AKUIFER
Akifer (Lapisan pembawa air):Batuan, sedimen, formasi, sekelompok formasi, atau sebagian dari suatu formasi yang jenuh air, yang permeabel, yang mampu memasok air kepada suatu mata-air / sumur dalam jumlah cukup ekonomik
Mata Kuliah Hidrogeologi ini Kuliah ini membahas tentang genetik, proses, dan dinamika air di dalam litosfera baik secara kuantitatif maupun kualitatif agar mahasiswa dapat melakukan analisis hidrogeologi dengan baik dan benar.
AKUIFER
Akifer (Lapisan pembawa air):Batuan, sedimen, formasi, sekelompok formasi, atau sebagian dari suatu formasi yang jenuh air, yang permeabel, yang mampu memasok air kepada suatu mata-air / sumur dalam jumlah cukup ekonomik
Mata Kuliah Hidrogeologi ini Kuliah ini membahas tentang genetik, proses, dan dinamika air di dalam litosfera baik secara kuantitatif maupun kualitatif agar mahasiswa dapat melakukan analisis hidrogeologi dengan baik dan benar.
MATERI 4 HIDROGEOLOGI ; EKSPLORASI AIR TANAH (Manajemen Pertambangan & Ener...YOHANIS SAHABAT
MATERI IV
EKSPLORASI AIR TANAH
Eksplorasi merupakan suatu/ serangkaian pekerjaan/tindakan yang dilakukan dalam rangka mencari, menemukan, dan menggali sumber daya alam, dalam hal ini adalah air tanah.
MATERI 4 HIDROGEOLOGI ; EKSPLORASI AIR TANAH (Manajemen Pertambangan & Ener...YOHANIS SAHABAT
MATERI IV
EKSPLORASI AIR TANAH
Eksplorasi merupakan suatu/ serangkaian pekerjaan/tindakan yang dilakukan dalam rangka mencari, menemukan, dan menggali sumber daya alam, dalam hal ini adalah air tanah.
Materi ini mempelajari bagaimana mekanisme dan daya pendorong dalam transpor air dalam tumbuhan - antara tumbuhan – tumbuhan dan lingkungan. Selain itu membahas jalur transpor air dan serta mekanisme membuka dan menutupnya stomata.
Similar to MATERI 3 HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM Akamigas (20)
Rancangan Kebutuhan Dan Penempatan APAR Gedung Kantor SETDA Kab. Kepl. TalaudYOHANIS SAHABAT
5.1. Kesimpilan
Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, melalui beberapa tahapan mulai dari observasi lapangan sampai dengan pengolahan data hasil lapangan diatas penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1) Mengingat Gedung Kantor SETDA Kab. Kepl. Talaud belum memiliki APAR, maka sebaiknya saat ini dilakukan perencanaan untuk pengadaanya, guna memenuhi ketentuan dan persyaratan sebagaimana pada KEPMEN PU Nomor : 10/KPTS/2000, tentang Ketentuan Teknis Pengaman Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, yang dapat memberikan keamanan, keselamatan, dan kenyamanan, bagi para Pegawai maupun pengunjung dan masyarakat lainnya;
2) Adapun potensi bahaya kebakaran yang ada pada gedung tersebut, berdasarkan hasil pengamatan identifikasi bahaya kebakaran meliputi klasifikasi kebakaran A, B dan C;
3) Untuk langkah pencegahan terhadap risiko bahaya kebakaran pada gedung tersebut, perlu disediakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) jenis Dry Chemical Powder PC ABC, sejumlah 36 unit, yang ditempatkan sesuai dengan ketentuan dan SNI;
4) Untuk pengadaan APAR tersebut, telah diketahui perkiraan biaya yang digunakan berdasarkan hasil perhitungan diatas adalah sebesar Rp.129.642.000,- (Seratus Duapuluh Sembilan Juta, Enam Ratus Empat Puluh Dua Ribu, Rupiah).
