SlideShare a Scribd company logo
1 of 56
 ANTROPOMETRI
 MERRYANA ADRIANI
 2012
Brozk 1956 pengukuran tubuh dan nutrisi manusia
Jellife (1965) Pengukuran variasi dimensi tubuh dan komposisi
kotor tubuh manusia yang berbeda menurut kelompok umur dan
tingkat nutrisi.
Sekarang : pengukuran anthropometri secara luas digunakan
dalam penilaian ststus gizi pada tingkat individu dan populasi.
Pada tingkat individu di negara berpenghasilan rendah, secara luas
anthropometri berguna ketika terjadi keteidakseimbangan antara asupan energi
dan protein.
Pada tingkat populasi, anthropometri berperan penting dalam
menetapkan target intervensi melalui skrening, penilaian respon
intervensi, identifikasi kekurangan gizi dan pemantauan gizi.
 Di negara maju, anthropometri dipakai untuk
kepentingan klinis dalam mendiagnosa kegagalan
tumbuh kembang dan kelebihan berat badan pada anak.
 Adalah suatu pengukuran dari bermacam-macam
ukuran fisik dan komposisi tubuh pada berbagai
kelompok umur dan tingkat gizinya
 Ukuran fisik : Tinggi Badan (TB), Berat Badan (BB),
Lingkar Kepala, Lingkar Lengan Atas (LILA)
 Komposisi tubuh : Tebal Lemak, Fat Mass, Fat Free
Mass
 Berbagai kelompok umur : standar berbeda untuk
tingkat umur tertentu misal: untuk balita lain dengan
untuk dewasa
 Tingkat gizi : status gizi baik, status gizi kurang,
status gizi buruk, status gizi lebih
 Pengukuran antropometri dibagi menjadi 2 macam :
1. Penilaian ukuran tubuh
2. Pengukuran komposisi tubuh
 Pengukuran komposisi tubuh dikelompokkan
menjadi 2 macam pengukuran yaitu :
1. Pengukuran massa lemak tubuh
2. Pengukuran massa bebas lemak tubuh
 Pengukuran fisik dapat digunakan :
 untuk mengidentifikasikan apakah penderita
kekurangan energi saja / protein saja / energi dan
protein atau tidak
 untuk memonitor apakah ada perubahan setelah
dilakukan intevensi / therapi gizi
 Pengukuran Tinggi Badan
 Dilakukan pada anak dan orang dewasa yang dapat
berdiri
 Pengukuran Panjang Badan
 Untuk bayi atau anak < 2 tahun
 Pengukuran Lingkar Kepala
 Untuk mengukur pertumbuhan otak
 Pengukuran Berat Badan
 Dilakukan pada bayi dengan timbangan bayi
 Dilakukan untuk anak dan orang dewasa yang dapat
berdiri dengan menggunakan “beam balance scale”
 Pengukuran Panjang Lutut
 Untuk mereka yang tidak bisa beridiri atau mengalami
kelainan pertumbuhan tulang belakang untuk
memperkirakan Tinggi Badannya
 Hasil pengukuran fisik dinyatakan
dalam bentuk parameter antara lain
: Berat Badan (BB) dalam kg, Tinggi
Badan ( TB ) dalam m, Panjang
Badan (PB) dalam cm, Panjang
Lutut (PL) dalam cm, Lingkar
Kepala (LK) dalam cm
 BERAT BADAN ADALAH :
 SENSITIFITAS PARAMETER BERAT BADAN
 Sensitif terhadap perubahan karena penyakit
 SPESIFIKASI PARAMETER BERAT BADAN
 Spesifik
 Timbangan adalah alat ukur untuk
menentukan berat atau massa obyek.
 Timbangan digunakan dalam aplikasi industri
dan komersial.
 Skala medis khusus dan skala kamar mandi
digunakan untuk mengukur berat badan
manusia
 SENSITIFITAS ALAT UKUR BERAT BADAN
 Kelompok Umur
 SPESIFIKASI ALAT UKUR BERAT BADAN
 Tergantung pada faktor lingkungan dan
genetik. Tinggi badan manusia beragam
menurut pengukuran antropometri. Kelainan
variasi tinggi badan (sekitar 20%
penyimpangan dari rata-rata) menyebabkan
seseorang mengalami gigantisme atau
dwarfisme, bila tak lebih dari variasi tersebut
masih bisa dikatakan normal.
 Pertumbuhan rata-rata untuk setiap jenis kelamin
dalam populasi berbeda secara bermakna, di mana
pria dewasa rata-rata lebih tinggi daripada wanita
dewasa. Selain itu, tinggi badan manusia juga
berbeda menurut kelompok etnis
 Pertumbuhan tinggi badan biasanya berhenti
ketika lempeng pertumbuhan (lempeng efifisis) di
ujung tulang menutup. Penutupan ini terjadi
sekitar usia 16 tahun pada wanita atau 18 tahun
pada pria. Tetapi, kadang-kadang pada sebagian
orang, baru menutup pada usia sekitar 20-21 tahun
 Namun ada beberapa informasi yang
menyebutkan tinggi badan khususnya pada
tulang rawan intervertebralis dan efifisis masih
dapat bertumbuh pada usia diatas 25 tahun
 Rumus untuk menghitung Panjang Lutut disebut
RUMUS CHUMLEA bila Tinggi Badan tidak dapat
diukur karena ostoporosis, sakit dsb :
 Pria TB (cm)=(2,02 x PL (cm)) – ( 0,04 x umur (thn))
+ 64,19
 Wanita TB (cm)=(1,83 x PL (cm)) – ( 0,24 x Umur
(thn))+ 84,88
 SENSITIFITAS PARAMETER TINGGI BADAN
 SPESIFIKASI PARAMETER TINGGI BADAN
 microtoise staturmeter alat ukur tinggi badan 200
cm
 adalah alat yang digantung di tembok setinggi 200
cm atau 2 meter dari lantai.
