LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...Moh Masnur
Hama adalah binatang yang merugikan tanaman yang dibudidayakan manusia. Hama dapat berupa serangga, nematoda, siput, dan tikus. Herbivora yang memakan tanaman dianggap sebagai hama karena merugikan kepentingan manusia. Populasi hama meningkat akibat ketersediaan makanan yang sesuai dari tanaman yang ditanam manusia.
Buku ini memberikan informasi tentang musuh alami, hama, dan penyakit tanaman kopi. Terdapat tiga jenis musuh alami yakni pemangsa, parasitoid, dan patogen yang dapat membantu mengendalikan hama tanaman kopi. Buku ini juga menjelaskan tentang daur hidup serangga, jenis-jenis hama dan penyakit penting pada tanaman kopi, serta cara melestarikan musuh alami.
Dokumen tersebut membahas tentang pengenalan berbagai jenis pestisida dan alat aplikasi pestisida yang digunakan dalam pengendalian hama tanaman. Dibahas pula mengenai mekanisme kerja masing-masing alat seperti knapsack sprayer, autometic sprayer, mist duster sprayer, swing fog, soil injection, micron ulva, dan emposan.
Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung presentase daya berkecambahnya
Dokumen tersebut memberikan panduan cara melakukan kalibrasi alat semprot (sprayer) dengan langkah-langkah sebagai berikut: mengisi tangki alat dengan air, melakukan penyemprotan untuk mengukur volume semprot nozzle, mengukur lebar semprot, dan menghitung volume air yang dibutuhkan untuk lahan tertentu berdasarkan hasil ukuran. Kalibrasi alat semprot penting untuk menentukan dosis pestisida yang tepat.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(i) Tanaman memiliki berbagai mekanisme pertahanan aktif dan pasif untuk melawan serangan patogen, termasuk membran, dinding sel, ledakan oksidatif, dan sintesis fitoaleksin. (ii) Tanaman dapat mengenali patogen melalui elisitor genetik dan non-genetik yang memicu respon pertahanan. (iii) Evolusi kekhususan tanaman inang dan patogen terjadi melalui interaksi antara gen av
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...Moh Masnur
Hama adalah binatang yang merugikan tanaman yang dibudidayakan manusia. Hama dapat berupa serangga, nematoda, siput, dan tikus. Herbivora yang memakan tanaman dianggap sebagai hama karena merugikan kepentingan manusia. Populasi hama meningkat akibat ketersediaan makanan yang sesuai dari tanaman yang ditanam manusia.
Buku ini memberikan informasi tentang musuh alami, hama, dan penyakit tanaman kopi. Terdapat tiga jenis musuh alami yakni pemangsa, parasitoid, dan patogen yang dapat membantu mengendalikan hama tanaman kopi. Buku ini juga menjelaskan tentang daur hidup serangga, jenis-jenis hama dan penyakit penting pada tanaman kopi, serta cara melestarikan musuh alami.
Dokumen tersebut membahas tentang pengenalan berbagai jenis pestisida dan alat aplikasi pestisida yang digunakan dalam pengendalian hama tanaman. Dibahas pula mengenai mekanisme kerja masing-masing alat seperti knapsack sprayer, autometic sprayer, mist duster sprayer, swing fog, soil injection, micron ulva, dan emposan.
Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung presentase daya berkecambahnya
Dokumen tersebut memberikan panduan cara melakukan kalibrasi alat semprot (sprayer) dengan langkah-langkah sebagai berikut: mengisi tangki alat dengan air, melakukan penyemprotan untuk mengukur volume semprot nozzle, mengukur lebar semprot, dan menghitung volume air yang dibutuhkan untuk lahan tertentu berdasarkan hasil ukuran. Kalibrasi alat semprot penting untuk menentukan dosis pestisida yang tepat.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(i) Tanaman memiliki berbagai mekanisme pertahanan aktif dan pasif untuk melawan serangan patogen, termasuk membran, dinding sel, ledakan oksidatif, dan sintesis fitoaleksin. (ii) Tanaman dapat mengenali patogen melalui elisitor genetik dan non-genetik yang memicu respon pertahanan. (iii) Evolusi kekhususan tanaman inang dan patogen terjadi melalui interaksi antara gen av
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMANJosua Sitorus
1. Serangga dapat menjadi vektor penyakit tanaman melalui penularan patogen seperti jamur.
2. Jenis serangga vektor penyakit antara lain nyamuk dan lalat. Serangga ini dapat menularkan penyakit seperti malaria, demam berdarah, dan penyakit lainnya.
