SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
ANALISIS FAUNA TANAH DENGAN METODE DEKANTASI KERING
DAN DEKANTASI BASAH DI HUTAN PANTAI TRIANGGULASI
KAWASAN TAMAN NASIONAL ALAS PURWO BANYUWANGI
LAPORAN KKL
Untuk memenuhi tugas Matakuliah Ekologi
yang dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Suhadi, M.Si dan Dr. Hadi Suwono, M.Si.
Oleh:
Kelompok 14/ Offering A
Charinda Bella Ramadhiana (130341603396)
Lilik Anggraini (130341603396)
Muasshomah Wardatun Ni’am (130341603372)
Nabilla Gezy Amaringga (130341604792)
Ricky Angga Pratama (130341603384)
Rosita Ariyanti (130341603364)
Santy Faiqotul Himmah (1303416033 )
Shafura Nida Ul Jannah (130341614821)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
April 2015
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan KKL
analisis fauna tanah dengan metode dekantasi kering dan dekantasi basah di hutan
pantai trianggulasi kawasan Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi. Tujuan
dari penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas Matakuliah Ekologi.
Penyelesaian Laporan KKL analisis fauna tanah dengan metode dekantasi
kering dan dekantasi basah di hutan pantai trianggulasi kawasan Taman Nasional
Alas Purwo Banyuwangi ini tentunya tidak lepas dari peran pihak-pihak yang
telah memberikan saran, petunjuk dan bimbingan. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Suhadi, M.Si dan Dr. Hadi Suwono, M.Si selaku dosen
pengampu Matakuliah Ekologi;
2. kakak-kakak Asisten Dosen Matakuliah Ekologi;
3. pihak Departeman Kehutanan Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi;
4. teman-teman Jurusan Biologi 2013 dan semua yang telah membantu
sehingga tugas ini dapat terselesaikan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa Laporan KKL analisis fauna tanah dengan
metode dekantasi kering dan dekantasi basah di hutan pantai trianggulasi kawasan
Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi ini masih sangat jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan dari semua
pihak.
Malang, 12 April 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.................................................................................
KATA PENGANTAR ..................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................
A. Latar Belakang.................................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................................
C. Tujuan..............................................................................................
D. Batasan Masalah..............................................................................
E. Batasan Masalah..............................................................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA........................................................................
A. Pengertian Fauna Tanah...................................................................
B. Keanekaragaman Fauna Tanah ........................................................
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberadaan dan Distribusi
Fauna Tanah.....................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN ...............................................................
A. Waktu dan Tempat..........................................................................
B. Populasi dan Sampel.......................................................................
C. Alat dan Bahan................................................................................
D. Prosedur Kerja................................................................................
E. Teknik tabulasi data........................................................................
F. Teknik analisis data ........................................................................
BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA....................................................
A. Data..................................................................................................
B. Analisis Data....................................................................................
BAB V PEMBAHASAN ..............................................................................
BAB VI PENUTUP......................................................................................
A. Kesimpulan......................................................................................
B. Saran...............................................................................................
DAFTAR RUJUKAN...................................................................................
LAMPIRAN ................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Taman Nasional Alas Purwo terletak di ujung timur pulau Jawa. Tepatnya
di kecamatan Tegal delimo Kabupaten Daerah Tingkat II Banyuwangi. Alas
Purwo merupakan suaka marga satwa sekaligus Taman Nasional dengan luas
430.420 Ha.
Taman Nasional Alas Purwo merupakan suatu ekosistem hutan tropis
dataran rendah yang di dalamnya terdapat vegetasi hutan pantai, hutan mangrove,
hutan tropis dataran rendah (hutan heterogen), dan sebagian hutan tanaman,
padang rumput, dan hutan bambu. Adapun cuplikan yang akan diambil untuk
penelitian berada pada area hutan heterogen Alas Purwo yang kmungkinan di
dalam tanahnya didiami oleh berbagai fauna tanah. Kawasan Taman Nasional
Alas Purwo didominasi oleh hutan tropik dataran rendah.
Pada ekosistem daratan, organisme tanah merupakan pengurai yang
berfungsi untuk mengubah bahan organik menjadi senyawa lain yang bermanfaat
bagi kesuburan tanah. Hewan tanah biasa ditemukan di tempat teduh, tanah yang
lembab, sampah padang rumput, di bawah kayu lapuk, dan tempat lembab yang
lainnya.
Kehidupan hewan tanah sangat tergantung pada habitatnya, karena
keberadaan populasi suatu jenis hewan tanah di suatu daerah sangat ditentukan
keadaan daerah itu yang melipui lingkungan abiotik dan lingkungan biotik. Faktor
lingkungan abiotik secara garis besarnya dapat dibagi atas faktor fisika dan faktor
kimia. Faktor fisika antara lain ialah suhu, kadar air, porositas, dan tekstur tanah.
Faktor kimia antara lain adalah salinitas, pH, kadar organik tanah, dan unsur-
unsur mineral tanah.
Faktor lingkungan abiotik sangat menentukan struktur komunitas hewan–
hewan yang terdapat pada suatu habitat. Faktor lingkungan biotik bagi hewan
tanah adalah organisme lain yang juga terdapat di habitatnya seperti mikroflora,
tumbuh – tumbuhan, dan golongan hewan lainnya.
Berdasarkan uraian diatas, yaitu kondisi lingkungan dan tanah yang bermacam-
macam di daerah Taman Nasional Alas Purwo, dimungkinkan mempunyai
keanakaragaman jenis fauna tanah yang berbeda mulai dari tanah dekat pantai
hingga yang terjauh dengan pantai. Berkaitan dengan hal tersebut maka diadakan
observasi hewan infauna tanah dengan judul “Analisis Fauna Tanah dengan
Metode Dekantasi Kering Dan Dekantasi Basah Di Hutan Pantai Trianggulasi
Kawasan Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, terdapat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana keanekaragaman, kekayaan serta kemerataan infauna tanah di
Taman Nasional Alas Purwo?
2. Bagaimana perbedaan kondisi keanekaragaman, kekayaan serta kemerataan
infauna tanah dari daerah yang paling dekat pantai hingga yang paling jauh dari
pantai di Taman Nasional Alas Purwo?
3. Bagaimana pengaruh faktor abiotik terhadap keberadaan serta jumlah jenis
infauna tanah di Taman Nasional Alas Purwo?
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang ada terdapat
beberapa tujuan yang harus dicapai dari penelitian yaitu:
1. Mengetahui kanekaragaman, kekayaan serta kemerataan infauna tanah di
Taman Nasional Alas Purwo.
2. Mengetahui perbedaan kondisi keanekaragaman, kekayaan dan kemerataan
infauna tanah dari daerah yang paling dekat pantai hingga yang paling jauh dari
pantai di Taman Nasional Alas Purwo.
3. Mengetahui pengaruh faktor abiotik terhadap keberadaan serta jumlah jenis
infauna tanah di Taman Nasional Alas Purwo.
D. Batasan Masalah Penelitian
Batasan masalah pada penelitian ini mencakup semua infauna tanah yang
berada pada tanah sampel yang diambil dari hutan pantai Trianggulasi, kawasan
Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi.
E. Definisi Operasional
KKL adalah salah satu kegiatan yang masuk kedalam kegiatan belajar
mengajar yang dilakukan langsung dilapangan. KKL ini bertujuan untuk
memantapkan ilmu yang didapat pada saat pembelajaran di kelas. Salah satu
kegiatan yang dilakukan saat KKL matakuliah ekologi adalah melekuakn
peneliian tentang infauna tanah. Penelitian infauna tanah ini dilakukan dengan 2
metode yaitu metode dekantasi kering atau disebut juga barless tulgreen dan
dekantasi basah. Metode barles tulgreen dilakukan dengan menggunakan corong
dan kassa kawat sedangkan dekantasi basah dilakukan dengan menggunakan
saringan bertingkat.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Taman Nasional Alas Purwo yang merupakan salah satu perwakilan
ekosistem hutan hujan dataran rendah di Pulau Jawa, secara umum memiliki
kondisi topografi yang bergelombang, berbukit dan bergunung-gunung dengan
variasi mulai dari dataran pantai sampai dengan ketinggian ± 322 meter di atas
permukaan air laut (Gunung Linggamanis). Sedangkan iklimnya termasuk tipe B
dengan curah hujan antara 1000-1500 mm/tahun, temperatur udara 22° - 31° C
dan kelembaban udara 40-85%.
Gambar 1.1 Peta Wilayah Taman Nasional Alas Purwo,Banyuwangi
A. Pengertian Fauna Tanah
Fauna tanah adalah hewan yang menempati tanah sebagai habitatnya.
Menurut Adianto (1980) dalam Fatawi (2002) kehadiran fauna tanah pada
habitatnya tidak sama, ada yang secara temporer dan ada pula yang menetap.
Menurut Adianto (1980) dalam Fatawi (2002) fauna tanah secara umum
dapat dikelompokkan berdasarkan ukuran tubuh, ketergantungan terhadap air,
