SlideShare a Scribd company logo
1
Machine Learning
Pertemuan 7
Supervised Learning: SVM (Support Vector
Machine)
Gambar 1. Algoritma Support Vector machine
Sejarah
Dalam pembelajaran mesin, Support Vector Machine (SVM) juga mendukung jaringan vektor
adalah model pembelajaran yang diawasi dengan algoritma pembelajarann terkait yang
menganalisis data untuk klasifikasi dan analisis regresi. Dikembangkan di AT & T Bell
Laboratories oleh Vladimir Vapnik dengan rekan (Boser et al. , 1993, Cortes dan Vapnik, 1995,
Vapnik at al., 1997. SVM adalah salah satu metode prediksi yang paling kuat, yang didasarkan
pada kerangka kerja pembelajaran statistik atau teori VC diusulkan oleh Vapnik (1982, 1995)
dan Shervonenkis (1974). Mengingat satu set contoh penelitian, masing-masing ditandai
sebagai milik salah satu dari dua kategori, algoritma pelatihan SVM membangun model yang
memberikan contoh baru ke satu kategori atau yang lain, menjadikannya pengklasifikasi linear
biner non-probalistik (meskipun metode seperti penskalaan Platt ada untuk mengunakan SVM
dalam lpengaturan klasifikasi probabilistik). SVM memetakkan contoh pelatihan ke titik-titik
dalam ruang angkasa untuk memaksimalkan lebar kesenjangan antara dua kategori. Contoh-
contoh baru kemudian dipetakkan ke dalam ruang yang sama dan diprediksi termasuk dalam
kategori berdasarkan sisi celah mana mereka jatuh.
Selain melakukan klasifikasi linear, SVM dapat secara evisien melakukan klasifikasi non-linear
menggunakan apa yang disebut trik kernel, secara implisit memetakkan input mereka ke dalam
ruang fitur dimensi tinggi.
Algoritma pengelompokan vektor dukungan, yang dibuat oleh Hava Siegelmann dan Vladimir
Vapnik, menerapkan statistik vektor dukungan, yang dikembangkan dalam algoritma mesin
vektor dukungan, untuk mengkategorikan data yang tidak berlabel. Kumpulan data ini
memerlukan pendekatan pembelajaran tanpa pengawasan, yang mencoba menemukan
pengelompokan alami data ke kelompok dan kemudian untuk memetakkan data baru sesuai
dengan kelompok ini.
• SVM adalah algoritme supervised learning yang dikembangkan oleh Vladimir Vapnik dan
diperkenalkan pertama kali pada tahun 1992 oleh Vapnik, Boser dan Guyon pada
Computational Learning Theory (COLT) 1992.
(dikatakan Vladimir Vapnik telah mengemukakan idenya pada tahun 1979 di salah satu
papernya, tetapi mulai berkembang pada tahun 90-an)
2
Pengertian
Permasalahan klasifikasi dengan SVM dapat dirumuskan sebagai berikut. Jika diberikan satu
himpunan data S = {(𝑥𝑖, 𝑡𝑖)} dimana setiap sampel (𝑥𝑖,𝑡𝑖) terdiri dari variabel data 𝑥𝑖 yang
dipresentasikan dengan m buah fitur (𝑥1𝑖, 𝑥2𝑖,… ,𝑥𝑚𝑖,), dan variabel target 𝑥𝑡𝑖, merupakan data
kategorikal. Untuk menyederhanakan, ruang lingkup penjelasan di dalam sub-bab ini dibatasi
kepada: (i) klasifikasi bersifat biner yaitu data terbagi ke dalam dua kategori dengan nilai
variabel target 𝑡𝑖, ∈ {-1, 1}, dan (ii) data bersifat linearly separable sehingga bisa dibuat sebuah
hyperplane untuk memisahkan kedua kategori data tersebut.
Model linear SVM adalah model klasifikasi yang dapat direpresentasikan dengan persamaan:
y(𝒙𝒊 ) = 𝒘𝒕
+ 𝒘𝟎
dimana y(𝑥𝑖 ) berfungsi sebagai prediksi dari 𝒕𝒊, w adalah vektor weight (parameter model),
𝒙𝒊 adalah variabel data, dan 𝒘𝟎 adalah bias.
Gambar 2. Geometri dari Hyperplane di dalam Ruang Dua Dimensi
Berdasarkan geometri vektor (lihat gambar 2), model SVM di atas merupakan sebuah
hyperplane dimana:
1) w = (
𝑤1
.
.
.
𝑤𝑚
) =
(
𝜕𝑦(𝑥𝑖)
𝑥1𝑖,
.
.
.
𝜕𝑦(𝑥𝑖)
𝑥𝑚𝑖, )
merupakan normal atau vektor yang bersifat ortogonal (tegak lurus)
terhadap hyperplane y(𝒙𝒊 ),
2)
𝒘𝟎
||𝒘||
adalah jarak tegak lurus hyperplane terhadap titik awal.
Nilai y(x) untuk setiap data x adalah sebagai berikut:
1) y(x) = 0, jika data x terletak pada hyperplane,
2) y(x) ≥ 1, jika data x memiliki variabel target 𝒕𝒊 = 1,
𝑥1
𝑥2
𝑅1
𝑅1
y > 0
y = 0
y < 0
w
x1
𝑦(𝑥)
||𝑤||
−𝑤0
||𝑤||
x
(1)
3
3) y(x) ≤ 1, jika data x memiliki variabel target 𝒕𝒊 = -1
Dengan demikian untuk setiap data x berlaku:
(𝒕𝒊 y(x)) – 1 ≥ 0
Model SVM bertujuan untuk memprediksi sebuah hyperplane di dalam ruang dimensi m untuk
mengklasifikasikan data di dalam ruang di mana data berada. Secara umum, sebuah hyperplane
adalah sub-ruang berdimensi m – 1 dari ruang berdimensi m. Sebagai contoh, di dalam sebuah
bidang dua dimensi: sebuah hyperplane merupakan sebuah garis. Demikian pula, di dalam
sebuah ruang tiga dimensi: sebuah hyperplane merupakan sebuah bidang. Alasan digunakan
margin maksimum adalah agar generalization error model SVM lebih kecil dibandingkan
