SlideShare a Scribd company logo
1 of 43
ANTHROPOMETRI
Ritma Dewanti, S.Gz., M.Gz
Definisi Anthropometri
Anthropometri berasal dari kata Anthropos
(manusia) dan metros (ukuran).
Anthropometri adalah upaya untuk
memberikan penilaian terhadap status gizi
seseorang dengan membandingkan ukuran-
ukuran tubuh atau membandingkan dengan
usia seseorang.
Tujuan Anthropometri
Pemantauan Status Gizi (Nutritional Status
Monitoring) Untuk memberikan gambaran perubahan
status gizi seseorang dari waktu ke waktu.
Survei Gizi (Nutritional Survey) untuk gambaran
tentang status gizi seseorang pada waktu tertentu dan
faktor-faktor yang berpengaruh.
Syarat yang Mendasari Penggunaan
Antropometri
 Alat mudah didapat dan digunakan
 Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan
mudah dan objektif
 Pengukuran tidak selalu harus oleh tenaga khusus
profesional, dapat oleh tenaga lain setelah mendapat
pelatihan
 Biaya relatif murah
 Hasilnya mudah disimpulkan, memiliki cutt of point
dan baku rujukan yang sudah pasti
 Secara ilmiah diakui kebenarannya
Keunggulan Antropometri
 Prosedur sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam
jumlah sampel cukup besar
 Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli
 Alat murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan
dibuat di daerah setempat
 Metode ini tepat dan akurat, karena dapat dibakukan
 Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di
masa lampau
 Umumnya dapat mengidentifikasi status buruk, kurang dan
baik, karena sudah ada ambang batas yang jelas
 Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode
tertentu, atau dari satu generasi ke generasi berikutnya
 Dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan
terhadap gizi
Kelemahan Antropometri
 Tidak sensitif: tidak dapat mendeteksi status gizi dalam
waktu singkat, tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi
tertentu, misal Fe dan Zn
 Faktor di luar gizi (penyakit, genetik dan penurunan
penggunaan energi) dapat menurunkan spesifikasi dan
sensitivitas pengukuran antropometri
 Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat
mempengaruhi presisi, akurasi, dan validitas pengukuran
 Kesalahan terjadi karena: pengukuran, perubahan hasil
pengukuran (fisik dan komposisi jaringan), analisis dan
asumsi yang keliru
 Sumber kesalahan biasanya berhubungan dengan: latihan
petugas yang tidak cukup, kesalahan alat, kesulitan
pengukuran
Jenis Parameter Antropometri
Sebagai indikator status gizi, antropometri dapat
dilakukan dengan mengukur beberapa parameter
Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia
Jenis parameter antropometri:
1. Umur
2. Berat Badan
3. Tinggi Badan
4. Lingkar Lengan Atas
5. Lingkar Kepala
6. Lingkar Dada
7. Jaringan Lunak
Umur
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status
gizi.
Kesalahan penentuan umur >> interpretasi status gizi
salah
Batasan umur yang digunakan (Puslitbang Gizi Bogor,
1980):
- Tahun umur penuh (completed year)
Contoh: 6 tahun 2 bulan, dihitung 6 tahun
5 tahun 11 bulan, dihitung 5 tahun
- Bulan usia penuh (completed month): untuk anak
umur 0-2 tahun digunakan
Contoh: 3 bulan 7 hari, dihitung 3 bulan
2 bulan 26 hari, dihitung 2 bulan
Umur
 Bila tidak ingat tanggal lahir, maka
tanggal lahir ditentukan sebagai
tanggal 15 (Permendagri, no 19
tahun 2010)
 Bila tidak ingat bulan lahir, maka
ditentukan sebagai bulan 6
Umur
Untuk melengkapi data umur dapat dilakukan dengan cara-cara
berikut:
1. Meminta surat kelahiran, kartu keluarga atau catatan lain
yang dibuat oleh orang tuanya. Jika tidak ada, bila
memungkinkan catatan pamong desa
2. Jika diketahui kalender lokal seperti bulan Arab atau bulan
lokal (Sunda, Jawa dll), cocokan dengan kalender nasional
3. Jika tetap tidak ingat, dapat berdasarkan daya ingat ortu, atau
berdasar kejadian penting (lebaran, tahun baru, puasa,
pemilihan kades, pemilu, banjir, gunung meletus dll)
4. Membandingkan anak yang belum diketahui umurnya dengan
anak kerabat/ tetangga yang diketahui pasti tanggal lahirnya.
5. Jika hanya bulan dan tahunnya yang diketahui, tanggal tidak
diketahui, maka ditentukan tanggal 15 bulan ybs
Berat Badan
Merupakan ukuran antropometri terpenting dan paling sering
digunakan pada bayi baru lahir (neonatus)
Digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau BBLR
Pada masa bayi-balita berat badan dapat dipergunakan untuk
melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat
kelainan klinis (dehidrasi, asites, edema, atau adanya tumor). Dapat
digunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan
Menggambarkan jumlah protein, lemak, air dan mineral pada
tulang
Pada remaja, lemak cenderung meningkat dan protein otot
menurun
Pada klien edema dan asites, terjadi penambahan cairan dalam
tubuh
Adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot,
khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi
Berat Badan
Alasan mengapa pengukuran berat badan merupakan pilihan
utama:
1. Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan
dalam waktu singkat karena perubahan konsumsi makanan
dan kesehatan
2. Memberikan gambaran status gizi sekarang, jika dilakukan
periodik memberikan gambaran pertumbuhan
3. Umum dan luas dipakai di Indonesia
4. Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh
keterampilan pengukur
5. Digunakan dalam KMS
6. BB/TB merupakan indeks yang tidak tergantung umur
7. Alat ukur dapat diperoleh di pedesaan dengan ketelitian
tinggi: dacin
Tinggi Badan (TB)
Tinggi Badan merupakan antropometri yang
menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal
Pada keadaa normal, TB tumbuh seiring dengan
pertambahan umur
Pertumbuhan TB tidak seperti BB, relatif kurang
sensitif pada masalah kekurangan gizi dalam waktu
singkat. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap TB akan
nampak dalam waktu yang relatif lama
Tinggi Badan (TB)
Merupakan parameter paling penting bagi keadaan
yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak
diketahui dengan tepat
Merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan
menghubungkan BB terhadap TB (quac stick) faktor
umur dapat dikesampingkan
Alat ukur :
- Alat Pengukur Panjang Badan Bayi : untuk bayi atau
anak yang belum dapat berdiri.
- Microtoise: untuk anak yang sudah dapat berdiri
Lingkar Lengan Atas
Merupakan salah satu pilihan untuk penentuan
status gizi, karena mudah, murah dan cepat. Tidak
memerlukan data umur yang terkadang susah
diperoleh
Memberikan gambaran tentang keadaan jaringan
otot dan lapisan lemak bawah kulit
Lila mencerminkan cadangan energi, sehingga dapat
mencerminkan:
1. Status KEP pada balita
2. KEK pada ibu WUS dan ibu hamil: risiko bayi BBLR
Lingkar Lengan Atas
Alat: suatu pita pengukur dari fiber
glass atau sejenis kertas tertentu
berlapis plastik.
Ambang batas (Cut of Points):
LLA WUS dengan risiko KEK di
Indonesia < 23.5 cm
Pada bayi 0-30 hari : ≥9.5 cm
Balita dengan KEP <12.5 cm
Lingkar Lengan Atas
Kelemahan:
- Baku LLA yang sekarang digunakan belum
mendapat pengujian yang memadai untuk
digunakan di Indonesia
- Kesalahan pengukuran relatif lebih besar
dibandingkan pada TB
- Sensitif untuk suatu golongan tertentu (prasekolah),
tetapi kurang sensitif untuk golongan dewasa
Lingkar Kepala
Lingkar kepala adalah standar prosedur
dalam ilmu kedokteran anak secara
praktis, biasanya untuk memeriksa
keadaan patologi dari besarnya kepala
atau peningkatan ukuran kepala
Contoh: hidrosefalus dan mikrosefalus
Lingkar kepala dihubungkan dengan
ukuran otak dan tulang tengkorak
Ukuran otak meningkat secara cepat selama
tahun pertama, tetapi besar lingkar kepala
tidak menggambarkan keadaan kesehatan
dan gizi
Bagaimanapun ukuran otak dan lapisan
tulang kepala dan tengkorak dapat bervariasi
sesuai dengan keadaan gizi
Dalam antropometri gizi rasio Lika dan Lida
cukup berarti dan menentukan KEP pada
anak. Lika juga digunakan sebagai informasi
tambahan dalam pengukuran umur
Lingkar Dada
Biasa digunakan pada anak umur 2-3 tahun, karena
pertumbuhan lingkar dada pesat sampai anak berumur
3 tahun
Rasio lingkar dada dan kepala dapat digunakan
sebagai
indikator KEP pada balita
Pada umur 6 bulan lingkar dada dan kepala sama.
Setelah umur ini lingkar kepala tumbuh lebih lambat
daripada lingkar dada
Pada anak yang KEP terjadi pertumbuhan lingkar dada
yang lambat → rasio lingkar dada dan kepala < 1
Lingkar Dada
Tinggi Lutut
Tinggi lutut erat kaitannya dengan
tinggi badan, sehingga data tinggi
badan didapatkan dari tinggi lutut
bagi orang tidak dapat berdiri atau
lansia
Pada lansia digunakan tinggi lutut
karena pada lansia terjadi penurunan
masa tulang >> bungkuk>> sukar
untuk mendapatkan data tinggi badan
akurat
Data tinggi badan lansia dapat
menggunakan formula atau nomogram bagi
orang yang berusia >59 tahun
Formula (Gibson, RS; 1993)
Pria : (2.02 x tinggi lutut (cm)) – (0.04
x umur (tahun)) + 64.19
Wanita : (1.83 x tinggi lutut (cm)) –
(0.24 x umur (tahun)) + 84.88
Jaringan Lunak
Otot dan lemak merupakan jaringan lunak yang
bervariasi
Antropometri dapat dilakukan pada jaringan tersebut
untuk menilai status gizi di masyarakat
Lemak subkutan (subcutaneous fat)
Penilaian komposisi tubuh termasuk untuk
mendapatkan informasi mengenai jumlah dan
distribusi lemak dapat dilakukan dengan beberapa
metode
Metode yang digunakan untuk
menilai komposisi tubuh
(jumlah dan distribusi lemak sub-kutan):
1. Ultrasonik
2. Densitometri (melalui penempatan air pada
densitometer atau underwater weighting)
3. Teknik Isotop Dilution
4. Metoda Radiological
5. Total Electrical Body Conduction (TOBEC)
6. Antropometri (pengukuran berbagai tebal
lemak menggunakan kaliper: skin-fold
calipers)