kehadirannya di tanah dan menurut tempat hidupnya.
Berdasarkan ukurannya, Van Der Driff (1951) dalam Fatawi (2002)
membagi fauna tanah menjadi empat kategori sebagai berikut:
 Mikrofauna : hewan tanah yang memiliki ukuran tubuh 20-200 mikron
 Mesofauna : hewan tanah yang memiliki ukuran tubuh 200 mikron-2 mm
 Makrofauna : hewan tanah yang memiliki ukuran tubuh 2-20 mm
 Megafauna : hewan tanah yang memiliki ukuran tubuh 20-200 mm
Berdasarkan kehadirannya, fauna tanah dibagi menjadi:
 Fauna tanah yang temporer, yaitu golongan hewan tanah yang memasuki tanah
dengan tujuan bertelur, setelah menetas dan berkembang menjadi dewasa,
hewan akan keluar dari tanah.
Misalnya: Diptera.
 Fauna tanah yang transien, yaitu hewan yang seluruh daur hidupnya
berlangsung di atas tanah.
Misalnya: kumbang dari famili Conccinelidae.
 Fauna tanah yang periodik, yaitu hewan yang seluruh daur hidupnya ada di
dalam tanah, hanya sesekali hewan dewasa keluar dari dalam tanah untuk
mencari makanan dan setelah itu masuk kembali ke dalam tanah.
Misalnya: ordo Forficula, Chelisolches, Collembola, dan Acarina.
 Fauna tanah yang permanen, yaitu hewan yang seluruh daur hidupnya ada di
dalam tanah, dan tidak pernah keluar dari dalam tanah.
Misalnya: Nematoda tanah, Protozoa, dan Rotifera.
Menurut Adianto (1980) dalam Fatawi (2002) berdasarkan sifat
ketergantungan terhadap air, fauna tanah terbagi menjadi:
 Hidrobiontes, yaitu fauna tanah yang membutuhkan air relatif banyak untuk
aktifitas hidupnya.
Misalnya: Cilliata dan Flagelata.
 Higrofil, yaitu fauna tanah yang tidak menyukai air terlalu banyak untuk
syarat hidup optimalnya.
Misalnya: Collembola.
 Xerofil, yaitu fauna tanah yang lebih menyukai habitat kering.
Misalnya: jenis laba-laba.
Pengelompokan fauna tanah menurut tempat hidupnya dalam Ross (1965),
dibagi menjadi:
 Treefauna, yaitu hewan yang hidup di pohon.
 Epifauna, yaitu hewan yang hidup di permukaan tanah.
 Infauna, yaitu hewan yang hidup di dalam tanah.
Salah satu organisme yang berperan sangat besar dalam perbaikan
kesuburan tanah adalah fauna tanah. Proses dekomposisi dalam tanah tidak akan
mampu berjalan dengan cepat bila tidak ditunjang oleh kegiatan makrofauna
tanah. Makrofauna tanah mempunyai peranan penting dalam dekomposisi bahan
organik tanah dalam penyediaan unsur hara. Makrofauna akan merombak
substansi nabati yang mati, kemudian bahan tersebut akan dikeluarkan dalam
bentuk kotoran.
Secara umum, keberadaan aneka macam fauna tanah pada tanah yang
tidak terganggu-seperti padang rumput- karena siklus hara berlangsung secara
kontinyu. (Arief, 2001). Fauna tanah memainkan peranan yang sangat penting
dalam perombakan zat atau bahan-bahan organik dengan cara :
1. Menghancurkan jaringan secara fisik dan meningkatkan ketersediaan daerah
bagi aktifitas bakteri dan jamur,
2. Melakukan perombakan bahan pilihan seperti gula, sellulosa dan sejenislignin,
3. Merubah sisa-sisa tumbuhan menjadi humus,
4. Menggabungkan bahan yang membusuk pada lapisan tanah bagian atas.
5. Membentuk bahan organik dan bahan mineral tanah (Barnes, 1997).
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan fauna tanah adalah:
1. Struktur tanah berpengaruh pada gerakan dan penetrasi fauna tanah;
2. Kelembaban tanah dan kandungan hara berpengaruh terhadap perkembangan
dalam daur hidup;
3. Suhu tanah mempengaruhi peletakan telur;
4. Cahaya dan tata udara mempengaruhi kegiatannya.
Menurut Rahmawati (2006) untuk mendapatkan infauna tanah, dapat
digunakan metode barlese tullgren funnel dan dekantasi basah. Cara kerja Barlese
Tullgren Funnel adalah tanah sampel yang diambil ditaruh diatas saringan atau
kasa nyamuk yang telah ada didalam corong. Kemudian set barles berisi tanah
ditempatkan dibawah sinar matahari dimulai saat matahari hampir terbit.
Prinsipnya hewan tanah tersebut akan jatuh kedalam wadah penampung karenan
hewan tersebut bersifat fototaksis negatif. Sedangkan pada dekantasi
menggunakan sarana saringan bertingkat atau saringan pipa yang akhirnya
diharapkan infauna tanah akan mengendap dibagian bawah.
B. Keanekaragaman Fauna Tanah
Keanekaragam jenis adalah suatu keragaman atau perbedaan di antara
anggota-anggota suatu kelompok spesies. Suatu komunitas mempunyai
keragaman jenis tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak spesies (jenis)
dengan kelimpahan spesies yang sama atau hampir sama. Sebaliknya jika
komunitas itu disusun oleh sangat sedikit spesies yang dominan maka
keanekaragaman jenisnya rendah (Soegianto, 1994 dalam Junaidah, 2001).
Ada dua faktor penting yang mempengaruhi keanekaragaman hewan
tanah, yaitu kekayaan jenis (Indeks Richness) dan kemerataan spesies (Indeks
Evennes). Pada komunitas yang stabil Indeks Richness dan Indeks Evennes tinggi.
Sedangkan pada komunitas yang terganggu karena adanya campur tangan
manusia kemungkinan Indeks Richness dan Indeks Evennes randah.
Menurut Junaidah (2001) komponen utama dari keanekaragaman adalah
kesama-rataan atau equitibilitas dalam pembagian individu yang merata di antara
jenis, fungsi Shanon atau indeks H, menggabungkan komponen keanekaragaman
(variety) dan komponen kemerataan (evennes) sebagai indeks keanekaragaman
keseluruhan.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kenekaragaman dan Distribusi Fauna
Tanah
Faktor lingkungan berperan sangat penting dalam menyusun berbagai
pola penyebaran fauna tanah. Faktor biotik dan abiotik bekerja secara bersama-
sama dalam suatu ekosistem, menentukan kehadiran, kelimpahan, dan penampilan
organisme.
Menurut Andayani (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi
keanekaragaman fauna tanah antara lain:
1. Faktor biotik
a) Pertumbuhan populasi
b) Interaksi antar spesies, berupa:
1. kompetisi
2. predator
2. Faktor abiotik
a) Kelembaban tanah
b) Suhu tanah
c) pH tanah
Bahan:
- Alkohol 70%
- Botol plakon
- Plastik
- Formalin
- Kertas label
Alat:
- Corong
- Kassa kawat
- Botol aqua
- Alat tulis
- Mikroskop
- Animal chamber
- Lembar data
- Pipit tetes
- Cetok
- Gelas air mineral
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah secara deskiriptif (digunakan
untuk menggambarkan kondisi lingkungan di Taman Nasional Alas Purwo) dan
dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.
A. Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 19-22 Maret 2015. Pengambilan
sampel tanah untuk metode Barleese Tulgreen dan dekantasi basah dilaksanakan
bersamaan dengan kegiatan praktikum analisis vegetasi pada tanggal 20 Maret
2015 dengan masing-masing 3 ulangan. Pemasangan alat Barleese Tulgreen
dilakukan pagi hari di kawasan pantai Triangulasi Taman Nasional Alas Purwo
tanggal 21 Maret 2015 dan pengambilan hasil Barleese Tulgreen dilaksanakan
pada sore hari. Penelitian dekantasi basah dengan menggunakan seringan
bertingkat dilakukan pada tanggal 24 maret 2015 di gedung Biologi. Identifikasi
hewan yang ditemukan dilakukan selama 4 kali pertemuan di ruang 109 gedung
Biologi.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dari penilitian ini adalah seluruh infauna tanah di hutan pantai
Trianggulasi, kawasan Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi. Sedangkan
sampel dari penelitian ini adalah seluruh hewan tanah yang terdapat di tanah
sampel pada 20 stasiun di hutan pantai Trianggulasi, kawasan Taman Nasional
Alas Purwo, Banyuwangi.
C. Alat dan Bahan
1. Barless tullgreen
Alat:
- Saringan bertingkat
- Nampan
- Kuas
- Pipet tetes
- Mikroskop
- Animal chamber
- Alat tulis
- Lembar data
- Cetok
- Gelas air mineral
-
Bahan:
- Air
- Botol plakon
- Formalin
- Kertas label
2. Dekantai basah
D. Prosedur Kerja
1. Barless tullgreen
Menyiapkan set Barleese Tulgreen, siap dengan botol mineral yang telah
berisi alkohol 70%
mengambil 1 gelas air mineral sampel tanah yang telah diambil pada hari
sebelumnya dengan tebal maksimal ± 5 cm sebanyak 3 kali ulangan secara
acak pada satu plot saja untuk masing-masing kelompok.
Memasukkan sampel tanah dalam corong pada set Barleese Tulgreen
menjemur Barleese Tulgreen di tepi pantai selama ±1 hari
Mengambil alkohol berisi hewan tanah untuk kemudian dipindah ke dalam
plakon dan ditetesi formalin sebelum di identifikasi di gedung Biologi.
Data yang telah diperoleh dimasukkan ke dalam tabel sementara untuk
kemudian dilakukan kompilasi dengan semua plot.
2. Dekantasi basah
2.a Pengambilan sampel Tanah
Mengambil sampel tanah dari salah satu plot yang digunakan sewaktu
pembuatan pithfall trap. Kelompok kami mengambil sampel tanah di plot ke-9
dengan 3 ulangan.
Sampel tanah dimasukkan ke dalam plastik. Pengambilan tanah menggunakan
cethok dan tidak terlalu mendapat tekanan.
Sampel tanah disimpan dengan membuat bolongan pada plastik. Diusahakan
masih ada Oksigen yang masuk, sehingga dimungkinkan hewan-hewan yang
terdapat di dalam tanah tidak mati.
Sampel tanah dibawa ke gedung Biologi untuk melalui langkah identifikasi
2.b. Dekantasi dan identifikasi epifauna
Sampel tanah yang telah dibawa kemudian dimasukkan ke dalam nampan/bak
plastik dan diberi air.
Kotoran yang terlihat di permukaan air dibuang lalu tanah dan air diaduk
hingga dimungkinkan fauna di dalam tanah terdapat di permukaan air
Air tanah tersebut disaring menggunakan saringan dekantasi dan dimasukkan
ke dalam botol plakon sebagai sampel
Sampel air tanah tersebut diberi formalin 7% supaya hewan yang didapat awet
Identifikasi menggunakan pengamatan di bawah mikroskop cahaya langsung
Data yang telah diperoleh dimasukkan ke dalam tabel sementara untuk
kemudian dilakukan kompilasi dengan semua plot.
E. Teknik Tabulasi Data
Pengambilan data dilakukan dengan cara mengidentifikasi spesies hewan
tanah yang ditemukan pada setiap plot. Kemudian data yang diperoleh
dikompilasikan dan dimasukkan ke dalam tabel berikut:
Tabel3.1 keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan jenis hewan tanah di hutan
pantai Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi

No taksa Plot
1 2 3 4 .....
.
17 18 19 20
1
2
Jumlah
Rata-rata
H’
E
R
F. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh kemudian dianalisis indeks keragaman, indeks
kemerataan, dan indeks kekayaan jenis pada masing-masing stasiun.
1) Indeks keanekaragaman Shanon – Wiener
H’ = - Pi ln Pi
Keterangan: Pi = n/N
H’ : Indeks keanekaragaman Shanon – Wiever
n : Jumlah masing-masing spesies
N : Jumlah total spesies dalam sampel
(Ludwig dan Reynolda, 1998 dalam Junaidah, 2001)
2) Setelah memperoleh indeks keanekaragaman Shanon–Wiener, selanjutnya
menghitung nilai indeks kemerataan (Evennes) dengan rumus:
S
H
E
.ln
'

Keterangan: E : Indeks kemerataan evennes
H’ : Indeks keanekaragaman Shanon – Wiever
S : Jumlah spesies (n1, n2, n3, …..)
(Ludwig dan Reynolda, 1998 dalam Junaidah, 2001)
3) Selanjutnya dihitung nilai kekayaan dengan menggunakan rumus indeks
Richness:
N
S
.ln
1
R
Keterangan: R : Indeks Richness
S : Jumlah spesies (n1, n2, n3, …..)
N : Total individu dalam pengambilan sampel
(Ludwig dan Reynolda, 1998 dalam Junaidah, 2001)
BAB IV
DATA DAN ANALISIS DATA
A. Data
Tabel 4.1 data pengamatan Barless tulgreen.
Taksa
plot
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Componotus caryae 1
Onthopagus sp 1
Proisotominae 1
Isotomiela sp 2
Symphypleona sp 1
Acarina sp 1
Entomobrymorpha 2
Sclorophendra opcura 1
Phillophaga rugosa 1
Pronura sp 1
Isotomodes 1
Siamanura 1
ixodesricinus 5
Protophonura absolon 1
Thalassaphorura
bagnal 3
Prabhergiasalmon 5
Crytopygus willem 1
Onychiusrus gervais 4
salina macgilivary 2
Eurycotis floridana 1
Hemisotoma sp 2
Planococcuscitri 2
Tabel 4.2 data pengamatan Dekantasi Basah
Taksa
plot
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
colembola sp 2 1
Fibricius (kutu
kecil) 1
Cacing 1
Fibricius (kutu 1
B. Analisis Data
Berdasarkan hasil analisis data dari data yang telah didapatkan, didapatkan
hasil nilai H’, E dan R sebagai berikut:
Tabel 4.3 data indeks H’, E dan R barless tullgreen
Plot ke- H’ E R
1 0 0 0
2 1,05492 0,96023 1,24267
3 0 0 0
4 1,7911 0,9205 1,97075
5 0 0 0
lemu)
Ponera sp 1
Allacma sp 1
Folsomia candida 2 1 2 1 1
Protophonura
absolon 1
Paranura akselson 1 1
Dicranocetrus sp 1
Isotomodes
bahiensis 1 1
Atrax sp 1
kutu kayu gunung 1
Acarina sp 1 2
Isotomiella sp 1 4
Protaphorura 8
Hemistoma 5
Chypoderu 1
Prabhergia 3
Cherontiella 2
Willenia 1
Deuterabella 4
Paleonura 1
Folsomides
parvulus 1
Ceratarimeria
borner 1
6 1,08961 1 1,82048
7 1,0397208 0.94539433 1,442695
8 0 0 0
9 0 0 0
10 1,03972077 0.94539433 1,44269504
11 0 0 0
12 0 0 0
13 0 0 0
14 0 0 0
15 0 0 0
16 0 0 0
17 0 0 0
18 0 0 0
19 0 0 0
20 0.69334781 1 1,4426892
Apabila hasil analisis tersebut dinyatakan dalam bentuk rafik, maka akan
didapat grafik sebagai berikut:
Gambar 4.1 grafik nilai H’, E, R
0
1.05492
0
1.7911
0
1.089611.0397208
0 0
1.0397208
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.69334781
0
0.96023
0
0.9205
0
1 0.94539433
0 0
0.94539433
0 0 0 0 0 0 0 0 0
1
0
1.24267
0
1.97075
0
1.82048
1.442695
0 0
1.442695
0 0 0 0 0 0 0 0 0
1.4426892
0
0.5
1
1.5
2
2.5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Tabel nilai H', E dan R pada p
H'
E
R
Berdasarkan hasil analisis data, dari grafik pada gambar 4.1 dapat dilihat
bahwa keanekaragaman infauna tanah tertinggi berada pada plot 4, sedangkan
indeks kemerataan tertinggi berada pada plot 6 dan 20 dengan nilai E= 1. Indeks
kekayaan tertinggi berada pada plot 4 dengan nilai R= 1,97075.
Tabel 4.4 hasil analisis H’, E dan R pada Dekantasi basah
Plot ke- H’ E R
1 0 0 0
2 0 0 0
3 0 0 0
4 O,69315 1 0,69314
5 0 0 0
6 0 0 0
7 0 0 0
8 2,19132 0,88158 37,4132
9 0 0 0
10 0 0 0
11 0,956
0,869
3,892
12 0
0
0
13
1,3322
0,96096 4,8283
14
0
0 0
15 0 0
16 0 0 0
17 1,09861 1 2,77259
18 0 0 0
19 1,03972 0,94639 2,77259
20
1,38629 1
4,15888
Apabila hasil analisis data pada tabel 4.4 dinyatakan dalam grafik maka
akan didapatkan grafik sebagai berikut:
Gambar 4.2 Grafik nilai H’, E dan R dekantasi basah
Berdasarkan grafik pada ambar 4.2, dapat terlihat indekas keanekaragaman
infauna tertinggi berada pada plot 8. Sedangkan indeks kemerataan tertinggi
berada pada plot 4, 17 dan 20 dengan nilai E adalah 1. Indeks kekayaan tertinggi
berada pada plot 8.
0 0 0 0 0 0 0
2.19132
0 0 0.9560
1.3322
0 0 1.098610 1.039721.38629
0 0 0 1 0 0 0 0.881580 0 0.8690 0.960960 0 0 1 0 0.9463910 0 0 0.693140 0 0
37.4132
0 0
3.892
0
4.8283
0 0 0
2.77259
0
2.77259
4.15888
0
5
10
15
20
25
30
35
40
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Chart Title
H'
E
R
BAB V
PEMBAHASAN
Di alam akan banyak ditemui hewan dengan bentuk dan ukuran yang beragam.
Hewan tersebut memilki habitat masing-masing dengan kondisi yang berbeda-
beda. Kondisi habitat tempat tumbuh hewan akan mempengaruhi distribusi
populasi hewan di permukaan bumi. Menurut Dharmawan dkk (2005), habitat
adalah lingkungan yang cocock yang ditempati suatu populasi hewan. Tanah yang
ada di permukaan bumi merupakan salah satu hebitat bagi hewan tanah baik
epifauna maupun infauna.
Tanah merupakan salah satu komponen abiotik yang sangat penting bagi
kehidupan organisme terestrial. Menurut Sugiyanto ( 2003), tanah merupakan
suatu bagian dari ekosistem terestrial yang di dalamnya dihuni oleh berbagai jenis
organisme yang disebut biodiversitas tanah yang juga merupakan biodiversitas
alpha yang berperan dalam mempertahankan serta meningkatkan fungsi tanah
untuk emnopang kehidupan di dalam dan diatasnya.
Menurut Suin (1989), perkembangan hewan tanah tidak lepas dari
beberapa faktor biotik maupun abiotik pada habitatanya. Namaun, secara garis
beras faktor abiotiklah yang memilki peran paling signifikan terhadap keberadaan
oranisme. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi keberadaan infauna tanah
diantaranya pH tanah, kelembapan, pori tanah serta beberapa faktor abiotik lain.
Faktor lingkungan yang aling essensial bagi perkembangan hewan tanah adalah
temperatur, cahaya, kelembaban dan jumlah makanan yang tersedia.
Penelitian yang dilakukan di Taman Nasional Alas Purwo, pengambilan
sampel infauna tanah dilakukan melalui dua metode yaitu menggunakan dekantasi
basah dan barlese tullgreen. Kedua metode ini digunakan untuk mengetahui
metode pengambilan sampel yang lebih baik dengan melihat benyaknya spesies
hewan tanah yang diperoleh.
Berdasarkan analisis data, indeks keanekaragaman tertinggi dengan
menggunakan metode barles berada pada plot 4 sedangkan apabila menggunakan
metode dekantasi basah indeks keanekaragaman tertinggi berada pada plot 8.
Indeks kekayaan tertingi pada barless dan dekantasi basah sama dengan indeks
keanekaragaman hal ini dapat terjadi karena semakin tinggi keanekaragaman
infauna tanah yang ditemukan maka akan semakin tinggi pula kekayaan yang
dimiliki tanah tersebut. Sedangkan indeks kemerataan tertinggi pada barles berada
pada plot 6 dan 20 dengan nilai kemerataan 1. Pada metode dekantasi basah,
indeks kemerataan tertinggi berada pada plot 4,17 dan 20 dengan nilai yang sama
yaitu 1.
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa didapatkan hasil infauna
tanah yang berbeda pada dua metode tersebut. Hal ini terjadi karena adanya
perbedaan cara kerja pada kedua metode tersebut. Selain itu terdapat beberapa
kelompok yang tidak mendapatkan infaua tanah sama sekali dari kedua metode
tersebut. Hal ini mungkin terjadi karena tanah sampel tidak lansung digunakan
namun disimpan terlebih dahulu di dalam plastik yang diberi lubang seadanya
sehingga ada kemungkinan infauna yang berada di dalam tanah mati sehingga saat
menggunakan metode barles hewan tidak akan bergerak menjauhi panas karena
sudah mati. Tidak didapatkannya infauna tanah pada dekantasi basah
dimungkinkan karena infauna tanah terbuang saat melakukan pemisahan antara
sampah dengan air yang diharapkan di dalamnya terdapat infauna tanah.
Berdasarkan analisis data, dapat diketahui pula bahwa baik nilai indeks
keanekaragaman, kemerataan dan kekayaan yang dimiliki plot yang paling dekat
dengan pantai hingga terjauh dengan pantai tidak signifikan berbeda kecuali pada
plot 8 pada pengamatan dengan metode dekantasi basah. Hal ini terjadi karena
faktor abiotik lingkungan yang ada tidak berbeda jauh dari tempat yang paling
dekat pantai hingga yang paling jauh dari pantai. Contohnya nilai pH tanah yang
rata-rata 7 pada setiap plot dan hanya beberapa plot yang memilki nilai pH tanah
6.
Pada penelitian ini terdapat beberapa hal yang dapat memungkinkan
terjadinya invalid data yang didapat diantaranya adalah data yang didapat
merupakan data hasil kompilasi sehingga tidak semua stasiun melihat langsung
dan mengidentifikasi langsung infana yang didapat. Adanya pihak yang tidak
bertanggung jawab yang melakukan manipulasi data. Serta adanya beberapa
kelompok yang tidak melakukan kompilasi data sehingga dianggap tidak
menemukan infauna tanah yang akan menyebabkan tidak dapat diketahuinya
perbedaan komposisi serta jumlah infauna tanah yang dekat dengan pantai hingga
terjauh dari pantai.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, didapatkan
kesimpulan sebagai berikut:
- Indeks keanekaragaman tertiggi pada metode barles didapatkan pada plot 4
sedangkan pada metode dekantasi basah pada plot 8. Indeks kemerataan
tertiggi pada metode barles didapatkan pada plot 16 dan 20 sedangkan pada
metode dekantasi basah pada plot 4,17 dan 20. Indeks kekayaan tetinggi
terdapat pada plot yang sama dengan indeks keanekaragaman tertinggi.
- Tidak terdapat perbedaan H’, E dan R yang terlalu signifikan antara plot yang
paling dekat dengan pantai hingga yang terjauh dengan pantai.
- Faktor abiotik sangat berpengaruh terhadap kondisi serta nilai H’, E dan R.
B. Saran
Berdasarkan hasil praktikum terdapat beberapa saran yang perlu di
sampaikan diantaranya:
- Diberlakuaknnya deadline pengumpulan data setiap kelompok dengan tegas.
- Tanah sampel yang didapatkan langpsung digunakan untuk pengamatan,
kalaupun harus disimpan, disimpan ditepat yang memiliki cukup udara.
- Pemberian sanksi yang tegas untuk kelompok yang melakukan manipulasi
data.
DAFTAR RUJUAKAN
Andayani, Lilis. 2001. Studi Keanekaragaman Fauna Tanah Pascaerupsi Gunung
Kelud Kecamatan Ngancar Kediri. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:
FMIPA UM
Arief, A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Jakarta:Kanisius.
Barnes, B. V., Donald R. Z., Shirley R. D. and Stephen H. S. 1997. Forest
Ecology. 4th Edition. New York. John Wiley and Sons Inc.
Darmawan, Agus, dkk. 2005. Ekologi Hewan. Malang: FMIPA UM
Fatawi, Zaim. 2002. Studi Keanekaragaman Serangga Tanah (Epifauna) pada
Berbagai Ketinggian di Lereng Gunung Ijen Kabupaten Banyuwangi.
Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM
Junaidah. 2001. Keanekaragaman Serangga Tanah (Infauna) di Gunung Kelud
Kabupaten Kediri. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM
Maulidiyah, Ary. 2003. Studi Keanekaragaman Fauna Tanah (Infauna) di Puncak
Gunung Ijen Kabupaten Banyuwangi. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:
FMIPA UM
Rahmawati. 2006. Study Keanekaragaman Mesofauna Tanah Di Kawasan Hutan
Wisata Alam Sibolangit. www. Journal Fauna. Com
Ross, H.H. 1965. A Text Book of Entomology. 3th Edition. Ney York : John
Wiley & Sons
Sugiyarto. 2003. Konservasi Makrofauna Tanah dalam Sistem Agroforestri,
(Online), (http://pasca.uns.ac.id/wp-content/uploads/2009/02/sugiyarto-
konservasi-makrofauna-tanah.pdf), diakses 16 April 2014.
Suin, N. N.. 1989. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara. ITB. Bandung.

