SlideShare a Scribd company logo
1 of 63
Ukuran Pemusatan dan Penyebaran
Data Berkelompok
Bab
2
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini, siswa diharapkan dapat:
β€’ Menentukan dan menganalisis ukuran pemusatan dan
penyebaran data yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi dan histogram.
β€’ Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penyajian data
hasil pengukuran dan pencacahan dalam tabel distribusi
frekuensi dan histogram.
2.1 Ukuran Pemusatan Data (Ukuran Tendensi Sentral)
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai data yang disajikan, selain pembuatan tabel
dan diagram masih diperlukan pula ukuran-ukuran yang dapat mewakili data agar mudah untuk
menganalisis data selanjutnya.
2.1.1 Rataan Hitung (Mean atau Arithmetic Mean (AM))
Dalam bagian ini, kita akan membahas rataan hitung (mean) untuk dua keadaan, yaitu data tunggal
dan data berkelompok.
A. Menentukan rataan hitung data tunggal (Mengulang)
Contoh Mengingat kembali perhitungan rataan hitung pada data tunggal
Hitunglah rataan hitung pada setiap data berikut.
a. 11, 13, 16, 19, 15, 10
b. 8, 3, 5, 12, 10
Pembahasan:
Contoh Melatih ketelitian daya ingat siswa dalam memahami perhitungan rataan hitung
Hitunglah rata-rata hitung dari bilangan-bilangan berikut ini.
5, 3, 6, 5, 4, 5, 2, 8, 6, 5, 4, 8, 3, 4, 5, 4, 8, 2, 5, 4.
Pembahasan:
Contoh Memantapkan perhitungan rataan hitung dalam kondisi 3
Sebuah pabrik kimia mempunyai 80 orang pekerja. Dari keseluruhan pekerja itu, pimpinan pabrik mempunyai
ketentuan dalam pembayaran gaji, yaitu 60 orang memperoleh gaji Rp300.000,00/bulan dan 20 orang
memperoleh gaji Rp200.000,00/bulan. Berapa rupiah rata-rata uang yang dikeluarkan pimpinan pabrik kimia
itu per bulan untuk setiap orang?
Pembahasan:
Pada pembahasan sebelumnya, kita telah membahas mengenai cara menghitung rataan hitung
(mean) dari data tunggal dengan memakai rumus π‘₯ =
π‘₯
𝑛
ataupun π‘₯ =
𝑓π‘₯
𝑓
. Perhitungan ini tidak
begitu sulit, tetapi kita akan menemui kejenuhan dalam perhitungan seandainya banyak data ada
ribuan bahkan jutaan. Oleh karena itu, sebaiknya kita menggunakan distribusi frekuensi untuk
memperoleh frekuensi dari data pengamatan, kemudian menghitung rataan hitungnya. Khusus untuk
menentukan rataan hitung dari data berkelompok dikenal 3 metode yang lazim digunakan, yaitu
metode biasa, metode simpangan rata-rata (median deviasi), dan metode coding (step-deviasi).
1. Metode Biasa
Jika data telah terbentuk distribusi frekuensi biasa dengan 𝑓1 = frekuensi pada interval kelas ke-i
dan xi = nilai tengah interval kelas ke-i, rataan hitung (π‘₯) ditentukan oleh formula:
B. Menentukan rataan hitung data berkelompok
π‘₯ =
𝑓π‘₯
𝑓
dengan 𝑓 = 𝑛
Pembahasan:
Contoh Memahami perhitungan nilai rataan berbentuk tabel distribusi frekuensi
dan histogram
Data tinggi badan siswa kelas XII-A disajikan pada tabel distribusi frekuensi berikut.
a. Lukislah diagram histogramnya.
b. Hitunglah nilai rataannya.
Dalam proses perhitungan nilai rataan hitung dengan metode biasa, siswa diharuskan berkarakter teliti
dan cermat dalam melakukan operasi perkalian, penjumlahan, dan pembagian terhadap bilangan yang
relatif cukup besar. Untuk mengantisipasi hal ini, dapat dilakukan pendekatan saintifik berikut.
B. Metode simpangan rata-rata (median deviasi)
Jika A merupakan rataan hitung sementara yang diperoleh dari 𝐴 =
π‘₯1+π‘₯𝑛
2
dengan π‘₯1 adalah batas
bawah kelas pertama dan π‘₯𝑛 adalah batas atas kelas terakhir dalam distribusi frekuensi, rataan hitung
dari tabel distribusi frekuensi ditentukan oleh formula:
dengan:
d = π‘₯ – 𝐴 (d sering disebut deviasi)
x = nilai tengah interval kelas
f = frekuensi kelas
π‘₯ = 𝐴 +
𝑓𝑑
𝑓
Contoh Memantapkan perhitungan nilai rataan hitung yang disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi
Tentukan tinggi badan rata-rata dari data pada tabel distribusi frekuensi pada contoh
sebelumnya menggunakan metode deviasi.
Pembahasan:
C. Metode coding (step-deviasi)
Metode coding merupakan metode terakhir yang sering digunakan dalam menghitung rataan
hitung dari data berkelompok. Metode ini sering digunakan jika dijumpai data yang berupa
bilangan-bilangan besar. Pada dasarnya metode ini merupakan pengembangan dari metode deviasi
dan sering disebut metode step-deviasi.
Jika rataan hitung sementara 𝐴 =
π‘₯1+π‘₯𝑛
2
dan simpangan (deviasi) 𝑑 = π‘₯ – 𝐴 pada metode deviasi,
nilai d dapat dituliskan sebagai 𝑐 Β· 𝑒 dengan c adalah panjang kelas dan 𝑒 = 0, Β±1, Β±2, … .
Karena 𝑑 = 𝑐 Β· 𝑒, rataan hitungnya ditentukan oleh formula:
π‘₯ = 𝐴 + 𝑐 βˆ™
𝑓𝑒
𝑓
Contoh Memahirkan perhitungan nilai rataan hitung
Hitunglah rataan hitung dari data pada tabel pembuat histogram di bawah ini dengan metode coding.
Pembahasan:
2.1.2 Modus
Dalam bagian ini, kita akan menghitung modus (datum yang sering muncul) untuk data tunggal
(mengulang) dan data berkelompok dalam bentuk tabel distribusi frekuensi maupun histogram.
A. Menentukan modus dari data tunggal (mengulang)
Modus dari data tunggal adalah datum yang sering muncul atau datum dengan frekuensi terbesar.
Nilai modus mungkin tidak ada, satu buah atau lebih.
Contoh Memahami perhitungan modus dari data tunggal
Tentukan modus dari data berikut.
a. 3, 4, 5, 5, 5, 6, 7. b. 6, 6, 7, 7, 8, 8, 9, 10. c. 5, 5, 7, 7, 9, 9.
Pembahasan:
B. Menentukan nilai modus data berkelompok
1. Nilai modus pada tabel distribusi frekuensi
Nilai modus data berkelompok berbentuk tabel distribusi frekuensi ditentukan oleh formula
berikut.
dengan:
𝐿0 = tepi bawah kelas modus
𝑀0 = modus
c = panjang kelas
𝑓0 = frekuensi kelas modus
π‘“βˆ’1 = frekuensi kelas sebelum kelas modus
𝑓+1 = frekuensi kelas sesudah kelas modus
𝑀0 = 𝐿0 +
𝑓0 βˆ’ π‘“βˆ’1
2𝑓0 βˆ’ π‘“βˆ’1 βˆ’ 𝑓+1
βˆ™ 𝑐
Contoh Memahami perhitungan nilai modus dari data yang disajikan dalam
tabel distribusi frekuensi
Hitunglah modus dari data pada tabel distribusi di samping.
Pembahasan:
Contoh Memahirkan perhitungan nilai modus dari data bentuk distribusi
frekuensi dengan penyebaran tidak merata dan konsisten
Hitung nilai modus dari tabel distribusi frekuensi 40 siswa SMA di samping.
Pembahasan:
Anda dapat menguji pemahaman
tentang Menentukan Nilai Modus
Data Berkelompok
dengan mengerjakan soal
LKS 4 pada halaman 85–87.