Beberapa pengukuran tebal lemak dengan
menggunakan kaliper
1. Pengukuran triceps
2. Pengukuran bisep
3. Pengukuran suprailiak
4. Pengukuran subskapular
Triceps
Subskapular
Suprailiak
Alat Alat yang Dibutuhkan :
 Detecto (Salter) Satu Set /Salter spring
balance
 Bathroom Scale (Timbangan Injak)
 Length Board (Panjang Badan)
 Microtoise
 Pita LILA
 Skinfold
Cara Penggunaan Alat
1. Detectometer
 Pasang alat bantu Detecto meter (sarung detecto, besi
pengait dan tali penggantung)
 Kaliberasi alat detecto meter sampai jarum detecto meter
menunjukan angka nol “0”.
 Pakaian yang digunakan oleh anak seminimal mungkin
 Anak dinaikan ke sarung detecto meter
 Baca dan catat angka penunjukan jarum
Cara Penggunaan Alat
2. Bathroom Scale
 Letakkan alat timbangan injak tersebut pada lantai yang datar
 Kaliberasi alat dengan memutar alat kaliberasi yang ada pada
bagian belakang alat
 Mintalah anak untuk naik di atas timbangan tersebut dengan
 Pembaca hasil penimbangan harus berada tepat sejajar dengan
jarum penunjuk hasil penimbangan
 Catat hasil penimbangan pada kertas yang telah
Cara Penggunaan Alat
3. Length Board
Syarat digunakan :
 Umur anak kurang dari 2
tahun (0-23 bulan)
 Anak yang umurnya lebih
dari 2 tahun tapi
pertumbuhannya tidak
normal
Cara Penggunaan Alat
 Kalibrasi alat sebelum pengukuran dengan pita centimeter (cm)
 Tempatkan alat pada permukaan yang datar (180 Derajat)
 Lepaskan sepatu atau topi anak yang akan di ukur
 Baringkan anak yang akan diukur pada permukaan yang datar pada bagian dalam length
board.
 Pastikan ujung kepala anak menempel pada bagian ujung length board yang tidak akan
digeser dan tumit serta telapak kaki menyentuh bagian ujung length board yang digeser.
 Garis tengah badan anak sejajar dengan garis tengan alat ukur.
 Sedapat mungkin kepala anak di pegang agar mata anak memandang tegak lurus ke atas.
 Pengukur yang memegang kepala anak berada di belakang ujung alat ukur untuk memastikan
si anak tidak merubah posisinya dan betugas untuk menbaca hasil pengukuran sedangkan
pengukur ke dua berada didepan alat ukur dan menaruh satu tangan pada lutut anak untuk
memastikan kaki anak tetap lurus.
 Kemudian pengukur ke dua menggerakkan papan ukur horisontal yang dapat digerakan
dengan tangan lain sampai menyentuh tumit anak.
 Baca pita pengukuran dan catatlah hasil pengukuran panjang anak bila posisinya sudah
benar skala 0,1 cm terdekat.
Cara Penggunaan
4. Microtoise
 Alat pengukuran tinggi
badan ini di gunakan bila
orang/ anak yang akan di
ukur umurnya lebih dari
24 bulan dan
pertumbuhannya dalam
keadaan normal.
Cara Penggunaan
 Pilihlah tempat dengan dinding vertical (sedapat mungkin 90 derajat) dan permukaan lantai
yang horizontal (180 derajat).
 Letakan microtoise di lantai dan tarik pita sentimeter ke atas sepanjang dinding sampai angka
“0” muncul dan persis pada penunjuk angka microtoise.
 Pasang ujung microtoise pada dinding dengan paku/ lakban.
 Periksa kembali alat penunjuk angka pada microtoise di lantai apakah masih menunjukan angka
“0”. Jika tidak pasang ulang posisi microtoise yang benar.
 Subjek yang akan diukur tidak boleh menggunakan alas kaki dan topi.
 Mikrotoa digeser ke atas sehingga lebih tinggi dari anak yang akan di ukur.
 Pastikan bahwa anak tersebut tidak menggunakan alas kaki dan tutup kepala (Topi).
 Anak yang akan diukur berdiri tegak lurus dan rapat ke dinding tepat dibawa mikrotoa (kepala
bagian belakang, bahu bagian belakang, pantat dan tumit harus rapat ke dinding serta
pandangan rata ke depan)
 Geser mikrotoa sampai menyentuh tapat pada bagian atas kepala dan pastikan sisi mikrotoa
tetap menempel rapat ke dinding.
 Lalu baca penunjukan mikrotoa dengan pembacaan dilakukan dari arah depan tegak lurus
dengan mikrotoa (Posisi pembacaan sangat mempengaruhi hasil tinggi badan.
 Pencatatan tinggi badan dilakukan dengan ketelitian satu angka dibelakang koma. (0,1)
Cara Penggunaan
5. Pita Lila
 Subjek diminta berdiri tegak.
 Yang diukur adalah lengan kiri atau lengan yang yang tidak aktif
 Minta subjek untuk membuka lengan pakaian yan menutup lengan kiri
atau jika pakaian terlalu ketat, mintalah untuk membuka pakaiannya.
 Untuk menentukan titik tengah, siku subjek menekuk 90% dengan
telapak tangan menghadap keatas.
 Pengukur berdiri dibelakang subjek dan tentukan titik tengah antara
tulang atas pada bahu kiri dan tulang siku.
 Tandai titik tengah dengan pena.
 Dengan tangan tergantung lepas dan siku lurus disamping badan dan
telapak tangan menghadap ke paha. Ukur lingkar lengan atas pada posisi
yang sudah diberi tanda dengan pita centimeter atau pita LILA menempel
pada kulit, tidak terlalu ketat dan tidak longgar.
 Lingkar Lengan Atas dicatat pada skala 0.1 cm terdekat.
6. Caliper Skinfold
Standar atau jangkauan jepitan
20-40 mm2, ketelitian 0.1mm,
tekanan konstan 10 g/ mm2
TERIMA KASIH