More Related Content

What's hot

Lichen
LichenLichen
Lichennana
 
Laporan praktikum 3 tata letak daun rumus daun dan diagram daun (morfologi tu...
Laporan praktikum 3 tata letak daun rumus daun dan diagram daun (morfologi tu...Laporan praktikum 3 tata letak daun rumus daun dan diagram daun (morfologi tu...
Laporan praktikum 3 tata letak daun rumus daun dan diagram daun (morfologi tu...Maedy Ripani
 
Laporan Praktikum Keanekaragaman hewan serangga
Laporan Praktikum Keanekaragaman hewan seranggaLaporan Praktikum Keanekaragaman hewan serangga
Laporan Praktikum Keanekaragaman hewan seranggaGoogle
 
PPT Morfologi Tumbuhan - Tata Letak, Rumus, dan Diagram Daun
PPT Morfologi Tumbuhan - Tata Letak, Rumus, dan Diagram DaunPPT Morfologi Tumbuhan - Tata Letak, Rumus, dan Diagram Daun
PPT Morfologi Tumbuhan - Tata Letak, Rumus, dan Diagram DaunAgustin Dian Kartikasari
 
Klasifikasi tumbuhan
Klasifikasi tumbuhanKlasifikasi tumbuhan
Klasifikasi tumbuhanmohtheaeng
 
Laporan praktikum 9 strobilus gymnospermae (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 9 strobilus gymnospermae (morfologi tumbuhan)Laporan praktikum 9 strobilus gymnospermae (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 9 strobilus gymnospermae (morfologi tumbuhan)Maedy Ripani
 
Powerpoint biologi annelida
Powerpoint biologi annelidaPowerpoint biologi annelida
Powerpoint biologi annelidaDini Rohmah
 
Laporan Praktikum Sistematika Hewan Invertebrata "Classis Arachnida dan Myria...
Laporan Praktikum Sistematika Hewan Invertebrata "Classis Arachnida dan Myria...Laporan Praktikum Sistematika Hewan Invertebrata "Classis Arachnida dan Myria...
Laporan Praktikum Sistematika Hewan Invertebrata "Classis Arachnida dan Myria...Biology Education
 
Laporan praktikum analisis vegetasi
Laporan praktikum analisis vegetasiLaporan praktikum analisis vegetasi
Laporan praktikum analisis vegetasiGoogle
 
Coelenterata meandrina meandrites
Coelenterata meandrina meandritesCoelenterata meandrina meandrites
Coelenterata meandrina meandritesSinggih Azwar Anas
 

What's hot (20)

Lichen
LichenLichen
Lichen
 
Laporan praktikum 3 tata letak daun rumus daun dan diagram daun (morfologi tu...
Laporan praktikum 3 tata letak daun rumus daun dan diagram daun (morfologi tu...Laporan praktikum 3 tata letak daun rumus daun dan diagram daun (morfologi tu...
Laporan praktikum 3 tata letak daun rumus daun dan diagram daun (morfologi tu...
 
CHLOROPHYTA
CHLOROPHYTACHLOROPHYTA
CHLOROPHYTA
 
Biologi : aves
Biologi :   avesBiologi :   aves
Biologi : aves
 
Laporan Praktikum Keanekaragaman hewan serangga
Laporan Praktikum Keanekaragaman hewan seranggaLaporan Praktikum Keanekaragaman hewan serangga
Laporan Praktikum Keanekaragaman hewan serangga
 
4. Morfologi Bunga
4. Morfologi Bunga4. Morfologi Bunga
4. Morfologi Bunga
 
Myriapoda (Chilopoda)
Myriapoda (Chilopoda)Myriapoda (Chilopoda)
Myriapoda (Chilopoda)
 
Fisiologi serangga
Fisiologi seranggaFisiologi serangga
Fisiologi serangga
 
Makalah morfologi daun
Makalah morfologi daunMakalah morfologi daun
Makalah morfologi daun
 
PPT Morfologi Tumbuhan - Tata Letak, Rumus, dan Diagram Daun
PPT Morfologi Tumbuhan - Tata Letak, Rumus, dan Diagram DaunPPT Morfologi Tumbuhan - Tata Letak, Rumus, dan Diagram Daun
PPT Morfologi Tumbuhan - Tata Letak, Rumus, dan Diagram Daun
 
Klasifikasi tumbuhan
Klasifikasi tumbuhanKlasifikasi tumbuhan
Klasifikasi tumbuhan
 
Laporan praktikum 9 strobilus gymnospermae (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 9 strobilus gymnospermae (morfologi tumbuhan)Laporan praktikum 9 strobilus gymnospermae (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 9 strobilus gymnospermae (morfologi tumbuhan)
 
Powerpoint biologi annelida
Powerpoint biologi annelidaPowerpoint biologi annelida
Powerpoint biologi annelida
 
Laporan Praktikum Sistematika Hewan Invertebrata "Classis Arachnida dan Myria...
Laporan Praktikum Sistematika Hewan Invertebrata "Classis Arachnida dan Myria...Laporan Praktikum Sistematika Hewan Invertebrata "Classis Arachnida dan Myria...
Laporan Praktikum Sistematika Hewan Invertebrata "Classis Arachnida dan Myria...
 
Model Arsitektur Pohon
Model Arsitektur PohonModel Arsitektur Pohon
Model Arsitektur Pohon
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Laporan praktikum analisis vegetasi
Laporan praktikum analisis vegetasiLaporan praktikum analisis vegetasi
Laporan praktikum analisis vegetasi
 
Coelenterata meandrina meandrites
Coelenterata meandrina meandritesCoelenterata meandrina meandrites
Coelenterata meandrina meandrites
 
Praktikum amfibi
Praktikum amfibiPraktikum amfibi
Praktikum amfibi
 
Evolusi Vertebrata 1
Evolusi Vertebrata 1Evolusi Vertebrata 1
Evolusi Vertebrata 1
 

Viewers also liked

Presentation klinometer
Presentation klinometerPresentation klinometer
Presentation klinometerfay Rafida
 
Ekosistem Darat : Tundra Oleh Ira Rosdiana
Ekosistem Darat : Tundra Oleh Ira RosdianaEkosistem Darat : Tundra Oleh Ira Rosdiana
Ekosistem Darat : Tundra Oleh Ira RosdianaIra Rosy
 
Trigonometri SMKN 1 Cimahi
Trigonometri SMKN 1 CimahiTrigonometri SMKN 1 Cimahi
Trigonometri SMKN 1 CimahiSyauqi Asyhabira
 
Laporan aplikasi metode pengukuran vegetasi
Laporan aplikasi metode pengukuran vegetasiLaporan aplikasi metode pengukuran vegetasi
Laporan aplikasi metode pengukuran vegetasiFirlita Nurul Kharisma
 
Rancangan Percobaan (faktorial)
Rancangan Percobaan (faktorial)Rancangan Percobaan (faktorial)
Rancangan Percobaan (faktorial)Dian Arisona
 
Teori evolusi Power Point
Teori evolusi Power PointTeori evolusi Power Point
Teori evolusi Power PointHusain Anker
 
Habitat nisia dan tipe tipe ekosistem
Habitat nisia dan tipe tipe ekosistemHabitat nisia dan tipe tipe ekosistem
Habitat nisia dan tipe tipe ekosistemAyashira Desely
 
Laporan Praktikum Ekologi Terestrial: Tanah dan dekomposisi
Laporan Praktikum Ekologi Terestrial: Tanah dan dekomposisiLaporan Praktikum Ekologi Terestrial: Tanah dan dekomposisi
Laporan Praktikum Ekologi Terestrial: Tanah dan dekomposisiJeanne Isbeanny LFH
 

Viewers also liked (14)

Presentation klinometer
Presentation klinometerPresentation klinometer
Presentation klinometer
 
Ekosistem Darat : Tundra Oleh Ira Rosdiana
Ekosistem Darat : Tundra Oleh Ira RosdianaEkosistem Darat : Tundra Oleh Ira Rosdiana
Ekosistem Darat : Tundra Oleh Ira Rosdiana
 
Trigonometri SMKN 1 Cimahi
Trigonometri SMKN 1 CimahiTrigonometri SMKN 1 Cimahi
Trigonometri SMKN 1 Cimahi
 
Laporan aplikasi metode pengukuran vegetasi
Laporan aplikasi metode pengukuran vegetasiLaporan aplikasi metode pengukuran vegetasi
Laporan aplikasi metode pengukuran vegetasi
 
Ekosistem taiga
Ekosistem taigaEkosistem taiga
Ekosistem taiga
 
Bioma Hutan Gugur
Bioma Hutan GugurBioma Hutan Gugur
Bioma Hutan Gugur
 
Laporan 1 alat ek um
Laporan 1 alat ek umLaporan 1 alat ek um
Laporan 1 alat ek um
 
