SlideShare a Scribd company logo
LAPORAN PRAKTIKUM
KLINIK TANAMAN
ACARA 2
OBSERVASI KLINIK / DIAGNOSIS LABORATORIUM
Semester genap
2014/2015
Oleh:
Kelompok 5 Rombongan 2
Nurma Hudda Fauzaniar A1L012174
Marsyeilla Regina Putranti A1L012175
Ade Windy Hernayanti A1L012176
M. Hafizh Tri Abiyoso A1L012177
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2015
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Klinik tanaman atau sering juga disebut laboratorium diagnosa penyakit
tanaman yang umumnya dilengkapi dengan para ahli dan petugas atau dapat juga
dari mahasiswa yang magang, yang melakukan penyuluhan atau pendidikan
dibidang penyakit tanaman.
Cabai merupakan merupakan tanaman hortikultura berupa sayuran buah
semusim. Cabai termasuk dalam anggota genus Capsicum yang banyak
dimanfaatkan sebagai penyedap rasa masakan (Sunaryono, 2003 dalam Serbatani,
2013). Di Indonesia banyak jenis cabai merah (Capsicum annuum L.) yang
dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia karena.hasil yang diperoleh memiliki
rasa yang pedas dan aromanya yang khas, sehingga bagi orang-orang tertentu
dapat membangkitkan selera makan. Namun, dalam budidaya tanaman cabai
sering terganggu oleh adanya OPT (organisme pengganggu tanaman) sehingga
dapat menurunkan produksi dan kualitas hasil. Salah satunya adalah adanya
penyakit tanaman cabai.
Interaksi antara tanaman inang dan patogen dapat menimbulkan gejala
penyakit. Penamaan gejala penyakit ini dapat didasarkan kepada tanda penyakit,
perubahan bentuk, tanaman, pertumbuhan tanaman dan sebagainya. Akan terjadi
perubahan pada tanaman dalam bentuk, ukuran, warna, tekstur dan lain-lain
sebagai akibat dari terganggunya pertumbuhan tanaman oleh penyakit. Tanaman
dikatakan sakit merupakan tanaman yang mengalami perubahan sebagian atau
seluruh organ tanaman yang menyebabkan terganggunya aktifitas
fisiologis. Penyebab penyakit yang tergolong kedalam patogen merupakan
organisme hidup yang biasanya bersifat mikro dan mampu untuk menimbulkan
penyakit pada tanaman. Organisme yang tergolong patogen adalah jamur, bakteri,
virus, mikoplasma dan riketsia
B. Tujuan
1. Mendukung /mengembangkan lebih lanjut dari diagnosis lapangan,
2. Mendeteksi patogen atau hama yang menyertai specimen,
3. Taknik-teknik khusus untuk meningkatkan keberadaan patogen pada
specimen tanaman,
4. Mempelajari cara pewarnaan nematode dalam jaringan tanaman,
5. Membuat rekomendasi pencegahan atau pengendalian.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Klinik tanaman adalah suatu wadah dimana terjadinya suatu pelayanan
masyarakat yang berhubungan dengan gangguan pada tanaman yang diusahakan.
Perbedaan antara Endemik dan Pandemik, yaitu jika endemik hama atau patogen
penyebab penyakit itu terus ada (berkelanjutan). Sedangkan, pandemik itu sendiri
merupakan peledakan penyakit.
Diagnosis secara umum adalah kepastian suatu penyakit berdasarkan gejala
yang tampak, atau suatu proses untuk mengidentifikasi suatu penyakit tanaman
melalui gejala dan tanda penyakit yang khas termasuk faktor-faktor lain yang
berhubungan dengan proses penyakit. Diagnosis penyakit yang benar diperlukan
untuk merekomendasikan cara pengendalian yang tepat dan juga diperlukan dalam
suatu survei penyakit tanaman.
Kinik tanaman memiliki fungsi yaitu sebagai pencetus pemecah masalah
yang ada pada masyarakat, dengan adanya klinik tanaman masyarakat tertolong,
klinik tanaman juga sebagai penyebar teknologi PHT / macam-macam
pengendalian,penyakit yang menyerang tanaman pertanian digunakan sebagai
bahan penelitian. Klinik tanaman juga disebut sebagai laboratorium yang
bertujuan untuk mendiagnosis penyakit tanaman yang dikeluhkan oleh
masyarakat.
Adapun klasifikasi tanaman cabai yaitu:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae (suku terung-terungan)
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annum L.
Jamur adalah suatu kelompok jasad hidup yang menyerupai tumbuhan
tingkat tinggi, karena mempunyai dinding sel, tidak bergerak, berkembang biak
dengan spora, tetapi tidak mempunyai klorofil. Jamur tidak mempunyai batang,
daun, dan akar serta tidak mempunyai sistem pembulu seperti pada tumbuhan
tingkat tinggi. Jamur umumnya berbentuk seperti benang, bersel banyak, dan
semua dari jamur mempunyai potensi untuk tumbuh, karena tidak mempunyai
klorofil yang berarti tidak dapat memasak makanannya sendiri, maka jamur
memanfaatkan sisa-sisa bahan organik dari makhluk hidup yang telah mati
maupun yang masih hidup. Jamur yang hidup pada tanaman yang masih hidup
disebut parasit, karena menyebabkan penyakit pada tanaman/pathogen.
Colletotrichum capsici salah satu cendawan yang menyerang tanaman Cabai .
Jamur yang menjadi patogen pada tanaman, mengganggu proses-proses
fisiologis pada tanaman yang menjadi inangnya. Gangguan yang terus menerus
merugikan aktifitas tanaman disebut penyakit tanaman. Jamur merugikan
tanaman dalam hal pengangkutan zat cair dan garam mineral, mengganggu proses
fotosintesis, serta mengganggu pengangkutan hasil-hasil proses
fotosintesis. Jamur juga dapat merusak akar, batang, daun, buah, dan bunga serta
hasil tanaman di tempat penyimpanan
III. METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Alat-alat yang diperlukan dan digunakan dalam Observasi
Klinik/Diagnosis Laboratorium meliputi cawan petri steril, mikroskop, silet, gelas
obyek, jarum inokulasi, lampu spiritus, korek api, pengaduk, gunting, pinset, gelas
piala, rak tabung, tabung reaksi, buku diagnosis dan alat tulis.
Bahan-bahan yang digunakan dalam Observasi Klinik/Diagnosis
Laboratorium yaitu tanaman cabai yang terserang, medium SPA, medium YPGA,
medium TZC, alkohol, tissue, dan air steril.
B. Prosedur Kerja
1. Disiapkan spesimen dari lapangan, dibuka kemasan dan diberi label tanda,
2. Dilakukan uji standard an indikasi berupa identifikasi patogen hawar daun
bakteri,
3. Diamati gejala penyakit hawar daun bakteri,
4. Dicocokkan dengan buku rujukan diagnosis untuk mengenal gejala dan
patogennya,
