Praktikum ini menguji efektivitas insektisida racun kontak Dursban terhadap lipas dan Tribolium castaneum. Hasilnya menunjukkan bahwa LC50 Dursban untuk lipas adalah 0,1-0,05% dalam 24-48 jam dan 0,05-0,1% untuk Tribolium castaneum dalam 24-72 jam. LC95 untuk lipas 0,5-0,4% dalam 24 jam dan Tribolium castaneum 0,4-0,1% dalam 24-72 jam.
Hama adalah organisme yang merusak tanaman dan secara ekonomik merugikan manusia. Hama yang menyerang tumbuhan antara lain tikus, walang sangit, wereng, tungau, dan ulat.
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...UNESA
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Aklimatisasi anggrek dari in vitro ke in vivo dilakukan secara bertahap menggunakan community pot dengan media arang dan sabut kelapa, kemudian ditutup dengan plastik. Sebelum diaklimatisasi, planlet anggrek dikeluarkan dari botol dan dicuci hingga bersih sampai tidak ada media agar yang masih menempel pada akar.
2. Pada penyilangan (Anggrek Dendrobium melintir >< Anggrek Dendrobium sp.) anggrek disilangkan dengan sesamanya dengan menempelkan serbuk sari pada putik bunga anggrek dengan menggunakan tusuk gigi, kemudian diberi label yang berisi nama spesies jantan dan betina anggrek yang disilangkan dengan tanggal saat melakukan penyilangan.
Hama adalah organisme yang merusak tanaman dan secara ekonomik merugikan manusia. Hama yang menyerang tumbuhan antara lain tikus, walang sangit, wereng, tungau, dan ulat.
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...UNESA
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Aklimatisasi anggrek dari in vitro ke in vivo dilakukan secara bertahap menggunakan community pot dengan media arang dan sabut kelapa, kemudian ditutup dengan plastik. Sebelum diaklimatisasi, planlet anggrek dikeluarkan dari botol dan dicuci hingga bersih sampai tidak ada media agar yang masih menempel pada akar.
2. Pada penyilangan (Anggrek Dendrobium melintir >< Anggrek Dendrobium sp.) anggrek disilangkan dengan sesamanya dengan menempelkan serbuk sari pada putik bunga anggrek dengan menggunakan tusuk gigi, kemudian diberi label yang berisi nama spesies jantan dan betina anggrek yang disilangkan dengan tanggal saat melakukan penyilangan.
Di dalam ini akan dijelaskan (1) pengendalian OPT secara kimiawi, (2) macam-macam pestisida, (3) peranan pestisida, (4) kelebihan, kekurangan, dan pengendalian pestisida, (5) klasifikasi pestisida, (6) formulasi pestisida, dan (7) cara menggunakan pestisida.
Maaf :-
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...Moh Masnur
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa) dan MANGGA (Mangifera indica) di AREAL PERSAWAHAN BALAI BENIH PALUR, DESA SONOBIJO, KEC. MOJOLABAN, KAB. SUKOHARJO, SURAKARTA”
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...UNESA
1. Ada 145 botol media steril yang dihasilkan dari praktikum pembutan media MS (Murashige & Skoog), yaitu media A sejumlah 47 botol, media B sejumlah 50 botol, dan media C sejumlah 48 botol, dan tidak ada yang mengalami kontaminasi.
2. Pada eksplan embrio Kacang Tanah (Arachis hypogaea) yang ditanam pada botol media MS (Murashige & Skoog) ada 3 eksplan dan semuanya mengalami kontaminasi bakteri yang dapat dilihat dari warna akar dan tunas kacang tanah yang berwarna jingga.
3. Faktor-faktor penyebab kontaminasi dalam kultur jaringan pada praktikum ini adalah:
- Organisme kecil yang masuk ke dalam media berupa bakteri
- Botol kultur atau alat-alat tanam yang kurang steril
- Lingkungan kerja dan ruang kultur yang kotor
- Kecerobohan dalam pelaksanaan
A. Morfologi Umum Blattidae
a. Antena filiform, panjang, bersegmen-segmen dan bisa bergerak.
b. Umumnya mulut bertipe mengunyah (Chewing/mandibulate mouthparts)
c. Mempunyai sepasang mata majemuk dan dua simple ocelli.
d. Bentuk tubuh oval pipih dorsoventral dengan permukaan halus tidak berambut,tidak bersisik.
B. Morfologi Umum Blattidae
a. Kepala tertutup pronotum.
b. Sayap 2 pasang, yang luar tebal dengan venasi jelas dan bagian dalam membranous.
c. Berwarna coklat sampai cokat tua (agak hitam).
d. Mempunyai tiga pasang kaki untuk merayap(berlari).
Ø Telur Kecoa
• Untuk stadium telur kecoa membutuhkan waktu 30-40 hari sampai telur menetas.
• Telur diletakkan secara berkelompok.
• Telur dilindungi oleh selaput keras atau kapsul telur yang disebut ootheca.
• Satu kapsul biasanya berisi 8-16 telur.
• Telur biasanya diletakkan di tempat-tempat tersembunyi sampai menetas, tapi ada beberapa jenis kecoa yang menempelkan telurnya di ujung abdomen induk sampai menetas.
Ø Nimfa Kecoa
• Sebuah kapsul telur yang telah dibuahi oleh kecoa jantan akan menghasilkan nimfa.
• Nimfa yang baru keluar dari kapsul telur biasanya berwarna putih.
• Seiring bertambahnya umur, warna ini akan berubah menjadi cokelat. Seekor nimfa akan mengalami pergantian kulit beberapa kali sampai dia menjadi dewasa.
• Lamanya stadium nimfa ini berkisar 5-6 bulan.
• Pada spesies Periplaneta Americana stadium nimfa dapat dikenali dengan tidak adanya sayap, sayap akan tumbuh jika sudah dewasa.
C. Beberapa Spesies Blattidae yang penting:
1. Periplaneta americana
2. Blata orientalis
3. Blatella germanica
4. Supella supellectilium (Brown banded)
Ø Beberapa aspek perilaku kecoa :
1. Umumnya kecoa adalah binatang malam yang hidupnya sering berkoloni.
2. Kecoa menyenangi tempat-tempat kotor untuk hidup.
3. Kecoa pada umumnya adalah pemakan segala(omnivora), tetapi kecoa menyukai makanan kotor seperti kotoran manusia dan dahak. Walaupun demikian dia suka makan makanan manusia.
