SlideShare a Scribd company logo
KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA
Oleh : Silvyani Eka Putri
Kita ketahui bahwa intelektual yaitu akal budi atau intelegensi yang berarti
kemampuan untuk meletakkan hubungan dari proses berpikir, kemampuan untuk
melakukan pemikiran yang bersifat abstrak atau tidak bisa di lihat (abstraksi), serta
berpikir logis dan cepat sehingga dapat bergerak dan menyesuaikan diri terhadap situasi
baru. Dalam hal ini orang yang intelligent adalah orang yang dapat menyelesaikan
persoalan dalam waktu yang lebih singkat, memahami masalahnya lebih cepat dan
cermat serta mampu bertindak cepat.
Permasalahan yang dihadapi dengan rendahnya kemampuan intelektual seseorang
adalah sulitnya siswa dalam mempelajari sesuatu hal, contohnya matematika. Kesiapan
belajar siswa harus sangat diperhatikan dengan cermat, sehingga anak dapat menyerap
pembelajaran yang sedang berjalan dengan optimal. Kegiatan pembelajaran
matematika yang dianggap sulit oleh siswa dapat berjalan dengan lancar, apabila kita
dapat mengetahui permaslahan apa saja yang sering dialami siswa. Dengan itu, kita
dapat mencari jalan terbaik untuk membantu siswa dalam memahami dengan baik dan
mudah.
Kesulitan belajar matematika disebut juga diskalkulia (dyscalculia). Istilah
diskalkulia memiliki konotasi medis yang memandang adanya keterkaitan dengan
gangguan sistem syaraf pusat. Dapat kita temui tidak sedikit orang yang mengalami
kesulitan dalam belajar matematika, dan diantaranya memiliki semangat yang tinggi
untuk dapat mempelajari matematika lebih lanjut. Menurut honson dan Myklebust
(1967:244), matematika adalah bahasa simbolik yang fungsi praktisnya untuk
mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan. Sedangkan fungsi
teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir. Sehingga banyak orang berpandangan
bahwa matematika penting untuk dipelajari dan dipahami lebih lanjut.
Kesulitan belajar dan masalah belajar menjadi istilah yang menggambarkan
seorang anak mulai mengalami kesulitan belajar di sekolah. Di beberapa negara juga
digunakan sebagai sinonim untuk ketidakmampuan belajar. Setiap orang mungkin
mengalami kesulitan belajar ringan dan berat, yang disebabkan oleh faktor internal atau
eksternal. Anak-anak, yang dilengkapi dengan program pendidikan di bawah hukum
federal, berada di sebagian besar negara dibedakan dari anak-anak lain dengan kesulitan
belajar pada dua alasan.
Pertama, dasar dari masalah skolastik mereka diduga karena beberapa disfungsi
neurologis. Kategori LD (Learning Difficult) termasuk anak-anak yang memiliki
kesulitan belajar sebagai akibat dari visual, pendengaran atau cacat motor,
keterbelakangan mental, gangguan emosi, atau yang merugikan lingkungan, budaya
atau ekonomi.
Kedua, untuk dapat didiagnosis sebagai "cacat belajar," harus ada perbedaan
antara potensi dan prestasi anak. Biasanya 50% perbedaan digunakan sebagai kriteria
untuk identifikasi. Perbedaan 50% itu berarti bahwa anak hanya mencapai setengah dari
potensinya yang diharapkan.