2. Nilai modus pada diagram histogram
Penentuan nilai modus dari data yang disajikan dalam bentuk histogram ditentukan oleh formula
berikut..
dengan:
𝐿0 = tepi bawah kelas modus
βˆ†1= 𝑓0 βˆ’ π‘“βˆ’1
βˆ†2= 𝑓0 βˆ’ 𝑓+1
c = panjang kelas
Dalam pasal ini, kita akan membahas tentang perhitungan nilai modus berdasarkan tabel
pembentukan diagram histogram dan diagram histogramnya.
𝑀0 = 𝐿0 +
βˆ†1
βˆ†1 + βˆ†2
βˆ™ 𝑐
Contoh Memahami perhitungan nilai modus dari data pada histogram
Tentukan nilai modus dari data pada diagram histogram
di samping.
Pembahasan:
2.2 Ukuran Letak Data
Dalam statistika, selain ukuran pemusatan kita juga diharuskan mengenal ukuran letak agar data itu
dapat ditafsirkan penggunaannya.
2.2.1 Statistik Lima Serangkai
Dari suatu data yang terdiri atas kumpulan nilai datum, terdapat lima buah nilai yang merupakan hal
penting untuk memberikan gambaran tentang kecenderungan pemusatan data (tendensi sentral).
Kelima buah nilai itu dikenal sebagai statistic lima serangkai, yaitu: datum terkecil atau statistik
minimum (xmin), datum terbesar atau statistik maksimum (xmaks), kuartil bawah (Q1), kuartil tengah
atau median (Q2), dan kuartil atas (Q3). Statistik lima serangkai ini biasanya disajikan dengan
gambar berikut.
A. Statistik peringkat dan statistik ekstrim
Setelah data dikumpulkan, langkah awal yang harus kita lakukan adalah menyusun data itu dari
datum terkecil ke datum terbesar. Data yang telah tersusun dari yang terkecil ke yang terbesar
disebut statistik peringkat. Banyak datum pada pengamatan disebut ukuran data atau banyak data
(n). Datum terkecil dan datum terbesar dalam statistik peringkat disebut statistik ekstrim.
Contoh Mencermati perhitungan unsur dasar dari statistik peringkat dan statistik
ekstrim
Tentukan statistik peringkat dan statistik ekstrim dari data berikut:
10, 4, 3, 2, 1, 9, 7, 2, 8, 4, 9, 6, 5, 5, 8, 4, 3, 9, 12.
Pembahasan:
B. Median data tunggal
Median dari statistik peringkat: x1, x2, ..., xn dengan x1 < x2 < ... < xn adalah nilai tengah jika banyak
data ganjil, atau rataan dua nilai tengah jika banyak data genap. Jika median diberi notasi Me, secara
matematis definisi tersebut dapat ditulis sebagai berikut.
Contoh Memahami perhitungan median dari data tunggal
Tentukan median dari bilangan-bilangan berikut.
a. 5, 3, 4, 8, 6, 8, 10. b. 11, 5, 9, 7, 18, 5, 12, 15.
Pembahasan:
C. Kuartil data tunggal
Jika sekelompok data telah disusun dalam statistic peringkat, data yang di tengah, yang membagi
data menjadi dua bagian sama banyak, disebut median. Berdasarkan analogi ini, kelompok data itu
dapat pula dibagi menjadi empat kelompok yang lebih kecil. Data-data yang terdapat pada batas-
batas pembagian ini disebut kuartil pertama, kuartil kedua, dan kuartil ketiga. Ketiga kuartil ini
sering dikenal sebagai kuartil bawah, kuartil tengah (median), dan kuartil atas, serta masing-masing
diberi notasi Q1, Q2, dan Q3.
Jadi, kuartil adalah nilai-nilai yang membagi statistic peringkat menjadi empat bagian yang sama
seperti pada gambar berikut.
Dalam penentuan nilai-nilai kuartil, sebaiknya kita tentukan terlebih
dahulu nilai Q2. Seluruh nilai yang berada di sebelah kiri Q2
digunakan untuk mencari nilai Q1. Nilai Q1 diperoleh dengan
membagi data di sebelah kiri Q2 menjadi dua bagian yang sama.
Seluruh nilai yang berada di sebelah kanan Q2 digunakan untuk
menentukan nilai Q3. Nilai Q3 merupakan nilai yang membagi data di
sebelah kanan Q2 tersebut menjadi dua bagian yang sama.
Contoh Mencermati penentuan nilai kuartil
Tentukan kuartil dari masing-masing kelompok bilangan di bawah ini.
a. 2, 3, 4, 6, 8, 9. b. 2, 6, 8, 4, 3, 9, 11. c. 2, 3, 4, 6, 8, 9, 11, 14.
Pembahasan:
D. Rataan kuartil dan rataan tiga
Jika kuartil bawah (Q1), kuartil tengah atau median (Q2), dan kuartil atas (Q3) dari statistik peringkat
telah ditentukan, rataan kuartil dan rataan tiga dapat ditentukan melalui formula berikut.
Contoh Memahirkan perhitungan unsur-unsur statistik lima serangkai
Sebuah perusahaan mengadakan tes terhadap 14 orang yang melamar sebagai sekretaris perusahaan.
Tes ini dilakukan dalam kemahiran mengetik. Kecepatan mengetik dihitung dari banyaknya kata per
menit sebagai berikut: 36, 41, 58, 45, 47, 51, 42, 43, 41, 40, 43, 42, 48, 45.
Hitunglah:
a. statistik lima serangkai,
b. rataan kuartil (RK),
c. rataan tiga (RT).
Pembahasan:
2.2.2 Jangkauan Data, Jangkauan Antarkuartil, Jangkauan Semi
Antarkuartil, Langkah, Pagar Dalam, dan Pagar Luar
Untuk mendapatkan informasi yang lengkap dan akurat tentang suatu data, di samping ukuran
pemusatan juga diperlukan ukuran letak data yang meliputi jangkauan dan jangkauan antarkuartil.
Pengembangan dari kedua pengertian ini dapat berupa pengertian tentang jangkauan semi
antarkuartil, langkah, pagar dalam, dan pagar luar.
A. Jangkauan dan koefisien jangkauan
Jangkauan data (range data) disebut juga rentangan data, didefinisikan sebagai selisih antara datum
terbesar (statistic maksimum) dengan datum terkecil (statistik minimum). Jika jangkauan data
dilambangkan dengan J, maka:
atau
𝐽 = π‘₯π‘šπ‘Žπ‘˜π‘  βˆ’ π‘₯π‘šπ‘–π‘›
Koefisien jangkauan =
π‘₯π‘šπ‘Žπ‘˜π‘ βˆ’π‘₯π‘šπ‘–π‘›
π‘₯π‘šπ‘Žπ‘˜π‘  + π‘₯π‘šπ‘–π‘›
B. Jangkauan antarkuartil
Jangkuan antarkuartil didefinisikan sebagai selisih antara kuartil atas (kuartil ketiga) Q3 dengan
kuartil bawah (kuartil pertama) Q1. Jangkauan antarkuartil biasa disebut juga hamparan
(dilambangkan dengan H), yaitu:
𝐻 = 𝑄3 βˆ’ 𝑄1
C. Jangkauan semi antarkuartil
Jangkauan semi antarkuartil didefinisikan sebagai setengah kali panjang hamparan. Jangkauan semi
antarkuartil sering disebut jangkauan interkuartil atau simpangan kuartil dan dilambangkan dengan
Qd, ditulis sebagai:
atau
𝑄𝑑 =
1
2
𝐻 =
1
2
𝑄3 βˆ’ 𝑄1
Koefisien dari 𝑄𝑑 =
𝑄3βˆ’π‘„1
𝑄3+𝑄1
D. Langkah (step)
Satu langkah (L) didefinisikan sebagai satu setengah kali panjang satu hamparan dan ditulis sebagai:
atau
𝐿 = 1
1
2
𝐻 = 1
1
2
𝑄3 βˆ’ 𝑄1 𝐿 = 3𝑄𝑑
E. Pagar dalam dan pagar luar
Nilai satu langkah di bawah kuartil bawah disebut pagar dalam (PD) atau terkadang disebut batas pencilan
bawah (BPB) dan nilai satu langkah di atas kuartil atas disebut pagar luar (PL) atau terkadang disebut batas
pencilan atas (BPA). Hal ini dapat ditulis sebagai berikut.
atau
Semua nilai data yang terletak di antara batas pencilan bawah (BPB) dan batas pencilan atas (BPA): BPB ≀ xi ≀
BPA merupakan nilai data normal, yaitu nilai data yang mempunyai median sebagai ukuran pemusatannya.
