Kromatografi peertama kali dikembangkan oleh seorang ahli botani Rusia Michael Tswett pada tahun 1903 untuk memisahkan pigmen berwarna dalam tanaman dengan cara perkolasi ekstrak petroleum eter dalam kolom gelas yang berisi kalsium karbonat (CaCO3). (Gandjar, 2007)
Kromatografi merupakan teknik pemisahan yang paling umumdan paling sering digunakan dalam bidang kimia analisis karena dapat dimanfaatkan untuk melakukan analisis baik secara kuantitatif, kualitatif atau preparatif dalam bidang farmasi, lingkungan, industri dan sebagainya. (Gandjar, 2007)
Asetanilida pertama kali ditemukan oleh Friedel Kraft pada tahun 1872 dengan cara mereaksikan asethopenon dengan NH2OH sehingga terbentuk asetophenon oxime yang kemudian dengan bantuan katalis dapat diubah menjadi asetanilida. Pada tahun 1899 Beckmand menemukan asetanilida dari reaksi antara benzilsianida dan H2O dengan katalis HCl. Lalu, pada tahun 1905 Weaker menemukan asetanilida dari anilin dan asam asetat. Asetanilida sendiri merupakan senyawa turunan asetil amina aromatis yang digolongkan sebagai amida primer, dimana satu atom hidrogen pada anilin digantikan dengan satu gugus asetil
Ilmu kimia merupakan ilmu pengetahuan alam yang khusus mempelajari tentang materi yang didalamnya mempelajari dan memahami struktur, susunan, sifat, dan perubahan materi serta energi yang menyertainya. Sehingga manusia sangat berkaitan erat dengan ilmu kimia. Ilmu kimia sangat erat kaitannya dengan riset atau penelitian yang berhubungan sifat suatu unsur, atom dan senyawa dalam hal pembentukannya, berikatan antara satu dengan lainnya, kegunaannya, dan reaksi yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan manusia. Salah satu yang dapat menjadi riset atau penelitian adalah sintesis (pembuatan) suatu senyawa dari beberapa senyawa yang direaksikan.
Asam karboksilat merupakan suatu senyawa yang memiliki gugus karboksilat (–COOH). Ester, aldehid dan keton serta senyawa lainnya dapat dibuat atau diseintesis dari asam karboksilat. Salah satu senyawa yang dapat disintesis dari asam karboksilat adalah etil asetat. Etil asetat adalah senyawa organik yang berwujud cair, tidak berwarna dan memiliki aroma yang khas. Senyawa etil asetat merupakan salah satu pelarut polar menengah atau semipolar yang mudah menguap, tidak beracun dan tidak higroskopis. Kelarutan yang dimiliki etil asetat dapat meningkat suhu pada suatu larutan, dan ternyata etil asetat jika berada dalam air mengandung basa atau asam mengakibatkan etil asetat tidak stabil.