5.2. Saran
Pencegahan dan penanggulangan kebakaran adalah semua tindakan yang berhubungan dengan pencegahan, pengamatan dan pemadaman kebakaran yang meliputi perlindungan jiwa dan keselamatan manusia serta perlindungan harta benda. Oleh karena itu, berhubung Gedung Kantor SETDA Kab. Kepl. Talaud, yang hingga saat ini belum memiliki sarana dan fasilitas penunjang terkait standar teknis keselamatan seperti APAR yang harus dimiliki, bahkan dengan terbatasnya fasilitas pemadam kebakaran yang dimiliki oleh PEMDA Kab. Kepl. Talaud, sehingga sangat dipandang perlu kedepannya untuk merencanakan dan mengadakannya.
Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di PT Pertamina (persero) harus dilakukan dengan baik dan benar.
Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya implikasi kerugian baik secara mikro perusahaan maupun makro nasional dan internasional perusahaan berupa kerugian alokasi dana kecelakaan tenaga kerja, penurunan kegiatan ekonomi dan industry, menurunnya kegiatan riset pendidikan dan teknologi, terganggunya kestabilitas ketahanan kegiatan politik, ekonomi dan social, meningkatnya pengangguran, kemiskinan maupun kriminalitas.
Selain itu dapat berdampak pada citra dan kepercayaan PT Pertamina sebagai perusahaan kelas dunia dalam persaingan pasar bebas di era-globalisasi ini.
PERALATAN & HSE MANAGEMENT SYSTEM PENGOLAHAN MIGASYOHANIS SAHABAT
Peralatan Pengolahan Minyak Bumi
Kilang minyak (refinery unit) merupakan suatu area yang di dalamnya berisi alat-alat produksi yang memiliki fungsi masing-masing dalam hal pengolahan minyak bumi menjadi produk jadi.
'KERTAS KERJA WAJIB' AK.II, STEM Akamigas CepuYOHANIS SAHABAT
'EFEKTIFITAS PENERIMAAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD, PROVINSI SULAWESI UTARA"
Pajak merupakan peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk mebiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment ......................................''
"KERTAS KERJA WAJIB" AK.II, STEM Akamigas, JUDUL : EFEKTIFITAS PENERIMAAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD, PROVINSI SULAWESI UTARA..
HSE MANAJEMEN SYSTEM SEKTOR MIGAS HILIR HULU
Sistem Manajemen K3 merupakan bagian dari sistem manajemen organisasi secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja untuk menciptakan tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (Tarwaka, 2008).
Materi Ini saya buat dari beberapa sumber, (HSE Management System, Oleh Bapak Agus Sutanto, ST.,M.IL, dan Sumber : (Buku Keselamatan Instalasi Migas karya Suyartono, mantan Direktur Teknik dan Lingkungan Migas) dan Referensi lainnya UU, PP, dll.
POTENSI DAN PERSEBARAN MINERAL NON LOGAM DAN LOGAM KABUPATEN TALAUDYOHANIS SAHABAT
Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan Kabupaten yang paling Utara di Negara Republik Indonesia, dengan ibukota Melonguane yang berjarak sekitar 271 mil laut dari Ibukota Propinsi Sulawesi Utara yaitu Manado. Terletak antara 3º 38’ 00” - 5º 33’ 00” Lintang Utara dan 126° 38’ 00” - 127° 10’ 00” Bujur Timur. Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan salah satu daerah yang memiliki sumber daya mineral baik logam maupun non logam. Untuk logam diketahui mineral yang dapat diidentifikasi adalah pasir besi, nikel dan mangan. Sedangkan untuk Non logam terdiri dari : lempung bentonitan, batu gamping, kalsit, batu hias (setengah permata), gipsum dan barit.
