1. AKTIVITAS SITOTOKSIK TERHADAP SEL LEUKEMIA L1210 DAN PROFIL KLT
DARI EKSTRAK DAUN JOMBANG (Taraxacum officinale [L.] Weber ex F.H.Wigg)
Diajukan oleh :
Nadiah Putri Shafira
NPM 2016210164
Dosen Pembimbing : 1. Dr. Apt. Zuhelmi Azis, M.Si.
2. Dra. Ermin Katrin Harantung
UNIVERSITAS PANCASILA
FAKULTAS FARMASI
JAKARTA
2021
4. Latar belakang
4
Berdasarkan data Global Cancer Observatory 2018 dari
World Health Organization (WHO), tahun 2017 kematian
akibat leukemia di Indonesia merenggut 11.314 jiwa. Angka
kematian akibat kanker darah ini merupakan nomor lima
terbanyak setelah kanker paru-paru, kanker payudara,
kanker serviks (leher rahim), dan kanker hati. Terdapat
13.948 kasus leukemia yang terjadi pada tahun 2017,
menjadikan kasus ini terbanyak kesembilan di Indonesia.
WHO menyebutkan prevalensi kanker darah di Indonesia
dalam lima tahun terakhir dapat mencapai 35.870 kasus
5. Latar belakang Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun
2013 menunjukkan prevalensi penyakit kanker di Indonesia 1,4
per 1000 penduduk atau sekitar 330.000 orang (3). Sementara
pada tahun 2018, prevalensi tumor/kanker meningkat menjadi
1,8 per 1000 penduduk
Prevalensi kanker tertinggi pada tahun 2018 berada di daerah Yogyakarta
yaitu sebesar 4,9‰, diikuti dengan DKI Jakarta sebesar 2,3‰, Bali sebesar
2,1‰, serta NTB sebesar 0,9‰. Menurut data Globocan 2018, prosentase jenis
kanker yang terjadi di Indonesia adalah sebagai berikut; kanker payudara
(16,7%), kanker serviks(9,3%), kanker paru (8,6%), kanker kolorektal (8,6%),
kanker hati (5,3%) dan kanker yang lain (51,5%).
7. “
RUMUSAN MASALAH
7
Menurut penelitian yang telah dilakukan
oleh Muhammed M. Rawa’a dkk
menunjukkan bahwa aktivitas sitotoksik dari
ekstrak etanol daun jombang terhadap
kanker payudara yaitu MCF-7 dengan nilai
IC50 sebesar 190,5 µg/mL serta penelitian
yang telah dilakukan oleh Thu Kyaw dan
Phyu Phyu Myint menunjukkan bahwa
aktivitas sitotoksik dari ekstrak methanol
daun jombang terhadap kanker hati
(HepG2) dengan nilai IC50 sebesar 161,7
µg/mL
Perlu dilakukan penelitian
pada sel kanker lainnya
seperti sel kanker leukemia
L1210 untuk mengetahui
apakah ekstrak daun kelor
berpotensi menghambat
pertumbuhan sel leukemia
L1210?
8. 8
Menetapkan nilai IC50 pada ekstrak daun
jombang (terhadap sel leukemia L1210.
Memperoleh profil kromatogram KLT ekstrak
aktif daun jombang
Memperoleh kandungan golongan senyawa
metabolit sekunder pada ekstrak daun jombang.
9. Manfaat
penelitian
Hasil dari penelitian ini dapat
memberikan informasi terkait aktivitas
sitotoksik dari ekstrak daun jombang
(Taraxacum officinale [L.] Weber ex
F.H.Wigg) terhadap sel leukemia L1210
serta golongan senyawa metabolit
sekunder yang terkandung di dalamnya.
9
13. 13
PEMBUATAN MEDIA
LARUTAN A
10,4 g RPMI 1640
+
1 L AIR STERIL
LARUTAN B
1,3 g NaHCO3
+
5O ml AIR STERIL
475 ml 25 ml
500 ml LARUTAN C
15 ml calf
bovine
serum
100 ml LARUTAN D
Sel leukemia L1210 Larutan D
Suspensi 2 x 105 sel/mL
Variasi Dosis Ekstrak
5, 10, 20, 40, 80 μg/mL
Inkubasi ± 48 jam, 37°C dalam inkubator 5% CO2
pada multi well plate tissue’s culture
Tryphan blue
1%
10 μL 90 μL
Hitung jumlah sel yang hidup dengan
haemocytometer Neubaur improved
85 ml
PENANAMAN SEL
9
14. 14
Perhitungan Sel
%inhibisi = (1–A/B) x 100%
Keterangan:
A : jumlah sel hidup dalam media yang mengandung zat uji.
B : jumlah sel hidup dalam media yang tidak mengandung zat uji
(kontrol).
Analisis Probit
15. 15
Analisis Metabolit Sekunder
Larutan Uji
1 mg ekstrak kental
+
1 mL pelarut
UV 254 nm dan 366 nm
Ditotolkan
10 μL pada
lempeng
silika gel GF254
Alkaloid
Lempeng disemprot dengan
pereaksi penampak bercak
Dragendorff
(+) warna oranye pada
plat KLT.
Flavonoid
Lempeng disemprot dengan
pereaksi penampak bercak
AlCl3 5% dalam etanol P. (+)
warna hijau kekuningan
pada plat KLT.