Sintesis etil asetat berasal dari reaksi senyawa antara senyawa asam asetat dengan etanol dengan bantuan katalis asam berupa asam sulfat inilah disebut dengan reaksi esterifikasi dimana etil asetat merupakan senyawa ester dan menghasilkan hasil samping yaitu air. Etil asetat dalam proses sintesisnya bila reaksi yang berlangsung sangat lama bahkan melewati yang semestinya maka hasil reaksi akan kembali menjadi reaktan disebut reaksi hidolisis. Reaksi hidrolisis ini membuat etil asetat yang telah jadi strukturnya dipecah oleh air mengakibatkan etil asetat kembali menjadi asam asetat dan etanol. Jadi didalam mensintesis etil asetat harus dikontrol dengan baik
Kromatografi peertama kali dikembangkan oleh seorang ahli botani Rusia Michael Tswett pada tahun 1903 untuk memisahkan pigmen berwarna dalam tanaman dengan cara perkolasi ekstrak petroleum eter dalam kolom gelas yang berisi kalsium karbonat (CaCO3). (Gandjar, 2007)
Kromatografi merupakan teknik pemisahan yang paling umumdan paling sering digunakan dalam bidang kimia analisis karena dapat dimanfaatkan untuk melakukan analisis baik secara kuantitatif, kualitatif atau preparatif dalam bidang farmasi, lingkungan, industri dan sebagainya. (Gandjar, 2007)
Asetanilida pertama kali ditemukan oleh Friedel Kraft pada tahun 1872 dengan cara mereaksikan asethopenon dengan NH2OH sehingga terbentuk asetophenon oxime yang kemudian dengan bantuan katalis dapat diubah menjadi asetanilida. Pada tahun 1899 Beckmand menemukan asetanilida dari reaksi antara benzilsianida dan H2O dengan katalis HCl. Lalu, pada tahun 1905 Weaker menemukan asetanilida dari anilin dan asam asetat. Asetanilida sendiri merupakan senyawa turunan asetil amina aromatis yang digolongkan sebagai amida primer, dimana satu atom hidrogen pada anilin digantikan dengan satu gugus asetil
Ilmu kimia merupakan ilmu pengetahuan alam yang khusus mempelajari tentang materi yang didalamnya mempelajari dan memahami struktur, susunan, sifat, dan perubahan materi serta energi yang menyertainya. Sehingga manusia sangat berkaitan erat dengan ilmu kimia. Ilmu kimia sangat erat kaitannya dengan riset atau penelitian yang berhubungan sifat suatu unsur, atom dan senyawa dalam hal pembentukannya, berikatan antara satu dengan lainnya, kegunaannya, dan reaksi yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan manusia. Salah satu yang dapat menjadi riset atau penelitian adalah sintesis (pembuatan) suatu senyawa dari beberapa senyawa yang direaksikan.
Asam karboksilat merupakan suatu senyawa yang memiliki gugus karboksilat (–COOH). Ester, aldehid dan keton serta senyawa lainnya dapat dibuat atau diseintesis dari asam karboksilat. Salah satu senyawa yang dapat disintesis dari asam karboksilat adalah etil asetat. Etil asetat adalah senyawa organik yang berwujud cair, tidak berwarna dan memiliki aroma yang khas. Senyawa etil asetat merupakan salah satu pelarut polar menengah atau semipolar yang mudah menguap, tidak beracun dan tidak higroskopis. Kelarutan yang dimiliki etil asetat dapat meningkat suhu pada suatu larutan, dan ternyata etil asetat jika berada dalam air mengandung basa atau asam mengakibatkan etil asetat tidak stabil.
Sintesis etil asetat berasal dari reaksi senyawa antara senyawa asam asetat dengan etanol dengan bantuan katalis asam berupa asam sulfat inilah disebut dengan reaksi esterifikasi dimana etil asetat merupakan senyawa ester dan menghasilkan hasil samping yaitu air. Etil asetat dalam proses sintesisnya bila reaksi yang berlangsung sangat lama bahkan melewati yang semestinya maka hasil reaksi akan kembali menjadi reaktan disebut reaksi hidolisis. Reaksi hidrolisis ini membuat etil asetat yang telah jadi strukturnya dipecah oleh air mengakibatkan etil asetat kembali menjadi asam asetat dan etanol. Jadi didalam mensintesis etil asetat harus dikontrol dengan baik
Setiap tumbuhan yang memiliki warna disebabkan karena tumbuhan itu mengandung pigmen warna didalamnya sehingga tumbuhan-tumbuhan memiliki perbedaan warna yang beragam karena adanya pigmen yang beragam. Dalam satu tumbuhan bunga ataupun daunnya pun tidak dipastikan hanya memiliki satu jenis pigmen warna, dalam satu jenis tumbuhan dapat diperkirakan terdiri dari beberapa komponen pigmen berwarna.