 tata cara pengukuran : merapat tegak di tembok
dan berada tepat di bawah stature-meter.
 Seorang asisten atau temannya akan menarik
staturmeter hingga pas ubun-ubun kepala,
 dan membaca hasil pengukuran pada jendela
micro-toise yaitu berupa angka dalam satuan
centimeter.
 SENSITIFITAS ALAT UKUR TINGGI BADAN
 sensitif
 SPESIFIKASI ALAT UKUR TINGGI BADAN
 Spesifik unutk mengukur tinggi badan
 Dapat digunakan untuk menilai status gizi protein-
energi pada masa 2 tahun pertama kehidupan.
 Pada keadaan kurang gizi kronik pada masa awal
kehidupan atau terjadinya gangguan perkembangan
janin semasa dalam kandungan akan mengakibatkan
menurunnya jumlah sel otak dan pada akhirnya akan
berpengaruh pada lingkar kepala.
 Di atas usia 2 tahun, pengukuran lingkar kepala tidak
lagi bermanfaat karena perkembangannya sangat
lambat.
 Ukuran rata-rata lingkar kepala bayi ketika lahir
adalah 34-35 cm.
 Lingkar kepala ini akan bertambah 2 cm per
bulan pada usia 0-3 bulan.
 usia 4-6 bulan akan bertambah 1 cm per bulan,
 usia 6-12 bulan pertambahannya 0,5 cm per
bulan.
 Jika ukuran lingkar kepala bayi lebih kecil
daripada ukuran normalnya, maka disebut
kelainan mikrosefali.
 Sebaliknya, bila ukuran lingkaran kepala si bayi
lebih besar daripada ukuran normalnya, dikatakan
kelainan makrosefali.
 Biasanya kelainan mikrosefali dan makrosefali
dibawa sejak lahi
 Namun ada juga kasus-kasus mikrosefali atau
makrosefali yang familial atau normal
 SENSITIFITAS PARAMETER LINGKAR KEPALA
 Indikator ini tidaklah terlalu sensitif untuk menilai status gizi,
selain itu banyak faktor lain yang
 mempengaruhinya seperti penyakit, genetik, dan adat tertentu .
 Cukup sensitif untuk anak usia 2 tahun
 SPESIFIKASI PARAMETER LINGKAR KEPALA
 Spesifik unutk menentukan lingkar kepala anak usia 2
tahun
 Cara: melingkarkan alat ukur berupa pita seperti yang
digunakan oleh tukang jahit di kepala bayi, tepat di
atas alis dan telinga bayi
 lingkar kepala ini wajib dilakukan secara rutin pada
bayi kurang dari usia 2 tahun. Ukuran lingkar kepala
ini penting karena berkaitan dengan volume otak
 Lingkar kepala berkaitan erat dengan volume otak,
artinya kalau lingkaran kepala anak dalam usia
tertentu kurang dari nilai yang normal, kemungkinan
volume otak kurang dari cukup.
 Sedangkanberbagai gerakan yang ada merupakan
kombinasi dari kemampuan otak dan organ gerak
yangbersangkutan
 SENSITIFITAS ALAT UKUR LINGKAR
KEPALA
 -
 SPESIFIKASI ALAT UKUR LINGKAR
KEPALA
 -
 Pada masa pertumbuhan bayi dan balita,
berlangsung perubahan ukuran dan jumlah sel,
serta jaringan intraseluler pada tubuh bayi dan
balita. dengan kata lain ukuran-ukuran
tubuhnya akan membesar, misalnya ditandai
dengan meningkatnya berat dan tinggi badan,
ukuran lingkar kepala, lingkar lengan atas,
menguatnya tulang dan membesarnya otot,
dan bertambahnya organ tubuh lain seperti
rambut, kuku, gigi, dan sebagainya
 Salah satu cara untuk mengetahui baik atau tidaknya
pertumbuhan anak, adalah dengan menukur lingkar lengan
atasnya.
 berdasarkan standar Walanski,perkembangan ukuran lingkar
lengan atas bayi dan balita berdasarkan umur terbilang normal
pada ukuran berikut:
 6- 8 bulan 14.75 cm
 9-11 bulan 15.10 cm
 1 tahun 16.00 cm
 2 tahun 16.25 cm
 3 tahun 16.50 cm
 4 tahun 16.75 cm
 5 tahun 17.00 cm
 Lingkaran lengan atas adalah suatu cara untuk
menghitung skala gizi wanita usia subur, baik
ibu hamil maupun calon ibu untuk
mengidentifikasi wanita yang mempunyai
resiko melahirkan bayi berat badan rendah
(BBLR
 SENSITIFITAS PARAMETER LINGKAR
LENGAN ATAS
 Tidak sensitif
 SPESIFIKASI PARAMETER LINGKAR
LENGAN ATAS
 Tidak spesifik ,
 alat ukur
 SENSITIFITAS ALAT UKUR LINGKAR
LENGAN ATAS
 -
 SPESIFIKASI ALAT UKUR LINGKAR
LENGAN ATAS
 -
 Berdasarkan pengukuran tersebut maka ada
beberapa indikator yang dapat digunakan, bisa satu
atau dua indeks atau dalam bentuk rasio
 Indeks : BB/U, TB/U, BB/TB
 Rasio : BB/TB²
Indeks antropometri diperoleh melalui kombinasi
pengukuran.
Indeks BB/U, jumlah triseps dan lipatan kulit
subscapular, rasio lingkar pinggang-panggul. Indeks
sangat penting dalam penafsiran pengukuran.
Kombinasi lipatan kulit triseps dan LILA bisa
digunakan untuk mengestimasi area lengan tengah atas
dan lemak lengan tengah atas, dimana masing-masing
bisa mengestimasi massa otot dan kandungan lemak
tubuh.
Sedangkan kombinasi lain seperti Indeks Massa Tubuh
(BB/TB2) dan rasio lingkar pinggang-panggul
digunakan dalam studi populasi sebagai indikator
kegemukan dan massa lemak dalam perut.
 Khususnya pertimbangan sensitifitas, spesifisitas,
