SlideShare a Scribd company logo
1 of 36
Download to read offline
LAPORAN HASIL PENELITIAN
STUDI KOMPARATIF ALAT TANGKAP
JARING INSANG DAN BAGAN PERAHU
TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN YANG DIDARATKAN
DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA
KARANGANTU,SERANG, BANTEN
OLEH :
1. SALMAN AHMAD MUZAKKI (NRP. 52165111654)
2. MULYOTO (NIDN. 8826880018)
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERAIRAN
SEKOLAH TINGGI PERIKANAN
JAKARTA 2020
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan Kasih
dan Rahmat-Nya sehingga studi komparatif alat tangkap jaring insang dan bagan
perahu dapat kami laksanakan.
Penelitian ini kami lakukan dengan tujuan untuk mengetahui produktivitas
alat tangkap yang digunakan oleh Nelayan yang melakukan pendaratan hasil
tangkapan ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu, Serang Provinsi
Banten, dan apa saja mentode yang sudah digunakan dan juga pada akhirnya
mendapatkan kesimpulan dari tujuan praktik ini dilaksanakan.
Kami menyadari banyak masih banyak kekurangan dan masih jauh dari
kesempurnaan, hal ini disebabkan keterbatasan kemampuan kami baik dari segi
pengetahuan maupun daya dukung lainnya, sehingga kami sangat membutuhkan
saran dan bimbingan dari yang berkompeten mengenai alat tangkap tersebut.
Semoga hasil kegiatan ini dapat bermanfaat bagi kami dan bagi orang lain,
seperti nelayan dan pelaku kepentingan lainnya.
Jakarta, Februari 2020
Penyusun
i
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki wilayah pesisir dan lautan yang sangat luas
dan keanekaragaman sumberdaya perikanan yang tinggi (Handayani, 2018) yang
berpotensi besar dalam menunjang kualitas hidup rakyat Indonesia maupun
peningkatan perekonomian nasional (Wicaksono & Basuki, 2010) Berdasarkan
Permen KP nomor 18 /PERMEN-KP/2014) tentang Wilayah Pengelolaan
Perikanan Republik Indonesia (WPP-RI), perairan Nusantara dibagi menjadi
11 wilayah pengelolaan (Ramdhan et al., 2018). Salah Satu WPP yang terdapat di
wilayah pantai utara Jawa adalah WPP 712 yang terdiri dari perairan laut jawa
(Triharyuni et al., 2016)
Salah satu sentra perikanan tangkap yang penting di Kota Serang adalah
Pelabuhan Perikanan Karangantu, yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Eselon
I Kementerian Kelautan dan Perikanan yaitu Direktorat Jenderal Perikanan
Tangkap. Pelabuhan ini memasok sebagian besar kebutuhan ikan di wilayah
Provinsi Banten. Pada akhir tahun 2010 melalui Peraturan Menteri Kelautan
dan Perikanan Republik Indonesia Nomor: PER.29/MEN/2010, statusnya
meningkat dari Pelabuhan Perikanan Pantai menjadi Pelabuhan Perikanan
Nusantara (Diniah & Seftian, 2012). Pada tahun 2014 volume produksi yang
didaratkan di PPN Karangantu sebesar 2.881 ton dengan nilai Rp.
42.388.762.500. Produksi ini mengalami peningkatan sebesar 3,01% dan
merupakan hasil tangkapan dari beberapa alat tangkap yang berbasis di PPN
Karangantu (PPN Karangantu, 2014). Teluk Banten merupakan salah satu lokasi
berkembangnya perikanan tradisional di wilayah Provinsi Banten, ditunjukkan
dengan beragamnya alat tangkap yang digunakan untuk menangkap berbagai
macam jenis ikan termasuk di dalamnya adalah ikan pelagis kecil (Ernaningsih,
2013).
Hasil tangkapan di Pantai Karangantu yang didaratkan di Pelabuhan
Perikanan Nusantara (PPN) Pantai Karangantu didominasi oleh ikan pelagis kecil
seperti ikan selar, tembang, teri, pepetek, dan kembung. Ikan pelagis umumnya
senang bergerombol, baik dengan kelompoknya maupun dengan jenis ikan
lainnya. Ikan pelagis kecil bersifat fototaksis positif (tertarik pada cahaya) dan
tertarik benda-benda yang terapung. Ikan pelagis kecil cenderung bergerombol
berdasarkan kelompok ukuran. Kebiasaan makan ikan pelagis umumnya waktu
matahari terbit dan saat matahari terbenam dan termasuk pemakan plankton, baik
plankton nabati maupun plankton hewani. Ikan pelagis kecil merupakan elemen
2
yang penting dalam ekosistem laut karena biomassa yang signifikan pada level
menengah dari jaring makanan, sehingga memegang peranan penting
menghubungkan tingkatan trofik atas dan bawah dalam struktur trofik
(Ernaningsih, 2013).
Jenis alat tangkap di PPN Armada kapal didominasi oleh 3 kelompok alat
tangkap. Pertama adalah Jaring Insang (trammel nets / berlapis, driftnets / hanyut)
yaitu 30,86%, kemudian Bagan perahu dan tancap 23,42%, dan kelompok ketiga
adalah alat tangkap pancing (berjoran dan ulur) sebesar 13,38% (Rinda, 2017).
Mayoritas nelayan di Karangantu melakukan operasi penangkapannya dengan
one day fishing.
Alat tangkap Bagan perahu lebih efektif digunakan untuk menangkap ikan-
ikan pelagis dan dioperasikan dengan menggunakan perahu sehingga daerah
penangkapan menjadi lebih luas. Seiring dengan dilarangnya lampara dasar yang
telah dimodifikasi, maka mulai berkembang “bagan congkel” yaitu Bagan perahu
yang dilengkapi dengan lampu sebanyak 10-13 buah (Ernaningsih et al., 2011)
Menurut Dwi Ernaningsih (2013) dalam “Analisis Bioekonomi Ikan Pelagis
Kecil Di Teluk Banten” peningkatan produksi ikan tiap tahunnya, ternyata
dihasilkan dari alat tangkap gill net, yaitu sebesar 103,12%. Hal ini menunjukkan
bahwa gill net merupakan alat tangkap yang paling produktif. Alat tangkap ini
merupakan alat tangkap yang sangat ramah lingkungan. Oleh karena alat ini cukup
mendukung terhadap aspek ramah lingkungan. Alat ini mempunyai selektivitas
yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh pengoperasiannya menangkap ikan yang
sesuai dengan ukuran mata jaring yang digunakan (Nanlohy, 2013).
Alat tangkap yang baik adalah alat tangkap yang memiliki sifat ramah
lingkungan dan selektif. Selektif adalah sifat alat tangkap yang mampu menangkap
ikan pada ukuran tertentu dan yang telah melalui matang gonad pertama kali
(Anggreini et al., 2017).
Atas dasar pertimbangan guna memberikan informasi dan bahan bagi
pengelolaan perikanan yang berkelanjutan maka dalam pelaksanaan Praktik
Integrasi penulis mencoba untuk mengambil judul “Studi Komparatif Alat
Tangkap Jaring Insang Dan Bagan Perahu Terhadap Hasil Tangkapan Ikan
Yang Didaratkan Di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu,
Serang, Banten”
3
1.2 Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1) Komparasi hasil tangkapan alat tangkap Jaring Insang dan Bagan perahu
2) Mengetahui efektifitas alat tangkap
1.3 Batasan Masalah
1) Studi komparatif hasil tangkapan Jaring Insang dan Bagan perahu meliputi (ikan-
ikan hasil tangkapan, daerah penangkapan, teknik pengoperasian, karakteristik
armada penangkapan dan dampak terhadap lingkungan).
2) Efektifitas alat tangkap dibatasi pada penentuan alat tangkap yang memberikan
keuntungan paling tinggi dilihat dari hasil tangkapan
4
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Aspek Perikanan Bagan Perahu
2.1.1 Ikan Hasil Tangkapan Bagan Perahu
Jenis - jenis ikan yang tertangkap dengan bagan menurut Genisa &
Nasiona (1981) terutama adalah ikan-ikan muda dan ikan-ikan suku Clupeidae
seperti Teri (Stelophorus sp.), Japuh (Dussumieria sp.), Tembang (Sardinella
fimbriata), dan Lemuru (Sardinella longiceps). Ikan-ikan yang juga banyak
tertangkap adalah anggota familia Carangidae sepertii Selar (Caranx sp.), Bawal
(Parastromateus nigger) dan Talang-talang (Chorinemus sp.), dan Kembung dari
suku Scomberidae. Selain ikan-ikan juga sering tertangkap cumi-cumi dan udang.
Menurut Subani (1972) selain ikan di atas juga tertangkap Peperek (Therapon sp.),
Kerong-kerong (Therapon sp.), Kapas-kapas (Gerres sp.), dan Bijinangka
(Upeneus sp.). Jenis ikan hasil tangkapan bagan perahu umumnya terdiri dari jenis
ikan pelagis kecil (Nurlindah et al., 2018)
2.1.2 Armada Kapal Bagan Perahu
Kapal Bagan perahu di PPN Karangantu memiliki ukuran yang beragam,
dilihat dari tonase kotor (gross tonnage) yaitu mulai dari 6 - 23 GT. Bagan perahu
yang terdapat di PPN Karangantu menggunakan mesin penggerak Mitsubishi
mulai dari PS 100 sampai PS 190. Kapal bagan dilengkapi ruang kemudi yang di
dalamnya terdapat pembangkit listrik (dinamo), mesin penggerak kapal, dan saklar
untuk mematikan atau menyalakan lampu, serta dilengkapi dengan GPS.
(Sumber: Pikal, 2015)
Gambar 1. Kapal Bagan perahu
Ruang kemudi didesain berukuran lebih luas dan digunakan untuk tempat
beristirahat para ABK karena kapal bagan ini dioperasikan pada malam hari
(Rahmawati et al., 2017).
5
2.1.3 Bagan Perahu
Bagan adalah suatu alat penangkapan ikan yang menggunakan jaring dan
lampu sehingga alat ini dapat digolongkan kepada light fishing
(Sumber: bbfi.info, 1986)
Gambar 2. Alat tangkap bagan perahu
Kemudian dalam waktu relatif singkat sudah dikenal hampir diseluruh
daerah perikanan laut Indonesia dan dalam perkembanganya telah mengalami
perubahan-perubahan bentuk. Bagan perahu lebih sederhana dan lebih ringan
dari jenis bagan lainnya (Genisa, 1998). Bagan perahu di PPN Karangantu
memiliki bentuk desain yang cukup sederhana, dengan sebuah jaring yang
disimpan pada sisi sebelah kiri badan kapal, dan adanya tiang - tiang panjang
sebagai penyangga, paralon besar berdiameter ± 15 cm, dilengkapi dengan tali
yang digunakan untuk menurunkan dan menarik jaring disebut dengan roller.
Perahu mesin sebagai alat transportasi di laut dan menopang bagan, serta alat
bantu untuk memudahkan pengoperasian Bagan Perahu seperti serok, lampu
serta penggulung atau roller yang berfungsi untuk menurunkan atau mengangkat
jaring. Bagian jaring dari bagan ini terbuat dari bahan waring yang dibentuk
menjadi kantung. Bagian kantung terdiri dari lembaran-lembaran waring yang
dirangkaikan atau dijahit sedemikian rupa sehingga dapat membentuk kantung
berbentuk bujur sangkar yang dikarenakan adanya kerangka yang dibentuk oleh
bambu. Bambu anjungan sebagai tiang penggantung bagi penurunan dan
penarikan waring. Bambu penggulung berdiameter 12 cm dengan panjang 13 m.
Tali/tambang berdiameter 08-1 cm dan panjang keseluruhan 180 m dan 205 m
yang dihubungkan di setiap ujung persegi bujur sangkar (Nugroho et al., 2017).
2.1.4 Daerah Penangkapan
Zona pemanfaatan perikanan tangkap dibuat berdasarkan kriteria
kelayakan sebuah daerah penangkapan, yaitu dengan terlebih dahulu mengetahui
musim dan daerah penangkapan, aspek lingkungan perairan, dan perhitungan
luasan area yang dibutuhkan tiap jenis alat tangkap. Daerah penangkapan ikan
terkonsentrasi di sekitar P. Panjang, P. Pamujan Besar dan Pamujan Kecil, P.
6
Lima, serta P. Tunda. Beberapa daerah penangkapan di luar teluk namun masih
dalam perairan Kabupaten Serang adalah sekitar P. Sangiang (Desa Cikoneng
Kecamatan Anyer, Selat Sunda). Bahkan beberapa alat tangkap ke lokasi
penangkapan yang jauh yaitu perairan Kepulauan Seribu, Lampung, dan P.
Bangka. Seluruh daerah penangkapan tersebut dimanfaatkan oleh berbagai alat
tangkap (Ernaningsih et al., 2011).
Tabel 1. Daftar daerah penangkapan berdasarkan alat tangkap dan jenis ikan yang
tertangkap menurut Ernaningsih et al. (2011).
No Jenis Alat
Tangkap
1 Gillnet:
 Drift gillnet
 Bottom set
gillnet
Rajungan Timur P.
Panjang, P.
Pamujan Besar,
P. Tunda
Perairan
sekitar teluk
2 Dogol:
 Cantrang
 Lampara
dasar
Kembung, selar, kurisi,
pepetek, kuwe, jolot
P. Pamujan
Besar
Seharusnya
di utara laut
jawa kab.
Serang
3 Bagan tancap Teri, selar, cumi-cumi,
kembung, tembang, layang,
pepetek, udang, kuwe
Barat & Timur P.
Panjang
P. Tunda, Kep.
Seribu
5 Payang Cumi-cumi, layang, tongkol,
kembung, lemuru, tembang,
pepetek, rucah, belanak
P. Panjnag, P.
Tunda, Kep.
Seribu, Anyer, P.
Sangiang
Tetap pada
FG yang
semula
6 Pancing ulur Cumi-cumi, kembung,
manyung, tenggiri
7 Sero Kurisi, kuro, sembilang,
cumi-cumi, udang, rajungan
P. Pamujan
Besar
8 Rampus Selar, kembung, pepetek,
kuwe, kakap merah,
manyung, cucut, pari, jolot
P. Lima, P.
Panjang,
Pulokali, P.
Pamujan Besar
Tetap pada
FG yang
semula,
kecuali p.
Lima
Jenis Ikan yang Tertangkap Fishing Ground Penataan
Fishing
Ground
Tongkol, tenggiri, kembung,
bawal, kakap
P. Tunda, Kep.
Seribu, Selat
Sunda, Lampung,
Bangka
Tetap pada
FG yang
semula
Kembung, tongkol, tenggiri,
rucah, cumi-cumi, kurisi,
sebelah, pepetek, kuniran
P. Panjang, P.
Pamujan Besar
Seharusnya
di utara laut
jawa kab.
Serang
Tetap pada
FG yang
semula
Tetap pada
FG yang
semula
4 Bagan perahu Kembung, cumi-cumi, teri,
selar, tongkol, tembang,
layang, kurisi, pepetek,
P. Panjang, P.
Tunda, Cireboon
Tetap pada
FG yang
semula
Tetap pada
FG yang
semula
7
Alat tangkap Bagan perahu lebih efektik digunakkan untuk menangkap ikan-
ikan pelagis dan dioperasikan dengan menggunakan perahu sehingga daerah
penangkapan menjadi lebih luas (Rahmawati et al., 2017).
2.2 Aspek Perikanan Jaring Insang
2.2.1 Ikan Hasil Tangkapan Jaring Insang
Jaring insang direntang pada permukaan perairan (surface gillnet), maka
hasil yang diperoleh adalah jenis-jenis ikan yaitu Ikan Layang (Decapterus
russelli), Layang deles (Decapterus macrosoma) dan ikan Tongkol (Auxis
Thazard), (Agustina, 2017) Ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah ikan-ikan
yang bergelombolan dan berenang di atas permukaan.
2.2.2 Armada Kapal Jaring Insang
Jumlah kapal nelayan dengan alat tangkap jaring insang (gillnet) di Pelabuhan
Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu.
(Sumber: penyuluh perikanan nusantara, 2017)
Gambar 3. Kapal Jaring Insang (gillnet)
2.2.3 Jaring Insang
Keterangan Gambar 4 adalah: 1. Pelampung tanda, 2. Tali pelampung, 3.
Tali ris atas, 4. Pelampung utama, 5. Tali ris bawah, 6. Tali kolong, 7. Tali
pemberat, 8. Pemberat cincin, 9. Tali selembar (Putrinatami, 2010). Gillnet adalah
Jaring Insang yang berbentuk empat persegi panjang, mempunyai mata jaring
yang sama ukurannya pada seluruh jaring, lebar lebih pendek jika dibandingkan
dengan panjangnya, jumlah mesh depth lebih sedikit jika dibandingkan dengan
jumlah mesh size pada arah panjang jaring (Rikza et al., 2013)
(Sumber: Putrinatami, 2010)
Gambar 4. Alat tangkap Jaring Insang (gillnet)
8
Menurut Syofyan & Cendana (2010) Jaring Insang hanyut (drift gill net)
adalah Jaring Insang yang cara pengoperasiannya dibiarkan hanyut diperairan,
baik itu dihanyutkan di permukaan, kolom perairan atau dasar perairan.
Pengoperasian dari Jaring Insang hanyut permukaan dan Jaring Insang hanyut
kolom perairan adalah dengan cara salah satu ujungnya diikatkan pada kapal, atau
semuanya dibiarkan hanyut terbawa arus atau terbawa angin tanpa diikatkan pada
kapal. Jaring Insang ini ditujukan untuk menangkap ikan pelagis baik di perairan
lepas atau perairan pantai seperti ikan kembung, ikan tuna, ikan layaran dan ikan
pelagis lainnya. Pemasangan Jaring Insang hanyut yang di perairan pantai waktu
setting dan hauling berbeda untuk setiap nelayan, jumlah setting dan hauling satu
hari kadang-kadang berbeda menurut nelayan dan jenis ikan yang dijadikan target
tangkapan. Pemasangan Jaring Insang hanyut yang baik adalah tegak lurus atau
memotong miring terhadap arah arus. Menurut Damayanti et al. (2017)
Pengoperasian jaring insang hanyut untuk menangkap ikan Pelagis.
2.3.4 Daerah Penangkapan
Zona pemanfaatan perikanan tangkap dibuat berdasarkan kriteria
kelayakan sebuah daerah penangkapan, yaitu dengan terlebih dahulu mengetahui
musim dan daerah penangkapan, aspek lingkungan perairan, dan perhitungan
luasan area yang dibutuhkan tiap jenis alat tangkap. Daerah penangkapan ikan
terkonsentrasi di sekitar P. Panjang, P. Pamujan Besar dan Pamujan Kecil, P.
Lima, serta P. Tunda.
9
2.3 Aspek Ekonomi
2.3.1 Jumlah Nelayan
Nelayan Bagan perahu yang terdapat di PPN Karangantu terdiri dari
nelayan pemilik/juragan dan nelayan penggarap. Pemilik yang tidak melaut disebut
juragan/pengusaha. Pemilik yang melaut menangkap ikan disebut sebagai
nelayan. Jumlah nelayan dalam satu unit kapal di PPN Karangantu berkisar 5-6
orang termasuk kapten kapal (nahkoda kapal). Beberapa pemilik sekaligus
merangkap sebagai kapten kapal. Sistem bagi hasil yang telah disepakati antara
juragan dengan nelayan penggarap adalah keuntungan bersih 50% untuk juragan
dan sisa keuntungan 50% untuk seluruh ABK. Tetapi apabila pemilik kapal
sekaligus bekerja melaut maka mendapatkan bagian dari keuntungan bersih 60%
untuk pemilik kapal dan 40% untuk seluruh ABK (Rahmawati et al., 2017).
2.4.2 Pendapatan Nelayan
Menurut Rahmawati et al. (2017) keuntungan usaha penangkapan ikan
yang berbasis di PPN Karangantu selama satu tahun dihitung sebelum harga BBM
turun dan setelah harga BBM turun diperoleh setelah penerimaan dari penjualan
hasil tangkapan dikurangi dengan biaya total. Keuntungan yang diperoleh pada
usaha penangkapan Bagan perahu. Keuntungan rata-rata yang diperoleh nelayan
(pemilik kapal) sebesar Rp.13.707.000,00/bulan. Sedangkan pendapatan rata-rata
yang diperoleh nelayan (ABK) dalam satu bulan sebesar Rp. 3.088.950,00/orang.
Pemerintah Kabupaten Serang menetapkan nilai UMR (Upah Minimum Regional)
sebesar Rp. 3.010.300,00, sehingga pendapatan/keuntungan yang diperoleh
nelayan lebih besar dari nilai UMR. Dari hasil simulasi dengan satu kapal (Kapal
Kurnia Ilahi 01) jika diasumsikan harga ikan sama, diperoleh hasil bahwa setiap
kenaikan harga solar Rp. 100/liter akan menyebabkan penurunan pendapatan
sebesar Rp. 880.000,00 dan sebaliknya setiap penurunan harga solar Rp.
100,00/liter akan menyebabkan kenaikan pendapatan sebesar Rp. 880.000,00.
2.4 Aspek Kelembagaan
2.4.1 Regulasi
Regulasi adalah suatu cara unutuk mengendalikan masyarakat dengan
aturan tertentu. Untuk menghindari terjadinya konflik pemanfaatan fishing ground
antar alat tangkap, terutama dogol dengan alat tangkap tradisional lain, maka perlu
dilakukan pengaturan jenis alat tangkap, area penangkapan masing-masing alat
tangkap, dan musim penangkapan. Zonasi perikanan tangkap dibagi ke dalam tiga
10
zona, yaitu (1) zona pasif, (2) zona pasif dan perahu motor tempel (outboard
motor), dan (3) zona aktif dan kapal motor (inboard motor). Pembagian ini
didasarkan pada pertimbangan teknik penangkapan, kemampuan armada
penangkapan yang digunakan (termasuk ukuran mesin), dan ikan tujuan tangkap
(target species) (Ernaningsih et al., 2011).
2.4.2 Kearifan Lokal
Di Pelabuhan Karangantu memiliki salah satu tradisi kebudayaan
Masyarakat Nelayan yaitu Pesta laut nadran. Pesta laut nadran adalah suatu
tradisi ritual upacara adat masyarakat nelayan dengan cara membuang kepala
kerbau ke tengah laut yang bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa atas rezeki yang diberikan lewat hasil laut selain itu
memohon doa agar diberikan kesehatan, keselamatan dalam melaut serta
tangkapan hasil laut mereka berlimpah di tahun mendatang. Pesta laut nadran
merupakan tradisi yang berasal dari Cirebon namun nadran tidak hanya menjadi
milik warga Masyarakat Nelayan Cirebon (Pribadi, 2016).
Nadran di Pelabuhan Karangantu sudah berlangsung sejak dahulu kala
dan sampai saat ini masih diadakan setiap satu tahun sekali pada Bulan
Muharram. Pada pesta laut nadran ini banyak Masyarakat Nelayan di Pelabuhan
Karangantu yang berpartisipasi meskipun berbeda suku hal ini merupakan suatu
realitas kehidupan akulturasi budaya yang terjadi pada Masyarakat Nelayan di
Pelabuhan Karangantu (Syam et al., 2016).
2.4.3 Penaatan Terhadap Peraturan yang berlaku
Sikap dan perilaku seseorang akan bergantung pada proses persepsi yang
ada dalam dirinya. Oleh sebab itu, pengetahuan mengenai persepsi nelayan
diperlukan dalam rangka peningkatan kepatuhannya.
Tabel 2. Indikator Kepatuhan Nelyan Terhadap Peraturan
11
Kepatuhan nelayan dalam mendukung perikanan yang berkelanjutan dinilai
masih kurang. Hal ini terlihat dari banyak nelayan yang belum mengikuti aturan
yang berlaku. Nelayan masih banyak yang mengoperasikan alat tangkap yang
dilarang oleh pemerintah, tidak memiliki dokumen perizinan, melanggar jalur
penangkapan, dan tidak melaporkan hasil tangkapan (Nababan & Wiyono, 2017)
No Jenis Data Cara Pengumpulan
1 Bagaimana legalitas alat
penangkapan ikan yang
digunakan
2 Bagaimana kelengkapan
dokumen (surat-surat kapal)
yang dimiliki
3 Bagaimana sebaran ukuran ikan
yang ditangkap oleh nelayan
4 Apakah daerah dan jalur
pengakapan sesuai dengan
yang ditetapkan
Wawancara, kemudian dikelopokkan
berdasrkan Permen KP Nomor 30 Tahun 2012
dan perubahannya, yaitu 1. Tidak pernah 2.