Potensi dan Persebaran Mineral Non Logam & Logam Kabupaten Kepulauan Talaud diperoleh berdasarkan Laporan dari TIM INVENTARISASI Badan Geologi Bandung (No. 01/MN/BGD/2012) yang dilaksanakan pada tahun 2012 lalu di Kabupaten Kepulauan Talaud, dengan tahapan kegiatan sebagai berikut : Penyelidikan Lapangan (Pengumpulan Data Sekunder, dan Pengumpulan Data Primer), Analisis Laboratorium, dan Pengolahan Data, sehingga menghasilkan data tersebut.
KERTAS KERJA WAJIB
Judul :
POTENSI BAHAN GALIAN PASIR BESI
DI KECAMATAN BEO DAN KECAMATAN TAMPAN’AMMA
KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD,
PROVINSI SULAWESI UTARA
Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan Kabupaten yang paling Utara di Negara Republik Indonesia, dengan ibukota Melonguane yang berjarak sekitar 271 mil laut dari Ibukota Propinsi Sulawesi Utara yaitu Manado. Terletak antara 3º 38’ 00” - 5º 33’ 00” Lintang Utara dan 126° 38’ 00” - 127° 10’ 00” Bujur Timur. Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan salah satu daerah yang memiliki sumber daya mineral baik logam maupun non logam. Untuk logam diketahui mineral yang dapat diidentifikasi adalah pasir besi, nikel dan mangan. Sedangkan untuk Non logam terdiri dari : lempung bentonitan, batu gamping, kalsit, batu hias (setengah permata), gipsum dan barit. Kecamatan Beo dan Kecamatan Tampan’amma merupakan kecamatan yang memiliki potensi Pasir Besi. Pasir besi merupakan salah satu bahan galian industri. Kegunaan pasir besi selain bahan dasar untuk industri logam besi/baja juga telah banyak dimanfaatkan pada industri semen, sedangkan bahan mentah pasir besi bisa dimanfaatkan untuk membuat beton pada pekerjaan konstruksi. Pembentukan endapan pasir besi memiliki perbedaan genesa dibandingkan dengan mineralisasi logam lainnya. Biasanya pasir besi terdapat di pesisir pantai, terjadi akibat adanya endapan. Pembentukan endapan pasir besi dalam jumlah cukup besar dan sebaran yang luas di daerah pesisir tidak terlepas dari berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut adalah kandungan mineral besi pada batuan sumber, media transportasi alam berupa aliran air sungai, gelombang laut, dan angin serta proses geologi berupa pelapukan, erosi, transportasi, sedimentasi, dan pengayakan. Potensi sumber daya tereka dan terukur di Kecamatan Beo adalah 2.920 Ha, dan Kecamatan Tampan’Amma 7.950 Ha, bisa untuk dieksplotasi
LAPORAN HASIL PRAKTEK PEMROGRAMAN KOMPUTER (DLPHI 7)YOHANIS SAHABAT
Delphi adalah sebuah IDE Compiler untuk bahasa pemrograman Pascal dan lingkungan pengembangan perangkat lunak yang digunakan untuk merancang suatu aplikasi program.
Delphi juga dapat di artikan sebagai Suatu bahasa pemrograman yang menggunakan visualisasi sama seperti bahasa pemrograman Visual Basic ( VB ). Namun Delphi menggunakan bahasa yang hampir sama dengan pascal (sering disebut objeck pascal ) . Sehingga lebih mudah untuk digunakan . Bahasa pemrograman Delphi dikembangkan oleh CodeGear sebagai divisi pengembangan perangkat lunak milik embarcadero . Divisi tersebut awalnya milik borland , sehingga bahasa ini memiliki versi Borland Delphi.