dan nilai prediktif dari indeks antropometri
 Indeks sensitif menunjukkan perubahan besar
selama kekurangan gizi dan setelah intervensi gizi
serta secara tepat mengidentifikasi individu yang
bebar-benar kekurangan gizi
 Konsekuensinya adalah, indeks antropometri
dengan sensitifitas tinggi seharusnya digunakan
untuk sistem penilaian gizi yang melibatkan
skreening, pengawasan atau sebuah intervensi (Ruel
et al., 1995).
 Indeks antropometri dengan spesifikasi tinggi digunakan untuk
mengidentifikasi orang sehat secara tepat, maka dengan demikian
menghindari intervensi gizi yang tidak dibutuhkan.
 Baik sensitifitas dan spesifisitas sebuah indeks antropometri adalah
bervariasi menurut usia, cutoff point yang digunakan, dan keparahan serta
prevalensi masalah gizi dalam populasi.
 Semua faktor ini harus dipertimbangkan ketika menentukan suatu indeks
antropometri.
 Standar Lokal :
 Kartu Menujut Sehat (KMS) yang merupakan
modifikasi dari standar WHO
 Standar Internasional
 Standar NCHS
 Direkomendasikan oleh WHO untuk menjadi standar
internasional, standar ini sudah mencerminkan
populasi sampel dari beberapa negara menurut umur
dan jenis kelamin
 Standar Harvard
 NCHS lebih teliti dibanding dengan Harvard,
populasi yang digunakan lebih sedikit (dari 2 negara
bagian di Amerika Serikat : Boston dan Iowa)
 Standar WHO
 Merupakan modifikasi dari standar NCHS
 Digunakan untuk negara yang belum mempunyai
standar
 Dibedakan menurut umur dan jenis kelamin
 Hanya untuk balita saja umur 0 – 5 tahun
 Klasifikasi digunakan untuk menentukan tingkat
status gizi
 Pemilihan klasifikasi tergantung pada tujuan
penelitian, parameter dan indeks yang digunakan
pada pengukuran fisik.
 Klasifikasi Gomez
 Menggunakan indeks BB/U
 Standar Harvard
 Untuk menentukan tingkat status gizi
 Status gizi normal bila BB/U > 90%
 Malnutrisi ringan bila BB/U 76 - 90 %
 Malnutrisi sedang bila BB/U 61 – 75 %
 Malnutrisi berat bila BB/U ≤ 60%
 Klasifikasi Wellcome
 Menggunakan indeks BB/U dengan standar Harvard
 Membedakan apakah malnutrisi ini marasmus ataukah
kwashiorkhor dengan melihat adanya oedema atau
tidak
 Kwashiorkor bila BB/U 60 – 80 % dan ada oedema
 Marasmus bila BB/U < 60% dan tidak ada oedema
 Marasmic Kwashiorkor bila BB/U < 60% dan ada
oedema
 Under Weight bila BB/U 60 – 80% dan tidak ada oedema
 Klasifikasi Waterlow
 Menggunakan indeks TB/U dan BB/TB
 Menggunakan standar Harvard
 Untuk membedakan wasting dan stunting
 Wasting bila TB/U > 90% dan BB/TB < 80%
 Stunting bila TB/U < 90% dan BB/TB > 80%
 Stunting dan Wasting bila TB/U < 90% dan BB/TB <
80%
 Normal bila TB/U > 90% dan BB/TB > 80%
 IMT = Berat Badan (kg) / Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan
(m)
 Klasifikasi :
 Kurus
 Kekurangan Berat Badan Tingkat Berat bila IMT < 17,0
 Kekurangan Berat Badan Tingkat Ringan bila IMT antara 17,0
– 18,5
 Normal bila IMT antara 18,5 – 25,0
 Gemuk
 Kelebihan Berat Badan Tingkat Ringan bila IMT antara > 25,0
– 27,0
 Kelebihan Berat Badan Tingkat Berat bila IMT > 27,0
 Pengukuran komposisi tubuh ini ada kaitannya
dengan pengukuran lemak/timbunan lemak dan
bagian lain yang tidak ada lemak (otot)
 Pengukuran komposisi lemak ini penting untuk
mengetahui apakah individu menderita malnutrisi /
tidak
 Pengukuran ini banyak dilakukan di Rumah Sakit
untuk mengetahui pasien menderita malnutrisi akut
atau malnutrisi kronis
 Selain itu juga untuk memonitor perubahan fisik
akibat terapi nutrisi pada waktu yang lama
 Sedangkan di masyarakat untuk mengetahui
efektifitas dari program gizi
 1. Pengukuran Skinfold Thickness
 Triceps skinfold
 Biceps skinfold
 Subscapular skinfold
 Suprailiaca skinfold
 Midaxillary skinfold
 2. Pengukuran Lingkar Lengan Atas
 1. Hitung umur dalam tahun dan berat badan dalam kg
 2. Ukur skinfold thickness (tebal lemak dibawah kulit)
 dalam mm pada tempat biceps, triceps, subscapular
 dan suprailiac
 3. Jumlahkan tebal lemak dari keempat skinfold thickness
 4. Ukur nilai logaritma dari keempat penjumlahan
skinfold
 thicness
 Menghitung body density (D dalam g / cc)
 Untuk laki-laki:
 17-19 D=1.1620 -0.0630 x (logΣ)
 20-29D=1.1631-0.0632 x (logΣ)
 30-39D=1.1422-0.0544 x (logΣ)
 40-49D=1.1620-0.0700 x (logΣ)
 50+ D=1.1715-0.0779 x (logΣ)
 Untuk perempuan :
 17-19 D=1.1549 -0.0678 x (logΣ)
 20-29D=1.1599-0.0717 x (logΣ)
 30-39D=1.1423-0.0632 x (logΣ)
 40-49D=1.1333-0.0612 x (logΣ)
 50+ D=1.1339-0.0645 x (logΣ)
 Fat mass (kg) = Berat Badan (kg) x 4,95/D – 4,5
 Fat Free Mass (kg) = Berat Badan (kg) – fat mass(kg)