Untuk menganalisis secara kualitatif komponen pigmen apa saja yang terdapat dalam tumbuhan kita dapat menguunakan metode kromatografi kertas yang cukup mudah sehingga kita juga dapat mengisolasi komponen-komponen pigmen dalam suatu bagian tumbuhan yang diinginkan. Dengan konsep yang tidak berbeda dengan pemisahan zat pewarna pada spidol seperti yang telah kita lakukan dipraktikum sebelumnya.
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Review Jurnal Kromatografi Gas
1. REVIEW JURNAL KROMATOGRAFI GAS ANALISIS BAHAN ALAM
1. Judul :Inhibitory effects of leaf extract of Lawsonia inermis on
Curvuluraria lunata and characterization of novel inhibitory
compounds by GC-Ms analysis
Author(s) : Tansukh Barupal, Mukesh Meena, Kanika Sharma
Dipublikasikan pada Elsevier Biotechnology Reports Volume 23 Tahun 2019
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2215017X19300992
Direview oleh : Salsabila Azzahra / 1911102415112
2. Latar Belakang/ Masalah Penelitian
Tanaman menghasilkan keragaman tinggi produk alami dengan fungsi yang
menonjol dalam perlindungan terhadap patogen mikroba atas dasar efek beracun
mereka pada pertumbuhan dan reproduksi.
3. Pemecahan Masalah/ Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini, efek sebagian fraksi aseton yang dimurnikan dari L.
daun inermis pada berbagai parameter sitomorfologi yaitu lebar miselium,
ukuran conidial, dll dari test fungi dan fraksi untuk mengkonfirmasi
keberadaan metabolit primer dan sekunder dengan tes fitokimia kualitatif
cepat, kromatografi metode seperti TLC, kromatografi kolom, GC–MS, dll.
4. MetodePenelitian
1. Efek ekstrak pada sitomorfologi uji fungi
a) Uji fungi diperlakukan dengan meningkatkan konsentrasi
ekstrak sampai konsentrasi penghambat minimum (MIC)
b) Biomassa jamur kecil yang terdiri dari miselium, vesikel dan konidia /
spora dikeluarkan dari setiap tabung
c) Dilakukan pemeriksaan mikroskopis setelah pewarnaan dengan kapas biru
d) Dipasang di laktofenol
e) Perubahan lebar miselium dan morfologi ukuran conidial diamati
dengan bantuan mikroskop penelitian trinokuler Olympus BX-51
2. f) dianalisis oleh perangkat lunak Olysia Bioreport dari Olympus.
2. Analisis fitokimia ekstrak daun Inermis Lawsonia
-
3. Tes untuk mendeteksi metabolit sekunder
A. Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa yang memiliki satu atau lebih nitrogen yang
mengandung cincin heterositlik. Tes Wagner dapat dilakukan
untuk mengetahui keberadaan alkaloid dalam pecahan yang
dimurnikan sebagian
a) Setelah dimasukkan 2 tetes asam klorida encer (HCl)
dalam jumlah ekstrak 1 ml
b) diaduk dan disaring
c) Reagen Wagner menghasilkan pembentukan endap coklat
kemerahan. Berbagai reagen alkaloid diuji pada filtrat dan
diamati perkembangan endap
B. Minyak yg mudah menguap
Minyak yang mudah menguap atau esensial adalah konstituen kimia
yang mudah menguap dari tanaman. Tes Sudan III dapat digunakan
untuk mendeteksi keberadaan minyak yang mudah menguap. Metode
yang dimodifikasi dari Kokate et al digunakan untuk mendeteksi
minyak yang mudah menguap. Perkembangan warna merah pada
pencampuran dengan Tes Sudan III akan menunjukkan adanya minyak
yang mudah menguap. Sejumlah kecil ekstrak dan pewarna Tes
Sudan III dicampur untuk pengamatan perkembangan warna
merah.
C. Tanin
Secara kimia, tanin mengandung campuran zat organik yang kompleks.