Kadang-kadang 3. Selalu
Wawancara kemudian dikelompokkan
berdasarkan Permen KP Nomor 02 Tahun
2011 (dan perubahannya) dan nomor 02 tahun
2015 yaitu : 1. Dilarang 2. Dizinkan terbatas 3.
Diizinkan
Wawancara, kemudian dikelompokkan
berdasarkan Permen KP Nomor 30 Tahun
2012 (dan perubahannya), yaitu 1. Tidak ada
dokumen 2. Tidak lengkap 3. Lengkap
Wawancara, kemudian dikelompokkan menjadi :
1. Semua ukuran 2. Sedang-besar 3. Besar saja
Wawancara, kemudian dikelompokkan
berdasarkan Permen KP Nomor 02 Tahun
2011 dan perubahannya, yaitu 1. Tidak sesuai 2.
Kadang-kadang sesuai 3. Selalu sesuai
5 Apakah hasil tangkapan
dilaporkan kepada petugas
12
3. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 2 September 2019 sampai dengan
30 Oktober 2019 di Perairan Teluk Banten dan Pelabuhan Perikanan Nusantara
Karangantu, Serang, Banten.
3.2 Alat Dan Bahan
Alat dan bahan selama praktik dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut:
Tabel 3. Alat dan bahan
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan selama kegiatan penelitian adalah Metode Survey,
dengan melakukan observasi di atas kapal.
3.4 Metode Analisis Data
3.4.1 Aspek Perikanan Bagan perahu
3.4.1.1 Ikan Hasil Tangkapan Bagan perahu
Ikan target dari alat tangkap Bagan perahu adalah ikan pelagis kecil seperti
ikan pelagis kecil seperti ikan selar, tembang, teri, pepetek, dan kembung. Ikan
pelagis kecil bersifat fototaksis positif (tertarik pada cahaya) dan tertarik benda-
benda yang terapung (Silitonga & Hartoko, 2014).
3.4.1.2 Armada Kapal Penangkapan Ikan dengan Bagan perahu
Kapal bagan pada Gambar 1 dilengkapi ruang kemudi yang di dalamnya
terdapat pembangkit listrik (dinamo), mesin penggerak kapal, dan saklar untuk
mematikan atau menyalakan lampu, serta dilengkapi dengan GPS.
3.4.1.3 Bagan perahu
Gambar 2 merupakan gambar dari kapal dengan alat tangkap Bagan
perahu, dengan posisi bagan di sebelah kanan perahu dan dengan alat bantu
pengakapan berupa lampu.
No Alat dan Bahan Fungsi Jumlah
1 Alat Tulis (pulpen, buku, dll) Mencatat Data 1 set
2 Kamera Mendokumentasi kegiatan 1 buah
3 GPS Mengambil koordinat 1 bauh
4 Kuisioner Alat bantu Mengumpuolkan data 1 buah
5 Laptop Mengumpulkan data 1 buah
6 Sepatu boot Syarat masuk TPI 1 pasang
7 Papan jalan Alas kuisioner 1 buah
13
3.4.1.4 Daerah Penangkapan
Menurut Ernaningsih et al., (2011) daerah penangkapan alat tangkap
Bagan perahu di daerah P. Tunda dan Kep. Seribu, ditandai dengan warna oranye
pada gambar berikut:
(Sumber: Ernaningsih, 2013)
Gambar 6. Daerah penangkapan berdasarkan alat tangkap
3.4.2 Aspek Perikanan Jaring Insang (gillnet)
3.4.2.1 Ikan Hasil Tangkapan Jaring Insang (gillnet)
Ikan hasil tangkapan dari kapal dengan alat tangkap Jaring Insang (gillnet),
adalah jenis ikan pelagis kecil seperti ikan selar, tembang, teri, pepetek, dan
kembung.
3.4.2.2 Armada Kapal Penangkapan Ikan dengan Jaring Insang (gillnet)
Gambar 3 merupakan gambar dari kapal ikan dengan alat tangkap Jaring
Insang (gillnet) di Perairan Teluk Banten.
3.4.2.3 Jaring Insang (gillnet)
Jaring insang merupakan jenis alat tangkap yang memiliki desain
sederhana, mudahdioperasikan dan biayapembuatannya relatif murah (Muhajirah &
Sara, 2018). Gambar 4 merupakan gambar dari alat tangkap Jaring Insang
(gillnet), dengan keterangan Gambar 4 adalah: 1. Pelampung tanda, 2. Tali
pelampung, 3. Tali ris atas, 4. Pelampung utama, 5. Tali ris bawah, 6. Tali kolong,
7. Tali pemberat, 8. Pemberat cincin, 9. Tali selembar (Putrinatami, 2010).
3.4.2.4 Daerah Penangkapan.
Menurut Ernaningsih et al., (2011) pada Gambar 7 daerah penangkapan
alat tangkap Jaring Insang di daerah P. tunda, Kep. Seribu, Selat Sunda,
Lampung, dan Bangka, ditandai dengan warna ungu.
14
3.4.3 Aspek Ekonomi
3.4.3.1 Jumlah Nelayan
Nelayan yang terdapat di PPN Karangantu terdiri dari nelayan
pemilik/juragan dan nelayan penggarap. Pemilik yang tidak melaut disebut
juragan/pengusaha. Pemilik yang melaut menangkap ikan disebut sebagai
nelayan. Jumlah nelayan dalam satu unit kapal di PPN Karangantu berkisar 5-6
orang termasuk kapten kapal (nahkoda kapal).
3.4.3.2 Pendapatan Nelayan
Untuk mengetahui pendapatan rumah tangga nelayan menggunakan
wawancara terhadap nelayan yang bersangkutan.
3.4.4 Aspek Kelembagaan
3.4.4.1 Regulasi
Regulasi adalah suatu cara unutuk mengendadlikan masyarakat dengan
aturan tertentu. Untuk menghindari terjadinya konflik pemanfaatan fishing ground
antar alat tangkap dan konflik lainnya.
3.4.4.2 Kearifan Lokal
Di Pelabuhan Karangantu memiliki salah satu tradisi kebudayaan
Masyarakat Nelayan yaitu Pesta laut nadran. Pesta laut nadran adalah suatu
tradisi ritual upacara adat Masyarakat Nelayan dengan cara membuang kepala
kerbau ke tengah laut yang bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa atas rezeki yang diberikan lewat hasil laut selain itu
memohon doa agar diberikan kesehatan, keselamatan dalam melaut serta
tangkapan hasil laut mereka berlimpah pada tahun mendatang.
3.4.4.3 Penaatan Terhadap Peraturan yang berlaku
Sikap dan perilaku seseorang akan bergantung pada proses persepsi yang
ada dalam dirinya. Oleh sebab itu, pengetahuan mengenai persepsi nelayan
peningkatan kepatuhannya dapat dilihat di Tabel 2.
15
4. HASIL PENELITIAN
2
4.1. kondisi Lokasi Praktik
Penelitian dilakukan di wilayah Provinsi Banten. Pengambilan data terfokus
pada pelabuhan perikanan dengan kegiatan penangkapan ikan nelayan alat
tangkap Jaring Insang dan Bagan perahu. Berdasarkan hal tersebut, maka
pengambilan data dilakukan pada Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
Karangantu.
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu terletak di Kecamatan
Kasemen Kota Serang. Pelabuhan ini dibangun pada tahun 1975/1976 dengan
luas tanah 2,5 ha. Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu terletak
pada posisi koordinat 06º 02’ LS - 106º 09’ BT pada awal perkembangannya
adalah suatu desa pantai yang secara tradisional berkembang dari suatu
kelompok yang mendiami lahan di muara kali Cibanten. Sejalan dengan
perkembangan sejarah pemukiman nelayan, Karangantu tumbuh dan
berkembang menjadi suatu pelabuhan nelayan yang cukup besar, dan berperan
penting sebagai pusat kegiatan perikanan yang memasok sebagian besar
kebutuhan ikan wilayah Provinsi Banten.
4.2. Ikan Pelagis Kecil yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Karangantu
Hasil tangkapan di Pantai Karangantu yang didaratkan di Pelabuhan
Perikanan Nusantara (PPN) Pantai Karangantu didominasi oleh ikan pelagis kecil
seperti ikan selar, tembang, teri, pepetek, dan kembung. Sesuai dengan penelitian
Hariati & Amri (2017) jenis-jenis ikan pelagis kecil terutama layang (Decapterus
russelli), banyar (Rastrelliger kanagurta), kembung (R.brachyosoma), bentong
(Selar crumenophthalmus) dan jenis-jenis selar lainnya (Selaroides sp., Alepes sp.
dan Atule sp.), siro (Ambligaster sirm) dan tembang (Sardinella gibbosa).
151515
16
4.3. Aspek Perikanan Bagan perahu
4.3.1 Ikan Hasil Tangkapan Bagan perahu
Hasil tangkapan Bagan perahu yang didapatkan selama praktik didominasi
oleh ikan-ikan pelagis kecil seperti teri (Stolephorus sp.), japuh (Dussumieria
acota), kembung (Rastrelliger Kanagurta), cumi-cumi (Loligo sp.), sesuai dengan
hasil penelitian Silitonga & Hartoko (2014) yang dilakukan di Perairan Bandengan
Jepara ialah ikan-ikan pelagis kecil yang bersifat fototaksis positif, akan tetapi hasil
tangkapan yang dominan adalah ikan Teri (Stolephorus sp.), cumi-cumi (Loligo
sp.), dan ikan Petek (Leiognathus sp.). Penelitian yang dilakukan Anggawangsa et
al. (2016) di Palabuhanratu menunjukan hasil tangkapan alat tangkap bagan
perahu didominasi oleh ikan pelagis seperti tembang (Sardinella fimbriata), teri
(Stolephorus sp.), ikan terbang (Hirundichthys sp.) dan talang-talang (Chorinemus
tala). Ikan kembung biasanya banyak tertangkap di wilayah selat sunda musim
timur (juli-agustus) dengan sebaran suhu 29 sampai dengan 30,50c, klorofil-a 1,5
sampai dengan 2,0 mg m-3, salinitas 31,4 sampai dengan 32,6 dan arus berasal dari
Laut Jawa (Amri, 2017). Ikan teri dapat ditangkap sepanjang tahun di wilayah Kep.
Seribu dengan mengidentifikasi perubahan pola hotspot daerah
penangkapan ikan menggunakan GIS-based statistical analysis. Menurut Himam &
Mawardi (2018) ikan hasil tangkapan dominan bagan perahu di Lhokseudu
adalah kembung, selar & tembang.
4.3.2 Armada Kapal Penangkapan Ikan dengan Bagan perahu
Kapal bagan dilengkapi ruang kemudi yang di dalamnya terdapat
pembangkit listrik (dinamo), mesin penggerak kapal, dan saklar untuk mematikan
atau menyalakan lampu, serta dilengkapi dengan GPS. Kapal terbuat dari bahan
kayu, dengan Panjang 17,7 m dan lebar 3,9 m dengan ukuran mesin kapal 21 GT
dan kecepatan 190 HP dan menggunakan alat bantu lampu dengan total tegangan
24.500 watt sebagaimana hasil penelitian Aliyubi et al. (2015) bahwa lampu
memiliki peran penting untuk menigkatkan hasil tangkapan. Tetapi ada juga
penelitian yang menunjukan bahwa penggunaan jumlah lampu tidak berpengaruh
nyata pada hasil tangkapan ikan, (Nurdin, 2017) penelitian ini dilakukan di perairan
Pemalang. Penelitian Sudirman et al. (2016) menunjukan bahwa hasil tangkapan
menggunakan lampu neon lebih banyak dibandingkan dengan lampu merkuri dan
lampu pijar.
4.3.3 Bagan perahu
Gambar ini merupakan gambar dari kapal dengan alat tangkap Bagan
perahu, dengan posisi bagan di sebelah kanan perahu dan dengan alat bantu
pengakapan berupa lampu, Panjang jaring 14 m lebar jaring 12 m dengan mesh size
waring kurang dari 1 inc seperti pada bagan pada penelitian Indrahti & Maziyah
(2019) dan Sugihartanto & Rahmat (2019).
17
Gambar 7. Kapal Bagan perahu (KM. Cahaya Banten)
Mekanisme operasi alat tangkap Bagan perahu:
Penyalaan lampu, ketika tiba di fishing ground. Jaring tidak langsung diturunkan
sebagaimana biasanya hingga tiba saatnya ikan terlihat berkumpul di lokasi bagan
atau masuk ke dalam area cahaya lampu. Tahapan penyalaan lampu yang
dilakukan ketika hari menjelang malam, dan penuruan jaring dilakukan sebelum
tahapan penyalaan lampu dilakukan (Kurnia et al., 2016)
1.Setting, setelah menunggu beberapa jam dan ikan mulai terlihat berkumpul di
lokasi penangkapan, maka jaring diturunkan ke perairan. Jaring diturunkan
secara perlahanlahan dengan memutar roller. Frekuensi penurunan jaring
tergantung keadaan cuaca dan hasil tangkapan serta kondisi perairan. Setelah
setting selesai, selanjutnya adalah proses waktu menunggu penarikan jaring.
Pada tahapan ini, juga dilakukan setting alat echosounder sebagai instrumen
penelitian pemanfaatan teknologi hidroakustik. Alat ini memudahkan
mendeteksi pola dan waktu kedatangan ikan,
2.Pengangkatan jaring (lifting), dilakukan setelah kawanan ikan terlihat berkumpul
di lokasi penangkapan. Kegiatan lifting ini diawali dengan pemadaman lampu
secara bertahap. Hal ini dimaksudkan agar ikan tidak terkejut dan tetap
terkosentrasi pada bagian perahu di sekitar lampu yang masih menyala. Ketika
18
ikan sudah berkumpul di tengah-tengah jaring, jaring tersebut mulai ditarik ke
permukaan hingga akhirnya ikan akan tertangkap oleh jaring.
3.Brailing, setelah bingkai jaring naik ke atas permukaan air, maka tali
penggantung pada ujung dan bagian tengah rangka dilepas dan dibawa ke satu
sisi kapal, tali kemudian dilewatkan pada bagian bawah kapal beserta jaringnya.
Tali pemberat ditarik ke atas agar mempermudah penarikan jaring dan lampu
dihidupkan lagi. Jaring kemudian ditarik sedikit demi sedikit dari salah satu sisi
kapal ke atas kapal. Hasil tangkapan yang telah terkumpul diangkat ke atas dek
kapal dengan menggunakan serok.
4.Penyortiran ikan, setelah diangkat di atas dek kapal, dilakukan penyortiran ikan.
Penyortiran ini biasanya dilakukan berdasarkan jenis ikan tangkapan, ukuran
dan lain-lain. Ikan yang telah disortir langsung dimasukkan ke dalam wadah
untuk memudahkan pengangkut (Dahlan et al., 2016).
4.4.4 Daerah Penangkapan Bagan perahu
Lokasi penangkapan (fishing ground) ikan alat tangkap Bagan perahu pada
saat praktik integrasi di Perairan P. Tunda, Kep. Seribu, dan juga selat sunda dapat
dilihat pada gambar di bawah, pemilihan lokasi penangkapan biasanya dipilih
dengan menggunakan echosounder sehingga dapat dipastikan bahwa lokasi itu
terdapat ikan yang cukup banyak atau juga pemilihan lokasi karena lokasi itu
sudah dipastikan terdapat banyak ikan dan sudah sering dijadikan tempat
penangkapan oleh para nelayan. Lokasi penangkapan sesuai dengan hasil
penelitian Ernaningsih et al. (2011), daerah penangkapan alat tangkap Bagan
perahu di daerah P. Tunda dan Selat Sunda, dapat dilihat di Gambar 7,
menunjukan bahwa lokasi penangkapan ikan nelayan PPN Karangantu dengan
alat tangkap Bagan perahu sesuai dengan ketentuan.
19
4.4 Aspek Perikanan Jaring Insang (gillnet)
4.4.1 Ikan Hasil Tangkapan Jaring Insang (gillnet)
Ikan hasil tangkapan dari kapal dengan alat tangkap Jaring Insang, adalah
jenis ikan pelagis seperti ikan selar (Selaroides leptolepis), kembung (Rastrelliger
kanagurta), tengkek (Carcharhinus sealei), tembang (Aptychotrema rostrata),
tenggiri (Scomberomorus commerson), cucut (Carcharhinus sealei), golok-golok
(Chirocentrus dorab), simba (Gnathanodon speciosus), kuro (Polydactylus
siamensis), bawal hitam (Parastromateus niger), dan talang-talang (Scomberoides
commersonnianus). Sesuai dengan hasil penelitian oleh Alberth Nanlohy di
Perairan Maluku alat tangkap ini ditujukkan untuk menangkap ikan pelagis besar.
Jenis-jenis ikan hasil tangkapan dari alat tangkap ini adalah ikan cakalang, tuna,
tongkol, tenggiri dan ikan pelagis besar lainnya (Nanlohy 2013). Ikan kembung
juga menjadi hasil tangkapan paling dominan dari alat tangkapan jaring insang
karena perendaman jaring yang lama menurut Setiawati & Wijayanto (2015),
penelitian dilakukan di Kab. Ketapang, Kalimantan Barat.
4.4.2 Armada Kapal Penangkapan Ikan dengan Jaring Insang (gillnet)
Kapal dengan alat tangkap Jaring Insang (gillnet) di Perairan Teluk Banten.
Kapal terbuat dari bahan kayu, dengan Panjang 14 m dan lebar 3 m dengan ukuran
mesin kapal 6 GT dan memiliki GPS, di bagian depan kapal terdapat tempat
penyimpanan jaring dan 2 buah tempat penyimpanan ikan (palkah) yang masing-
20
masing berkapasitas 600 kg, dan juga terdapat sebuah tempat penyimpanan jaring
di bagian depan perahu sekaligus sebagai tempat nelayan menurunkan dan
menaikan jaring ketika mencari ikan.
Gambar 9. Kapal Jaring Insang (KM. Harapan Jaya 05)
4.4.3 Jaring Insang (gillnet)
Jaring Insang ini memiliki panjang 2.778 m dan lebar jaring 6 m, dan
memiliki mesh size 4 inch, jaring terbuat dari nahan nilon, terdapat pelampung
yang berbentuk bola dari plastik dan juga pelampung yang terbuat dari sterofoam,
dan juga terdapat pemberat yang terbuat dari coran semen berbentuk lingkaran,
hampir serupa dengan kontruksi jaring insang pada Gambar 4 merupakan gambar
dari alat tangkap Jaring Insang (gillnet), dengan keterangan Gambar 4 hasil
penelitian Putrinatami (2010). Ukuran mata jaring yang digunakan lebih besar dari
ukuran mata jaring yang terbaik menurut penelitian Rahantan & Puspito (2012)
yang dilakukan di perairan Tual, Sulawesi Tenggara dalam tulisan mereka ukuran
mata jaring terbaik adalah 2,25 in, menurut mereka ukuran mata jaring ini dapat
menangkap ikan lebih banyak.
21
Gambar 10. Alat tangkap Jaring Insang (gillnet)
Adapun Teknik pengoperasian Jaring Insang menurut Trisbiantoro et al. (2017).
sebagai berikut:
Sebelum operasi penangkapan dimulai, semua peralatan dan perbekalan yang
diperlukan untuk menangkap ikan dengan menggunakan gill net harus
dipersiapkan dengan teliti. Jaring harus disusun di atas kapal dengan memisahkan
antara pemberat dan pelampung supaya mudah menurunkannya dan tidak kusut.
Metode operasi penangkapan ikan dengan menggunakan gill net dibagi menjadi tiga
tahap, yaitu setting, immersing, dan hauling.
1. Lama penebaran jaring (setting)
Bila kapal telah mencapai daerah penangkapan, kecepatan kapal diturunkan
dan segera bersiap untuk penebaran jaring.
a. Mula–mula posisi kapal ditempatkan sedemikian rupa agar arah angin
datangnya dari tempat penurunan jaring.
b. Setelah kedudukan atau posisi kapal sesuai dengan yang dikehendaki, jaring
dapat diturunkan. Penurunan jaring dimulai dari penurunan pelampung
tanda ujung jaring atau lampu kemudian tali selambar depan, lalu jaring dan
yang terakhir kali selambar pada ujung akhir jaring atau selambar belakang
yang biasanya terus diikatkan pada kapal.
c. Pada waktu penurunan jaring yang harus diperhatikan adalah arah arus laut,
karena kedudukan jaring paling baik adalah memotong arus antara 450 -
900.
22
2. Lama perendaman jaring (immersing) Gill net didiamkan terendam dalam
perairan kira–kira selama 3 – 5 jam (Rahmat, 2016).
3. Lama penarikan jaring (hauling) Setelah jaring dibiarkan di dalam perairan
selama ± 3 – 5 jam, jaring dapat dinaikkan ke atas kapal untuk diambil ikannya.
Urutan penarikan jaring ini merupakan kebalikan dari urutan penebaran jaring,
yaitu dimulai dari tali selambar belakang, jaring, tali selambar muka, dan
terakhir pelampung tanda. Penangkapan ikan dengan menggunakan alat
tangkap gill net umumnya dilakukan pada waktu malam hari (Sadhori, 1985).
Walaupun jaring insang yang berada di PPN Karangantu dikategorikan alat
tangkap yang ramah lingkungan, menurut Noviyanti (2010) dan juga hasil
tangkapannya cukup melimpah tetapi memilki dampak buruk terhadap lingkungan
seperti Jaring Insang yang rusak akan tertinggal di perairan dan juga terkadang
jaringnya merusak ekosistem terumbu karang seperti pada gambar di bawah:
Gambar 11. Terumbu karang yang tersangkut oleh Jaring Insang
Hasil ini Sesuai dengan hasil penelitian Tamarol et al. (2012) di Perairan
pantai Tabukan Tengah Kepulauan Sangihe bahwa alat tangkap yang paling besar
damapaknya terhadap sumberdaya ikan dan lingkungan adalah bubu, Jaring
Insang dan jaring kantong.
4.4.4 Daerah Penangkapan Jaring Insang
Lokasi penangkapan (fishing ground) ikan alat tangkap Jaring Insang pada
saat praktik integrasi di Perairan Lampung Utara dekat dengan perairan
Palembang dapat dilihat pada Gambar 45, pemilihan lokasi penangkapan
dikarenakan nahkoda kapal dan ABK berasal dari Lampung sehingga sudah
mengetahui kondisi perairan Lampung sehingga memudahkan untuk
penangkapan karena di perairan Lampung utara masih terdapat pembajak kapal
23
sehingga nelayan luar Lampung segan untuk mengambil ikan di perairan Lampung
Utara. Lokasi penangkapan sesuai dengan hasil penelitian Ernaningsih et al.
(2011), daerah penangkapan alat tangkap Jaring Insang di Perairan Lampung,
dapat dilihat pada Gambar 7, menunjukan bahwa lokasi penangkapan ikan
nelayan PPN Karangantu dengan alat tangkap Jaring Insang sesuai dengan
ketentuan.
4.5 Aspek Ekonomi
4.5.1 Jumlah Nelayan
Nelayan yang terdapat di PPN Karangantu terdiri dari nelayan
pemilik/juragan dan nelayan penggarap. Pemilik yang tidak melaut disebut
juragan/pengusaha. Pemilik yang melaut menangkap ikan disebut sebagai
nelayan dan biasanya menajdi kapten kapal (tekong). Jumlah nelayan dalam satu
unit kapal Jaring Insang di PPN Karangantu berkisar 5-6 orang termasuk kapten
kapal (nahkoda kapal).
Tabel 4. Jumlah nelayan di PPN Karangantu.
(Sumber: Laporan Tahunan PPN Karangantu, 2018)
Jumlah kapal dengan alat tangkap Jaring Insang berjumlah 122 unit kapal
dengan rata-rata nelayan dalam satu kapal 5 orang (termasuk nahkoda), ada 610
orang nelayan yang terlibat dalam perikanan tangkap alat tangkap Jaring Insang di
PPN Karangantu. Sedangkan untuk Bagan perahu dengan jumlah 82 unit kapal
dengan rata-rata nelayan dalam satu kapal 5 orang (termasuk nahkoda), ada 410
orang nelayan yang terlibat dalam perikanan tangkap Bagan perahu.
No Jenis Alat Tangkap Jumlah (Orang) Keterangan
1 Bagan perahu 410
2 Bagan Tancap 45
3 Gill net 610
4 Jaring Payang 40
5 Jaring Rampus 750
6 Pancing 150
7 Sero 20
8 Alat Tangkap Lainnya 955
Jumlah 2.980
24
4.5.2 Pendapatan Nelayan
4.5.2.1 Bagan Perahu
Data pendapatan nelayan didapatkan dari hasil wawancara nelayan,
dengan 10 responden (nelayan). Pembagian hasil di nelayan biasa disebut dengan
istilah “berhitung” dimana dilakukan pembagian hasil penjualan ikan yang biasa