3. Jamur dapat hidup sebagai parasit atau saprofit pada tanaman atau hewan lain, dan berperan sebagai patogen penyakit.
INTERAKSI PATOGEN DENGAN TANAMAN - JAMURJosua Sitorus
Dokumen tersebut membahas tentang jamur patogen dan interaksinya dengan tanaman. Jamur merupakan patogen penyebab penyakit tanaman yang paling banyak dibanding patogen lain. Jamur hidup sebagai saprofit, parasit, atau melalui simbiosis dengan tanaman. Beberapa contoh jamur patogen yang merugikan tanaman dan manusia dijelaskan.
Laporan ini menjelaskan 7 jenis penyakit tanaman yang diamati pada berbagai tanaman seperti kakao, cabai, pisang, tomat dan singkong. Jenis penyakitnya meliputi busuk buah, mosaik, antraknosa, bercak daun, nematoda bengkak akar, dan bercak coklat. Gejala dan penyebab masing-masing penyakit dijelaskan beserta gambar atau foto ilustrasi.
Praktikum ini bertujuan menguji keefektifan insektisida racun perut Curacron dan Bactospene WP terhadap ulat Spodoptera litura. Uji dilakukan dengan mencelupkan daun kedelai ke dalam larutan insektisida dengan berbagai konsentrasi. Hasilnya menunjukkan bahwa LC50 Curacron untuk 24 jam adalah 0,33% dan Bactospene untuk 48 jam adalah 1,3%. Semakin tinggi konsentrasi dan lama waktu
(1) Laporan ini membahas tentang pembuatan dua jenis fungisida kimia sintetik yaitu Bubur Bordeaux dan Bubur California di laboratorium. (2) Bubur Bordeaux berwarna hijau toska dengan pH 8, sedangkan Bubur California berwarna kuning keruh dengan pH 9. (3) Kedua fungisida mengandung logam berat seperti tembaga dan belerang yang berbahaya bagi kesehatan jika terpapar jangka panjang.
Dokumen tersebut membahas tentang kalibrasi alat penyemprot pestisida untuk menentukan volume cairan yang disemprotkan pada setiap satuan lahan, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti lebar gawang, kecepatan, dan debit cairan.
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...UNESA
1. Ada 141 botol media steril yang dihasilkan dari praktikum pembutan media sederhana, namun 2 diantaranya mengalami kontaminasi bakteri yaitu warna media berubah menjadi kuning kecoklatan.
2. Pada eksplan daun Lemon (Citrus Limon (L.)) hanya ada 1 eksplan dalam kondisi baik, namun tidak tumbuh kalus. Terjadi kontaminasi oleh bakteri pada 3 eksplan, hal ini ditunjukkan dengan warna media dibawah eksplan daun yang berubah warna menjadi bening membentuk “pulau-pulau”.
3. Faktor-faktor penyebab kontaminasi dalam kultur jaringan pada praktikum ini adalah:
- Organisme kecil yang masuk ke dalam media berupa bakteri
- Botol kultur atau alat-alat tanam yang kurang steril
- Lingkungan kerja dan ruang kultur yang kotor
- Kecerobohan dalam pelaksanaan
Laporan praktikum ilmu gulma mendiskusikan percobaan dormansi biji gulma pada berbagai jenis tanah. Percobaan menunjukkan bahwa jenis gulma yang mengalami pematahan dormansi berbeda di setiap tanah. Tanah pekarangan memiliki jumlah gulma terbanyak sedangkan tanah sawah tidak menunjukkan pematahan dormansi. Secara umum, tidak ada pengaruh nyata jenis tanah terhadap pematahan dormansi biji gulma.
