Teks tersebut membahas tentang peran jamur terhadap tumbuhan dan manusia. Jamur dapat berperan sebagai patogen yang menyebabkan penyakit pada tanaman maupun manusia, namun juga bermanfaat sebagai bahan makanan, obat-obatan, dan membantu proses dekomposis.
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...Moh Masnur
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa) dan MANGGA (Mangifera indica) di AREAL PERSAWAHAN BALAI BENIH PALUR, DESA SONOBIJO, KEC. MOJOLABAN, KAB. SUKOHARJO, SURAKARTA”
Di dalam ini akan dijelaskan (1) pengendalian OPT secara kimiawi, (2) macam-macam pestisida, (3) peranan pestisida, (4) kelebihan, kekurangan, dan pengendalian pestisida, (5) klasifikasi pestisida, (6) formulasi pestisida, dan (7) cara menggunakan pestisida.
Maaf :-
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...Moh Masnur
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa) dan MANGGA (Mangifera indica) di AREAL PERSAWAHAN BALAI BENIH PALUR, DESA SONOBIJO, KEC. MOJOLABAN, KAB. SUKOHARJO, SURAKARTA”
Di dalam ini akan dijelaskan (1) pengendalian OPT secara kimiawi, (2) macam-macam pestisida, (3) peranan pestisida, (4) kelebihan, kekurangan, dan pengendalian pestisida, (5) klasifikasi pestisida, (6) formulasi pestisida, dan (7) cara menggunakan pestisida.
Maaf :-
Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung presentase daya berkecambahnya
1. Bagaimana struktur benih Kedelai (Glycine max), Jagung (Zea mays), Kacang Tanah (Arachis hypogaea), dan Padi (Oryza sativa)?
2. Apa saja tipe perkecambahan benih Kedelai (Glycine max), Jagung (Zea mays), Kacang Tanah (Arachis hypogaea), dan Padi (Oryza sativa)?
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...UNESA
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Aklimatisasi anggrek dari in vitro ke in vivo dilakukan secara bertahap menggunakan community pot dengan media arang dan sabut kelapa, kemudian ditutup dengan plastik. Sebelum diaklimatisasi, planlet anggrek dikeluarkan dari botol dan dicuci hingga bersih sampai tidak ada media agar yang masih menempel pada akar.
2. Pada penyilangan (Anggrek Dendrobium melintir >< Anggrek Dendrobium sp.) anggrek disilangkan dengan sesamanya dengan menempelkan serbuk sari pada putik bunga anggrek dengan menggunakan tusuk gigi, kemudian diberi label yang berisi nama spesies jantan dan betina anggrek yang disilangkan dengan tanggal saat melakukan penyilangan.
Hama adalah organisme yang merusak tanaman dan secara ekonomik merugikan manusia. Hama yang menyerang tumbuhan antara lain tikus, walang sangit, wereng, tungau, dan ulat.
Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung presentase daya berkecambahnya
1. Bagaimana struktur benih Kedelai (Glycine max), Jagung (Zea mays), Kacang Tanah (Arachis hypogaea), dan Padi (Oryza sativa)?
2. Apa saja tipe perkecambahan benih Kedelai (Glycine max), Jagung (Zea mays), Kacang Tanah (Arachis hypogaea), dan Padi (Oryza sativa)?
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...UNESA
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Aklimatisasi anggrek dari in vitro ke in vivo dilakukan secara bertahap menggunakan community pot dengan media arang dan sabut kelapa, kemudian ditutup dengan plastik. Sebelum diaklimatisasi, planlet anggrek dikeluarkan dari botol dan dicuci hingga bersih sampai tidak ada media agar yang masih menempel pada akar.
2. Pada penyilangan (Anggrek Dendrobium melintir >< Anggrek Dendrobium sp.) anggrek disilangkan dengan sesamanya dengan menempelkan serbuk sari pada putik bunga anggrek dengan menggunakan tusuk gigi, kemudian diberi label yang berisi nama spesies jantan dan betina anggrek yang disilangkan dengan tanggal saat melakukan penyilangan.
Hama adalah organisme yang merusak tanaman dan secara ekonomik merugikan manusia. Hama yang menyerang tumbuhan antara lain tikus, walang sangit, wereng, tungau, dan ulat.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb..
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”DAMPAK GLOBALISASI TERHADAP POLITIK”.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Raha, Desember 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 1
C. Tujuan........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................ 3
1. Pengetian Globalisasi.............................................................................. 3
2. Dampak Globalisasi Terhadap Bidang Politik Di Indonesia................... 4
3. Langkah Langkah Yang Perlu Diambil Indonesia Dalam Menghadapi
Dampak Globalisasi.................................................................................. 8
BAB III PENUTUP..................................................................................... 10
A. Kesimpulan.......................................................................................... 10
B. Saran.............................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 11
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
1. I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diantara penyebab penyakit biotik yang meneyrang tumbuhan, jamur
merupakan penyebab yang paling penting, karena jenis jamur banyak yang
bersifat patogen pada tumbuhan. Selain itu, jamur mampu hidup pada berbagai
kondisi tempat yang berbeda dan pada iklim yang beragam.