Polifenol terkandung dalam zat-zat ini. Keberadaan tanin kental
ditunjukkan oleh perkembangan warna hijau dan keberadaan tanin
yang dapat diksilisis ditunjukkan oleh warna biru. Pemeriksaan tanin
3. terdeteksi menggunakan metode Trease dan Evans yang sedikit
dimodifikasi.
a) Sekitar 0, 5 ml ekstrak dilarutkan dalam 5,0 ml air suling
b) Dilarutkan alkohol ferric chloride (FeCl3)
c) diamati untuk perkembangan warna.
D. Saponin
Saponin dikenal sebagai senyawa glikosal yang kompleks. Dalam
senyawa ini, aglycone adalah steroid di alam. Tes busa dapat
digunakan untuk mendeteksi keberadaan saponin. Deteksi saponin
dilakukan dengan sedikit dimodifikasi
metode Kokate
a) 0, 5 ml ekstrak dilarutkan dalam 20 ml air suling
b) dikocok dalam silinder selama 15 menit
Pembentukan buih terus-menerus pada pemanasan menunjukkan
adanya saponin. Kemampuan saponin untuk menghasilkan buih
dalam larutan adalah sebagai tes skrining untuk sampel.
E. Karbohidrat
Karbohidrat didistribusikan secara luas pada tanaman. Mereka dapat
dideteksi oleh tes Molish’atautes Fehling.
a) Untuk tes Fehling,’s 1 ml ekstrak dicampur dalam 5 ml air suling
b) disaring setelah peleburan
c) Beberapa tetes naphthol dan asam sulfat terkonsentrasi (H2SO4))
ditambahkan ke filtrat, warna filtrat berubah menjadi ungu
Ini menunjukkan adanya gula. Demikian pula, ketika sejumlah
kecil filtrat dipanaskan dengan jumlah yang sama dari larutan Fehling
A dan Fehling B, warna berubah menjadi warna merah bata. Ini
menunjukkan adanya karbohidrat.
F. Flavonoids
Dalam satu atau lebih kelompok hidroksil fenolik ini dikombinasikan
dengan residu gula. Uji reagen alkali digunakan untuk mendeteksi
flavonoid. Deteksi flavonoid dilakukan dengan menggunakan metode
Evans yang sedikit dimodifikasi.
4. a) 0,5 ml ekstrak dilarutkan dalam 5 ml larutan NAOH 10%
Ini menghasilkan perkembangan warna coklat kemerahan yang
menunjukkan keberadaan flavonoid.
G. Sterol
Sterol adalah triterpenes dan berdasarkan sistem cincin cyclopentane
perhydroxy phenanthrene. Mereka juga disebut fitosterol. Tes Burch
Liebermann digunakan untuk mendeteksi fitosterol
a) 1 ml ekstrak dicampur dengan 1 ml anhydride asetat
b) Dan 2 ml CHCl3
c) Ditambah bertahap H2SO4 terkonsentrasi 3 melalui sisi tabung
uji
Pembentukan cincin warna coklat di persimpangan dua lapisan
adalah indikasi adanya sterol
4. Isolasi dan karakterisasi prinsip aktif dari ekstrak daun yang dipilih
menggunakan berbagai Teknik kromatografi
A. Sidik jari TLC dari fraksi aseton dari Lawsonia inermis
B. Visualisasi dari plat TLC
5. Kromatografi kolom dimurnikan sebagian dengan fraksi aseton dari
daun Lawsonia inermis
-
6. Identifikasi dan penentuan struktur dengan kromatografi gas/
spekrofotometri massa (GC-MS)
Analisis GC–MS dilakukan pada sistem GC (Perkin-Elmer) ditambah
dengan Perkin- Elmer Turbo Mass MS. Kolom kapiler HP1-MS (30 m
× 0,25 mm × 0,25 for m) digunakan dalam kondisi :