4. Kecoa memiliki dua senso-motorik Pertama, pada bagian kepala dengan dua antena sebagai penala getaran. Kedua, pada bagian kaki belakang sampai ke bagian perut dengan rambut-rambut halus yang berfungsi sebagai antena.
5. Untuk menanggapi rangsang dari luar kecoa hanya butuh waktu 15 - 20 milidetik.
6. Kecoa tua akan mengalami penurunan stamina hingga mudah ditangkap.
Laporan Fisiologi Tumbuhan IX Dormansi Biji Sirsak (Annona muricata L.)UNESA
Kemampuan bertunas berhenti saat biji mengalami dormansi. Dormansi terjadi segera setelah pemanenan atau saat kondisi lingkungannya tidak mendukung pada periode akhir pertumbuhannya. Fase awal dormansi ini merupakan titik awal proses pematangan fisiologis, seringkali disebut sebagai ‘wilting point’. Periode dormansi dapat didefinisikan sebagai periode menurunnya aktivitas metabolisme endogeneous dimana biji tidak menunjukkan pertumbuhan tunas di dalam atau di luar, walaupun komoditas tetap mempertahankan potensi pertumbuhannya pada masa berikutnya saat kondisi memungkinkan. Kemampuan dormansi ini merupakan karakteristik yang membedakan antar spesies dan varietas. Periode ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu suhu, kelembaban, oksigen dan CO2, komposisi atmosfir ruang penyimpanan serta ada atau tidaknya luka karena kerusakan fisik atau penyakit (Estiasih, dkk., 2017).
Dormansi merupakan masa istirahat biji sehingga proses perkecambahan tidak dapat terjadi yang disebabkan adanya pengaruh dari dalam biji (Salisbury dan Ross, 1995). Dormansi benih mengakibatkan benih menjadi sulit berkecambah. Hal ini dapat disebabkan oleh sifat atau tekstur kulit biji yang keras (Mulyana dan Asmarahman, 2012).
Bila penyebab terjadinya dormansi adalah embrio benih disebut dormansi fisiologi, sedangkan bila penyebabnya kulit benih disebut dormansi fisik. Penyebab dormansi fisik dan dormansi fisiologi dapat dijumpai pada berbagai spesies, tetapi ada spesies yang mempunyai dormansi ganda. Dari semua perlakuan pematahan dormansi secara fisik yang dicoba ternyata skarifikasi (dengan kertas amplas) adalah cara yang cocok untuk mematahkan dormansi benih aren, sebab mampu mempercepat proses perkecambahan (43 hari setelah ditanam) dan mempunyai daya berkecambah yang tinggi yaitu 79,41 % (Hartawan, 2016).
Umumnya perlakuan pematahan dormansi diberikan secara fisik, seperti skarifikasi mekanik dan kimiawi. Skarifikasi mekanik meliputi pengamplasan, pengikiran, pemotongan dan penusukan bagian tertentu pada benih. Kimiawi biasanya dilakukan dengan menggunakan air panas dan bahan-bahan kimia seperti asam kuat (H2SO4 dan HCl), alkohol dan H2O2 yang bertujuan untuk merusak atau melunakkan kulit benih (Kartika, et al., 2015).
Kesimpulan
Proses dormansi biji sirsak cepat tumbuh pada biji yang diamplas, dibandingkan dengan biji yang direndam H2SO4 dan dicuci air.
Di dalam ini akan dijelaskan (1) pengendalian OPT secara kimiawi, (2) macam-macam pestisida, (3) peranan pestisida, (4) kelebihan, kekurangan, dan pengendalian pestisida, (5) klasifikasi pestisida, (6) formulasi pestisida, dan (7) cara menggunakan pestisida.
Maaf :-
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...Moh Masnur
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa) dan MANGGA (Mangifera indica) di AREAL PERSAWAHAN BALAI BENIH PALUR, DESA SONOBIJO, KEC. MOJOLABAN, KAB. SUKOHARJO, SURAKARTA”
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...UNESA
1. Ada 145 botol media steril yang dihasilkan dari praktikum pembutan media MS (Murashige & Skoog), yaitu media A sejumlah 47 botol, media B sejumlah 50 botol, dan media C sejumlah 48 botol, dan tidak ada yang mengalami kontaminasi.
2. Pada eksplan embrio Kacang Tanah (Arachis hypogaea) yang ditanam pada botol media MS (Murashige & Skoog) ada 3 eksplan dan semuanya mengalami kontaminasi bakteri yang dapat dilihat dari warna akar dan tunas kacang tanah yang berwarna jingga.
3. Faktor-faktor penyebab kontaminasi dalam kultur jaringan pada praktikum ini adalah:
- Organisme kecil yang masuk ke dalam media berupa bakteri
- Botol kultur atau alat-alat tanam yang kurang steril
- Lingkungan kerja dan ruang kultur yang kotor
- Kecerobohan dalam pelaksanaan
A. Morfologi Umum Blattidae
a. Antena filiform, panjang, bersegmen-segmen dan bisa bergerak.
b. Umumnya mulut bertipe mengunyah (Chewing/mandibulate mouthparts)
c. Mempunyai sepasang mata majemuk dan dua simple ocelli.
d. Bentuk tubuh oval pipih dorsoventral dengan permukaan halus tidak berambut,tidak bersisik.
B. Morfologi Umum Blattidae
a. Kepala tertutup pronotum.
b. Sayap 2 pasang, yang luar tebal dengan venasi jelas dan bagian dalam membranous.
c. Berwarna coklat sampai cokat tua (agak hitam).
d. Mempunyai tiga pasang kaki untuk merayap(berlari).
Ø Telur Kecoa
• Untuk stadium telur kecoa membutuhkan waktu 30-40 hari sampai telur menetas.
• Telur diletakkan secara berkelompok.
• Telur dilindungi oleh selaput keras atau kapsul telur yang disebut ootheca.
• Satu kapsul biasanya berisi 8-16 telur.
• Telur biasanya diletakkan di tempat-tempat tersembunyi sampai menetas, tapi ada beberapa jenis kecoa yang menempelkan telurnya di ujung abdomen induk sampai menetas.
Ø Nimfa Kecoa
• Sebuah kapsul telur yang telah dibuahi oleh kecoa jantan akan menghasilkan nimfa.
• Nimfa yang baru keluar dari kapsul telur biasanya berwarna putih.
• Seiring bertambahnya umur, warna ini akan berubah menjadi cokelat. Seekor nimfa akan mengalami pergantian kulit beberapa kali sampai dia menjadi dewasa.
• Lamanya stadium nimfa ini berkisar 5-6 bulan.