Lebih dari 800 jenis jamur dari 1000 jenis jamur yang telah diketahui
merupakan penyebab penyakit pada tumbuhan. Kerusakan yang ditimbulkan
oleh jamur patogen pada tumbuhan sangat bervariasi, mulai dari kerusakan
ringan, sedang sampai menyebabkan kematian pada tumbuhan. Jamur
seringkali menimbulkan ledakan penyakit tumbuhan dan dapat menyebar
sangat luas di beberapa benua.
Jamur adalah organisme kecil, umumnya mikroskopis, eukariotik,
berupa filamen, bercabang, menghasilkan spora, tidak mempunyai klorofil, dan
mempunyai dinding sel yang mengandung kitin, selulosa, dan keduanya.
Sebagian besar daro 100.000 spesies jamur yang telah diketahui sangat
saprofit, hidup pada bahan organik mati, yaitu membantu pelapukan. Beberapa
diantaranya, lebih kurang 50 spesies menyebabkan penyakit pada manusia, dan
lebih kurang sebanyak itu menyebabkan penyakit pada hewan, sebagian besar
daripadanya berupa penyakit yang tidak berarti pada kulit atau anggota tubuh.
Akan tetapi, lebih dari 8.000 spesies jamur dapat menyebabkan penyakit pada
tumbuhan. Semua tumbuhan diserang oleh beberapa jenis jamur, dan setiap
jenis jamur parasit dapat menyerang satu atau banyak jenis tumbuhan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara isolasi,
purifikasi dan identifikasi dari jamur, yang hasil akhirnya digunakan untuk
mengetahui jamur itu termasuk patogen tanaman atau tidak, serta mengetahui
ciri mikroskopis maupun makriskopis dari jamu yang diamati.
2. 1.3 Manfaat
Praktikum ini diharapkan dapat memberi manfaat, pengetahuan, dan
wawasan kepada praktikan mengenai jamur yang diisolasi, purifikasi dan
identifikasi masuk dalam kategori jamur yang menguntungkan atau merugikan
dalam kehidupan.
3. II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Patogen Tanaman
■ Organisme yang menyebabkan penyakit disebut patogen. Suatu jasad
saprofit mungkin mampu menghasilkan suatu produk, misalnya toksin,
dengan toksin ini jasad tadi mampu menyebabkan penyakit, maka jasad
tersebut dikatakan sebagai patogen (Tim Penulis, 2015).
■ Patogen merupakan mikroorganisme terdiri dari lima kelompok
organisme; bakteri, protozoa, virus, sera algae dan cendawan mikroskopis.
Kita mempelajari banyak segi mengenai jasad-jasad renik ini (juga
dinanamakan mikrobe atau protista): di mana adanya, ciri-cirinya,
kekerabatan antara sesamanya seperti juga dengan kelompok organisme
lainnya, pengandaliannya, dan peranannya dalam kesehatan serta
kesejahtaraan kita. Mikroorganisme sangat erat kaitannya dengan
kehidupan kita (Ferdias, 1992).
■ Patogen adalah agen biologis yang menyebabkan penyakit pada inangnya.
Sebutan lain dari patogen adalah mikroorganisme parasit. Umumnya
istilah ini diberikan untuk agen yang mengacaukan fisiologi normal hewan
atau tumbuhan multiseluler (Warren, 2008).
2.2 Deskripsi Kelas Jamur yang Berpotensi sebagai Patogen Tanaman
a. Plasmodiophoromycetes
Parasit pada tanaman dan jamur lainya, yang berkembang biak
dalam jaringan inangnya dan menyebabkkan gejala hiperplastik pada
tanaman inang dan menghasilkan bentuk-bentuk seperti tumor. Contoh
Plasmodiophora brassicae penyebab akar gada pada bangsa kubis. Kelas
jamur ini termasuk dalam Pseudofungi (jamur semu) dengan kerajaan
protozoa (Sastrahidayat, 2012).
b. Chytridiomycetes
Golongan Chytridiomycota bersifat uniseluler, berkoloni dan
memiliki alat gerak yang terletak pada bagian posterior. Hifa
Chytridiomycota senositik, septum akan mulai dibentuk apabila fungi akan
4. membuat alat reproduksi sporangium. Reproduksi seksual berlangsung
dengan cara kopulasi. Chytridiomycota banyak terdapat di tanah sebagai
saprofit yang hidup pada bahan organik (Indrawati Gandjar, 2006: 74).
Contohnya Olpidium brassicae merupakan veltor virus dan parasite pada
kubis dan tanaman lain (Sastrahidayat, 2012)
c. Oomycetes
Jamur yang menyebabkan penyakit hawar daun pada tananman
kentang dan embun palsu pada tanaman anggur. gejala yang tampak dari
penyakit ini adalah timbulnya garis-garis hiau muda pada permukaan daun
setelah itu warna putih muncul pada permukaan bawah daun, selanjutnya
bagian yang terserang akan mengering ,sehingga daun akan mengkriting
dan gugur. Contoh Phytium debaryanum penyebab penyakit kulai atau
rebah kecambah (damping off) pada berbagai tanaman, misalnya pada
pembibitan tembakau. Phytophthora infestans penyebab hawar daun
kentang, Plasmopara viticola penyebab embun berbulu pada anggur, dll
(Abadi, 2003).