Selain itu, yang harus diketahui adalah hasil belajar matematika yang harus
dikuasai siswa meliputi: perhitugan matematis (mathematics calculation) dan penalaran
matematis (mathematics reasoning). Menurut Lerner (1988:430) kurikulum bidang
matematika hendaknya mencakup tiga elemen, yaitu: konsep, keterampilan dan
pemecahan masalah.
a. Jenis-jenis Kesulitan Belajar
1) Disleksia
Disleksia adalah kombinasi dari kemampuan dan kesulitan, kesulitan
mempengaruhi proses belajar dalam aspek bahasa dan berhitung. Ditandai dari
kelemahan yang terus-menerus dapat diidentifikasi dalam memori jangka
pendek, kecepatan pemrosesan, urutan keterampilan, pendengaran dan persepsi
visual, bahasa lisan, dan keterampilan motorik, termasuk masalah membaca,
menulis, ejaan, berbicara. Kemampuan berupa kemampuan visuo-spasial
(berhubungan dengan bentuk, pola, desain, dan dengan seluruh spektrum warna,
serta dengan penempatan dan hubungan objek dalam ruang, termasuk jarak dan
arah) yang baik, berpikir kreatif dan pemahaman intuitif.
2) Dyspraxia (Gangguan Integrasi Sensory)
Siswa dengan dyspraxia dipengaruhi oleh penurunan nilai dan sering canggung.
Keterampilan motorik halus (berkaitan dengan keseimbangan dan koordinasi)
dan keterampilan motorik halus (yang berkaitan dengan manipulasi objek) sulit
untuk belajar dan sulit untuk mempertahankan belajar. Pengucapan juga
terpengaruh dan orang-orang dengan dyspraxia sensitif terhadap suara, cahaya,
dan sentuhan. Masalah dengan koordinasi tangan-mata, keseimbangan, dan
ketangkasan manual.
3) Dyscalculia
Dyscalculia adalah kesulitan belajar yang melibatkan aspek paling dasar dari
keterampilan aritmatika. Kesulitannya terletak pada pemahaman, penerimaan,
atau produksi informasi kuantitatif dan spasial. Siswa dengan dyscalculia
mungkin mengalami kesulitan dalam memahami konsep angka sederhana,
kurangnya pemahaman intuitif sebuah angka dan memiliki masalah belajar
dalam penjumlahan dan prosedur. Ini dapat berhubungan dengan konsepkonsep
dasar seperti mengatakan waktu, menghitung harga, dan mengukur hal-hal
seperti suhu dan kecepatan. Jenis Dyscalculia menurut Kosc (1974) ada enam,
yaitu:
a) Verbal, yaitu kesulitan menggunakan konsep matematika dalam bahasa
lisan. Kosc mencatat dua aspek jenis dyscalculia ini: (1) kesulitan
mengidentifikasi pengucapan angka (meskipun individu dapat membaca
angka), dan (2) kesulitan mengingat nama suatu besaran (walaupun mereka
bisa membaca dan menulis nomor).
b) Practognostic, yaitu kesulitan memanipulasi atau pencacahan kuantitas.
Kesulitan di sini melibatkan mengkonversi aritmatika atau prosedur
sehubungan dengan jumlah.
c) Lexical, yaitu kesulitan membaca simbol matematika seperti angka. Siswa
dengan kesulitan ini dapat berbicara tentang ide-ide matematika dan
memahami diskusi lisan mereka namun mengalami kesulitan membaca
simbol dan nomor kalimat.
d) Grafis, yaitu kesulitan menulis simbol matematika. Siswa dapat memahami
ide-ide matematika secara diskusi lisan dan dapat membaca informasi
numerik tetapi mengalami kesulitan menulis pemahaman simbolisme
matematika.
e) Ideognostic, yaitu kesulitan untuk memahami ide-ide yang berhubungan
dengan matematika.
f) Operasional , yaitu kesulitan melakukan operasi matematika.
4) Dysgraphia
Dysgraphia merupakan kesulitan dengan menulis. Masalah dengan tulisan
tangan, ejaan, mengorganisasi ide-ide.
5) Auditory Processing Disorder
Auditory Processing Disorder merupakan kesulitan mendengar perbedaan
antara suara. Masalah dengan membaca, dan pemahaman bahasa.
6) Visual Processing Disorder
Visual Processing Disorder merupakan kesulitan menafsirkan informasi visual.