Lempeng disemprot dengan
pereaksi penampak bercak
vanilin sulfat
(+) warna merah muda
Keunguan pada plat KLT
Terpenoid
17. 17
1. Hasil determinasi tanaman
2. Hasil penetapan kadar air
Syarat : tidak lebih dari 10%
(Peraturan Kepala Badan POM Republik
Indonesia N0.12 tahun 2014 tentang persyaratan
Mutu Obat Tradisional)
Ulangan ke-1 Ulangan ke-2 Rata-rata
7,50% 7,45% 7,48%
18. 18
3. Hasil penetapan BOA
No
Bobot
simplisia
(g)
BobotBOA
(g)
Persentase
BOA
Kesimpulan
1
100,0 0,3517 0,35
Memenuhi
syarat
100,0 0,4521 0,45
Memenuhi
syarat
2
99,6 0,5643 0,56
Memenuhi
syarat
100,1 0,6098 0,61
Memenuhi
syarat
4. Hasil pengukuran serbuk simpilisia
No
Bobot
awal
serbuk
simplisia
Yanglolos
pengayak
nomor4
Yanglolos
pengayak
nomor18 Kesimpulan
Bobot
(g)
%
Bobot
(g)
%
1
99,50 99,50 100 18,27 18,36
Memenuhi
syarat
99,60 99,60 100 19,51 19,60
Memenuhi
syarat
2
99,45 99,45 100 19,79 19,90
Memenuhi
syarat
99,65 99,65 100 18,42 18,48
Memenuhi
syarat
Syarat BOA apabila tidak dinyatakan
lain adalah tidak boleh lebih dari 2%
Derajat kehalusan yang dinyatakan dengan 2 nomor, dimaksudkan
bahwa semua serbuk dapat melewati pengayak nomor 4 dan tidak lebih
dari 40% yang dapat melewati pengayak nomor 18
19. Ekstrak Warna
Berat ekstrak
(g)
Rendemen
(%) Rata-
rata
N1 N2 N1 N2
n-
heksan
Hijau
kehitaman
2,41 2,23 1,21 1,17 1,19
Etil
asetat
Hijau
kehitaman
6,06 6,61 3,30 3,31 3,31
Etanol
Cokelat
kehitaman 14,84 15,23 7,42 7,63 7,52
19
5. Hasil ekstraksi
Ekstrak etanol memiliki rendemen
ekstrak lebih besar daripada ekstrak
n-heksan dan etil asetat. Hal ini
menunjukkan bahwa daun jombang
mengandung lebih banyak fase
polar daripada fase non polar atau
semi polarnya.
20. 6. Hasil uji aktivitas sitotoksik ekstrak
kategori aktivitas sitotoksik
suatu ekstrak adalah sebagai
berikut:
IC50 ≤ 10 µg/mL = sangat kuat
IC50 10-100 µg/mL = kuat
IC50 100-500 µg/mL = sedang
20
Ekstrak IC50 (µg/mL) Rata-rata
(µg/mL)
Ulangan ke-1 Ulangan ke-2
N-heksan 39,54 40,40 39,97
Etil asetat 9,47 9,48 9,48
Etanol 25,81 25,90 25,86
Paling aktif
Ekstrak etanol termasuk ke
dalam kategori sangat kuat,
sementara ekstrak n-heksan
dan etanol termasuk ke
dalam kategori kuat
21. 7. Hasil optimasi dan analisis KLT pada ekstrak etil asetat
21
(1) (2) (3)
Keterangan:
Fase diam : Lempeng silika gel GF254
Fase gerak :
(1) n-heksan – etil asetat (6:4)
(2) n-heksan – etil asetat (7:3)
(3) n-heksan – etil asetat (8:2))
Penampak bercak : 1% Ce(SO4)2 dalam 10%
H2SO4
Jarak rambat : 5 cm
Volume penotolan : 10 µL
Profil kromatogram KLT ekstrak etil asetat daun jombang
22. 22
8. Hasil optimasi dan analisis KLT pada ekstrak etil asetat
(lanjutan)
Rf : 0,52
Rf : 0,40
Rf : 0,86
Rf : 0,16
Rf : 0,34
Rf : 0,40
Rf : 0,52
Rf : 0,58
Rf : 0,70
Rf : 0,72
Rf : 0,86
Rf : 0,84
Profil kromatogram KLT ekstrak etil asetat daun jombang
Dengan keterangan Rf
Keterangan:
Fase diam : Lempeng silika gel GF254
Fase gerak : n-heksan – etil asetat (8:2)
Penampak bercak : 1% Ce(SO4)2 dalam 10%
H2SO4
Jarak rambat : 5 cm
Volume penotolan : 10 µL
24. Lanjutan (Alkaloid)
24
Pola kromatogram ekstrak etil
asetat daun jombang dengan
pereaksi dragendorff sebagai
identifikasi alkaloid
Keterangan:
Fase diam : Lempeng silika gel
GF254
Fase gerak : n-heksan – etil asetat
(8:2)
Penampak bercak : dragendorff
Pelarut sampel : etil asetat
Jarak rambat : 5 cm
25. Lanjutan (FLAVONOID)
25
Pola kromatogram ekstrak etil asetat daun
jombang dengan pereaksi AlCl3 5% dalam
etanol P sebagai identifikasi flavonoid
Keterangan:
Fase diam : Lempeng silika gel
GF254
Fase gerak : n-heksan – etil asetat
(8:2)
Penampak bercak : AlCl3 5%
Pelarut sampel : etil asetat
Jarak rambat : 5 cm
26. LANJUTAN
(TERPENOID)
26
Pola kromatogram ekstrak etil
asetat daun jombang dengan
pereaksi vanillin sulfat sebagai
identifikasi terpenoid
Keterangan:
Fase diam : Lempeng silika gel GF254
Fase gerak : n-heksan – etil asetat
(8:2)
Penampak bercak : vanillin sulfat
Pelarut sampel : etil asetat
Jarak rambat : 5 cm