d. Myxomycetes
Kelas jamur ini termasuk dalam Pseudofungi (jamur semu) dengan
kerajaan protozoa. Kelas jamur ini mempunyai tubuh telanjang,
plasmodiumamorf membentuk zoospore. Penyakit terjadinya karena
penyelaputan bagian luar tanaman terutama bagian dekat tanah tanpa
menginfeksinya. Contoh Physarum sp penyebab kapang lendir pada
tumbuhan menjalar (Abadi, 2003)
e. Zygomycetes
Jamur yang menyebabkan busuk lunak pada ubi jalar. gejala yang
nampak yaitu pada kulit umbi yang terinfeksi oleh jamur ini terdapat bercak
berwarna coklat atau kehitaman yang tidak teratur. Kemudian umbi yang
teserang menjadi lunak, berair dan berserat-serat. pada daging buah mula-
mula berwarna kuning akan menjadi putih dan lunak. Fungi ini hidup
sebagai saprofit dan parasit. Hifa yang menyusun fungi ini bersifat
senositik (tidak bersekat) sedangkan dindingnya tersusun atas kitin. Contoh
5. fungi Zygomycetina antara lain adala Rhizopus sp (Kusnadi dkk, 2003:
218).
f. Ascomycetes
Gejala yang ditimbulkan yaitu timbul bintik-bintik kecil berwarna
hijau gelap (lebih gelap dari jaringan normal) pada daun, bunga, ranting
atau cabang, kemudian bintik tersebut akan berwarna kehitaman yang
mengakibatkan mati kering. Satu-satunya sifat yang membedakan
Asvomycetes dengan jamur lain ialah adanya askus, yaitu struktur seperti
kantong yang biasanya berisi askospora. Umumnya mempunyai dua fase
perkembang biakan yaitu askus atau stadium seksual yang sering
dinamakan stadium askigerus atau stadium sempurna dan stadium
konidium atau stadium aseksual (stadium tidak sempurna/stadium
imperfek). Miseliumnya terdiri dari hifa yang bersekat yang dindingnya
mengandung kitin. Hifanya berkembang baik, ramping atau gemuk dan
bercabang banyak. Perkembangan biakan aseksual Ascomycetes dapat
berlangsug dengan pembelahan (fission), pertuasan, fragmentasi
arthrospora, klamidospora atau konidium. Contoh Gibberella fujikuroi
(Sastrahidayat, 2012)
g. Basidiomycetes
Gejala yang ditimbulkan oleh jamur ini yaitu pada daun terdapat
bercak-bercak seperti karat. setelah daun terinfeksi, daun akan mati
sebelum tua dan tanaman akan tumbuh kerdil. Kelas ini ditandai dengan
adanya septa dan dikaryotik miselium, sering membentuk clamp
connection dan mempunyai basidium yang mengandung 2-8 basidiospora.
Basidiomycetes biasanya saprofit. Siklus hidup suatu basidiospora haploid
berkecambah dan membentuk suatu miselium bersepta dengan sel-sel
monokaryotik. Perkembangan aseksual dilakukan oleh konidium. Contoh
Hemileia vastatrix penyebab penyakit karat daun kopi (Sastrahidayat,
2012).
h. Deuteromycetes
Gejala awal dari serangan jamur ini ialah terjadinya pemucatan daun
dan tulang daun. Daun akan menguning dan layu sehingga daun mudah
6. gugur. Kelas ini sering disebut dengan jamur imperfekti atau jamur
aseksual. Miselium berkembang dengan baik, bersepta, bercabang.
Reproduksi seksual sangat jarang ditemukan, bahkan tidak ditemukan sama
sekali atau tidak diketahui fase seksualnya. Spora aseksual disebut sebagai
konidium dibentuk pada konidiofor yang tumbuh tunggal atau dalam
kelompok yang terwadahi dalam struktur khusus seperti sporodochium dan
synnemata, atau diproduksi dalam struktur yang diketahui sebagai
pinidium dan servulus. Contoh Fusarium oxysporum (Abadi, 2003)
2.3 Peran Jamur
Jamur merupakan organisme yang memiliki peran cukup banyak bagi
kehidupan ini. Peranan tersebut ada yang menguntungkan dan ada juga yang
merugikan.
a. Jamur yang merugikan
Jamur yang merugikan umumnya parasit dan menyebabkan penyakit
(patogen) pada organisme lain, contohnya penyakit kulit, infeksi pada alat
kelamin, dan infeksi paru-paru yang dapat menyebabkan kematian.
Menurut Campbell (1998: 585), tumbuhan merupakan organisme yang
mudah terkena penyakit yang disebabkan oleh jamur sehingga umumnya
organisme yang banyak diserang oleh jamur kebanyakan adalah
tumbuhan.
Beberapa jamur menyerang tanaman pangan dan dapat menyebabkan
racun bagi manusia yang mengonsumsinya. Contohnya jamur Claviceps
purpurea dari divisio Ascomycota yang dapat menyebabkan penyakit pada
perbungaan tanaman gandum. Penyakit yang disebabkan jamur ini
membentuk struktur berwarna ungu yang disebut ergot. Ergot
mengandung substansi yang beracun bagi manusia dan hewan ternak.