More Related Content

Similar to ANTROPOMETRI SEHAT

Pengukuran antropometr1 AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Pengukuran antropometr1 AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Pengukuran antropometr1 AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Pengukuran antropometr1 AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Parameter pertumbuhan pada anak - BMD
Parameter pertumbuhan pada anak - BMDParameter pertumbuhan pada anak - BMD
Parameter pertumbuhan pada anak - BMDREISA Class
 
Asuhan nutrisi anak dan balita umur 6 sampai 12 tahun
Asuhan nutrisi anak dan balita umur 6 sampai 12 tahunAsuhan nutrisi anak dan balita umur 6 sampai 12 tahun
Asuhan nutrisi anak dan balita umur 6 sampai 12 tahunenggar46
 
Tubuh ideal-sehat
Tubuh ideal-sehatTubuh ideal-sehat
Tubuh ideal-sehatEddi Ross
 
Antropometri Pengukuran balita di posyandu
Antropometri Pengukuran balita di posyanduAntropometri Pengukuran balita di posyandu
Antropometri Pengukuran balita di posyanduagriSagala1
 
Bahan Tayang Bayi dan Balita.pdf
Bahan Tayang Bayi dan Balita.pdfBahan Tayang Bayi dan Balita.pdf
Bahan Tayang Bayi dan Balita.pdfviviyusfina350
 
Bahan Tayang Bayi dan Balita Posyandu ILP.pptx
Bahan Tayang Bayi dan Balita Posyandu ILP.pptxBahan Tayang Bayi dan Balita Posyandu ILP.pptx
Bahan Tayang Bayi dan Balita Posyandu ILP.pptxssuserbe74c71
 
Konsep pertumbuhan sebagai
Konsep pertumbuhan sebagaiKonsep pertumbuhan sebagai
Konsep pertumbuhan sebagaiLilik Sholeha
 
3 indikator pemantau gizi
3 indikator pemantau gizi3 indikator pemantau gizi
3 indikator pemantau giziJoni Iswanto
 
Topik 3. Penilaian Tumbuh Kembang (Part 1. Pertumbuhan)pdf
Topik 3. Penilaian Tumbuh Kembang (Part 1. Pertumbuhan)pdfTopik 3. Penilaian Tumbuh Kembang (Part 1. Pertumbuhan)pdf
Topik 3. Penilaian Tumbuh Kembang (Part 1. Pertumbuhan)pdfEka Safitri
 
Pengukuran antropometr1 pada bayi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Pengukuran antropometr1 pada bayi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Pengukuran antropometr1 pada bayi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Pengukuran antropometr1 pada bayi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Pengukuran antropometr1 pada bayi AKPER PEMKAB MUNA
Pengukuran antropometr1 pada bayi AKPER PEMKAB MUNA Pengukuran antropometr1 pada bayi AKPER PEMKAB MUNA
Pengukuran antropometr1 pada bayi AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Keterampilan dasar pelayanan Bayi dan Balita.pptx
Keterampilan dasar pelayanan Bayi dan Balita.pptxKeterampilan dasar pelayanan Bayi dan Balita.pptx
Keterampilan dasar pelayanan Bayi dan Balita.pptxRefinna Sari
 
Penilaian st gizi
Penilaian st giziPenilaian st gizi
Penilaian st giziPriyo1212
 
Materi i deteksi gizi buruk
Materi i deteksi gizi burukMateri i deteksi gizi buruk
Materi i deteksi gizi burukJoni Iswanto
 
Modul who penilaian status gizi
Modul who penilaian status giziModul who penilaian status gizi
Modul who penilaian status gizimeiwulandari24
 
PELAYANAN KESEHATAN DI POSYANDU REMAJA.pptx
PELAYANAN KESEHATAN DI POSYANDU REMAJA.pptxPELAYANAN KESEHATAN DI POSYANDU REMAJA.pptx
PELAYANAN KESEHATAN DI POSYANDU REMAJA.pptxtaty38478
 

Similar to ANTROPOMETRI SEHAT (20)

Pengukuran antropometr1 AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Pengukuran antropometr1 AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Pengukuran antropometr1 AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Pengukuran antropometr1 AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
 