Semua nilai data yang kurang dari BPB atau lebih dari BPA (xi < BPB atau xi > BPA) merupakan nilai data tak
normal dan sering disebut pencilan. Dengan adanya pencilan ini merupakan petunjuk bagi pengamat bahwa data
itu patut diamati lebih lanjut (hal ini berarti ada kemungkinan terjadi salah catat atau salah ukur).
𝑃𝐷 = 𝐡𝑃𝐡 = 𝑄1 βˆ’ 𝐿 𝑃𝐿 = 𝐡𝑃𝐴 = 𝑄3 + 𝐿
Contoh Memahami lebih rinci dari unsur-unsur statistika
Data nilai UN Matematika dari 25 siswa adalah sebagai berikut.
4,23 4,95 6,23 7,27 8,87
4,50 5,30 6,40 7,50 8,95
4,65 5,40 6,67 8,23 9,23
4,72 5,57 6,95 8,27 9,40
4,90 6,00 7,04 8,55 9,65
Hitunglah:
a. jangkauan data,
b. jangkauan semi antarkuartil,
c. pagar dalam,
d. pagar luar.
Pembahasan:
Anda dapat menguji pemahaman
tentang Jangkauan Data, Jangkauan
Antarkuartil, Jangkauan Semi
Antarkuartil, Langkah, Pagar Dalam,
dan Pagar Luar dengan mengerjakan
soal LKS 7 pada halaman 104–106.
2.2.3 Diagram Kotak Garis (DKG)
Suatu data statistik yang telah diolah menjadi statistic lima serangkai dapat disajikan dalam bentuk
diagram kotak garis (DKG). Diagram ini memuat sebuah kotak berbentuk persegi panjang dan dua
buah garis yang terletak di sebelah kiri dan kanan kotak tersebut. Persegi panjang dilukiskan
mendatar, sedangkan lebar nya ditentukan oleh lambang β€œΞ™β€ yang menunjukkan letak kuartil pertama
(Q1) dan kuartil ketiga (Q3). Panjang persegi panjang itu sama dengan panjang kedua lambang β€œΞ™β€.
Q2 ditandai oleh lambang (+). Garis-garis ke kiri dan ke kanan diper panjang hingga mencakup
semua nilai data normal (bukan pencilan). Letak pencilan berada di luar kedua garis dan ditulis
dengan lambang asterik (*).
Contoh Mencermati pembuat petak DKG
Lukiskan diagram kotak garis (DKG) dari data di bawah ini.
12 13 15 15 16 17 19 20 21 22
26 27 30 30 36 38 39 43 45 46
Pembahasan:
2.2.4 Diagram Batang Daun (DBD)
Diagram kotak garis (DKG) berguna untuk menentukan ukuran pemusatan dan penyebaran data.
Cara lain untuk menentukan ukuran penyebaran data dapat pula menggunakan diagram batang daun
(DBD). Dalam pembentukan DBD, data mentah harus disusun dalam bentuk statistik peringkat.
Diagram ini memuat batang (dalam angka puluhan) dan daun (dalam angka satuan).
Langkah-langkah yang ditempuh untuk membuat diagram
batang daun adalah sebagai berikut.
1. Tuliskan bagian batang dalam bentuk peringkat.
2. Tuliskan bagian daun berdampingan pada setiap batangnya.
3. Pastikan semua bagian daun sudah dalam bentuk peringkat.
Contoh Memahami penentuan unsur-unsur pada diagram batang daun (DBD)
Buatlah diagram batang daun dari data berikut.
7, 7, 9, 10, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 25, 39 dengan interval 0 – 9, 10 – 19, dan
seterusnya.
Pembahasan:
Dengan diagram batang daun (DBD) tersebut, kita dapat dengan mudah menentukan statistik lima
serangkai. Dalam diagram batang daun, kolom banyaknya pengamatan dikenal sebagai kedalaman
datum. Tiap bilangan pada kolom kedalaman menyatakan seberapa jauh letak pengamatan-
pengamatan di bawah median dan statistik minimumnya atau di atas median dan statistic
maksimumnya. Kedalaman-kedalaman ini dapat dicatat di kolom kiri pada setiap ruas sampai
ditemui ruas yang memuat median. Pada ruas ini, kedalaman tidak dihitung melainkan frekuensinya
dicatat di antara tanda ( ) (dari diagram di atas adalah (11)).
Dari diagram batang daun tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
β€’ Ruas 0 (batang 0) mempunyai kedalaman 3 dan memuat pengamatan atau datum 7, 7, dan 9.
β€’ Kedalaman median ada di antara datum 9 dan 10 sehingga median ada di ruas 1 atau batang 1,
yaitu:
𝑀𝑒 =
14 + 15
2
= 14,5
β€’ Statistik minimum = 7 berada di ruas 0 dengan kedalaman 3.
β€’ Statistik maksimum = 39 berada di ruas 3 dengan kedalaman 1.
β€’ Kuartil bawah = 10 berada pada datum 5.
β€’ Kuartil atas = 19 berada pada datum 14.
Anda dapat menguji pemahaman
tentang Diagram Kotak Garis (DKG)
dan Diagram Batang Daun (DBD)
dengan mengerjakan soal LKS 8
pada halaman 109–111.
2.2.5 Median dan Kuartil-Kuartil pada Tabel Distribusi Frekuensi
Distribusi Frekuensi
Pada awal pembahasan, kita telah membahas tentang median dan kuartil-kuartil pada data tunggal.
Dalam pasal ini, kita akan menentukan median dan kuartil-kuartil dari data berkelompok (pada tabel
distribusi frekuensi). Penentuan median, kuartil bawah, dan kuartil atas pada distribusi frekuensi
dapat dilakukan melalui formula berikut.
dengan:
𝐿𝑖 = tepi bawah kelas kuartil ke-i (i = 1, 2, 3)
c = panjang kelas
Ξ£π‘“βˆ’π‘– = jumlah frekuensi sebelum kelas kuartil ke-i
𝑓𝑖 = frekuensi kelas kuartil ke-i
n = jumlah semua frekuensi.
𝑄𝑖 = 𝐿𝑖 +
𝑖𝑛 βˆ’ Ξ£π‘“βˆ’π‘–
𝑓𝑖
βˆ™ 𝑐; 𝑖 = 1, 2, 3
Contoh Memahami penentuan nilai median dan kuartil dari data pada tabel distribusi
frekuensi
Diberikan data dalam tabel frekuensi di samping. Hitunglah:
a. kuartil bawah,
b. kuartil tengah,
c. kuartil atas.
Pembahasan:
Anda dapat menguji pemahaman
tentang Median dan Kuartil-Kuartil
pada Tabel Distribusi Frekuensi
Distribusi Frekuensi
dengan mengerjakan soal LKS 9
pada halaman 112–114.
Dalam menentukan nilai median (𝑄2), kuartil bawah (𝑄1), dan kuartil atas (𝑄3) ditentukan oleh
formula:
Data sering juga disajikan dalam tabel pembuat histogram. Penentuan median (𝑄2), kuartil bawah
(𝑄1), dan kuartil atas (𝑄3) untuk data tersebut akan dibahas dalam beberapa contoh berikut.