Ergot ini apabila dikonsumsi oleh manusia dapat menyebabkan kelemayuh
(penyakit yang disebabkan oleh matinya jaringan tubuh), kejang saraf,
sensasi terbakar, halusinasi, dan gila sementara atau gangguan jiwa
sementara.
7. Menurut Campbell (1998: 585), ergot dapat berguna untuk keperluan
medis. Melalui ekstrak jamur yang mengandung ergot ini, dalam dosis
rendah dapat membantu penderita yang mengalami tekanan darah tinggi
dan mampu menghentikan pendarahan ibu setelah melahirkan.
Contoh jamur yang merugikan lainnya adalah sebagai pembusuk.
Jamur ini mempercepat pembusukan. Pada sebuah penelitian, ditemukan
senyawa etilen pada jamur sebagai salah satu hormon yang mempercepat
pematangan buah. Hormon ini juga memicu jamur yang ada di permukaan
buah untuk germinasi atau tumbuh. Akibatnya, buah mudah diserang dan
nutrisi buah pun akan diabsorpsi oleh jamur. Selain itu, akibat germinasi
ini beberapa jenis jamur juga mampu membusukkan makanan dengan
menghasilkan racun, contohnya jamur Aspergillus flavus dan Aspergillus
parasiticus. Jamur ini mampu menyekresikan senyawa beracun yang
disebut aflatoksin. Aflatoksin ini bersifat karsinogenik atau dapat
menyebabkan kanker.
b. Jamur yang menguntungkan
■ Sebagai bahan makanan
Jamur dikonsumsi sebagai bahan makanan oleh manusia. Jamur
yang dapat dimakan ini umumnya dari divisio Basidiomycota. Untuk
mengetahui suatu jenis jamur dapat dimakan atau tidak, hanya ahli
Mikologi saja yang menguasainya, terutama jamur-jamur liar yang
belum teridentifikasi. Jenis jamur yang dapat dikonsumsi sebagai
bahan makanan, contohnya jamur shitake (Lentinulla edodes), jamur
kuping (Auricularia polytricha), dan jamur merang (Volvariella
volvaceae). Selain itu terdapat juga jenis jamur yang membantu dalam
proses pembuatan suatu jenis makanan atau minuman. Contohnya
pembuatan oncom oleh jamur Neurospora crassa dan pembuatan tuak
oleh jamur Saccharomyces tuacmelalui proses fermentasi (Campbell,
1998).
8. ■ Sebagai bahan obat-obatan
Jamur yang digunakan sebagai bahan obata-obatan contohnya
adalah Penicillium notatum. Jamur ini dapat dimanfaatkan sebagai
antibiotika. Antibiotika merupakan segolongan senyawa, baik alami
maupun buatan (sintetik) yang mempunyai efek menekan atau
menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme. Khususnya
dalam proses infeksi oleh bakteri atau virus. Antibiotika yang
dihasilkan oleh jamur Penicillium notatum adalah penisilin. Penisilin
ini mampu mengatasi penyakit infeksi oleh bakteri dan virus. Cara
kerja antibiotik ini adalah menghambat sintesis dinding sel bakteri
patogen (Campbell, 1998).
■ Sebagai dekomposer
Jamur juga dapat berperan sebagai dekomposer atau pengurai
organisme mati. Perannya sebagai dekomposer ini mampu
mempertahankan persediaan nutrien organik yang sangat penting bagi
pertumbuhan tanaman. Tanpa adanya dekomposer, elemen-elemen
penting bagi tumbuhan, seperti karbon, nitrogen, dan elemen lainnya
akan terakumulasi di dalam bangkai dan sampah organik sehingga
tidak akan tersedia nutrien organik bagi tumbuhan untuk tumbuh.
Contoh jamur yang berperan sebagai dekomposer adalah Pilobolus
yang menguraikan sampah organik berupa kotoran hewan dan jamur
kuping yang hidup di kayu (Campbell, 1998).
9. III. METODOLOGI
3.1 Pembuatan Media
3.1.1 Alat dan Bahan
Pisau : untuk memotong kentang
Bekker glass : sebagai tempat media
Saringan : untuk menyaring kentang agar didapat sarinya saja
Panci : sebagai tempat untuk mendidihkan larutan media
Kompor : untuk mendidihkan larutan media
Spatula : unruk mengaduk larutan media
Kentang 200gr : bahan baku pembuatan media
Dextrose 20gr : untuk membuat larutan menjadi tercampu rata
Agar 20 gr : untuk mengentalkan larutan
Aquades 1000 Ml : sebagai bahan tambahan dalam pembuatan media
Anti bakteri : untuk menjaga media agar tidak terkontaminasi
3.1.2 Cara Kerja
Kupas kentang dan cuci bersih, kemudian potong-potong menjadi
kotak-kotak kecil sebesar ± 2x2cm. Rebus potongan kentang tersebut
dalam 1000mL akuades selama 1,5 – 2 jam. Saring campuran dengan kain
tipis berlapis kapas, sehingga diperoleh cairan ekstrak kentang yang
bening (sari kentang) . Tambahkan dextrose 20gr dan agar 20gr ke dalam
ekstrak tersebut, panaskan dan aduk hingga homogen. Tambahkan lagi anti
bakteri, campuran yang telah jadi dimasukkan ke dalam botol media.