dilaksanakan sekali setelah 3-4 kali melakukan layar, jadi dari total hasil penjualan
ikan selama 3-4 layar akan dilaksanakan pembagian hasil secara terbuka dengan
bos atau dengan pemilik kapal, adapun pembagian nya pada Gambar 49, Bekal juga
sudah termasuk dengan solar, beras, air bersih, bahan makan, rokok, selama 3 kali
layar, kerusakan disetor setiap kali berhitung untuk perawatan kapal, bos
mendapat bagian yang sama dengan sejumlah abk karena bos merupakan pemilik
kapal, adapun untuk nahkoda (tekong) mendapat bonus dari bos tanpa memotong
dari bagian abk.
Untuk pendapatan bersih perorang nya setelah hasil penjualan ikan
dikurangi biaya-biaya di atas, nelayan dengan alat tangkap bagan perahu
mendapat Rp. 2.500.000,00/orang. Sistem pembagian ini sesuai dengan
penelitian Widiantoro et al. (2019) dan Ramadhan & Wijayanto (2016). Relasi
sosial yang terjalin nelayan pemilik modal dan nelayan buruh dalam kehiduan
nelayan di PPN Karangantu adalah hubungan kerja yang saling menguntungkan
seperti pada hasil penelitian Gulo et al. (2018) pada Relasi Sosial Nelayan Pemilik
Modal dan Nelayan Buruh Pada Kehidupan Nelayan Di Kelurahan Buluri Kota
Palu. Untuk kelayakan usaha bagan perahu di PPN karangantu dari hasil
penelitian Alam et al. (2017).
4.5.2.2 Jaring Insang
Data pendapatan nelayan didapatkan dari hasil wawancara nelayan,
dengan 10 responden (nelayan). Pembagian hasil di nelayan biasa disebut dengan
istilah “berhitung” dimana dilakukan pembagian hasil penjualan ikan yang biasa
dilaksanakan sekali setelah 3-4 kali melakukan layar, jadi dari total hasil penjualan
ikan selama 3-4 layar akan dilaksanakan pembagian hasil secara terbuka dengan
bos atau dengan pemilik kapal, adapun pembagian nya sebagai berikut:
PEMBAGIAN BAGAN PERAHU
Bekal Kerusakan Bos Abk
28%
25
31%
31%
10%
Gambar 12. Pembagian hasil pendapatan
Bekal juga sudah termasuk dengan solar, beras, air bersih, bahan makan,
rokok, selama 3 kali layar, kerusakan disetor setiap kali berhitung untuk perawatan
kapal, bos mendapat bagian yang sama dengan sejumlah abk karena bos
merupakan pemilik kapal, adapun untuk nahkoda (tekong) mendapat bonus dari bos
tanpa memotong dari bagian abk. Untuk pendapatan bersih perorang nya setelah
hasil penjualan ikan dikurangi biaya-biaya di atas, nelayan dengan alat tangkap
jaring insang mendapat Rp. 800.000,00/orang. Perbedaan pendapatan antara
nelayan jaring insang tetap dan bagan perahu terletak pada perbedaan rata-rata
pendapatan pertahun berdasarkan sifat kedua alat tangkap tersebut.
Usaha penangkapan dengan kedua alat tersebut dapat menutupi biaya
operasional yang dikeluarkan seperti hasil penelitian Siskawati et al. (2016) pada
Analisis Pendapatan Nelayan Jaring Insang Tetap dan Bubu Di Kecamatan
Membalong Kabupaten Belitung. Sistem bagi hasil ini sesuai dengan hasil
penelitian Haq (2016), Hampir semua peraturan tentang sistem bagi hasil sudah
dilaksanakan tetapi nelayan masih dalam kondisi miskinseperti pada penelitian
Silmi et al. (2018) Pola Bagi Hasil Tangkapan Ikan Nelayan Pancing Di Cisolok.
Sistem pembagian hasil ini belum sesuai dengan hukum islam (Iqbal, 2019).
4.6 Aspek Kelembagaan
4.6.1 Kearifan Lokal
Di Pelabuhan Karangantu memiliki salah satu tradisi kebudayaan
Masyarakat Nelayan yaitu Pesta laut nadran. Pesta laut nadran adalah suatu
tradisi ritual upacara adat Masyarakat Nelayan dengan cara membuang kepala
26
kerbau ke tengah laut yang bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa atas rezeki yang diberikan lewat hasil laut selain itu
memohon doa agar diberikan kesehatan, keselamatan dalam melaut serta
tangkapan hasil laut mereka berlimpah di tahun mendatang, kegiatan ini dilakukan
setiap awal tahun Hijriyah yaitu bulan Muharram yang diadakan oleh dinas
pariwisata Provinsi banten. Data ini sesuai dengan penelitian Syam et al. (2016)
bahwa pada pesta laut nadran ini banyak masyarakat nelayan di Pelabuhan
Karangantu yang berpartisipasi meskipun berbeda suku hal ini merupakan suatu
realitas kehidupan akulturasi budaya yang terjadi pada masyarakat nelayan di
Pelabuhan Karangantu. Pada saat hari perayaan nelayan tidak melaksanakan
kegiatan penangkapan ikan sehingga ikan-ikan di laut bisa melakukan kegiatan
pemijahan sehingga diharapakan ikan terjadi overfishing, seperti pada penelitian
Prasetyo (2019) dan Kennedy et al. (2019) yang menggunakan adat sasi.
4.6.2 Penaatan Terhadap Peraturan yang berlaku
Sikap dan perilaku seseorang akan bergantung pada proses persepsi yang
ada dalam dirinya. Oleh sebab itu, pengetahuan mengenai persepsi nelayan
peningkatan kepatuhannya.
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan sejauh apa ketaatan
nelayan terhadap peraturan berdasarkan Tabel 2
Jaring Insang :
1. Legal (diizinkan)
2. Lengkap (walaupun SIUP, SIPI masih dalam tahap pembuatan)
3. Semua ukuran ditangkap oleh nelayan
4. Selalu sesuai
5. Kadang-kadang (ketika hasil tangkapan dalam 6 hari tidak melebihi target,
maka nahkoda akan menjual hasil tangkapan di daerah Teladas, Lampung
Utara tanpa lapor petugas setempat, melainkan langsung menjual ikan ke
pengepul.
Bagan perahu :
1. Legal (dizinkan)
2. Lengkap (SIPI, SIUP)
3. semua ukuran ditangkap nelayan
4. selalu sesuai
5. selalu
27
Tabel 5. Hasil komparatif fishing ground, ikan hasil tangkapan dan dampak terhadap
lingkungan
No Komparatif Bagan Perahu Jaring Insang
1
2
Teknik
pengoperasian
Memasang jaring menghadang
arus, pemasangan jaring dengan
keadaan kapal mundur, kemudia
tunggu 4-5 jam, kemudian angkat
jaring dengan keadaan kapal
maju
3
Dampak
terhadap
lingkungan
Tidak berdampak
4 Ikan dominan
5
Fishing ground sesuai tetapi
ketika bongkar muat di lampung
langsung ke pengepul tanpa di
data oleh pihak pelabuhan
6
Daerah
penangkapan
P. Tunda, Kep. Seribu,
Selat sunda Lampung, karawang, Kep. Seribu
Menuju fishing ground
kemudian nyalakan
lampu tunggu sekitar 3-4
jam sampai ikan
berkumpul kemudian
turunkan jaring dan
angkat jaring
Merusak terumbu karang karena
tersangkut jaring, karena
kedalaman perairan yang hanya
6-10 meter di perairan lampung
utara
Teri, japuh, kembung,
cumi-cumi, golok-golok,
ikan terbang
Kembung, selar, tengkek,
sebelah, cucut, tenggiri, bawal
hitam
Fishing ground sesuai
dan hasil tangkapan
dilaporkan
Ketaatan
nelayan
Pendapatan
nelayan Rp. 2.500.000,00 Rp. 800.000,00
28
5. KESIMPULAN
64
1. Hasil tangkapan Jaring Insang yang didaratkan di PPN Karangantu 93,061 ton
dari bulan januari hingga juli dengan hasil tangkapan seperti rajungan,
tengkek, ikan sebelah, gulamah, pari, cumi-cumi, sotong, tenggiri, selar, kakap
putih, kurisi, kwee, kuro, kakap merah, kakap putih, swanggi, cucut, alu,
kembung, dan kerapu. Sedangakan hasil tangkapan baga perahu yang
didaratkan di PPN Karangantu sebesar 396,583 ton dari bulan januari hingga
juli dengan hasil tangkapan seperti tongkol, manyung, cendro, sebelah,
rajungan, selar, kwee, layang, tetengkek, bentong, talang, ekor kuning, siro,
japuh, tembang, teri, layaran, peperek, teri nasi, cumi-cumi, sotong, kembung,
golook-golok, layur.
2. Dilihat dari berbagai aspek baik hasil tangkapan, pendapatan nelayan, dan
kepatuhan nelayan nelayan yang menggunakan alat tangkap Bagan perahu
memiliki efektifitas yang lebih tinggi dibandingkan nelayan dengan alat
tangkap Jaring Insang.
DAFTAR PUSTAKA
AGUSTINA, RIKA. 2017. “Studi Jenis Ikan Berdasarkan Alat Tangkap Di Pantai
Karangantu Serang Utara Provinsi Banten.” Phd Thesis. FKIP Unpas.
Alam, Amrullah Gusti, Sardiyatmo Sardiyatmo, And Dian Ayunita Nugraheni
Nurmala Dewi. 2017. “Analisis Kelayakan Usaha Perikanan Tangkap
Bagan Perahu Di Pelabuhan Perikanan Nusantara (Ppn) Karangantu
Serang Banten.” Journal Of Fisheries Resources Utilization Management
And Technology 6(3): 106–114.
Aliyubi, Faisal Kahfi, Herry Boesono, And Indradi Setiyanto. 2015. “Analisis
Perbedaan Hasil Tangkapan Berdasarkan Warna Lampu Pada Alat
Tangkap Bagan Apung Dan Bagan Tancap Di Perairan Muncar, Kabupaten
Banyuwangi.” Journal Of Fisheries Resources Utilization Management And
Technology 4(2): 93–101.
Anggawangsa, Regi Fiji, Ignatius Tri Hargiyatno, And Berbudi Wibowo. 2016.
“Pengaruh Iluminasi Atraktor Cahaya Terhadap Hasil Tangkapan Ikan
Pada Bagan Apung Pelabuhan Ratu.” Jurnal Penelitian Perikanan
Indonesia 19(2): 105–111.
Anggreini, Alinda Putri Et Al. 2017. “Uji Selektivitas Alat Tangkap Gillnet
Millenium Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Kembung (Rastrelinger
Brachysoma).” Journal Of Fisheries And Marine Science 1(1): 24–30.
Dahlan, Muh Arifin Et Al. 2016. “Beberapa Aspek Reproduksi Ikan Layang Deles
(Decapterus Macrosoma Bleeker, 1841) Yang Tertangkap Dengan Bagan
Perahu Di Perairan Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan.” Jurnal IPTEKS
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan 2(3).
Damayanti, Helisha, Arthur Brown, And Ersti Yulika Sari. 2017. “Fluktuasi Hasil
Tangkapan Ikan Pelagis Dengan Alat Tangkap Jaring Insang Hanyut (Drift
Gillnet) Di Perairan Dumai, Provinsi Riau.” Jurnal Online Mahasiswa
Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Riau 4(1): 1–8.
Damora, Adrian, And Karsono Wagiyo. 2016. “Parameter Populasi Ikan Kadah
(Valamugil Speigleri) Sebagai Indikator Pemanfaatan Sumber Daya
Perairan Estuaria Di Pemalang.” Bawal Widya Riset Perikanan Tangkap
4(2): 91–96.
Diniah, Sobari MP, And Dede Seftian. 2012. “Pelayanan Pelabuhan Perikanan
Nusantara (PPN) Terhadap Kebutuhan Operasi Penangkapan Ikan.” Jurnal
Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan Dan Perikanan 2(1): 41–49.
Ernaningsih, Dwi. 2013. “Analisis Bioekonomi Ikan Pelagis Kecil Di Teluk
Banten.”
Ernaningsih, Dwi, Domu Simbolon, Eko Sri Wiyono, And Ari Purbayanto. 2011.
“Zonasi Pemanfaatan Kawasan Perikanan Tangkap Di Teluk Banten
(Zonation Of Utilization Fishing Zone In Banten Bay).” Marine Fisheries:
Journal Of Marine Fisheries Technology And Management 2(2): 177–187.
Genisa, Abdul Samad. 1998. “Beberapa Catatan Tentang Alat Tangkap Ikan
Pelagik Kecil.” Oseana 23(3): 19–34.
Genisa, Abdul Samad, And Lembaga Oseanoiogi Nasiona. 1981. “Beberapa
Jenis Ikan Yang Tertangkap Dengan Bagan Dan Tingkat Kematangan
Gonad.” Pewarta Oseana) Tahun VII (1): 14–18.
Gulo, Sunima, Andi Irawan, And Pariyati Pariyati. 2018. “Relasi Sosial Nelayan
Pemilik Modal Dan Nelayan Buruh Pada Kehidupan Nelayan Di Kelurahan
Buluri Kota Palu.” Jurnal Kolaboratif Sains 1(1).
Handayani, Fadilah. 2018. “Karakteristik Geomorfologi Wilayah Pesisir
Kecamatan Pandan.” Phd Thesis. UNIMED.
Haq, Azriadian El. 2016. “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Bagi Hasil
Tangkapan Ikan Nelayan Di Desa Kedungrejo Kecamatan Muncar
Kabupaten Banyuwangi.” Phd Thesis. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Hariati, Tuti, And Khairul Amri. 2017. “Perkembangan Perikanan Pelagis Kecil
Hasil Tangkapan Pukat Cincin Dan Bagan Di Perairan Barat Sumatera.”
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 17(4): 229–235.
Himam, M. Iqbal, And Wazir Mawardi. 2018. “Efektivitas Lampu Led Celup
Sebagai Lampu Hauling Pada Bagan Perahu.” ALBACORE 2(1).
Indrahti, Sri, And Siti Maziyah. 2019. “Dinamika Alat Tangkap Nelayan Di
Jepara Dalam Dimensi Budaya.” Anuva: Jurnal Kajian Budaya,
Perpustakaan, Dan Informasi 3(4): 461–469.
Iqbal, Suhaibah Muhammad. 2019. “Sistem Bagi Hasil Di Kalangan Nelayan
Pukat Tarek Di Tinjau Menurut Hukum Islam (Studi Kasus Di Desa Pasi
Lhok Kecamatan Kembang Tanjong).” Jurnal Real Riset 1(2).
Irhamsyah, Irhamsyah. 2017. “Uji Coba Penangkapan Menggunakan Ayunan
Dengan Bentuk Yang Berbeda ((Experimental Fishing Using Ayunan With
Different Forms).” Fish Scientiae 1(1): 57–66.
ISLAND, IN SERIBU. “Pemetaan Daerah Potensial Penangkapan Ikan
Menggunakan Pendekatan Model Gis Hotspot Dan Analisis Time Series:
Studi Kasus Pada Perikanan Bagan Perahu Di Kepulauan Seribu Potential
Fishing Ground Mapping Based On Gis Hotspot Model And Time Series
Analysis: A Case Study On Lift Net Fisheries.”
Kennedy, Posma Sariguna Johnson, Suzanna Josephine Tobing, Rutman
Lumbantoruan, And Emma Tampubolon. 2019. “Diskusi Tentang Peran
Kearifan Lokal Dalam Pemanfaatan Sumber Daya Laut Dengan Kelompok
Masyarakat Maluku Barat Daya.” JPM (Jurnal Pemberdayaan Masyarakat)
4(1): 355–364.
Kumajas, Henry James. 2015. “Pengaruh Warna Lampu Dalam Air Terhadap
Hasil Tangkapan Bagan Perahu Di Perairan Bacan Kabupaten Halmahera
Selatan.” Jurnal LPPM Bidang Sains Dan Teknologi 2(1): 44–61.
Kurnia, Muh, Sudirman Sudirman, And Alfa Nelwan. 2016. “Studi Pola
Kedatangan Ikan Pada Area Penangkapan Bagan Perahu Dengan
Teknologi Hidroakustik.” Jurnal IPTEKS Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan 2(3).
Nababan, Benardo, And Eko Sri Wiyono. 2017. “Persepsi Dan Kepatuhan
Nelayan Tanjungbalai Asahan Sumatera Utara Dalam Mendukung
Perikanan Tangkap Yang Berkelanjutan (Fishermen’s Perception And
Compliance To Support Sustainable Capture Fisheries In Tanjungbalai
Asahan, North Sumatra).” Marine Fisheries: Journal Of Marine Fisheries
Technology And Management 8(2): 163–174.
Nanlohy, Alberth CH. 2013. “Evaluasi Alat Tangkap Ikan Pelagis Yang Ramah
Lingkungan Di Perairan Maluku Dengan Menggunakan Prinsip CCRF
(Code Of Conduct For Responsible Fisheries).” JURNAL ILMU HEWANI
TROPIKA (JOURNAL OF TROPICAL ANIMAL SCIENCE) 2(1): 1–11.
Noviyanti, Rinda. 2010. “Faktor Yang Mempengaruhi Kompetensi Nelayan Di
℡Uk Banten: Menggunakan Partial Least Square-Structural Equation
Modelling (Pls-Sem).” Marine Fisheries: Journal Of Marine Fisheries
Technology And Management 1(2): 33–44.
Nugroho, Arfian Setyo, Imam Triarso, And Sardiyatmo Sardiyatmo. 2017.
“Analisis Faktor Produksi Usaha Perikanan Tangkap Bagan Perahu
Cungkil (Boat Liftnet) Di Perairan ℡Uk Lampung, Bandar Lampung.”
Jurnal Perikanan Tangkap: Indonesian Journal Of Capture Fisheries 1(01).
Nurdin, Erfind. 2017. “Pengaruh Jumlah Lampu Terhadap Hasil Tangkapan
Pukat Cincin Mini Di Perairan Pemalang Dan Sekitarnya.” BAWAL Widya
Riset Perikanan Tangkap 1(6): 215–220.
Nurlindah, Andi, Muhammad Kurnia, And Alfa FP Nelwan. 2018. “Perbedaan
Produksi Bagan Perahu Berdasarkan Periode Bulan Di Perairan
Kabupaten Barru.” Jurnal IPTEKS Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
4(8).
Prasetyo, Kanyadibya Cendana. 2019. “Mencegah ‘Tragedy Of The Commons’
Di Teluk Sawai Dengan Sasi Pada Era Otonomi Daerah.” Journal Of
Governance Innovation 1(1): 13–29.
Pratama, Candrika, Retno Hartati, And Sri Redjeki. 2019. “Biologi Ikan
Kembung Rastrelliger Spp,(Actinopterygii: Scombridae): Ditinjau Dari
Aspek Panjang Berat Dan Indeks Kematangan Gonad Di Perairan
Semarang.” Journal Of Marine Research 8(2): 189–196.
Pribadi, Yanwar. 2016. “Pengembangan Masyarakat Muslim Pesisir
Karangantu Pada Masa Desentralisasi.” Lembaran Masyarakat: Jurnal
Pengembangan Masyarakat Islam 2(2): 1–26.
Putrinatami, R. L. 2010. “Kajian Usaha Penangkapan Dengan Alat Tangkap
Multi Gear Di Palabuhanratu (Studi Kasus Kapal PSP 01).[Skripsi].” Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Rahantan, Ali, And Gondo Puspito. 2012. “Ukuran Mata Dan Shortening Yang
Sesuai Untuk Jaring Insang Yang Dioperasikan Di Perairan Tual
((Appropriate Of Mesh Size And Shortening For Gillnet Operated On Tual
Waters)).” Marine Fisheries: Journal Of Marine Fisheries Technology And
Management 3(2): 141–147.
Rahardjo, M. F., E. S. Kartamihardja, And DF Lumban Batu. 2017. “MAKANAN
IKAN JAPUH, Dussumieria Acuta Valenciennes, 1847 (FAMILI:
CLUPEIDAE) DI PERAIRAN ℡UK KENDARI [Food Habit Of Rainbow
Sardine, Dussumieria Acuta Valenciennes, 1847 (Family: Clupeidae) In
Kendari Bay].” Jurnal Iktiologi Indonesia 10(1): 93–99.
Rahmat, Enjah. 2016. “Aspek Operasional Penangkapan Jaring Insang Hanyut
Dan Komposisi Jenis Ikan Hasil Tangkapan Di Sekitar Pulau Bengkalis,
Selat Malaka.” BULETIN TEKNIK LITKAYASA Sumber Daya Dan
Penangkapan 12(1): 1–5.
Rahmawati, Epry, Ririn Irnawati, And Ani Rahmawati. 2017a. “Kelayakan Usaha
Bagan Perahu Yang Berbasis Di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Karangantu Provinsi Banten.” Jurnal Perikanan Dan Kelautan Untirta 7(1):
40–49.
———. 2017. “The Feasibility Of Boat Lift Net In The Archipelagic Fishing Port
Of Karangantu Banten Province.” Jurnal Perikanan Dan Kelautan 7(1): 40–
49.
Ramadhan, Habibie, And Dian Wijayanto. 2016. “Analisis Teknis Dan Ekonomis
Perikanan Tangkap Bagan Perahu (Boat Lift Net) Di Pelabuhan Perikanan
Pantai Morodemak, Kabupaten Demak.” Journal Of Fisheries Resources
Utilization Management And Technology 5(1): 170–177.
Rikza, Choirul, Asriyanto Asriyanto, And Taufik Yulianto. 2013. “Pengaruh
Perbedaan Umpan Dan Waktu Pengoperasian Pancing Perawai (Set
Bottom Longline) Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Kakap Merah (Lutjanus
Spp) Di Sekitar Perairan Jepara.” Journal Of Fisheries Resources
Utilization Management And Technology 2(3): 152–161.
Rinda, Noviyanti. 2017. “Adaptasi Alat Tangkap Ramah Lingkungan Oleh
Kelompok Nelayan Di Kawasan Ppn Karangantu, Teluk Banten.”
Setiawati, Budhi, And Dian Wijayanto. 2015. “Analisis Faktor Produksi Hasil
Tangkapan Ikan Kembung (Rastrelliger SP) Pada Alat Tangkap Drift Gill
Net Di Kab. Ketapang, Kalimantan Barat.” Journal Of Fisheries Resources
Utilization Management And Technology 4(2): 40–48.
Silitonga, Monica Febrina, And Agus Hartoko. 2014. “Analisa Sebaran Bagan
Tancap Dan Hasil Tangkapan Di Perairan Bandengan, Jepara, Jawa
Tengah.” Journal Of Fisheries Resources Utilization Management And
Technology 3(2): 77–84.
Silmi, Amita Nucifera Nida, Eko Sri Wiyono, And Sugeng Hari Wisudo. 2018.
“POLA BAGI HASIL Tangkapan Ikan Nelayan Pancing Di Cisolok.”
ALBACORE 2(1).
Siskawati, Dwi, Achmad Rizal, And Donny Juliandri Prihadi. 2016. “Analisis
Pendapatan Nelayan Jaring Insang Tetap Dan Bubu Di Kecamatan
Membalong Kabupaten Belitung.” Jurnal Perikanan Kelautan 7(2).
Sparre, P., And S. C. Venema. 1998. Introduction To Tropical Fish Assessment
FAO Fisheries Technical Paper, 306/1. FAO.
Subani, Walujo. 1972. Alat Dan Tjara Penangkapan Ikan Di Indonesia: Fishing
Gear And Methods In Indonesia. Lembaga Penelitian Perikanan Laut.
Sudirman, Sudirman, Najamuddin Najamuddin, And Mahfud Palo. 2016.
“Efektivitas Penggunaan Berbagai Jenis Lampu Listrik Untuk Menarik
Perhatian Ikan Pelagis Kecil Pada Bagan Tancap.” Jurnal Penelitian
Perikanan Indonesia 19(3): 157–165.
Sugihartanto, Sugihartanto, And Enjah Rahmat. 2019. “Karakteristik Bagan
Perahu Di Perairan Kwandang, Gorontalo Utara.” Buletin Teknik Litkayasa
Sumber Daya Dan Penangkapan 16(2): 79–82.
Syam, Tarmidzi, Neka Fitriyah, And Husnan Nurjuman. 2016. “Perilaku
Komunikasi Ritual Masyarakat Nelayan Pada Tradisi Pesta Laut Nadran Di
Pelabuhan Karangantu.” Phd Thesis. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Syofyan, Irwandy, And Fistya Cendana. 2010. “Studi Komparatif Alat Tangkap
Jaring Insang Hanyut (Drift Gillnet) Bawal Tahun 1999 Dengan Tahun 2007
Di Desa Meskom Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis Propinsi
Riau.” Jurnal Perikanan Dan Kelautan 15(01).
Tamarol, Joneidi, Alfret Luasunaung, And Johnny Budiman. 2012. “Dampak
Perikanan Tangkap Terhadap Sumberdaya Ikan Dan Habitatnya Di
Perairan Pantai Tabukan Tengah Kepulauan Sangihe.” Jurnal Perikanan
Dan Kelautan Tropis 8(1): 12–16.
Triharyuni, Setya, Sri Turni Hartati, And Duto Nugroho. 2016. “Evaluasi Potensi
Ikan Layang (Decapterus Spp.) Di WPP 712–Laut Jawa.” Jurnal Penelitian
Perikanan Indonesia 20(3): 143–152.
Trisbiantoro, M. P. Et Al. 2017. “Analisa Pola Pembiayaan Usaha Penangkapan
Ikan Dengan Menggunakan Alat Tangkap Jaring Insang (Gill Net) Nelayan
Bulak Kota Surabaya.”
Wicaksono, Cholif Prasetio, And Maruto Umar BASUKI. 2010. “Analisis
Disparitas Pendapatan Antar Kabupaten/Kota Dan Pertumbuhan Ekonomi
Di Propinsi Jawa Tengah Tahun 2003-2007.” Phd Thesis. UNIVERSITAS
DIPONEGORO.
Widiantoro, Danu Wiki, S. H. Septarina Budiwati, And CN MH. 2019. “Analisis
Perjanjian Bagi Hasil Perikanan Antara Pemilik Kapal Dengan Anak Buah
Kapal Di Kabupaten Batang (Studi Kasus Di Desa Pabean, Kecamatan
Batang, Kabupaten Batang).” Phd Thesis. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
STUDI ALAT TANGKAP