Parameter pertumbuhan pada anak - BMD
Parameter pertumbuhan pada anak - BMDParameter pertumbuhan pada anak - BMD
Parameter pertumbuhan pada anak - BMD
 
Kebutuhan gizi dan status gizi
Kebutuhan gizi dan status giziKebutuhan gizi dan status gizi
Kebutuhan gizi dan status gizi
 
Asuhan nutrisi anak dan balita umur 6 sampai 12 tahun
Asuhan nutrisi anak dan balita umur 6 sampai 12 tahunAsuhan nutrisi anak dan balita umur 6 sampai 12 tahun
Asuhan nutrisi anak dan balita umur 6 sampai 12 tahun
 
Pengukuran antropometri
Pengukuran antropometriPengukuran antropometri
Pengukuran antropometri
 
Tubuh ideal-sehat
Tubuh ideal-sehatTubuh ideal-sehat
Tubuh ideal-sehat
 
Antropometri Pengukuran balita di posyandu
Antropometri Pengukuran balita di posyanduAntropometri Pengukuran balita di posyandu
Antropometri Pengukuran balita di posyandu
 
Bahan Tayang Bayi dan Balita.pdf
Bahan Tayang Bayi dan Balita.pdfBahan Tayang Bayi dan Balita.pdf
Bahan Tayang Bayi dan Balita.pdf
 
Bahan Tayang Bayi dan Balita Posyandu ILP.pptx
Bahan Tayang Bayi dan Balita Posyandu ILP.pptxBahan Tayang Bayi dan Balita Posyandu ILP.pptx
Bahan Tayang Bayi dan Balita Posyandu ILP.pptx
 
Konsep pertumbuhan sebagai
Konsep pertumbuhan sebagaiKonsep pertumbuhan sebagai
Konsep pertumbuhan sebagai
 
3 indikator pemantau gizi
3 indikator pemantau gizi3 indikator pemantau gizi
3 indikator pemantau gizi
 
Topik 3. Penilaian Tumbuh Kembang (Part 1. Pertumbuhan)pdf
Topik 3. Penilaian Tumbuh Kembang (Part 1. Pertumbuhan)pdfTopik 3. Penilaian Tumbuh Kembang (Part 1. Pertumbuhan)pdf
Topik 3. Penilaian Tumbuh Kembang (Part 1. Pertumbuhan)pdf
 
Pengukuran antropometr1 pada bayi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Pengukuran antropometr1 pada bayi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Pengukuran antropometr1 pada bayi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Pengukuran antropometr1 pada bayi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
 
Pengukuran antropometr1 pada bayi AKPER PEMKAB MUNA
Pengukuran antropometr1 pada bayi AKPER PEMKAB MUNA Pengukuran antropometr1 pada bayi AKPER PEMKAB MUNA
Pengukuran antropometr1 pada bayi AKPER PEMKAB MUNA
 
Pengukuran antropometr1 pada bayi
Pengukuran antropometr1 pada bayiPengukuran antropometr1 pada bayi
Pengukuran antropometr1 pada bayi
 
Keterampilan dasar pelayanan Bayi dan Balita.pptx
Keterampilan dasar pelayanan Bayi dan Balita.pptxKeterampilan dasar pelayanan Bayi dan Balita.pptx
Keterampilan dasar pelayanan Bayi dan Balita.pptx
 
Penilaian st gizi
Penilaian st giziPenilaian st gizi
Penilaian st gizi
 
Materi i deteksi gizi buruk
Materi i deteksi gizi burukMateri i deteksi gizi buruk
Materi i deteksi gizi buruk
 
Modul who penilaian status gizi
Modul who penilaian status giziModul who penilaian status gizi
Modul who penilaian status gizi
 
PELAYANAN KESEHATAN DI POSYANDU REMAJA.pptx
PELAYANAN KESEHATAN DI POSYANDU REMAJA.pptxPELAYANAN KESEHATAN DI POSYANDU REMAJA.pptx
PELAYANAN KESEHATAN DI POSYANDU REMAJA.pptx
 

Recently uploaded

1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptxssuser1f6caf1
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 

Recently uploaded (20)