Tutup dengan kapas dan aluminium foil, kemudian sterilisasi medium
pada suhu 121oC, 1 atm, selama 30 menit.
3.2 Isolasi Patogen
3.2.1 Alat dan Bahan
Gunting/ Cutter : untuk memotong bagian tanaman yang digunakan
Pinset : untuk membantu peletakan isolat
Bunsen : untuk sterilisasi alat
Plastik wrap : untuk menutup cawan petri
10. Klorox 2% : untuk sterilisasi
Alcohol 70% : untuk sterilisasi
Aquades : untuk sterilisasi
media PDA : sebagai tempat penanaman isolat
3.2.2 Cara Kerja
Bagian daun yang sakit dipotong dengan skalpel, setengah sehat
setengah sakit. Siapkan 4 cawan petri berisi alcohol, klorox, dan 2 cawan
petri berisi aquades. Pertama, cuci bagian sampel daun yang telah dipotong
dengan alkohol 70% selama ±1 menit, kemudian klorox ±1 menit. Bilas
dengan aquades 2 kali. Keringanginkan dengan tissue. Masukkan ke 3
potong daun dalam media PDA aseptis, sterilkan semua alat tanam dengan
Bunsen. Setelah ditanaman, bungkus dengan plastic wrap, kemudian
diinkubasi 5-7 hari dalam suhu kamar. Isolat diamati setiap hari dan
dokumentasikan.
3.3 Purifikasi Patogen
3.3.1 Alat dan Bahan
Jarum ose : untuk mengambil koloni yang akan dimurnikan
Crock borer : untuk membuat cetakan yang akan diambil
Bunsen : untuk sterilisasi alat
Plastik wrap : untuk menutup media
Media PDA : tempat peletakan koloni yang dimurnikan
Alkohol : untuk sterilisasi alat
Tissue : membersihkan alat yang akan digunakan
3.3.2 Cara Kerja
Bagian daun yang sakit dipotong dengan skapel, setengah sehat
setengah sakit. Siapkan 4 cawan petri berisi alcohol, klorox, dan 2 cawan
petri berisi aquades. Pertama, cuci bagian sampel daun yang telah dipotong
dengan alkohol 70% selama ±1 menit, kemudian klorox ±1 menit. Bilas
dengan aquades 2 kali. Keringanginkan dengan tissue. Masukkan ke 3
11. potong daun dalam media PDA aseptis, sterilkan semua alat tanam dengan
Bunsen. Setelah ditanaman, bungkus dengan plastic wrap, kemudian
diinkubasi 5-7 hari dalam suhu kamar. Isolat diamati setiap hari dan
dokumentasikan.
3.4 Pembuatan Preparat dan Identifikasi Patogen
3.4.1 Alat dan Bahan
Mikroskop : Untuk melihat penampakan mikroskopis spesimen
Preparat : Sebagai tempat spesimen melekat pada pengamatan
Cover glass : Menutup spesimen pada preparat
Pipet : Meneteskan air
Botol : Wadah air
Jarum ose : Untuk mengambil koloni jamur
Bunsen : Sterilisasi alat
Aquadest : Merekatkan koloni jamur anatar preparat dan cover glass
Tissue : Membersihkan preparat dan cover glass
Alkohol 70%: Sterilisasi alat
Spiritus : sebagai isi bunsen
Koloni jamur : Spesimen pengamatan
3.4.2 Cara Kerja
Ambil hifa pada koloni jamur yang akan diidentifikasikan. Letakkan
hifa pada kaca preparat, tutup dengan cover glass. Siapkan petri yang telah
dilapisi dengan 2-3 lapis tissue didalamnya, kemudian tissue ditetesi
dengan air suling sampai kondisi lembab (tidak boleh terlalu basah ).
Letakkan preparat tersebut dalam petri yang berisi tissue basah. Langkah
selanjutnya preparat diinkubasi pada suhu kamar selama 24-48 jam.
Setelah diinkubasi hasilnya dilihat dibawah mikroskop.
12. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Spesimen
4.1.1 Marssonina rosae
Pada praktikum yang telah dilakukan, tanaman mawar yang dibawa
yaitu bagian daun yang terserang Marssonina rosae ditandai dengan
adanya bintik-bitik hitam pada daun, daunnya yang menguning dan layu.
Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bintik-bintik hitam pada
permukaan daun menyebabkan daun menguning, akhirnya berguguran
sebelum waktunya. Infeksi berat dan berkepanjangan menyebabkan
pembentukan bunga tidak sempurna. Bintik hitam (black spot) ini
disebabkan infeksi cendawan Marssonina rosae, yang banyak muncul di
daerah-daerah banyak hujan (Wintarto, 1997)
Gambar makroskopis dan mikroskopis Marsonina rosae
(Google,2015)
Klasifikasi dari Marsonina rosae adalah Divisi Deuteromycetes,
Class Leotiomycetes, Ordo Melanoconiales, Famili Helotiales, Genus
Marsonina dan Spesies Marsonina rosae.
