2. Riwayat Hidup
• Lahir : Solo
• Dosen Prodi. Pendidikan Khusus (PKh) FKIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS)
• Pengalaman : Guru, Kepala Sekolah,
Konselor/Konsultan Pend. Anak Autis di
Jakarta, Bandung, Solo, Jambi, dan Medan
dsb. (1997-Sekarang)
• Konsultan Anak Autis di Pusat Studi
Difabilitas (PSD) LPPM UNS
• Pendiri dan Pemilik J-KIDS AUTISM CENTER
Surakarta
• Konsultan di World Bank terkait Pendidikan
Inklusif
• No HP: 0822 9895 8741
• https://civitas.uns.ac.id/jokoyuwono
• Jokoyuwonoautis.com
DR. JOKO YUWONO, M.Pd
3. Definisi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Anak yang dalam proses pertumbuhan / perkembangannya secara
signifikan (bermakna) mengalami hambatan secara fisik, mental,
intelektual, sosial, emosional, dibandingkan dengan anak-anak lainya
seusianya sehingga mereka memerlukan layanan pendidikan khusus
(Direktorat PKLK).
4. Bentuk Layanan Pendidikan ABK
Bentuk Layanan Pendidikan
Segregasi/Terpisah
Bentuk Layanan Pendidikan
Terpadu/Integrasi
Bentuk Layanan Pendidikan Inklusif
5. 1. Sistem Segregasi
Sistem segregasi diartikan sebagai sistem layanan
pendidikan yang dilakukan secara terpisah antara anak
‘pada umumnya’ dan anak berkebutuhan khusus.(ABK)
7. 2. Mainstreaming
Mainstreaming merupakan integrasi sosial,
instruksional dan temporal anak cacat dengan teman-
teman normalnya , berdasarkan pada kebutuhan
pendidikan yang diukur secara individual, serta
memerlukan klasifikasi tanggung jawab koordinasi
dalam penyusuanan program oleh tim dari berbagai
profesi dan disiplin.(Kauffman, Gottlieb, Agard dan
Kukic, 1975)
9. Permendinas No. 70 Tahun 2009 tentang
Pendidikan Inklusif
3. PENDIDIKAN INKLUSIF
10. • Kita telah diciptakan sederajad walaupun berbeda-beda. Apapun jenis
kelamin, penampilan, kesehatan atau kemampuan berfungsi, kita
telah diciptakan ke dalam suatu masyarakat. Penting untuk diakui
bahwa sebuah masyarakat normal ditandai oleh keragaman dan
keberagaman – bukan keseragaman. Namun pada kenyataannya
anak-anak dan orang dewasa yang berbeda dalam kebutuhannya dari
kebutuhan kebanyakan orang telah dipisahkan dengan alasan yang
beragam untuk waktu yang terlalu lama – semua alasan tersebut
tidak adil. (Skjorten, 2003).
Hakekat INKLUSIF
11. Konsep Inklusif
Inklusi
‘Inklusi’ berarti mengikutsertakan anak berkelainan
seperti peserta didik yang memiliki kesulitan melihat,
mendengar, tidak dapat berjalan, lamban dalam
belajar. Secara luas ‘inklusi’ juga berarti melibatkan
seluruh peserta didik tanpa terkecuali.
12. Pendidikan inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang
mensyaratkan anak berkebutuhan khusus belajar di sekolah-
sekolah terdekat di kelas biasa bersama teman-teman seusianya
(Sapon-Shevin dalam O’Neil, 1994)
Definisi Pendidikan Inklusif
13. Sekolah penyelenggara pendidikan inklusif adalah sekolah yang
menampung semua murid di kelas yang sama. Sekolah ini
menyediakan program pendidikan yang layak, menantang, tetapi
disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan setiap murid
maupun bantuan dan dukungan yang dapat diberikan oleh para
guru, agar anak-anak berhasil (Stainback,1980).
Pendidikan Inklusif
14.
15. Demensi Inklusi by Ainscow & Tony Booth (2002,
2006)
Pengembangan tempat untuk semua
Melaksanakan dukungan untuk
keberagaman
1. Dimensi Budaya
2. Dimensi Kebijakan
3. Dimensi Praktik
Creating inclusive cultures
Producing inclusive policies
Evolving inclusive practices
Membangun komunitas
Membangun nilai-nilai inklusi
Belajar dan bermain bersama
Mobilisasi sumber-sumber
17. MODEL-MODEL KURIKULUM
DALAM PEMBELAJARAN INKLUSIF
DUPLIKASI
MODIFIKASI
SUBSTITUSI
OMISI
KURIKULUM UNTUK ABK DISAMAKAN DENGAN
KURIKULUM UMUM.