5. Dilakukan pemeriksaan secara makroskopik dengan mengamati bercak daun,
tanda pada bercak, dan gejala yang disebabkan oleh bakteri, disamakan
dengan buku rujukan,
6. Daun bergejala hawar daun bakteri dibersihkan dengan alkohol 70%,
kemudian direndam dalam air steril,
7. Pengamatan secara mikroskopik dilakukan dengan meletakkan potongan dauh
pada gelas benda yang sudah ditetesi air steril, ditutup dengan gelas penutup,
diamati aliran bekteri yang keluar dari vena daun,
8. Daun dipotong kecil-kecil, potongan kecil tersebut diletakkan pada cawan
petri berisi alkohol 70% selama 30 detik dan dipindahkan dalam cawan petri
berisi air steril selama 60 detik. Secara aseptis jaringan yang sudah steril
dimasukkan dalam tabung reaksi berisi air steril dan didiamkan selama 3-5
menit,
9. Air dalam tabung reaksi menjadi keruh, kemudian digoreskan dengan jarum
ose pada permukaan medium SPA,
10. Diinkubasikan pada suhu kamar selama 48 jam,
11. Dilakukan pengamatan selama masa inkubasi untuk memilih koloni dengan
cirri-ciri seperti bentuk koloni bulat dan berwarna kuning,
12. Dibuat posisi taksonomi secara lengkap dari bakteri yang sudah diidentifikasi,
13. Digambar gejala dan patogen, serta dibuat pembahasan dan kesimpulan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
 Nama Gejala/ Penyakit :
Antrachnose disebabkan oleh
Collectrotichum capsici
 Tanaman Inang : Tanaman Cabai
 Deskripsi Gejala : Gejala pada
cabai yang terserang
jamur Colletothricum
capsici adalah terdapat bintik-
bintik hitam dibagian tengah
buah.
 Deskripsi :
Acervuli berililin, berbentuk
cakram, dengan beberapa atau
banyak duri duri berwarna gelap
diantara conidiophore. Conidia
oval sampai memanjang, agak
melengkung dan dalam jumlah
banyak berwarna kemerahan
(salmon). Parasit pada berbagai
tanaman sayuran dan buah-buahan
dengan menyebabkan bercak
bercak yang cekung ke dalam dan
disebut anthracnose.
 Posisi Taksonomi :
Klasifikasi jamur Colletotrichum
capsici menurut Singh (1998) adalah:
Divisio : Ascomycotina
Sub-divisio : Eumycota
Kelas : Pyrenomycetes
Ordo : Sphaeriales
Famili : Polystigmataceae
Genus : Colletotrichum
Spesies : Colletotrichum
capsici
Tabel 1. Pengamatan pada tanaman inang dan jamur.
B. Pembahasan
Diagnosis secara umum adalah kepastian suatu penyakit berdasarkan gejala
yang tampak, atau suatu proses untuk mengidentifikasi suatu penyakit tanaman
melalui gejala dan tanda penyakit yang khas termasuk faktor-faktor lain yang
berhubungan dengan proses penyakit. Diagnosis penyakit yang benar diperlukan
untuk merekomendasikan cara pengendalian yang tepat dan juga diperlukan dalam
suatu survei penyakit tanaman.
Klinik tanaman atau sering juga disebut laboratorium diagnosa penyakit
tanaman yang umumnya dilengkapi dengan para ahli dan petugas atau dapat juga
dari mahasiswa yang magang, yang melakukan penyuluhan atau pendidikan
dibidang penyakit tanaman.
Cabai merupakan merupakan tanaman hortikultura berupa sayuran buah
semusim. Cabai termasuk dalam anggota genus Capsicum yang banyak
dimanfaatkan sebagai penyedap rasa masakan. Di Indonesia banyak jenis cabai
merah (Capsicum annuum L.) yang dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia
karena.hasil yang diperoleh memiliki rasa yang pedas dan aromanya yang khas,
sehingga bagi orang-orang tertentu dapat membangkitkan selera makan. Namun,
dalam budidaya tanaman cabai sering terganggu oleh adanya OPT (organisme
pengganggu tanaman) sehingga dapat menurunkan produksi dan kualitas hasil.
Salah satunya adalah adanya penyakit tanaman cabai.
Adapun klasifikasi tanaman cabai yaitu:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae (suku terung-terungan)
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annum L.
Antraknosa pada cabai merupakan penyakit yang paling sering ditemukan
dan hampir selalu terjadi disetiap areal tanaman cabai. Penyakit antraknosa ini
disebabkan oleh jamur Colletotrichum capsici (Syd.) Bult.et.Bisby. Penyakit ini
selain mengakibatkan penurunan hasil juga dapat merusak nilai estetika dari cabai
itu sendiri. Serangan patogen ini dapat terjadi baik sebelum maupun setelah
panen. Penurunan hasil akibat antraknosa dapat mencapai 50% atau lebih .
kerusakan akibat penyakit ini mencapai 65%. Selama ini pengendalian penyakit
ini masih bertumpu pada penggunaan fungisida.Namun disadari selain hasilnya
tidak memuaskan, penggunaan pestisida terus menerus dapat mengakibatkan
timbulnya resistensi patogen, merusak lingkungan dan berbahaya bagi konsumen.
Antraknosa pada tanaman cabai yaitu disebabkan oleh Jamur Colletotrichum
capsici. Jamur ini mempunyai ciri morfologi yang struktur tubuhnya sangat kecil
dan hidupnya sebagai parasit obligat merupakan sifat jamur yang hanya dapat
hidup pada inangnya saja, serta mempunyai habitat yang sangat luas
penyebarannya sampai keseluruh bagian tumbuhan. Konidia Colletotrichum
capsici berwarna abu-abu keputihan, melengkung seperti bulan sabit dan berakhir
meruncing pada kedua ujungnya
Colletotrichum capsici semula disebut Colletotrichum nigrum yang diduga
juga sama dengan Vermicularia capsici. Jamur ini mempunyai banyak aservulus,
tersebar, di bawah kutikula atau pada permukaan, garis tengahnya sampai 100 µm,
hitam dengan banyak seta. Seta cokela tua, bersekat, kaku, dan meruncing ke atas,
75 - 100 x 2 - 6,2 µm, ujung - ujungnya tumpul, atau bengkok seperti sabit. Jamur
membentuk banyak sklerotium dalam jaringan tanaman sakit atau dalam medium
biakan.
Untuk pertumbuhan jamur Colletotrichum capsici sangat dipengaruhi oleh
faktor- -faktor lingkungan, salah satunya adalah pH. Derajat keasaman atau pH
sangat panting dalam mengatur metabolisme dan sistem-sistem enzim bila terjadi
penyimpangan pH, maka proses metabolisme jamur dapat terhenti. Sehingga
untuk pertumbuhan maksimal jamur diperlukan pH yang optimum.
Jamur Colletotrichum capsici ini mempunyai ciri morfologi yang struktur
tubuhnya sangat kecil dan hidupnya sebagai parasit obligat merupakan sifat jamur