Pulau Miangas merupakan salah satu pulau terluar Indonesia yang berbatasan dengan Filipina. Pulau ini termasuk
dalam wilayah Check Point Border Crossing Agreement. Berdasarkan pengamatan lapangan hampir seluruh bagian
Pulau Miangas mengalami proses abrasi cukup kuat. Posisi pulau ini berada di laut lepas tanpa ada penghalang baik
berupa pulau atau gosong, yang berfungsi sebagai penahan gelombang. Pulau ini dapat berdiri kokoh karena batuan
dasarnya mempunyai tingkat resistensi tinggi seperti batuan Gunungapi Miangas yang ditindih secara tidak selaras
oleh batugamping koral. Di beberapa bagian pantai rawan terhadap abrasi. Untuk mengurangi akibat abrasi diusulkan
dibangun pelindung pantai. Kedalaman air di sekitar pulau ini antara 5 m – 110 m. Laut terdalam terdapat di bagian
baratdaya yang berjarak 500 m dari garis pantai. Terdapat tiga jenis pantai di Pulau Miangas yaitu pantai berpasir,
berbatu, dan bertebing terjal.
REKONSILIASI BANK
rekonsiliasi bank menurut Wibowo dan Abubakar Arif merupakan suatu laporan yang berisi saldo kas menurut perusahaan dengan saldo kas menurut bank disertai dengan penyebab perbedaan keduanya.
Materi Dasar Akuntansi
Pengertian Akuntansi
Persamaan Dasar Akuntansi
Laporan Keuangan
Jurnal, Buku Besar dan Neraca Saldo Perusahaan Jasa
Jurnal Penyesuaian Perusahaan Jasa
Neraca Lajur Perusahaan Jasa
Jurnal Penutup dan Neraca Saldo Setelah Penutupan
Transaksi Perusahaan Dagang
Jurnal Khusus
Rekonsiliasi Bank
Persediaan Barang Dagang
3. SPECIFIC YIELD & SPECIFIC RETENTION
• Dalam keadaan jenuh, seluruh lubang dan ruang
yang ada pada tanah/batuan terisi air.
• Di alam, tidak seluruh volume air yang
terkandung di dalam akuifer tsb dapat memasok
air kepada sumur atau mata-air.
• Tidak seluruh air yang menempati bukaan di
dalam batuan dapat dikeluarkan.
• Meskipun dipompa terus-menerus, sebagian air
akan tetap tinggal di dalam pori-pori batuan.
•
4. SPECIFIC YIELD
• Volume air yang dapat dilepaskan dari pori-pori
tanah/batuan hanya oleh pengaruh gravitasi
disebut specific yield (Sy) atau kapasitas jenis.
5. SPECIFIC RETENTION
• Volume air yang tetap tertinggal di dalam pori-
pori batuan disebut specific retention (Sr) atau
simpanan jenis.
• Dalam hal ini air tsb tertinggal sebagai film pada
permukaan pori-pori atau rongga-rongga batuan.
6. Hubungan antara Porositas, Sy, dan Sr
n = Sy + Sr
Sy = Vd/Vt
Sr = Vr/Vt
n = porositas
Sy = specific yield
Sr = specific retention
Vd = volume air yang keluar ketika pengeringan
Vr = volume air yang tertinggal ketika pengeringan
Vt = volume sampel batuan
7. Specific Yield berbagai batuan
No. Material Sy ( % )
1 lempung 1 - 10
2 pasir 10 - 30
3 kerikil 15 - 30
4 pasir dan kerikil 15 - 25
5 batupasir 5 - 15
6 serpih 0,5 - 5
7 batugamping 0,5 - 5
8. Hydraulic conductivity = Konduktivitas
hidrolika
• Sebutan lain: field coefficient of
permeability = koefisien kelulusan =
koefisien permeabilitas
• Merupakan ukuran kuantitatif untuk
menyatakan kemampuan tanah/batuan
dalam meluluskan airtanah
9. KETERUSAN (TRANSMISSIVITY)
• Keterusan (transmissivity = T) adalah
kemampuan suatu akuifer dalam
meluluskan air.
• Harga T diperoleh dengan menggunakan
rumus :
T = K.b.