13. Gejala dari M. rosae ditandai dengan dengan munculnya bintik-
bintik pada permukaan daun berbentuk bulatan-bulatan kecil dengan tepi
bergerigi. Lama-kelamaan daun menguning, akhirnya layu dan
berguguran. Penyakit ini sering menginfeksi mawar-mawar
kelompok hybrid tea, hybrid perpetual, polyantha, dan tea rose. Pada
varietas yang tahan terhadap black spot, daun-daunnya tetap hijau dan
tidak gugur meski ada bintik hitamnya.
Penyakit akan cepat berkembang pada suhu udara sekitar 21°C, bila
daun basah,atau udara lembap. Spora cendawan dapat menyebar ke
bagian tanaman atau percikan air hujan atau siraman. Sebagai
pencegahan dilakukan penyiraman dengan irigasi tetes atau lep, dan
hindari daun menjadi basah. Bila terpaksa menyiram dengan system
spray sebaiknya dilakukan pagi hari, sehingga menjelang malam tidak
ada lagi air yang menempel di daun. Pengendalian secara kimia dengan
menyemprotkan fungisida berbahan aktif tembaga, maneb, ferbam,
propineb atau mancozeb (Wintarto, 1997)
Marssonina rosae merupakan salah satu spesies yang termasuk
dalam kelompok deuteromycetes. Spesies ini dimasukkan dalam
kelompok deuteromycetes karena masih belum diketahui reproduksi
seksualnya. Marssonina rosae, tahap conidial dari Diplocarpon rosae,
sebuah discomycete, menyebabkan bintik hitam. Beberapa spesies
Diplocarpon juga memiliki tahap Entomosporium yang tidak sempurna.
Kenampakan morfologis pada media biakan yaitu berwarna kuning
kecoklatan dan warna kuning dominan di bagian ujung koloni.
Perkembangan cendawan ini cukup lambat, sulit untuk dibiakkan secara
in vitro. Koloni berwarna coklat gelap sampai hitam tanpa daerah
miselium, berbentuk keriput pada permukaan dengan diameter 5-7 mm
pada permukaan media biakan setelah masa inkubasi 30 hari pada suhu
20◦C. Konidianya bersekat, bentuknya hialin, lurus sampi sedikit
melengkung, obovoid, konidia bersel 2 dan berkisar 12-14 x 4-6 μm
(Hyuk Lee, 2011)
14. 4.1.2 Fusarium oxysporum
Pada saat praktikum tanaman tomat yang dibawa yaitu tanaman
tomat yang terserang Fusarium oxysporum ditandai dengan daun yang
menguning dan layu. Sesuai dengan yang ada di literatur yang
menyatakan, di pertanaman penyakit bisa muncul pada waktu kondisi
yang menguntungkan. Daun menguning, pertama kali muncul pada daun
tua, biasanya daun sebelah bawah, selanjutnya daun layu dan mati, dan
gejala berlanjut ke daun muda. Satu persatu cabang-cabang mulai
terinfeksi. Dalam beberapa minggu penyakit berkembang cepat,
pencoklatan pada berkas pembuluh dapat dilihat pada pangkal batang.
Keseluruhan tanaman akhirnya terinfeksi, dan biasanya kejadian ini
menjadikan layu keseluruhan pada tanaman, hingga akhirnya mati, dan
batang kering seperti kayu (Walker, 1952).
Gambar makroskopis dan mikroskopis Fusarium oxysporum
(Google, 2015)
Klasifikasi dari jamur ini adalah Kingdom Fungi, Divisio Eumycota,
Sub divisio Deuteromycotina, Class Deuteromycetes, Ordo Moniliales,
15. Famili Tuberculariaceae, Genus Fusarium, Species Fusarium
oxysporum.
Fusarium menyebabkan layu pembuluh pada banyak tanaman
sayuran, bunga, buah, dan serat. Kebanyakan jenis-jenisnya yang penting
termasuk kompleks Fusarium oxysporum. Ada banyak sekali forma
khusus (formae speciales, f.sp.), yang masing-masing mempunyai
kisaran inang yang terbatas dan seringkali memiliki sejumlah ras patogen
(Shivas dan Beasley, 2005).
Pada tanaman yang masih sangat muda penyakit dapat
menyebabkan matinya tanaman secara mendadak, karena pada pangkal
terjadi kerusakan atau kanker yang menggelang. Sedangkan pada
tanaman dewasa yang terinfeksi sering dapat bertahan terus dan
membentuk buah, tetapi hasilnya sangat sedikit dan buahnya pun kecil-
kecil (Semangun, 1991).
Fusarium oxysporum membentuk miselium bersekat, membentuk
percabangan dan dapat tumbuh dengan baik pada bermacam-macam
medium agar yang mengandung ekstrak sayuran. Awalnya miselium
tidak berwarna, semakin tua warna menjadi krem atau kuning pucat
dalam keadaan tertentu berwarna merah muda agak ungu (Gandjar, et al.,
1999). Pada miselium yang lebih tua terbentuk klamidospora. Jamur
banyak membentuk mikrokonidium bersel satu, tidak berwarna, lonjong.