1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 

ANTROPOMETRI SEHAT

  • 1.  ANTROPOMETRI  MERRYANA ADRIANI  2012
  • 2. Brozk 1956 pengukuran tubuh dan nutrisi manusia Jellife (1965) Pengukuran variasi dimensi tubuh dan komposisi kotor tubuh manusia yang berbeda menurut kelompok umur dan tingkat nutrisi. Sekarang : pengukuran anthropometri secara luas digunakan dalam penilaian ststus gizi pada tingkat individu dan populasi.
  • 3. Pada tingkat individu di negara berpenghasilan rendah, secara luas anthropometri berguna ketika terjadi keteidakseimbangan antara asupan energi dan protein. Pada tingkat populasi, anthropometri berperan penting dalam menetapkan target intervensi melalui skrening, penilaian respon intervensi, identifikasi kekurangan gizi dan pemantauan gizi.
  • 4.  Di negara maju, anthropometri dipakai untuk kepentingan klinis dalam mendiagnosa kegagalan tumbuh kembang dan kelebihan berat badan pada anak.
  • 5.  Adalah suatu pengukuran dari bermacam-macam ukuran fisik dan komposisi tubuh pada berbagai kelompok umur dan tingkat gizinya  Ukuran fisik : Tinggi Badan (TB), Berat Badan (BB), Lingkar Kepala, Lingkar Lengan Atas (LILA)  Komposisi tubuh : Tebal Lemak, Fat Mass, Fat Free Mass  Berbagai kelompok umur : standar berbeda untuk tingkat umur tertentu misal: untuk balita lain dengan untuk dewasa  Tingkat gizi : status gizi baik, status gizi kurang, status gizi buruk, status gizi lebih
  • 6.  Pengukuran antropometri dibagi menjadi 2 macam : 1. Penilaian ukuran tubuh 2. Pengukuran komposisi tubuh
  • 7.  Pengukuran komposisi tubuh dikelompokkan menjadi 2 macam pengukuran yaitu : 1. Pengukuran massa lemak tubuh 2. Pengukuran massa bebas lemak tubuh
  • 8.  Pengukuran fisik dapat digunakan :  untuk mengidentifikasikan apakah penderita kekurangan energi saja / protein saja / energi dan protein atau tidak  untuk memonitor apakah ada perubahan setelah dilakukan intevensi / therapi gizi
  • 9.  Pengukuran Tinggi Badan  Dilakukan pada anak dan orang dewasa yang dapat berdiri  Pengukuran Panjang Badan  Untuk bayi atau anak < 2 tahun  Pengukuran Lingkar Kepala  Untuk mengukur pertumbuhan otak  Pengukuran Berat Badan  Dilakukan pada bayi dengan timbangan bayi  Dilakukan untuk anak dan orang dewasa yang dapat berdiri dengan menggunakan “beam balance scale”  Pengukuran Panjang Lutut  Untuk mereka yang tidak bisa beridiri atau mengalami kelainan pertumbuhan tulang belakang untuk memperkirakan Tinggi Badannya
  • 10.  Hasil pengukuran fisik dinyatakan dalam bentuk parameter antara lain : Berat Badan (BB) dalam kg, Tinggi Badan ( TB ) dalam m, Panjang Badan (PB) dalam cm, Panjang Lutut (PL) dalam cm, Lingkar Kepala (LK) dalam cm
  • 11.  BERAT BADAN ADALAH :
  • 12.  SENSITIFITAS PARAMETER BERAT BADAN  Sensitif terhadap perubahan karena penyakit  SPESIFIKASI PARAMETER BERAT BADAN  Spesifik
  • 13.  Timbangan adalah alat ukur untuk menentukan berat atau massa obyek.  Timbangan digunakan dalam aplikasi industri dan komersial.  Skala medis khusus dan skala kamar mandi digunakan untuk mengukur berat badan manusia
  • 14.
  • 15.  SENSITIFITAS ALAT UKUR BERAT BADAN  Kelompok Umur  SPESIFIKASI ALAT UKUR BERAT BADAN
  • 16.  Tergantung pada faktor lingkungan dan genetik. Tinggi badan manusia beragam menurut pengukuran antropometri. Kelainan variasi tinggi badan (sekitar 20% penyimpangan dari rata-rata) menyebabkan seseorang mengalami gigantisme atau dwarfisme, bila tak lebih dari variasi tersebut masih bisa dikatakan normal.
  • 17.  Pertumbuhan rata-rata untuk setiap jenis kelamin dalam populasi berbeda secara bermakna, di mana pria dewasa rata-rata lebih tinggi daripada wanita dewasa. Selain itu, tinggi badan manusia juga berbeda menurut kelompok etnis  Pertumbuhan tinggi badan biasanya berhenti ketika lempeng pertumbuhan (lempeng efifisis) di ujung tulang menutup. Penutupan ini terjadi sekitar usia 16 tahun pada wanita atau 18 tahun pada pria. Tetapi, kadang-kadang pada sebagian orang, baru menutup pada usia sekitar 20-21 tahun
  • 18.  Namun ada beberapa informasi yang menyebutkan tinggi badan khususnya pada tulang rawan intervertebralis dan efifisis masih dapat bertumbuh pada usia diatas 25 tahun  Rumus untuk menghitung Panjang Lutut disebut RUMUS CHUMLEA bila Tinggi Badan tidak dapat diukur karena ostoporosis, sakit dsb :  Pria TB (cm)=(2,02 x PL (cm)) – ( 0,04 x umur (thn)) + 64,19  Wanita TB (cm)=(1,83 x PL (cm)) – ( 0,24 x Umur (thn))+ 84,88
  • 19.
  • 20.  SENSITIFITAS PARAMETER TINGGI BADAN  SPESIFIKASI PARAMETER TINGGI BADAN