a) suhu oven diprogram dari 70 ○C selama 10 menit
b) kemudian secara bertahap ditingkatkan pada 290 ○C pada 3 menit
c) suhu injektor, 250 ○C
d) gas pembawa Helium
5. e) laju aliran 1 ml/menit
f) volume sampel yang disuntikkan adalah 0,4 ml
g) rasio split 1:60
h) energi ionisasi 70 eV
i) dijalankan selama 40 menit
Jumlah relatif setiap komponen dihitung dengan membandingkan area
puncak rata-ratanya dengan total area. Identifikasi senyawa volatil yang
dipisahkan dilakukan melalui indeks retensi dan spektrometri massa
dengan membandingkan spektra massa dari puncak yang tidak diketahui
dengan yang disimpan di perpustakaan Nist 98/Nbs 75 K GC–MS
5. Hasil & Pembahasan
1. Efek ekstrak pada morfologi uji fungi
2. Analisis Fitokimia
-
3. Kromatografi Kolom dan GC-MS Analisis dari pecahan kolom
a. Hexakosan
b. Oktadekan
c. Dokosan
d. Heptakosan metal
e. Tetrakosan
6. Kesimpulan
Fraksi yang menunjukkan aktivitas antifungi yang paling signifikan terhadap fungi
menjadi sasaran analisis GC-MS lebih lanjut untuk pemisahan dan identifikasi
prinsip aktif. Analisis GC-MS menunjukkan keberadaan total 6 konstituen yaitu
heksakosana, oktadekana, dokosana, heptakosana metil, oktakosana, dan
tetrakosana.
7. Catatan Penting
6. 1. Judul : Changes in volatile compounds of fermented minced pepper
during natural and inoculated fermentation process based on
headspace–gas chromatography–ion mobility spectrometry
Author(s) : Yuyu Chen, Haishan Xu, Shenghua Ding, Hui Zhou, Dan Qin
Fangming Deng, Rongrong Wang
Dipublikasikan pada Jurnal Food Science & Nutrition Volume 8 Tahun 2020
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7382115/
Direview oleh : Salsabila Azzahra / 1911102415112
2. Latar Belakang/ Masalah Penelitian
Buah lada kaya akan nutrisi dan senyawa bioaktif, termasuk L-asam askorbat,
senyawa fenolik, karotenoid, dan capsaicin, yang menunjukkan aktivitas
antioksidan dan efek anti-inflamasi
3. Pemecahan Masalah/ Tujuan Penelitian
Dalam studi ini, perubahan senyawa volatil dalam FMP selama proses NF dan IF
dianalisis, dan beberapa senyawa volatil target dalam sampel dideteksi
menggunakan HS-GC-IMS, analisis komponen utama (PCA), dan heat map
4. Metode Penelitian
1. Persiapan FMP
a) Paprika yang dipilih dilepas pegangannya, dicuci, dikeringkan, dan
dicincang menjadi potongan-potongan kecil (0,5–1 cm × 0,5–1 cm),
dan 10% (w/w)
b) NaCl dan 0,1% CaCl2 (w/w) ditambahkan ke paprika cincang
c) diaduk selama 5 menit
d) Sampel di atas dibagi menjadi dua kelompok: Satu kelompok yang
diinokulasi dengan 5% (w/w) W-4 LAB (107 CFU/ml) dianggap
sebagai IF, dan kelompok lain tanpa lab inokulasi dianggap sebagai
NF.
e) Sampel yang disiapkan dimasukkan ke dalam stoples acar, dan stoples
disegel dengan air untuk mengecualikan udara
f) difermentasi dalam inkubator 30 ° C. FMP diperoleh masing-masing
7. pada 0, 6, 12, 18, dan 24 hari.
g) Sampel yang dipotong-kupotong terdeteksi segera setelah pengeringan
dan penggilingan beku.