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...UNESA
Dokumen tersebut merangkum hasil praktikum pembuatan media MS, isolasi, dan inokulasi embrio kacang tanah. Dokumen menjelaskan bahwa praktikum pembuatan media MS menghasilkan 80 botol media, sedangkan praktikum inokulasi embrio kacang tanah menghasilkan embrio yang tumbuh dan berkembang. Dokumen juga menjelaskan faktor-faktor penyebab kontaminasi dalam kultur jaringan seperti sanitasi peralatan dan sterilisasi eks
Buku ini memberikan informasi tentang musuh alami, hama, dan penyakit yang ditemukan di kebun teh di Indonesia. Buku ini menjelaskan tentang daur hidup serangga, jenis-jenis musuh alami seperti pemangsa, parasitoid, dan patogen yang bermanfaat untuk mengendalikan hama, serta beberapa hama dan penyakit penting tanaman teh.
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMANJosua Sitorus
1. Serangga dapat menjadi vektor penyakit tanaman melalui penularan patogen seperti jamur.
2. Jenis serangga vektor penyakit antara lain nyamuk dan lalat. Serangga ini dapat menularkan penyakit seperti malaria, demam berdarah, dan penyakit lainnya.
3. Jamur dapat hidup sebagai parasit atau saprofit pada tanaman atau hewan lain, dan berperan sebagai patogen penyakit.
INTERAKSI PATOGEN DENGAN TANAMAN - JAMURJosua Sitorus
Dokumen tersebut membahas tentang jamur patogen dan interaksinya dengan tanaman. Jamur merupakan patogen penyebab penyakit tanaman yang paling banyak dibanding patogen lain. Jamur hidup sebagai saprofit, parasit, atau melalui simbiosis dengan tanaman. Beberapa contoh jamur patogen yang merugikan tanaman dan manusia dijelaskan.
Laporan ini menjelaskan 7 jenis penyakit tanaman yang diamati pada berbagai tanaman seperti kakao, cabai, pisang, tomat dan singkong. Jenis penyakitnya meliputi busuk buah, mosaik, antraknosa, bercak daun, nematoda bengkak akar, dan bercak coklat. Gejala dan penyebab masing-masing penyakit dijelaskan beserta gambar atau foto ilustrasi.
Praktikum ini bertujuan menguji keefektifan insektisida racun perut Curacron dan Bactospene WP terhadap ulat Spodoptera litura. Uji dilakukan dengan mencelupkan daun kedelai ke dalam larutan insektisida dengan berbagai konsentrasi. Hasilnya menunjukkan bahwa LC50 Curacron untuk 24 jam adalah 0,33% dan Bactospene untuk 48 jam adalah 1,3%. Semakin tinggi konsentrasi dan lama waktu
(1) Laporan ini membahas tentang pembuatan dua jenis fungisida kimia sintetik yaitu Bubur Bordeaux dan Bubur California di laboratorium. (2) Bubur Bordeaux berwarna hijau toska dengan pH 8, sedangkan Bubur California berwarna kuning keruh dengan pH 9. (3) Kedua fungisida mengandung logam berat seperti tembaga dan belerang yang berbahaya bagi kesehatan jika terpapar jangka panjang.
Dokumen tersebut membahas tentang kalibrasi alat penyemprot pestisida untuk menentukan volume cairan yang disemprotkan pada setiap satuan lahan, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti lebar gawang, kecepatan, dan debit cairan.
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...UNESA
1. Ada 141 botol media steril yang dihasilkan dari praktikum pembutan media sederhana, namun 2 diantaranya mengalami kontaminasi bakteri yaitu warna media berubah menjadi kuning kecoklatan.
2. Pada eksplan daun Lemon (Citrus Limon (L.)) hanya ada 1 eksplan dalam kondisi baik, namun tidak tumbuh kalus. Terjadi kontaminasi oleh bakteri pada 3 eksplan, hal ini ditunjukkan dengan warna media dibawah eksplan daun yang berubah warna menjadi bening membentuk “pulau-pulau”.
3. Faktor-faktor penyebab kontaminasi dalam kultur jaringan pada praktikum ini adalah:
- Organisme kecil yang masuk ke dalam media berupa bakteri
- Botol kultur atau alat-alat tanam yang kurang steril
- Lingkungan kerja dan ruang kultur yang kotor
- Kecerobohan dalam pelaksanaan
Laporan praktikum ilmu gulma mendiskusikan percobaan dormansi biji gulma pada berbagai jenis tanah. Percobaan menunjukkan bahwa jenis gulma yang mengalami pematahan dormansi berbeda di setiap tanah. Tanah pekarangan memiliki jumlah gulma terbanyak sedangkan tanah sawah tidak menunjukkan pematahan dormansi. Secara umum, tidak ada pengaruh nyata jenis tanah terhadap pematahan dormansi biji gulma.