More Related Content

What's hot

TUGAS MATA KULIAH MESIN DAN ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN (ALAT BANTU PURSE S...
TUGAS MATA KULIAH  MESIN DAN ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN  (ALAT BANTU PURSE S...TUGAS MATA KULIAH  MESIN DAN ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN  (ALAT BANTU PURSE S...
TUGAS MATA KULIAH MESIN DAN ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN (ALAT BANTU PURSE S...Badiuzzaman
 
Ppt mesin dan alat bantu (2013)
Ppt mesin dan alat bantu (2013)Ppt mesin dan alat bantu (2013)
Ppt mesin dan alat bantu (2013)Badiuzzaman
 
ALAT TANGKAP AKTIF, PASIF DAN STATIS
ALAT TANGKAP AKTIF, PASIF DAN STATISALAT TANGKAP AKTIF, PASIF DAN STATIS
ALAT TANGKAP AKTIF, PASIF DAN STATISnautika
 
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan Laut
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan LautDasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan Laut
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan LautSiti Sahati
 
PPT MANGROVE
PPT MANGROVEPPT MANGROVE
PPT MANGROVEElvionita
 
Alat bantu perikanan (yoga dwi saputra)
Alat bantu perikanan (yoga dwi saputra)Alat bantu perikanan (yoga dwi saputra)
Alat bantu perikanan (yoga dwi saputra)Yogga Haw
 
Ekologi biogeokimia ppt
Ekologi biogeokimia pptEkologi biogeokimia ppt
Ekologi biogeokimia pptGoogle
 
Laporan fekunditas telur
Laporan fekunditas telurLaporan fekunditas telur
Laporan fekunditas telurDeden Reinaldi
 
Workshop pb ekowisata bahari
Workshop pb ekowisata bahariWorkshop pb ekowisata bahari
Workshop pb ekowisata bahariYayasan TERANGI
 
Kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautan
Kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautanKebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautan
Kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautanPepen Mahale
 
Pengelolaan lahan basah (mangrove dan gambut)
Pengelolaan lahan basah (mangrove dan gambut)Pengelolaan lahan basah (mangrove dan gambut)
Pengelolaan lahan basah (mangrove dan gambut)CIFOR-ICRAF
 

What's hot (20)

TUGAS MATA KULIAH MESIN DAN ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN (ALAT BANTU PURSE S...
TUGAS MATA KULIAH  MESIN DAN ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN  (ALAT BANTU PURSE S...TUGAS MATA KULIAH  MESIN DAN ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN  (ALAT BANTU PURSE S...
TUGAS MATA KULIAH MESIN DAN ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN (ALAT BANTU PURSE S...
 
Ppt mesin dan alat bantu (2013)
Ppt mesin dan alat bantu (2013)Ppt mesin dan alat bantu (2013)
Ppt mesin dan alat bantu (2013)
 
ALAT TANGKAP AKTIF, PASIF DAN STATIS
ALAT TANGKAP AKTIF, PASIF DAN STATISALAT TANGKAP AKTIF, PASIF DAN STATIS
ALAT TANGKAP AKTIF, PASIF DAN STATIS
 
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan Laut
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan LautDasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan Laut
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan Laut
 
Echosounder
EchosounderEchosounder
Echosounder
 
Sistem perikanan
Sistem perikananSistem perikanan
Sistem perikanan
 
Fitoplankton
FitoplanktonFitoplankton
Fitoplankton
 
Bilangan Formzahl
Bilangan FormzahlBilangan Formzahl
Bilangan Formzahl
 
PPT MANGROVE
PPT MANGROVEPPT MANGROVE
PPT MANGROVE
 
EKOLOGI LAUT
EKOLOGI LAUTEKOLOGI LAUT
EKOLOGI LAUT
 
Alat bantu perikanan (yoga dwi saputra)
Alat bantu perikanan (yoga dwi saputra)Alat bantu perikanan (yoga dwi saputra)
Alat bantu perikanan (yoga dwi saputra)
 
Ekologi biogeokimia ppt
Ekologi biogeokimia pptEkologi biogeokimia ppt
Ekologi biogeokimia ppt
 
Laporan fekunditas telur
Laporan fekunditas telurLaporan fekunditas telur
Laporan fekunditas telur
 
Arus lautan
Arus lautanArus lautan
Arus lautan
 
Workshop pb ekowisata bahari
Workshop pb ekowisata bahariWorkshop pb ekowisata bahari
Workshop pb ekowisata bahari
 
Ekologi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda
Ekologi Taman Hutan Raya Ir. H. DjuandaEkologi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda
Ekologi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda
 
Sistem otot ikan
Sistem otot ikanSistem otot ikan
Sistem otot ikan
 
Adaptasi Fisiologis Hewan Air
Adaptasi  Fisiologis Hewan AirAdaptasi  Fisiologis Hewan Air
Adaptasi Fisiologis Hewan Air
 
Kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautan
Kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautanKebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautan
Kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautan
 
Pengelolaan lahan basah (mangrove dan gambut)
Pengelolaan lahan basah (mangrove dan gambut)Pengelolaan lahan basah (mangrove dan gambut)
Pengelolaan lahan basah (mangrove dan gambut)
 

Similar to STUDI ALAT TANGKAP

Alat bantu rumpon untuk meningkatkan hasil tangkapan
Alat bantu rumpon untuk meningkatkan hasil tangkapanAlat bantu rumpon untuk meningkatkan hasil tangkapan
Alat bantu rumpon untuk meningkatkan hasil tangkapanJaya Nugraha
 
10452-39921-1-PB.pdf
10452-39921-1-PB.pdf10452-39921-1-PB.pdf
10452-39921-1-PB.pdfAbuZiyad12
 