2. Analisis HS-GC-IMS
Semua analisis diperoleh oleh instrumen HS-GC-IMS dan perangkat lunak
analisis tambahan yang kembali sesuai dengan metode Sun et al. (2019)
dengan beberapa modifikasi.
a) FMP yang dikeringkan beku (0,5 g)
b) ditimbang dan kemudian ditransfer ke dalam bot-tle headspace 20 ml
c) FMP diinkubasi pada 80 ° C dalam botol headspace,
d) dengan kecepatan 500 rpm selama 10 menit.
e) Setelah inkubasi head space 500 μl secara otomatis disuntikkan
menggunakan jarum suntik berpemanas pada 85 ° C ke dalam kolom
kapiler FS-SE-54-CB-1 (15 m × 0,53 mm ID). Gas yang dibawa
selama injeksi adalah nitrogen (99,99% kemurnian), yang berada di
bawah aliran yang diprogram untuk membawa sampel: 2 ml / menit
ditahan selama 2 menit, mengalir ramp dari 2 ml / menit ke 100 ml /
menit dalam 18 menit, dan kemudian dipertahankan 100 ml / menit
selama 10 menit sampai stop- ping.
f) Analisis dipisahkan dalam kolom pada 60 ° C
g) kemudian diionisasi di ruang ionisasi IMS pada 45 ° C.
Aliran aliran gas hanyut yang konstan diatur hingga 150 ml/menit.
Instrumen ini distandarisasi oleh indeks retensi linear
3. Analisis data
Semua percobaan dilakukan dalam tiga kali perjalanan. Spektra dianalisis
dengan LAV, perangkat lunak untuk analisis kualitatif sampel. Grafik
garis dan batang yang digambar oleh Origin 2018 digunakan untuk
menganalisis perubahan senyawa volatil dalam FMP selama proses
fermentasi. PCA yang diperoleh pada tanggal asli digunakan untuk analisis
pengelompokan senyawa utama dalam sampel. Heat map dihasilkan
8. menggunakan plug-in heat map asal 2018, dan metode yang digunakan
untuk clus- tering dari tanggal asli adalah varian minimum Ward dan jarak
Euclidean.
5. Hasil & Pembahasan
1. Perubahan Spektra HS-GC-IMS di FMP
2. Analisis Kualitatif Senyawa Volatil dalam FMP
3. Analisis Finger Print senyawa
4. Perubahan senyawa volatile FMP
5. Analisis berdasarkan hasil PCA
6. Analisis Pengelompokan berdasarkan heat map
6. Kesimpulan
Hasil membuktikan bahwa HS-GC-IMS adalah metode yang efektif untuk
menganalisis perubahan senyawa volatil dalam FMP selama proses NF dan IF
7. Catatan Penting
9. 1. Judul : Fast Analysis of Principal Volatile Compounds Incrude and
Processed Atractylodes macrocephala by an Automated Static
Headspace Gas Chromatography- Mass Spectrometry
Author(s) : Jida Zhang, Gang Cao, Yunhua Xia, Chengping Wen,Yongsheng
Fan
Dipublikasikan di Pharmacognosy Magazine Volume 10 Tahun 2014
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4159917/
Direview oleh : Salsabila Azzahra / 1911102415112
2. Latar Belakang/ Masalah Penelitian
Atractylodes macrocephala, obat herbal terkenal, digunakan secara luas dalam
praktik Pengobatan Tradisional Cina (TCM). Prosedur pemrosesan adalah
pendekatan umum yang biasanya terjadi sebelum A. macrocephala diresepkan.