yang hanya dapat hidup pada inangnya saja, serta mempunyai habitat yang sangat
luas penyebarannya sampai keseluruh bagian tumbuhan
Klasifikasi jamur Colletotrichum capsici menurut Singh (1998) adalah:
Divisio : Ascomycotina
Sub-divisio : Eumycota
Kelas : Pyrenomycetes
Ordo : Sphaeriales
Famili : Polystigmataceae
Genus : Colletotrichum
Spesies : Colletotrichum capsici
 Gejala serangan
Jamur Colletotrichum capsici mula-mula membentuk bercak cokelat
kehitaman, yang lalu meluas menjadi busuk lunak. Pada tengah bercak terdapat
kumpulan titik-titik hitam yang terdiri dari kelompok seta dan konidium jamur.
Serangan yang berat dapat menyebabkan seluruh buah mongering dan mengerut
(keriput). Buah yang seharusnya berwarna merah menjadi berwarna seperti
jerami. Gejala seranganya awal berupa bercak coklat kehitaman pada permukaan
buah, kemudian menjadi busuk lunak .
 Daur Hidup
Jamur pada buah masuk ke dalam ruang biji dan menginfeksi biji. Kelak jamur
menginfeksi semai yang tumbuh dari biji buah yang sakit. Jamur menyerang daun
dan batang, kelak dapat menginfeksi buah - buah. Jamur hanya sedikit sekali
mengganggu tanaman yang sedang tumbuh, tetapi memakai tanaman ini untuk
bertahan sampai terbentuknya buah hijau. Selain itu jamur dapat mempertahankan
diri dalam sisa - sisa tanaman sakit. Seterusnya konidium disebarkan oleh angin.
infeksi C.capsici hanya terjadi melalui luka – luka
 Pengendalian
Penyakit antraknosa merupakan penyakit yang sangat berbahaya bagi
keberhasilan budi daya karena dapat menggagalkan panen buah. Penanggulangan
yang biasa dilakukan untuk patogen ini dengan cara perlakuan benih, rotasi
tanaman dengan tanaman bukan dari famili Solanaceae, memberantas gulma,
sanitasi lingkungan, memperbaiki drainase tanah, dan penggunaan fungisida untuk
pencegahan dan pengendalian. Usaha pengendalain secara terpadu terhadap C.
capsici yang mencakup kultur teknis, penggunaan varietas tahan, mekanik, hayati,
dan kimiawi diharapkan dapat mengendalikan penyakit antraknosa.Upaya
pengendalian penyakit antraknosa hingga saat ini masih menggunakan pestisida
sintetik sebagai pilihan utama karena dianggap dapat mengendalikan penyakit
secara cepat dan praktis. Namun demikian mengingat dampak negatif terhadap
lingkungan yang diakibatkan oleh pemakaian pestisida sintetik, maka saat ini telah
dikembangkan perlindungan secara biologi karena dianggap sebagai teknik yang
memperhatikan dan menjaga keseimbangan lingkungan
Penggunaan agen hayati untuk mengendalikan penyakit yang disebabkan
oleh C. capsici belum banyak dilakukan, kemungkinan karena sifat laten daN
sistemik dari patogen ini sehingga sangat sulit dikendalikan. Sulitnya
pengendalian terhadap patogen ini disebabkan hifa yang menginfeksi terlindung
dalam kutikula tanaman inang. Pengendalian hayati jarang dapat melenyapkan
patogen dari lingkungannya, tetapi sasarannya adalah menekan penyakit dan
mengurangi inokulum patogen, mengurangi infeksi tanaman oleh patogen dan
mengurangi kemampuan patogen penyebab penyakit.
Agen hayati yang potensial untuk dikembangkan dalam mengendalikan penyakit
antraknosa yang disebabkan oleh C. capsici adalah B. subtilis dan Pseudomonas
fluorescens.
- Agen hayati yang sering digunakan untuk mengendalikan antraknosa
adalah Actinoplanes, Alcaligenes, Agrobacterium Amorphospongarium,
athrobacter dll.
- Selain itu penggunaan bibit cabai tertentu serta penentuan jarak tanam
hingga pemberian pupuk sangat berpengaruh terhadap pengendalian pada
penyakit ini.
- Pengendalian yang dapat dilakukan pada tanaman cabai yang terserang
Collectotrichum capsici yaitu sanitasi, memperbaiki pengairan,
menggunakan benih sehat, pergiliran tanaman, memenfaatkan
Trichoderma dan Gliocladium serta dapat pula dengan menggunakan
varietas tahan
- Perbaikan drainase
- Membuat bedengan searah angin
- Sanitasi gulma dan buah cabai yang terserang penyakit busuk buah
- Perendaman benih selama 6-12 jam dalam larutan agens hayati, misalnya
Pseudomonas fluorescens (Pf) atau PGPR
- Penggunaan agens antagonis Trichoderma sp. dan Gliocladium sp.
- Pergantian tanaman atau rotasi dengan tanaman bukan inang
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Klinik tanaman atau sering juga disebut laboratorium diagnosa penyakit
tanaman yang umumnya dilengkapi dengan para ahli dan petugas atau dapat
juga dari mahasiswa yang magang, yang melakukan penyuluhan atau
pendidikan dibidang penyakit tanaman.
2. Pertumbuhan jamur Colletotrichum capsici sangat dipengaruhi oleh faktor- -
faktor lingkungan, salah satunya adalah pH. Derajat keasaman atau pH sangat
panting dalam mengatur metabolisme dan sistem-sistem enzim bila terjadi
penyimpangan pH, maka proses metabolisme jamur dapat terhenti. Sehingga
untuk pertumbuhan maksimal jamur diperlukan pH yang optimum
3. Pengendalian penyakit yang disebabkan oleh Collectrothicum capsici salah
satunya yaitu dengan menggunakan agens antagonis Trichoderma sp. dan
Gliocladium sp
B. Saran
Untuk asisten mungkin lebih di kompakin lagi agar dalam menjelaskan tidak
ada dua persepsi yang berbeda, dan jangan membuat praktikan semakin bingung
dengan dua persepsi berbeda tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1984. Rekomendasi Pengendalian Jasad Pengganggu Tanaman Pangan
di Indonesia. Ditlin. Ditjen Tan Pangan. Deptan: 203 pp.
Sastrahidayat, Ika Rochidjatun. 1990. Ilmu Penyakit Tanaman. Usaha Nasional.
Surabaya.
Serbatani. 2013. Penelitian Tanaman Cabai. http://serbatani.blogspot.
com/2013/06/proposal-penelitian-tanaman-cabai.html diakses pada tanggal
17 April 2015 Pukul 21.03 WIB
Semangun, H. 2004. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gajah
Mada University. Yogyakarta.
Singh, R.P.,et al. 1998. Novel Biodegradable Flocculant based on
polysaccharides. Current Science.78, 798-802
Suparyono. 2007. Perkembangan penyakit hawar daun pada stadia tumbuh yang
berbeda dan pengaruhnya terhadap hasil padi. Media Penelitian
Sukamandi.
Triharso. 2004. Dasar-Dasar Perlindungn Tanaman. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.