generalization error model SVM yang menggunakan margin yang lebih kecil (Raschka, 2015).
Model SVM untuk klasifikasi biner dapat dijelaskan secara sederhana menggunakan data di
dalam ruang dua dimensi. Sebagai contoh data yang akan diklasifikasikan berupa sebuah
himpunan terdiri dari 12 data. Setiap data x direpresentasikan sebagai vektor dari dua variabel
atau x = (𝑥1,𝑥2) dan setiap data diberi label 𝑡𝑖: 1 atau -1. Dari gambar 3. (a), terlihat sejumlah
alternatif hyperplane yang dapat dibuat sebagai pemisah kedua kategori data tersebut. Setiap
hyperplane dapat dinyatakan dengan persamaan:
y(x) = 𝒘𝟏𝒙𝟏 + 𝒘𝟐𝒙𝟐 + 𝒘𝟎
Dengan notasi vektor, persamaan di atas dapat dinyatakan sebagai:
y(x) = (𝒘𝟏𝒘𝟐) (𝒙𝟏
𝒙𝟐
) + 𝒘𝟎
atau:
y(x) = 𝒘𝑻
x + 𝒘𝟎
Selanjutnya akan diuraikan bagaimana proses pembelajaran model SVM untuk memilih sebuah
hyperplane dengan margin maksimum sebagai pemisah kedua kategori data. Di dalam gambar
3(b), data yang terletak pada garis margin dari optimal hyperplane disebut sebagai support
vector. Support vector sangat penting karena apabila data ini berubah atau dihilangkan maka
garis margin model SVM dapat berubah.
Garis margin yang berada disebelah kanan hyperplane (hyperplane positif) sebagai pembatas
data 𝑥𝑝𝑜𝑠 yaitu data dengan label 1 dapat dinyatakan dengan persamaan:
𝒘𝟎 + 𝒘𝑻
𝒙𝒑𝒐𝒔 = 1
Gambar 3.
+
+
+
+
+
+
o
o
o
o
o
o 𝑥1
𝑥2
+
𝑥1
𝑥2
+
+
+
+
+
o
o
o
o
o o
Margin
w
Support vectors
“positive
hyperplane”
𝒘𝑻
x = 1
“positive
hyperplane”
𝒘𝑻
x = -1
Decision boundary
𝒘𝑻
x = 0
Which hyperplane? SVM: Maximize the margin
(a) (b)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
4
Garis margin di sebelah kiri hyperplane (hyperplane negatif) sebagai pembatas data 𝒙𝒏𝒆𝒈 yaitu
data dengan label -1 dapat dinyatakan dengan persamaan:
𝒘𝟎 + 𝒘𝑻
𝒙𝒏𝒆𝒈 = -1
Pengurangan persamaan (6) dan persamaan (7) menjadi:
𝒘𝑻
(𝒙𝒑𝒐𝒔−𝒙𝒏𝒆𝒈) = 2
Hasil bagi dengan ||w|| diperoleh hasil:
𝒘𝑻 (𝒙𝒑𝒐𝒔−𝒙𝒏𝒆𝒈)
||𝒘||
=
𝟐
||𝒘||
Suku
𝒘𝑻 (𝒙𝒑𝒐𝒔−𝒙𝒏𝒆𝒈)
||𝒘||
di sebelah kiri persamaan () adalah margin atau jarak dari hyperplane
negatif yang akan dimaksimumkan. Dengan demikian, tujuan optimasi dari SVM adalah
memaksimumkan margin
𝟐
||𝒘||
atau meminimumkan:
1
2
||𝑤||2
dengan kendala: (𝑡𝑖 y(x)) – 1 ≥
0. Sehingga masalah optimisasi margin yang maksimum dari sebuah hyperplane dapat
direpresentasikan sebagai optimisasi:
Meminimumkan:
1
2
||𝑤||2
Kendala: 𝑡𝑖(𝒘𝑻
x + 𝒘𝟎) – 1 ≥ 0 untuk seluruh i.
Salah satu solusi dari masalah optimisasi di atas dapat diperoleh menggunakan teknik Lagrange
Multiplier untuk meminimisasi Primal Form dari problem optimisasi sebagai berikut:
𝑳𝒑 =
𝟏
𝟐
||𝒘||𝟐
- ∑ 𝒂𝒊
𝒏
𝒊=𝟏 [𝒕𝒊(𝒘𝑻
x + 𝒘𝟎) -1]
=
𝟏
𝟐
||𝒘||𝟐
- ∑ 𝒂𝒊
𝒏
𝒊=𝟏 [𝒕𝒊(𝒘𝑻
x + 𝒘𝟎) ] - ∑ 𝑵𝒂𝒊
𝒏
𝒊=𝟏
𝝏𝑳𝒑
𝝏𝒘
= w - ∑ 𝒂𝒊
𝒏
𝒊=𝟏 𝒕𝒊𝒙𝒊 = 0
𝝏𝑳𝒑
𝝏𝒘
= ∑ 𝒂𝒊
𝒏
𝒊=𝟏 𝒕𝒊𝒙𝒊 = 0
Mensubtitusi persamaan (14) dan (15) ke dalam persamaan (13) menghasilkan persamaan Dual
Form sebagai target maksimisasi sebagai berikut:
𝐿𝐷 = ∑ 𝑎𝑖
𝑛
𝑖=1 -
1
2
∑ 𝑎𝑖𝑎𝑗𝑡𝑖𝑡𝑗
𝑛
𝑖,𝑗 (𝑥𝑖. 𝑥𝑗)
Dengan konstrain:
𝑎𝑖 ≥ 0 untuk seluruh I dan ∑ 𝑎𝑖𝑡𝑖
𝑛
𝑖=1 = 0.
Menggunakan teknik quadratic optimization diperoleh solusi sebagai berikut:
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
5
Y(X) = sign (∑ 𝑎𝑖𝑡𝑖
𝑛
𝑖=1 (𝑥𝑖. 𝑥𝑖)
Penjelasan mengenai proses optimisasi di atas diuraikan secara detail di dalam (Buges, 1998)
dan (Bishop, 2006).
Motivasi
• Bertahun-tahun metode Neural Network (NN) menjadi ultimate champion untuk
memecahkan permasalahan klasifikasi. NN adalah algoritme learning yang paling efektif ->
sampai kemudian hadir SVM!
• SVM jauh lebih evektif dari NN. SVM mampu melakukan generalisasi dengan baik dan
mudah dalam pelatihannya (training)’
• SVM juga tidak pernah menghasilkan local optima, salah satu permasalahan yang dimiliki
oleh NN yaitu memungkinkan memiliki banyak local optima dan memerlukan waktu yang
lama untuk terjadinya konvergensi.
Pendekatan dengan Machine Learning: Terminologi Dasar
• Training set: N data { 𝑥1, …. , 𝑥𝑛}
- Digunakan untuk tuning parameter dari model
- Kategori dari data training set telah diketahui sebelumnya
• Target vector: vektor unik t untuk tiap target
- Merepresentasikan identitas dari data yang bersesuaian
• Learned function: y(x)
- Training phase (learning phase) -> proses untuk menentukan y(X) berdasarkan training
data.
• Test set: data yang tidak terdapat pada training set
- Setelah model selesai dilatih, model dapat menentukan kategori dari data baru
- Kemampuan untuk mengkategorikan dengan benar data baru yang berbeda dengan data
yang digunakan pada training set -> GENERALISASI