More Related Content

Similar to materi gizi dalam daur kehidupan pemeriksaan ANTROPOMETRI.ppt

Antropometri gizi
Antropometri giziAntropometri gizi
Antropometri giziYenniJanggu
 
Antropometri 1
Antropometri 1Antropometri 1
Antropometri 1_fitria
 
PENILAIAN STATUS GIZI
PENILAIAN STATUS GIZI  PENILAIAN STATUS GIZI
PENILAIAN STATUS GIZI pjj_kemenkes
 
konsep presisi dan pengenalan alat.ppt
konsep presisi dan pengenalan alat.pptkonsep presisi dan pengenalan alat.ppt
konsep presisi dan pengenalan alat.pptYunanda6
 
Konsep pertumbuhan sebagai
Konsep pertumbuhan sebagaiKonsep pertumbuhan sebagai
Konsep pertumbuhan sebagaiLilik Sholeha
 
Parameter pertumbuhan pada anak - BMD
Parameter pertumbuhan pada anak - BMDParameter pertumbuhan pada anak - BMD
Parameter pertumbuhan pada anak - BMDREISA Class
 
Pengukuran antropometr1 pada bayi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Pengukuran antropometr1 pada bayi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Pengukuran antropometr1 pada bayi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Pengukuran antropometr1 pada bayi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
MODUL AJAR KURIKULUM MERDEKAaaaaaaaa.pdf
MODUL AJAR KURIKULUM MERDEKAaaaaaaaa.pdfMODUL AJAR KURIKULUM MERDEKAaaaaaaaa.pdf
MODUL AJAR KURIKULUM MERDEKAaaaaaaaa.pdfbemmysetiawan1
 
Pengukuran antropometr1 pada bayi AKPER PEMKAB MUNA
Pengukuran antropometr1 pada bayi AKPER PEMKAB MUNA Pengukuran antropometr1 pada bayi AKPER PEMKAB MUNA
Pengukuran antropometr1 pada bayi AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Penilaian status gizi - seila.pptx
Penilaian status gizi - seila.pptxPenilaian status gizi - seila.pptx
Penilaian status gizi - seila.pptxSeilaAzmia1
 
UKURAN ANTROPOMETRI.pptx
UKURAN ANTROPOMETRI.pptxUKURAN ANTROPOMETRI.pptx
UKURAN ANTROPOMETRI.pptxTeguhSetiawan64
 
Digital 124974 s09053fk-status gizi-literatur
Digital 124974 s09053fk-status gizi-literaturDigital 124974 s09053fk-status gizi-literatur
Digital 124974 s09053fk-status gizi-literaturRivai Beta
 
Tubuh ideal-sehat
Tubuh ideal-sehatTubuh ideal-sehat
Tubuh ideal-sehatEddi Ross
 
PRAKTIKUM GIZI ENDOKRIN FK UMI
PRAKTIKUM GIZI ENDOKRIN FK UMIPRAKTIKUM GIZI ENDOKRIN FK UMI
PRAKTIKUM GIZI ENDOKRIN FK UMIRiany Zahrah
 
Modul who penilaian status gizi
Modul who penilaian status giziModul who penilaian status gizi
Modul who penilaian status gizimeiwulandari24
 
ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN MENENTUKAN USIA KEHAMILAN
ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN MENENTUKAN USIA KEHAMILANASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN MENENTUKAN USIA KEHAMILAN
ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN MENENTUKAN USIA KEHAMILANKadiri University
 

Similar to materi gizi dalam daur kehidupan pemeriksaan ANTROPOMETRI.ppt (20)

Antropometri gizi
Antropometri giziAntropometri gizi
Antropometri gizi
 
Antropometri 1
Antropometri 1Antropometri 1
Antropometri 1
 
PENILAIAN STATUS GIZI
PENILAIAN STATUS GIZI  PENILAIAN STATUS GIZI
PENILAIAN STATUS GIZI
 
konsep presisi dan pengenalan alat.ppt
konsep presisi dan pengenalan alat.pptkonsep presisi dan pengenalan alat.ppt
konsep presisi dan pengenalan alat.ppt
 
Kebutuhan gizi dan status gizi
Kebutuhan gizi dan status giziKebutuhan gizi dan status gizi
Kebutuhan gizi dan status gizi
 