More Related Content

What's hot

laporan praktikum agroklimatologi
laporan praktikum agroklimatologilaporan praktikum agroklimatologi
laporan praktikum agroklimatologiedhie noegroho
 
MUTASI pada GENOM
MUTASI pada GENOMMUTASI pada GENOM
MUTASI pada GENOM
NURSAPTIA PURWA ASMARA
 
M23 kelompok 7 pertumbuhan dan perkembangan tanaman
M23 kelompok 7 pertumbuhan dan perkembangan tanamanM23 kelompok 7 pertumbuhan dan perkembangan tanaman
M23 kelompok 7 pertumbuhan dan perkembangan tanamanFeisal Rachman Soedibja
 
Laporan Praktikum Pengukuran luas daun
Laporan Praktikum Pengukuran luas daunLaporan Praktikum Pengukuran luas daun
Laporan Praktikum Pengukuran luas daun
Sandi Purnama Jaya
 
Laporan praktikum dpt hama dan tanda
Laporan praktikum dpt hama dan tandaLaporan praktikum dpt hama dan tanda
Laporan praktikum dpt hama dan tandafahmiganteng
 
Manfaat biokimia dlm pertanian
Manfaat biokimia dlm pertanianManfaat biokimia dlm pertanian
Manfaat biokimia dlm pertanian
perdos5 cuy
 
Pengendalian hama
Pengendalian hamaPengendalian hama
Pengendalian hama
Yuliana Wita
 
Identifikasi musuh alami
Identifikasi musuh alamiIdentifikasi musuh alami
Identifikasi musuh alami
muditateach
 
Laporan Fisiologi Tumbuhan VI Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Keca...
Laporan Fisiologi Tumbuhan VI Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Keca...Laporan Fisiologi Tumbuhan VI Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Keca...
Laporan Fisiologi Tumbuhan VI Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Keca...
UNESA
 
Pengantar Teknologi Produksi Tanaman Hortiktultura
Pengantar Teknologi Produksi Tanaman HortiktulturaPengantar Teknologi Produksi Tanaman Hortiktultura
Pengantar Teknologi Produksi Tanaman Hortiktultura
Rozi Aziz
 
Mpt 8-pemuliaan-crossed
Mpt 8-pemuliaan-crossedMpt 8-pemuliaan-crossed
Mpt 8-pemuliaan-crossed
Andrew Hutabarat
 
Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkok
 Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkok Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkok
Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkok
Febrina Tentaka
 
Laporan pengenalan penyakit
Laporan pengenalan penyakitLaporan pengenalan penyakit
Laporan pengenalan penyakit
Tidar University
 
Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)Mohammad Muttaqien
 
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihLaporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Tidar University
 
Penyerapan dan Transpor Zat Hara
Penyerapan dan Transpor Zat HaraPenyerapan dan Transpor Zat Hara
Penyerapan dan Transpor Zat Hara
NURSAPTIA PURWA ASMARA
 
konservasi plasma nutfah
konservasi plasma nutfahkonservasi plasma nutfah
konservasi plasma nutfah
agronomy
 
Dormansi biji
Dormansi bijiDormansi biji
Dormansi biji
Alvadoc
 
Interaksi hama dan tanaman
Interaksi hama dan tanamanInteraksi hama dan tanaman
Interaksi hama dan tanaman
Tidar University
 

What's hot (20)

laporan praktikum agroklimatologi
laporan praktikum agroklimatologilaporan praktikum agroklimatologi
laporan praktikum agroklimatologi
 
MUTASI pada GENOM
MUTASI pada GENOMMUTASI pada GENOM
MUTASI pada GENOM
 
M23 kelompok 7 pertumbuhan dan perkembangan tanaman
M23 kelompok 7 pertumbuhan dan perkembangan tanamanM23 kelompok 7 pertumbuhan dan perkembangan tanaman
M23 kelompok 7 pertumbuhan dan perkembangan tanaman
 
Laporan Praktikum Pengukuran luas daun
Laporan Praktikum Pengukuran luas daunLaporan Praktikum Pengukuran luas daun
Laporan Praktikum Pengukuran luas daun
 
Laporan praktikum dpt hama dan tanda
Laporan praktikum dpt hama dan tandaLaporan praktikum dpt hama dan tanda
Laporan praktikum dpt hama dan tanda
 
Manfaat biokimia dlm pertanian
Manfaat biokimia dlm pertanianManfaat biokimia dlm pertanian
Manfaat biokimia dlm pertanian
 
Pengendalian hama
Pengendalian hamaPengendalian hama
Pengendalian hama
 
Kultur teknis
Kultur teknisKultur teknis
Kultur teknis
 
Identifikasi musuh alami
Identifikasi musuh alamiIdentifikasi musuh alami
Identifikasi musuh alami
 
Laporan Fisiologi Tumbuhan VI Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Keca...
Laporan Fisiologi Tumbuhan VI Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Keca...Laporan Fisiologi Tumbuhan VI Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Keca...
Laporan Fisiologi Tumbuhan VI Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Keca...
 
Pengantar Teknologi Produksi Tanaman Hortiktultura
Pengantar Teknologi Produksi Tanaman HortiktulturaPengantar Teknologi Produksi Tanaman Hortiktultura
Pengantar Teknologi Produksi Tanaman Hortiktultura
 
Mpt 8-pemuliaan-crossed
Mpt 8-pemuliaan-crossedMpt 8-pemuliaan-crossed
Mpt 8-pemuliaan-crossed
 
Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkok
 Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkok Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkok
Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkok
 
Laporan pengenalan penyakit
Laporan pengenalan penyakitLaporan pengenalan penyakit
Laporan pengenalan penyakit
 
Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)
 
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihLaporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
 
Penyerapan dan Transpor Zat Hara
Penyerapan dan Transpor Zat HaraPenyerapan dan Transpor Zat Hara
Penyerapan dan Transpor Zat Hara
 
konservasi plasma nutfah
konservasi plasma nutfahkonservasi plasma nutfah
konservasi plasma nutfah
 
Dormansi biji
Dormansi bijiDormansi biji
Dormansi biji
 
Interaksi hama dan tanaman
Interaksi hama dan tanamanInteraksi hama dan tanaman
Interaksi hama dan tanaman
 

Similar to Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman

Jurnal agrobacterium
Jurnal agrobacteriumJurnal agrobacterium
Jurnal agrobacterium
Stkip Labuhanbatu
 
1. PPT Diagnosis Penyakit Tanaman (Materi Kuliah).pptx
1. PPT Diagnosis Penyakit Tanaman (Materi Kuliah).pptx1. PPT Diagnosis Penyakit Tanaman (Materi Kuliah).pptx
1. PPT Diagnosis Penyakit Tanaman (Materi Kuliah).pptx
SinmaysinRaya
 
Bab i pendahuluan
Bab i pendahuluanBab i pendahuluan
Bab i pendahuluan
Kustam Ktm
 