Status usaha perikanan tangkap di calon zona rehabilitasi terumbu karang di t...
Status usaha perikanan tangkap di calon zona rehabilitasi terumbu karang di t...Status usaha perikanan tangkap di calon zona rehabilitasi terumbu karang di t...
Status usaha perikanan tangkap di calon zona rehabilitasi terumbu karang di t...Mujiyanto -
 
Lampiran 2. jurnal pertumbuhan dan sintasan karang hasil transplantasi di lap...
Lampiran 2. jurnal pertumbuhan dan sintasan karang hasil transplantasi di lap...Lampiran 2. jurnal pertumbuhan dan sintasan karang hasil transplantasi di lap...
Lampiran 2. jurnal pertumbuhan dan sintasan karang hasil transplantasi di lap...KasimMansyur1
 
Agrikan volume 9 edisi 1 1 13-ahmad talib_
Agrikan volume 9 edisi 1 1 13-ahmad talib_Agrikan volume 9 edisi 1 1 13-ahmad talib_
Agrikan volume 9 edisi 1 1 13-ahmad talib_Umar Tangke
 
Hasil |Manajemen Operasional Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Kabupaten Pacit...
Hasil |Manajemen Operasional Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Kabupaten Pacit...Hasil |Manajemen Operasional Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Kabupaten Pacit...
Hasil |Manajemen Operasional Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Kabupaten Pacit...Andi Mahardika
 
Analisis kebijakan tentang Alat Penangkap Ikan
Analisis kebijakan tentang Alat Penangkap IkanAnalisis kebijakan tentang Alat Penangkap Ikan
Analisis kebijakan tentang Alat Penangkap Ikannautika
 
PPT PKL di kenjeran jaring jermal
PPT PKL di kenjeran jaring jermalPPT PKL di kenjeran jaring jermal
PPT PKL di kenjeran jaring jermalwawan568791
 
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANGKOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANGMustain Adinugroho
 
TUGAS MESIN DAN ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN BOUKEAMI
TUGAS MESIN DAN ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN BOUKEAMITUGAS MESIN DAN ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN BOUKEAMI
TUGAS MESIN DAN ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN BOUKEAMIBadiuzzaman
 
Pemodelan Sebaran Habitat Dugong Dugon Kawasan Pesisir Pulau Bintan Kepulauan...
Pemodelan Sebaran Habitat Dugong Dugon Kawasan Pesisir Pulau Bintan Kepulauan...Pemodelan Sebaran Habitat Dugong Dugon Kawasan Pesisir Pulau Bintan Kepulauan...
Pemodelan Sebaran Habitat Dugong Dugon Kawasan Pesisir Pulau Bintan Kepulauan...Luhur Moekti Prayogo
 
2014 09 hut_korpri_rusmiyatun2
2014 09 hut_korpri_rusmiyatun22014 09 hut_korpri_rusmiyatun2
2014 09 hut_korpri_rusmiyatun2Yoga Amanta
 
Tugas mesin dan_alat_bantu
Tugas mesin dan_alat_bantuTugas mesin dan_alat_bantu
Tugas mesin dan_alat_bantuBadiuzzaman
 
laporan alat tangkap bagan tancap
laporan alat tangkap bagan tancaplaporan alat tangkap bagan tancap
laporan alat tangkap bagan tancapSyamsul Bahari
 
Mangrove management as an essential ecosystem area: A case study from Teluk P...
Mangrove management as an essential ecosystem area: A case study from Teluk P...Mangrove management as an essential ecosystem area: A case study from Teluk P...
Mangrove management as an essential ecosystem area: A case study from Teluk P...CIFOR-ICRAF
 
Lap.pkl kep. slayar vrs mitra bahari
Lap.pkl kep. slayar vrs mitra bahariLap.pkl kep. slayar vrs mitra bahari
Lap.pkl kep. slayar vrs mitra bahariNurma Putri Tanadoang
 
Paper Vertion: Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Serta Strategi Pengelolaannya...
Paper Vertion: Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Serta Strategi Pengelolaannya...Paper Vertion: Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Serta Strategi Pengelolaannya...
Paper Vertion: Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Serta Strategi Pengelolaannya...Mujiyanto -
 

Similar to STUDI ALAT TANGKAP (20)

Alat bantu rumpon untuk meningkatkan hasil tangkapan
Alat bantu rumpon untuk meningkatkan hasil tangkapanAlat bantu rumpon untuk meningkatkan hasil tangkapan
Alat bantu rumpon untuk meningkatkan hasil tangkapan
 
1 pendahuluan
1 pendahuluan1 pendahuluan
1 pendahuluan
 
10452-39921-1-PB.pdf
10452-39921-1-PB.pdf10452-39921-1-PB.pdf
10452-39921-1-PB.pdf
 
Status usaha perikanan tangkap di calon zona rehabilitasi terumbu karang di t...
Status usaha perikanan tangkap di calon zona rehabilitasi terumbu karang di t...Status usaha perikanan tangkap di calon zona rehabilitasi terumbu karang di t...
Status usaha perikanan tangkap di calon zona rehabilitasi terumbu karang di t...
 
Lampiran 2. jurnal pertumbuhan dan sintasan karang hasil transplantasi di lap...
Lampiran 2. jurnal pertumbuhan dan sintasan karang hasil transplantasi di lap...Lampiran 2. jurnal pertumbuhan dan sintasan karang hasil transplantasi di lap...
Lampiran 2. jurnal pertumbuhan dan sintasan karang hasil transplantasi di lap...
 
Agrikan volume 9 edisi 1 1 13-ahmad talib_
Agrikan volume 9 edisi 1 1 13-ahmad talib_Agrikan volume 9 edisi 1 1 13-ahmad talib_
Agrikan volume 9 edisi 1 1 13-ahmad talib_
 
Hasil |Manajemen Operasional Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Kabupaten Pacit...
Hasil |Manajemen Operasional Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Kabupaten Pacit...Hasil |Manajemen Operasional Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Kabupaten Pacit...
Hasil |Manajemen Operasional Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Kabupaten Pacit...
 
Analisis kebijakan tentang Alat Penangkap Ikan
Analisis kebijakan tentang Alat Penangkap IkanAnalisis kebijakan tentang Alat Penangkap Ikan
Analisis kebijakan tentang Alat Penangkap Ikan
 
PPT PKL di kenjeran jaring jermal
PPT PKL di kenjeran jaring jermalPPT PKL di kenjeran jaring jermal
PPT PKL di kenjeran jaring jermal
 
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANGKOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
 
TUGAS MESIN DAN ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN BOUKEAMI
TUGAS MESIN DAN ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN BOUKEAMITUGAS MESIN DAN ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN BOUKEAMI
TUGAS MESIN DAN ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN BOUKEAMI
 
Pemodelan Sebaran Habitat Dugong Dugon Kawasan Pesisir Pulau Bintan Kepulauan...
Pemodelan Sebaran Habitat Dugong Dugon Kawasan Pesisir Pulau Bintan Kepulauan...Pemodelan Sebaran Habitat Dugong Dugon Kawasan Pesisir Pulau Bintan Kepulauan...
Pemodelan Sebaran Habitat Dugong Dugon Kawasan Pesisir Pulau Bintan Kepulauan...
 
2014 09 hut_korpri_rusmiyatun2
2014 09 hut_korpri_rusmiyatun22014 09 hut_korpri_rusmiyatun2
2014 09 hut_korpri_rusmiyatun2
 
Tugas mesin dan_alat_bantu
Tugas mesin dan_alat_bantuTugas mesin dan_alat_bantu
Tugas mesin dan_alat_bantu
 
laporan alat tangkap bagan tancap
laporan alat tangkap bagan tancaplaporan alat tangkap bagan tancap
laporan alat tangkap bagan tancap
 
Mangrove management as an essential ecosystem area: A case study from Teluk P...
Mangrove management as an essential ecosystem area: A case study from Teluk P...Mangrove management as an essential ecosystem area: A case study from Teluk P...
Mangrove management as an essential ecosystem area: A case study from Teluk P...
 
Lap.pkl kep. slayar vrs mitra bahari
Lap.pkl kep. slayar vrs mitra bahariLap.pkl kep. slayar vrs mitra bahari
Lap.pkl kep. slayar vrs mitra bahari
 
Paper Vertion: Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Serta Strategi Pengelolaannya...
Paper Vertion: Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Serta Strategi Pengelolaannya...Paper Vertion: Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Serta Strategi Pengelolaannya...
Paper Vertion: Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Serta Strategi Pengelolaannya...
 
Gillnet(jaring insang)
Gillnet(jaring insang)Gillnet(jaring insang)
Gillnet(jaring insang)
 
Artikel rumput laut
Artikel rumput lautArtikel rumput laut
Artikel rumput laut
 

Recently uploaded

PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 

Recently uploaded (20)

PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 

STUDI ALAT TANGKAP

  • 1. LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI KOMPARATIF ALAT TANGKAP JARING INSANG DAN BAGAN PERAHU TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA KARANGANTU,SERANG, BANTEN OLEH : 1. SALMAN AHMAD MUZAKKI (NRP. 52165111654) 2. MULYOTO (NIDN. 8826880018) PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERAIRAN JURUSAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERAIRAN SEKOLAH TINGGI PERIKANAN JAKARTA 2020
  • 2. KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan Kasih dan Rahmat-Nya sehingga studi komparatif alat tangkap jaring insang dan bagan perahu dapat kami laksanakan. Penelitian ini kami lakukan dengan tujuan untuk mengetahui produktivitas alat tangkap yang digunakan oleh Nelayan yang melakukan pendaratan hasil tangkapan ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu, Serang Provinsi Banten, dan apa saja mentode yang sudah digunakan dan juga pada akhirnya mendapatkan kesimpulan dari tujuan praktik ini dilaksanakan. Kami menyadari banyak masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, hal ini disebabkan keterbatasan kemampuan kami baik dari segi pengetahuan maupun daya dukung lainnya, sehingga kami sangat membutuhkan saran dan bimbingan dari yang berkompeten mengenai alat tangkap tersebut. Semoga hasil kegiatan ini dapat bermanfaat bagi kami dan bagi orang lain, seperti nelayan dan pelaku kepentingan lainnya. Jakarta, Februari 2020 Penyusun i
  • 3. 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah pesisir dan lautan yang sangat luas dan keanekaragaman sumberdaya perikanan yang tinggi (Handayani, 2018) yang berpotensi besar dalam menunjang kualitas hidup rakyat Indonesia maupun peningkatan perekonomian nasional (Wicaksono & Basuki, 2010) Berdasarkan Permen KP nomor 18 /PERMEN-KP/2014) tentang Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP-RI), perairan Nusantara dibagi menjadi 11 wilayah pengelolaan (Ramdhan et al., 2018). Salah Satu WPP yang terdapat di wilayah pantai utara Jawa adalah WPP 712 yang terdiri dari perairan laut jawa (Triharyuni et al., 2016) Salah satu sentra perikanan tangkap yang penting di Kota Serang adalah Pelabuhan Perikanan Karangantu, yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Eselon I Kementerian Kelautan dan Perikanan yaitu Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Pelabuhan ini memasok sebagian besar kebutuhan ikan di wilayah Provinsi Banten. Pada akhir tahun 2010 melalui Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor: PER.29/MEN/2010, statusnya meningkat dari Pelabuhan Perikanan Pantai menjadi Pelabuhan Perikanan Nusantara (Diniah & Seftian, 2012). Pada tahun 2014 volume produksi yang didaratkan di PPN Karangantu sebesar 2.881 ton dengan nilai Rp. 42.388.762.500. Produksi ini mengalami peningkatan sebesar 3,01% dan merupakan hasil tangkapan dari beberapa alat tangkap yang berbasis di PPN Karangantu (PPN Karangantu, 2014). Teluk Banten merupakan salah satu lokasi berkembangnya perikanan tradisional di wilayah Provinsi Banten, ditunjukkan dengan beragamnya alat tangkap yang digunakan untuk menangkap berbagai macam jenis ikan termasuk di dalamnya adalah ikan pelagis kecil (Ernaningsih, 2013). Hasil tangkapan di Pantai Karangantu yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pantai Karangantu didominasi oleh ikan pelagis kecil seperti ikan selar, tembang, teri, pepetek, dan kembung. Ikan pelagis umumnya senang bergerombol, baik dengan kelompoknya maupun dengan jenis ikan lainnya. Ikan pelagis kecil bersifat fototaksis positif (tertarik pada cahaya) dan tertarik benda-benda yang terapung. Ikan pelagis kecil cenderung bergerombol
  • 4. berdasarkan kelompok ukuran. Kebiasaan makan ikan pelagis umumnya waktu matahari terbit dan saat matahari terbenam dan termasuk pemakan plankton, baik plankton nabati maupun plankton hewani. Ikan pelagis kecil merupakan elemen
  • 5. 2 yang penting dalam ekosistem laut karena biomassa yang signifikan pada level menengah dari jaring makanan, sehingga memegang peranan penting menghubungkan tingkatan trofik atas dan bawah dalam struktur trofik (Ernaningsih, 2013). Jenis alat tangkap di PPN Armada kapal didominasi oleh 3 kelompok alat tangkap. Pertama adalah Jaring Insang (trammel nets / berlapis, driftnets / hanyut) yaitu 30,86%, kemudian Bagan perahu dan tancap 23,42%, dan kelompok ketiga adalah alat tangkap pancing (berjoran dan ulur) sebesar 13,38% (Rinda, 2017). Mayoritas nelayan di Karangantu melakukan operasi penangkapannya dengan one day fishing. Alat tangkap Bagan perahu lebih efektif digunakan untuk menangkap ikan- ikan pelagis dan dioperasikan dengan menggunakan perahu sehingga daerah penangkapan menjadi lebih luas. Seiring dengan dilarangnya lampara dasar yang telah dimodifikasi, maka mulai berkembang “bagan congkel” yaitu Bagan perahu yang dilengkapi dengan lampu sebanyak 10-13 buah (Ernaningsih et al., 2011) Menurut Dwi Ernaningsih (2013) dalam “Analisis Bioekonomi Ikan Pelagis Kecil Di Teluk Banten” peningkatan produksi ikan tiap tahunnya, ternyata dihasilkan dari alat tangkap gill net, yaitu sebesar 103,12%. Hal ini menunjukkan bahwa gill net merupakan alat tangkap yang paling produktif. Alat tangkap ini merupakan alat tangkap yang sangat ramah lingkungan. Oleh karena alat ini cukup mendukung terhadap aspek ramah lingkungan. Alat ini mempunyai selektivitas yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh pengoperasiannya menangkap ikan yang sesuai dengan ukuran mata jaring yang digunakan (Nanlohy, 2013). Alat tangkap yang baik adalah alat tangkap yang memiliki sifat ramah lingkungan dan selektif. Selektif adalah sifat alat tangkap yang mampu menangkap ikan pada ukuran tertentu dan yang telah melalui matang gonad pertama kali (Anggreini et al., 2017). Atas dasar pertimbangan guna memberikan informasi dan bahan bagi pengelolaan perikanan yang berkelanjutan maka dalam pelaksanaan Praktik Integrasi penulis mencoba untuk mengambil judul “Studi Komparatif Alat Tangkap Jaring Insang Dan Bagan Perahu Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Yang Didaratkan Di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu, Serang, Banten”
  • 6. 3 1.2 Tujuan Tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut: 1) Komparasi hasil tangkapan alat tangkap Jaring Insang dan Bagan perahu 2) Mengetahui efektifitas alat tangkap 1.3 Batasan Masalah 1) Studi komparatif hasil tangkapan Jaring Insang dan Bagan perahu meliputi (ikan- ikan hasil tangkapan, daerah penangkapan, teknik pengoperasian, karakteristik armada penangkapan dan dampak terhadap lingkungan). 2) Efektifitas alat tangkap dibatasi pada penentuan alat tangkap yang memberikan keuntungan paling tinggi dilihat dari hasil tangkapan
  • 7. 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aspek Perikanan Bagan Perahu 2.1.1 Ikan Hasil Tangkapan Bagan Perahu Jenis - jenis ikan yang tertangkap dengan bagan menurut Genisa & Nasiona (1981) terutama adalah ikan-ikan muda dan ikan-ikan suku Clupeidae seperti Teri (Stelophorus sp.), Japuh (Dussumieria sp.), Tembang (Sardinella fimbriata), dan Lemuru (Sardinella longiceps). Ikan-ikan yang juga banyak tertangkap adalah anggota familia Carangidae sepertii Selar (Caranx sp.), Bawal (Parastromateus nigger) dan Talang-talang (Chorinemus sp.), dan Kembung dari suku Scomberidae. Selain ikan-ikan juga sering tertangkap cumi-cumi dan udang. Menurut Subani (1972) selain ikan di atas juga tertangkap Peperek (Therapon sp.), Kerong-kerong (Therapon sp.), Kapas-kapas (Gerres sp.), dan Bijinangka (Upeneus sp.). Jenis ikan hasil tangkapan bagan perahu umumnya terdiri dari jenis ikan pelagis kecil (Nurlindah et al., 2018) 2.1.2 Armada Kapal Bagan Perahu Kapal Bagan perahu di PPN Karangantu memiliki ukuran yang beragam, dilihat dari tonase kotor (gross tonnage) yaitu mulai dari 6 - 23 GT. Bagan perahu yang terdapat di PPN Karangantu menggunakan mesin penggerak Mitsubishi mulai dari PS 100 sampai PS 190. Kapal bagan dilengkapi ruang kemudi yang di dalamnya terdapat pembangkit listrik (dinamo), mesin penggerak kapal, dan saklar untuk mematikan atau menyalakan lampu, serta dilengkapi dengan GPS. (Sumber: Pikal, 2015) Gambar 1. Kapal Bagan perahu Ruang kemudi didesain berukuran lebih luas dan digunakan untuk tempat beristirahat para ABK karena kapal bagan ini dioperasikan pada malam hari (Rahmawati et al., 2017).
  • 8. 5 2.1.3 Bagan Perahu Bagan adalah suatu alat penangkapan ikan yang menggunakan jaring dan lampu sehingga alat ini dapat digolongkan kepada light fishing (Sumber: bbfi.info, 1986) Gambar 2. Alat tangkap bagan perahu Kemudian dalam waktu relatif singkat sudah dikenal hampir diseluruh daerah perikanan laut Indonesia dan dalam perkembanganya telah mengalami perubahan-perubahan bentuk. Bagan perahu lebih sederhana dan lebih ringan dari jenis bagan lainnya (Genisa, 1998). Bagan perahu di PPN Karangantu memiliki bentuk desain yang cukup sederhana, dengan sebuah jaring yang disimpan pada sisi sebelah kiri badan kapal, dan adanya tiang - tiang panjang sebagai penyangga, paralon besar berdiameter ± 15 cm, dilengkapi dengan tali yang digunakan untuk menurunkan dan menarik jaring disebut dengan roller. Perahu mesin sebagai alat transportasi di laut dan menopang bagan, serta alat bantu untuk memudahkan pengoperasian Bagan Perahu seperti serok, lampu serta penggulung atau roller yang berfungsi untuk menurunkan atau mengangkat jaring. Bagian jaring dari bagan ini terbuat dari bahan waring yang dibentuk menjadi kantung. Bagian kantung terdiri dari lembaran-lembaran waring yang dirangkaikan atau dijahit sedemikian rupa sehingga dapat membentuk kantung berbentuk bujur sangkar yang dikarenakan adanya kerangka yang dibentuk oleh bambu. Bambu anjungan sebagai tiang penggantung bagi penurunan dan penarikan waring. Bambu penggulung berdiameter 12 cm dengan panjang 13 m. Tali/tambang berdiameter 08-1 cm dan panjang keseluruhan 180 m dan 205 m yang dihubungkan di setiap ujung persegi bujur sangkar (Nugroho et al., 2017). 2.1.4 Daerah Penangkapan Zona pemanfaatan perikanan tangkap dibuat berdasarkan kriteria kelayakan sebuah daerah penangkapan, yaitu dengan terlebih dahulu mengetahui musim dan daerah penangkapan, aspek lingkungan perairan, dan perhitungan luasan area yang dibutuhkan tiap jenis alat tangkap. Daerah penangkapan ikan terkonsentrasi di sekitar P. Panjang, P. Pamujan Besar dan Pamujan Kecil, P.
  • 9. 6 Lima, serta P. Tunda. Beberapa daerah penangkapan di luar teluk namun masih dalam perairan Kabupaten Serang adalah sekitar P. Sangiang (Desa Cikoneng Kecamatan Anyer, Selat Sunda). Bahkan beberapa alat tangkap ke lokasi penangkapan yang jauh yaitu perairan Kepulauan Seribu, Lampung, dan P. Bangka. Seluruh daerah penangkapan tersebut dimanfaatkan oleh berbagai alat tangkap (Ernaningsih et al., 2011). Tabel 1. Daftar daerah penangkapan berdasarkan alat tangkap dan jenis ikan yang tertangkap menurut Ernaningsih et al. (2011). No Jenis Alat Tangkap 1 Gillnet:  Drift gillnet  Bottom set gillnet Rajungan Timur P. Panjang, P. Pamujan Besar, P. Tunda Perairan sekitar teluk 2 Dogol:  Cantrang  Lampara dasar Kembung, selar, kurisi, pepetek, kuwe, jolot P. Pamujan Besar Seharusnya di utara laut jawa kab. Serang 3 Bagan tancap Teri, selar, cumi-cumi, kembung, tembang, layang, pepetek, udang, kuwe Barat & Timur P. Panjang P. Tunda, Kep. Seribu 5 Payang Cumi-cumi, layang, tongkol, kembung, lemuru, tembang, pepetek, rucah, belanak P. Panjnag, P. Tunda, Kep. Seribu, Anyer, P. Sangiang Tetap pada FG yang semula 6 Pancing ulur Cumi-cumi, kembung, manyung, tenggiri 7 Sero Kurisi, kuro, sembilang, cumi-cumi, udang, rajungan P. Pamujan Besar 8 Rampus Selar, kembung, pepetek, kuwe, kakap merah, manyung, cucut, pari, jolot P. Lima, P. Panjang, Pulokali, P. Pamujan Besar Tetap pada FG yang semula, kecuali p. Lima Jenis Ikan yang Tertangkap Fishing Ground Penataan Fishing Ground Tongkol, tenggiri, kembung, bawal, kakap P. Tunda, Kep. Seribu, Selat Sunda, Lampung, Bangka Tetap pada FG yang semula Kembung, tongkol, tenggiri, rucah, cumi-cumi, kurisi, sebelah, pepetek, kuniran P. Panjang, P. Pamujan Besar Seharusnya di utara laut jawa kab. Serang Tetap pada FG yang semula Tetap pada FG yang semula 4 Bagan perahu Kembung, cumi-cumi, teri, selar, tongkol, tembang, layang, kurisi, pepetek, P. Panjang, P. Tunda, Cireboon Tetap pada FG yang semula Tetap pada FG yang semula
  • 10. 7 Alat tangkap Bagan perahu lebih efektik digunakkan untuk menangkap ikan- ikan pelagis dan dioperasikan dengan menggunakan perahu sehingga daerah penangkapan menjadi lebih luas (Rahmawati et al., 2017). 2.2 Aspek Perikanan Jaring Insang 2.2.1 Ikan Hasil Tangkapan Jaring Insang Jaring insang direntang pada permukaan perairan (surface gillnet), maka hasil yang diperoleh adalah jenis-jenis ikan yaitu Ikan Layang (Decapterus russelli), Layang deles (Decapterus macrosoma) dan ikan Tongkol (Auxis Thazard), (Agustina, 2017) Ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah ikan-ikan yang bergelombolan dan berenang di atas permukaan. 2.2.2 Armada Kapal Jaring Insang Jumlah kapal nelayan dengan alat tangkap jaring insang (gillnet) di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu. (Sumber: penyuluh perikanan nusantara, 2017) Gambar 3. Kapal Jaring Insang (gillnet) 2.2.3 Jaring Insang Keterangan Gambar 4 adalah: 1. Pelampung tanda, 2. Tali pelampung, 3. Tali ris atas, 4. Pelampung utama, 5. Tali ris bawah, 6. Tali kolong, 7. Tali pemberat, 8. Pemberat cincin, 9. Tali selembar (Putrinatami, 2010). Gillnet adalah Jaring Insang yang berbentuk empat persegi panjang, mempunyai mata jaring yang sama ukurannya pada seluruh jaring, lebar lebih pendek jika dibandingkan dengan panjangnya, jumlah mesh depth lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah mesh size pada arah panjang jaring (Rikza et al., 2013)
  • 11. (Sumber: Putrinatami, 2010) Gambar 4. Alat tangkap Jaring Insang (gillnet) 8 Menurut Syofyan & Cendana (2010) Jaring Insang hanyut (drift gill net) adalah Jaring Insang yang cara pengoperasiannya dibiarkan hanyut diperairan, baik itu dihanyutkan di permukaan, kolom perairan atau dasar perairan. Pengoperasian dari Jaring Insang hanyut permukaan dan Jaring Insang hanyut kolom perairan adalah dengan cara salah satu ujungnya diikatkan pada kapal, atau semuanya dibiarkan hanyut terbawa arus atau terbawa angin tanpa diikatkan pada kapal. Jaring Insang ini ditujukan untuk menangkap ikan pelagis baik di perairan lepas atau perairan pantai seperti ikan kembung, ikan tuna, ikan layaran dan ikan pelagis lainnya. Pemasangan Jaring Insang hanyut yang di perairan pantai waktu setting dan hauling berbeda untuk setiap nelayan, jumlah setting dan hauling satu hari kadang-kadang berbeda menurut nelayan dan jenis ikan yang dijadikan target tangkapan. Pemasangan Jaring Insang hanyut yang baik adalah tegak lurus atau memotong miring terhadap arah arus. Menurut Damayanti et al. (2017) Pengoperasian jaring insang hanyut untuk menangkap ikan Pelagis. 2.3.4 Daerah Penangkapan Zona pemanfaatan perikanan tangkap dibuat berdasarkan kriteria kelayakan sebuah daerah penangkapan, yaitu dengan terlebih dahulu mengetahui musim dan daerah penangkapan, aspek lingkungan perairan, dan perhitungan luasan area yang dibutuhkan tiap jenis alat tangkap. Daerah penangkapan ikan terkonsentrasi di sekitar P. Panjang, P. Pamujan Besar dan Pamujan Kecil, P. Lima, serta P. Tunda.
  • 12. 9 2.3 Aspek Ekonomi 2.3.1 Jumlah Nelayan Nelayan Bagan perahu yang terdapat di PPN Karangantu terdiri dari nelayan pemilik/juragan dan nelayan penggarap. Pemilik yang tidak melaut disebut juragan/pengusaha. Pemilik yang melaut menangkap ikan disebut sebagai nelayan. Jumlah nelayan dalam satu unit kapal di PPN Karangantu berkisar 5-6 orang termasuk kapten kapal (nahkoda kapal). Beberapa pemilik sekaligus merangkap sebagai kapten kapal. Sistem bagi hasil yang telah disepakati antara juragan dengan nelayan penggarap adalah keuntungan bersih 50% untuk juragan dan sisa keuntungan 50% untuk seluruh ABK. Tetapi apabila pemilik kapal sekaligus bekerja melaut maka mendapatkan bagian dari keuntungan bersih 60% untuk pemilik kapal dan 40% untuk seluruh ABK (Rahmawati et al., 2017). 2.4.2 Pendapatan Nelayan Menurut Rahmawati et al. (2017) keuntungan usaha penangkapan ikan yang berbasis di PPN Karangantu selama satu tahun dihitung sebelum harga BBM turun dan setelah harga BBM turun diperoleh setelah penerimaan dari penjualan hasil tangkapan dikurangi dengan biaya total. Keuntungan yang diperoleh pada usaha penangkapan Bagan perahu. Keuntungan rata-rata yang diperoleh nelayan (pemilik kapal) sebesar Rp.13.707.000,00/bulan. Sedangkan pendapatan rata-rata yang diperoleh nelayan (ABK) dalam satu bulan sebesar Rp. 3.088.950,00/orang. Pemerintah Kabupaten Serang menetapkan nilai UMR (Upah Minimum Regional) sebesar Rp. 3.010.300,00, sehingga pendapatan/keuntungan yang diperoleh nelayan lebih besar dari nilai UMR. Dari hasil simulasi dengan satu kapal (Kapal Kurnia Ilahi 01) jika diasumsikan harga ikan sama, diperoleh hasil bahwa setiap kenaikan harga solar Rp. 100/liter akan menyebabkan penurunan pendapatan sebesar Rp. 880.000,00 dan sebaliknya setiap penurunan harga solar Rp. 100,00/liter akan menyebabkan kenaikan pendapatan sebesar Rp. 880.000,00. 2.4 Aspek Kelembagaan 2.4.1 Regulasi Regulasi adalah suatu cara unutuk mengendalikan masyarakat dengan aturan tertentu. Untuk menghindari terjadinya konflik pemanfaatan fishing ground antar alat tangkap, terutama dogol dengan alat tangkap tradisional lain, maka perlu dilakukan pengaturan jenis alat tangkap, area penangkapan masing-masing alat tangkap, dan musim penangkapan. Zonasi perikanan tangkap dibagi ke dalam tiga
  • 13. 10 zona, yaitu (1) zona pasif, (2) zona pasif dan perahu motor tempel (outboard motor), dan (3) zona aktif dan kapal motor (inboard motor). Pembagian ini didasarkan pada pertimbangan teknik penangkapan, kemampuan armada penangkapan yang digunakan (termasuk ukuran mesin), dan ikan tujuan tangkap (target species) (Ernaningsih et al., 2011). 2.4.2 Kearifan Lokal Di Pelabuhan Karangantu memiliki salah satu tradisi kebudayaan Masyarakat Nelayan yaitu Pesta laut nadran. Pesta laut nadran adalah suatu tradisi ritual upacara adat masyarakat nelayan dengan cara membuang kepala kerbau ke tengah laut yang bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rezeki yang diberikan lewat hasil laut selain itu memohon doa agar diberikan kesehatan, keselamatan dalam melaut serta tangkapan hasil laut mereka berlimpah di tahun mendatang. Pesta laut nadran merupakan tradisi yang berasal dari Cirebon namun nadran tidak hanya menjadi milik warga Masyarakat Nelayan Cirebon (Pribadi, 2016). Nadran di Pelabuhan Karangantu sudah berlangsung sejak dahulu kala dan sampai saat ini masih diadakan setiap satu tahun sekali pada Bulan Muharram. Pada pesta laut nadran ini banyak Masyarakat Nelayan di Pelabuhan Karangantu yang berpartisipasi meskipun berbeda suku hal ini merupakan suatu realitas kehidupan akulturasi budaya yang terjadi pada Masyarakat Nelayan di Pelabuhan Karangantu (Syam et al., 2016). 2.4.3 Penaatan Terhadap Peraturan yang berlaku Sikap dan perilaku seseorang akan bergantung pada proses persepsi yang ada dalam dirinya. Oleh sebab itu, pengetahuan mengenai persepsi nelayan diperlukan dalam rangka peningkatan kepatuhannya.
  • 14. Tabel 2. Indikator Kepatuhan Nelyan Terhadap Peraturan 11 Kepatuhan nelayan dalam mendukung perikanan yang berkelanjutan dinilai masih kurang. Hal ini terlihat dari banyak nelayan yang belum mengikuti aturan yang berlaku. Nelayan masih banyak yang mengoperasikan alat tangkap yang dilarang oleh pemerintah, tidak memiliki dokumen perizinan, melanggar jalur penangkapan, dan tidak melaporkan hasil tangkapan (Nababan & Wiyono, 2017) No Jenis Data Cara Pengumpulan 1 Bagaimana legalitas alat penangkapan ikan yang digunakan 2 Bagaimana kelengkapan dokumen (surat-surat kapal) yang dimiliki 3 Bagaimana sebaran ukuran ikan yang ditangkap oleh nelayan 4 Apakah daerah dan jalur pengakapan sesuai dengan yang ditetapkan Wawancara, kemudian dikelopokkan berdasrkan Permen KP Nomor 30 Tahun 2012 dan perubahannya, yaitu 1. Tidak pernah 2. Kadang-kadang 3. Selalu Wawancara kemudian dikelompokkan berdasarkan Permen KP Nomor 02 Tahun 2011 (dan perubahannya) dan nomor 02 tahun 2015 yaitu : 1. Dilarang 2. Dizinkan terbatas 3. Diizinkan Wawancara, kemudian dikelompokkan berdasarkan Permen KP Nomor 30 Tahun 2012 (dan perubahannya), yaitu 1. Tidak ada dokumen 2. Tidak lengkap 3. Lengkap Wawancara, kemudian dikelompokkan menjadi : 1. Semua ukuran 2. Sedang-besar 3. Besar saja Wawancara, kemudian dikelompokkan berdasarkan Permen KP Nomor 02 Tahun 2011 dan perubahannya, yaitu 1. Tidak sesuai 2. Kadang-kadang sesuai 3. Selalu sesuai 5 Apakah hasil tangkapan dilaporkan kepada petugas