  • 21.  microtoise staturmeter alat ukur tinggi badan 200 cm  adalah alat yang digantung di tembok setinggi 200 cm atau 2 meter dari lantai.  tata cara pengukuran : merapat tegak di tembok dan berada tepat di bawah stature-meter.  Seorang asisten atau temannya akan menarik staturmeter hingga pas ubun-ubun kepala,  dan membaca hasil pengukuran pada jendela micro-toise yaitu berupa angka dalam satuan centimeter.
  • 22.
  • 23.  SENSITIFITAS ALAT UKUR TINGGI BADAN  sensitif  SPESIFIKASI ALAT UKUR TINGGI BADAN  Spesifik unutk mengukur tinggi badan
  • 24.  Dapat digunakan untuk menilai status gizi protein- energi pada masa 2 tahun pertama kehidupan.  Pada keadaan kurang gizi kronik pada masa awal kehidupan atau terjadinya gangguan perkembangan janin semasa dalam kandungan akan mengakibatkan menurunnya jumlah sel otak dan pada akhirnya akan berpengaruh pada lingkar kepala.  Di atas usia 2 tahun, pengukuran lingkar kepala tidak lagi bermanfaat karena perkembangannya sangat lambat.
  • 25.  Ukuran rata-rata lingkar kepala bayi ketika lahir adalah 34-35 cm.  Lingkar kepala ini akan bertambah 2 cm per bulan pada usia 0-3 bulan.  usia 4-6 bulan akan bertambah 1 cm per bulan,  usia 6-12 bulan pertambahannya 0,5 cm per bulan.
  • 26.  Jika ukuran lingkar kepala bayi lebih kecil daripada ukuran normalnya, maka disebut kelainan mikrosefali.  Sebaliknya, bila ukuran lingkaran kepala si bayi lebih besar daripada ukuran normalnya, dikatakan kelainan makrosefali.  Biasanya kelainan mikrosefali dan makrosefali dibawa sejak lahi  Namun ada juga kasus-kasus mikrosefali atau makrosefali yang familial atau normal
  • 27.  SENSITIFITAS PARAMETER LINGKAR KEPALA  Indikator ini tidaklah terlalu sensitif untuk menilai status gizi, selain itu banyak faktor lain yang  mempengaruhinya seperti penyakit, genetik, dan adat tertentu .  Cukup sensitif untuk anak usia 2 tahun  SPESIFIKASI PARAMETER LINGKAR KEPALA  Spesifik unutk menentukan lingkar kepala anak usia 2 tahun
  • 28.  Cara: melingkarkan alat ukur berupa pita seperti yang digunakan oleh tukang jahit di kepala bayi, tepat di atas alis dan telinga bayi  lingkar kepala ini wajib dilakukan secara rutin pada bayi kurang dari usia 2 tahun. Ukuran lingkar kepala ini penting karena berkaitan dengan volume otak  Lingkar kepala berkaitan erat dengan volume otak, artinya kalau lingkaran kepala anak dalam usia tertentu kurang dari nilai yang normal, kemungkinan volume otak kurang dari cukup.  Sedangkanberbagai gerakan yang ada merupakan kombinasi dari kemampuan otak dan organ gerak yangbersangkutan
  • 29.
  • 30.  SENSITIFITAS ALAT UKUR LINGKAR KEPALA  -  SPESIFIKASI ALAT UKUR LINGKAR KEPALA  -
  • 31.  Pada masa pertumbuhan bayi dan balita, berlangsung perubahan ukuran dan jumlah sel, serta jaringan intraseluler pada tubuh bayi dan balita. dengan kata lain ukuran-ukuran tubuhnya akan membesar, misalnya ditandai dengan meningkatnya berat dan tinggi badan, ukuran lingkar kepala, lingkar lengan atas, menguatnya tulang dan membesarnya otot, dan bertambahnya organ tubuh lain seperti rambut, kuku, gigi, dan sebagainya
  • 32.  Salah satu cara untuk mengetahui baik atau tidaknya pertumbuhan anak, adalah dengan menukur lingkar lengan atasnya.  berdasarkan standar Walanski,perkembangan ukuran lingkar lengan atas bayi dan balita berdasarkan umur terbilang normal pada ukuran berikut:  6- 8 bulan 14.75 cm  9-11 bulan 15.10 cm  1 tahun 16.00 cm  2 tahun 16.25 cm  3 tahun 16.50 cm  4 tahun 16.75 cm  5 tahun 17.00 cm
  • 33.  Lingkaran lengan atas adalah suatu cara untuk menghitung skala gizi wanita usia subur, baik ibu hamil maupun calon ibu untuk mengidentifikasi wanita yang mempunyai resiko melahirkan bayi berat badan rendah (BBLR
  • 34.  SENSITIFITAS PARAMETER LINGKAR LENGAN ATAS  Tidak sensitif  SPESIFIKASI PARAMETER LINGKAR LENGAN ATAS  Tidak spesifik ,
  • 36.
  • 37.  SENSITIFITAS ALAT UKUR LINGKAR LENGAN ATAS  -  SPESIFIKASI ALAT UKUR LINGKAR LENGAN ATAS  -
  • 38.
  • 39.  Berdasarkan pengukuran tersebut maka ada beberapa indikator yang dapat digunakan, bisa satu atau dua indeks atau dalam bentuk rasio  Indeks : BB/U, TB/U, BB/TB  Rasio : BB/TB²
  • 40. Indeks antropometri diperoleh melalui kombinasi pengukuran. Indeks BB/U, jumlah triseps dan lipatan kulit subscapular, rasio lingkar pinggang-panggul. Indeks sangat penting dalam penafsiran pengukuran.
  • 41. Kombinasi lipatan kulit triseps dan LILA bisa digunakan untuk mengestimasi area lengan tengah atas dan lemak lengan tengah atas, dimana masing-masing bisa mengestimasi massa otot dan kandungan lemak tubuh.
  • 42. Sedangkan kombinasi lain seperti Indeks Massa Tubuh (BB/TB2) dan rasio lingkar pinggang-panggul digunakan dalam studi populasi sebagai indikator kegemukan dan massa lemak dalam perut.