• Pada spesies Periplaneta Americana stadium nimfa dapat dikenali dengan tidak adanya sayap, sayap akan tumbuh jika sudah dewasa.
C. Beberapa Spesies Blattidae yang penting:
1. Periplaneta americana
2. Blata orientalis
3. Blatella germanica
4. Supella supellectilium (Brown banded)
Ø Beberapa aspek perilaku kecoa :
1. Umumnya kecoa adalah binatang malam yang hidupnya sering berkoloni.
2. Kecoa menyenangi tempat-tempat kotor untuk hidup.
3. Kecoa pada umumnya adalah pemakan segala(omnivora), tetapi kecoa menyukai makanan kotor seperti kotoran manusia dan dahak. Walaupun demikian dia suka makan makanan manusia.
4. Kecoa memiliki dua senso-motorik Pertama, pada bagian kepala dengan dua antena sebagai penala getaran. Kedua, pada bagian kaki belakang sampai ke bagian perut dengan rambut-rambut halus yang berfungsi sebagai antena.
5. Untuk menanggapi rangsang dari luar kecoa hanya butuh waktu 15 - 20 milidetik.
6. Kecoa tua akan mengalami penurunan stamina hingga mudah ditangkap.
Laporan Fisiologi Tumbuhan IX Dormansi Biji Sirsak (Annona muricata L.)UNESA
Kemampuan bertunas berhenti saat biji mengalami dormansi. Dormansi terjadi segera setelah pemanenan atau saat kondisi lingkungannya tidak mendukung pada periode akhir pertumbuhannya. Fase awal dormansi ini merupakan titik awal proses pematangan fisiologis, seringkali disebut sebagai ‘wilting point’. Periode dormansi dapat didefinisikan sebagai periode menurunnya aktivitas metabolisme endogeneous dimana biji tidak menunjukkan pertumbuhan tunas di dalam atau di luar, walaupun komoditas tetap mempertahankan potensi pertumbuhannya pada masa berikutnya saat kondisi memungkinkan. Kemampuan dormansi ini merupakan karakteristik yang membedakan antar spesies dan varietas. Periode ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu suhu, kelembaban, oksigen dan CO2, komposisi atmosfir ruang penyimpanan serta ada atau tidaknya luka karena kerusakan fisik atau penyakit (Estiasih, dkk., 2017).
Dormansi merupakan masa istirahat biji sehingga proses perkecambahan tidak dapat terjadi yang disebabkan adanya pengaruh dari dalam biji (Salisbury dan Ross, 1995). Dormansi benih mengakibatkan benih menjadi sulit berkecambah. Hal ini dapat disebabkan oleh sifat atau tekstur kulit biji yang keras (Mulyana dan Asmarahman, 2012).
Bila penyebab terjadinya dormansi adalah embrio benih disebut dormansi fisiologi, sedangkan bila penyebabnya kulit benih disebut dormansi fisik. Penyebab dormansi fisik dan dormansi fisiologi dapat dijumpai pada berbagai spesies, tetapi ada spesies yang mempunyai dormansi ganda. Dari semua perlakuan pematahan dormansi secara fisik yang dicoba ternyata skarifikasi (dengan kertas amplas) adalah cara yang cocok untuk mematahkan dormansi benih aren, sebab mampu mempercepat proses perkecambahan (43 hari setelah ditanam) dan mempunyai daya berkecambah yang tinggi yaitu 79,41 % (Hartawan, 2016).
Umumnya perlakuan pematahan dormansi diberikan secara fisik, seperti skarifikasi mekanik dan kimiawi. Skarifikasi mekanik meliputi pengamplasan, pengikiran, pemotongan dan penusukan bagian tertentu pada benih. Kimiawi biasanya dilakukan dengan menggunakan air panas dan bahan-bahan kimia seperti asam kuat (H2SO4 dan HCl), alkohol dan H2O2 yang bertujuan untuk merusak atau melunakkan kulit benih (Kartika, et al., 2015).
Kesimpulan
Proses dormansi biji sirsak cepat tumbuh pada biji yang diamplas, dibandingkan dengan biji yang direndam H2SO4 dan dicuci air.
Dialam populasi mikroba tidak terpisah sendiri menurut jenisnya, tetapi terdiri dari campuran berbagai macam sel. Di dalam laboratorium populasi bakteri ini dapat diisolasi menjadi kultur murni yang terdiri dari satu jenis yang dapat dipelajari morfologinya, sifat dan kemampuan biokimiawinya.
Dalam mempelajari mikroba tidak bias dilakukan secara kasat mata. Sedangkan dalam suatu lokasi yang menurut manusia sudah cukup kecil, disanan masih terdapat bakteri dalam jumlah besar dan juga bermacam–macam jenisnya. Selain itu, di alam mikrobia pada umumnya tidak hidup tersendiri sebagai individu tunggal dan terlepas dari spesies yang lain, Mikroba lebih sering ditemukan dalam bentuk koloni dan bersama-sama dengan mikroba yang lain
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
Laporan pesti 3 racun kontak
1. PRAKTIKUM PESTISIDA DALAM PROTEKSI TANAMAN
(PTN 306)
PRAKTIKUM III : PENGUJIAN RACUN KONTAK
DURSBAND TERHADAP LIPAS DAN Tribolium castaneum
KELOMPOK 5
(Kelas Paralel 2)
1. Ricko Baharudin A24130046
2. Ulfah Fahriani A34120004
3. M. Yusuf Al Anshori A34120028
4. Ilmi Hamidi A34120059
5. Nurul Farida Efriani A34120091
Dosen :
Ir. Djoko Prijono MAgr. Sc
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
2.
3. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pestisida adalah substansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau
mengendalikan berbagai hama. Berdasarkan asal katanya, pestisida berasal dari
bahasa inggris yaitu pest berarti hama, dan cida berarti pembunuh. Menurut
peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973, pestisida adalah semua zat kimia atau
bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk : (1) Memberantas
atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang merusak tanaman atau
hasil-hasil pertanian, (2) memberantas rerumputan, (3) mematikan daun dan
mencegah pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman, tidak termasuk
pupuk, (4) memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan
peliharaan dan ternak, (5) memberantas dan mencegah hama-hama air, (6)
memberikan atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah
tangga, bangunan dan alat-alat pengangkutan, memberantas atau mencegah
binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang
yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan air
(Djojosumarto 2008).