KURIKULUM UMUM DIRUBAH UNTUK
DISESUAIKAN DENGAN KEBUTUHAN DAN
KEMAMPUAN SISWA ABK
BEBERAPA BAGIAN DARI KURIKULUM UMUM
DITIADAKAN TETAPI DIGANTI DENGAN SESUATU
YANG KURANG LEBIH SETARA.
BEBERAPA BAGIAN DARI KURIKULUM UMUM
DITIADAKAN SAMA SEKALI KARENA TIDAK
MEMUNGKINKAN BAGI ABK
18. KURIKULUM YANG MENGAKOMODASI KEBUTUHAN DAN
KEMAMPUAN PESERTA DIDIK
(KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK)
• ESKALASI
• DUPLIKASI
• MODIFIKASI
• SUBSTITUSI
• OMISI
KURIKULUM
YANG
FLEKSIBEL
19. PESERTA DIDIK ASESMEN
KURIKULUM
DAN
PEMBELAJARAN
KEMAMPUAN, GAYA
BELAJAR, PERILAKU
DSB (PROFIL
PESERTA DIDIK)
• Informasi dari tenaga ahli
• Informasi dari orang tua
• Informasi dari guru pendamping
• Tes, pengamatan, wawancara
TUJUAN, MATERI,
PROSES, ALAT/MEDIA
DAN EVALUASI
RANCANGAN
KURIKULUM DAN
PEMBELAJARAN
INKLUSIF
Duplikasi
Modifikasi
Substitusi
Omisi
20. Beberapa konsep inti Inklusi yang telah
dirumuskan di Salamanca adalah:
• Anak-anak memiliki keberagaman yang luas dalam karakteristik dan
kebutuhannya.
• Perbedaan itu normal adanya.
• Sekolah perlu mengakomodasi SEMUA anak.
• Anak penyandang cacat seyogyanya bersekolah di lingkungan sekitar
tempat tinggalnya.
• Partisipasi masyarakat itu sangat penting bagi inklusi.
• Pengajaran yang terpusat pada diri anak merupakan inti dari inklusi.
21. Lanjutan
• Kurikulum yang fleksibel seyogyanya disesuaikan dengan anak,
bukan kebalikannya.
• Inklusi memerlukan sumber-sumber dan dukungan yang tepat.
• Inklusi itu penting bagi harga diri manusia dan pelaksanaan hak asasi
manusia secara penuh.
• Sekolah inklusi memberikan manfaat untuk SEMUA anak karena
membantu menciptakan masyarakat yang inklusif.
• Inklusi meningkatkan efisiensi dan efektivitas biaya pendidikan.
22. Elemen-elemen yang menjadi perhatian
dalam
Implementasi Pendidikan Inklusif :
• Menghargai dan menerima perbedaan-keragaman
• ABK berada dalam kelas reguler sepanjang hari.
• Kurikulum dan pembelajaran yang fleksibel.
• Lingkungan sekolah yang ramah (welcoming school) dan mudah diadaptasi
oleh semua anak (aksesibilitas).
• Adanya guru yang ramah (welcoming teacher).
• Adanya Guru Pembimbing Khusus bagi ABK.(GPK)
• Adanya pusat sumber (Resource Center).
• Kemitraan sekolah, guru, pemerintah, instansi terkait, orang tua dan
masyarakat.
23. Manajemen penyelenggaraan sekolah inklusi
(1) pengelolaan peserta didik
(2) pengelolaan kurikulum
(3) pengelolaan pembelajaran
(4) pengelolaan penilaian
(5) pengelolaan pendidik dan tenaga kependidikan
(6) pengelolaan sarana dan prasarana
(7) pengelolaan pembiayaan
(8) pengelolaan sumberdaya masyarakat.
24. 24
|Tantangan Yang Dihadapi:
1
2
4
3
PI
Sistem Dukungan:
• Ketersediaan dan akurasi
data ABK
• Pusat layanan identifikasi dan
asesmen belum maksimal.
• Pusat sumber (Resource
Sentre) sangat terbatas
• Belum ada unit layanan
disabilitas (ULD)
Kebijakan Yang Afirmatif:
• Belum menjangkau seluruh
daerah (provinsi/kab/kota)
• Daerah belum memahami
sehingga tidak menjadi
program prioritas daerah.
• Masih minim dukungan
APBD.
• Sangat sedikit didukung
dengan PERDA/PERGUB/
PERBUP/PERWALI
Guru Yang Kompeten:
• Jumlah guru pembimbing khusus
(GPK) sangat terbatas.
• Kemampuan mengadaptasi
kurikulum dan pembelajaran
masih rendah.
• Menyediakan media
pembelajaran yang aksesibel
oleh ABK belum maksimal
Lingkungan Sekolah:
• Masih ada penolakan dari
sebagian orang tua/masyarakat.
• Pelecehan kepada penyandang
disabilitas masih terjadi.
• Tidak melibatkan ABK dalam
kegiatan belajar