Laporan praktikum ini membahas tentang ekologi perairan di daerah intertidal pantai berpasir dan berbatu. Praktikum dilakukan untuk menganalisis kehidupan organisme di zona tersebut dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberagaman biota. Metode yang digunakan adalah transek kuadrat untuk mengambil sampel di dua lokasi yang berbeda substrat. Hasilnya digunakan untuk mengidentifikasi organisme, menghitung
2. http://www.bangaldhy.blogspot.com
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT yang mana atas berkat dan
rahmatnya saya bisa menyelesaikan tugas laporan praktikum Ekologi Perairan
dengan judul “Derah Intertidal Pantai Berpasir dan Berbatu”
Tidak lupa saya ucapkan ribuan terimakasih kepada dosen Ekologi Perairan
bapak Jumsurizal, S.Pi, M.Si dan ibu Dr. Ani Suryanti, S.Pi, M.Si serta
abang-abang dan kakak-kakak asisten dosen yang telah membantu dalam
berjalannya praktikum dan tidak lupa teman-teman kelompok 4 yang tak bisa
disebutkan namanya satu persatu.
Semoga laporan ini dapat dijadikan sebagai referensi belajar mengenai daerah
intertidal pantai berpasir dan berbatu. Saya sebagai penyusun juga menyadari
masih banyak kekurangan yang terdapat didalam laporan ini oleh karena itu saya
meminta kritik yang membangun untuk kedepannya.
Tanjungpinang, 17 November 2018
Penyusun
3. http://www.bangaldhy.blogspot.com
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 1
1.3 Tujuan .................................................................................................. 1
1.4 Manfaat ................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 3
2.1 Daerah Intertidal .................................................................................. 3
2.2 Pantai Berpasir .................................................................................... 3
2.3 Pantai Berbatu ..................................................................................... 4
BAB III METODE ......................................................................................... 6
3.1 Waktu dan Tempat .............................................................................. 6
3.2 Alat dan Bahan .................................................................................... 6
3.3 Prosedur ............................................................................................... 6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 8
4.1 Hasil ..................................................................................................... 8
4.2 Pembahasan ......................................................................................... 10
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 11
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 12
5.2 Saran .................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 14
LAMPIRAN .................................................................................................... 15
4. http://www.bangaldhy.blogspot.com
iv
DAFTAR TABEL
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
5. http://www.bangaldhy.blogspot.com
v
DAFTAR GAMBAR
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
6. http://www.bangaldhy.blogspot.com
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulauan yang kaya akan berbagai sumberdaya
kelautan yang begitu besar potensinya. Dengan luas lautan dan kawasan pesisir
yang besar membuat Indonesia memiliki jumlah organisme yang beragam.
Menurut Fachrul pada tahun 2007, kawasan pesisir adalah unik karena
dipengaruhi oleh berbagai aktivitas manusia dan proses alami yang terdapat baik di
kawasan bagian atas dataran maupun di lautan dan samudera.
Menurut Nyabakken pada tahun 2002, zona intertidal adalah daerah terkecil
dari semua daerah disamudera yang masuk kedalam kawasan pesisir. Zona
intertidal merupakan daerah yang paling sempit diantara zona laut yang lain yang
dimulai dari pasang tertinggi sampai pada surut terendah yang biasanya terletak
pada daerah pulau dan berbentuk landai.
Di dalam zona intertidal terdapat substrat yang berbeda seperti pasir, batu, dan
lumpu ryang menyebabkan adanya fauna dan struktur komunitas di daerah
intertidal. Tampaknya oksigen bukan merupakan faktor pembatas kecuali pada
keadaa tertentu. Nutrient dan pH juga tidak penting bagi organism seta struktur
komunitad di daerah intertidal.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keberagaman biota di zona intertidal pantai berbasir dan
berbatu?
2. Apa yang menyebabkan keberagaman di zona intertidal pantai berpasir
dan berbatu?
1.3. Tujuan
1. Untuk menganalisa bagaimana proses kehidupan organisme (biota) yang
terdapat di zona intertidal pantai berpasir dan berbatu
7. http://www.bangaldhy.blogspot.com
2
2. Mengetahui lebih lanjut akan zona intertidal pantai berpasir dan berbatu
1.4. Manfaat
Agar mahasiswa mampu memahami dan menjabarkan mengenai biota
intertidal pantai berpasir dan membuat rantai makanan dan jaring-jaring makanan
di ekosistem ini
8. http://www.bangaldhy.blogspot.com
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Zona Intertidal
Prajitno pada tahun 2007 mengatakan bahwa definisi zona intertidal adalah
area sempit dalam sistem bahari antara pasang tertinggi dan surut terendah. Zona
kedua merupakan batas antara surut terendah dan pasang tertinggi dari garis
permukaan laut (intertidal). Zona ketiga adalahbatas bawah dan surut terendah dari
garis permukaan laut. Pada batas yang berbeda, zona intertidal memiliki biota yang
berbeda serta suhu yang berbeda.