Pestisida mempunyai sifat-sifat fisik, kimia dan daya kerja yang berbeda-
beda sehingga kini terdapat macam-macam pestisida. Pestisida dapat digolongkan
menurut berbagai cara tergantung pada kepentingannya, antara lain: berdasarkan
sasaran yang akan dikendalikan, cara kerja, struktur kimia, dan bentuknya
(Wudianto 2010).
Racun kontak menyebabkan kematian pada serangga dengan cara
kontaminasi, penetrasi ke dalam tubuh serangga, dan mengganggu proses fisiologi
dan biokimia setelah memasuki tubuh serangga. Kepekaan serangga terhadap
racun kontak berbeda-beda tergantung instar serangga (Djojosumarto 2008).
Suatu insektisida dapat meracuni serangga bila sejumlah tertentu molekul
insektisida dapat mencapai dan berinteraksi dengan bagian tubuh serangga
sasaran. Penetrasi insektisida dapat melalui integumen atau absorpsi oleh dinding
saluran pencernaan, translokasi ke bagian sasaran, pengikatan dan penyimpanan
pada jaringan tubuh tertentu, metabolisme oleh berbagai enzim pengurai dalam
tubuh dan pembuangan keluar tubuh, penetrasi melalui lapisan pelindung bagian
sasaran dan interaksi insektisida tersebut dengan bagian sasaran (Djojosumarto
2008).
Tujuan
Praktikum ini bertujuan menguji keefektifan insektisida racun kontak
Dursband terhadat lipas dan Tribolium castaneum.
4. BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Departemen Proteksi
Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Waktu praktikum
dilaksanakan pada hari Senin tanggal 23 Februari pukul 15.00 WIB sampai
selesai.
Bahan dan Alat
Bahan yang diperlukan pada praktikum ini adalah 30 ekor kecoa, 30 ekor
Tribolium castaneum, tepung, biskuit, dan insektisida Dursban 200 EC.
Sedangkan alat yang digunakan adalah cawan petri, kertas saring, label, pipet,
gelas ukur, rubber bulb, dan wadah plastik untuk tempat pengujian.
Cara Kerja
Praktikum ini dilakukan dengan dua perlakuan yaitu perlakuan setempat
dan perlakuan residu dengan melakukan 3 kali ulangan. Penggunaan racun kontak
dengan perlakuan setempat menggunakan metode topikal, yaitu metode yang
dilakukan dengan cara meneteskan insektisida menggunakan jarum sebanyak 1
mikroliter larutan. Pelarut yang digunakan adalah Aseton dan pestisida yang
digunakan adalah Dursban 200 EC dengan perlakuan konsentrasi 0,5%, 0,4%,
0,3%, 0,2%, 0,1%, 0.05%, dan kontrol. Pelarut dan pestisida tersebut
dicampurkan kemudian diteteskan ke bagian ventral kecoa sebanyak 1 mikroliter.
Kecoa yang telah diberikan perlakuan dimasukan kedalam 3 wadah, masing-
masing wadah terdapat 10 kecoa dan diberikan biskuit sebagai makanannya.
Pengamatan dilakukan pada 24, 48, dan 72 jam setelah praktikum dengan
menghitung dan mencatat jumlah kecoa yang mati.
Praktikum perlakuan residu dilakukan dengan cara meneteskan larutan
pestisida pada kertas saring sebanyak 1 µl dengan menggunakan pipet.
Konsentrasi pestisida yang digunakan sama seperti pada perlakuan setempat.
Setelah itu Tribolim castaneum dimasukan kedalam 3 cawan petri, masing-masing
cawan petri berisi 10 ekor Tribolium castaneum dan diberikan tepung sebagai
makanannya. Pengamatan dilakukan pada 24, 48, dan 72 jam setelah praktikum
dengan menghitung dan mencatat jumlah serangga yang mati.
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 1 Pengaruh konsentrasi pestisida racun kontak terhadap mortalitas kecoa
Konsen
trasi
Jumlah
awal
kecoa /
wadah
Jumlah serangga mati
Selasa (24 Jam) Rabu (48 Jam) Kamis (72 Jam)
Ulang
an 1
Ulanga
n 2
Ulanga
n 3
Rata-
rata
Ulang
an 1
Ulanga
n 2
Ulanga
n 3
Rata-
rata
Ulanga
n 1
Ulanga
n 2
Ulanga
n 3
Rata-
rata
0.5 % 10 9 8 6 7.67 10 9 7 8.67 10 9 7 8.67
0.4 % 10 6 2 8 5.33 7 2 8 5.67 7 2 8 5.67
0.3 % 10 0 2 0 0.67 5 3 0 2.67 8 6 0 4.67
0.2 % 10 3 3 1 2.33 4 4 5 4.33 9 9 7 8.33
0.1 % 10 2 2 4 2.67 3 3 5 3.67 10 8 9 9.00
0.05 % 6 0 0 0 0.00 0 0 3 1.00 2 5 4 3.67
Kontrol 7 2 0 2 1.33 5 0 3 2.67 5 0 3 2.67
LC50 (%) 0.43762 0.43992 0.44258
LC95 (%) 0.60222 0.56934 0.00000
Tabel 2 Uji konsentrasu residu pestisida terhadap mortalitas Tribolium castenum
6. Konsen
trasi
Jumlah
awal
Triboliu
m /
wadah
Jumlah serangga mati
Selasa (24 Jam) Rabu (48 Jam) Kamis (72 Jam)
Ulanga
n 1
Ulang
an 2
Ulanga
n 3
Rata-
rata
Ulanga
n 1
Ulanga
n 2
Ulanga
n 3
Rata-
rata
Ulang
an 1
Ulang
an 2
Ulanga
n 3
Rata-
rata
0.5 % 10 9 9 9 9.00 10 10 10 10.00 10 10 10 10.00
0.4 % 10 6 3 10 6.33 10 10 10 10.00 10 10 10 10.00
0.3 % 10 6 3 7 5.33 8 9 9 8.67 9 10 10 9.67
0.2 % 10 5 3 7 5.00 7 5 9 7.00 9 7 10 8.67
0.1 % 10 4 0 2 2.00 7 4 6 5.67 9 4 10 7.67
0.05 % 10 3 1 1 1.67 3 2 3 2.67 5 4 10 6.33
Kontrol 10 0 0 0 0.00 0 0 0 0.00 0 0 0 0.00
LC50 (%) 0.20315 0.08951 0.04057
LC95 (%) 1.35694 0.40320 0.22729
Tabel 3 Hasil analisis probit
Serangga Uji Perlakuan (Jam) LC50 (%) LC95 (%)
Kecoa 24 0.43762 0.60222
48 0.43992 0.56934
72 0.44258 0.00000
Tribolium 24 0.20315 1.35694
48 0.08951 0.40320
72 0.04057 0.22729
7. Pembahasan
Mortalitas kecoa akibat perlakuan insektisida racun kontak dengan
konsentrasi berbeda selama tiga hari menunjukkan perbedaan yang nyata.