Ekosistem Taiga
Ekosistem TaigaEkosistem Taiga
Ekosistem Taiga
 
Rancangan Percobaan (faktorial)
Rancangan Percobaan (faktorial)Rancangan Percobaan (faktorial)
Rancangan Percobaan (faktorial)
 
Bioma Hutan Hujan Tropis
Bioma Hutan Hujan TropisBioma Hutan Hujan Tropis
Bioma Hutan Hujan Tropis
 
Teori evolusi Power Point
Teori evolusi Power PointTeori evolusi Power Point
Teori evolusi Power Point
 
Habitat nisia dan tipe tipe ekosistem
Habitat nisia dan tipe tipe ekosistemHabitat nisia dan tipe tipe ekosistem
Habitat nisia dan tipe tipe ekosistem
 
Laporan Praktikum Ekologi Terestrial: Tanah dan dekomposisi
Laporan Praktikum Ekologi Terestrial: Tanah dan dekomposisiLaporan Praktikum Ekologi Terestrial: Tanah dan dekomposisi
Laporan Praktikum Ekologi Terestrial: Tanah dan dekomposisi
 
MODUL PRAKTIK BIOLOGI Kelas X
MODUL PRAKTIK BIOLOGI Kelas XMODUL PRAKTIK BIOLOGI Kelas X
MODUL PRAKTIK BIOLOGI Kelas X
 

Similar to 1. laporan barles kel 14 kkl ekologi alas purwo (fix)

Laporan ekologi dan lingkungan
Laporan ekologi dan lingkunganLaporan ekologi dan lingkungan
Laporan ekologi dan lingkunganRicky Ramadhan
 
Laporan ekoper padang pasir dan berbatu
Laporan ekoper padang pasir dan berbatuLaporan ekoper padang pasir dan berbatu
Laporan ekoper padang pasir dan berbatuDeden Reinaldi
 
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANGKOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANGMustain Adinugroho
 
Pendahuluan lahan pertanian di indonesia
Pendahuluan lahan pertanian di indonesiaPendahuluan lahan pertanian di indonesia
Pendahuluan lahan pertanian di indonesiadebbyustari2
 
Dampak Perubahan Iklim terhadap Ekologi Laut
Dampak Perubahan Iklim terhadap Ekologi LautDampak Perubahan Iklim terhadap Ekologi Laut
Dampak Perubahan Iklim terhadap Ekologi LautDadang Setiawan
 
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...Mujiyanto -
 
Laporan tetap praktikum fisiologi tumbuhan ii pengaruh pemberian pupuk kandan...
Laporan tetap praktikum fisiologi tumbuhan ii pengaruh pemberian pupuk kandan...Laporan tetap praktikum fisiologi tumbuhan ii pengaruh pemberian pupuk kandan...
Laporan tetap praktikum fisiologi tumbuhan ii pengaruh pemberian pupuk kandan...f' yagami
 
Laporan hasil observasi tritih
Laporan hasil observasi tritihLaporan hasil observasi tritih
Laporan hasil observasi tritihWisda Putri
 
laporan praktikum Ekologi perairan di danau
laporan praktikum Ekologi perairan di danaulaporan praktikum Ekologi perairan di danau
laporan praktikum Ekologi perairan di danauHanna Silvia'mick
 
Laporan estimasi populasi gastropoda dan makrobentos
Laporan estimasi populasi gastropoda dan makrobentosLaporan estimasi populasi gastropoda dan makrobentos
Laporan estimasi populasi gastropoda dan makrobentosPT. SASA
 
Mengetahui persebaran flora dan fauna di Indonesia
Mengetahui persebaran flora dan fauna di IndonesiaMengetahui persebaran flora dan fauna di Indonesia
Mengetahui persebaran flora dan fauna di IndonesiaAMariaChristinASihom
 
Buku ajar-klasifikasi-tanah-dan-kesesuaian-lahan
Buku ajar-klasifikasi-tanah-dan-kesesuaian-lahanBuku ajar-klasifikasi-tanah-dan-kesesuaian-lahan
Buku ajar-klasifikasi-tanah-dan-kesesuaian-lahanDanur Qahari
 
Ringkasan eksekutif karang unhas
Ringkasan eksekutif karang unhasRingkasan eksekutif karang unhas
Ringkasan eksekutif karang unhasYuga Rahmat S
 
BAB I & II KUALITAS AIR Kel 9 (1).docx
BAB I & II KUALITAS AIR Kel 9 (1).docxBAB I & II KUALITAS AIR Kel 9 (1).docx
BAB I & II KUALITAS AIR Kel 9 (1).docxAbdullahFaqih26
 
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Studi K...
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Studi K...ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Studi K...
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Studi K...Hanifah Nurhayati
 
MAKALAH PRODUKTIVITAS.docx
MAKALAH PRODUKTIVITAS.docxMAKALAH PRODUKTIVITAS.docx
MAKALAH PRODUKTIVITAS.docxNina909058
 
01 rpp klp 3. 7 c
01 rpp klp 3. 7 c01 rpp klp 3. 7 c
01 rpp klp 3. 7 cbinasuci
 
01 rpp klp 3. 7 c
01 rpp klp 3. 7 c01 rpp klp 3. 7 c
01 rpp klp 3. 7 cbinasuci
 
01 rpp klp 3. 7 c
01 rpp klp 3. 7 c01 rpp klp 3. 7 c
01 rpp klp 3. 7 cbinasuci
 

Similar to 1. laporan barles kel 14 kkl ekologi alas purwo (fix) (20)

Laporan ekologi dan lingkungan
Laporan ekologi dan lingkunganLaporan ekologi dan lingkungan
Laporan ekologi dan lingkungan
 
Laporan ekoper padang pasir dan berbatu
Laporan ekoper padang pasir dan berbatuLaporan ekoper padang pasir dan berbatu
Laporan ekoper padang pasir dan berbatu
 
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANGKOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI PLANKTON DI PERAIRAN TELUK SEMARANG
 
Pendahuluan lahan pertanian di indonesia
Pendahuluan lahan pertanian di indonesiaPendahuluan lahan pertanian di indonesia
Pendahuluan lahan pertanian di indonesia
 
Dampak Perubahan Iklim terhadap Ekologi Laut
Dampak Perubahan Iklim terhadap Ekologi LautDampak Perubahan Iklim terhadap Ekologi Laut
Dampak Perubahan Iklim terhadap Ekologi Laut
 
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...
Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di kawasan desa parang,...
 
Laporan tetap praktikum fisiologi tumbuhan ii pengaruh pemberian pupuk kandan...
Laporan tetap praktikum fisiologi tumbuhan ii pengaruh pemberian pupuk kandan...Laporan tetap praktikum fisiologi tumbuhan ii pengaruh pemberian pupuk kandan...
Laporan tetap praktikum fisiologi tumbuhan ii pengaruh pemberian pupuk kandan...
 
Laporan hasil observasi tritih
Laporan hasil observasi tritihLaporan hasil observasi tritih
Laporan hasil observasi tritih
 
laporan praktikum Ekologi perairan di danau
laporan praktikum Ekologi perairan di danaulaporan praktikum Ekologi perairan di danau
laporan praktikum Ekologi perairan di danau
 
Laporan estimasi populasi gastropoda dan makrobentos
Laporan estimasi populasi gastropoda dan makrobentosLaporan estimasi populasi gastropoda dan makrobentos
Laporan estimasi populasi gastropoda dan makrobentos
 
Mengetahui persebaran flora dan fauna di Indonesia
Mengetahui persebaran flora dan fauna di IndonesiaMengetahui persebaran flora dan fauna di Indonesia
Mengetahui persebaran flora dan fauna di Indonesia
 
Nugroho, galih adi
Nugroho, galih adiNugroho, galih adi
Nugroho, galih adi
 
Buku ajar-klasifikasi-tanah-dan-kesesuaian-lahan
Buku ajar-klasifikasi-tanah-dan-kesesuaian-lahanBuku ajar-klasifikasi-tanah-dan-kesesuaian-lahan
Buku ajar-klasifikasi-tanah-dan-kesesuaian-lahan
 
Ringkasan eksekutif karang unhas
Ringkasan eksekutif karang unhasRingkasan eksekutif karang unhas
Ringkasan eksekutif karang unhas
 
BAB I & II KUALITAS AIR Kel 9 (1).docx
BAB I & II KUALITAS AIR Kel 9 (1).docxBAB I & II KUALITAS AIR Kel 9 (1).docx
BAB I & II KUALITAS AIR Kel 9 (1).docx
 
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Studi K...
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Studi K...ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Studi K...
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN (Studi K...
 
MAKALAH PRODUKTIVITAS.docx
MAKALAH PRODUKTIVITAS.docxMAKALAH PRODUKTIVITAS.docx
MAKALAH PRODUKTIVITAS.docx
 
01 rpp klp 3. 7 c
01 rpp klp 3. 7 c01 rpp klp 3. 7 c
01 rpp klp 3. 7 c
 
01 rpp klp 3. 7 c
01 rpp klp 3. 7 c01 rpp klp 3. 7 c
01 rpp klp 3. 7 c
 
01 rpp klp 3. 7 c
01 rpp klp 3. 7 c01 rpp klp 3. 7 c
01 rpp klp 3. 7 c
 

1. laporan barles kel 14 kkl ekologi alas purwo (fix)