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...UNESA
Dokumen tersebut merangkum hasil praktikum pembuatan media MS, isolasi, dan inokulasi embrio kacang tanah. Dokumen menjelaskan bahwa praktikum pembuatan media MS menghasilkan 80 botol media, sedangkan praktikum inokulasi embrio kacang tanah menghasilkan embrio yang tumbuh dan berkembang. Dokumen juga menjelaskan faktor-faktor penyebab kontaminasi dalam kultur jaringan seperti sanitasi peralatan dan sterilisasi eks
Buku ini memberikan informasi tentang musuh alami, hama, dan penyakit yang ditemukan di kebun teh di Indonesia. Buku ini menjelaskan tentang daur hidup serangga, jenis-jenis musuh alami seperti pemangsa, parasitoid, dan patogen yang bermanfaat untuk mengendalikan hama, serta beberapa hama dan penyakit penting tanaman teh.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai berbagai jenis dan komponen alat penyemprot yang digunakan dalam pertanian, termasuk penyemprot gendong, penyemprot bertenaga motor, dan alat penyemprot lainnya. Alat-alat tersebut berfungsi untuk menyemprotkan larutan pestisida secara merata pada tanaman.
Pengenceran berseri dan perhitungan mikroba secara tidak langsung dengan meto...Farida Lukmi
Praktikum ini melibatkan penghitungan mikroba secara tidak langsung dengan metode hitungan cawan dan secara langsung menggunakan alat haemocytometer. Pengenceran berseri dilakukan untuk memperoleh konsentrasi bakteri yang tepat dihitung. Hasil penghitungan menunjukkan jumlah koloni dan spora bakteri yang berbeda pada setiap kelompok dan season.
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui prosedur treatment air media budidaya dengan menggunakan kaporit sebagai desinfektan. Mahasiswa melakukan pengukuran volume air dan penimbangan kaporit sesuai dosis 50 ppm, kemudian melarutkannya dan menyiramkannya ke kolam. Hasilnya menunjukkan kaporit efektif membunuh bakteri pada dosis tersebut sesuai fungsinya sebagai desinfektan. Disarankan melakukan
Uji aktivitas ekstrak daun binahong terhadap s.mutansErina Fatmala
1. Penelitian ini menguji aktivitas anti bakteri ekstrak daun binahong terhadap Streptococcus mutans penyebab karies gigi.
2. Hasilnya menunjukkan ekstrak binahong pada konsentrasi 25% dan 50% dapat menghambat dan membunuh bakteri penyebab karies.
3. Ekstrak daun binahong berpotensi sebagai bahan alami untuk mencegah karies gigi.
Dokumen tersebut membahas tentang penetapan potensi antibiotik secara mikrobiologi. Metode yang digunakan adalah metode lempeng silinder dan turbidimetri untuk menentukan kadar hambatan minimum (KHM) antibiotik terhadap mikroba patogen. Dokumen ini juga menjelaskan prosedur pengujian potensi antibiotik secara mikrobiologi mulai dari persiapan bahan sampai perhitungan hasil.
Makalah ini menguji efektivitas filter cartridge sederhana dalam meningkatkan kualitas air budidaya. Hasil pengujian menunjukkan bahwa filter cartridge mampu mengurangi TSS, TOM, dan turbiditas air, dengan pengurangan yang lebih besar pada kecepatan aliran yang lebih tinggi. Filter juga mampu mengurangi populasi bakteri hingga lebih dari 85% pada kecepatan tertinggi.
Dokumen tersebut merupakan laporan praktikum yang menjelaskan pengenalan alat-alat laboratorium mikrobiologi. Terdapat berbagai alat laboratorium seperti mikroskop, erlenmeyer, tabung reaksi, pipet, inkubator, autoklaf dan lainnya beserta fungsi masing-masing alat. Pengenalan alat-alat laboratorium diperlukan untuk menghindari kecelakaan dan memudahkan pelaksanaan praktikum.