Mortalitas kecoa saat perlakuan 24 jam dengan berbagai konsentrasi adalah 8 ekor
untuk 0.5% konsentrasi, 5 ekor untuk 0.4% konsentrasi, 4 ekor untuk perlakuan
0.3% konsentrasi, 2 ekor untuk 0.2 % konsentrasi, dan 3 ekor untuk 0.1%
konsentrasi. Perlakuan 0.5% konsentrasi tidak menyebabkan kematian kecoa saat
selang waktu 24 jam. Maka, dapat disimpulkan bahwa saat selang waktu 24 jam,
LC50 racun kontak Dursband 200 EC adalah 0.1%. Alasannya adalah konsentrasi
0.1% dapat mematikan kecoa sebanyak 3 ekor dari 10 ekor total kecoa. LC95
racun kontak ini adalah 0.5%, karena perlakuan konsentrasi ini dalam selang
waktu 24 jam mampu mematikan separuh lebih populasi kecoa.
Mortalitas kecoa saat perlakuan 48 jam dengan konsentrasi 0.05% sampai
dengan perlakuan 0.5% adalah 1 ekor, 4 ekor, 5 ekor, 3 ekor, 7 ekor, dan 9 ekor.
Maka, dapat disimpulkan bahwa LC50 racun kontak untuk perlakuan 48 jam
adalah konsentrasi 0.05%. Konsentrasi yang mampu mematikan separuh lebih
kecoa adalah perlakuan dengan 0.4%. Mortalitas kematian kecoa saat perlakuan
72 jam dengan perlakuan 0.05% sampai dengan perlakuan 0.5% adalah 4 ekor, 9
ekor, 8 ekor, 5 ekor, 6 ekor, dan 9 ekor. Data kematian perlakuan 72 jam agak
berbeda pada konsentrasi 0.3% karena terdapat satu kali ulangan, dan hasil
kematiannya nol.
Percobaan uji konsentrasi residu pestisida terhadap mortalitas Tribolium
castenum dilakukan dengan meratakan insektisida pada permukaan substrat
tertentu, missal kertas saring, dan kemudian serangga dimasukkan ke dalam
wadah. Pengujian kontaminasi residu dilakukan selama selang waktu 24 jam, 48
jam, dan 72 jam. Mortalitas perlakuan 24 jam dengan konsentrasi 0.05% sampai
dengan konsentrasi 0.5% berturut-turut adalah 2 ekor, 2 ekor, 5 ekor, 5 ekor, 6
ekor, dan 9 ekor Tribolium sp. Hal ini menunjukkan bahwa LC50 pestisida adalah
0.05% karena konsentrasi tersebut mampu mematikan 2 ekor serangga dari total
10 serangga. Perlakuan konsentrasi 0.05% saat selang waktu 48 jam mampu
mematikan 3 ekor serangga, dan saat selang waktu 72 jam mematikan 6 ekor
serangga. Hal ini menunjukkan bahwa selama selang waktu 72 jam, pestisida
yang digunakan untuk mematikan Tribolium sp masih memiliki kefektifan. Hal ini
dapat dibuktikan bahwa mortalitas Tribolium sp bertambah saat perlakuan hari
ketiga.
Perkiraan LC95 pestisida saat perlakuan 24 jam adalah konsentrasi 0.4%,
karena perlakuan konsentrasi ini mampu mematikan separuh lebih populasi
serangga (mati 6 ekor). LC95 saat perlakuan 48 jam adalah konsentrasi 0.2%
karena perlakuan konsentrasi ini mampu mematikan 7 ekor serangga. LC95 saat
perlakuan 72 jam adalah konsentrasi 0.1% karena mampu mematikan separuh
lebih populasi serangga (mati 8 ekor). Dalam hal ini, penentuan LC95 ternyata
dipengaruhi oleh besarnya konsentrasi racun yang diaplikasikan dan waktu
pengaplikasian. LC95 24 jam adalah 0.4%, hal ini menunjukkan bahwa pestisida
konsentrasi 0.4% dapat mematikan separuh lebih populasi saat diaplikasikan
8. selang waktu 24 jam. LC95 72 jam adalah konsentrasi 0.1%, karena dalam selang
waktu 72 jam insektisida ini mampu mematikan 8 ekor serangga.
Kematian serangga juga dipengaruhi oleh metabolisme serangga dan
seberapa cepat pestisida itu memasuki tubuh serangga. Semakin tinggi konsentrasi
yang diaplikasikan dan semakin lama waktu pengaplikasiannya akan efektif
mematikan serangga. Bila kepekaan hama sasaran terhadap insektisida sudah
berkurang, insektisida tersebut tidak dapat lagi digunakan untuk mengendalikan
hama sasaran dan hama tersebut dikategorikan sudah resisten (Zalom 2001;
Djojosumarto 2008).
Hasil analisis probit racun kontak Dursband menunjukkan bahwa LC50
racun kontak kecoa saat 24 jam adalah 0.44, sedangkan LC95 racun kontak kecoa
adalah 0.60. Pada waktu 48 jam, hasil analisis probit LC50 adalah 0.44,
sedangkan LC95 sebesar 0.57. Hasil analisis probit LC50 pada waktu 72 jam
adalah 0.45 dan LC95 adalah 0.00. Nilai g pada hasil analisis probit menunjukkan
tingkat nyata pendugaan toksisitas insektisida pada tingkat kepercayaan tertentu.
Makin kecil nilai g pada tingkat kepercayaan tertentu, makin teliti pendugaannya.
Nilai g pada tingkat kepercayaan 95% saat 24 jam adalah 1.12 (lebih besar dari
0.1 dan melebihi 0.4). Dengan demikian selang kepercayaan 95% untuk
konsentrasi letal (misal LC50 dan LC95) ekstrak yang diuji dapat dianggap tidak
teliti (lebih besar dari 0.1). Selang kepercayaan taraf 99% adalah 3.09. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan data yang dianalisis harus diturunkan
untuk memperoleh nilai g yang kurang dari 0,4 (Finney 1971).