KLINIK TANAMAN (BAB I PENDAHULUAN)
KLINIK TANAMAN (BAB I PENDAHULUAN)KLINIK TANAMAN (BAB I PENDAHULUAN)
KLINIK TANAMAN (BAB I PENDAHULUAN)
Zoom Loundry
 
Laporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasiLaporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasi
Tidar University
 
Postulat koch
Postulat kochPostulat koch
Postulat koch
ailuaan25
 
Bab v diagnosis hama tanaman
Bab v  diagnosis hama tanamanBab v  diagnosis hama tanaman
Bab v diagnosis hama tanaman
Kustam Ktm
 
Laporan praktikum bakteriologi pertanian
Laporan praktikum bakteriologi pertanianLaporan praktikum bakteriologi pertanian
Laporan praktikum bakteriologi pertanianfahmiganteng
 
Uji biokimiawi
Uji biokimiawiUji biokimiawi
Uji biokimiawi
budiarti2609
 
Pemeriksaan Lab dan Diagnostik
Pemeriksaan Lab dan DiagnostikPemeriksaan Lab dan Diagnostik
Pemeriksaan Lab dan Diagnostik
Sulistia Rini
 
kultur jaringan kentang
kultur jaringan kentangkultur jaringan kentang
kultur jaringan kentang
Fauzia Hidayati
 
Ppt project kelompok 5 b kultur jaringan.
Ppt project kelompok 5 b kultur jaringan.Ppt project kelompok 5 b kultur jaringan.
Ppt project kelompok 5 b kultur jaringan.
Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah
 
1. PPT 1 FITOKIM- Kontrak dan pendahuluan 2023 (1).pptx
1. PPT 1 FITOKIM- Kontrak dan pendahuluan 2023 (1).pptx1. PPT 1 FITOKIM- Kontrak dan pendahuluan 2023 (1).pptx
1. PPT 1 FITOKIM- Kontrak dan pendahuluan 2023 (1).pptx
ssuser95f6b0
 
Laporan Field Lab Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Ob...
Laporan Field Lab Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Ob...Laporan Field Lab Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Ob...
Laporan Field Lab Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Ob...
Vina Widya Putri
 
Mikrobiologi farmasi
Mikrobiologi farmasiMikrobiologi farmasi
Mikrobiologi farmasi
Adriani Adriani
 
Makalah hortikultura
Makalah hortikulturaMakalah hortikultura
Makalah hortikultura
Rinta Rachmawati
 
Pembuatan Media Agar
Pembuatan Media AgarPembuatan Media Agar
Pembuatan Media Agardinmaul
 
Laporan Mikrobiologi - Senyawa Anti Mikroba
Laporan Mikrobiologi -  Senyawa Anti MikrobaLaporan Mikrobiologi -  Senyawa Anti Mikroba
Laporan Mikrobiologi - Senyawa Anti Mikroba
Rukmana Suharta
 
1. Penyakit Kelapa Sawit_Pendahuluan
1. Penyakit Kelapa Sawit_Pendahuluan1. Penyakit Kelapa Sawit_Pendahuluan
1. Penyakit Kelapa Sawit_Pendahuluan
sat rahayuwati
 

Similar to Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman (20)

Jurnal agrobacterium
Jurnal agrobacteriumJurnal agrobacterium
Jurnal agrobacterium
 
1. PPT Diagnosis Penyakit Tanaman (Materi Kuliah).pptx
1. PPT Diagnosis Penyakit Tanaman (Materi Kuliah).pptx1. PPT Diagnosis Penyakit Tanaman (Materi Kuliah).pptx
1. PPT Diagnosis Penyakit Tanaman (Materi Kuliah).pptx
 
Bab i pendahuluan
Bab i pendahuluanBab i pendahuluan
Bab i pendahuluan
 
KLINIK TANAMAN (BAB I PENDAHULUAN)
KLINIK TANAMAN (BAB I PENDAHULUAN)KLINIK TANAMAN (BAB I PENDAHULUAN)
KLINIK TANAMAN (BAB I PENDAHULUAN)
 
Lap postulatkoch adz
Lap postulatkoch adzLap postulatkoch adz
Lap postulatkoch adz
 
Laporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasiLaporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasi
 
Postulat koch
Postulat kochPostulat koch
Postulat koch
 
Bab v diagnosis hama tanaman
Bab v  diagnosis hama tanamanBab v  diagnosis hama tanaman
Bab v diagnosis hama tanaman
 
Laporan praktikum bakteriologi pertanian
Laporan praktikum bakteriologi pertanianLaporan praktikum bakteriologi pertanian
Laporan praktikum bakteriologi pertanian
 
Uji biokimiawi
Uji biokimiawiUji biokimiawi
Uji biokimiawi
 
Pemeriksaan Lab dan Diagnostik
Pemeriksaan Lab dan DiagnostikPemeriksaan Lab dan Diagnostik
Pemeriksaan Lab dan Diagnostik
 
kultur jaringan kentang
kultur jaringan kentangkultur jaringan kentang
kultur jaringan kentang
 
Ppt project kelompok 5 b kultur jaringan.
Ppt project kelompok 5 b kultur jaringan.Ppt project kelompok 5 b kultur jaringan.
Ppt project kelompok 5 b kultur jaringan.
 
1. PPT 1 FITOKIM- Kontrak dan pendahuluan 2023 (1).pptx
1. PPT 1 FITOKIM- Kontrak dan pendahuluan 2023 (1).pptx1. PPT 1 FITOKIM- Kontrak dan pendahuluan 2023 (1).pptx
1. PPT 1 FITOKIM- Kontrak dan pendahuluan 2023 (1).pptx
 
Laporan Field Lab Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Ob...
Laporan Field Lab Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Ob...Laporan Field Lab Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Ob...
Laporan Field Lab Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Ob...
 
Mikrobiologi farmasi
Mikrobiologi farmasiMikrobiologi farmasi
Mikrobiologi farmasi
 
Makalah hortikultura
Makalah hortikulturaMakalah hortikultura
Makalah hortikultura
 
Pembuatan Media Agar
Pembuatan Media AgarPembuatan Media Agar
Pembuatan Media Agar
 
Laporan Mikrobiologi - Senyawa Anti Mikroba
Laporan Mikrobiologi -  Senyawa Anti MikrobaLaporan Mikrobiologi -  Senyawa Anti Mikroba
Laporan Mikrobiologi - Senyawa Anti Mikroba
 
1. Penyakit Kelapa Sawit_Pendahuluan
1. Penyakit Kelapa Sawit_Pendahuluan1. Penyakit Kelapa Sawit_Pendahuluan
1. Penyakit Kelapa Sawit_Pendahuluan
 

Recently uploaded

Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
ArumNovita
 
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptxPPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
emiliawati098
 
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptxMATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
emiliawati098
 
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptxMI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
almiraulimaz2521988
 
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
LEESOKLENGMoe
 
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
nadyahermawan
 
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
ProfesorCilikGhadi
 
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
athayaahzamaulana1
 

Recently uploaded (8)

Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
 
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptxPPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
 
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptxMATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
 
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptxMI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
 
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
 
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
 
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
 
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
 

Laporan Praktikum Diagnosis Laboratorium: Penyakit Tanaman

  • 1. LAPORAN PRAKTIKUM KLINIK TANAMAN ACARA 2 OBSERVASI KLINIK / DIAGNOSIS LABORATORIUM Semester genap 2014/2015 Oleh: Kelompok 5 Rombongan 2 Nurma Hudda Fauzaniar A1L012174 Marsyeilla Regina Putranti A1L012175 Ade Windy Hernayanti A1L012176 M. Hafizh Tri Abiyoso A1L012177 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2015
  • 2. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Klinik tanaman atau sering juga disebut laboratorium diagnosa penyakit tanaman yang umumnya dilengkapi dengan para ahli dan petugas atau dapat juga dari mahasiswa yang magang, yang melakukan penyuluhan atau pendidikan dibidang penyakit tanaman. Cabai merupakan merupakan tanaman hortikultura berupa sayuran buah semusim. Cabai termasuk dalam anggota genus Capsicum yang banyak dimanfaatkan sebagai penyedap rasa masakan (Sunaryono, 2003 dalam Serbatani, 2013). Di Indonesia banyak jenis cabai merah (Capsicum annuum L.) yang dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia karena.hasil yang diperoleh memiliki rasa yang pedas dan aromanya yang khas, sehingga bagi orang-orang tertentu dapat membangkitkan selera makan. Namun, dalam budidaya tanaman cabai sering terganggu oleh adanya OPT (organisme pengganggu tanaman) sehingga dapat menurunkan produksi dan kualitas hasil. Salah satunya adalah adanya penyakit tanaman cabai. Interaksi antara tanaman inang dan patogen dapat menimbulkan gejala penyakit. Penamaan gejala penyakit ini dapat didasarkan kepada tanda penyakit, perubahan bentuk, tanaman, pertumbuhan tanaman dan sebagainya. Akan terjadi perubahan pada tanaman dalam bentuk, ukuran, warna, tekstur dan lain-lain sebagai akibat dari terganggunya pertumbuhan tanaman oleh penyakit. Tanaman dikatakan sakit merupakan tanaman yang mengalami perubahan sebagian atau
  • 3. seluruh organ tanaman yang menyebabkan terganggunya aktifitas fisiologis. Penyebab penyakit yang tergolong kedalam patogen merupakan organisme hidup yang biasanya bersifat mikro dan mampu untuk menimbulkan penyakit pada tanaman. Organisme yang tergolong patogen adalah jamur, bakteri, virus, mikoplasma dan riketsia B. Tujuan 1. Mendukung /mengembangkan lebih lanjut dari diagnosis lapangan, 2. Mendeteksi patogen atau hama yang menyertai specimen, 3. Taknik-teknik khusus untuk meningkatkan keberadaan patogen pada specimen tanaman, 4. Mempelajari cara pewarnaan nematode dalam jaringan tanaman, 5. Membuat rekomendasi pencegahan atau pengendalian.
  • 4. II. TINJAUAN PUSTAKA Klinik tanaman adalah suatu wadah dimana terjadinya suatu pelayanan masyarakat yang berhubungan dengan gangguan pada tanaman yang diusahakan. Perbedaan antara Endemik dan Pandemik, yaitu jika endemik hama atau patogen penyebab penyakit itu terus ada (berkelanjutan). Sedangkan, pandemik itu sendiri merupakan peledakan penyakit. Diagnosis secara umum adalah kepastian suatu penyakit berdasarkan gejala yang tampak, atau suatu proses untuk mengidentifikasi suatu penyakit tanaman melalui gejala dan tanda penyakit yang khas termasuk faktor-faktor lain yang berhubungan dengan proses penyakit. Diagnosis penyakit yang benar diperlukan untuk merekomendasikan cara pengendalian yang tepat dan juga diperlukan dalam suatu survei penyakit tanaman. Kinik tanaman memiliki fungsi yaitu sebagai pencetus pemecah masalah yang ada pada masyarakat, dengan adanya klinik tanaman masyarakat tertolong, klinik tanaman juga sebagai penyebar teknologi PHT / macam-macam pengendalian,penyakit yang menyerang tanaman pertanian digunakan sebagai bahan penelitian. Klinik tanaman juga disebut sebagai laboratorium yang bertujuan untuk mendiagnosis penyakit tanaman yang dikeluhkan oleh masyarakat. Adapun klasifikasi tanaman cabai yaitu: Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
  • 5. Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Asteridae Ordo : Solanales Famili : Solanaceae (suku terung-terungan) Genus : Capsicum Spesies : Capsicum annum L. Jamur adalah suatu kelompok jasad hidup yang menyerupai tumbuhan tingkat tinggi, karena mempunyai dinding sel, tidak bergerak, berkembang biak dengan spora, tetapi tidak mempunyai klorofil. Jamur tidak mempunyai batang, daun, dan akar serta tidak mempunyai sistem pembulu seperti pada tumbuhan tingkat tinggi. Jamur umumnya berbentuk seperti benang, bersel banyak, dan semua dari jamur mempunyai potensi untuk tumbuh, karena tidak mempunyai klorofil yang berarti tidak dapat memasak makanannya sendiri, maka jamur memanfaatkan sisa-sisa bahan organik dari makhluk hidup yang telah mati maupun yang masih hidup. Jamur yang hidup pada tanaman yang masih hidup disebut parasit, karena menyebabkan penyakit pada tanaman/pathogen. Colletotrichum capsici salah satu cendawan yang menyerang tanaman Cabai . Jamur yang menjadi patogen pada tanaman, mengganggu proses-proses fisiologis pada tanaman yang menjadi inangnya. Gangguan yang terus menerus merugikan aktifitas tanaman disebut penyakit tanaman. Jamur merugikan tanaman dalam hal pengangkutan zat cair dan garam mineral, mengganggu proses
  • 6. fotosintesis, serta mengganggu pengangkutan hasil-hasil proses fotosintesis. Jamur juga dapat merusak akar, batang, daun, buah, dan bunga serta hasil tanaman di tempat penyimpanan