Letak zona intertidal yangdekat denganberbagai macam aktifitas manusia dan
memiliki lingkungan dengan dinamika yang tinggi menjadikan kawasan ini akan
sangat rentan terhadap gangguan. Kondisi ini tentu saja akan berpengaruh terhadap
segenap kehidupan di dalamnya. Salah satu pengaruhnya dapat berupa cara
beradaptasi. Dimana adaptasi ini sangat diperlukan untuk mempertahankan
kehidupan biota yang terdapat di zona intertidal ini. Keberhasilan beradaptasi akan
menentukan keberlangsungan organisme di zona intertidal.
Luas zona intertidal sangat terbatas tetapi meskipun memiliki luas yang
terbatas terdapat variasi faktor lingkungan yang terbesar dibandingkan dengan
daerah bahari lainnya dan variasi ini dapat terjadi pada daerah yang hanya berbeda
jarak beberapa sentimeter saja. Adapun variasi faktor lingkungan ini meliputi
suhu,fluktuasi,kecerahan dan lain-lain. Bersamaan dengan ini terdapat keragaman
kehidupan yang sangat besar,lebih besar daripada yang terdapat di daerah subtidal
yang lebih luas.
2.1.1. Pantai Berpasir
Pantai berpasir adalah salah satu ekosistem penting di daerah pasang surut.
Daerah ini dihuni oleh beberapa jenis organisme laut baik tumbuhan laut seperti
mangrove, lamum dan alga maupun hewan-hewan laut seperti cacing, kepiting,
bintang laut maupun kerang-kerang.
9. http://www.bangaldhy.blogspot.com
4
Pengaruh ukuran partikel terhadap organisme yang hidup pada pantai
tersebut adalah pada penyebaran dan kelimpahannya. Butiran pasir yang halus
mempunyai retensi air yang mampu menampung lebih ban yak air dan
memudahkan organisme untuk menggali. Jadi tidak heran bila pada daerah pantai
berpasir halus banyak ditemukan organisme dibandingkan pantai berpasir kasar,
Narnun konsentrasi oksigen menjadi faktor pembatas, karena pada pantai berpasir
halus pertukaran airnya lambat sehingga dapat mengurangi persediaan oksigen.
Menurut Castro pada tahun 2003 organisme yang hidup di wilayah pantai
berpasir memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan dua cara yaitu dengan
menggali substrat sampai kedalam pasir hingga tidak dipengaruhi lagi oleh
gelombang dan kemampuan menggali substrat dengan cepat ketika gelombang
lewat.
Penyebaran biota pada pantai berpasir dipengaruhi oleh gelombang yang
menyebabkan kebanyakan hewan yang hidup di daerah pantai berpasir ini
menguburkan diri kedalam pasir dan di dominasi oleh 3 kelas invertebrata yaitu
cacing polikaeta, moluska bivalvia dan juga crusracea.
Cara makan biota yang hidup di panati berpasir ini yaitu dengan bergantung
pada fitoplankton yang terbawa air laut dan runtuhan organik yang dibawa ombak
atau memakan hewan pantai lainnya. Kebanyakan biota (organisme) di pantai
berpasir sebagai pemakan bahan-bahan yang melayang (suspensi) atau pemakan
detritus.
2.1.2. Pantai Berbatu
Menurut Triatmodjo tahun 1999 bahwa pantai berbatu adalah kawasan yang
palingpadat akan makroorganismenya dan memiliki keberagaman fauna dan flora
yang beragam. Pantai berbatu didominasi oleh substrat bebatuan yang memiliki
ukuran 2-16 mm (Wentworth, 1922).
Pantai berbatu terbagi menjadi dua zona yaitu zona horizontal dan vertikal
dimana zona horizontal adalah zona atau kawasan yang tersusun tegak lurus mulai
10. http://www.bangaldhy.blogspot.com
5
dari permukaan pasang tertinggi sampai surut terendah dan zona vertikal yaitu
kisaran pasang surut terhadap gerakan ombak.
Pantai berbatu memiliki beragam karakteristik yaitu Pantai yang
berbatu-batu memanjang ke laut dan terbenam di air, mempunyai keragaman
terbesar baik untuk spesies hewan maupun tumbuhan, batu yang terbenam di air ini
menciptakan suatu zonasi habitat karena adanya perubahan naik turunnya
permukaan air laut akibat proses pasang yang menyebabkan adanya bagian yang
selalu tergenang air, selalu terbuka terhadap matahari, serta zona diantaranya yang
terbenam pada pasang naik dan terbuka pada pasang surut.