Konsep pertumbuhan sebagai
Konsep pertumbuhan sebagaiKonsep pertumbuhan sebagai
Konsep pertumbuhan sebagai
 
Parameter pertumbuhan pada anak - BMD
Parameter pertumbuhan pada anak - BMDParameter pertumbuhan pada anak - BMD
Parameter pertumbuhan pada anak - BMD
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Pengukuran antropometr1 pada bayi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Pengukuran antropometr1 pada bayi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Pengukuran antropometr1 pada bayi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Pengukuran antropometr1 pada bayi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
 
MODUL AJAR KURIKULUM MERDEKAaaaaaaaa.pdf
MODUL AJAR KURIKULUM MERDEKAaaaaaaaa.pdfMODUL AJAR KURIKULUM MERDEKAaaaaaaaa.pdf
MODUL AJAR KURIKULUM MERDEKAaaaaaaaa.pdf
 
Materi PSG.pptx
Materi PSG.pptxMateri PSG.pptx
Materi PSG.pptx
 
Pengukuran antropometr1 pada bayi AKPER PEMKAB MUNA
Pengukuran antropometr1 pada bayi AKPER PEMKAB MUNA Pengukuran antropometr1 pada bayi AKPER PEMKAB MUNA
Pengukuran antropometr1 pada bayi AKPER PEMKAB MUNA
 
Pengukuran antropometr1 pada bayi
Pengukuran antropometr1 pada bayiPengukuran antropometr1 pada bayi
Pengukuran antropometr1 pada bayi
 
Penilaian status gizi - seila.pptx
Penilaian status gizi - seila.pptxPenilaian status gizi - seila.pptx
Penilaian status gizi - seila.pptx
 
UKURAN ANTROPOMETRI.pptx
UKURAN ANTROPOMETRI.pptxUKURAN ANTROPOMETRI.pptx
UKURAN ANTROPOMETRI.pptx
 
Digital 124974 s09053fk-status gizi-literatur
Digital 124974 s09053fk-status gizi-literaturDigital 124974 s09053fk-status gizi-literatur
Digital 124974 s09053fk-status gizi-literatur
 
Tubuh ideal-sehat
Tubuh ideal-sehatTubuh ideal-sehat
Tubuh ideal-sehat
 
PRAKTIKUM GIZI ENDOKRIN FK UMI
PRAKTIKUM GIZI ENDOKRIN FK UMIPRAKTIKUM GIZI ENDOKRIN FK UMI
PRAKTIKUM GIZI ENDOKRIN FK UMI
 
Modul who penilaian status gizi
Modul who penilaian status giziModul who penilaian status gizi
Modul who penilaian status gizi
 
ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN MENENTUKAN USIA KEHAMILAN
ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN MENENTUKAN USIA KEHAMILANASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN MENENTUKAN USIA KEHAMILAN
ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN MENENTUKAN USIA KEHAMILAN
 

More from NicholasGmarzai1

TUGAS ZAT GIZI MIKRO VITAMIN B2 RIBOFLAVIN
TUGAS ZAT GIZI MIKRO VITAMIN B2 RIBOFLAVINTUGAS ZAT GIZI MIKRO VITAMIN B2 RIBOFLAVIN
TUGAS ZAT GIZI MIKRO VITAMIN B2 RIBOFLAVINNicholasGmarzai1
 
PATOFISIOLOGI PENYAKIT GASTROENTRITIS.PPTX
PATOFISIOLOGI PENYAKIT GASTROENTRITIS.PPTXPATOFISIOLOGI PENYAKIT GASTROENTRITIS.PPTX
PATOFISIOLOGI PENYAKIT GASTROENTRITIS.PPTXNicholasGmarzai1
 
2. IBP dan Kerusakan Bahan Pangan.pptx
2. IBP dan Kerusakan Bahan Pangan.pptx2. IBP dan Kerusakan Bahan Pangan.pptx
2. IBP dan Kerusakan Bahan Pangan.pptxNicholasGmarzai1
 

More from NicholasGmarzai1 (7)

TUGAS ZAT GIZI MIKRO VITAMIN B2 RIBOFLAVIN
TUGAS ZAT GIZI MIKRO VITAMIN B2 RIBOFLAVINTUGAS ZAT GIZI MIKRO VITAMIN B2 RIBOFLAVIN
TUGAS ZAT GIZI MIKRO VITAMIN B2 RIBOFLAVIN
 
PATOFISIOLOGI PENYAKIT GASTROENTRITIS.PPTX
PATOFISIOLOGI PENYAKIT GASTROENTRITIS.PPTXPATOFISIOLOGI PENYAKIT GASTROENTRITIS.PPTX
PATOFISIOLOGI PENYAKIT GASTROENTRITIS.PPTX
 
2. IBP dan Kerusakan Bahan Pangan.pptx
2. IBP dan Kerusakan Bahan Pangan.pptx2. IBP dan Kerusakan Bahan Pangan.pptx
2. IBP dan Kerusakan Bahan Pangan.pptx
 
ppt bahasa kwn.pptx
ppt bahasa kwn.pptxppt bahasa kwn.pptx
ppt bahasa kwn.pptx
 
5. IPTEK-1.pptx
5. IPTEK-1.pptx5. IPTEK-1.pptx
5. IPTEK-1.pptx
 
presentasi pancasila.pptx
presentasi pancasila.pptxpresentasi pancasila.pptx
presentasi pancasila.pptx
 
antropologi.pptx
 antropologi.pptx antropologi.pptx
antropologi.pptx
 

Recently uploaded

1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 

Recently uploaded (20)