Penelitian ini membuat formulasi tiga sediaan obat kumur dengan konsentrasi ekstrak herba tespong yang berbeda (2%, 4%, 6%) untuk mencegah bau mulut. Sediaan diuji organoleptis, viskositas, pH, dan stabilitasnya. Hasil uji antibakteri menunj
Dokumen tersebut merangkum peristiwa penting terkait perkembangan internet, mulai dari konsep awalnya pada tahun 1960an yang diajukan oleh J.C.R Licklider hingga pertumbuhan pesat internet pada tahun 2000an beserta teknologi dan layanannya seperti website dan bisnis digital.
Golden Rice adalah varietas padi rekayasa genetika yang dikembangkan untuk mengatasi masalah kekurangan vitamin A. Padi ini dibuat dengan memasukkan gen-gen tertentu sehingga mampu mensintesis beta karoten, sumber provitamin A. Golden Rice diharapkan dapat menyediakan kebutuhan harian vitamin A dari konsumsi 100-200 gram beras. Namun demikian, ada juga kekhawatiran terkait dampak lingkungan dan keamanan pangan dari pen
Rangkuman dokumen tersebut adalah:
1. Survei tingkat penggunaan pestisida dilakukan pada petani sayuran di Desa Neglasari.
2. Hasilnya menunjukkan petani kacang panjang sangat tergantung pestisida kimia untuk mengendalikan hama, sedangkan petani komoditas lain lebih banyak menggunakan bahan organik.
3. Pengetahuan petani tentang penggunaan pestisida masih kurang memadai.
- Pada tahun 1990-an, ilmuwan Jepang berhasil mengisolasi gen crt1 yang menghasilkan enzim fitoena desaturase dari bakteri Erwinia uredovora, yang dapat mengubah fitoena menjadi likopena. Mereka kemudian menyisipkan gen crt1 dan gen psy yang menghasilkan enzim fitoena sintase dari tanaman Narcissus ke dalam genom padi untuk menghasilkan beta-karoten di dalam endosperma padi, sehingga men
Praktikum ini menguji efektivitas insektisida racun kontak Dursban terhadap lipas dan Tribolium castaneum. Hasilnya menunjukkan bahwa LC50 Dursban untuk lipas adalah 0,1-0,05% dalam 24-48 jam dan 0,05-0,1% untuk Tribolium castaneum dalam 24-72 jam. LC95 untuk lipas 0,5-0,4% dalam 24 jam dan Tribolium castaneum 0,4-0,1% dalam 24-72 jam.
Universitas Negeri Jakarta banyak melahirkan tokoh pendidikan yang memiliki pengaruh didunia pendidikan. Beberapa diantaranya ada didalam file presentasi
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdffadlurrahman260903
Ppt landasan pendidikan tentang pendidikan seumur hidup.
Prodi pendidikan agama Islam
Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan
Universitas Islam negeri syekh Ali Hasan Ahmad addary Padangsidimpuan
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah system konsepkonsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajarmengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Pendidikan sepanjang
hayat memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan masyarakat yang
baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar. Pendidikan sepanjang hayat
merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia
transformasi dan informasi, yaitu masyarakat modern. Manusia harus lebih bisa menyesuaikan
dirinya secara terus menerus dengan situasi yang baru.
Paper ini bertujuan untuk menganalisis pencemaran udara akibat pabrik aspal. Analisis ini akan fokus pada emisi udara yang dihasilkan oleh pabrik aspal, dampak kesehatan dan lingkungan dari emisi tersebut, dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara
1. PRAKTIKUM PESTISIDA DALAM PROTEKSI TANAMAN
KALIBRASI ALAT SEMPROT DAN PENENTUAN
POLA SEBARAN CAIRAN SEMPROT
(PTN 306)
KELOMPOK 5
(Kelas Paralel 2)
1. Ricko Baharudin A24130046
2. Ulfah Fahriani A34120004
3. M. Yusuf Al Anshori A34120028
4. Ilmi Hamidi A34120059
5. Nurul Farida Efriani A34120091
Dosen :
Ir. Djoko Prijono MAgr. Sc
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2. 2015
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pestisida adalah senyawa racun yang dapat membunuh organisme
pengganggu tanaman secara tepat dan efisien. Terdapat bermacam-acam alat
untuk mengaplikasikan pestisida. Alat aplikasi pestisida bertujuan untuk
menghasilkan butiran-butiran cairan atau percikan-percikan (droplet) yang berasal
dari cairan yang ditempatkan di dalam salah satu bagian dari alat tersebut. Cairan
yang disemprotkan dapat berupa larutan, emulsi, atau suspensi (Djojosumarto
2008).