Implementasi SVM pada Dunia Nyata
• SVM telah berhasil diterapkan di berbagai aplikasi pada masalah-masalah yang kompleks di
dunia nyata, seperti klasifikasi teks dan citra, pengenalan tulisan tangan, data mining,
bioinformatika, analisis farmakologi dan biosequence, dan lain-lain.
• Pada banyak aplikasi SVM menjadi pilihan terbaik.
Definisi Masalah
- Diberikan sekumpulan n titik (vektor):
𝑥1, 𝑥2,……….𝑥𝑛 di mana 𝑥𝑖 adalah vektor dengan panjang m dan masing-masing adalah
anggota salah satu dari dua kelas yang memiliki label +1 dan -1.
- Maka training set nya adalah:
(𝒙𝟏, 𝒚𝟏), (𝒙𝟐, 𝒚𝟐),….(𝒙𝒏, 𝒚𝒏)
∀𝒊 𝒙𝒊 ∈ 𝑹𝒎
, 𝒚𝒊 ∈ {+1, -1}
- Diinginkan untuk menemukan hyperplane w . x + b = 0
Yang memisahkan titik-titik tersebut ke dalam dua kelas “Positif” (kelas +1) dan “Negatif”
(kelas -1).
(Diasumsikan titik-titik tersebut dapat dipisahkan secara linear)
Fungsi keputusannya
berupa
f(x) = sign (w.x +b)
6
Hyperplane Pemisah
Gambar 4. Hyperplane pemisah
Gambar 5. Hyperplane pemisah mana yang dipilih?
Memilih Hyperplane Pemisah
▪ Misalkan dipilih hyperplane yang dekat dengan sample 𝑥𝑖
▪ Selanjutnya misal terdapat titik baru 𝑥′
yang merupakan kelas -1 dan dekat dengan 𝑥𝑖.
Dengan menggunakan fungsi klasifikasi f (x) titik 𝑥′
misclasified!
Gambar 6. Generalisasi yang buruk
▪ Hyperplane seharusnya sejauh mungkin dari titik sampel.
▪ Dengan demikian data baru yang dekat dengan sampel data akan diklasifikasikan dengan
benar.
7
Gambar 7. Generalisasi yang baik
▪ Ide dasar dari SVM adalah memaksimalkan distance (jarak) antara hyperplane dan
titik sample terdekat.
Gambar 8. Memaksimalkan distance (jarak)
▪ Tujuan SVM adalah memaksimalkan margin yang besarnya dua kali jarak “d” antara
hyperplane pemisah dan sampel terdekat.
Gambar 9. Margin
8
Gambar 10. Hyperplane dan margin dapat dipersempit atau diperlebar
Gambar 11. Hyperplane dan margin dapat dipersempit atau diperlebar
9
Gambar 12. Hyperplane dan margin dapat dipersempit atau diperlebar
Gambar 13. Mendapatkan hyperplane dengan margin yang maksimal
10
Gambar 14. Hyperplane dengan persamaan 𝒘𝑻
x + b = 0
Gambar 15. Vektor normal w menentukan orientasi dari hyperplane
11
Gambar 16. Vektor normal w menentukan orientasi dari hyperplane
Gambar 17. Vektor normal w menentukan orientasi dari hyperplane
12
Gambar 18. Vektor normal w menentukan orientasi dari hyperplane
Gambar 19. Vektor normal w menentukan orientasi dari hyperplane
13
Gambar 20. Vektor normal w menentukan orientasi dari hyperplane
Gambar 21. Bias b menetukan pergeseran dari titik asal/pusat (origin)
14
Gambar 22. Bias b menetukan pergeseran dari titik asal/pusat (origin)
Gambar 23. Bias b menetukan pergeseran dari titik asal/pusat (origin)
15
Gambar 24. Bias b menetukan pergeseran dari titik asal/pusat (origin)
Gambar 25. Bias b menetukan pergeseran dari titik asal/pusat (origin)
16
Gambar 26. Bias b menetukan pergeseran dari titik asal/pusat (origin)
Gambar 27. Bias b menetukan pergeseran dari titik asal/pusat (origin)
17
Gambar 28. Bias b menetukan pergeseran dari titik asal/pusat (origin)
Gambar 29. Bias b menetukan pergeseran dari titik asal/pusat (origin)
18
Gambar 30. Dengan mengubah sudut dari vektor normal w, margin dapat diorientasikan
Gambar 31. Dengan mengubah sudut dari vektor normal w, margin dapat diorientasikan
19
Gambar 32. Jika ingin mwnggeser margin, dapat dilakukan dengan memperbesar atau
memperkecil bias b
Gambar 33. Jika ingin mwnggeser margin, dapat dilakukan dengan memperbesar atau
memperkecil bias b
20
Gambar 34. Jika ingin mwnggeser margin, dapat dilakukan dengan memperbesar atau
memperkecil bias b
Gambar 35. Jika ingin mwnggeser margin, dapat dilakukan dengan memperbesar atau
memperkecil bias b
21
Gambar 36. Margin (m) sama dengan 2 dibagi dengan panjang vektor normalnya
Gambar 37. Margin (m) sama dengan 2 dibagi dengan panjang vektor normalnya
22
Gambar 38. Makin besar/panjang vektor normalnya makin sempit marginnya
Gambar 39. Makin besar/panjang vektor normalnya makin sempit marginnya
23
Gambar 40. Makin kecil panjang vektor normalnya, makin lebar marginnya (m)
Gambar 41. Makin kecil panjang vektor normalnya, makin lebar marginnya (m)
24
Referensi
Syahid Abdullah, S. M. (2023). Machine Learning. Dalam S. M. Syahid Abdullah, Supervised Learning:
SVM (Support Vector Machine) (hal. 1 - 50). Jakarta: Informatika UNSIA.
Wahyono, T. (2021). FUNDAMENTAL OF PYTHON FOR MACHINE LEARNING. Yogyakarta: Gava
Media.
Website: https://www.slideshare.net/HendroGunawan8/machine-learning-diskusi-7pdf

