumber Materi:
Unit Modul Bimtek Calon Pelatih Ahli Program Sekolah Penggerak Penyesuaian pembelajaran dan Perancangan pembelajaran
25. BAGAIMANA MEMBELAJARKAN SISWA YANG
BERAGAM DI KELAS YANG SAMA?
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
26. Keragaman layanan
pembelajaran dari
tinjauan perbedaan
karakteristik peserta
didik disebut dengan
diferensiasi
pembelajaran.
Pengembangan kurikulum
secara berdiferensiasi
dimaksudkan untuk melakukan
penyesuaian program
pendidikan pada satuan
pendidikan dengan kondisi dan
kekhasan potensi yang ada di
daerah untuk mengakomodasi
berbagai keragaman yang ada
termasuk peserta didik.
27. Pembelajaran berdiferensiasi
merupakan satu cara untuk guru
memenuhi kebutuhan setiap
peserta didik karena
pembelajaran berdiferensiasi
adalah proses belajar mengajar
dimana peserta didik dapat
mempelajari materi pelajaran
sesuai dengan kemampuan, apa
yang disukai, dan kebutuhannya
masing-masing sehingga mereka
tidak frustasi dan merasa gagal
dalam pengalaman belajarnya
(Breaux dan Magee, 2010; Fox &
Hoffman, 2011; Tomlinson, 2017)
Jadi dalam pembelajaran
berdiferensiasi ada 3 aspek yang
bisa dibedakan oleh guru agar
peserta didik-peserta didiknya
dapat mengerti bahan pelajaran
yang mereka pelajari, yaitu aspek
konten yang mau diajarkan,
aspek proses atau kegiatan-
kegiatan bermakna yang akan
dilakukan oleh peserta didik di
kelas, dan aspek ketiga adalah
asesmen berupa pembuatan
produk yang dilakukan di bagian
akhir yang dapat mengukur
ketercapaian tujuan
pembelajaran.
29. Pembelajaran yang berdiferensiasi memungkinkan guru untuk
memberi peserta didik dukungan yang mereka butuhkan, yang
sangat mungkin berbeda-beda satu sama lain. Alih-alih
menyatukan mereka dalam satu kelompok besar di kelas dengan
satu cara untuk semua, pembelajaran berdiferensiasi yang
diberikan dalam kelompok belajar yang lebih kecil memudahkan
guru untuk melihat peserta didik mana yang telah menguasai
tujuan pelajaran dan telah memiliki keterampilan untuk
melanjutkan pembelajaran. Di saat yang sama, guru juga dapat
melihat peserta didik yang masih membutuhkan dukungan atau
intervensi