  • 7. III. METODE PRAKTIKUM A. Alat dan Bahan Alat-alat yang diperlukan dan digunakan dalam Observasi Klinik/Diagnosis Laboratorium meliputi cawan petri steril, mikroskop, silet, gelas obyek, jarum inokulasi, lampu spiritus, korek api, pengaduk, gunting, pinset, gelas piala, rak tabung, tabung reaksi, buku diagnosis dan alat tulis. Bahan-bahan yang digunakan dalam Observasi Klinik/Diagnosis Laboratorium yaitu tanaman cabai yang terserang, medium SPA, medium YPGA, medium TZC, alkohol, tissue, dan air steril. B. Prosedur Kerja 1. Disiapkan spesimen dari lapangan, dibuka kemasan dan diberi label tanda, 2. Dilakukan uji standard an indikasi berupa identifikasi patogen hawar daun bakteri, 3. Diamati gejala penyakit hawar daun bakteri, 4. Dicocokkan dengan buku rujukan diagnosis untuk mengenal gejala dan patogennya, 5. Dilakukan pemeriksaan secara makroskopik dengan mengamati bercak daun, tanda pada bercak, dan gejala yang disebabkan oleh bakteri, disamakan dengan buku rujukan,
  • 8. 6. Daun bergejala hawar daun bakteri dibersihkan dengan alkohol 70%, kemudian direndam dalam air steril, 7. Pengamatan secara mikroskopik dilakukan dengan meletakkan potongan dauh pada gelas benda yang sudah ditetesi air steril, ditutup dengan gelas penutup, diamati aliran bekteri yang keluar dari vena daun, 8. Daun dipotong kecil-kecil, potongan kecil tersebut diletakkan pada cawan petri berisi alkohol 70% selama 30 detik dan dipindahkan dalam cawan petri berisi air steril selama 60 detik. Secara aseptis jaringan yang sudah steril dimasukkan dalam tabung reaksi berisi air steril dan didiamkan selama 3-5 menit, 9. Air dalam tabung reaksi menjadi keruh, kemudian digoreskan dengan jarum ose pada permukaan medium SPA, 10. Diinkubasikan pada suhu kamar selama 48 jam, 11. Dilakukan pengamatan selama masa inkubasi untuk memilih koloni dengan cirri-ciri seperti bentuk koloni bulat dan berwarna kuning, 12. Dibuat posisi taksonomi secara lengkap dari bakteri yang sudah diidentifikasi, 13. Digambar gejala dan patogen, serta dibuat pembahasan dan kesimpulan.
  • 9. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil  Nama Gejala/ Penyakit : Antrachnose disebabkan oleh Collectrotichum capsici  Tanaman Inang : Tanaman Cabai  Deskripsi Gejala : Gejala pada cabai yang terserang jamur Colletothricum capsici adalah terdapat bintik- bintik hitam dibagian tengah buah.  Deskripsi : Acervuli berililin, berbentuk cakram, dengan beberapa atau banyak duri duri berwarna gelap
  • 10. diantara conidiophore. Conidia oval sampai memanjang, agak melengkung dan dalam jumlah banyak berwarna kemerahan (salmon). Parasit pada berbagai tanaman sayuran dan buah-buahan dengan menyebabkan bercak bercak yang cekung ke dalam dan disebut anthracnose.  Posisi Taksonomi : Klasifikasi jamur Colletotrichum capsici menurut Singh (1998) adalah: Divisio : Ascomycotina Sub-divisio : Eumycota Kelas : Pyrenomycetes Ordo : Sphaeriales Famili : Polystigmataceae Genus : Colletotrichum Spesies : Colletotrichum capsici Tabel 1. Pengamatan pada tanaman inang dan jamur.
  • 11. B. Pembahasan Diagnosis secara umum adalah kepastian suatu penyakit berdasarkan gejala yang tampak, atau suatu proses untuk mengidentifikasi suatu penyakit tanaman melalui gejala dan tanda penyakit yang khas termasuk faktor-faktor lain yang berhubungan dengan proses penyakit. Diagnosis penyakit yang benar diperlukan untuk merekomendasikan cara pengendalian yang tepat dan juga diperlukan dalam suatu survei penyakit tanaman. Klinik tanaman atau sering juga disebut laboratorium diagnosa penyakit tanaman yang umumnya dilengkapi dengan para ahli dan petugas atau dapat juga dari mahasiswa yang magang, yang melakukan penyuluhan atau pendidikan dibidang penyakit tanaman. Cabai merupakan merupakan tanaman hortikultura berupa sayuran buah semusim. Cabai termasuk dalam anggota genus Capsicum yang banyak dimanfaatkan sebagai penyedap rasa masakan. Di Indonesia banyak jenis cabai merah (Capsicum annuum L.) yang dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia karena.hasil yang diperoleh memiliki rasa yang pedas dan aromanya yang khas, sehingga bagi orang-orang tertentu dapat membangkitkan selera makan. Namun, dalam budidaya tanaman cabai sering terganggu oleh adanya OPT (organisme pengganggu tanaman) sehingga dapat menurunkan produksi dan kualitas hasil. Salah satunya adalah adanya penyakit tanaman cabai. Adapun klasifikasi tanaman cabai yaitu: Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
  • 12. Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Asteridae Ordo : Solanales Famili : Solanaceae (suku terung-terungan) Genus : Capsicum Spesies : Capsicum annum L. Antraknosa pada cabai merupakan penyakit yang paling sering ditemukan dan hampir selalu terjadi disetiap areal tanaman cabai. Penyakit antraknosa ini disebabkan oleh jamur Colletotrichum capsici (Syd.) Bult.et.Bisby. Penyakit ini selain mengakibatkan penurunan hasil juga dapat merusak nilai estetika dari cabai itu sendiri. Serangan patogen ini dapat terjadi baik sebelum maupun setelah panen. Penurunan hasil akibat antraknosa dapat mencapai 50% atau lebih . kerusakan akibat penyakit ini mencapai 65%. Selama ini pengendalian penyakit ini masih bertumpu pada penggunaan fungisida.Namun disadari selain hasilnya tidak memuaskan, penggunaan pestisida terus menerus dapat mengakibatkan timbulnya resistensi patogen, merusak lingkungan dan berbahaya bagi konsumen. Antraknosa pada tanaman cabai yaitu disebabkan oleh Jamur Colletotrichum capsici. Jamur ini mempunyai ciri morfologi yang struktur tubuhnya sangat kecil dan hidupnya sebagai parasit obligat merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya saja, serta mempunyai habitat yang sangat luas penyebarannya sampai keseluruh bagian tumbuhan. Konidia Colletotrichum
  • 13. capsici berwarna abu-abu keputihan, melengkung seperti bulan sabit dan berakhir meruncing pada kedua ujungnya Colletotrichum capsici semula disebut Colletotrichum nigrum yang diduga juga sama dengan Vermicularia capsici. Jamur ini mempunyai banyak aservulus, tersebar, di bawah kutikula atau pada permukaan, garis tengahnya sampai 100 µm, hitam dengan banyak seta. Seta cokela tua, bersekat, kaku, dan meruncing ke atas, 75 - 100 x 2 - 6,2 µm, ujung - ujungnya tumpul, atau bengkok seperti sabit. Jamur membentuk banyak sklerotium dalam jaringan tanaman sakit atau dalam medium biakan. Untuk pertumbuhan jamur Colletotrichum capsici sangat dipengaruhi oleh faktor- -faktor lingkungan, salah satunya adalah pH. Derajat keasaman atau pH sangat panting dalam mengatur metabolisme dan sistem-sistem enzim bila terjadi penyimpangan pH, maka proses metabolisme jamur dapat terhenti. Sehingga untuk pertumbuhan maksimal jamur diperlukan pH yang optimum. Jamur Colletotrichum capsici ini mempunyai ciri morfologi yang struktur tubuhnya sangat kecil dan hidupnya sebagai parasit obligat merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya saja, serta mempunyai habitat yang sangat luas penyebarannya sampai keseluruh bagian tumbuhan Klasifikasi jamur Colletotrichum capsici menurut Singh (1998) adalah: Divisio : Ascomycotina Sub-divisio : Eumycota Kelas : Pyrenomycetes Ordo : Sphaeriales