𝑄𝑖 = 𝐿𝑖 +
𝑖𝑛
4
βˆ’ Ξ£π‘“βˆ’π‘–
𝑓𝑖
βˆ™ 𝑐; 𝑖 = 1, 2, 3
Contoh Memahami perhitungan 𝑄1, 𝑄2, dan 𝑄3 pada diagram histogram dan tabel
pembentuk histogram
Hitunglah nilai 𝑄1, 𝑄2, dan 𝑄3 dari tabel pembentuk histogram dan frekuensi berikut.
Pembahasan:
Contoh Memahirkan perhitungan nilai 𝑄1 dari tabel pembentuk histogram
Hitunglah nilai kuartil bawah atau kuartil pertama (𝑄1)
dari data pada tabel pembentuk histogram di samping.
Pembahasan:
Anda dapat menguji pemahaman
tentang Menentukan 𝑄1, 𝑄2, dan 𝑄3
pada Histogram dengan
mengerjakan soal LKS 10 pada
halaman 116–118.
2.2.6 Desil
Desil adalah kumpulan datum dalam bentuk statistic peringkat yang dibagi menjadi sepuluh bagian
yang sama.
A. Untuk data tunggal (data yang belum dikelompokkan)
Penentuan letak desil dapat dilakukan apabila kumpulan datum telah berbentuk statistik peringkat
dan letaknya ditentukan oleh formula berikut.
Penentuan nilai desil bergantung
𝑖(𝑛+1)
10
, yaitu:
Letak desil ke-i =
𝑖(𝑛+1)
10
dengan 𝑖 = 1, 2, 3, . . . , 9 dan 𝑛 = banyak data (𝑛 > 10).
Contoh Memahami perhitungan desil ke-i
Diberikan data: π‘₯1, π‘₯2, π‘₯3, π‘₯4, π‘₯5, π‘₯6, π‘₯7, π‘₯8, π‘₯9, π‘₯10, π‘₯11. Tentukan:
a. desil pertama (𝐷1), c. desil kedelapan (𝐷8),
b. desil kelima (𝐷5), d. desil kesembilan (𝐷9).
Pembahasan:
B. Untuk data berkelompok (data dalam bentuk distribusi)
Penentuan nilai desil ke-i dari data berkelompok dapat dilakukan dengan menggunakan formula
berikut ini.
dengan:
𝐷𝑖 = desil ke-i
c = panjang kelas
𝐿𝑖 = tepi bawah kelas desil ke-i
n = banyak data
𝑓𝑖 = frekuensi kelas desil ke-i
i = letak desil ke-i
π‘“βˆ’π‘– = jumlah frekuensi sebelum kelas desil ke-i
𝐷𝑖 = 𝐿𝑖 +
𝑖𝑛
10
βˆ’ π‘“βˆ’π‘–
𝑓𝑖
βˆ™ 𝑐; 𝑖 = 1, 2, 3, 4, 5, … , 9
Contoh Memahirkan perhitungan desil ke-i
Sekelompok data yang diberikan dalam tabel frekuensi di samping.
Hitunglah desil keenam.
Pembahasan:
Anda dapat menguji pemahaman tentang
Desil dengan mengerjakan soal LKS 11
pada halaman 121–122.
2.3 Ukuran Penyebaran Data
Untuk memperoleh gambaran terpencarnya data secara kuantitatif di sekitar rata-rata hitung,
diperlukan suatu ukuran penyebaran atau ukuran dispersi.
Ukuran penyebaran meliputi jangkauan (rentang), jangkauan semi antarkuartil (simpangan
kuartil), rataan simpangan (mean deviasi), simpangan baku (deviasi standar), dan variansi atau
variansi (ragam). Dalam bab ini kita akan membahas rataan simpangan, simpangan baku, dan
variansi (ragam).
2.3.1 Rataan Simpangan
Untuk menentukan rataan simpangan atau mean deviasi (MD) dapat dilakukan dalam dua kondisi
berikut ini.
Contoh Memahami perhitungan rataan simpangan pada data tunggal
Hitunglah rataan simpangan dari sekumpulan bilangan: 2, 3, 6, 8, 11.
Pembahasan:
Contoh Memantapkan perhitungan rataan simpangan untuk data tunggal berbobot
Hitunglah nilai rataan simpangan dari data pada tabel di samping.
Pembahasan:
2.3.2 Simpangan Baku (Standar Deviasi)
Penentuan simpangan baku (S) dapat dilakukan dalam dua kondisi berikut.
Contoh Memahami perhitungan simpangan baku pada data tunggal
Hitunglah simpangan baku dari sekumpulan bilangan: 2, 3, 6, 8, 11.
Pembahasan:
Contoh Memantapkan perhitungan simpangan baku pada data tunggal berbobot
Hitunglah simpangan baku dari data pada tabel di samping.
Pembahasan:
Anda dapat menguji pemahaman tentang
Ukuran Penyebaran Data dengan
mengerjakan soal LKS 12 pada
halaman 130–133.

More Related Content

Similar to STATISTIK

Statistika1
Statistika1Statistika1
Statistika1kusnadiyoan
Β 
( Putri). ukuran pemusatan data.
( Putri). ukuran pemusatan data.( Putri). ukuran pemusatan data.
( Putri). ukuran pemusatan data.Putri Indah Ramadhani
Β 
Definisi Statistika dan Penyajian Data
Definisi Statistika dan Penyajian DataDefinisi Statistika dan Penyajian Data
Definisi Statistika dan Penyajian DataPutri Aulia
Β 
Materi statistika
Materi statistikaMateri statistika
Materi statistikaScott Cracer
Β 
Espa4123 statistika modul 2
Espa4123 statistika   modul 2Espa4123 statistika   modul 2
Espa4123 statistika modul 2Ratzman III
Β 
Ukuran pemusatan
Ukuran pemusatanUkuran pemusatan
Ukuran pemusatanrkhmtk11
Β 
Media statistika coba2(^ ^)),,,
Media statistika coba2(^ ^)),,,Media statistika coba2(^ ^)),,,
Media statistika coba2(^ ^)),,,Mita Artaningsih
Β 
Ukuran Pemusatan Data - Materi ke-9.pptx
Ukuran Pemusatan Data - Materi ke-9.pptxUkuran Pemusatan Data - Materi ke-9.pptx
Ukuran Pemusatan Data - Materi ke-9.pptxRESISKOM21MFATHURRAH
Β 
materi-statistika-1.pptx
materi-statistika-1.pptxmateri-statistika-1.pptx
materi-statistika-1.pptxIndahTriMeidasari
Β 
Metode statistika
Metode statistikaMetode statistika
Metode statistikaAlwi Hasan
Β 
Pertemuan-03-Ukuran-Pemusatan (1).pptx
Pertemuan-03-Ukuran-Pemusatan (1).pptxPertemuan-03-Ukuran-Pemusatan (1).pptx
Pertemuan-03-Ukuran-Pemusatan (1).pptxGraceKarmelDjapri
Β 
Ppt singkat kel 8 pengantar statistika
Ppt singkat kel 8 pengantar statistikaPpt singkat kel 8 pengantar statistika
Ppt singkat kel 8 pengantar statistikasintia 67
Β 
Metoda Statistika - Penyajian data
Metoda Statistika - Penyajian dataMetoda Statistika - Penyajian data
Metoda Statistika - Penyajian dataRahma Siska Utari
Β 
0 komentar
0 komentar0 komentar
0 komentarALAKIOS
Β 
pertemuan 1.pptx
pertemuan 1.pptxpertemuan 1.pptx
pertemuan 1.pptxNelda7
Β 
Materi Statistika kelas XI
Materi Statistika kelas XIMateri Statistika kelas XI
Materi Statistika kelas XIBungaCN1
Β 
Statistika deskriptif
 Statistika deskriptif Statistika deskriptif
Statistika deskriptifTiara Anggraini
Β 
materi-statistika.pptx
materi-statistika.pptxmateri-statistika.pptx
materi-statistika.pptxAryNugroho17
Β 
Ppt singkat pengantar statistika
Ppt singkat pengantar statistikaPpt singkat pengantar statistika
Ppt singkat pengantar statistikaRizki Novaldi
Β 

Similar to STATISTIK (20)

Statistika1
Statistika1Statistika1
Statistika1
Β 
( Putri). ukuran pemusatan data.