Alat aplikasi pestisida yang efisien dapat menjamin penyebaran bahan yang
rata pada sasaran tanpa pemborosan. Selain itu pekerjaan dapat dilakukan dengan
cepat dan dengan jumlah tenaga kerja minimal. Fungsi utama semua jenis alat
pengendalian adalah untuk membantu mengendalikan suatu organisme
pengganggu tanaman sasaran sehingga diperoleh hasil yang efektif dan efisien
(Guntoro 2011)
Alat semprot yang memerlukan tenaga manusia tergolong dalam alat
semprot manual, sedangkan alat semprot mesin disebut alat semprot bermotor.
Semua alat yang digunakan untuk mengaplikasikan pestisida dengan cara
penyemprotan disebut alat semprot atau sprayer. Apapun bentuk dan mekanisme
kerjanya, sprayer berfungsi untuk mengubah atau memecah larutan semprot
yangdilakukan oleh nozzle, menjadi bagian-bagian atau butiran-butiran yang
sangat halus (droplet) (Djojosumarto 2008).
Untuk menggunakan pestisida maupun herbisida pada suatu
lahan,diperlukan ketepatan teknik. Hal ini untuk menghindari terbuangnya
herbisidayang berlebihan atau tanaman menerima herbisida dalam jumlah
berlebih. Oleh karena itu, sprayer perlu untuk dikalibrasi terlebih dahulu.
Kalibrasi ini ditentukan oleh luas lahan, jenis tanaman, dan jenis herbisida apa
yang akan diaplikasikan. Kalibrasi adalah menghitung atau mengukur kebutuhan
air suatu alatsemprot untuk luasan areal tertentu. Kalibrasi harus dilakukan pada
setiap kegiatan melakukan penyemprotan. Hal ini dilakukan untuk menghindari
pemborosan herbisida, memperkecil terjadinya keracunan pada tanaman akibat
penumpukan herbisida dan memperkecil pencemaran lingkungan (Noor 1997).
Tujuan
Praktikum ini bertujuan mengenal peralatan aplikasi pestisida dan
mengetahui teknik kalibrasi sebelum melakukan aplikasi pestisida di lapang.
3. BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Departemen Proteksi
Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Waktu praktikum
dilaksanakan pada hari Senin tanggal 20 April 2015 pukul 15.00 WIB sampai
selesai.
Bahan dan Alat
Bahan yang diperlukan pada praktikum ini adalah air. Sedangkan alat yang
digunakan adalah Alat semprot automatis, alat semprot punggung semi-automatis,
ember plastik, penggaris atau meteran, gelas ukur, papan plastik (asbes),
stopwath, , nozzle, gelas kecil (57 buah), dan alat tulis .
Cara Kerja
Praktikum kalibrasi alat semprot ini dilakukan dengan beberapa metode
yaitu penentuan kecepatan jalan, perhitungan kecepatan curah semprot nozzle,
penentuan lebar gawang penyemprotan, dan penentuan volume semprot.
Penentuan kecepatan jalan (K) dilakukan dengan cara berjalan pada jarak 40
meter seolah-olah sedang melakukan penyemprotan dengan menggunakan alat
semprot kemudian waktu diukur dengan menggunakan stopwatch dimulai dari
titik awal berjalan sampai titik akhir sejauh 40 meter. Perhitungan lebar gawang
penyemprotan (G) dilakukan dengan cara menyemprotkan air pada ketinggian
nozzle tertentu pada permukaan tanah yang kering kemudian diukur lebar
penyemprotan yang dihasilkan nozzle dari tepi ke tepi. Perhitungan kecepatan
curah semprot nozzle (F) dilakukan dengan dua alat yang berbeda.Pada alat
pertama digunakan alat semprot semi-automatis, penentuan kecepatan curah
semprot dilakukan dengan memasukan air ke dalam alat semprot dan melakukan
pemompaan secara berulang-ulang pada papan plastik miring (asbes) selama 1
menit kemudian air ditampung dengan menggunakan gelas kecil dan hasil air
yang tertampung diukur dengan gelas ukur. Sedangkan pada alat kedua digunakan
alat semprot automatis, penentuan kecepatan curah semprot dilakukan dengan
cara memompa alat semprot satu kali pompa kemudian air yang keluar ditampung
dengan menggunakan ember dan diukur dengan gelas ukur.