Pada pantai berbatu terdapat beberapa parameter fisik seperti fenomena
pasang dinamikanya berpengaruh terhadap biota yang menginginkan kondisi alam
yang bergantian antara tergenang dan terbuka dan juga gelombang yaitu energi
yang dihempaskan bisa merusak komunitas biota yang menempel di batu-batuan,
terutama pada batu yang langsung menghadap ke laut.
Fungsi utama pantai berbatu ini adalah sebagai tempat menempel yang baik
bagi biota,sebagai tempat berlindung bagi biota dan mempunyai komunitas yang
jauh lebih kompleks karena bervariasinya relung.
11. http://www.bangaldhy.blogspot.com
6
BAB III
METODE
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan di pantai siambang pada hari Minggu tanggal 11
November 2018 pukul 16.00 WIB.
3.2. Alat dan Bahan
Dalam praktikum ini menggunakan alat sebagai berikut: Transek, eickman
grap, paralon, cool boox, botol sampel, formalin, aquades, alkohol, alat tulis dan
tisu serta untuk bahan praktikum adalah biota yang diambil di zona intertidal
berpasir dan berbatu.
3.3. Prosedur Praktikum
Praktikan dibantu oleh asisten menyiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan untuk praktikum.
Tiap kelompok mengambil sampel biota pantai berbatu dengan metode transek
kuadrat.
Transek dibuat tegak lurus dan sejajar garis pantai, tiap kelonpok membuat
sedikitnya 2 transek, mengamati dan mengambil biota yang ditemukan dalam
transek sebagai perwakilan 1-2 individu tiap jenis untuk diidentifikasi dan
diamati di laboratorium. Jika tidak memungkinkan praktikan mengenalkan
biota dari zona intertidal pantai berbatu yang sudah diawetkan.
Praktikan melakukan identifikasi sampel plankton berdasarkan buku
identifikasi identifikasi yang telah disiapkan asisten dan mengelompokkan
biota ke dalam kelompok filumnya.
Praktikan menggambar dengan pinsil dan mengambil foto serta mengenali
dengan baik setiap spesies biota yang dipraktekkan.
12. http://www.bangaldhy.blogspot.com
7
Praktikan menuliskan taxon setiap sampel yang diidentifikasi mulai dari
tingkat filum hingga spesies jika memungkinkan.
Praktikan membuat data hasil praktikum dalam bentuk gambar dan tabel
sebagai laporan sementara secara individu. Praktikan, mengitung kepadatan,
keragaman dan kelimpahan serta menyusun rantai makanan dan jaringjaring
makanan di ekosistem tersebut.
Praktikum menyusun rantai makanan dan jaring-jaring makanan di ekosistem
panatai berbatu
13. http://www.bangaldhy.blogspot.com
8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Hasil
Dari hasil praktikum didapatkan hasil diameter telur ikan sebagai berikut:
4.2 Pembahasan
Pengukuran diameter telur pada praktikum kali ini menggunakan telur yang telah
berada pada tahap TKG III dan IV yang sudah siap dan cocok untuk diukur
diameternya. Pada praktikum ini kami menggunakan rumus sebagi berikut:
Dengan menggunakan 50 butir sampel telur ikan pada bagian subgonad yaitu
anterior, median dan posterior dengan ukuran yang bervariasi antara 0,54-0,82.
dengan pembagian anterior sebanyak 10 butir dengan ukuran diameter berkisar
antara 0,63-0,67 um. Pada bagian tengah atau median kami mengambil 20 butir
dengan panjang diameter telur berkisar antara 0,59-0,82 um serta pada bagian
terakhir yaitu posterior dengan panjang diameter berkisar 0,54-0,74 um.
14. http://www.bangaldhy.blogspot.com
9
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum mengukur diameter telur ikan dapat disimpulkan bahwa ukuran
telur ikan tidak sama dan tergantung dari beberapa faktor seperti spesies dan juga
ketika di awetkan dengan larutan gilson maka telur akan sedikit menyusut.
Semakin tinggi fekunditas pada ikan maka akan membuat ukuran telur yang
dihasilkan ikan menjadi kecil begitu juga sebaliknya, jika jumlah fekunditas sedikit
maka ukuran telur akan besar.
5.2 Saran
Dalam praktikum diameter telur ikan perlu dilakukan dengan teliti karena nilai
yang didapatkan akan mempengaruhi hasil akhirnya yang mungkin ketika
penelitian nanti akan berguna untuk budidaya maupun untuk usaha komersil
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
15. http://www.bangaldhy.blogspot.com
10
Nugroho,S H. 2012. Morfologi Pantai, Zonasi dan Adaptasi Komunitas Biota di
Kawasan Intertidal. Ambon
Effendie, M. I. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.
Effendie Ichsan Moch, M.Sc, H, Dr, Prof, 2002. Biologi Perikanan. Yayasan
Pustaka Nusantara: Yogyakarta.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Lele (diakses pada 12 November 2018, 19.38 WIB)
LAMPIRAN