3. Pemecahan Masalah/ Tujuan Penelitian
Jurnal ini menjelaskan alat tes sensitif dan spesifik untuk penentuan senyawa
volatil utama dalam minyak mentah dan diproses A. macrocephala
4. Metode Penelitian
Analisis Spektrometer Massa Kromatografi Gas
Analisis minyak volatil dilakukan pada Termo Fisher ISQ tunggal quadrupole
gas kromatatograf-massa spektrometer (GC / MS). Kolom kapiler DB-5MS (30
m × 0, 25 mm, 0,25 m)digunakan untuk pemisahan senyawa volatil di A. sampel
macrocephala. Suhu injeksi ditetapkan pada 250 ° C dan mode splitless
digunakan. Program suhu oven adalah sebagai berikut: Suhu awal 60 ° C selama
1 menit, meningkat menjadi 160 ° C pada 3 ° C / menit selama 0 menit,
kemudian meningkat menjadi 250 ° C pada 5 ° C / menit, 250°C waines maintd f
r 5 menit. Dilalui (99.. ( 999%) gas pembawa memiliki laju aliran 1,0 ml/menit.
Spektra massa direkam dalam electron impact (EI) dengan mode pemindaian
penuh pada 70 eV, memindai kisaran 40-450 m/z. Suhu sumber ion adalah 200 °
C. Arus emisi filamen adalah 50 MA.Suhu transfer MS ditetapkan pada 250°C
Senyawa diidentifikasi menggunakan NIST Mass Spectral Search Program
10. 5. Hasil & Pembahasan
SHS-GC/MS adalah teknik yang cocok untuk menentukan senyawa volatil dalam
sampel jamu. Dalam penelitian ini, 49 senyawa volatil diidentif ikasi dari minyak
mentah dan diproses sampel A. macrocephala, mewakili 88,59% dan 87,57%
masing-masing minyak, menurut urutan elusi mereka. Kromatogram GC / MS
khas minyak atsiri dalam minyak mentah dan A. macrocephala yang diproses di
bawah sistem kolom yang sama digambarkan pada Gambar 1. Yang terdapat di
jurnal original yang berada di lampiran (di bawah) Konstituen kimia yang
diidentifikasi oleh GC / MS dalam minyak esensial dan isinya dirangkum dalam
Tabel 1. Meskipun komponen yang diidentifikasi serupa di minyak esensial yang
berasal dari dua kelompok, kuantitas beberapa komponen dalam setiap minyak
esensial sangat berbeda.
Prosedur pemrosesan memiliki efek yang besar pada komponen yang mudah
menguap di A. macrocephala. Ada lebih banyak komponen dalam minyak dari
sampel olahan daripada yang mentah. Dalam penelitian ini, satu senyawa yang
tidak diidentifikasi dalam minyak sampel olahan, hilang selama pemrosesan
dalam minyak A. macrocephala.
Selain itu, ada perbedaan besar dalam isi komposisi yang mudah menguap antara
minyak mentah dan obat olahan. Konstituen utama dalam minyak esensial
minyak mentah yang diproses A.macrocephala adalah atractylon,
aromadendrene, t-Elemene dan allo-aromaden drene, menyumbang lebih dari
61,80% dan 46,70% dari minyak total masing-masing sampel mentah dan
olahan,. Setelah diproses, perlakuan panas meningkat relatif jumlah dari,
aromadendrene ,allo-aromaden drene dari 7,77-12,34%,14,28-17,48%,
bagaimanapun isi π-Elemene dan atractylon dalam sampel olahan lebih rendah
daripada dalam satuan mentah . di lubang, kecuali untuk 16 komposisi yang
mudah menguap, senyawa lain dari olahan A. macrocephala ditingkatkan dalam
berbagai derajat. Menurut catatan sejarah, rimpang Atractylodis yang diproses dari
SFWB menunjukkan efek yang lebih kuat untuk menyegarkan fungsi limpa
daripada yang mentah. Diduga bahwa peningkatan isi komponen volatil yang
11. diinduksi oleh prosedur pemrosesan akan terkait dengan efek menyegarkan fungsi
limpa.
6. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak yang mudah menguap dalam minyak
mentah dan diproses A. macrocephala sangat kuantitatif dan secara kualitatif
berbeda. Pengolahan menghasilkan pengurangan kandungan minyak yang mudah
menguap dan variasi komposisi kimia dalam A. macrocephala.
7. Catatan Penting