Penentuan volume semprot (V) dapat diketahui dengan menggunakan
persamaan V= .
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 1 Kalibrasi alat semprot automatis (sekali semprot)
Ulangan F (l/menit) G (m) K (m/menit) V (l/ha)
1 0.245 0.47 43.95 118.61
2 0.255 0.46 43.01 128.88
3 0.23 0.49 33.33 140.83
Rata-rata 129.44
Tabel 2 Kalibrasi alat semprot semiautomatis (nozel merah)
Ulangan F (l/menit) G (m) K (m/menit) V (l/ha)
1 1.95 2.68 32 227.61
2 2.1 2.18 32.52 296.21
3 1.85 3.22 30.07 191.06
Rata-rata 238.29
Grafik 1 Volume semprot nozle (1)merah (2)biru (3)kuning
5. Pembahasan
Kalibrasi adalah menghitung atau mengukur kebutuhan air suatu alat
semprot untuk luasan areal tertentu. Kalibrasi harus dilakukan pada setiap kali
akan melakukan penyemprotan yang gunanya adalah untuk menghindari
pemborosan herbisida, memperkecil terjadinya keracunan pada tanaman akibat
penumpukan herbisida dan memperkecil pencemaran lingkungan (Sukma et al
1991). Kalibrasi merupakan hal yang harus dilakukan ketika seorang akan
melakukan pengendalian terhadap OPT menggunakan alat semprot. Karena pada
setiap alat semprot memililki perbedaan volume yang keluar. Selain itu faktor
manusia juga dapat menyebabkan perubahan tersebut. Alat semprot yang
menyebabkan perubahan adalah dari nozel, yang kemudian akan menyebabkan
volume curah yang keluar, dan nozel menyebabkan perbedaan lebar gawang.
Kalibrasi alat dilakukan dengan mengukur flow rate larutan semprot
(liter/menit) dengan cara menampung larutan yang keluar dari nozzle selama satu
menit, kemudian larutan tersebut diukur. Setelah itu dengan mengukur lebar
semprotan (m) dan mengukur kecepatan jalan penyemprot (m/menit). Pengukuran
tersebut dilakukan sebanyak tiga kali kemudian dirata-ratakan. Dari data kalibrasi
didapatkan ukuran volume yang dibutuhkan (Barus 2003).
Pada praktikum kali ini menggunakan alat semprot otomatis dan semi
otomatis. Rata-rata volume semprot yang dihasilkan dari alat semprot otomatis
adalah 129.44 l/ha, sedangkan rata-rata volume semprot yang dihasilkan dari alat
semprot semiotomatis adalah 238.29 l/ha. Menurut Barus (2003), alat semprot
dengan volume larutan per hektar berkisar 50 – 200 liter per hektar, termasuk ke
dalam kategori alat semprot Very Low Volume (VLV), sedangkan alat semprot
dengan volume 200-600 liter per hektar termasuk ke dalam kategori Low Volume
(LV). Sehingga, dari data rata-rata volume yang didapatkan, alat semprot otomatis
temasuk kategori VLV, sedangkan alat semprot semi otomatis termasuk kategori
LV. Ditinjau dari volume semprot yang dihasilkan, alat semprot otomatis lebih
efisien dalam kebutuhan larutan semprot jika dibandingkan dengan alat semprot
semi otomatis karena volume semprot yang dihasilkan lebih kecil daripada
volume semprot yang dihasilkan dari alat semprot semi otomatis, sehingga dapat
mengurangi jumlah kebutuhan pestisida.