B = ketebalan akuifer
K = konduktifitas hidrolika
15. Tekanan Air Pori
(Pore Water Pressure)
• It is the pressure of groundwater held within
a soil or rock, in gaps between particles
(pores)
• It is below the phreatic level, and are
measured in piezometers
• The vertical pore water pressure distribution
in aquifers can generally be assumed to be
close to hydrostatic
17. Capilary
• In the unsaturated zone the pore pressure is
determined by capillarity
• Pore water pressures under unsaturated
conditions (vadose zone) are measured in
with tensiometers
18.
19. PETA KESAMAAN MUKA AIR TANAH
Arah aliran tegak lurus terhadap garis
kesamaan muka air tanah
21. Latihan
Dalam suatu percobaan di laboratorium diketahui berat
sampel kering = 1000 g
Berat sampel dalam keadaan jenuh air = 1081,3 g. Berat air
yang dapat dipisahkan dari sampel tanpa pemanasan = 70 g.
- Berapakah porositas sampel (%)
- Berapakah specific yield (Sy)
- Berapakah specific retention (Sr)
Catatan :
berat satuan ( g ) sampel = 2,7 g/cm3
berat satuan ( g ) air = 1 g/cm3
22. Latihan
• Sumur 1 dg total head = 100,40 m, Sumur 2
dg total head = 100,52 m, dan Sumur 3 dg
total head = 100,14 m
• Jarak Sumur 1 – Sumur 2 = 330 m, jarak
Sumur 2 – Sumur 3 = 430 m, jarak Sumur 3
– Sumur 1 = 300 m
• Tentukan arah aliran di daerah tersebut, dan
tentukan gradien hidrolikanya.
23. • Mengikuti hukum kekekalan massa/ energi
• Dipengaruhi gaya gravitasi
• Mengalir dengan kecepatan laminer dan lambat
• Alirannya mengikuti kontur energi (head) dari tinggi ke
yang lebih rendah
• Kecepatan aliran airtanah ditentukan oleh kelulusan
media geologi tempat air berada (Konduktivitas
hidraulik)
Aliran Airtanah:
25. Hukum Darcy (1856)
Hukum Darcy ini dengan menggunakan
anggapan bahwa aliran air di dalam tanah
mengikuti prinsip-prinsip dasar hidraulika sifat
laminer
Berdasarkan persamaan Darcy, kecepatan aliran
air tanah :
V = - K dh/dl
V : kecepatan aliran air tanah
K : permeabilitas tanah/batuan
dh/dl : hydraulic gradient
26. Persyaratan agar Persamaan
Darcy berlaku:
• Airtanah harus terdapat di dalam media
berpori
• Media berpori tersebut diasumsikan bersifat
homogen, isotropik
Homogen: perilaku fisik akifer sama di semua tempat
Isotropik : perilaku fisik akifer sama ke segala arah
27. Dimanakah persamaan Darcy
tidak valid diterapkan:
• Pada akifer dengan tipe aliran melalui
saluran (karst)
• Pada akifer dengan tipe aliran melalui antar
celah yang tidak rapat
28. KiAA
dl
dh
KQ
Q : debit aliran
K : permeabilitas (kemapuan suatu media
(tanah/batuan) untuk meloloskan cairan)
dh/dl : gradien hidraulik/landaian hidraulik
A : Luas penampang aliran
DEBIT ALIRAN AIR TANAH
30. Satuan Geologi Permeabilitas (m/d)
Pasir halus 1 to 5
Pasir kasar 20 to 100
Kerikil 100 to 1000
Batulanau 5 x10-8 to 5 x 10-6
Batupasir 1 x 10-3 to 1
Basalt 0.0003 to 3
31. Steady Flow in an Unconfined Aquifer
h
Flow
hA
hB
Water Table
Ground Surface
Bedrock L