Makrokonidium lebih jarang terdapat, berbentuk kumparan, bersekat dua
atau tiga (Agrios, 1996)
16. 4.3 Pembahasan
Dari hasil praktikum mengenai isolasi, purifikasi dan identifikasi dari isolat
jamur Marsonina rosae pada mawar dan Fusarium oxysporum pada kentang
dapat diketahui bahwa isolasi kedua isolat sampai pada 7 HSI (hari setelah
isolasi) kondisi dari perkembangan isolat tidak mengalami adanya kontaminasi
dari faktor manapun. Hasil isolasi Fusarium oxysporum menunjukkan
pertumbuhan dari miselium yang awalnya tidak berwarna (putih) berubah
menjadi putih keabu-abuan. Menurut literatur, Fusarium oxysporum dapat
tumbuh dengan baik pada bermacam-macam medium agar yang mengandung
ekstrak sayuran. Awalnya miselium tidak berwarna, semakin tua warna
menjadi krem atau kuning pucat dalam keadaan tertentu berwarna merah muda
agak ungu (Gandjar, et al., 1999)
Hasil isolasi drai isolat Marsonina rosae menunjukkan pertumbuhan yang
baik dengan tidak adanya kontaminasu dan miselium yang awalnya berwarna
putih berubah menjadi putih kekuningan. Sesuai dengan literatur yang
menyatakan, kenampakan morfologis dari M. rosae pada media biakan yaitu
berwarna kuning kecoklatan dan warna kuning dominan di bagian ujung koloni
(Hyuk Lee, 2011). Hasil isolasi kedua isolat tersebut belum memastikan bahwa
kedua isolat yang berkembang termasuk dalam jamur Marsonina rosae dan
Fusarium oxysporum karena perlu dilakukan proses pemurnian (purifikasi) dan
proses identifikasi.
Proses selanjutya setelah dilakukannya isolasi yaitu purifikasi atau
pemurnian pada kedua isolat. Hasil dari purifikasi tersebut yaitu pada media
PDA, pemurnian jamur Marsonina rosae menunjukkan perkembangan dari
koloni jamur yang berkembang membentuk miselium yang awalnya berwarna
putih. Kemudian beberapa hari setelah dilakukannya purifikasi, miselium
tersebut berubah warna di bagian tengahnya yang menunjukkan warna kuning
kecoklatan. Pertumbuhan dari jamur ini untuk memenuhi media pemurnian
memerlukan waktu sekitar 10-12 hari, jadi tergolong perkembangannya
lambat. Sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa kenampakan
morfologis dari Marsonina rosae pada media biakan yaitu berwarna kuning
kecoklatan dan warna kuning dominan di bagian ujung koloni. Perkembangan
17. cendawan ini cukup lambat, sulit untuk dibiakkan secara in vitro. Koloni
berwarna coklat gelap sampai hitam tanpa daerah miselium, berbentuk keriput
pada permukaan dengan diameter 5-7 mm pada permukaan media biakan
setelah masa inkubasi 30 hari pada suhu 20◦C (Hyuk Lee, 2011).
Sedangkan hasil purifikasi dari jamur Fusarium oxysporum menunjukkan
perkembangan dengan ditandai tumbuhnya miselium berwarna putih yang
kemudian berubah menjadi gelap yakni putih keabu-abuan. Pertumbuhan dari
koloni untuk dilakukkannya pemurnian tergolong sedang karena memerlukan
waktu sekitar 6-7 hari untuk memenuhi media pemurnian. Selama
dilakukannya purifikasi sampai pengambilan koloni untuk identifikasi terlihat
tidak adanya kontaminasi. Menurut literatur, Fusarium oxysporum dapat
tumbuh dengan baik pada bermacam-macam medium agar yang mengandung
ekstrak sayuran. Awalnya miselium tidak berwarna, semakin tua warna
menjadi krem atau kuning pucat dalam keadaan tertentu berwarna merah muda
agak ungu. Pada miselium yang lebih tua terbentuk klamidospora (Gandjar, et
al., 1999)
Setalah proses isolasi dan proses purifikasi selesai, kemudian dilakukan
proses identifikasi untuk memastikan bahwa isolat yang diisolasi dan
dimurnikan termasuk dalam jenis jamur yang menyebabkan penyakit pada
tanaman inang yang dimaksud atau tidak. Hasil identifikasi untuk isolat
Marsonina rosae menunjukkan adanya kenampakan berbentuk batang yang
bersekat dan bercabang yang kemungkinan merupakan hifa dari koloni yang
diidentifikasi. Pada koloni yang diidentifikasi tidak menunjukkan adanya spora
ataupun sporangium dikarenakan Marsonina rosae merupakan kelompok
jamur Deuteromycetes yang tidak membentuk spora, sedangkan untuk konidia
dan konidiofor kemungkinan masih belum tumbuh. Hal ini mungkin karena
pertumbuhan dari Marsonina rosae yang lambat, sehingga konidia dan
konidiofor pun belum terbentuk. Literatur menyatakan, Konidianya bersekat,
berbentuk hialin, lurus sampi sedikit melengkung, obovoid, bersel 2 dan
berkisar 12-14 x 4-6 μm (Hyuk Lee, 2011).
Hasil identifikasi dari Fusarium oxysporum menunjukkan tidak adanya
spora yang terbentuk karena jamur ini tidak menghasilkan spora, tetapi
18. menghasilkan konidia. Terlihat pada hasil pengamatan di mikroskop, koloni
yang diidentifikasi terdapat hifa yang bersekat dan bercabang, sedangkan
konidia dan konidiofor belum terbentuk. Menurut literarur, Fusarium
oxysporum membentuk miselium bersekat, membentuk percabangan.