( Putri). ukuran pemusatan data.( Putri). ukuran pemusatan data.
( Putri). ukuran pemusatan data.
Β 
Definisi Statistika dan Penyajian Data
Definisi Statistika dan Penyajian DataDefinisi Statistika dan Penyajian Data
Definisi Statistika dan Penyajian Data
Β 
Materi statistika
Materi statistikaMateri statistika
Materi statistika
Β 
Espa4123 statistika modul 2
Espa4123 statistika   modul 2Espa4123 statistika   modul 2
Espa4123 statistika modul 2
Β 
Ukuran pemusatan
Ukuran pemusatanUkuran pemusatan
Ukuran pemusatan
Β 
Media statistika coba2(^ ^)),,,
Media statistika coba2(^ ^)),,,Media statistika coba2(^ ^)),,,
Media statistika coba2(^ ^)),,,
Β 
Ukuran Pemusatan Data - Materi ke-9.pptx
Ukuran Pemusatan Data - Materi ke-9.pptxUkuran Pemusatan Data - Materi ke-9.pptx
Ukuran Pemusatan Data - Materi ke-9.pptx
Β 
materi-statistika-1.pptx
materi-statistika-1.pptxmateri-statistika-1.pptx
materi-statistika-1.pptx
Β 
Metode statistika
Metode statistikaMetode statistika
Metode statistika
Β 
Pertemuan-03-Ukuran-Pemusatan (1).pptx
Pertemuan-03-Ukuran-Pemusatan (1).pptxPertemuan-03-Ukuran-Pemusatan (1).pptx
Pertemuan-03-Ukuran-Pemusatan (1).pptx
Β 
PPT MTK 7C.pptx
PPT MTK 7C.pptxPPT MTK 7C.pptx
PPT MTK 7C.pptx
Β 
Ppt singkat kel 8 pengantar statistika
Ppt singkat kel 8 pengantar statistikaPpt singkat kel 8 pengantar statistika
Ppt singkat kel 8 pengantar statistika
Β 
Metoda Statistika - Penyajian data
Metoda Statistika - Penyajian dataMetoda Statistika - Penyajian data
Metoda Statistika - Penyajian data
Β 
0 komentar
0 komentar0 komentar
0 komentar
Β 
pertemuan 1.pptx
pertemuan 1.pptxpertemuan 1.pptx
pertemuan 1.pptx
Β 
Materi Statistika kelas XI
Materi Statistika kelas XIMateri Statistika kelas XI
Materi Statistika kelas XI
Β 
Statistika deskriptif
 Statistika deskriptif Statistika deskriptif
Statistika deskriptif
Β 
materi-statistika.pptx
materi-statistika.pptxmateri-statistika.pptx
materi-statistika.pptx
Β 
Ppt singkat pengantar statistika
Ppt singkat pengantar statistikaPpt singkat pengantar statistika
Ppt singkat pengantar statistika
Β 

Recently uploaded

Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
Β 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
Β 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
Β 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
Β 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
Β 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
Β 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
Β 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
Β 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
Β 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
Β 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
Β 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
Β 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
Β 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
Β 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
Β 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
Β 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
Β 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
Β 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
Β 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
Β 

Recently uploaded (20)

Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Β 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Β 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Β 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
Β 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
Β 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
Β 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Β 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
Β 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Β 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
Β 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
Β 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Β 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
Β 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Β 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Β 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
Β 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Β 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Β 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Β 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
Β 

STATISTIK

  • 1. Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Berkelompok Bab 2
  • 2. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini, siswa diharapkan dapat: β€’ Menentukan dan menganalisis ukuran pemusatan dan penyebaran data yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan histogram. β€’ Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penyajian data hasil pengukuran dan pencacahan dalam tabel distribusi frekuensi dan histogram.
  • 3. 2.1 Ukuran Pemusatan Data (Ukuran Tendensi Sentral) Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai data yang disajikan, selain pembuatan tabel dan diagram masih diperlukan pula ukuran-ukuran yang dapat mewakili data agar mudah untuk menganalisis data selanjutnya. 2.1.1 Rataan Hitung (Mean atau Arithmetic Mean (AM)) Dalam bagian ini, kita akan membahas rataan hitung (mean) untuk dua keadaan, yaitu data tunggal dan data berkelompok. A. Menentukan rataan hitung data tunggal (Mengulang)
  • 4. Contoh Mengingat kembali perhitungan rataan hitung pada data tunggal Hitunglah rataan hitung pada setiap data berikut. a. 11, 13, 16, 19, 15, 10 b. 8, 3, 5, 12, 10 Pembahasan:
  • 5. Contoh Melatih ketelitian daya ingat siswa dalam memahami perhitungan rataan hitung Hitunglah rata-rata hitung dari bilangan-bilangan berikut ini. 5, 3, 6, 5, 4, 5, 2, 8, 6, 5, 4, 8, 3, 4, 5, 4, 8, 2, 5, 4.
  • 7. Contoh Memantapkan perhitungan rataan hitung dalam kondisi 3 Sebuah pabrik kimia mempunyai 80 orang pekerja. Dari keseluruhan pekerja itu, pimpinan pabrik mempunyai ketentuan dalam pembayaran gaji, yaitu 60 orang memperoleh gaji Rp300.000,00/bulan dan 20 orang memperoleh gaji Rp200.000,00/bulan. Berapa rupiah rata-rata uang yang dikeluarkan pimpinan pabrik kimia itu per bulan untuk setiap orang? Pembahasan:
  • 8. Pada pembahasan sebelumnya, kita telah membahas mengenai cara menghitung rataan hitung (mean) dari data tunggal dengan memakai rumus π‘₯ = π‘₯ 𝑛 ataupun π‘₯ = 𝑓π‘₯ 𝑓 . Perhitungan ini tidak begitu sulit, tetapi kita akan menemui kejenuhan dalam perhitungan seandainya banyak data ada ribuan bahkan jutaan. Oleh karena itu, sebaiknya kita menggunakan distribusi frekuensi untuk memperoleh frekuensi dari data pengamatan, kemudian menghitung rataan hitungnya. Khusus untuk menentukan rataan hitung dari data berkelompok dikenal 3 metode yang lazim digunakan, yaitu metode biasa, metode simpangan rata-rata (median deviasi), dan metode coding (step-deviasi). 1. Metode Biasa Jika data telah terbentuk distribusi frekuensi biasa dengan 𝑓1 = frekuensi pada interval kelas ke-i dan xi = nilai tengah interval kelas ke-i, rataan hitung (π‘₯) ditentukan oleh formula: B. Menentukan rataan hitung data berkelompok π‘₯ = 𝑓π‘₯ 𝑓 dengan 𝑓 = 𝑛
  • 9. Pembahasan: Contoh Memahami perhitungan nilai rataan berbentuk tabel distribusi frekuensi dan histogram Data tinggi badan siswa kelas XII-A disajikan pada tabel distribusi frekuensi berikut. a. Lukislah diagram histogramnya. b. Hitunglah nilai rataannya.
  • 10.
