Penyakit autoimun terjadi ketika respon autoimun atau respon sistem kekebalan tubuh mengalami gangguan kemudian menyerang jaringan tubuh itu sendiri sehingga memunculkan kerusakan jaringan atau gangguan fisiologis, padahal seharusnya sistem imun hanya menyerang organisme atau zat-zat asing yang membahayakan tubuh.
Penyakit autoimun terjadi ketika respon autoimun atau respon sistem kekebalan tubuh mengalami gangguan kemudian menyerang jaringan tubuh itu sendiri sehingga memunculkan kerusakan jaringan atau gangguan fisiologis, padahal seharusnya sistem imun hanya menyerang organisme atau zat-zat asing yang membahayakan tubuh.
Penyakit Asma (Asthma) adalah suatu penyakit kronik (menahun) yang menyerang saluran pernafasan (bronchiale) pada paru dimana terdapat peradangan (inflamasi) dinding rongga bronchiale sehingga mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang akhirnya seseorang mengalami sesak nafas.
Flora normal serta hubungan hospes dan lingkunganiswahyuniSRK
1. hubungan antara manusia dan mikroorganisme
2. flora normal pada kulit
3. flora normal pada mata
4.flora normal pada slauran pernafasan
5. flora normal pada saluran pencernaan
Penyakit Asma (Asthma) adalah suatu penyakit kronik (menahun) yang menyerang saluran pernafasan (bronchiale) pada paru dimana terdapat peradangan (inflamasi) dinding rongga bronchiale sehingga mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang akhirnya seseorang mengalami sesak nafas.
Flora normal serta hubungan hospes dan lingkunganiswahyuniSRK
1. hubungan antara manusia dan mikroorganisme
2. flora normal pada kulit
3. flora normal pada mata
4.flora normal pada slauran pernafasan
5. flora normal pada saluran pencernaan
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
4. Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit
terutama infeksi. Gabungan sel, molekul dan jaringan
yang berperan dalam resistensi terhadap infeksi
disebut sistem imun. Reaksi yang dikoordinasi sel-sel,
molekul-molekul dan bahan lainnnya terhadap
mikroba disebut respon imun. Sistem imun
diperlukan tubuh untuk mempertahankan
keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan
berbagai bahan dalam lingkungan hidup
5. Respon imun, baik nonspesifik maupun spesifik
pada umumnya menguntungkan bagi
tubuh, berfungsi sebagai protektif terhadap infeksi
atau pertumbuhan kanker, tetapi dapat pula
menimbulkan hal yang tidak menguntungkan bagi
tubuh berupa penyakit yang disebut hipersensitivitas
atau dengan kata lain pada keadaan normal
mekanisme pertahanan tubuh baik humoral maupun
seluler tergantung pada aktivitas sel B dan sel T.
Aktivitas berlebihan oleh antigen atau gangguan
mekanisme ini, akan menimbulkan suatu keadaan
imunopatologik yang disebut reaksi hipersensitivitas
6. Reaksi hipersensitivitas adalah reaksi imun yang
patologik, terjadi akibat respon imun yang berlebihan
sehingga menimbulkan kerusakan jaringan tubuh.
Reaksi yang terjadi dibawa, baik melalui imunitas
humoral (antibodi) maupun CMI (limfosit-T yang
sensitif). Pada sebagian besar keadaan, reaksi
hipersensitivitas disebabkan oleh antigen
asing, seperti serbuk bunga, jamur, substansi
makanan, dan obat-obatan.
7. Reaksi hipersensitivitas oleh Robert Coombs dan
Philip HH Gell pada tahun 1963 dibagi dalam 4 tipe
reaksi berdasarkan kecepatan dan mekanisme imun
yang terjadi, yaitu:
1. Reaksi hipersensitivitas tipe I
2. Reaksi hipersensitivitas tipe II
3. Reaksi hipersensitivitas tipe III
4. Reaksi hipersensitivitas tipe IV
8. Disebut juga reaksi kompleks imun. Terjadi bila
kompleks antigen-antibodi ditemukan dalam sirkulasi
atau dinding pembuluh darah atau jaringan dan
mengaktifkan komplemen. Antibodi yang berperan
biasanya jenis IgM atau IgG.