  • 14. Famili : Polystigmataceae Genus : Colletotrichum Spesies : Colletotrichum capsici  Gejala serangan Jamur Colletotrichum capsici mula-mula membentuk bercak cokelat kehitaman, yang lalu meluas menjadi busuk lunak. Pada tengah bercak terdapat kumpulan titik-titik hitam yang terdiri dari kelompok seta dan konidium jamur. Serangan yang berat dapat menyebabkan seluruh buah mongering dan mengerut (keriput). Buah yang seharusnya berwarna merah menjadi berwarna seperti jerami. Gejala seranganya awal berupa bercak coklat kehitaman pada permukaan buah, kemudian menjadi busuk lunak .  Daur Hidup Jamur pada buah masuk ke dalam ruang biji dan menginfeksi biji. Kelak jamur menginfeksi semai yang tumbuh dari biji buah yang sakit. Jamur menyerang daun dan batang, kelak dapat menginfeksi buah - buah. Jamur hanya sedikit sekali mengganggu tanaman yang sedang tumbuh, tetapi memakai tanaman ini untuk bertahan sampai terbentuknya buah hijau. Selain itu jamur dapat mempertahankan diri dalam sisa - sisa tanaman sakit. Seterusnya konidium disebarkan oleh angin. infeksi C.capsici hanya terjadi melalui luka – luka  Pengendalian Penyakit antraknosa merupakan penyakit yang sangat berbahaya bagi keberhasilan budi daya karena dapat menggagalkan panen buah. Penanggulangan yang biasa dilakukan untuk patogen ini dengan cara perlakuan benih, rotasi
  • 15. tanaman dengan tanaman bukan dari famili Solanaceae, memberantas gulma, sanitasi lingkungan, memperbaiki drainase tanah, dan penggunaan fungisida untuk pencegahan dan pengendalian. Usaha pengendalain secara terpadu terhadap C. capsici yang mencakup kultur teknis, penggunaan varietas tahan, mekanik, hayati, dan kimiawi diharapkan dapat mengendalikan penyakit antraknosa.Upaya pengendalian penyakit antraknosa hingga saat ini masih menggunakan pestisida sintetik sebagai pilihan utama karena dianggap dapat mengendalikan penyakit secara cepat dan praktis. Namun demikian mengingat dampak negatif terhadap lingkungan yang diakibatkan oleh pemakaian pestisida sintetik, maka saat ini telah dikembangkan perlindungan secara biologi karena dianggap sebagai teknik yang memperhatikan dan menjaga keseimbangan lingkungan Penggunaan agen hayati untuk mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh C. capsici belum banyak dilakukan, kemungkinan karena sifat laten daN sistemik dari patogen ini sehingga sangat sulit dikendalikan. Sulitnya pengendalian terhadap patogen ini disebabkan hifa yang menginfeksi terlindung dalam kutikula tanaman inang. Pengendalian hayati jarang dapat melenyapkan patogen dari lingkungannya, tetapi sasarannya adalah menekan penyakit dan mengurangi inokulum patogen, mengurangi infeksi tanaman oleh patogen dan mengurangi kemampuan patogen penyebab penyakit. Agen hayati yang potensial untuk dikembangkan dalam mengendalikan penyakit antraknosa yang disebabkan oleh C. capsici adalah B. subtilis dan Pseudomonas fluorescens.
  • 16. - Agen hayati yang sering digunakan untuk mengendalikan antraknosa adalah Actinoplanes, Alcaligenes, Agrobacterium Amorphospongarium, athrobacter dll. - Selain itu penggunaan bibit cabai tertentu serta penentuan jarak tanam hingga pemberian pupuk sangat berpengaruh terhadap pengendalian pada penyakit ini. - Pengendalian yang dapat dilakukan pada tanaman cabai yang terserang Collectotrichum capsici yaitu sanitasi, memperbaiki pengairan, menggunakan benih sehat, pergiliran tanaman, memenfaatkan Trichoderma dan Gliocladium serta dapat pula dengan menggunakan varietas tahan - Perbaikan drainase - Membuat bedengan searah angin - Sanitasi gulma dan buah cabai yang terserang penyakit busuk buah - Perendaman benih selama 6-12 jam dalam larutan agens hayati, misalnya Pseudomonas fluorescens (Pf) atau PGPR - Penggunaan agens antagonis Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. - Pergantian tanaman atau rotasi dengan tanaman bukan inang
  • 17. V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Klinik tanaman atau sering juga disebut laboratorium diagnosa penyakit tanaman yang umumnya dilengkapi dengan para ahli dan petugas atau dapat juga dari mahasiswa yang magang, yang melakukan penyuluhan atau pendidikan dibidang penyakit tanaman. 2. Pertumbuhan jamur Colletotrichum capsici sangat dipengaruhi oleh faktor- - faktor lingkungan, salah satunya adalah pH. Derajat keasaman atau pH sangat panting dalam mengatur metabolisme dan sistem-sistem enzim bila terjadi penyimpangan pH, maka proses metabolisme jamur dapat terhenti. Sehingga untuk pertumbuhan maksimal jamur diperlukan pH yang optimum 3. Pengendalian penyakit yang disebabkan oleh Collectrothicum capsici salah satunya yaitu dengan menggunakan agens antagonis Trichoderma sp. dan Gliocladium sp B. Saran Untuk asisten mungkin lebih di kompakin lagi agar dalam menjelaskan tidak ada dua persepsi yang berbeda, dan jangan membuat praktikan semakin bingung dengan dua persepsi berbeda tersebut.
  • 18. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1984. Rekomendasi Pengendalian Jasad Pengganggu Tanaman Pangan di Indonesia. Ditlin. Ditjen Tan Pangan. Deptan: 203 pp. Sastrahidayat, Ika Rochidjatun. 1990. Ilmu Penyakit Tanaman. Usaha Nasional. Surabaya. Serbatani. 2013. Penelitian Tanaman Cabai. http://serbatani.blogspot. com/2013/06/proposal-penelitian-tanaman-cabai.html diakses pada tanggal 17 April 2015 Pukul 21.03 WIB Semangun, H. 2004. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gajah Mada University. Yogyakarta. Singh, R.P.,et al. 1998. Novel Biodegradable Flocculant based on polysaccharides. Current Science.78, 798-802 Suparyono. 2007. Perkembangan penyakit hawar daun pada stadia tumbuh yang berbeda dan pengaruhnya terhadap hasil padi. Media Penelitian Sukamandi. Triharso. 2004. Dasar-Dasar Perlindungn Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.