  • 11. Dalam proses perhitungan nilai rataan hitung dengan metode biasa, siswa diharuskan berkarakter teliti dan cermat dalam melakukan operasi perkalian, penjumlahan, dan pembagian terhadap bilangan yang relatif cukup besar. Untuk mengantisipasi hal ini, dapat dilakukan pendekatan saintifik berikut. B. Metode simpangan rata-rata (median deviasi) Jika A merupakan rataan hitung sementara yang diperoleh dari 𝐴 = π‘₯1+π‘₯𝑛 2 dengan π‘₯1 adalah batas bawah kelas pertama dan π‘₯𝑛 adalah batas atas kelas terakhir dalam distribusi frekuensi, rataan hitung dari tabel distribusi frekuensi ditentukan oleh formula: dengan: d = π‘₯ – 𝐴 (d sering disebut deviasi) x = nilai tengah interval kelas f = frekuensi kelas π‘₯ = 𝐴 + 𝑓𝑑 𝑓
  • 12. Contoh Memantapkan perhitungan nilai rataan hitung yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi Tentukan tinggi badan rata-rata dari data pada tabel distribusi frekuensi pada contoh sebelumnya menggunakan metode deviasi. Pembahasan:
  • 13. C. Metode coding (step-deviasi) Metode coding merupakan metode terakhir yang sering digunakan dalam menghitung rataan hitung dari data berkelompok. Metode ini sering digunakan jika dijumpai data yang berupa bilangan-bilangan besar. Pada dasarnya metode ini merupakan pengembangan dari metode deviasi dan sering disebut metode step-deviasi. Jika rataan hitung sementara 𝐴 = π‘₯1+π‘₯𝑛 2 dan simpangan (deviasi) 𝑑 = π‘₯ – 𝐴 pada metode deviasi, nilai d dapat dituliskan sebagai 𝑐 Β· 𝑒 dengan c adalah panjang kelas dan 𝑒 = 0, Β±1, Β±2, … . Karena 𝑑 = 𝑐 Β· 𝑒, rataan hitungnya ditentukan oleh formula: π‘₯ = 𝐴 + 𝑐 βˆ™ 𝑓𝑒 𝑓
  • 14. Contoh Memahirkan perhitungan nilai rataan hitung Hitunglah rataan hitung dari data pada tabel pembuat histogram di bawah ini dengan metode coding. Pembahasan:
  • 15. 2.1.2 Modus Dalam bagian ini, kita akan menghitung modus (datum yang sering muncul) untuk data tunggal (mengulang) dan data berkelompok dalam bentuk tabel distribusi frekuensi maupun histogram. A. Menentukan modus dari data tunggal (mengulang) Modus dari data tunggal adalah datum yang sering muncul atau datum dengan frekuensi terbesar. Nilai modus mungkin tidak ada, satu buah atau lebih. Contoh Memahami perhitungan modus dari data tunggal Tentukan modus dari data berikut. a. 3, 4, 5, 5, 5, 6, 7. b. 6, 6, 7, 7, 8, 8, 9, 10. c. 5, 5, 7, 7, 9, 9. Pembahasan:
  • 16. B. Menentukan nilai modus data berkelompok 1. Nilai modus pada tabel distribusi frekuensi Nilai modus data berkelompok berbentuk tabel distribusi frekuensi ditentukan oleh formula berikut. dengan: 𝐿0 = tepi bawah kelas modus 𝑀0 = modus c = panjang kelas 𝑓0 = frekuensi kelas modus π‘“βˆ’1 = frekuensi kelas sebelum kelas modus 𝑓+1 = frekuensi kelas sesudah kelas modus 𝑀0 = 𝐿0 + 𝑓0 βˆ’ π‘“βˆ’1 2𝑓0 βˆ’ π‘“βˆ’1 βˆ’ 𝑓+1 βˆ™ 𝑐
  • 17. Contoh Memahami perhitungan nilai modus dari data yang disajikan dalam tabel distribusi frekuensi Hitunglah modus dari data pada tabel distribusi di samping. Pembahasan:
  • 18. Contoh Memahirkan perhitungan nilai modus dari data bentuk distribusi frekuensi dengan penyebaran tidak merata dan konsisten Hitung nilai modus dari tabel distribusi frekuensi 40 siswa SMA di samping. Pembahasan:
  • 19. Anda dapat menguji pemahaman tentang Menentukan Nilai Modus Data Berkelompok dengan mengerjakan soal LKS 4 pada halaman 85–87.
  • 20. 2. Nilai modus pada diagram histogram Penentuan nilai modus dari data yang disajikan dalam bentuk histogram ditentukan oleh formula berikut.. dengan: 𝐿0 = tepi bawah kelas modus βˆ†1= 𝑓0 βˆ’ π‘“βˆ’1 βˆ†2= 𝑓0 βˆ’ 𝑓+1 c = panjang kelas Dalam pasal ini, kita akan membahas tentang perhitungan nilai modus berdasarkan tabel pembentukan diagram histogram dan diagram histogramnya. 𝑀0 = 𝐿0 + βˆ†1 βˆ†1 + βˆ†2 βˆ™ 𝑐
  • 21. Contoh Memahami perhitungan nilai modus dari data pada histogram Tentukan nilai modus dari data pada diagram histogram di samping. Pembahasan:
  • 22. 2.2 Ukuran Letak Data Dalam statistika, selain ukuran pemusatan kita juga diharuskan mengenal ukuran letak agar data itu dapat ditafsirkan penggunaannya. 2.2.1 Statistik Lima Serangkai Dari suatu data yang terdiri atas kumpulan nilai datum, terdapat lima buah nilai yang merupakan hal penting untuk memberikan gambaran tentang kecenderungan pemusatan data (tendensi sentral). Kelima buah nilai itu dikenal sebagai statistic lima serangkai, yaitu: datum terkecil atau statistik minimum (xmin), datum terbesar atau statistik maksimum (xmaks), kuartil bawah (Q1), kuartil tengah atau median (Q2), dan kuartil atas (Q3). Statistik lima serangkai ini biasanya disajikan dengan gambar berikut.
  • 23. A. Statistik peringkat dan statistik ekstrim Setelah data dikumpulkan, langkah awal yang harus kita lakukan adalah menyusun data itu dari datum terkecil ke datum terbesar. Data yang telah tersusun dari yang terkecil ke yang terbesar disebut statistik peringkat. Banyak datum pada pengamatan disebut ukuran data atau banyak data (n). Datum terkecil dan datum terbesar dalam statistik peringkat disebut statistik ekstrim. Contoh Mencermati perhitungan unsur dasar dari statistik peringkat dan statistik ekstrim Tentukan statistik peringkat dan statistik ekstrim dari data berikut: 10, 4, 3, 2, 1, 9, 7, 2, 8, 4, 9, 6, 5, 5, 8, 4, 3, 9, 12. Pembahasan:
  • 24. B. Median data tunggal Median dari statistik peringkat: x1, x2, ..., xn dengan x1 < x2 < ... < xn adalah nilai tengah jika banyak data ganjil, atau rataan dua nilai tengah jika banyak data genap. Jika median diberi notasi Me, secara matematis definisi tersebut dapat ditulis sebagai berikut. Contoh Memahami perhitungan median dari data tunggal Tentukan median dari bilangan-bilangan berikut. a. 5, 3, 4, 8, 6, 8, 10. b. 11, 5, 9, 7, 18, 5, 12, 15.
  • 26. C. Kuartil data tunggal Jika sekelompok data telah disusun dalam statistic peringkat, data yang di tengah, yang membagi data menjadi dua bagian sama banyak, disebut median. Berdasarkan analogi ini, kelompok data itu dapat pula dibagi menjadi empat kelompok yang lebih kecil. Data-data yang terdapat pada batas- batas pembagian ini disebut kuartil pertama, kuartil kedua, dan kuartil ketiga. Ketiga kuartil ini sering dikenal sebagai kuartil bawah, kuartil tengah (median), dan kuartil atas, serta masing-masing diberi notasi Q1, Q2, dan Q3. Jadi, kuartil adalah nilai-nilai yang membagi statistic peringkat menjadi empat bagian yang sama seperti pada gambar berikut.
  • 27. Dalam penentuan nilai-nilai kuartil, sebaiknya kita tentukan terlebih dahulu nilai Q2. Seluruh nilai yang berada di sebelah kiri Q2 digunakan untuk mencari nilai Q1. Nilai Q1 diperoleh dengan membagi data di sebelah kiri Q2 menjadi dua bagian yang sama. Seluruh nilai yang berada di sebelah kanan Q2 digunakan untuk menentukan nilai Q3. Nilai Q3 merupakan nilai yang membagi data di sebelah kanan Q2 tersebut menjadi dua bagian yang sama. Contoh Mencermati penentuan nilai kuartil Tentukan kuartil dari masing-masing kelompok bilangan di bawah ini. a. 2, 3, 4, 6, 8, 9. b. 2, 6, 8, 4, 3, 9, 11. c. 2, 3, 4, 6, 8, 9, 11, 14. Pembahasan:
  • 28.