More Related Content

Similar to Machine Learning Diskusi 7.pdf

Tutorial matlab libre
Tutorial matlab libreTutorial matlab libre
Tutorial matlab libreDoni Rahman
 
Matlab Tutorial
Matlab TutorialMatlab Tutorial
Matlab Tutorial
riswanridwan
 
Tutorial matlab
Tutorial matlabTutorial matlab
Tutorial matlabNur Lely
 
Nilai eigen dan vektor eigen
Nilai eigen dan vektor eigenNilai eigen dan vektor eigen
Nilai eigen dan vektor eigen
State Medan University
 
Sistem pertidaksamaanlinear dan model matematika
Sistem pertidaksamaanlinear dan model matematikaSistem pertidaksamaanlinear dan model matematika
Sistem pertidaksamaanlinear dan model matematika
Wina Ariyani
 
Modul PSB 6 J2ME LLUI
Modul PSB 6 J2ME LLUIModul PSB 6 J2ME LLUI
Modul PSB 6 J2ME LLUI
Rido Budiman
 
2_Bahan Ajar SPLDV_Part 1 _Eva Novianawati H..pdf
2_Bahan Ajar SPLDV_Part 1 _Eva Novianawati H..pdf2_Bahan Ajar SPLDV_Part 1 _Eva Novianawati H..pdf
2_Bahan Ajar SPLDV_Part 1 _Eva Novianawati H..pdf
MyWife humaeroh
 
Pertemuan3&4
Pertemuan3&4Pertemuan3&4
Pertemuan3&4
Amri Sandy
 
penjelasan metode kohonen(SOM) & LVQ.pptx
penjelasan metode kohonen(SOM) & LVQ.pptxpenjelasan metode kohonen(SOM) & LVQ.pptx
penjelasan metode kohonen(SOM) & LVQ.pptx
ZulhamAriyandi1
 
Definisi Statistika dan Penyajian Data
Definisi Statistika dan Penyajian DataDefinisi Statistika dan Penyajian Data
Definisi Statistika dan Penyajian Data
Putri Aulia
 
Operasi dasar matlab job 1
Operasi dasar matlab job 1Operasi dasar matlab job 1
Operasi dasar matlab job 1
Polytechnic State Semarang
 
B ab 01 metode numerik secara umum
B ab  01 metode numerik secara umumB ab  01 metode numerik secara umum
B ab 01 metode numerik secara umum
alamsyah88
 
Chapter 3 maximum likelihood and bayesian estimation-fix
Chapter 3   maximum likelihood and bayesian estimation-fixChapter 3   maximum likelihood and bayesian estimation-fix
Chapter 3 maximum likelihood and bayesian estimation-fix
jelli123
 
Algoritma Support Vector Machine.pdf
Algoritma Support Vector Machine.pdfAlgoritma Support Vector Machine.pdf
Algoritma Support Vector Machine.pdf
Elvi Rahmi
 
Model regresi-non-linear
Model regresi-non-linearModel regresi-non-linear
Model regresi-non-linearGifard Narut
 
Praktikum pemrograman modul i
Praktikum pemrograman modul iPraktikum pemrograman modul i
Praktikum pemrograman modul iyohaneswahyuusd13
 
Panduan_Belajar_Mandiri_MATLAB.pdf
Panduan_Belajar_Mandiri_MATLAB.pdfPanduan_Belajar_Mandiri_MATLAB.pdf
Panduan_Belajar_Mandiri_MATLAB.pdf
gunturwijaya7
 
Komparasi lvq dengan fcm pada abs
Komparasi lvq dengan fcm pada absKomparasi lvq dengan fcm pada abs
Komparasi lvq dengan fcm pada abs
Halley AI
 
Buku speech processing_subp_pengklasteran-fitur-sinyal-wicara-b
Buku speech processing_subp_pengklasteran-fitur-sinyal-wicara-bBuku speech processing_subp_pengklasteran-fitur-sinyal-wicara-b
Buku speech processing_subp_pengklasteran-fitur-sinyal-wicara-b
Tri Budi Santoso
 

Similar to Machine Learning Diskusi 7.pdf (20)

Tutorial matlab libre
Tutorial matlab libreTutorial matlab libre
Tutorial matlab libre
 
Matlab Tutorial
Matlab TutorialMatlab Tutorial
Matlab Tutorial
 
Tutorial matlab
Tutorial matlabTutorial matlab
Tutorial matlab
 
Nilai eigen dan vektor eigen
Nilai eigen dan vektor eigenNilai eigen dan vektor eigen
Nilai eigen dan vektor eigen
 
Sistem pertidaksamaanlinear dan model matematika
Sistem pertidaksamaanlinear dan model matematikaSistem pertidaksamaanlinear dan model matematika
Sistem pertidaksamaanlinear dan model matematika
 
Modul PSB 6 J2ME LLUI
Modul PSB 6 J2ME LLUIModul PSB 6 J2ME LLUI
Modul PSB 6 J2ME LLUI
 
2_Bahan Ajar SPLDV_Part 1 _Eva Novianawati H..pdf
2_Bahan Ajar SPLDV_Part 1 _Eva Novianawati H..pdf2_Bahan Ajar SPLDV_Part 1 _Eva Novianawati H..pdf
2_Bahan Ajar SPLDV_Part 1 _Eva Novianawati H..pdf
 
Pertemuan3&4
Pertemuan3&4Pertemuan3&4
Pertemuan3&4
 
penjelasan metode kohonen(SOM) & LVQ.pptx
penjelasan metode kohonen(SOM) & LVQ.pptxpenjelasan metode kohonen(SOM) & LVQ.pptx
penjelasan metode kohonen(SOM) & LVQ.pptx
 
Definisi Statistika dan Penyajian Data
Definisi Statistika dan Penyajian DataDefinisi Statistika dan Penyajian Data
Definisi Statistika dan Penyajian Data
 
Operasi dasar matlab job 1
Operasi dasar matlab job 1Operasi dasar matlab job 1
Operasi dasar matlab job 1
 
B ab 01 metode numerik secara umum
B ab  01 metode numerik secara umumB ab  01 metode numerik secara umum
B ab 01 metode numerik secara umum
 
Chapter 3 maximum likelihood and bayesian estimation-fix
Chapter 3   maximum likelihood and bayesian estimation-fixChapter 3   maximum likelihood and bayesian estimation-fix
Chapter 3 maximum likelihood and bayesian estimation-fix
 
Algoritma Support Vector Machine.pdf
Algoritma Support Vector Machine.pdfAlgoritma Support Vector Machine.pdf
Algoritma Support Vector Machine.pdf
 
Model regresi-non-linear
Model regresi-non-linearModel regresi-non-linear
Model regresi-non-linear
 
Praktikum pemrograman modul i
Praktikum pemrograman modul iPraktikum pemrograman modul i
Praktikum pemrograman modul i
 
Panduan_Belajar_Mandiri_MATLAB.pdf
Panduan_Belajar_Mandiri_MATLAB.pdfPanduan_Belajar_Mandiri_MATLAB.pdf
Panduan_Belajar_Mandiri_MATLAB.pdf
 
Modul 1 matlab 1
Modul 1 matlab 1Modul 1 matlab 1
Modul 1 matlab 1
 
Komparasi lvq dengan fcm pada abs
Komparasi lvq dengan fcm pada absKomparasi lvq dengan fcm pada abs
Komparasi lvq dengan fcm pada abs
 