Pada pratikum ini dilakukan kalibrasi dengan menggunakan alat semprot
punggung semi otomatis tuas bawah. Berdasarkan hasil percobaan penghitungan
volume semprot dari nozel yang berbeda yang dilakukan 3 kali ulangan, volume
air yang berhasil ditampung dari nozzle merah, biru dan kuning berturut-turut
adalah 1516 ml, 1732 ml dan 325 ml. Nozzle biru memiliki volume semprot yang
tinggi disusul oleh nozzle merah dan kuning.
Volume semprot tertinggi berdasarkan percobaan adalah nozzle biru dengan
rata-rata volume air yg dikeluarkan sebear 1732 ml. Pada dasarnya, nozzle biru
memiliki flowrate sebesar 1500 cc/menit dengan lebar semprot mencapai 1.5 m.
Nozzle biru di lahan cocok digunakan untuk pengaplikasian pada baris tanaman
karena butiran semprot yang keluar maksimal pada sisi kiri dan kanan.
Pada grafik terlihat bahwa pada volume air yang keluar dari nozzle merah
merata. Nozzle merah memiliki flowrate sebesar 2000 cc/menit dengan lebar
semprot mencapai lebih dari 2 m. Namun hasil percobaan menunjukkan bahwa
6. volume air yang keluar dari nozzle merah ternyata lebih kecil dari pada volume
airi yang dikeluarkan oleh nozzle biru yaitu sebesar 1516 ml. Dengan melihat
lebar semprot yang luas, nozzle merah sangat cocok digunakan untuk
menyemprot seluruah areal pertanaman.
Nozzle kuning pada hasil percobaan memiliki volume semprot yang paling
kecil. Rata-rata air yang dapat ditampung sebanyak 325 ml. Terlihat pada grafik
bahwa air yang keluar dari nozzle maksimum pada botol ke-34. Volume air yang
dikeluarkan paling tinggi berada di bagian tengah. Pada dasarnya nozzle kuning
memiliki flowrate sebesar 500 cc/menit dengan lebar semprot mencapai 0.5 m.
Hal tersebut menandakan bahwa nozzle kuning cocok untuk pengaplikasian
pestisida pada baris tanaman.
Pengaplikasian pestisida cair atau bahan-bahan lain umumnya diaplikasikan
menggunakan sprayer. Sprayer merupakan alat yg difungsikan sebagai penyebar
karena memiliki kemampuan jangkauan penyebaran dan kerataan bahan ke
tanaman yang merata. Jenis-jenis nozle juga beragam, tergantung volume keluaran
cairan dan luasan jangkauan. Dalam penggunaanya didasarkan pada tujuan,
misalkan untuk pengaplikasian herbisida yg sistemik, tidak diperlukan nozle yang
jangkauan dan penyebaran tinggi (Sudarmo 1997).
Kehilangan cairan pestisida yang terjadi merupakan salah satu kendala yang
terjadi karena adanya keausan nozzle yang digunakan sehingga perlu dilakukan
kalibrasi dan perawatan alat yang digunakan dalam aplikasi pestisida di lapangan.
Kalibrasi harus dilakukan pada setiap kali akan melakukan penyemprotan
dilapang yang bertujuan untuk menghindari pemborosan pestisida yang digunakan
dan memperkecil terjadinya keracunan pada tanaman akibat penumpukan
pestisida atau pengurangan residu kimia yang terjadi dilingkungan (Parlyna 2011).
8. DAFTAR PUSTAKA
Barus E. 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Djojosumarto P. 2004. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Yogyakarta (ID):
Kanisius
Djojosumarto P. 2008. Pestisida dan Aplikasinya. Jakarta (ID): Agromedia
Pustaka.
Guntoro D. 2011. Panduan Praktikum Mata Kuliah Pengendalian Gulma
(AGH321). Bogor (ID) : Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB.
Noor E S. 1997. Pengendalian Gulma di Lahan Pasang Surut. Yogyakarta (ID):
Penerbit Kanisius
Parlyna R. 2011. Konsumsi Pangan Organik: Meningkatkan Kesehatan
Konsumen. Econosains 9(2): 157-165.
Sudarmo S. 1991. Pestisida. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius
Sukma. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Jakarta (ID): Rajawali Press.
Wudianto R. 1994. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Jakarta (ID): Penebar
Swadaya