Kompleks imun dapat melibatkan antigen
eksogen seperti bakteri dan virus, atau antigen
endogen seperti DNA. Kompleks imun patogen
terbentuk dalam sirkulasi dan kemudian mengendap
dalam jaringan ataupun terbentuk di daerah
ekstravaskular tempat antigen tersebut tertanam
(kompleks imun in situ).
9. Antibodi disebut juga immunoglobulin (Ig) atau serum
protein globulin, karena berfungsi untuk melindungi tubuh
lewat proses kekebalan (immune). Ada lima macam
immunoglobulin, yaitu IgG, IgM, IgA, IgE, dan IgD.
1. IgG
IgG terbentuk 2-3 bulan setelah infeksi, kemudian
kadarnya meninggi dalam satu bulan, menurun perlahan-
lahan, dan terdapat selama bertahun-tahun dengan kadar yang
rendah. IgG beredar dalam tubuh dan banyak terdapat pada
darah, sistem getah bening, dan usus. Senyawa ini akan
terbawa aliran darah langsung menuju tempat antigen berada
dan menghambatnya begitu terdeteksi. Senyawa ini memiliki
efek kuat antibakteri maupun virus, serta menetralkan racun.
10. 2. IgM
Antibodi ini terdapat pada darah, getah bening, dan pada
permukaan sel-sel B. Pada saat antigen masuk ke dalam
tubuh, Immunoglobulin M (IgM) merupakan antibodi pertama
yang dihasilkan tubuh untuk melawan antigen tersebut. IgM
terbentuk segera setelah terjadi infeksi dan menetap selama 1-3
bulan, kemudian menghilang.
Janin dalam rahim mampu memproduksi IgM pada umur
kehamilan enam bulan. Jika janin terinfeksi kuman
penyakit, produksi IgM janin akan meningkat. IgM banyak
terdapat di dalam darah, tetapi dalam keadaan normal tidak
ditemukan dalam organ maupun jaringan. Untuk mengetahui
apakah janin telah terinfeksi atau tidak, dapat diketahui dari
kadar IgM dalam darah.
11. 1. Ketika antigen pertama kali masuk, ia akan mensensitisasi pembentukan
antibodi IgG dan IgM yang spesifik.
2. Ketika pemaparan berikutnya oleh antigen yang sama, IgG dan IgM spesifik ini
akan berikatan dengan antigen tersebut di dalam serum membentuk ikatan
antigen-antibodi kompleks.
3. Kompleks ini akan mengendap di salah satu tempat dalam jaringan tubuh
(misalnya di endotel pembuluh darah dan ekstraseluler) sehingga
menimbulkan reaksi inflamasi.
4. Aktifitas komplemen pun akan aktif sehingga dihasilkanlah mediator-mediator
inflamasi seperti anafilatoksin, opsonin, kemotaksin, adherens imun dan kinin
yang memungkinkan makrofag/sel efektor datang dan melisisnya.
Akan tetapi, karena kompleks antigen antibodi ini mengendap di
jaringan, aktifitas sel efektor terhadapnya juga akan merusak jaringan di
sekitarnya tersebut. Inilah yang akan membuat kerusakan dan menimbulkan
gejala klinis, dimana keseluruhannya terjadi dalam jangka waktu 2-8 jam
setelah pemaparan antigen yang sama untuk kedua kalinya. Contoh penyakit
yang ditimbulkan: Systemic Lupus Erythematosus, Erythema
Nodosum, Polyarteritis nodosa, Arthus Reaction, Rheumatoid
Arthritis, Elephantiasis (Wuchereria bancrofti reaction), Serum Sickness.