1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 

materi gizi dalam daur kehidupan pemeriksaan ANTROPOMETRI.ppt

  • 2. Definisi Anthropometri Anthropometri berasal dari kata Anthropos (manusia) dan metros (ukuran). Anthropometri adalah upaya untuk memberikan penilaian terhadap status gizi seseorang dengan membandingkan ukuran- ukuran tubuh atau membandingkan dengan usia seseorang.
  • 3. Tujuan Anthropometri Pemantauan Status Gizi (Nutritional Status Monitoring) Untuk memberikan gambaran perubahan status gizi seseorang dari waktu ke waktu. Survei Gizi (Nutritional Survey) untuk gambaran tentang status gizi seseorang pada waktu tertentu dan faktor-faktor yang berpengaruh.
  • 4. Syarat yang Mendasari Penggunaan Antropometri  Alat mudah didapat dan digunakan  Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif  Pengukuran tidak selalu harus oleh tenaga khusus profesional, dapat oleh tenaga lain setelah mendapat pelatihan  Biaya relatif murah  Hasilnya mudah disimpulkan, memiliki cutt of point dan baku rujukan yang sudah pasti  Secara ilmiah diakui kebenarannya
  • 5. Keunggulan Antropometri  Prosedur sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel cukup besar  Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli  Alat murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di daerah setempat  Metode ini tepat dan akurat, karena dapat dibakukan  Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau  Umumnya dapat mengidentifikasi status buruk, kurang dan baik, karena sudah ada ambang batas yang jelas  Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu, atau dari satu generasi ke generasi berikutnya  Dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan terhadap gizi
  • 6. Kelemahan Antropometri  Tidak sensitif: tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat, tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu, misal Fe dan Zn  Faktor di luar gizi (penyakit, genetik dan penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran antropometri  Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi, dan validitas pengukuran  Kesalahan terjadi karena: pengukuran, perubahan hasil pengukuran (fisik dan komposisi jaringan), analisis dan asumsi yang keliru  Sumber kesalahan biasanya berhubungan dengan: latihan petugas yang tidak cukup, kesalahan alat, kesulitan pengukuran
  • 7. Jenis Parameter Antropometri Sebagai indikator status gizi, antropometri dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia Jenis parameter antropometri: 1. Umur 2. Berat Badan 3. Tinggi Badan 4. Lingkar Lengan Atas 5. Lingkar Kepala 6. Lingkar Dada 7. Jaringan Lunak
  • 8. Umur Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur >> interpretasi status gizi salah Batasan umur yang digunakan (Puslitbang Gizi Bogor, 1980): - Tahun umur penuh (completed year) Contoh: 6 tahun 2 bulan, dihitung 6 tahun 5 tahun 11 bulan, dihitung 5 tahun - Bulan usia penuh (completed month): untuk anak umur 0-2 tahun digunakan Contoh: 3 bulan 7 hari, dihitung 3 bulan 2 bulan 26 hari, dihitung 2 bulan
  • 9. Umur  Bila tidak ingat tanggal lahir, maka tanggal lahir ditentukan sebagai tanggal 15 (Permendagri, no 19 tahun 2010)  Bila tidak ingat bulan lahir, maka ditentukan sebagai bulan 6
  • 10. Umur Untuk melengkapi data umur dapat dilakukan dengan cara-cara berikut: 1. Meminta surat kelahiran, kartu keluarga atau catatan lain yang dibuat oleh orang tuanya. Jika tidak ada, bila memungkinkan catatan pamong desa 2. Jika diketahui kalender lokal seperti bulan Arab atau bulan lokal (Sunda, Jawa dll), cocokan dengan kalender nasional 3. Jika tetap tidak ingat, dapat berdasarkan daya ingat ortu, atau berdasar kejadian penting (lebaran, tahun baru, puasa, pemilihan kades, pemilu, banjir, gunung meletus dll) 4. Membandingkan anak yang belum diketahui umurnya dengan anak kerabat/ tetangga yang diketahui pasti tanggal lahirnya. 5. Jika hanya bulan dan tahunnya yang diketahui, tanggal tidak diketahui, maka ditentukan tanggal 15 bulan ybs
  • 11. Berat Badan Merupakan ukuran antropometri terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus) Digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau BBLR Pada masa bayi-balita berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis (dehidrasi, asites, edema, atau adanya tumor). Dapat digunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan Menggambarkan jumlah protein, lemak, air dan mineral pada tulang Pada remaja, lemak cenderung meningkat dan protein otot menurun Pada klien edema dan asites, terjadi penambahan cairan dalam tubuh Adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot, khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi
  • 12. Berat Badan Alasan mengapa pengukuran berat badan merupakan pilihan utama: 1. Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat karena perubahan konsumsi makanan dan kesehatan 2. Memberikan gambaran status gizi sekarang, jika dilakukan periodik memberikan gambaran pertumbuhan 3. Umum dan luas dipakai di Indonesia 4. Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh keterampilan pengukur 5. Digunakan dalam KMS 6. BB/TB merupakan indeks yang tidak tergantung umur 7. Alat ukur dapat diperoleh di pedesaan dengan ketelitian tinggi: dacin
  • 13.
  • 14. Tinggi Badan (TB) Tinggi Badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal Pada keadaa normal, TB tumbuh seiring dengan pertambahan umur Pertumbuhan TB tidak seperti BB, relatif kurang sensitif pada masalah kekurangan gizi dalam waktu singkat. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap TB akan nampak dalam waktu yang relatif lama
  • 15. Tinggi Badan (TB) Merupakan parameter paling penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat Merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan menghubungkan BB terhadap TB (quac stick) faktor umur dapat dikesampingkan Alat ukur : - Alat Pengukur Panjang Badan Bayi : untuk bayi atau anak yang belum dapat berdiri. - Microtoise: untuk anak yang sudah dapat berdiri
  • 16.
  • 17.
  • 18. Lingkar Lengan Atas Merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah, murah dan cepat. Tidak memerlukan data umur yang terkadang susah diperoleh Memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit Lila mencerminkan cadangan energi, sehingga dapat mencerminkan: 1. Status KEP pada balita 2. KEK pada ibu WUS dan ibu hamil: risiko bayi BBLR
  • 19. Lingkar Lengan Atas Alat: suatu pita pengukur dari fiber glass atau sejenis kertas tertentu berlapis plastik. Ambang batas (Cut of Points): LLA WUS dengan risiko KEK di Indonesia < 23.5 cm Pada bayi 0-30 hari : ≥9.5 cm Balita dengan KEP <12.5 cm
  • 20. Lingkar Lengan Atas Kelemahan: - Baku LLA yang sekarang digunakan belum mendapat pengujian yang memadai untuk digunakan di Indonesia - Kesalahan pengukuran relatif lebih besar dibandingkan pada TB - Sensitif untuk suatu golongan tertentu (prasekolah), tetapi kurang sensitif untuk golongan dewasa
  • 21.
  • 22. Lingkar Kepala Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak secara praktis, biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala Contoh: hidrosefalus dan mikrosefalus Lingkar kepala dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak
  • 23. Ukuran otak meningkat secara cepat selama tahun pertama, tetapi besar lingkar kepala tidak menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi Bagaimanapun ukuran otak dan lapisan tulang kepala dan tengkorak dapat bervariasi sesuai dengan keadaan gizi Dalam antropometri gizi rasio Lika dan Lida cukup berarti dan menentukan KEP pada anak. Lika juga digunakan sebagai informasi tambahan dalam pengukuran umur
  • 24. Lingkar Dada Biasa digunakan pada anak umur 2-3 tahun, karena pertumbuhan lingkar dada pesat sampai anak berumur 3 tahun Rasio lingkar dada dan kepala dapat digunakan sebagai indikator KEP pada balita Pada umur 6 bulan lingkar dada dan kepala sama. Setelah umur ini lingkar kepala tumbuh lebih lambat daripada lingkar dada Pada anak yang KEP terjadi pertumbuhan lingkar dada yang lambat → rasio lingkar dada dan kepala < 1
  • 26. Tinggi Lutut Tinggi lutut erat kaitannya dengan tinggi badan, sehingga data tinggi badan didapatkan dari tinggi lutut bagi orang tidak dapat berdiri atau lansia Pada lansia digunakan tinggi lutut karena pada lansia terjadi penurunan masa tulang >> bungkuk>> sukar untuk mendapatkan data tinggi badan akurat
  • 27. Data tinggi badan lansia dapat menggunakan formula atau nomogram bagi orang yang berusia >59 tahun Formula (Gibson, RS; 1993) Pria : (2.02 x tinggi lutut (cm)) – (0.04 x umur (tahun)) + 64.19 Wanita : (1.83 x tinggi lutut (cm)) – (0.24 x umur (tahun)) + 84.88
  • 28. Jaringan Lunak Otot dan lemak merupakan jaringan lunak yang bervariasi Antropometri dapat dilakukan pada jaringan tersebut untuk menilai status gizi di masyarakat Lemak subkutan (subcutaneous fat) Penilaian komposisi tubuh termasuk untuk mendapatkan informasi mengenai jumlah dan distribusi lemak dapat dilakukan dengan beberapa metode
  • 29. Metode yang digunakan untuk menilai komposisi tubuh (jumlah dan distribusi lemak sub-kutan): 1. Ultrasonik 2. Densitometri (melalui penempatan air pada densitometer atau underwater weighting) 3. Teknik Isotop Dilution 4. Metoda Radiological 5. Total Electrical Body Conduction (TOBEC) 6. Antropometri (pengukuran berbagai tebal lemak menggunakan kaliper: skin-fold calipers)
  • 30. Beberapa pengukuran tebal lemak dengan menggunakan kaliper 1. Pengukuran triceps 2. Pengukuran bisep 3. Pengukuran suprailiak 4. Pengukuran subskapular