  • 1. ANALISIS FAUNA TANAH DENGAN METODE DEKANTASI KERING DAN DEKANTASI BASAH DI HUTAN PANTAI TRIANGGULASI KAWASAN TAMAN NASIONAL ALAS PURWO BANYUWANGI LAPORAN KKL Untuk memenuhi tugas Matakuliah Ekologi yang dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Suhadi, M.Si dan Dr. Hadi Suwono, M.Si. Oleh: Kelompok 14/ Offering A Charinda Bella Ramadhiana (130341603396) Lilik Anggraini (130341603396) Muasshomah Wardatun Ni’am (130341603372) Nabilla Gezy Amaringga (130341604792) Ricky Angga Pratama (130341603384) Rosita Ariyanti (130341603364) Santy Faiqotul Himmah (1303416033 ) Shafura Nida Ul Jannah (130341614821) UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI April 2015
  • 2. KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan KKL analisis fauna tanah dengan metode dekantasi kering dan dekantasi basah di hutan pantai trianggulasi kawasan Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi. Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas Matakuliah Ekologi. Penyelesaian Laporan KKL analisis fauna tanah dengan metode dekantasi kering dan dekantasi basah di hutan pantai trianggulasi kawasan Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi ini tentunya tidak lepas dari peran pihak-pihak yang telah memberikan saran, petunjuk dan bimbingan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Suhadi, M.Si dan Dr. Hadi Suwono, M.Si selaku dosen pengampu Matakuliah Ekologi; 2. kakak-kakak Asisten Dosen Matakuliah Ekologi; 3. pihak Departeman Kehutanan Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi; 4. teman-teman Jurusan Biologi 2013 dan semua yang telah membantu sehingga tugas ini dapat terselesaikan tepat waktu. Penulis menyadari bahwa Laporan KKL analisis fauna tanah dengan metode dekantasi kering dan dekantasi basah di hutan pantai trianggulasi kawasan Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi ini masih sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan dari semua pihak. Malang, 12 April 2015 Penulis
  • 3. DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL................................................................................. KATA PENGANTAR .................................................................................. DAFTAR ISI................................................................................................ BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. A. Latar Belakang................................................................................. B. Rumusan Masalah........................................................................... C. Tujuan.............................................................................................. D. Batasan Masalah.............................................................................. E. Batasan Masalah.............................................................................. BAB II KAJIAN PUSTAKA........................................................................ A. Pengertian Fauna Tanah................................................................... B. Keanekaragaman Fauna Tanah ........................................................ C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberadaan dan Distribusi Fauna Tanah..................................................................................... BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... A. Waktu dan Tempat.......................................................................... B. Populasi dan Sampel....................................................................... C. Alat dan Bahan................................................................................ D. Prosedur Kerja................................................................................ E. Teknik tabulasi data........................................................................ F. Teknik analisis data ........................................................................ BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA.................................................... A. Data.................................................................................................. B. Analisis Data.................................................................................... BAB V PEMBAHASAN .............................................................................. BAB VI PENUTUP...................................................................................... A. Kesimpulan...................................................................................... B. Saran............................................................................................... DAFTAR RUJUKAN................................................................................... LAMPIRAN ................................................................................................
  • 4. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman Nasional Alas Purwo terletak di ujung timur pulau Jawa. Tepatnya di kecamatan Tegal delimo Kabupaten Daerah Tingkat II Banyuwangi. Alas Purwo merupakan suaka marga satwa sekaligus Taman Nasional dengan luas 430.420 Ha. Taman Nasional Alas Purwo merupakan suatu ekosistem hutan tropis dataran rendah yang di dalamnya terdapat vegetasi hutan pantai, hutan mangrove, hutan tropis dataran rendah (hutan heterogen), dan sebagian hutan tanaman, padang rumput, dan hutan bambu. Adapun cuplikan yang akan diambil untuk penelitian berada pada area hutan heterogen Alas Purwo yang kmungkinan di dalam tanahnya didiami oleh berbagai fauna tanah. Kawasan Taman Nasional Alas Purwo didominasi oleh hutan tropik dataran rendah. Pada ekosistem daratan, organisme tanah merupakan pengurai yang berfungsi untuk mengubah bahan organik menjadi senyawa lain yang bermanfaat bagi kesuburan tanah. Hewan tanah biasa ditemukan di tempat teduh, tanah yang lembab, sampah padang rumput, di bawah kayu lapuk, dan tempat lembab yang lainnya. Kehidupan hewan tanah sangat tergantung pada habitatnya, karena keberadaan populasi suatu jenis hewan tanah di suatu daerah sangat ditentukan keadaan daerah itu yang melipui lingkungan abiotik dan lingkungan biotik. Faktor lingkungan abiotik secara garis besarnya dapat dibagi atas faktor fisika dan faktor kimia. Faktor fisika antara lain ialah suhu, kadar air, porositas, dan tekstur tanah. Faktor kimia antara lain adalah salinitas, pH, kadar organik tanah, dan unsur- unsur mineral tanah. Faktor lingkungan abiotik sangat menentukan struktur komunitas hewan– hewan yang terdapat pada suatu habitat. Faktor lingkungan biotik bagi hewan tanah adalah organisme lain yang juga terdapat di habitatnya seperti mikroflora, tumbuh – tumbuhan, dan golongan hewan lainnya. Berdasarkan uraian diatas, yaitu kondisi lingkungan dan tanah yang bermacam- macam di daerah Taman Nasional Alas Purwo, dimungkinkan mempunyai
  • 5. keanakaragaman jenis fauna tanah yang berbeda mulai dari tanah dekat pantai hingga yang terjauh dengan pantai. Berkaitan dengan hal tersebut maka diadakan observasi hewan infauna tanah dengan judul “Analisis Fauna Tanah dengan Metode Dekantasi Kering Dan Dekantasi Basah Di Hutan Pantai Trianggulasi Kawasan Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi” B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, terdapat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana keanekaragaman, kekayaan serta kemerataan infauna tanah di Taman Nasional Alas Purwo? 2. Bagaimana perbedaan kondisi keanekaragaman, kekayaan serta kemerataan infauna tanah dari daerah yang paling dekat pantai hingga yang paling jauh dari pantai di Taman Nasional Alas Purwo? 3. Bagaimana pengaruh faktor abiotik terhadap keberadaan serta jumlah jenis infauna tanah di Taman Nasional Alas Purwo? C. Tujuan Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang ada terdapat beberapa tujuan yang harus dicapai dari penelitian yaitu: 1. Mengetahui kanekaragaman, kekayaan serta kemerataan infauna tanah di Taman Nasional Alas Purwo. 2. Mengetahui perbedaan kondisi keanekaragaman, kekayaan dan kemerataan infauna tanah dari daerah yang paling dekat pantai hingga yang paling jauh dari pantai di Taman Nasional Alas Purwo. 3. Mengetahui pengaruh faktor abiotik terhadap keberadaan serta jumlah jenis infauna tanah di Taman Nasional Alas Purwo. D. Batasan Masalah Penelitian Batasan masalah pada penelitian ini mencakup semua infauna tanah yang berada pada tanah sampel yang diambil dari hutan pantai Trianggulasi, kawasan Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi. E. Definisi Operasional
  • 6. KKL adalah salah satu kegiatan yang masuk kedalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukan langsung dilapangan. KKL ini bertujuan untuk memantapkan ilmu yang didapat pada saat pembelajaran di kelas. Salah satu kegiatan yang dilakukan saat KKL matakuliah ekologi adalah melekuakn peneliian tentang infauna tanah. Penelitian infauna tanah ini dilakukan dengan 2 metode yaitu metode dekantasi kering atau disebut juga barless tulgreen dan dekantasi basah. Metode barles tulgreen dilakukan dengan menggunakan corong dan kassa kawat sedangkan dekantasi basah dilakukan dengan menggunakan saringan bertingkat.
  • 7. BAB II KAJIAN PUSTAKA Taman Nasional Alas Purwo yang merupakan salah satu perwakilan ekosistem hutan hujan dataran rendah di Pulau Jawa, secara umum memiliki kondisi topografi yang bergelombang, berbukit dan bergunung-gunung dengan variasi mulai dari dataran pantai sampai dengan ketinggian ± 322 meter di atas permukaan air laut (Gunung Linggamanis). Sedangkan iklimnya termasuk tipe B dengan curah hujan antara 1000-1500 mm/tahun, temperatur udara 22° - 31° C dan kelembaban udara 40-85%. Gambar 1.1 Peta Wilayah Taman Nasional Alas Purwo,Banyuwangi A. Pengertian Fauna Tanah Fauna tanah adalah hewan yang menempati tanah sebagai habitatnya. Menurut Adianto (1980) dalam Fatawi (2002) kehadiran fauna tanah pada habitatnya tidak sama, ada yang secara temporer dan ada pula yang menetap. Menurut Adianto (1980) dalam Fatawi (2002) fauna tanah secara umum dapat dikelompokkan berdasarkan ukuran tubuh, ketergantungan terhadap air, kehadirannya di tanah dan menurut tempat hidupnya. Berdasarkan ukurannya, Van Der Driff (1951) dalam Fatawi (2002) membagi fauna tanah menjadi empat kategori sebagai berikut:  Mikrofauna : hewan tanah yang memiliki ukuran tubuh 20-200 mikron  Mesofauna : hewan tanah yang memiliki ukuran tubuh 200 mikron-2 mm  Makrofauna : hewan tanah yang memiliki ukuran tubuh 2-20 mm