Hasil analisis probit racun kontak Dursband menunjukkan bahwa LC50
racun kontak Tribolium pada waktu 24 jam adalah 0.20, sedangkan LC95 sebesar
1.35. Hasil analisis probit pada waktu 48 jam menunjukkan LC50 sebesar 0.09,
sedangkan nilai LC95 sebesar 0.40. Nilai LC50 pada waktu 72 jam adalah 0.04
dan LC95 adalah 0.22. Nilai g pada tingkat kepercayaan 95% untuk perlakuan 24
jam adalah 0.25 (lebih besar dari 0.1 dan melebihi 0.4). Dengan demikian selang
kepercayaan 95% untuk konsentrasi letal (misal LC50 dan LC95) ekstrak yang diuji
dapat dianggap tidak teliti (lebih besar dari 0.1). Selang kepercayaan taraf 99%
adalah 0.78. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan data yang dianalisis
harus diturunkan untuk memperoleh nilai g yang kurang dari 0,4 (Finney 1971).
9. PENUTUP
Simpulan
Konsentrasi letal (LC) adalah konsentrasi yang digunakan untuk
mematikan separuh populasi serangga. Setiap kemasan pestisida yang telah
terdaftar di kementrian pertanian pasti mencantumkan konsentrasi yang aman
digunakan untuk serangga dan lingkungan. Sementara itu, kematian serangga
yang disebabkan oleh pestisida dipengaruhi oleh besarnya konsentrasi dan waktu
pengaplikasiannya. Beberapa pestisida juga meningalkan residu zat yang masih
efektif untuk mematikan serangga. Pestisida juga akan kehilangan efektifitasnya
apabila terpapar udara dalam waktu yang lama, sehingga lamanya waktu aplikasi
tidak menjamin keefektifan penggunaan.
10. DAFTAR PUSTAKA
Djojosumarto P. 2008. Pestisida dan Aplikasinya. Jakarta (ID): Agromedia
Pustaka.
Finney DJ. 1971. Probit Analysis, 3rd ed. Cambridge: Cambridge Univ Press.
Wudianto R. 2001. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Jakarta (ID): Penebar
Swadaya.
Zalom FG. 2001. Pesticide use practices in integrated pest management. Di
dalam: Krieger R, Doull J, Ecobichon D, Gammon D, Hodgson et al.,
editor. Handbook of Pesticide Toxicology. Vol 1. San Diego (US):
Academic Press. hlm 275-283.
11. LAMPIRAN
1. Analisis Probit Kematian Kecoa
24 Jam
POLO-PC
(C) Copyright LeOra Software 1987
Input file >
input: =Pengujian Racun Kontak dengan Metode Residu terhadap
kecoa
input: =enam taraf konsentrasi 銉
input: =30 serangga uji per konsentrasi
input: =data mortalitas 24 jam setelah perlakuan
input: =konsentrasi (%), jumlah serangga uji, jumlah serangga
mati
input: *Kecoa
input: 0.5 30 23
input: 0.4 30 16
input: 0.3 30 2
input: 0.2 30 7
input: 0.1 30 8
input: 0.05 18 0
input: 0.00 21 4
preparation dose log-dose subjects responses
resp/subj
Kecoa .00000 .000000 21. 4.
.190
.50000 -.301030 30. 23.
.767
.40000 -.397940 30. 16.
.533
.30000 -.522879 30. 2.
.067
.20000 -.698970 30. 7.
.233
.10000 -1.000000 30. 8.
.267
.05000 -1.301030 18. 0.
.000
Number of preparations: 1
Number of dose groups: 6
Do you want probits [Y] ? Is Natural Response a parameter
[Y] ? Do you want the likelihood function to be maximized
[Y] ? LD's to calculate [10 50 90] > Do you want to specify
starting values of the parameters [N] ?
The probit transformation is to be used
The parameters are to be estimated by maximizing the
likelihood function
12. Maximum log-likelihood -95.709385
parameter standard error t ratio
Kecoa 4.2576755 1.0301817 4.1329365
SLOPE 11.863148 2.7948446 4.2446539
Variance-Covariance matrix
Kecoa SLOPE
Kecoa 1.061274 2.823411
SLOPE 2.823411 7.811156
Chi-squared goodness of fit test
preparation subjects responses expected deviation
probability
Kecoa 30. 23. 24.021 -1.021
.800699
30. 16. 13.525 2.475
.450843
30. 2. 6.343 -4.343
.211418
30. 7. 5.715 1.285
.190498
30. 8. 5.714 2.286
.190476
18. 0. 3.429 -3.429
.190476
chi-square 10.534 degrees of freedom 4
heterogeneity 2.6336
A large chi-square indicates a poor fit of the data by the
probit
analysis model. Large deviations for expected probabilities
near 0 or 1
are especially troublesome. A plot of the data should be
consulted.
See D. J. Finney, "Probit Analysis" (1972), pages 70-75.
Index of significance for potency estimation:
g(.90)=.66431 g(.95)=1.1268
g(.99)=3.0985
"With almost all good sets of data, g will be substantially
smaller than
1.0, and seldom greater than 0.4."
- D. J. Finney, "Probit Analysis" (1972), page 79.
Effective Doses
dose limits 0.90 0.95
0.99
LD50 Kecoa .43762
LD95 Kecoa .60222
13. Pengujian Racun Kontak dengan Metode Residu terhadap kecoa
Kecoa subjects 168 controls 21
log(L)=-95.71 slope=11.863+2.795 nat.resp.=.190+.000
heterogeneity=2.63 g=1.127
Stop - Program terminated.
48 Jam
POLO-PC
(C) Copyright LeOra Software 1987
Input file >
input: =Pengujian Racun Kontak dengan Metode Residu terhadap
kecoa
input: =enam taraf konsentrasi 銉
input: =30 serangga uji per konsentrasi
input: =data mortalitas 48 jam setelah perlakuan
input: =konsentrasi (%), jumlah serangga uji, jumlah serangga
mati
input: *Kecoa
input: 0.5 30 26
input: 0.4 30 17
input: 0.3 30 8
input: 0.2 30 13
input: 0.1 30 11
input: 0.05 18 3
input: 0.00 21 8
preparation dose log-dose subjects responses
resp/subj
Kecoa .00000 .000000 21. 8.
.381
.50000 -.301030 30. 26.
.867
.40000 -.397940 30. 17.
.567
.30000 -.522879 30. 8.
.267
.20000 -.698970 30. 13.
.433
.10000 -1.000000 30. 11.
.367
.05000 -1.301030 18. 3.
.167
Number of preparations: 1
Number of dose groups: 6
Do you want probits [Y] ? Is Natural Response a parameter
[Y] ? Do you want the likelihood function to be maximized
[Y] ? LD's to calculate [10 50 90] > Do you want to specify
starting values of the parameters [N] ?