  • 15. 12 3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 2 September 2019 sampai dengan 30 Oktober 2019 di Perairan Teluk Banten dan Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu, Serang, Banten. 3.2 Alat Dan Bahan Alat dan bahan selama praktik dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut: Tabel 3. Alat dan bahan 3.3 Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan selama kegiatan penelitian adalah Metode Survey, dengan melakukan observasi di atas kapal. 3.4 Metode Analisis Data 3.4.1 Aspek Perikanan Bagan perahu 3.4.1.1 Ikan Hasil Tangkapan Bagan perahu Ikan target dari alat tangkap Bagan perahu adalah ikan pelagis kecil seperti ikan pelagis kecil seperti ikan selar, tembang, teri, pepetek, dan kembung. Ikan pelagis kecil bersifat fototaksis positif (tertarik pada cahaya) dan tertarik benda- benda yang terapung (Silitonga & Hartoko, 2014). 3.4.1.2 Armada Kapal Penangkapan Ikan dengan Bagan perahu Kapal bagan pada Gambar 1 dilengkapi ruang kemudi yang di dalamnya terdapat pembangkit listrik (dinamo), mesin penggerak kapal, dan saklar untuk mematikan atau menyalakan lampu, serta dilengkapi dengan GPS. 3.4.1.3 Bagan perahu Gambar 2 merupakan gambar dari kapal dengan alat tangkap Bagan perahu, dengan posisi bagan di sebelah kanan perahu dan dengan alat bantu pengakapan berupa lampu. No Alat dan Bahan Fungsi Jumlah 1 Alat Tulis (pulpen, buku, dll) Mencatat Data 1 set 2 Kamera Mendokumentasi kegiatan 1 buah 3 GPS Mengambil koordinat 1 bauh 4 Kuisioner Alat bantu Mengumpuolkan data 1 buah 5 Laptop Mengumpulkan data 1 buah 6 Sepatu boot Syarat masuk TPI 1 pasang 7 Papan jalan Alas kuisioner 1 buah
  • 16. 13 3.4.1.4 Daerah Penangkapan Menurut Ernaningsih et al., (2011) daerah penangkapan alat tangkap Bagan perahu di daerah P. Tunda dan Kep. Seribu, ditandai dengan warna oranye pada gambar berikut: (Sumber: Ernaningsih, 2013) Gambar 6. Daerah penangkapan berdasarkan alat tangkap 3.4.2 Aspek Perikanan Jaring Insang (gillnet) 3.4.2.1 Ikan Hasil Tangkapan Jaring Insang (gillnet) Ikan hasil tangkapan dari kapal dengan alat tangkap Jaring Insang (gillnet), adalah jenis ikan pelagis kecil seperti ikan selar, tembang, teri, pepetek, dan kembung. 3.4.2.2 Armada Kapal Penangkapan Ikan dengan Jaring Insang (gillnet) Gambar 3 merupakan gambar dari kapal ikan dengan alat tangkap Jaring Insang (gillnet) di Perairan Teluk Banten. 3.4.2.3 Jaring Insang (gillnet) Jaring insang merupakan jenis alat tangkap yang memiliki desain sederhana, mudahdioperasikan dan biayapembuatannya relatif murah (Muhajirah & Sara, 2018). Gambar 4 merupakan gambar dari alat tangkap Jaring Insang (gillnet), dengan keterangan Gambar 4 adalah: 1. Pelampung tanda, 2. Tali pelampung, 3. Tali ris atas, 4. Pelampung utama, 5. Tali ris bawah, 6. Tali kolong, 7. Tali pemberat, 8. Pemberat cincin, 9. Tali selembar (Putrinatami, 2010). 3.4.2.4 Daerah Penangkapan. Menurut Ernaningsih et al., (2011) pada Gambar 7 daerah penangkapan alat tangkap Jaring Insang di daerah P. tunda, Kep. Seribu, Selat Sunda, Lampung, dan Bangka, ditandai dengan warna ungu.
  • 17. 14 3.4.3 Aspek Ekonomi 3.4.3.1 Jumlah Nelayan Nelayan yang terdapat di PPN Karangantu terdiri dari nelayan pemilik/juragan dan nelayan penggarap. Pemilik yang tidak melaut disebut juragan/pengusaha. Pemilik yang melaut menangkap ikan disebut sebagai nelayan. Jumlah nelayan dalam satu unit kapal di PPN Karangantu berkisar 5-6 orang termasuk kapten kapal (nahkoda kapal). 3.4.3.2 Pendapatan Nelayan Untuk mengetahui pendapatan rumah tangga nelayan menggunakan wawancara terhadap nelayan yang bersangkutan. 3.4.4 Aspek Kelembagaan 3.4.4.1 Regulasi Regulasi adalah suatu cara unutuk mengendadlikan masyarakat dengan aturan tertentu. Untuk menghindari terjadinya konflik pemanfaatan fishing ground antar alat tangkap dan konflik lainnya. 3.4.4.2 Kearifan Lokal Di Pelabuhan Karangantu memiliki salah satu tradisi kebudayaan Masyarakat Nelayan yaitu Pesta laut nadran. Pesta laut nadran adalah suatu tradisi ritual upacara adat Masyarakat Nelayan dengan cara membuang kepala kerbau ke tengah laut yang bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rezeki yang diberikan lewat hasil laut selain itu memohon doa agar diberikan kesehatan, keselamatan dalam melaut serta tangkapan hasil laut mereka berlimpah pada tahun mendatang. 3.4.4.3 Penaatan Terhadap Peraturan yang berlaku Sikap dan perilaku seseorang akan bergantung pada proses persepsi yang ada dalam dirinya. Oleh sebab itu, pengetahuan mengenai persepsi nelayan peningkatan kepatuhannya dapat dilihat di Tabel 2.
  • 18. 15 4. HASIL PENELITIAN 2 4.1. kondisi Lokasi Praktik Penelitian dilakukan di wilayah Provinsi Banten. Pengambilan data terfokus pada pelabuhan perikanan dengan kegiatan penangkapan ikan nelayan alat tangkap Jaring Insang dan Bagan perahu. Berdasarkan hal tersebut, maka pengambilan data dilakukan pada Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu. Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu terletak di Kecamatan Kasemen Kota Serang. Pelabuhan ini dibangun pada tahun 1975/1976 dengan luas tanah 2,5 ha. Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu terletak pada posisi koordinat 06º 02’ LS - 106º 09’ BT pada awal perkembangannya adalah suatu desa pantai yang secara tradisional berkembang dari suatu kelompok yang mendiami lahan di muara kali Cibanten. Sejalan dengan perkembangan sejarah pemukiman nelayan, Karangantu tumbuh dan berkembang menjadi suatu pelabuhan nelayan yang cukup besar, dan berperan penting sebagai pusat kegiatan perikanan yang memasok sebagian besar kebutuhan ikan wilayah Provinsi Banten. 4.2. Ikan Pelagis Kecil yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Karangantu Hasil tangkapan di Pantai Karangantu yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pantai Karangantu didominasi oleh ikan pelagis kecil seperti ikan selar, tembang, teri, pepetek, dan kembung. Sesuai dengan penelitian Hariati & Amri (2017) jenis-jenis ikan pelagis kecil terutama layang (Decapterus russelli), banyar (Rastrelliger kanagurta), kembung (R.brachyosoma), bentong (Selar crumenophthalmus) dan jenis-jenis selar lainnya (Selaroides sp., Alepes sp. dan Atule sp.), siro (Ambligaster sirm) dan tembang (Sardinella gibbosa). 151515
  • 19. 16 4.3. Aspek Perikanan Bagan perahu 4.3.1 Ikan Hasil Tangkapan Bagan perahu Hasil tangkapan Bagan perahu yang didapatkan selama praktik didominasi oleh ikan-ikan pelagis kecil seperti teri (Stolephorus sp.), japuh (Dussumieria acota), kembung (Rastrelliger Kanagurta), cumi-cumi (Loligo sp.), sesuai dengan hasil penelitian Silitonga & Hartoko (2014) yang dilakukan di Perairan Bandengan Jepara ialah ikan-ikan pelagis kecil yang bersifat fototaksis positif, akan tetapi hasil tangkapan yang dominan adalah ikan Teri (Stolephorus sp.), cumi-cumi (Loligo sp.), dan ikan Petek (Leiognathus sp.). Penelitian yang dilakukan Anggawangsa et al. (2016) di Palabuhanratu menunjukan hasil tangkapan alat tangkap bagan perahu didominasi oleh ikan pelagis seperti tembang (Sardinella fimbriata), teri (Stolephorus sp.), ikan terbang (Hirundichthys sp.) dan talang-talang (Chorinemus tala). Ikan kembung biasanya banyak tertangkap di wilayah selat sunda musim timur (juli-agustus) dengan sebaran suhu 29 sampai dengan 30,50c, klorofil-a 1,5 sampai dengan 2,0 mg m-3, salinitas 31,4 sampai dengan 32,6 dan arus berasal dari Laut Jawa (Amri, 2017). Ikan teri dapat ditangkap sepanjang tahun di wilayah Kep. Seribu dengan mengidentifikasi perubahan pola hotspot daerah penangkapan ikan menggunakan GIS-based statistical analysis. Menurut Himam & Mawardi (2018) ikan hasil tangkapan dominan bagan perahu di Lhokseudu adalah kembung, selar & tembang. 4.3.2 Armada Kapal Penangkapan Ikan dengan Bagan perahu Kapal bagan dilengkapi ruang kemudi yang di dalamnya terdapat pembangkit listrik (dinamo), mesin penggerak kapal, dan saklar untuk mematikan atau menyalakan lampu, serta dilengkapi dengan GPS. Kapal terbuat dari bahan kayu, dengan Panjang 17,7 m dan lebar 3,9 m dengan ukuran mesin kapal 21 GT dan kecepatan 190 HP dan menggunakan alat bantu lampu dengan total tegangan 24.500 watt sebagaimana hasil penelitian Aliyubi et al. (2015) bahwa lampu memiliki peran penting untuk menigkatkan hasil tangkapan. Tetapi ada juga penelitian yang menunjukan bahwa penggunaan jumlah lampu tidak berpengaruh nyata pada hasil tangkapan ikan, (Nurdin, 2017) penelitian ini dilakukan di perairan Pemalang. Penelitian Sudirman et al. (2016) menunjukan bahwa hasil tangkapan menggunakan lampu neon lebih banyak dibandingkan dengan lampu merkuri dan lampu pijar. 4.3.3 Bagan perahu Gambar ini merupakan gambar dari kapal dengan alat tangkap Bagan perahu, dengan posisi bagan di sebelah kanan perahu dan dengan alat bantu pengakapan berupa lampu, Panjang jaring 14 m lebar jaring 12 m dengan mesh size waring kurang dari 1 inc seperti pada bagan pada penelitian Indrahti & Maziyah (2019) dan Sugihartanto & Rahmat (2019).
  • 20. 17 Gambar 7. Kapal Bagan perahu (KM. Cahaya Banten) Mekanisme operasi alat tangkap Bagan perahu: Penyalaan lampu, ketika tiba di fishing ground. Jaring tidak langsung diturunkan sebagaimana biasanya hingga tiba saatnya ikan terlihat berkumpul di lokasi bagan atau masuk ke dalam area cahaya lampu. Tahapan penyalaan lampu yang dilakukan ketika hari menjelang malam, dan penuruan jaring dilakukan sebelum tahapan penyalaan lampu dilakukan (Kurnia et al., 2016) 1.Setting, setelah menunggu beberapa jam dan ikan mulai terlihat berkumpul di lokasi penangkapan, maka jaring diturunkan ke perairan. Jaring diturunkan secara perlahanlahan dengan memutar roller. Frekuensi penurunan jaring tergantung keadaan cuaca dan hasil tangkapan serta kondisi perairan. Setelah setting selesai, selanjutnya adalah proses waktu menunggu penarikan jaring. Pada tahapan ini, juga dilakukan setting alat echosounder sebagai instrumen penelitian pemanfaatan teknologi hidroakustik. Alat ini memudahkan mendeteksi pola dan waktu kedatangan ikan, 2.Pengangkatan jaring (lifting), dilakukan setelah kawanan ikan terlihat berkumpul di lokasi penangkapan. Kegiatan lifting ini diawali dengan pemadaman lampu secara bertahap. Hal ini dimaksudkan agar ikan tidak terkejut dan tetap terkosentrasi pada bagian perahu di sekitar lampu yang masih menyala. Ketika
  • 21. 18 ikan sudah berkumpul di tengah-tengah jaring, jaring tersebut mulai ditarik ke permukaan hingga akhirnya ikan akan tertangkap oleh jaring. 3.Brailing, setelah bingkai jaring naik ke atas permukaan air, maka tali penggantung pada ujung dan bagian tengah rangka dilepas dan dibawa ke satu sisi kapal, tali kemudian dilewatkan pada bagian bawah kapal beserta jaringnya. Tali pemberat ditarik ke atas agar mempermudah penarikan jaring dan lampu dihidupkan lagi. Jaring kemudian ditarik sedikit demi sedikit dari salah satu sisi kapal ke atas kapal. Hasil tangkapan yang telah terkumpul diangkat ke atas dek kapal dengan menggunakan serok. 4.Penyortiran ikan, setelah diangkat di atas dek kapal, dilakukan penyortiran ikan. Penyortiran ini biasanya dilakukan berdasarkan jenis ikan tangkapan, ukuran dan lain-lain. Ikan yang telah disortir langsung dimasukkan ke dalam wadah untuk memudahkan pengangkut (Dahlan et al., 2016). 4.4.4 Daerah Penangkapan Bagan perahu Lokasi penangkapan (fishing ground) ikan alat tangkap Bagan perahu pada saat praktik integrasi di Perairan P. Tunda, Kep. Seribu, dan juga selat sunda dapat dilihat pada gambar di bawah, pemilihan lokasi penangkapan biasanya dipilih dengan menggunakan echosounder sehingga dapat dipastikan bahwa lokasi itu terdapat ikan yang cukup banyak atau juga pemilihan lokasi karena lokasi itu sudah dipastikan terdapat banyak ikan dan sudah sering dijadikan tempat penangkapan oleh para nelayan. Lokasi penangkapan sesuai dengan hasil penelitian Ernaningsih et al. (2011), daerah penangkapan alat tangkap Bagan perahu di daerah P. Tunda dan Selat Sunda, dapat dilihat di Gambar 7, menunjukan bahwa lokasi penangkapan ikan nelayan PPN Karangantu dengan alat tangkap Bagan perahu sesuai dengan ketentuan.
  • 22. 19 4.4 Aspek Perikanan Jaring Insang (gillnet) 4.4.1 Ikan Hasil Tangkapan Jaring Insang (gillnet) Ikan hasil tangkapan dari kapal dengan alat tangkap Jaring Insang, adalah jenis ikan pelagis seperti ikan selar (Selaroides leptolepis), kembung (Rastrelliger kanagurta), tengkek (Carcharhinus sealei), tembang (Aptychotrema rostrata), tenggiri (Scomberomorus commerson), cucut (Carcharhinus sealei), golok-golok (Chirocentrus dorab), simba (Gnathanodon speciosus), kuro (Polydactylus siamensis), bawal hitam (Parastromateus niger), dan talang-talang (Scomberoides commersonnianus). Sesuai dengan hasil penelitian oleh Alberth Nanlohy di Perairan Maluku alat tangkap ini ditujukkan untuk menangkap ikan pelagis besar. Jenis-jenis ikan hasil tangkapan dari alat tangkap ini adalah ikan cakalang, tuna, tongkol, tenggiri dan ikan pelagis besar lainnya (Nanlohy 2013). Ikan kembung juga menjadi hasil tangkapan paling dominan dari alat tangkapan jaring insang karena perendaman jaring yang lama menurut Setiawati & Wijayanto (2015), penelitian dilakukan di Kab. Ketapang, Kalimantan Barat. 4.4.2 Armada Kapal Penangkapan Ikan dengan Jaring Insang (gillnet) Kapal dengan alat tangkap Jaring Insang (gillnet) di Perairan Teluk Banten. Kapal terbuat dari bahan kayu, dengan Panjang 14 m dan lebar 3 m dengan ukuran mesin kapal 6 GT dan memiliki GPS, di bagian depan kapal terdapat tempat penyimpanan jaring dan 2 buah tempat penyimpanan ikan (palkah) yang masing-
  • 23. 20 masing berkapasitas 600 kg, dan juga terdapat sebuah tempat penyimpanan jaring di bagian depan perahu sekaligus sebagai tempat nelayan menurunkan dan menaikan jaring ketika mencari ikan. Gambar 9. Kapal Jaring Insang (KM. Harapan Jaya 05) 4.4.3 Jaring Insang (gillnet) Jaring Insang ini memiliki panjang 2.778 m dan lebar jaring 6 m, dan memiliki mesh size 4 inch, jaring terbuat dari nahan nilon, terdapat pelampung yang berbentuk bola dari plastik dan juga pelampung yang terbuat dari sterofoam, dan juga terdapat pemberat yang terbuat dari coran semen berbentuk lingkaran, hampir serupa dengan kontruksi jaring insang pada Gambar 4 merupakan gambar dari alat tangkap Jaring Insang (gillnet), dengan keterangan Gambar 4 hasil penelitian Putrinatami (2010). Ukuran mata jaring yang digunakan lebih besar dari ukuran mata jaring yang terbaik menurut penelitian Rahantan & Puspito (2012) yang dilakukan di perairan Tual, Sulawesi Tenggara dalam tulisan mereka ukuran mata jaring terbaik adalah 2,25 in, menurut mereka ukuran mata jaring ini dapat menangkap ikan lebih banyak.
  • 24. 21 Gambar 10. Alat tangkap Jaring Insang (gillnet) Adapun Teknik pengoperasian Jaring Insang menurut Trisbiantoro et al. (2017). sebagai berikut: Sebelum operasi penangkapan dimulai, semua peralatan dan perbekalan yang diperlukan untuk menangkap ikan dengan menggunakan gill net harus dipersiapkan dengan teliti. Jaring harus disusun di atas kapal dengan memisahkan antara pemberat dan pelampung supaya mudah menurunkannya dan tidak kusut. Metode operasi penangkapan ikan dengan menggunakan gill net dibagi menjadi tiga tahap, yaitu setting, immersing, dan hauling. 1. Lama penebaran jaring (setting) Bila kapal telah mencapai daerah penangkapan, kecepatan kapal diturunkan dan segera bersiap untuk penebaran jaring. a. Mula–mula posisi kapal ditempatkan sedemikian rupa agar arah angin datangnya dari tempat penurunan jaring. b. Setelah kedudukan atau posisi kapal sesuai dengan yang dikehendaki, jaring dapat diturunkan. Penurunan jaring dimulai dari penurunan pelampung tanda ujung jaring atau lampu kemudian tali selambar depan, lalu jaring dan yang terakhir kali selambar pada ujung akhir jaring atau selambar belakang yang biasanya terus diikatkan pada kapal. c. Pada waktu penurunan jaring yang harus diperhatikan adalah arah arus laut, karena kedudukan jaring paling baik adalah memotong arus antara 450 - 900.
  • 25. 22 2. Lama perendaman jaring (immersing) Gill net didiamkan terendam dalam perairan kira–kira selama 3 – 5 jam (Rahmat, 2016). 3. Lama penarikan jaring (hauling) Setelah jaring dibiarkan di dalam perairan selama ± 3 – 5 jam, jaring dapat dinaikkan ke atas kapal untuk diambil ikannya. Urutan penarikan jaring ini merupakan kebalikan dari urutan penebaran jaring, yaitu dimulai dari tali selambar belakang, jaring, tali selambar muka, dan terakhir pelampung tanda. Penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap gill net umumnya dilakukan pada waktu malam hari (Sadhori, 1985). Walaupun jaring insang yang berada di PPN Karangantu dikategorikan alat tangkap yang ramah lingkungan, menurut Noviyanti (2010) dan juga hasil tangkapannya cukup melimpah tetapi memilki dampak buruk terhadap lingkungan seperti Jaring Insang yang rusak akan tertinggal di perairan dan juga terkadang jaringnya merusak ekosistem terumbu karang seperti pada gambar di bawah: Gambar 11. Terumbu karang yang tersangkut oleh Jaring Insang Hasil ini Sesuai dengan hasil penelitian Tamarol et al. (2012) di Perairan pantai Tabukan Tengah Kepulauan Sangihe bahwa alat tangkap yang paling besar damapaknya terhadap sumberdaya ikan dan lingkungan adalah bubu, Jaring Insang dan jaring kantong. 4.4.4 Daerah Penangkapan Jaring Insang Lokasi penangkapan (fishing ground) ikan alat tangkap Jaring Insang pada saat praktik integrasi di Perairan Lampung Utara dekat dengan perairan Palembang dapat dilihat pada Gambar 45, pemilihan lokasi penangkapan dikarenakan nahkoda kapal dan ABK berasal dari Lampung sehingga sudah mengetahui kondisi perairan Lampung sehingga memudahkan untuk penangkapan karena di perairan Lampung utara masih terdapat pembajak kapal
  • 26. 23 sehingga nelayan luar Lampung segan untuk mengambil ikan di perairan Lampung Utara. Lokasi penangkapan sesuai dengan hasil penelitian Ernaningsih et al. (2011), daerah penangkapan alat tangkap Jaring Insang di Perairan Lampung, dapat dilihat pada Gambar 7, menunjukan bahwa lokasi penangkapan ikan nelayan PPN Karangantu dengan alat tangkap Jaring Insang sesuai dengan ketentuan. 4.5 Aspek Ekonomi 4.5.1 Jumlah Nelayan Nelayan yang terdapat di PPN Karangantu terdiri dari nelayan pemilik/juragan dan nelayan penggarap. Pemilik yang tidak melaut disebut juragan/pengusaha. Pemilik yang melaut menangkap ikan disebut sebagai nelayan dan biasanya menajdi kapten kapal (tekong). Jumlah nelayan dalam satu unit kapal Jaring Insang di PPN Karangantu berkisar 5-6 orang termasuk kapten kapal (nahkoda kapal). Tabel 4. Jumlah nelayan di PPN Karangantu. (Sumber: Laporan Tahunan PPN Karangantu, 2018) Jumlah kapal dengan alat tangkap Jaring Insang berjumlah 122 unit kapal dengan rata-rata nelayan dalam satu kapal 5 orang (termasuk nahkoda), ada 610 orang nelayan yang terlibat dalam perikanan tangkap alat tangkap Jaring Insang di PPN Karangantu. Sedangkan untuk Bagan perahu dengan jumlah 82 unit kapal dengan rata-rata nelayan dalam satu kapal 5 orang (termasuk nahkoda), ada 410 orang nelayan yang terlibat dalam perikanan tangkap Bagan perahu. No Jenis Alat Tangkap Jumlah (Orang) Keterangan 1 Bagan perahu 410 2 Bagan Tancap 45 3 Gill net 610 4 Jaring Payang 40 5 Jaring Rampus 750 6 Pancing 150 7 Sero 20 8 Alat Tangkap Lainnya 955 Jumlah 2.980