  • 8.  Megafauna : hewan tanah yang memiliki ukuran tubuh 20-200 mm Berdasarkan kehadirannya, fauna tanah dibagi menjadi:  Fauna tanah yang temporer, yaitu golongan hewan tanah yang memasuki tanah dengan tujuan bertelur, setelah menetas dan berkembang menjadi dewasa, hewan akan keluar dari tanah. Misalnya: Diptera.  Fauna tanah yang transien, yaitu hewan yang seluruh daur hidupnya berlangsung di atas tanah. Misalnya: kumbang dari famili Conccinelidae.  Fauna tanah yang periodik, yaitu hewan yang seluruh daur hidupnya ada di dalam tanah, hanya sesekali hewan dewasa keluar dari dalam tanah untuk mencari makanan dan setelah itu masuk kembali ke dalam tanah. Misalnya: ordo Forficula, Chelisolches, Collembola, dan Acarina.  Fauna tanah yang permanen, yaitu hewan yang seluruh daur hidupnya ada di dalam tanah, dan tidak pernah keluar dari dalam tanah. Misalnya: Nematoda tanah, Protozoa, dan Rotifera. Menurut Adianto (1980) dalam Fatawi (2002) berdasarkan sifat ketergantungan terhadap air, fauna tanah terbagi menjadi:  Hidrobiontes, yaitu fauna tanah yang membutuhkan air relatif banyak untuk aktifitas hidupnya. Misalnya: Cilliata dan Flagelata.  Higrofil, yaitu fauna tanah yang tidak menyukai air terlalu banyak untuk syarat hidup optimalnya. Misalnya: Collembola.  Xerofil, yaitu fauna tanah yang lebih menyukai habitat kering. Misalnya: jenis laba-laba. Pengelompokan fauna tanah menurut tempat hidupnya dalam Ross (1965), dibagi menjadi:  Treefauna, yaitu hewan yang hidup di pohon.  Epifauna, yaitu hewan yang hidup di permukaan tanah.  Infauna, yaitu hewan yang hidup di dalam tanah.
  • 9. Salah satu organisme yang berperan sangat besar dalam perbaikan kesuburan tanah adalah fauna tanah. Proses dekomposisi dalam tanah tidak akan mampu berjalan dengan cepat bila tidak ditunjang oleh kegiatan makrofauna tanah. Makrofauna tanah mempunyai peranan penting dalam dekomposisi bahan organik tanah dalam penyediaan unsur hara. Makrofauna akan merombak substansi nabati yang mati, kemudian bahan tersebut akan dikeluarkan dalam bentuk kotoran. Secara umum, keberadaan aneka macam fauna tanah pada tanah yang tidak terganggu-seperti padang rumput- karena siklus hara berlangsung secara kontinyu. (Arief, 2001). Fauna tanah memainkan peranan yang sangat penting dalam perombakan zat atau bahan-bahan organik dengan cara : 1. Menghancurkan jaringan secara fisik dan meningkatkan ketersediaan daerah bagi aktifitas bakteri dan jamur, 2. Melakukan perombakan bahan pilihan seperti gula, sellulosa dan sejenislignin, 3. Merubah sisa-sisa tumbuhan menjadi humus, 4. Menggabungkan bahan yang membusuk pada lapisan tanah bagian atas. 5. Membentuk bahan organik dan bahan mineral tanah (Barnes, 1997). Faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan fauna tanah adalah: 1. Struktur tanah berpengaruh pada gerakan dan penetrasi fauna tanah; 2. Kelembaban tanah dan kandungan hara berpengaruh terhadap perkembangan dalam daur hidup; 3. Suhu tanah mempengaruhi peletakan telur; 4. Cahaya dan tata udara mempengaruhi kegiatannya. Menurut Rahmawati (2006) untuk mendapatkan infauna tanah, dapat digunakan metode barlese tullgren funnel dan dekantasi basah. Cara kerja Barlese Tullgren Funnel adalah tanah sampel yang diambil ditaruh diatas saringan atau kasa nyamuk yang telah ada didalam corong. Kemudian set barles berisi tanah ditempatkan dibawah sinar matahari dimulai saat matahari hampir terbit. Prinsipnya hewan tanah tersebut akan jatuh kedalam wadah penampung karenan hewan tersebut bersifat fototaksis negatif. Sedangkan pada dekantasi menggunakan sarana saringan bertingkat atau saringan pipa yang akhirnya diharapkan infauna tanah akan mengendap dibagian bawah.
  • 10. B. Keanekaragaman Fauna Tanah Keanekaragam jenis adalah suatu keragaman atau perbedaan di antara anggota-anggota suatu kelompok spesies. Suatu komunitas mempunyai keragaman jenis tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak spesies (jenis) dengan kelimpahan spesies yang sama atau hampir sama. Sebaliknya jika komunitas itu disusun oleh sangat sedikit spesies yang dominan maka keanekaragaman jenisnya rendah (Soegianto, 1994 dalam Junaidah, 2001). Ada dua faktor penting yang mempengaruhi keanekaragaman hewan tanah, yaitu kekayaan jenis (Indeks Richness) dan kemerataan spesies (Indeks Evennes). Pada komunitas yang stabil Indeks Richness dan Indeks Evennes tinggi. Sedangkan pada komunitas yang terganggu karena adanya campur tangan manusia kemungkinan Indeks Richness dan Indeks Evennes randah. Menurut Junaidah (2001) komponen utama dari keanekaragaman adalah kesama-rataan atau equitibilitas dalam pembagian individu yang merata di antara jenis, fungsi Shanon atau indeks H, menggabungkan komponen keanekaragaman (variety) dan komponen kemerataan (evennes) sebagai indeks keanekaragaman keseluruhan. C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kenekaragaman dan Distribusi Fauna Tanah Faktor lingkungan berperan sangat penting dalam menyusun berbagai pola penyebaran fauna tanah. Faktor biotik dan abiotik bekerja secara bersama- sama dalam suatu ekosistem, menentukan kehadiran, kelimpahan, dan penampilan organisme. Menurut Andayani (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi keanekaragaman fauna tanah antara lain: 1. Faktor biotik a) Pertumbuhan populasi b) Interaksi antar spesies, berupa: 1. kompetisi 2. predator
  • 11. 2. Faktor abiotik a) Kelembaban tanah b) Suhu tanah c) pH tanah
  • 12. Bahan: - Alkohol 70% - Botol plakon - Plastik - Formalin - Kertas label Alat: - Corong - Kassa kawat - Botol aqua - Alat tulis - Mikroskop - Animal chamber - Lembar data - Pipit tetes - Cetok - Gelas air mineral BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah secara deskiriptif (digunakan untuk menggambarkan kondisi lingkungan di Taman Nasional Alas Purwo) dan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada tanggal 19-22 Maret 2015. Pengambilan sampel tanah untuk metode Barleese Tulgreen dan dekantasi basah dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan praktikum analisis vegetasi pada tanggal 20 Maret 2015 dengan masing-masing 3 ulangan. Pemasangan alat Barleese Tulgreen dilakukan pagi hari di kawasan pantai Triangulasi Taman Nasional Alas Purwo tanggal 21 Maret 2015 dan pengambilan hasil Barleese Tulgreen dilaksanakan pada sore hari. Penelitian dekantasi basah dengan menggunakan seringan bertingkat dilakukan pada tanggal 24 maret 2015 di gedung Biologi. Identifikasi hewan yang ditemukan dilakukan selama 4 kali pertemuan di ruang 109 gedung Biologi. B. Populasi dan Sampel Populasi dari penilitian ini adalah seluruh infauna tanah di hutan pantai Trianggulasi, kawasan Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi. Sedangkan sampel dari penelitian ini adalah seluruh hewan tanah yang terdapat di tanah sampel pada 20 stasiun di hutan pantai Trianggulasi, kawasan Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi. C. Alat dan Bahan 1. Barless tullgreen
  • 13. Alat: - Saringan bertingkat - Nampan - Kuas - Pipet tetes - Mikroskop - Animal chamber - Alat tulis - Lembar data - Cetok - Gelas air mineral - Bahan: - Air - Botol plakon - Formalin - Kertas label 2. Dekantai basah D. Prosedur Kerja 1. Barless tullgreen Menyiapkan set Barleese Tulgreen, siap dengan botol mineral yang telah berisi alkohol 70% mengambil 1 gelas air mineral sampel tanah yang telah diambil pada hari sebelumnya dengan tebal maksimal ± 5 cm sebanyak 3 kali ulangan secara acak pada satu plot saja untuk masing-masing kelompok. Memasukkan sampel tanah dalam corong pada set Barleese Tulgreen menjemur Barleese Tulgreen di tepi pantai selama ±1 hari Mengambil alkohol berisi hewan tanah untuk kemudian dipindah ke dalam plakon dan ditetesi formalin sebelum di identifikasi di gedung Biologi. Data yang telah diperoleh dimasukkan ke dalam tabel sementara untuk kemudian dilakukan kompilasi dengan semua plot. 2. Dekantasi basah 2.a Pengambilan sampel Tanah
  • 14. Mengambil sampel tanah dari salah satu plot yang digunakan sewaktu pembuatan pithfall trap. Kelompok kami mengambil sampel tanah di plot ke-9 dengan 3 ulangan. Sampel tanah dimasukkan ke dalam plastik. Pengambilan tanah menggunakan cethok dan tidak terlalu mendapat tekanan. Sampel tanah disimpan dengan membuat bolongan pada plastik. Diusahakan masih ada Oksigen yang masuk, sehingga dimungkinkan hewan-hewan yang terdapat di dalam tanah tidak mati. Sampel tanah dibawa ke gedung Biologi untuk melalui langkah identifikasi 2.b. Dekantasi dan identifikasi epifauna Sampel tanah yang telah dibawa kemudian dimasukkan ke dalam nampan/bak plastik dan diberi air. Kotoran yang terlihat di permukaan air dibuang lalu tanah dan air diaduk hingga dimungkinkan fauna di dalam tanah terdapat di permukaan air Air tanah tersebut disaring menggunakan saringan dekantasi dan dimasukkan ke dalam botol plakon sebagai sampel Sampel air tanah tersebut diberi formalin 7% supaya hewan yang didapat awet Identifikasi menggunakan pengamatan di bawah mikroskop cahaya langsung Data yang telah diperoleh dimasukkan ke dalam tabel sementara untuk kemudian dilakukan kompilasi dengan semua plot. E. Teknik Tabulasi Data Pengambilan data dilakukan dengan cara mengidentifikasi spesies hewan tanah yang ditemukan pada setiap plot. Kemudian data yang diperoleh dikompilasikan dan dimasukkan ke dalam tabel berikut: Tabel3.1 keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan jenis hewan tanah di hutan pantai Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi
  • 15.  No taksa Plot 1 2 3 4 ..... . 17 18 19 20 1 2 Jumlah Rata-rata H’ E R F. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh kemudian dianalisis indeks keragaman, indeks kemerataan, dan indeks kekayaan jenis pada masing-masing stasiun. 1) Indeks keanekaragaman Shanon – Wiener H’ = - Pi ln Pi Keterangan: Pi = n/N H’ : Indeks keanekaragaman Shanon – Wiever n : Jumlah masing-masing spesies N : Jumlah total spesies dalam sampel (Ludwig dan Reynolda, 1998 dalam Junaidah, 2001) 2) Setelah memperoleh indeks keanekaragaman Shanon–Wiener, selanjutnya menghitung nilai indeks kemerataan (Evennes) dengan rumus: S H E .ln '  Keterangan: E : Indeks kemerataan evennes H’ : Indeks keanekaragaman Shanon – Wiever S : Jumlah spesies (n1, n2, n3, …..) (Ludwig dan Reynolda, 1998 dalam Junaidah, 2001) 3) Selanjutnya dihitung nilai kekayaan dengan menggunakan rumus indeks Richness:
  • 16. N S .ln 1 R Keterangan: R : Indeks Richness S : Jumlah spesies (n1, n2, n3, …..) N : Total individu dalam pengambilan sampel (Ludwig dan Reynolda, 1998 dalam Junaidah, 2001)