Miselium yang lebih tua terbentuk klamidospora, jamur banyak membentuk
mikrokonidium bersel satu, tidak berwarna, lonjong. Makrokonidium lebih
jarang terdapat, berbentuk kumparan, bersekat dua atau tiga (Agrios, 1996).
Dengan penjelasan diatas, dari kedua spesimen yang telah diamati dapat
diketahui bahwa yang termasuk jamur patogen tanaman yaitu isolat Fusarium
oxysporum. Hal ini dikarenakan dari proses isolasi, purifikasi dan identifikasi
memiliki kesamaan ciri maupun karakteristik seperti penjelasan pada berbagai
literatur.
19. V. KESIMPULAN
5.3 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, hasil isolasi dari isolat Marsonina
rosae menunjukkan pertumbuhan miselium dengan adanya 3 warna miselium
yang berbeda, sedangkan isolat Fusarium oxysporum miselium yang tumbuh
berwarna putih gelap dan kedua isolat yang diisolasi tidak terdapat adanya
kontaminasi pada media yang digunakan.
Hasil purifikasi dari isolat yang digunakan yaitu salah satu dari 3 bagian
miselium yang warnanya berbeda, purifikasi Marsonina rosae menghasilkan
pertumbuhan koloni yang berwarna putih dengan bagian tengahnya berwaran
kuning kecoklatan dan membutuhkan waktu sekitar 10 hari untuk tumbuh
memenuhi media. Sedangkan hasil purifikasi 1 bagian miselium yang
warnanya sama menghasilkan pertumbuhan koloni yang berwarna putih gelap
dan memerlukan waktu sekitar 6-7 hari untuk memenuhi media yang digunaka
untuk pemurniaan.
Untuk hasil identifikasi menunjukkan isolat Marsonina rosae yang berbeda
dengan literatur karena kenampakan di mikroskopis yang tidak begitu jelas
sehingga tidak teridentifikasi sifat khas dari hifa maupun konidianya. Selain itu
juga karena pertumbuhan dari jamur ini yang lambat, menyebabkan konidianya
belum terbentuk dan tidak terlalu jelas untuk diidentifikasi. Sedangkan untuk
isolat Fusarium oxysporum menunjukkan kenampakan mikroskopis yang khas
seperti literatur yang ada yakni adanya sekat pada konidia yang terbentuk dan
bercabang.
5.4 Saran
Praktikum : Sebaiknya laporan tidak diberikan sekaligus pada akhir materi
identifikasi, karena banyak data dan dokumentasi yang berpencar-pencar tidak
hanya di bawa 1 orang, alangkah baiknya untuk laporan selanjutnya diberikan
per-minggu. Terima kasih.
Asisten : Sudah baik mbak, tetapi kalau menyampaikan materi jangan cepey-
cepet ya mbak. Terima kasih banyak mbak
20. DAFTAR PUSTAKA
Abadi, Abdul Latief. 2003. Ilmu Penyakit Tumbuhan II. Bayumedia Publishing:
Malang
Agrios, G. N., 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Edisi Ketiga. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta. Hal. 45, 470-471.
Campbell, N.A. 1998. Biology. Edisi IV. Menlo Park: The Benjamin/Cummings.
Ferdias, S., 1992, Mikrobiologi Pangan. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Gandjar, I. et al., 1999. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia UI
Gandjar, Indrawati. 2006. Mikologi: Dasar dan Terapan. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Google, 2015. http://google.com. Diakses tanggal 25 April 2015
Hyuk Lee, Dong., 2011. Biological Characterization of Marssonina sp. Associated
with Apple Blotch Disease. Mycobiology. 2011 Sep;39(3):200-205.
English.
Kusnadi, dkk. 2003. Mikrobiologi, common textbook (Edisi revisi, JICA. Bandung:
FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.
Sastrahidayat, I.R. 2012. Fitopatologi. UB Press : Malang
Shivas, R dan D. Beasley. 2005. Pengelolaan Koleksi Patogen Tanaman.
Diterjemahkan oleh Kramadibrata,K., N. Wulijarni dan M. Machmud.
Queensland Department of Primary Industries and Fisheries, Australia. Hal.
57.
Tim Penulis, 2015. Modul Mikologi. Malang: Fakultas Pertanian, Universitas
Brawijaya.
Walker, J.C. 1952. Disease of vegetable crops. McGraw Hill : New York 529 hlm.
Warren, Levinson. 2008. Review of Medical Microbiology & Immunology Tenth
Edition. The McGraw-Hill Companies: Inc. New York.
Winarto 1997. Studi Keragaman Gejala, Morfologi, Patogenitas dan Intensitas
Penyakit Diplocarpon rosae pada Mawar. Prosiding Kongres dan Seminar
PFI XIV. Volume II. Hlm. 338-345.
21. LAPORAN PRAKTIKUM MIKOLOGI
ISOLASI, PURIFIKASI, DAN IDENTIFIKASI PATOGEN
Nama : Siti Fadilah
Nim : 125040201111024
Kelompok : Rabu, 11.00 WIB
Asisten : Titis Kartikasari
MINAT HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015