  • 27. 24 4.5.2 Pendapatan Nelayan 4.5.2.1 Bagan Perahu Data pendapatan nelayan didapatkan dari hasil wawancara nelayan, dengan 10 responden (nelayan). Pembagian hasil di nelayan biasa disebut dengan istilah “berhitung” dimana dilakukan pembagian hasil penjualan ikan yang biasa dilaksanakan sekali setelah 3-4 kali melakukan layar, jadi dari total hasil penjualan ikan selama 3-4 layar akan dilaksanakan pembagian hasil secara terbuka dengan bos atau dengan pemilik kapal, adapun pembagian nya pada Gambar 49, Bekal juga sudah termasuk dengan solar, beras, air bersih, bahan makan, rokok, selama 3 kali layar, kerusakan disetor setiap kali berhitung untuk perawatan kapal, bos mendapat bagian yang sama dengan sejumlah abk karena bos merupakan pemilik kapal, adapun untuk nahkoda (tekong) mendapat bonus dari bos tanpa memotong dari bagian abk. Untuk pendapatan bersih perorang nya setelah hasil penjualan ikan dikurangi biaya-biaya di atas, nelayan dengan alat tangkap bagan perahu mendapat Rp. 2.500.000,00/orang. Sistem pembagian ini sesuai dengan penelitian Widiantoro et al. (2019) dan Ramadhan & Wijayanto (2016). Relasi sosial yang terjalin nelayan pemilik modal dan nelayan buruh dalam kehiduan nelayan di PPN Karangantu adalah hubungan kerja yang saling menguntungkan seperti pada hasil penelitian Gulo et al. (2018) pada Relasi Sosial Nelayan Pemilik Modal dan Nelayan Buruh Pada Kehidupan Nelayan Di Kelurahan Buluri Kota Palu. Untuk kelayakan usaha bagan perahu di PPN karangantu dari hasil penelitian Alam et al. (2017). 4.5.2.2 Jaring Insang Data pendapatan nelayan didapatkan dari hasil wawancara nelayan, dengan 10 responden (nelayan). Pembagian hasil di nelayan biasa disebut dengan istilah “berhitung” dimana dilakukan pembagian hasil penjualan ikan yang biasa dilaksanakan sekali setelah 3-4 kali melakukan layar, jadi dari total hasil penjualan ikan selama 3-4 layar akan dilaksanakan pembagian hasil secara terbuka dengan bos atau dengan pemilik kapal, adapun pembagian nya sebagai berikut:
  • 28. PEMBAGIAN BAGAN PERAHU Bekal Kerusakan Bos Abk 28% 25 31% 31% 10% Gambar 12. Pembagian hasil pendapatan Bekal juga sudah termasuk dengan solar, beras, air bersih, bahan makan, rokok, selama 3 kali layar, kerusakan disetor setiap kali berhitung untuk perawatan kapal, bos mendapat bagian yang sama dengan sejumlah abk karena bos merupakan pemilik kapal, adapun untuk nahkoda (tekong) mendapat bonus dari bos tanpa memotong dari bagian abk. Untuk pendapatan bersih perorang nya setelah hasil penjualan ikan dikurangi biaya-biaya di atas, nelayan dengan alat tangkap jaring insang mendapat Rp. 800.000,00/orang. Perbedaan pendapatan antara nelayan jaring insang tetap dan bagan perahu terletak pada perbedaan rata-rata pendapatan pertahun berdasarkan sifat kedua alat tangkap tersebut. Usaha penangkapan dengan kedua alat tersebut dapat menutupi biaya operasional yang dikeluarkan seperti hasil penelitian Siskawati et al. (2016) pada Analisis Pendapatan Nelayan Jaring Insang Tetap dan Bubu Di Kecamatan Membalong Kabupaten Belitung. Sistem bagi hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Haq (2016), Hampir semua peraturan tentang sistem bagi hasil sudah dilaksanakan tetapi nelayan masih dalam kondisi miskinseperti pada penelitian Silmi et al. (2018) Pola Bagi Hasil Tangkapan Ikan Nelayan Pancing Di Cisolok. Sistem pembagian hasil ini belum sesuai dengan hukum islam (Iqbal, 2019). 4.6 Aspek Kelembagaan 4.6.1 Kearifan Lokal Di Pelabuhan Karangantu memiliki salah satu tradisi kebudayaan Masyarakat Nelayan yaitu Pesta laut nadran. Pesta laut nadran adalah suatu tradisi ritual upacara adat Masyarakat Nelayan dengan cara membuang kepala
  • 29. 26 kerbau ke tengah laut yang bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rezeki yang diberikan lewat hasil laut selain itu memohon doa agar diberikan kesehatan, keselamatan dalam melaut serta tangkapan hasil laut mereka berlimpah di tahun mendatang, kegiatan ini dilakukan setiap awal tahun Hijriyah yaitu bulan Muharram yang diadakan oleh dinas pariwisata Provinsi banten. Data ini sesuai dengan penelitian Syam et al. (2016) bahwa pada pesta laut nadran ini banyak masyarakat nelayan di Pelabuhan Karangantu yang berpartisipasi meskipun berbeda suku hal ini merupakan suatu realitas kehidupan akulturasi budaya yang terjadi pada masyarakat nelayan di Pelabuhan Karangantu. Pada saat hari perayaan nelayan tidak melaksanakan kegiatan penangkapan ikan sehingga ikan-ikan di laut bisa melakukan kegiatan pemijahan sehingga diharapakan ikan terjadi overfishing, seperti pada penelitian Prasetyo (2019) dan Kennedy et al. (2019) yang menggunakan adat sasi. 4.6.2 Penaatan Terhadap Peraturan yang berlaku Sikap dan perilaku seseorang akan bergantung pada proses persepsi yang ada dalam dirinya. Oleh sebab itu, pengetahuan mengenai persepsi nelayan peningkatan kepatuhannya. Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan sejauh apa ketaatan nelayan terhadap peraturan berdasarkan Tabel 2 Jaring Insang : 1. Legal (diizinkan) 2. Lengkap (walaupun SIUP, SIPI masih dalam tahap pembuatan) 3. Semua ukuran ditangkap oleh nelayan 4. Selalu sesuai 5. Kadang-kadang (ketika hasil tangkapan dalam 6 hari tidak melebihi target, maka nahkoda akan menjual hasil tangkapan di daerah Teladas, Lampung Utara tanpa lapor petugas setempat, melainkan langsung menjual ikan ke pengepul. Bagan perahu : 1. Legal (dizinkan) 2. Lengkap (SIPI, SIUP) 3. semua ukuran ditangkap nelayan 4. selalu sesuai 5. selalu
  • 30. 27 Tabel 5. Hasil komparatif fishing ground, ikan hasil tangkapan dan dampak terhadap lingkungan No Komparatif Bagan Perahu Jaring Insang 1 2 Teknik pengoperasian Memasang jaring menghadang arus, pemasangan jaring dengan keadaan kapal mundur, kemudia tunggu 4-5 jam, kemudian angkat jaring dengan keadaan kapal maju 3 Dampak terhadap lingkungan Tidak berdampak 4 Ikan dominan 5 Fishing ground sesuai tetapi ketika bongkar muat di lampung langsung ke pengepul tanpa di data oleh pihak pelabuhan 6 Daerah penangkapan P. Tunda, Kep. Seribu, Selat sunda Lampung, karawang, Kep. Seribu Menuju fishing ground kemudian nyalakan lampu tunggu sekitar 3-4 jam sampai ikan berkumpul kemudian turunkan jaring dan angkat jaring Merusak terumbu karang karena tersangkut jaring, karena kedalaman perairan yang hanya 6-10 meter di perairan lampung utara Teri, japuh, kembung, cumi-cumi, golok-golok, ikan terbang Kembung, selar, tengkek, sebelah, cucut, tenggiri, bawal hitam Fishing ground sesuai dan hasil tangkapan dilaporkan Ketaatan nelayan Pendapatan nelayan Rp. 2.500.000,00 Rp. 800.000,00
  • 31. 28 5. KESIMPULAN 64 1. Hasil tangkapan Jaring Insang yang didaratkan di PPN Karangantu 93,061 ton dari bulan januari hingga juli dengan hasil tangkapan seperti rajungan, tengkek, ikan sebelah, gulamah, pari, cumi-cumi, sotong, tenggiri, selar, kakap putih, kurisi, kwee, kuro, kakap merah, kakap putih, swanggi, cucut, alu, kembung, dan kerapu. Sedangakan hasil tangkapan baga perahu yang didaratkan di PPN Karangantu sebesar 396,583 ton dari bulan januari hingga juli dengan hasil tangkapan seperti tongkol, manyung, cendro, sebelah, rajungan, selar, kwee, layang, tetengkek, bentong, talang, ekor kuning, siro, japuh, tembang, teri, layaran, peperek, teri nasi, cumi-cumi, sotong, kembung, golook-golok, layur. 2. Dilihat dari berbagai aspek baik hasil tangkapan, pendapatan nelayan, dan kepatuhan nelayan nelayan yang menggunakan alat tangkap Bagan perahu memiliki efektifitas yang lebih tinggi dibandingkan nelayan dengan alat tangkap Jaring Insang.
  • 32. DAFTAR PUSTAKA AGUSTINA, RIKA. 2017. “Studi Jenis Ikan Berdasarkan Alat Tangkap Di Pantai Karangantu Serang Utara Provinsi Banten.” Phd Thesis. FKIP Unpas. Alam, Amrullah Gusti, Sardiyatmo Sardiyatmo, And Dian Ayunita Nugraheni Nurmala Dewi. 2017. “Analisis Kelayakan Usaha Perikanan Tangkap Bagan Perahu Di Pelabuhan Perikanan Nusantara (Ppn) Karangantu Serang Banten.” Journal Of Fisheries Resources Utilization Management And Technology 6(3): 106–114. Aliyubi, Faisal Kahfi, Herry Boesono, And Indradi Setiyanto. 2015. “Analisis Perbedaan Hasil Tangkapan Berdasarkan Warna Lampu Pada Alat Tangkap Bagan Apung Dan Bagan Tancap Di Perairan Muncar, Kabupaten Banyuwangi.” Journal Of Fisheries Resources Utilization Management And Technology 4(2): 93–101. Anggawangsa, Regi Fiji, Ignatius Tri Hargiyatno, And Berbudi Wibowo. 2016. “Pengaruh Iluminasi Atraktor Cahaya Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Pada Bagan Apung Pelabuhan Ratu.” Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 19(2): 105–111. Anggreini, Alinda Putri Et Al. 2017. “Uji Selektivitas Alat Tangkap Gillnet Millenium Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Kembung (Rastrelinger Brachysoma).” Journal Of Fisheries And Marine Science 1(1): 24–30. Dahlan, Muh Arifin Et Al. 2016. “Beberapa Aspek Reproduksi Ikan Layang Deles (Decapterus Macrosoma Bleeker, 1841) Yang Tertangkap Dengan Bagan Perahu Di Perairan Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan.” Jurnal IPTEKS Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan 2(3). Damayanti, Helisha, Arthur Brown, And Ersti Yulika Sari. 2017. “Fluktuasi Hasil Tangkapan Ikan Pelagis Dengan Alat Tangkap Jaring Insang Hanyut (Drift Gillnet) Di Perairan Dumai, Provinsi Riau.” Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Riau 4(1): 1–8. Damora, Adrian, And Karsono Wagiyo. 2016. “Parameter Populasi Ikan Kadah (Valamugil Speigleri) Sebagai Indikator Pemanfaatan Sumber Daya Perairan Estuaria Di Pemalang.” Bawal Widya Riset Perikanan Tangkap 4(2): 91–96. Diniah, Sobari MP, And Dede Seftian. 2012. “Pelayanan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Terhadap Kebutuhan Operasi Penangkapan Ikan.” Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan Dan Perikanan 2(1): 41–49. Ernaningsih, Dwi. 2013. “Analisis Bioekonomi Ikan Pelagis Kecil Di Teluk Banten.” Ernaningsih, Dwi, Domu Simbolon, Eko Sri Wiyono, And Ari Purbayanto. 2011. “Zonasi Pemanfaatan Kawasan Perikanan Tangkap Di Teluk Banten (Zonation Of Utilization Fishing Zone In Banten Bay).” Marine Fisheries: Journal Of Marine Fisheries Technology And Management 2(2): 177–187. Genisa, Abdul Samad. 1998. “Beberapa Catatan Tentang Alat Tangkap Ikan Pelagik Kecil.” Oseana 23(3): 19–34. Genisa, Abdul Samad, And Lembaga Oseanoiogi Nasiona. 1981. “Beberapa Jenis Ikan Yang Tertangkap Dengan Bagan Dan Tingkat Kematangan Gonad.” Pewarta Oseana) Tahun VII (1): 14–18. Gulo, Sunima, Andi Irawan, And Pariyati Pariyati. 2018. “Relasi Sosial Nelayan Pemilik Modal Dan Nelayan Buruh Pada Kehidupan Nelayan Di Kelurahan Buluri Kota Palu.” Jurnal Kolaboratif Sains 1(1). Handayani, Fadilah. 2018. “Karakteristik Geomorfologi Wilayah Pesisir Kecamatan Pandan.” Phd Thesis. UNIMED. Haq, Azriadian El. 2016. “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Bagi Hasil Tangkapan Ikan Nelayan Di Desa Kedungrejo Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi.” Phd Thesis. Universitas Muhammadiyah
  • 33. Surakarta. Hariati, Tuti, And Khairul Amri. 2017. “Perkembangan Perikanan Pelagis Kecil Hasil Tangkapan Pukat Cincin Dan Bagan Di Perairan Barat Sumatera.” Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 17(4): 229–235. Himam, M. Iqbal, And Wazir Mawardi. 2018. “Efektivitas Lampu Led Celup Sebagai Lampu Hauling Pada Bagan Perahu.” ALBACORE 2(1). Indrahti, Sri, And Siti Maziyah. 2019. “Dinamika Alat Tangkap Nelayan Di Jepara Dalam Dimensi Budaya.” Anuva: Jurnal Kajian Budaya, Perpustakaan, Dan Informasi 3(4): 461–469. Iqbal, Suhaibah Muhammad. 2019. “Sistem Bagi Hasil Di Kalangan Nelayan Pukat Tarek Di Tinjau Menurut Hukum Islam (Studi Kasus Di Desa Pasi Lhok Kecamatan Kembang Tanjong).” Jurnal Real Riset 1(2). Irhamsyah, Irhamsyah. 2017. “Uji Coba Penangkapan Menggunakan Ayunan Dengan Bentuk Yang Berbeda ((Experimental Fishing Using Ayunan With Different Forms).” Fish Scientiae 1(1): 57–66. ISLAND, IN SERIBU. “Pemetaan Daerah Potensial Penangkapan Ikan Menggunakan Pendekatan Model Gis Hotspot Dan Analisis Time Series: Studi Kasus Pada Perikanan Bagan Perahu Di Kepulauan Seribu Potential Fishing Ground Mapping Based On Gis Hotspot Model And Time Series Analysis: A Case Study On Lift Net Fisheries.” Kennedy, Posma Sariguna Johnson, Suzanna Josephine Tobing, Rutman Lumbantoruan, And Emma Tampubolon. 2019. “Diskusi Tentang Peran Kearifan Lokal Dalam Pemanfaatan Sumber Daya Laut Dengan Kelompok Masyarakat Maluku Barat Daya.” JPM (Jurnal Pemberdayaan Masyarakat) 4(1): 355–364. Kumajas, Henry James. 2015. “Pengaruh Warna Lampu Dalam Air Terhadap Hasil Tangkapan Bagan Perahu Di Perairan Bacan Kabupaten Halmahera Selatan.” Jurnal LPPM Bidang Sains Dan Teknologi 2(1): 44–61. Kurnia, Muh, Sudirman Sudirman, And Alfa Nelwan. 2016. “Studi Pola Kedatangan Ikan Pada Area Penangkapan Bagan Perahu Dengan Teknologi Hidroakustik.” Jurnal IPTEKS Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan 2(3). Nababan, Benardo, And Eko Sri Wiyono. 2017. “Persepsi Dan Kepatuhan Nelayan Tanjungbalai Asahan Sumatera Utara Dalam Mendukung Perikanan Tangkap Yang Berkelanjutan (Fishermen’s Perception And Compliance To Support Sustainable Capture Fisheries In Tanjungbalai Asahan, North Sumatra).” Marine Fisheries: Journal Of Marine Fisheries Technology And Management 8(2): 163–174. Nanlohy, Alberth CH. 2013. “Evaluasi Alat Tangkap Ikan Pelagis Yang Ramah Lingkungan Di Perairan Maluku Dengan Menggunakan Prinsip CCRF (Code Of Conduct For Responsible Fisheries).” JURNAL ILMU HEWANI TROPIKA (JOURNAL OF TROPICAL ANIMAL SCIENCE) 2(1): 1–11. Noviyanti, Rinda. 2010. “Faktor Yang Mempengaruhi Kompetensi Nelayan Di ℡Uk Banten: Menggunakan Partial Least Square-Structural Equation Modelling (Pls-Sem).” Marine Fisheries: Journal Of Marine Fisheries Technology And Management 1(2): 33–44. Nugroho, Arfian Setyo, Imam Triarso, And Sardiyatmo Sardiyatmo. 2017. “Analisis Faktor Produksi Usaha Perikanan Tangkap Bagan Perahu Cungkil (Boat Liftnet) Di Perairan ℡Uk Lampung, Bandar Lampung.” Jurnal Perikanan Tangkap: Indonesian Journal Of Capture Fisheries 1(01). Nurdin, Erfind. 2017. “Pengaruh Jumlah Lampu Terhadap Hasil Tangkapan Pukat Cincin Mini Di Perairan Pemalang Dan Sekitarnya.” BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap 1(6): 215–220. Nurlindah, Andi, Muhammad Kurnia, And Alfa FP Nelwan. 2018. “Perbedaan Produksi Bagan Perahu Berdasarkan Periode Bulan Di Perairan
  • 34. Kabupaten Barru.” Jurnal IPTEKS Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan 4(8). Prasetyo, Kanyadibya Cendana. 2019. “Mencegah ‘Tragedy Of The Commons’ Di Teluk Sawai Dengan Sasi Pada Era Otonomi Daerah.” Journal Of Governance Innovation 1(1): 13–29. Pratama, Candrika, Retno Hartati, And Sri Redjeki. 2019. “Biologi Ikan Kembung Rastrelliger Spp,(Actinopterygii: Scombridae): Ditinjau Dari Aspek Panjang Berat Dan Indeks Kematangan Gonad Di Perairan Semarang.” Journal Of Marine Research 8(2): 189–196. Pribadi, Yanwar. 2016. “Pengembangan Masyarakat Muslim Pesisir Karangantu Pada Masa Desentralisasi.” Lembaran Masyarakat: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam 2(2): 1–26. Putrinatami, R. L. 2010. “Kajian Usaha Penangkapan Dengan Alat Tangkap Multi Gear Di Palabuhanratu (Studi Kasus Kapal PSP 01).[Skripsi].” Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rahantan, Ali, And Gondo Puspito. 2012. “Ukuran Mata Dan Shortening Yang Sesuai Untuk Jaring Insang Yang Dioperasikan Di Perairan Tual ((Appropriate Of Mesh Size And Shortening For Gillnet Operated On Tual Waters)).” Marine Fisheries: Journal Of Marine Fisheries Technology And Management 3(2): 141–147. Rahardjo, M. F., E. S. Kartamihardja, And DF Lumban Batu. 2017. “MAKANAN IKAN JAPUH, Dussumieria Acuta Valenciennes, 1847 (FAMILI: CLUPEIDAE) DI PERAIRAN ℡UK KENDARI [Food Habit Of Rainbow Sardine, Dussumieria Acuta Valenciennes, 1847 (Family: Clupeidae) In Kendari Bay].” Jurnal Iktiologi Indonesia 10(1): 93–99. Rahmat, Enjah. 2016. “Aspek Operasional Penangkapan Jaring Insang Hanyut Dan Komposisi Jenis Ikan Hasil Tangkapan Di Sekitar Pulau Bengkalis, Selat Malaka.” BULETIN TEKNIK LITKAYASA Sumber Daya Dan Penangkapan 12(1): 1–5. Rahmawati, Epry, Ririn Irnawati, And Ani Rahmawati. 2017a. “Kelayakan Usaha Bagan Perahu Yang Berbasis Di Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu Provinsi Banten.” Jurnal Perikanan Dan Kelautan Untirta 7(1): 40–49. ———. 2017. “The Feasibility Of Boat Lift Net In The Archipelagic Fishing Port Of Karangantu Banten Province.” Jurnal Perikanan Dan Kelautan 7(1): 40– 49. Ramadhan, Habibie, And Dian Wijayanto. 2016. “Analisis Teknis Dan Ekonomis Perikanan Tangkap Bagan Perahu (Boat Lift Net) Di Pelabuhan Perikanan Pantai Morodemak, Kabupaten Demak.” Journal Of Fisheries Resources Utilization Management And Technology 5(1): 170–177. Rikza, Choirul, Asriyanto Asriyanto, And Taufik Yulianto. 2013. “Pengaruh Perbedaan Umpan Dan Waktu Pengoperasian Pancing Perawai (Set Bottom Longline) Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Kakap Merah (Lutjanus Spp) Di Sekitar Perairan Jepara.” Journal Of Fisheries Resources Utilization Management And Technology 2(3): 152–161. Rinda, Noviyanti. 2017. “Adaptasi Alat Tangkap Ramah Lingkungan Oleh Kelompok Nelayan Di Kawasan Ppn Karangantu, Teluk Banten.”
  • 35. Setiawati, Budhi, And Dian Wijayanto. 2015. “Analisis Faktor Produksi Hasil Tangkapan Ikan Kembung (Rastrelliger SP) Pada Alat Tangkap Drift Gill Net Di Kab. Ketapang, Kalimantan Barat.” Journal Of Fisheries Resources Utilization Management And Technology 4(2): 40–48. Silitonga, Monica Febrina, And Agus Hartoko. 2014. “Analisa Sebaran Bagan Tancap Dan Hasil Tangkapan Di Perairan Bandengan, Jepara, Jawa Tengah.” Journal Of Fisheries Resources Utilization Management And Technology 3(2): 77–84. Silmi, Amita Nucifera Nida, Eko Sri Wiyono, And Sugeng Hari Wisudo. 2018. “POLA BAGI HASIL Tangkapan Ikan Nelayan Pancing Di Cisolok.” ALBACORE 2(1). Siskawati, Dwi, Achmad Rizal, And Donny Juliandri Prihadi. 2016. “Analisis Pendapatan Nelayan Jaring Insang Tetap Dan Bubu Di Kecamatan Membalong Kabupaten Belitung.” Jurnal Perikanan Kelautan 7(2). Sparre, P., And S. C. Venema. 1998. Introduction To Tropical Fish Assessment FAO Fisheries Technical Paper, 306/1. FAO. Subani, Walujo. 1972. Alat Dan Tjara Penangkapan Ikan Di Indonesia: Fishing Gear And Methods In Indonesia. Lembaga Penelitian Perikanan Laut. Sudirman, Sudirman, Najamuddin Najamuddin, And Mahfud Palo. 2016. “Efektivitas Penggunaan Berbagai Jenis Lampu Listrik Untuk Menarik Perhatian Ikan Pelagis Kecil Pada Bagan Tancap.” Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 19(3): 157–165. Sugihartanto, Sugihartanto, And Enjah Rahmat. 2019. “Karakteristik Bagan Perahu Di Perairan Kwandang, Gorontalo Utara.” Buletin Teknik Litkayasa Sumber Daya Dan Penangkapan 16(2): 79–82. Syam, Tarmidzi, Neka Fitriyah, And Husnan Nurjuman. 2016. “Perilaku Komunikasi Ritual Masyarakat Nelayan Pada Tradisi Pesta Laut Nadran Di Pelabuhan Karangantu.” Phd Thesis. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Syofyan, Irwandy, And Fistya Cendana. 2010. “Studi Komparatif Alat Tangkap Jaring Insang Hanyut (Drift Gillnet) Bawal Tahun 1999 Dengan Tahun 2007 Di Desa Meskom Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis Propinsi Riau.” Jurnal Perikanan Dan Kelautan 15(01). Tamarol, Joneidi, Alfret Luasunaung, And Johnny Budiman. 2012. “Dampak Perikanan Tangkap Terhadap Sumberdaya Ikan Dan Habitatnya Di Perairan Pantai Tabukan Tengah Kepulauan Sangihe.” Jurnal Perikanan Dan Kelautan Tropis 8(1): 12–16. Triharyuni, Setya, Sri Turni Hartati, And Duto Nugroho. 2016. “Evaluasi Potensi Ikan Layang (Decapterus Spp.) Di WPP 712–Laut Jawa.” Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 20(3): 143–152. Trisbiantoro, M. P. Et Al. 2017. “Analisa Pola Pembiayaan Usaha Penangkapan Ikan Dengan Menggunakan Alat Tangkap Jaring Insang (Gill Net) Nelayan Bulak Kota Surabaya.” Wicaksono, Cholif Prasetio, And Maruto Umar BASUKI. 2010. “Analisis Disparitas Pendapatan Antar Kabupaten/Kota Dan Pertumbuhan Ekonomi Di Propinsi Jawa Tengah Tahun 2003-2007.” Phd Thesis. UNIVERSITAS DIPONEGORO. Widiantoro, Danu Wiki, S. H. Septarina Budiwati, And CN MH. 2019. “Analisis Perjanjian Bagi Hasil Perikanan Antara Pemilik Kapal Dengan Anak Buah Kapal Di Kabupaten Batang (Studi Kasus Di Desa Pabean, Kecamatan Batang, Kabupaten Batang).” Phd Thesis. Universitas Muhammadiyah Surakarta.