Buku speech processing_subp_pengklasteran-fitur-sinyal-wicara-b
Buku speech processing_subp_pengklasteran-fitur-sinyal-wicara-bBuku speech processing_subp_pengklasteran-fitur-sinyal-wicara-b
Buku speech processing_subp_pengklasteran-fitur-sinyal-wicara-b
 

More from HendroGunawan8

Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-7.pdf
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-7.pdfPengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-7.pdf
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-7.pdf
HendroGunawan8
 
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-7.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-7.pdfDiskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-7.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-7.pdf
HendroGunawan8
 
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-7.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-7.pdfEstetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-7.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-7.pdf
HendroGunawan8
 
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-7.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-7.pdfEstetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-7.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-7.pdf
HendroGunawan8
 
Jaringan VOIP Ringkasan Modul Pertemuan Ke-6.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan Modul Pertemuan Ke-6.pdfJaringan VOIP Ringkasan Modul Pertemuan Ke-6.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan Modul Pertemuan Ke-6.pdf
HendroGunawan8
 
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-6.pdf
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-6.pdfPengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-6.pdf
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-6.pdf
HendroGunawan8
 
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-6 - Salin.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-6 - Salin.pdfDiskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-6 - Salin.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-6 - Salin.pdf
HendroGunawan8
 
Metode Mamdani sering juga dikenal dengan nama Metode Max-Min. Diskusi PPT Si...
Metode Mamdani sering juga dikenal dengan nama Metode Max-Min. Diskusi PPT Si...Metode Mamdani sering juga dikenal dengan nama Metode Max-Min. Diskusi PPT Si...
Metode Mamdani sering juga dikenal dengan nama Metode Max-Min. Diskusi PPT Si...
HendroGunawan8
 
Estetika Humanisme Diskusi Modul Ke-6.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Ke-6.pdfEstetika Humanisme Diskusi Modul Ke-6.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Ke-6.pdf
HendroGunawan8
 
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-6.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-6.pdfEstetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-6.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-6.pdf
HendroGunawan8
 
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-5.pdf
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-5.pdfPengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-5.pdf
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-5.pdf
HendroGunawan8
 
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-5.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-5.pdfDiskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-5.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-5.pdf
HendroGunawan8
 
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-5.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-5.pdfDiskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-5.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-5.pdf
HendroGunawan8
 
Estetstika Humanisme_Hendro Gunawan_200401072103_IT-05.docx
Estetstika Humanisme_Hendro Gunawan_200401072103_IT-05.docxEstetstika Humanisme_Hendro Gunawan_200401072103_IT-05.docx
Estetstika Humanisme_Hendro Gunawan_200401072103_IT-05.docx
HendroGunawan8
 
Jaringan VOIP Ringkasan Video Pertemuan Ke-4.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan Video Pertemuan Ke-4.pdfJaringan VOIP Ringkasan Video Pertemuan Ke-4.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan Video Pertemuan Ke-4.pdf
HendroGunawan8
 
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-4 (DipulihkanOtomatis).pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-4 (DipulihkanOtomatis).pdfEstetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-4 (DipulihkanOtomatis).pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-4 (DipulihkanOtomatis).pdf
HendroGunawan8
 
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-4.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-4.pdfEstetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-4.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-4.pdf
HendroGunawan8
 
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-4.pdf
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-4.pdfPengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-4.pdf
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-4.pdf
HendroGunawan8
 
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-4.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-4.pdfDiskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-4.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-4.pdf
HendroGunawan8
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
HendroGunawan8
 

More from HendroGunawan8 (20)

Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-7.pdf
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-7.pdfPengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-7.pdf
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-7.pdf
 
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-7.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-7.pdfDiskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-7.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-7.pdf
 
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-7.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-7.pdfEstetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-7.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-7.pdf
 
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-7.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-7.pdfEstetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-7.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-7.pdf
 
Jaringan VOIP Ringkasan Modul Pertemuan Ke-6.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan Modul Pertemuan Ke-6.pdfJaringan VOIP Ringkasan Modul Pertemuan Ke-6.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan Modul Pertemuan Ke-6.pdf
 
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-6.pdf
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-6.pdfPengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-6.pdf
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-6.pdf
 
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-6 - Salin.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-6 - Salin.pdfDiskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-6 - Salin.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-6 - Salin.pdf
 
Metode Mamdani sering juga dikenal dengan nama Metode Max-Min. Diskusi PPT Si...
Metode Mamdani sering juga dikenal dengan nama Metode Max-Min. Diskusi PPT Si...Metode Mamdani sering juga dikenal dengan nama Metode Max-Min. Diskusi PPT Si...
Metode Mamdani sering juga dikenal dengan nama Metode Max-Min. Diskusi PPT Si...
 
Estetika Humanisme Diskusi Modul Ke-6.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Ke-6.pdfEstetika Humanisme Diskusi Modul Ke-6.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Ke-6.pdf
 
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-6.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-6.pdfEstetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-6.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-6.pdf
 
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-5.pdf
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-5.pdfPengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-5.pdf
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-5.pdf
 
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-5.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-5.pdfDiskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-5.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-5.pdf
 
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-5.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-5.pdfDiskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-5.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-5.pdf
 
Estetstika Humanisme_Hendro Gunawan_200401072103_IT-05.docx
Estetstika Humanisme_Hendro Gunawan_200401072103_IT-05.docxEstetstika Humanisme_Hendro Gunawan_200401072103_IT-05.docx
Estetstika Humanisme_Hendro Gunawan_200401072103_IT-05.docx
 
Jaringan VOIP Ringkasan Video Pertemuan Ke-4.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan Video Pertemuan Ke-4.pdfJaringan VOIP Ringkasan Video Pertemuan Ke-4.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan Video Pertemuan Ke-4.pdf
 
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-4 (DipulihkanOtomatis).pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-4 (DipulihkanOtomatis).pdfEstetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-4 (DipulihkanOtomatis).pdf
Estetika Humanisme Diskusi Modul Part Ke-4 (DipulihkanOtomatis).pdf
 
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-4.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-4.pdfEstetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-4.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-4.pdf
 
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-4.pdf
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-4.pdfPengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-4.pdf
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-4.pdf
 
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-4.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-4.pdfDiskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-4.pdf
Diskusi Modul Sistem Pakar Sesi Ke-4.pdf
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
 

Recently uploaded

Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Mutia Rini Siregar
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
NanieIbrahim
 
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdekaSOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
NiaTazmia2
 
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptxPPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
AqlanHaritsAlfarisi
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
HendraSagita2
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
nasrudienaulia
 
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptxPemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
ssuser4dafea
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdfKONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
AsyeraPerangin1
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
ahyani72
 