The probit transformation is to be used
14. The parameters are to be estimated by maximizing the
likelihood function
Maximum log-likelihood -115.13762
parameter standard error t ratio
Kecoa 5.2375320 1.6379339 3.1976456
SLOPE 14.686466 4.7161199 3.1140994
Variance-Covariance matrix
Kecoa SLOPE
Kecoa 2.682827 7.619561
SLOPE 7.619561 22.24179
Chi-squared goodness of fit test
preparation subjects responses expected deviation
probability
Kecoa 30. 26. 26.154 -.154
.871785
30. 17. 16.480 .520
.549328
30. 8. 11.564 -3.564
.385477
30. 13. 11.429 1.571
.380953
30. 11. 11.429 -.429
.380952
18. 3. 6.857 -3.857
.380952
chi-square 5.7110 degrees of freedom 4
heterogeneity 1.4277
A large chi-square indicates a poor fit of the data by the
probit
analysis model. Large deviations for expected probabilities
near 0 or 1
are especially troublesome. A plot of the data should be
consulted.
See D. J. Finney, "Probit Analysis" (1972), pages 70-75.
Index of significance for potency estimation:
g(.90)=.66911 g(.95)=1.1349
g(.99)=3.1209
"With almost all good sets of data, g will be substantially
smaller than
1.0, and seldom greater than 0.4."
- D. J. Finney, "Probit Analysis" (1972), page 79.
Effective Doses
dose limits 0.90 0.95
0.99
15. LD50 Kecoa .43992
LD95 Kecoa .56934
Pengujian Racun Kontak dengan Metode Residu terhadap kecoa
Kecoa subjects 168 controls 21
log(L)=-115.1 slope=14.686+4.716 nat.resp.=.381+.000
heterogeneity=1.43 g=1.135
Stop - Program terminated.
72 Jam
POLO-PC
(C) Copyright LeOra Software 1987
Input file >
input: =Pengujian Racun Kontak dengan Metode Residu terhadap
kecoa
input: =enam taraf konsentrasi 銉
input: =30 serangga uji per konsentrasi
input: =data mortalitas 72 jam setelah perlakuan
input: =konsentrasi (%), jumlah serangga uji, jumlah serangga
mati
input: *Kecoa
input: 0.5 30 26
input: 0.4 30 17
input: 0.3 30 14
input: 0.2 30 25
input: 0.1 30 27
input: 0.05 18 11
input: 0.00 21 8
preparation dose log-dose subjects responses
resp/subj
Kecoa .00000 .000000 21. 8.
.381
.50000 -.301030 30. 26.
.867
.40000 -.397940 30. 17.
.567
.30000 -.522879 30. 14.
.467
.20000 -.698970 30. 25.
.833
.10000 -1.000000 30. 27.
.900
.05000 -1.301030 18. 11.
.611
Number of preparations: 1
Number of dose groups: 6
Do you want probits [Y] ? Is Natural Response a parameter
[Y] ? Do you want the likelihood function to be maximized
[Y] ? LD's to calculate [10 50 90] > Do you want to specify
starting values of the parameters [N] ?
16. The probit transformation is to be used
The parameters are to be estimated by maximizing the
likelihood function
Maximum log-likelihood -114.19905
parameter standard error t ratio
Kecoa -.11218740 .32306565 -.34725883
SLOPE -.31690440 .43292290 -.73201117
Variance-Covariance matrix
Kecoa SLOPE
Kecoa .1043714 .1255924
SLOPE .1255924 .1874222
Chi-squared goodness of fit test
preparation subjects responses expected deviation
probability
Kecoa 30. 26. 20.590 5.410
.686330
30. 17. 20.817 -3.817
.693914
30. 14. 21.111 -7.111
.703686
30. 25. 21.523 3.477
.717420
30. 27. 22.220 4.780
.740683
18. 11. 13.743 -2.743
.763496
chi-square 23.169 degrees of freedom 4
heterogeneity 5.7923
A large chi-square indicates a poor fit of the data by the
probit
analysis model. Large deviations for expected probabilities
near 0 or 1
are especially troublesome. A plot of the data should be
consulted.
See D. J. Finney, "Probit Analysis" (1972), pages 70-75.
Index of significance for potency estimation:
g(.90)=49.128 g(.95)=83.328
g(.99)=229.14
"With almost all good sets of data, g will be substantially
smaller than
1.0, and seldom greater than 0.4."
- D. J. Finney, "Probit Analysis" (1972), page 79.
Effective Doses
17. dose limits 0.90 0.95
0.99
LD50 Kecoa .44258
LD95 Kecoa .00000
Pengujian Racun Kontak dengan Metode Residu terhadap kecoa
Kecoa subjects 168 controls 21
log(L)=-114.2 slope=-.317+.433 nat.resp.=.381+.000
heterogeneity=5.79 g=83.328
Stop - Program terminated.
2. Analisis Probit Kematian Tribolium sp
24 Jam
POLO-PC
(C) Copyright LeOra Software 1987
Input file >
input: = uji residu kertas saring pada Tribolium castaneum
input: = enam taraf kons + kontrol
input: = 30 serangga uji per konsentrasi
input: = data mortalitas 24 jam setelah perlakuan
input: = konsentrasi (%), jml srg uji, jml srg mati
input: *Tri24
input: 0 30 0
input: 0.05 30 5
input: 0.1 30 6
input: 0.2 30 15
input: 0.3 30 18
input: 0.4 30 19
input: 0.5 30 27
preparation dose log-dose subjects responses
resp/subj
Tri24 .00000 .000000 30. 0.
.000
.05000 -1.301030 30. 5.
.167
.10000 -1.000000 30. 6.
.200
.20000 -.698970 30. 15.
.500
.30000 -.522879 30. 18.
.600
.40000 -.397940 30. 19.
.633
.50000 -.301030 30. 27.
.900
Number of preparations: 1
Number of dose groups: 6
Do you want probits [Y] ? Is Natural Response a parameter
[Y] ? Do you want the likelihood function to be maximized
18. [Y] ? LD's to calculate [10 50 90] > Do you want to specify
starting values of the parameters [N] ?