  • 43.  Khususnya pertimbangan sensitifitas, spesifisitas, dan nilai prediktif dari indeks antropometri  Indeks sensitif menunjukkan perubahan besar selama kekurangan gizi dan setelah intervensi gizi serta secara tepat mengidentifikasi individu yang bebar-benar kekurangan gizi  Konsekuensinya adalah, indeks antropometri dengan sensitifitas tinggi seharusnya digunakan untuk sistem penilaian gizi yang melibatkan skreening, pengawasan atau sebuah intervensi (Ruel et al., 1995).
  • 44.  Indeks antropometri dengan spesifikasi tinggi digunakan untuk mengidentifikasi orang sehat secara tepat, maka dengan demikian menghindari intervensi gizi yang tidak dibutuhkan.  Baik sensitifitas dan spesifisitas sebuah indeks antropometri adalah bervariasi menurut usia, cutoff point yang digunakan, dan keparahan serta prevalensi masalah gizi dalam populasi.  Semua faktor ini harus dipertimbangkan ketika menentukan suatu indeks antropometri.
  • 45.  Standar Lokal :  Kartu Menujut Sehat (KMS) yang merupakan modifikasi dari standar WHO  Standar Internasional  Standar NCHS  Direkomendasikan oleh WHO untuk menjadi standar internasional, standar ini sudah mencerminkan populasi sampel dari beberapa negara menurut umur dan jenis kelamin
  • 46.  Standar Harvard  NCHS lebih teliti dibanding dengan Harvard, populasi yang digunakan lebih sedikit (dari 2 negara bagian di Amerika Serikat : Boston dan Iowa)  Standar WHO  Merupakan modifikasi dari standar NCHS  Digunakan untuk negara yang belum mempunyai standar  Dibedakan menurut umur dan jenis kelamin  Hanya untuk balita saja umur 0 – 5 tahun
  • 47.  Klasifikasi digunakan untuk menentukan tingkat status gizi  Pemilihan klasifikasi tergantung pada tujuan penelitian, parameter dan indeks yang digunakan pada pengukuran fisik.
  • 48.  Klasifikasi Gomez  Menggunakan indeks BB/U  Standar Harvard  Untuk menentukan tingkat status gizi  Status gizi normal bila BB/U > 90%  Malnutrisi ringan bila BB/U 76 - 90 %  Malnutrisi sedang bila BB/U 61 – 75 %  Malnutrisi berat bila BB/U ≤ 60%
  • 49.  Klasifikasi Wellcome  Menggunakan indeks BB/U dengan standar Harvard  Membedakan apakah malnutrisi ini marasmus ataukah kwashiorkhor dengan melihat adanya oedema atau tidak  Kwashiorkor bila BB/U 60 – 80 % dan ada oedema  Marasmus bila BB/U < 60% dan tidak ada oedema  Marasmic Kwashiorkor bila BB/U < 60% dan ada oedema  Under Weight bila BB/U 60 – 80% dan tidak ada oedema
  • 50.  Klasifikasi Waterlow  Menggunakan indeks TB/U dan BB/TB  Menggunakan standar Harvard  Untuk membedakan wasting dan stunting  Wasting bila TB/U > 90% dan BB/TB < 80%  Stunting bila TB/U < 90% dan BB/TB > 80%  Stunting dan Wasting bila TB/U < 90% dan BB/TB < 80%  Normal bila TB/U > 90% dan BB/TB > 80%
  • 51.  IMT = Berat Badan (kg) / Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)  Klasifikasi :  Kurus  Kekurangan Berat Badan Tingkat Berat bila IMT < 17,0  Kekurangan Berat Badan Tingkat Ringan bila IMT antara 17,0 – 18,5  Normal bila IMT antara 18,5 – 25,0  Gemuk  Kelebihan Berat Badan Tingkat Ringan bila IMT antara > 25,0 – 27,0  Kelebihan Berat Badan Tingkat Berat bila IMT > 27,0
  • 52.  Pengukuran komposisi tubuh ini ada kaitannya dengan pengukuran lemak/timbunan lemak dan bagian lain yang tidak ada lemak (otot)  Pengukuran komposisi lemak ini penting untuk mengetahui apakah individu menderita malnutrisi / tidak  Pengukuran ini banyak dilakukan di Rumah Sakit untuk mengetahui pasien menderita malnutrisi akut atau malnutrisi kronis  Selain itu juga untuk memonitor perubahan fisik akibat terapi nutrisi pada waktu yang lama  Sedangkan di masyarakat untuk mengetahui efektifitas dari program gizi
  • 53.  1. Pengukuran Skinfold Thickness  Triceps skinfold  Biceps skinfold  Subscapular skinfold  Suprailiaca skinfold  Midaxillary skinfold  2. Pengukuran Lingkar Lengan Atas
  • 54.  1. Hitung umur dalam tahun dan berat badan dalam kg  2. Ukur skinfold thickness (tebal lemak dibawah kulit)  dalam mm pada tempat biceps, triceps, subscapular  dan suprailiac  3. Jumlahkan tebal lemak dari keempat skinfold thickness  4. Ukur nilai logaritma dari keempat penjumlahan skinfold  thicness
  • 55.  Menghitung body density (D dalam g / cc)  Untuk laki-laki:  17-19 D=1.1620 -0.0630 x (logΣ)  20-29D=1.1631-0.0632 x (logΣ)  30-39D=1.1422-0.0544 x (logΣ)  40-49D=1.1620-0.0700 x (logΣ)  50+ D=1.1715-0.0779 x (logΣ)  Untuk perempuan :  17-19 D=1.1549 -0.0678 x (logΣ)  20-29D=1.1599-0.0717 x (logΣ)  30-39D=1.1423-0.0632 x (logΣ)  40-49D=1.1333-0.0612 x (logΣ)  50+ D=1.1339-0.0645 x (logΣ)
  • 56.  Fat mass (kg) = Berat Badan (kg) x 4,95/D – 4,5  Fat Free Mass (kg) = Berat Badan (kg) – fat mass(kg)