  • 29. D. Rataan kuartil dan rataan tiga Jika kuartil bawah (Q1), kuartil tengah atau median (Q2), dan kuartil atas (Q3) dari statistik peringkat telah ditentukan, rataan kuartil dan rataan tiga dapat ditentukan melalui formula berikut. Contoh Memahirkan perhitungan unsur-unsur statistik lima serangkai Sebuah perusahaan mengadakan tes terhadap 14 orang yang melamar sebagai sekretaris perusahaan. Tes ini dilakukan dalam kemahiran mengetik. Kecepatan mengetik dihitung dari banyaknya kata per menit sebagai berikut: 36, 41, 58, 45, 47, 51, 42, 43, 41, 40, 43, 42, 48, 45. Hitunglah: a. statistik lima serangkai, b. rataan kuartil (RK), c. rataan tiga (RT).
  • 31. 2.2.2 Jangkauan Data, Jangkauan Antarkuartil, Jangkauan Semi Antarkuartil, Langkah, Pagar Dalam, dan Pagar Luar Untuk mendapatkan informasi yang lengkap dan akurat tentang suatu data, di samping ukuran pemusatan juga diperlukan ukuran letak data yang meliputi jangkauan dan jangkauan antarkuartil. Pengembangan dari kedua pengertian ini dapat berupa pengertian tentang jangkauan semi antarkuartil, langkah, pagar dalam, dan pagar luar. A. Jangkauan dan koefisien jangkauan Jangkauan data (range data) disebut juga rentangan data, didefinisikan sebagai selisih antara datum terbesar (statistic maksimum) dengan datum terkecil (statistik minimum). Jika jangkauan data dilambangkan dengan J, maka: atau 𝐽 = π‘₯π‘šπ‘Žπ‘˜π‘  βˆ’ π‘₯π‘šπ‘–π‘› Koefisien jangkauan = π‘₯π‘šπ‘Žπ‘˜π‘ βˆ’π‘₯π‘šπ‘–π‘› π‘₯π‘šπ‘Žπ‘˜π‘  + π‘₯π‘šπ‘–π‘›
  • 32. B. Jangkauan antarkuartil Jangkuan antarkuartil didefinisikan sebagai selisih antara kuartil atas (kuartil ketiga) Q3 dengan kuartil bawah (kuartil pertama) Q1. Jangkauan antarkuartil biasa disebut juga hamparan (dilambangkan dengan H), yaitu: 𝐻 = 𝑄3 βˆ’ 𝑄1 C. Jangkauan semi antarkuartil Jangkauan semi antarkuartil didefinisikan sebagai setengah kali panjang hamparan. Jangkauan semi antarkuartil sering disebut jangkauan interkuartil atau simpangan kuartil dan dilambangkan dengan Qd, ditulis sebagai: atau 𝑄𝑑 = 1 2 𝐻 = 1 2 𝑄3 βˆ’ 𝑄1 Koefisien dari 𝑄𝑑 = 𝑄3βˆ’π‘„1 𝑄3+𝑄1
  • 33. D. Langkah (step) Satu langkah (L) didefinisikan sebagai satu setengah kali panjang satu hamparan dan ditulis sebagai: atau 𝐿 = 1 1 2 𝐻 = 1 1 2 𝑄3 βˆ’ 𝑄1 𝐿 = 3𝑄𝑑 E. Pagar dalam dan pagar luar Nilai satu langkah di bawah kuartil bawah disebut pagar dalam (PD) atau terkadang disebut batas pencilan bawah (BPB) dan nilai satu langkah di atas kuartil atas disebut pagar luar (PL) atau terkadang disebut batas pencilan atas (BPA). Hal ini dapat ditulis sebagai berikut. atau Semua nilai data yang terletak di antara batas pencilan bawah (BPB) dan batas pencilan atas (BPA): BPB ≀ xi ≀ BPA merupakan nilai data normal, yaitu nilai data yang mempunyai median sebagai ukuran pemusatannya. Semua nilai data yang kurang dari BPB atau lebih dari BPA (xi < BPB atau xi > BPA) merupakan nilai data tak normal dan sering disebut pencilan. Dengan adanya pencilan ini merupakan petunjuk bagi pengamat bahwa data itu patut diamati lebih lanjut (hal ini berarti ada kemungkinan terjadi salah catat atau salah ukur). 𝑃𝐷 = 𝐡𝑃𝐡 = 𝑄1 βˆ’ 𝐿 𝑃𝐿 = 𝐡𝑃𝐴 = 𝑄3 + 𝐿
  • 34. Contoh Memahami lebih rinci dari unsur-unsur statistika Data nilai UN Matematika dari 25 siswa adalah sebagai berikut. 4,23 4,95 6,23 7,27 8,87 4,50 5,30 6,40 7,50 8,95 4,65 5,40 6,67 8,23 9,23 4,72 5,57 6,95 8,27 9,40 4,90 6,00 7,04 8,55 9,65 Hitunglah: a. jangkauan data, b. jangkauan semi antarkuartil, c. pagar dalam, d. pagar luar.
  • 36. Anda dapat menguji pemahaman tentang Jangkauan Data, Jangkauan Antarkuartil, Jangkauan Semi Antarkuartil, Langkah, Pagar Dalam, dan Pagar Luar dengan mengerjakan soal LKS 7 pada halaman 104–106.
  • 37. 2.2.3 Diagram Kotak Garis (DKG) Suatu data statistik yang telah diolah menjadi statistic lima serangkai dapat disajikan dalam bentuk diagram kotak garis (DKG). Diagram ini memuat sebuah kotak berbentuk persegi panjang dan dua buah garis yang terletak di sebelah kiri dan kanan kotak tersebut. Persegi panjang dilukiskan mendatar, sedangkan lebar nya ditentukan oleh lambang β€œΞ™β€ yang menunjukkan letak kuartil pertama (Q1) dan kuartil ketiga (Q3). Panjang persegi panjang itu sama dengan panjang kedua lambang β€œΞ™β€. Q2 ditandai oleh lambang (+). Garis-garis ke kiri dan ke kanan diper panjang hingga mencakup semua nilai data normal (bukan pencilan). Letak pencilan berada di luar kedua garis dan ditulis dengan lambang asterik (*). Contoh Mencermati pembuat petak DKG Lukiskan diagram kotak garis (DKG) dari data di bawah ini. 12 13 15 15 16 17 19 20 21 22 26 27 30 30 36 38 39 43 45 46
  • 39. 2.2.4 Diagram Batang Daun (DBD) Diagram kotak garis (DKG) berguna untuk menentukan ukuran pemusatan dan penyebaran data. Cara lain untuk menentukan ukuran penyebaran data dapat pula menggunakan diagram batang daun (DBD). Dalam pembentukan DBD, data mentah harus disusun dalam bentuk statistik peringkat. Diagram ini memuat batang (dalam angka puluhan) dan daun (dalam angka satuan). Langkah-langkah yang ditempuh untuk membuat diagram batang daun adalah sebagai berikut. 1. Tuliskan bagian batang dalam bentuk peringkat. 2. Tuliskan bagian daun berdampingan pada setiap batangnya. 3. Pastikan semua bagian daun sudah dalam bentuk peringkat. Contoh Memahami penentuan unsur-unsur pada diagram batang daun (DBD) Buatlah diagram batang daun dari data berikut. 7, 7, 9, 10, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 25, 39 dengan interval 0 – 9, 10 – 19, dan seterusnya.
  • 40. Pembahasan: Dengan diagram batang daun (DBD) tersebut, kita dapat dengan mudah menentukan statistik lima serangkai. Dalam diagram batang daun, kolom banyaknya pengamatan dikenal sebagai kedalaman datum. Tiap bilangan pada kolom kedalaman menyatakan seberapa jauh letak pengamatan- pengamatan di bawah median dan statistik minimumnya atau di atas median dan statistic maksimumnya. Kedalaman-kedalaman ini dapat dicatat di kolom kiri pada setiap ruas sampai ditemui ruas yang memuat median. Pada ruas ini, kedalaman tidak dihitung melainkan frekuensinya dicatat di antara tanda ( ) (dari diagram di atas adalah (11)).