The probit transformation is to be used
The parameters are to be estimated by maximizing the
likelihood function
Maximum log-likelihood -101.83219
parameter standard error t ratio
Tri24 1.3804723 .23612293 5.8464137
SLOPE 1.9944026 .31508545 6.3297199
Variance-Covariance matrix
Tri24 SLOPE
Tri24 .5575404E-01 .6717000E-01
SLOPE .6717000E-01 .9927884E-01
Chi-squared goodness of fit test
preparation subjects responses expected deviation
probability
Tri24 30. 5. 3.369 1.631
.112316
30. 6. 8.089 -2.089
.269631
30. 15. 14.838 .162
.494592
30. 18. 18.966 -.966
.632183
30. 19. 21.640 -2.640
.721338
30. 27. 23.470 3.530
.782333
chi-square 5.3597 degrees of freedom 4
heterogeneity 1.3399
A large chi-square indicates a poor fit of the data by the
probit
analysis model. Large deviations for expected probabilities
near 0 or 1
are especially troublesome. A plot of the data should be
consulted.
See D. J. Finney, "Probit Analysis" (1972), pages 70-75.
Index of significance for potency estimation:
g(.90)=.15199 g(.95)=.25780 g(.99)=.70892
"With almost all good sets of data, g will be substantially
smaller than
1.0, and seldom greater than 0.4."
- D. J. Finney, "Probit Analysis" (1972), page 79.
We will use only the probabilities for which g is less than
0.5
20. Number of preparations: 1
Number of dose groups: 6
Do you want probits [Y] ? Is Natural Response a parameter
[Y] ? Do you want the likelihood function to be maximized
[Y] ? LD's to calculate [10 50 90] > Do you want to specify
starting values of the parameters [N] ?
The probit transformation is to be used
The parameters are to be estimated by maximizing the
likelihood function
Maximum log-likelihood -72.876436
parameter standard error t ratio
Tri48 2.6375434 .32635136 8.0819132
SLOPE 2.5164638 .35946072 7.0006641
Variance-Covariance matrix
Tri48 SLOPE
Tri48 .1065052 .1093666
SLOPE .1093666 .1292120
Chi-squared goodness of fit test
preparation subjects responses expected deviation
probability
Tri48 30. 9. 7.867 1.133
.262241
30. 17. 16.446 .554
.548186
30. 21. 24.306 -3.306
.810194
30. 26. 27.206 -1.206
.906872
30. 30. 28.473 1.527
.949095
30. 30. 29.098 .902
.969947
chi-square 5.7441 degrees of freedom 4
heterogeneity 1.4360
A large chi-square indicates a poor fit of the data by the
probit
analysis model. Large deviations for expected probabilities
near 0 or 1
are especially troublesome. A plot of the data should be
consulted.
See D. J. Finney, "Probit Analysis" (1972), pages 70-75.
Index of significance for potency estimation:
g(.90)=.13317 g(.95)=.22587 g(.99)=.62111
"With almost all good sets of data, g will be substantially
smaller than
21. 1.0, and seldom greater than 0.4."
- D. J. Finney, "Probit Analysis" (1972), page 79.
We will use only the probabilities for which g is less than
0.5
Effective Doses
dose limits 0.90 0.95
0.99
LD50 Tri48 .08951 lower .05844 .04750
upper .11888 .12864
LD95 Tri48 .40320 lower .27877 .25590
upper .80289 1.16601
uji residu kertas saring pada Tribolium castaneum
Tri48 subjects 180 controls 30
log(L)=-72.88 slope=2.516+-.359 nat.resp.=.000+-.000
heterogeneity=1.44 g=.226
LD50=.090 limits: .048 to .129
LD95=.403 limits: .256 to 1.166
Stop - Program terminated.
72 Jam
POLO-PC
(C) Copyright LeOra Software 1987
Input file >
input: = uji residu kertas saring pada Tribolium castaneum
input: = enam taraf kons + kontrol
input: = 30 serangga uji per konsentrasi
input: = data mortalitas 72 jam setelah perlakuan
input: = konsentrasi (%), jml srg uji, jml srg mati
input: *Tri72
input: 0 30 0
input: 0.05 30 19
input: 0.1 30 23
input: 0.2 30 26
input: 0.3 30 30
input: 0.4 30 30
input: 0.5 30 30
preparation dose log-dose subjects responses
resp/subj
Tri72 .00000 .000000 30. 0.
.000
.05000 -1.301030 30. 19.
.633
.10000 -1.000000 30. 23.
.767
.20000 -.698970 30. 26.
.867
22. .30000 -.522879 30. 30.
1.000
.40000 -.397940 30. 30.
1.000
.50000 -.301030 30. 30.
1.000
Number of preparations: 1
Number of dose groups: 6
Do you want probits [Y] ? Is Natural Response a parameter
[Y] ? Do you want the likelihood function to be maximized
[Y] ? LD's to calculate [10 50 90] > Do you want to specify
starting values of the parameters [N] ?
The probit transformation is to be used
The parameters are to be estimated by maximizing the
likelihood function
Maximum log-likelihood -50.592506
parameter standard error t ratio
Tri72 3.0590137 .45195500 6.7684033
SLOPE 2.1978782 .44412593 4.9487725
Variance-Covariance matrix
Tri72 SLOPE
Tri72 .2042633 .1908192
SLOPE .1908192 .1972478
Chi-squared goodness of fit test
preparation subjects responses expected deviation
probability
Tri72 30. 19. 17.372 1.628
.579067
30. 23. 24.163 -1.163
.805418
30. 26. 28.083 -2.083
.936091
30. 30. 29.158 .842
.971920
30. 30. 29.566 .434
.985533
30. 30. 29.752 .248
.991744
chi-square 4.6237 degrees of freedom 4
heterogeneity 1.1559
A large chi-square indicates a poor fit of the data by the
probit
analysis model. Large deviations for expected probabilities
near 0 or 1
are especially troublesome. A plot of the data should be
consulted.
See D. J. Finney, "Probit Analysis" (1972), pages 70-75.
23. Index of significance for potency estimation:
g(.90)=.21451 g(.95)=.36384
g(.99)=1.0005
"With almost all good sets of data, g will be substantially
smaller than
1.0, and seldom greater than 0.4."
- D. J. Finney, "Probit Analysis" (1972), page 79.
We will use only the probabilities for which g is less than
0.5
Effective Doses
dose limits 0.90 0.95
0.99
LD50 Tri72 .04057 lower .01558 .00790
upper .06195 .06814
LD95 Tri72 .22729 lower .15582 .14217
upper .49829 .85303
uji residu kertas saring pada Tribolium castaneum
Tri72 subjects 180 controls 30
log(L)=-50.59 slope=2.198+-.444 nat.resp.=.000+-.000
heterogeneity=1.16 g=.364
LD50=.041 limits: .008 to .068
LD95=.227 limits: .142 to .853
Stop - Program terminated.