  • 17. BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA A. Data Tabel 4.1 data pengamatan Barless tulgreen. Taksa plot 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Componotus caryae 1 Onthopagus sp 1 Proisotominae 1 Isotomiela sp 2 Symphypleona sp 1 Acarina sp 1 Entomobrymorpha 2 Sclorophendra opcura 1 Phillophaga rugosa 1 Pronura sp 1 Isotomodes 1 Siamanura 1 ixodesricinus 5 Protophonura absolon 1 Thalassaphorura bagnal 3 Prabhergiasalmon 5 Crytopygus willem 1 Onychiusrus gervais 4 salina macgilivary 2 Eurycotis floridana 1 Hemisotoma sp 2 Planococcuscitri 2
  • 18. Tabel 4.2 data pengamatan Dekantasi Basah Taksa plot 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 colembola sp 2 1 Fibricius (kutu kecil) 1 Cacing 1 Fibricius (kutu 1
  • 19. B. Analisis Data Berdasarkan hasil analisis data dari data yang telah didapatkan, didapatkan hasil nilai H’, E dan R sebagai berikut: Tabel 4.3 data indeks H’, E dan R barless tullgreen Plot ke- H’ E R 1 0 0 0 2 1,05492 0,96023 1,24267 3 0 0 0 4 1,7911 0,9205 1,97075 5 0 0 0 lemu) Ponera sp 1 Allacma sp 1 Folsomia candida 2 1 2 1 1 Protophonura absolon 1 Paranura akselson 1 1 Dicranocetrus sp 1 Isotomodes bahiensis 1 1 Atrax sp 1 kutu kayu gunung 1 Acarina sp 1 2 Isotomiella sp 1 4 Protaphorura 8 Hemistoma 5 Chypoderu 1 Prabhergia 3 Cherontiella 2 Willenia 1 Deuterabella 4 Paleonura 1 Folsomides parvulus 1 Ceratarimeria borner 1
  • 20. 6 1,08961 1 1,82048 7 1,0397208 0.94539433 1,442695 8 0 0 0 9 0 0 0 10 1,03972077 0.94539433 1,44269504 11 0 0 0 12 0 0 0 13 0 0 0 14 0 0 0 15 0 0 0 16 0 0 0 17 0 0 0 18 0 0 0 19 0 0 0 20 0.69334781 1 1,4426892 Apabila hasil analisis tersebut dinyatakan dalam bentuk rafik, maka akan didapat grafik sebagai berikut: Gambar 4.1 grafik nilai H’, E, R 0 1.05492 0 1.7911 0 1.089611.0397208 0 0 1.0397208 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.69334781 0 0.96023 0 0.9205 0 1 0.94539433 0 0 0.94539433 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1.24267 0 1.97075 0 1.82048 1.442695 0 0 1.442695 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1.4426892 0 0.5 1 1.5 2 2.5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Tabel nilai H', E dan R pada p H' E R
  • 21. Berdasarkan hasil analisis data, dari grafik pada gambar 4.1 dapat dilihat bahwa keanekaragaman infauna tanah tertinggi berada pada plot 4, sedangkan indeks kemerataan tertinggi berada pada plot 6 dan 20 dengan nilai E= 1. Indeks kekayaan tertinggi berada pada plot 4 dengan nilai R= 1,97075. Tabel 4.4 hasil analisis H’, E dan R pada Dekantasi basah Plot ke- H’ E R 1 0 0 0 2 0 0 0 3 0 0 0 4 O,69315 1 0,69314 5 0 0 0 6 0 0 0 7 0 0 0 8 2,19132 0,88158 37,4132 9 0 0 0 10 0 0 0 11 0,956 0,869 3,892 12 0 0 0 13 1,3322 0,96096 4,8283 14 0 0 0 15 0 0 16 0 0 0 17 1,09861 1 2,77259 18 0 0 0 19 1,03972 0,94639 2,77259 20 1,38629 1 4,15888 Apabila hasil analisis data pada tabel 4.4 dinyatakan dalam grafik maka akan didapatkan grafik sebagai berikut: Gambar 4.2 Grafik nilai H’, E dan R dekantasi basah
  • 22. Berdasarkan grafik pada ambar 4.2, dapat terlihat indekas keanekaragaman infauna tertinggi berada pada plot 8. Sedangkan indeks kemerataan tertinggi berada pada plot 4, 17 dan 20 dengan nilai E adalah 1. Indeks kekayaan tertinggi berada pada plot 8. 0 0 0 0 0 0 0 2.19132 0 0 0.9560 1.3322 0 0 1.098610 1.039721.38629 0 0 0 1 0 0 0 0.881580 0 0.8690 0.960960 0 0 1 0 0.9463910 0 0 0.693140 0 0 37.4132 0 0 3.892 0 4.8283 0 0 0 2.77259 0 2.77259 4.15888 0 5 10 15 20 25 30 35 40 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Chart Title H' E R
  • 23. BAB V PEMBAHASAN Di alam akan banyak ditemui hewan dengan bentuk dan ukuran yang beragam. Hewan tersebut memilki habitat masing-masing dengan kondisi yang berbeda- beda. Kondisi habitat tempat tumbuh hewan akan mempengaruhi distribusi populasi hewan di permukaan bumi. Menurut Dharmawan dkk (2005), habitat adalah lingkungan yang cocock yang ditempati suatu populasi hewan. Tanah yang ada di permukaan bumi merupakan salah satu hebitat bagi hewan tanah baik epifauna maupun infauna. Tanah merupakan salah satu komponen abiotik yang sangat penting bagi kehidupan organisme terestrial. Menurut Sugiyanto ( 2003), tanah merupakan suatu bagian dari ekosistem terestrial yang di dalamnya dihuni oleh berbagai jenis organisme yang disebut biodiversitas tanah yang juga merupakan biodiversitas alpha yang berperan dalam mempertahankan serta meningkatkan fungsi tanah untuk emnopang kehidupan di dalam dan diatasnya. Menurut Suin (1989), perkembangan hewan tanah tidak lepas dari beberapa faktor biotik maupun abiotik pada habitatanya. Namaun, secara garis beras faktor abiotiklah yang memilki peran paling signifikan terhadap keberadaan oranisme. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi keberadaan infauna tanah diantaranya pH tanah, kelembapan, pori tanah serta beberapa faktor abiotik lain. Faktor lingkungan yang aling essensial bagi perkembangan hewan tanah adalah temperatur, cahaya, kelembaban dan jumlah makanan yang tersedia. Penelitian yang dilakukan di Taman Nasional Alas Purwo, pengambilan sampel infauna tanah dilakukan melalui dua metode yaitu menggunakan dekantasi basah dan barlese tullgreen. Kedua metode ini digunakan untuk mengetahui metode pengambilan sampel yang lebih baik dengan melihat benyaknya spesies hewan tanah yang diperoleh. Berdasarkan analisis data, indeks keanekaragaman tertinggi dengan menggunakan metode barles berada pada plot 4 sedangkan apabila menggunakan
  • 24. metode dekantasi basah indeks keanekaragaman tertinggi berada pada plot 8. Indeks kekayaan tertingi pada barless dan dekantasi basah sama dengan indeks keanekaragaman hal ini dapat terjadi karena semakin tinggi keanekaragaman infauna tanah yang ditemukan maka akan semakin tinggi pula kekayaan yang dimiliki tanah tersebut. Sedangkan indeks kemerataan tertinggi pada barles berada pada plot 6 dan 20 dengan nilai kemerataan 1. Pada metode dekantasi basah, indeks kemerataan tertinggi berada pada plot 4,17 dan 20 dengan nilai yang sama yaitu 1. Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa didapatkan hasil infauna tanah yang berbeda pada dua metode tersebut. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan cara kerja pada kedua metode tersebut. Selain itu terdapat beberapa kelompok yang tidak mendapatkan infaua tanah sama sekali dari kedua metode tersebut. Hal ini mungkin terjadi karena tanah sampel tidak lansung digunakan namun disimpan terlebih dahulu di dalam plastik yang diberi lubang seadanya sehingga ada kemungkinan infauna yang berada di dalam tanah mati sehingga saat menggunakan metode barles hewan tidak akan bergerak menjauhi panas karena sudah mati. Tidak didapatkannya infauna tanah pada dekantasi basah dimungkinkan karena infauna tanah terbuang saat melakukan pemisahan antara sampah dengan air yang diharapkan di dalamnya terdapat infauna tanah. Berdasarkan analisis data, dapat diketahui pula bahwa baik nilai indeks keanekaragaman, kemerataan dan kekayaan yang dimiliki plot yang paling dekat dengan pantai hingga terjauh dengan pantai tidak signifikan berbeda kecuali pada plot 8 pada pengamatan dengan metode dekantasi basah. Hal ini terjadi karena faktor abiotik lingkungan yang ada tidak berbeda jauh dari tempat yang paling dekat pantai hingga yang paling jauh dari pantai. Contohnya nilai pH tanah yang rata-rata 7 pada setiap plot dan hanya beberapa plot yang memilki nilai pH tanah 6. Pada penelitian ini terdapat beberapa hal yang dapat memungkinkan terjadinya invalid data yang didapat diantaranya adalah data yang didapat merupakan data hasil kompilasi sehingga tidak semua stasiun melihat langsung dan mengidentifikasi langsung infana yang didapat. Adanya pihak yang tidak
  • 25. bertanggung jawab yang melakukan manipulasi data. Serta adanya beberapa kelompok yang tidak melakukan kompilasi data sehingga dianggap tidak menemukan infauna tanah yang akan menyebabkan tidak dapat diketahuinya perbedaan komposisi serta jumlah infauna tanah yang dekat dengan pantai hingga terjauh dari pantai.
  • 26. BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, didapatkan kesimpulan sebagai berikut: - Indeks keanekaragaman tertiggi pada metode barles didapatkan pada plot 4 sedangkan pada metode dekantasi basah pada plot 8. Indeks kemerataan tertiggi pada metode barles didapatkan pada plot 16 dan 20 sedangkan pada metode dekantasi basah pada plot 4,17 dan 20. Indeks kekayaan tetinggi terdapat pada plot yang sama dengan indeks keanekaragaman tertinggi. - Tidak terdapat perbedaan H’, E dan R yang terlalu signifikan antara plot yang paling dekat dengan pantai hingga yang terjauh dengan pantai. - Faktor abiotik sangat berpengaruh terhadap kondisi serta nilai H’, E dan R. B. Saran Berdasarkan hasil praktikum terdapat beberapa saran yang perlu di sampaikan diantaranya: - Diberlakuaknnya deadline pengumpulan data setiap kelompok dengan tegas. - Tanah sampel yang didapatkan langpsung digunakan untuk pengamatan, kalaupun harus disimpan, disimpan ditepat yang memiliki cukup udara. - Pemberian sanksi yang tegas untuk kelompok yang melakukan manipulasi data.
  • 27. DAFTAR RUJUAKAN Andayani, Lilis. 2001. Studi Keanekaragaman Fauna Tanah Pascaerupsi Gunung Kelud Kecamatan Ngancar Kediri. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM Arief, A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Jakarta:Kanisius. Barnes, B. V., Donald R. Z., Shirley R. D. and Stephen H. S. 1997. Forest Ecology. 4th Edition. New York. John Wiley and Sons Inc. Darmawan, Agus, dkk. 2005. Ekologi Hewan. Malang: FMIPA UM Fatawi, Zaim. 2002. Studi Keanekaragaman Serangga Tanah (Epifauna) pada Berbagai Ketinggian di Lereng Gunung Ijen Kabupaten Banyuwangi. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM Junaidah. 2001. Keanekaragaman Serangga Tanah (Infauna) di Gunung Kelud Kabupaten Kediri. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM Maulidiyah, Ary. 2003. Studi Keanekaragaman Fauna Tanah (Infauna) di Puncak Gunung Ijen Kabupaten Banyuwangi. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM Rahmawati. 2006. Study Keanekaragaman Mesofauna Tanah Di Kawasan Hutan Wisata Alam Sibolangit. www. Journal Fauna. Com Ross, H.H. 1965. A Text Book of Entomology. 3th Edition. Ney York : John Wiley & Sons Sugiyarto. 2003. Konservasi Makrofauna Tanah dalam Sistem Agroforestri, (Online), (http://pasca.uns.ac.id/wp-content/uploads/2009/02/sugiyarto- konservasi-makrofauna-tanah.pdf), diakses 16 April 2014. Suin, N. N.. 1989. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara. ITB. Bandung.