  • 41. Dari diagram batang daun tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: β€’ Ruas 0 (batang 0) mempunyai kedalaman 3 dan memuat pengamatan atau datum 7, 7, dan 9. β€’ Kedalaman median ada di antara datum 9 dan 10 sehingga median ada di ruas 1 atau batang 1, yaitu: 𝑀𝑒 = 14 + 15 2 = 14,5 β€’ Statistik minimum = 7 berada di ruas 0 dengan kedalaman 3. β€’ Statistik maksimum = 39 berada di ruas 3 dengan kedalaman 1. β€’ Kuartil bawah = 10 berada pada datum 5. β€’ Kuartil atas = 19 berada pada datum 14.
  • 42. Anda dapat menguji pemahaman tentang Diagram Kotak Garis (DKG) dan Diagram Batang Daun (DBD) dengan mengerjakan soal LKS 8 pada halaman 109–111.
  • 43. 2.2.5 Median dan Kuartil-Kuartil pada Tabel Distribusi Frekuensi Distribusi Frekuensi Pada awal pembahasan, kita telah membahas tentang median dan kuartil-kuartil pada data tunggal. Dalam pasal ini, kita akan menentukan median dan kuartil-kuartil dari data berkelompok (pada tabel distribusi frekuensi). Penentuan median, kuartil bawah, dan kuartil atas pada distribusi frekuensi dapat dilakukan melalui formula berikut. dengan: 𝐿𝑖 = tepi bawah kelas kuartil ke-i (i = 1, 2, 3) c = panjang kelas Ξ£π‘“βˆ’π‘– = jumlah frekuensi sebelum kelas kuartil ke-i 𝑓𝑖 = frekuensi kelas kuartil ke-i n = jumlah semua frekuensi. 𝑄𝑖 = 𝐿𝑖 + 𝑖𝑛 βˆ’ Ξ£π‘“βˆ’π‘– 𝑓𝑖 βˆ™ 𝑐; 𝑖 = 1, 2, 3
  • 44. Contoh Memahami penentuan nilai median dan kuartil dari data pada tabel distribusi frekuensi Diberikan data dalam tabel frekuensi di samping. Hitunglah: a. kuartil bawah, b. kuartil tengah, c. kuartil atas. Pembahasan:
  • 45.
  • 46. Anda dapat menguji pemahaman tentang Median dan Kuartil-Kuartil pada Tabel Distribusi Frekuensi Distribusi Frekuensi dengan mengerjakan soal LKS 9 pada halaman 112–114.
  • 47. Dalam menentukan nilai median (𝑄2), kuartil bawah (𝑄1), dan kuartil atas (𝑄3) ditentukan oleh formula: Data sering juga disajikan dalam tabel pembuat histogram. Penentuan median (𝑄2), kuartil bawah (𝑄1), dan kuartil atas (𝑄3) untuk data tersebut akan dibahas dalam beberapa contoh berikut. 𝑄𝑖 = 𝐿𝑖 + 𝑖𝑛 4 βˆ’ Ξ£π‘“βˆ’π‘– 𝑓𝑖 βˆ™ 𝑐; 𝑖 = 1, 2, 3 Contoh Memahami perhitungan 𝑄1, 𝑄2, dan 𝑄3 pada diagram histogram dan tabel pembentuk histogram Hitunglah nilai 𝑄1, 𝑄2, dan 𝑄3 dari tabel pembentuk histogram dan frekuensi berikut.
  • 49.
  • 50. Contoh Memahirkan perhitungan nilai 𝑄1 dari tabel pembentuk histogram Hitunglah nilai kuartil bawah atau kuartil pertama (𝑄1) dari data pada tabel pembentuk histogram di samping. Pembahasan:
  • 51. Anda dapat menguji pemahaman tentang Menentukan 𝑄1, 𝑄2, dan 𝑄3 pada Histogram dengan mengerjakan soal LKS 10 pada halaman 116–118.
  • 52. 2.2.6 Desil Desil adalah kumpulan datum dalam bentuk statistic peringkat yang dibagi menjadi sepuluh bagian yang sama. A. Untuk data tunggal (data yang belum dikelompokkan) Penentuan letak desil dapat dilakukan apabila kumpulan datum telah berbentuk statistik peringkat dan letaknya ditentukan oleh formula berikut. Penentuan nilai desil bergantung 𝑖(𝑛+1) 10 , yaitu: Letak desil ke-i = 𝑖(𝑛+1) 10 dengan 𝑖 = 1, 2, 3, . . . , 9 dan 𝑛 = banyak data (𝑛 > 10).
  • 53. Contoh Memahami perhitungan desil ke-i Diberikan data: π‘₯1, π‘₯2, π‘₯3, π‘₯4, π‘₯5, π‘₯6, π‘₯7, π‘₯8, π‘₯9, π‘₯10, π‘₯11. Tentukan: a. desil pertama (𝐷1), c. desil kedelapan (𝐷8), b. desil kelima (𝐷5), d. desil kesembilan (𝐷9). Pembahasan:
  • 54. B. Untuk data berkelompok (data dalam bentuk distribusi) Penentuan nilai desil ke-i dari data berkelompok dapat dilakukan dengan menggunakan formula berikut ini. dengan: 𝐷𝑖 = desil ke-i c = panjang kelas 𝐿𝑖 = tepi bawah kelas desil ke-i n = banyak data 𝑓𝑖 = frekuensi kelas desil ke-i i = letak desil ke-i π‘“βˆ’π‘– = jumlah frekuensi sebelum kelas desil ke-i 𝐷𝑖 = 𝐿𝑖 + 𝑖𝑛 10 βˆ’ π‘“βˆ’π‘– 𝑓𝑖 βˆ™ 𝑐; 𝑖 = 1, 2, 3, 4, 5, … , 9
  • 55. Contoh Memahirkan perhitungan desil ke-i Sekelompok data yang diberikan dalam tabel frekuensi di samping. Hitunglah desil keenam. Pembahasan:
  • 56. Anda dapat menguji pemahaman tentang Desil dengan mengerjakan soal LKS 11 pada halaman 121–122.
  • 57. 2.3 Ukuran Penyebaran Data Untuk memperoleh gambaran terpencarnya data secara kuantitatif di sekitar rata-rata hitung, diperlukan suatu ukuran penyebaran atau ukuran dispersi. Ukuran penyebaran meliputi jangkauan (rentang), jangkauan semi antarkuartil (simpangan kuartil), rataan simpangan (mean deviasi), simpangan baku (deviasi standar), dan variansi atau variansi (ragam). Dalam bab ini kita akan membahas rataan simpangan, simpangan baku, dan variansi (ragam). 2.3.1 Rataan Simpangan Untuk menentukan rataan simpangan atau mean deviasi (MD) dapat dilakukan dalam dua kondisi berikut ini.
  • 58. Contoh Memahami perhitungan rataan simpangan pada data tunggal Hitunglah rataan simpangan dari sekumpulan bilangan: 2, 3, 6, 8, 11. Pembahasan:
  • 59. Contoh Memantapkan perhitungan rataan simpangan untuk data tunggal berbobot Hitunglah nilai rataan simpangan dari data pada tabel di samping. Pembahasan:
  • 60. 2.3.2 Simpangan Baku (Standar Deviasi) Penentuan simpangan baku (S) dapat dilakukan dalam dua kondisi berikut.
  • 61. Contoh Memahami perhitungan simpangan baku pada data tunggal Hitunglah simpangan baku dari sekumpulan bilangan: 2, 3, 6, 8, 11. Pembahasan:
  • 62. Contoh Memantapkan perhitungan simpangan baku pada data tunggal berbobot Hitunglah simpangan baku dari data pada tabel di samping. Pembahasan:
  • 63. Anda dapat menguji pemahaman tentang Ukuran Penyebaran Data dengan mengerjakan soal LKS 12 pada halaman 130–133.