x
Q = (-K
dh
dx
)h = -
K
2
dh2
dx
= -
K
2
hB
2
- hA
2
L
æ
è
ç
ö
ø
÷
32. Steady Flow in an Unconfined Aquifer
• K = 10-1 cm/sec
• hA = 6.5 m
• hB = 4 m
• x = 150 m
• Find Q h
FlowhA
hB
Water Table
Ground Surface
Bedrock L
x
Q = -
K
2
hB
2
- hA
2
L
æ
è
ç
ö
ø
÷ = -
86.4 m/d
2
6.52
- 42
150
æ
è
ç
ç
ö
ø
÷
÷
= 7.56 m3
/d /m
33. Horizontal Flow in Confined Aquifer
• Consider steady flow from left to right in a confined
aquifer
• Find: Head in the aquifer, h(x)
h(x) = hA +
hB - hA
L
x
Ground surface
Bedrock
Confined aquifer
Qx
K
x
yz
hB
Confining Layer
b
hA
L
Head in the aquifer h(x)
34. Example – Horizontal Flow
• L = 1000 m, hA = 100 m, hB = 80 m, K = 20 m/d, f = 0.35
• Find: head, specific discharge, and average velocity
h(x) = hA +
hB - hA
L
x =100- 0.02x m q = -K
hB - hA
L
= -(20 m/d)
80 -100
1000
= 0.4 m/day
v =
q
f
=1.14 m/day
Ground surface
Bedrock
Confined aquifer
Qx
K
x
yz
hB
Confining Layer
b
hA
L
35. Penentuan penurunan muka air tanah (M.A.T) pada akuifer tak tertekan
untuk aliran laminer (steady flow) pada saat dilakukan pemompaan
36. Penentuan penurunan tinggi kenaikan air (T.K.A) pada akuifer
tertekan untuk aliran laminer (steady flow)
rw adalah Jari-jari sumur Sw : penurunan T.K.A di sumur
hw : penurunan M.A.T R : jari-jari pengaruh
k : hydraulic condoctivity / permeabilitas tanah/batuan
37.
38. Tugas :
Kelompok I :
Ada pom bensin yang diperkirakan mencemari sumur penduduk. Di
kedalaman 10 m dijumpai dasar dari akuifer dengan ketebalan 2 m.
Akuifer tersebut mempunyai permeabilitas 10-4 cm/detik. Pada jarak 100
m dijumpai sumur penduduk dengan kedalaman akuifer yang sama
dengan di pom bensin. Lokasi sumur penduduk lebih rendah 5 m
dibanding ketinggian lokasi pom bensin. Bila terjadi pencemaran zat yang
larut air dari pom bensin maka pencemaran tersebut akan sampai di
sumur penduduk dalam waktu berapa jam ?
Kelompok II
Ada dua sumur penduduk dengan posisi ketinggian sama menyadap
akuifer yang sama. M.A.T di sumur satu – 5 m dan M.A.T di sumur dua –
7 m, permeabilitas akuifernya 5.10-4 cm/det. Bila tidak dilakukan
pemompaan dari kedua sumur tersebut, maka berapa debit jenis dari air
yang mengalir ke sumur satu dari sumur yang lain bila jarak antara
kedua sumur tersebut 100 m ?
39. Kelompok III :
Dari suatu akuifer tidak tertekan dipompa dengan debit 2 l/det dipantau
oleh 2 sumur yang masing-masing berjarak 5 m dan 10 m dari sumur
yang dipompa. Pada sumur pantau yang terdekat terjadi penurunan
M.A.T sebesar 3 m sedangkan permeabilitas akuifernya sebesar 3.10-3
cm/det maka M.A.T dari sumur pantau yang kedua turun berapa meter
?
Kelompok IV :
Dari suatu akuifer tertekan diketahui tebal akuifernya sebesar 4 m
dan mempunyai permeabilitas 2.10-4 cm/det telah dilakukan
pemompaan sebesar 3 l/det. Data sumur mempunyai garis tengah 14
cm serta jari-jari pengaruh pemompaan sejauh 20 m dari pusat
sumur. Berapa meter penurunan T.K.A pada sumur yang dipompa ?