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptxRENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
mukminbdk
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
margagurifma2023
 
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPALANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
Annisa Syahfitri
 
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptxGERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
fildiausmayusuf1
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
indraayurestuw
 
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
ahyani72
 
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptxPembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Sosdiklihparmassdm
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
 
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdekaSOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
 
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptxPPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
 
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptxPemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdfKONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
 
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptxRENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
 
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPALANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
ANALISIS PENCEMARAN UDARA AKIBAT PABRIK ASPAL
 
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptxGERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
 
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
 
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptxPembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
 

Machine Learning Diskusi 7.pdf

  • 1. 1 Machine Learning Pertemuan 7 Supervised Learning: SVM (Support Vector Machine) Gambar 1. Algoritma Support Vector machine Sejarah Dalam pembelajaran mesin, Support Vector Machine (SVM) juga mendukung jaringan vektor adalah model pembelajaran yang diawasi dengan algoritma pembelajarann terkait yang menganalisis data untuk klasifikasi dan analisis regresi. Dikembangkan di AT & T Bell Laboratories oleh Vladimir Vapnik dengan rekan (Boser et al. , 1993, Cortes dan Vapnik, 1995, Vapnik at al., 1997. SVM adalah salah satu metode prediksi yang paling kuat, yang didasarkan pada kerangka kerja pembelajaran statistik atau teori VC diusulkan oleh Vapnik (1982, 1995) dan Shervonenkis (1974). Mengingat satu set contoh penelitian, masing-masing ditandai sebagai milik salah satu dari dua kategori, algoritma pelatihan SVM membangun model yang memberikan contoh baru ke satu kategori atau yang lain, menjadikannya pengklasifikasi linear biner non-probalistik (meskipun metode seperti penskalaan Platt ada untuk mengunakan SVM dalam lpengaturan klasifikasi probabilistik). SVM memetakkan contoh pelatihan ke titik-titik dalam ruang angkasa untuk memaksimalkan lebar kesenjangan antara dua kategori. Contoh- contoh baru kemudian dipetakkan ke dalam ruang yang sama dan diprediksi termasuk dalam kategori berdasarkan sisi celah mana mereka jatuh. Selain melakukan klasifikasi linear, SVM dapat secara evisien melakukan klasifikasi non-linear menggunakan apa yang disebut trik kernel, secara implisit memetakkan input mereka ke dalam ruang fitur dimensi tinggi. Algoritma pengelompokan vektor dukungan, yang dibuat oleh Hava Siegelmann dan Vladimir Vapnik, menerapkan statistik vektor dukungan, yang dikembangkan dalam algoritma mesin vektor dukungan, untuk mengkategorikan data yang tidak berlabel. Kumpulan data ini memerlukan pendekatan pembelajaran tanpa pengawasan, yang mencoba menemukan pengelompokan alami data ke kelompok dan kemudian untuk memetakkan data baru sesuai dengan kelompok ini. • SVM adalah algoritme supervised learning yang dikembangkan oleh Vladimir Vapnik dan diperkenalkan pertama kali pada tahun 1992 oleh Vapnik, Boser dan Guyon pada Computational Learning Theory (COLT) 1992. (dikatakan Vladimir Vapnik telah mengemukakan idenya pada tahun 1979 di salah satu papernya, tetapi mulai berkembang pada tahun 90-an)
  • 2. 2 Pengertian Permasalahan klasifikasi dengan SVM dapat dirumuskan sebagai berikut. Jika diberikan satu himpunan data S = {(𝑥𝑖, 𝑡𝑖)} dimana setiap sampel (𝑥𝑖,𝑡𝑖) terdiri dari variabel data 𝑥𝑖 yang dipresentasikan dengan m buah fitur (𝑥1𝑖, 𝑥2𝑖,… ,𝑥𝑚𝑖,), dan variabel target 𝑥𝑡𝑖, merupakan data kategorikal. Untuk menyederhanakan, ruang lingkup penjelasan di dalam sub-bab ini dibatasi kepada: (i) klasifikasi bersifat biner yaitu data terbagi ke dalam dua kategori dengan nilai variabel target 𝑡𝑖, ∈ {-1, 1}, dan (ii) data bersifat linearly separable sehingga bisa dibuat sebuah hyperplane untuk memisahkan kedua kategori data tersebut. Model linear SVM adalah model klasifikasi yang dapat direpresentasikan dengan persamaan: y(𝒙𝒊 ) = 𝒘𝒕 + 𝒘𝟎 dimana y(𝑥𝑖 ) berfungsi sebagai prediksi dari 𝒕𝒊, w adalah vektor weight (parameter model), 𝒙𝒊 adalah variabel data, dan 𝒘𝟎 adalah bias. Gambar 2. Geometri dari Hyperplane di dalam Ruang Dua Dimensi Berdasarkan geometri vektor (lihat gambar 2), model SVM di atas merupakan sebuah hyperplane dimana: 1) w = ( 𝑤1 . . . 𝑤𝑚 ) = ( 𝜕𝑦(𝑥𝑖) 𝑥1𝑖, . . . 𝜕𝑦(𝑥𝑖) 𝑥𝑚𝑖, ) merupakan normal atau vektor yang bersifat ortogonal (tegak lurus) terhadap hyperplane y(𝒙𝒊 ), 2) 𝒘𝟎 ||𝒘|| adalah jarak tegak lurus hyperplane terhadap titik awal. Nilai y(x) untuk setiap data x adalah sebagai berikut: 1) y(x) = 0, jika data x terletak pada hyperplane, 2) y(x) ≥ 1, jika data x memiliki variabel target 𝒕𝒊 = 1, 𝑥1 𝑥2 𝑅1 𝑅1 y > 0 y = 0 y < 0 w x1 𝑦(𝑥) ||𝑤|| −𝑤0 ||𝑤|| x (1)