  • 34. Alat Alat yang Dibutuhkan :  Detecto (Salter) Satu Set /Salter spring balance  Bathroom Scale (Timbangan Injak)  Length Board (Panjang Badan)  Microtoise  Pita LILA  Skinfold
  • 35. Cara Penggunaan Alat 1. Detectometer  Pasang alat bantu Detecto meter (sarung detecto, besi pengait dan tali penggantung)  Kaliberasi alat detecto meter sampai jarum detecto meter menunjukan angka nol “0”.  Pakaian yang digunakan oleh anak seminimal mungkin  Anak dinaikan ke sarung detecto meter  Baca dan catat angka penunjukan jarum
  • 36. Cara Penggunaan Alat 2. Bathroom Scale  Letakkan alat timbangan injak tersebut pada lantai yang datar  Kaliberasi alat dengan memutar alat kaliberasi yang ada pada bagian belakang alat  Mintalah anak untuk naik di atas timbangan tersebut dengan  Pembaca hasil penimbangan harus berada tepat sejajar dengan jarum penunjuk hasil penimbangan  Catat hasil penimbangan pada kertas yang telah
  • 37. Cara Penggunaan Alat 3. Length Board Syarat digunakan :  Umur anak kurang dari 2 tahun (0-23 bulan)  Anak yang umurnya lebih dari 2 tahun tapi pertumbuhannya tidak normal
  • 38. Cara Penggunaan Alat  Kalibrasi alat sebelum pengukuran dengan pita centimeter (cm)  Tempatkan alat pada permukaan yang datar (180 Derajat)  Lepaskan sepatu atau topi anak yang akan di ukur  Baringkan anak yang akan diukur pada permukaan yang datar pada bagian dalam length board.  Pastikan ujung kepala anak menempel pada bagian ujung length board yang tidak akan digeser dan tumit serta telapak kaki menyentuh bagian ujung length board yang digeser.  Garis tengah badan anak sejajar dengan garis tengan alat ukur.  Sedapat mungkin kepala anak di pegang agar mata anak memandang tegak lurus ke atas.  Pengukur yang memegang kepala anak berada di belakang ujung alat ukur untuk memastikan si anak tidak merubah posisinya dan betugas untuk menbaca hasil pengukuran sedangkan pengukur ke dua berada didepan alat ukur dan menaruh satu tangan pada lutut anak untuk memastikan kaki anak tetap lurus.  Kemudian pengukur ke dua menggerakkan papan ukur horisontal yang dapat digerakan dengan tangan lain sampai menyentuh tumit anak.  Baca pita pengukuran dan catatlah hasil pengukuran panjang anak bila posisinya sudah benar skala 0,1 cm terdekat.
  • 39. Cara Penggunaan 4. Microtoise  Alat pengukuran tinggi badan ini di gunakan bila orang/ anak yang akan di ukur umurnya lebih dari 24 bulan dan pertumbuhannya dalam keadaan normal.
  • 40. Cara Penggunaan  Pilihlah tempat dengan dinding vertical (sedapat mungkin 90 derajat) dan permukaan lantai yang horizontal (180 derajat).  Letakan microtoise di lantai dan tarik pita sentimeter ke atas sepanjang dinding sampai angka “0” muncul dan persis pada penunjuk angka microtoise.  Pasang ujung microtoise pada dinding dengan paku/ lakban.  Periksa kembali alat penunjuk angka pada microtoise di lantai apakah masih menunjukan angka “0”. Jika tidak pasang ulang posisi microtoise yang benar.  Subjek yang akan diukur tidak boleh menggunakan alas kaki dan topi.  Mikrotoa digeser ke atas sehingga lebih tinggi dari anak yang akan di ukur.  Pastikan bahwa anak tersebut tidak menggunakan alas kaki dan tutup kepala (Topi).  Anak yang akan diukur berdiri tegak lurus dan rapat ke dinding tepat dibawa mikrotoa (kepala bagian belakang, bahu bagian belakang, pantat dan tumit harus rapat ke dinding serta pandangan rata ke depan)  Geser mikrotoa sampai menyentuh tapat pada bagian atas kepala dan pastikan sisi mikrotoa tetap menempel rapat ke dinding.  Lalu baca penunjukan mikrotoa dengan pembacaan dilakukan dari arah depan tegak lurus dengan mikrotoa (Posisi pembacaan sangat mempengaruhi hasil tinggi badan.  Pencatatan tinggi badan dilakukan dengan ketelitian satu angka dibelakang koma. (0,1)
  • 41. Cara Penggunaan 5. Pita Lila  Subjek diminta berdiri tegak.  Yang diukur adalah lengan kiri atau lengan yang yang tidak aktif  Minta subjek untuk membuka lengan pakaian yan menutup lengan kiri atau jika pakaian terlalu ketat, mintalah untuk membuka pakaiannya.  Untuk menentukan titik tengah, siku subjek menekuk 90% dengan telapak tangan menghadap keatas.  Pengukur berdiri dibelakang subjek dan tentukan titik tengah antara tulang atas pada bahu kiri dan tulang siku.  Tandai titik tengah dengan pena.  Dengan tangan tergantung lepas dan siku lurus disamping badan dan telapak tangan menghadap ke paha. Ukur lingkar lengan atas pada posisi yang sudah diberi tanda dengan pita centimeter atau pita LILA menempel pada kulit, tidak terlalu ketat dan tidak longgar.  Lingkar Lengan Atas dicatat pada skala 0.1 cm terdekat.
  • 42. 6. Caliper Skinfold Standar atau jangkauan jepitan 20-40 mm2, ketelitian 0.1mm, tekanan konstan 10 g/ mm2