  • 3. 3 3) y(x) ≤ 1, jika data x memiliki variabel target 𝒕𝒊 = -1 Dengan demikian untuk setiap data x berlaku: (𝒕𝒊 y(x)) – 1 ≥ 0 Model SVM bertujuan untuk memprediksi sebuah hyperplane di dalam ruang dimensi m untuk mengklasifikasikan data di dalam ruang di mana data berada. Secara umum, sebuah hyperplane adalah sub-ruang berdimensi m – 1 dari ruang berdimensi m. Sebagai contoh, di dalam sebuah bidang dua dimensi: sebuah hyperplane merupakan sebuah garis. Demikian pula, di dalam sebuah ruang tiga dimensi: sebuah hyperplane merupakan sebuah bidang. Alasan digunakan margin maksimum adalah agar generalization error model SVM lebih kecil dibandingkan generalization error model SVM yang menggunakan margin yang lebih kecil (Raschka, 2015). Model SVM untuk klasifikasi biner dapat dijelaskan secara sederhana menggunakan data di dalam ruang dua dimensi. Sebagai contoh data yang akan diklasifikasikan berupa sebuah himpunan terdiri dari 12 data. Setiap data x direpresentasikan sebagai vektor dari dua variabel atau x = (𝑥1,𝑥2) dan setiap data diberi label 𝑡𝑖: 1 atau -1. Dari gambar 3. (a), terlihat sejumlah alternatif hyperplane yang dapat dibuat sebagai pemisah kedua kategori data tersebut. Setiap hyperplane dapat dinyatakan dengan persamaan: y(x) = 𝒘𝟏𝒙𝟏 + 𝒘𝟐𝒙𝟐 + 𝒘𝟎 Dengan notasi vektor, persamaan di atas dapat dinyatakan sebagai: y(x) = (𝒘𝟏𝒘𝟐) (𝒙𝟏 𝒙𝟐 ) + 𝒘𝟎 atau: y(x) = 𝒘𝑻 x + 𝒘𝟎 Selanjutnya akan diuraikan bagaimana proses pembelajaran model SVM untuk memilih sebuah hyperplane dengan margin maksimum sebagai pemisah kedua kategori data. Di dalam gambar 3(b), data yang terletak pada garis margin dari optimal hyperplane disebut sebagai support vector. Support vector sangat penting karena apabila data ini berubah atau dihilangkan maka garis margin model SVM dapat berubah. Garis margin yang berada disebelah kanan hyperplane (hyperplane positif) sebagai pembatas data 𝑥𝑝𝑜𝑠 yaitu data dengan label 1 dapat dinyatakan dengan persamaan: 𝒘𝟎 + 𝒘𝑻 𝒙𝒑𝒐𝒔 = 1 Gambar 3. + + + + + + o o o o o o 𝑥1 𝑥2 + 𝑥1 𝑥2 + + + + + o o o o o o Margin w Support vectors “positive hyperplane” 𝒘𝑻 x = 1 “positive hyperplane” 𝒘𝑻 x = -1 Decision boundary 𝒘𝑻 x = 0 Which hyperplane? SVM: Maximize the margin (a) (b) (2) (3) (4) (5) (6)
  • 4. 4 Garis margin di sebelah kiri hyperplane (hyperplane negatif) sebagai pembatas data 𝒙𝒏𝒆𝒈 yaitu data dengan label -1 dapat dinyatakan dengan persamaan: 𝒘𝟎 + 𝒘𝑻 𝒙𝒏𝒆𝒈 = -1 Pengurangan persamaan (6) dan persamaan (7) menjadi: 𝒘𝑻 (𝒙𝒑𝒐𝒔−𝒙𝒏𝒆𝒈) = 2 Hasil bagi dengan ||w|| diperoleh hasil: 𝒘𝑻 (𝒙𝒑𝒐𝒔−𝒙𝒏𝒆𝒈) ||𝒘|| = 𝟐 ||𝒘|| Suku 𝒘𝑻 (𝒙𝒑𝒐𝒔−𝒙𝒏𝒆𝒈) ||𝒘|| di sebelah kiri persamaan () adalah margin atau jarak dari hyperplane negatif yang akan dimaksimumkan. Dengan demikian, tujuan optimasi dari SVM adalah memaksimumkan margin 𝟐 ||𝒘|| atau meminimumkan: 1 2 ||𝑤||2 dengan kendala: (𝑡𝑖 y(x)) – 1 ≥ 0. Sehingga masalah optimisasi margin yang maksimum dari sebuah hyperplane dapat direpresentasikan sebagai optimisasi: Meminimumkan: 1 2 ||𝑤||2 Kendala: 𝑡𝑖(𝒘𝑻 x + 𝒘𝟎) – 1 ≥ 0 untuk seluruh i. Salah satu solusi dari masalah optimisasi di atas dapat diperoleh menggunakan teknik Lagrange Multiplier untuk meminimisasi Primal Form dari problem optimisasi sebagai berikut: 𝑳𝒑 = 𝟏 𝟐 ||𝒘||𝟐 - ∑ 𝒂𝒊 𝒏 𝒊=𝟏 [𝒕𝒊(𝒘𝑻 x + 𝒘𝟎) -1] = 𝟏 𝟐 ||𝒘||𝟐 - ∑ 𝒂𝒊 𝒏 𝒊=𝟏 [𝒕𝒊(𝒘𝑻 x + 𝒘𝟎) ] - ∑ 𝑵𝒂𝒊 𝒏 𝒊=𝟏 𝝏𝑳𝒑 𝝏𝒘 = w - ∑ 𝒂𝒊 𝒏 𝒊=𝟏 𝒕𝒊𝒙𝒊 = 0 𝝏𝑳𝒑 𝝏𝒘 = ∑ 𝒂𝒊 𝒏 𝒊=𝟏 𝒕𝒊𝒙𝒊 = 0 Mensubtitusi persamaan (14) dan (15) ke dalam persamaan (13) menghasilkan persamaan Dual Form sebagai target maksimisasi sebagai berikut: 𝐿𝐷 = ∑ 𝑎𝑖 𝑛 𝑖=1 - 1 2 ∑ 𝑎𝑖𝑎𝑗𝑡𝑖𝑡𝑗 𝑛 𝑖,𝑗 (𝑥𝑖. 𝑥𝑗) Dengan konstrain: 𝑎𝑖 ≥ 0 untuk seluruh I dan ∑ 𝑎𝑖𝑡𝑖 𝑛 𝑖=1 = 0. Menggunakan teknik quadratic optimization diperoleh solusi sebagai berikut: (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
  • 5. 5 Y(X) = sign (∑ 𝑎𝑖𝑡𝑖 𝑛 𝑖=1 (𝑥𝑖. 𝑥𝑖) Penjelasan mengenai proses optimisasi di atas diuraikan secara detail di dalam (Buges, 1998) dan (Bishop, 2006). Motivasi • Bertahun-tahun metode Neural Network (NN) menjadi ultimate champion untuk memecahkan permasalahan klasifikasi. NN adalah algoritme learning yang paling efektif -> sampai kemudian hadir SVM! • SVM jauh lebih evektif dari NN. SVM mampu melakukan generalisasi dengan baik dan mudah dalam pelatihannya (training)’ • SVM juga tidak pernah menghasilkan local optima, salah satu permasalahan yang dimiliki oleh NN yaitu memungkinkan memiliki banyak local optima dan memerlukan waktu yang lama untuk terjadinya konvergensi. Pendekatan dengan Machine Learning: Terminologi Dasar • Training set: N data { 𝑥1, …. , 𝑥𝑛} - Digunakan untuk tuning parameter dari model - Kategori dari data training set telah diketahui sebelumnya • Target vector: vektor unik t untuk tiap target - Merepresentasikan identitas dari data yang bersesuaian • Learned function: y(x) - Training phase (learning phase) -> proses untuk menentukan y(X) berdasarkan training data. • Test set: data yang tidak terdapat pada training set - Setelah model selesai dilatih, model dapat menentukan kategori dari data baru - Kemampuan untuk mengkategorikan dengan benar data baru yang berbeda dengan data yang digunakan pada training set -> GENERALISASI Implementasi SVM pada Dunia Nyata • SVM telah berhasil diterapkan di berbagai aplikasi pada masalah-masalah yang kompleks di dunia nyata, seperti klasifikasi teks dan citra, pengenalan tulisan tangan, data mining, bioinformatika, analisis farmakologi dan biosequence, dan lain-lain. • Pada banyak aplikasi SVM menjadi pilihan terbaik. Definisi Masalah - Diberikan sekumpulan n titik (vektor): 𝑥1, 𝑥2,……….𝑥𝑛 di mana 𝑥𝑖 adalah vektor dengan panjang m dan masing-masing adalah anggota salah satu dari dua kelas yang memiliki label +1 dan -1. - Maka training set nya adalah: (𝒙𝟏, 𝒚𝟏), (𝒙𝟐, 𝒚𝟐),….(𝒙𝒏, 𝒚𝒏) ∀𝒊 𝒙𝒊 ∈ 𝑹𝒎 , 𝒚𝒊 ∈ {+1, -1} - Diinginkan untuk menemukan hyperplane w . x + b = 0 Yang memisahkan titik-titik tersebut ke dalam dua kelas “Positif” (kelas +1) dan “Negatif” (kelas -1). (Diasumsikan titik-titik tersebut dapat dipisahkan secara linear) Fungsi keputusannya berupa f(x) = sign (w.x +b)
  • 6. 6 Hyperplane Pemisah Gambar 4. Hyperplane pemisah Gambar 5. Hyperplane pemisah mana yang dipilih? Memilih Hyperplane Pemisah ▪ Misalkan dipilih hyperplane yang dekat dengan sample 𝑥𝑖 ▪ Selanjutnya misal terdapat titik baru 𝑥′ yang merupakan kelas -1 dan dekat dengan 𝑥𝑖. Dengan menggunakan fungsi klasifikasi f (x) titik 𝑥′ misclasified! Gambar 6. Generalisasi yang buruk ▪ Hyperplane seharusnya sejauh mungkin dari titik sampel. ▪ Dengan demikian data baru yang dekat dengan sampel data akan diklasifikasikan dengan benar.
  • 7. 7 Gambar 7. Generalisasi yang baik ▪ Ide dasar dari SVM adalah memaksimalkan distance (jarak) antara hyperplane dan titik sample terdekat. Gambar 8. Memaksimalkan distance (jarak) ▪ Tujuan SVM adalah memaksimalkan margin yang besarnya dua kali jarak “d” antara hyperplane pemisah dan sampel terdekat. Gambar 9. Margin
  • 8. 8 Gambar 10. Hyperplane dan margin dapat dipersempit atau diperlebar Gambar 11. Hyperplane dan margin dapat dipersempit atau diperlebar
  • 9. 9 Gambar 12. Hyperplane dan margin dapat dipersempit atau diperlebar Gambar 13. Mendapatkan hyperplane dengan margin yang maksimal
  • 10. 10 Gambar 14. Hyperplane dengan persamaan 𝒘𝑻 x + b = 0 Gambar 15. Vektor normal w menentukan orientasi dari hyperplane
  • 11. 11 Gambar 16. Vektor normal w menentukan orientasi dari hyperplane Gambar 17. Vektor normal w menentukan orientasi dari hyperplane
  • 12. 12 Gambar 18. Vektor normal w menentukan orientasi dari hyperplane Gambar 19. Vektor normal w menentukan orientasi dari hyperplane
  • 13. 13 Gambar 20. Vektor normal w menentukan orientasi dari hyperplane Gambar 21. Bias b menetukan pergeseran dari titik asal/pusat (origin)
  • 14. 14 Gambar 22. Bias b menetukan pergeseran dari titik asal/pusat (origin) Gambar 23. Bias b menetukan pergeseran dari titik asal/pusat (origin)
  • 15. 15 Gambar 24. Bias b menetukan pergeseran dari titik asal/pusat (origin) Gambar 25. Bias b menetukan pergeseran dari titik asal/pusat (origin)
  • 16. 16 Gambar 26. Bias b menetukan pergeseran dari titik asal/pusat (origin) Gambar 27. Bias b menetukan pergeseran dari titik asal/pusat (origin)
  • 17. 17 Gambar 28. Bias b menetukan pergeseran dari titik asal/pusat (origin) Gambar 29. Bias b menetukan pergeseran dari titik asal/pusat (origin)
  • 18. 18 Gambar 30. Dengan mengubah sudut dari vektor normal w, margin dapat diorientasikan Gambar 31. Dengan mengubah sudut dari vektor normal w, margin dapat diorientasikan
  • 19. 19 Gambar 32. Jika ingin mwnggeser margin, dapat dilakukan dengan memperbesar atau memperkecil bias b Gambar 33. Jika ingin mwnggeser margin, dapat dilakukan dengan memperbesar atau memperkecil bias b
  • 20. 20 Gambar 34. Jika ingin mwnggeser margin, dapat dilakukan dengan memperbesar atau memperkecil bias b Gambar 35. Jika ingin mwnggeser margin, dapat dilakukan dengan memperbesar atau memperkecil bias b
  • 21. 21 Gambar 36. Margin (m) sama dengan 2 dibagi dengan panjang vektor normalnya Gambar 37. Margin (m) sama dengan 2 dibagi dengan panjang vektor normalnya
  • 22. 22 Gambar 38. Makin besar/panjang vektor normalnya makin sempit marginnya Gambar 39. Makin besar/panjang vektor normalnya makin sempit marginnya
  • 23. 23 Gambar 40. Makin kecil panjang vektor normalnya, makin lebar marginnya (m) Gambar 41. Makin kecil panjang vektor normalnya, makin lebar marginnya (m)
  • 24. 24 Referensi Syahid Abdullah, S. M. (2023). Machine Learning. Dalam S. M. Syahid Abdullah, Supervised Learning: SVM (Support Vector Machine) (hal. 1 - 50). Jakarta: Informatika UNSIA. Wahyono, T. (2021). FUNDAMENTAL OF PYTHON FOR MACHINE LEARNING. Yogyakarta: Gava Media. Website: https://www.slideshare.net/HendroGunawan8/machine-learning-diskusi-7pdf