Masalah dengan membaca, matematika, peta, grafik, simbol, dan gambar.
7) Attention Difficult Disorder (ADD)
Attention Deficit Disorder (ADD) ada dengan atau tanpa hiperaktivitas.
Gangguan ini terjadi pada orang yang sering pergi tugas, mengalami kesulitan
tertentu dimulai dan beralih tugas bersama-sama dengan rentang perhatian yang
sangat pendek dan tingkat tinggi. Mereka gagal menggunakan umpan balik yang
yang mereka terima dengan efektif dan mereka memiliki kemampuan
mendengarkan yang lemah. Mereka yang hiperaktif dapat bertindak impulsif
dan tak menentu, mengalami kesulitan meramalkan hasil, gagal untuk
merencanakan ke depan dan menjadi gelisah. Mereka yang tidak memiliki sifat
hiperaktif cenderung melamun berlebihan, kehilangan jejak dari apa yang
mereka lakukan dan gagal untuk terlibat dalam belajar mereka kecuali mereka
sangat termotivasi. Perilaku orang dengan AD (H) D dapat tidak tepat dan tak
terduga, sehingga menjadi penghalang untuk belajar lebih lanjut.
b. Pendekatan Dalam Pembelajaran Matematika
Ada 4 pendekatan yang paling berpengaruh dalam pengajaran matematika,
yaitu: urutan belajar yang bersifat perkembangan (developmental learning
sequences), belajar tuntas (mastery learning), strategi belajar (learning strategies),
pemecahan masalah (problem solving).
1) Pendekatan urutan belajar yang bersifat perkembangan menekankan pada
pengukuran kesiapan belajar siswa, penyediaan pengalaman dasar dan
keterampilan matematika prasyarat. Pengajaran matematika harus dimulai dari
yang konkrit menuju ke semi konkrit dan akhirnya ke abstrak.
2) Pendekatan belajar tuntas menekankan pada pengajaran matematika melalui
pembelajaran langsung (direct instruction) dan terstruktur. Langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut:
a) Menentukan sasaran atau tujuan pembelajaran khusus yang dapat diukur
dan diamati. Contoh: siswa dapat menuliskan jawaban terhadap 20 soal
penjumlahan 1 sampai 10 dalam waktu 10 menit dengan 90% benar.
b) Menguraikan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
c) Menentukan langkah-langkah yang sudah dikuasai oleh siswa.
d) Mengurutkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan.
3) Pendekatan strategi belajar memusatkan pada bagaimana belajar matematika
(how to learn mathematics).
4) Pendekatan pemecahan masalah menekankan pada pengajaran untuk berfikir
tentang cara memecahkan masalah dan pemrosesan informasi.
c. Karakteristik Anak Berkesulitan Belajar Matematika
Menurut Lerner (1981: 35), ada beberapa karakteristik anak berkesulitan
belajar matematika, yaitu: adanya gangguan dalam hubungan keruangan,
abnormalitas persepsi visual, asosiasi visual motor, perseverasi, kesulitan
mengenal dan memahami simbol, gangguan penghayatan tubuh, kesulitan dalam
bahasa dan membaca, scor Performance IQ jauh lebih rendah dari pada skor verbal
IQ.
1) Gangguan hubungan keruangan
Konsep hubungan keruangan seperti atas bawah, puncak dasar, jauh dekat,
tinggi rendah, depan belakang, awal akhir umumnya telah dikuasai oleh anak
sebelum masuk SD, namun bagi anak berkesulitan belajar matematika
memahami konsep-konsep tersebut mengalami kesulitan karena kurang
berkomunikasi dan lingkungan sosial kurang mendukung, selain itu juga
adanya kondisi intrinsik yang diduga disfungsi otak. Karena adanya gangguan
tersebut mungkin anak tidak mampu merasakan jarak angka-angka dan garis
bilangan atau penggaris, dan mungkin anak tidak tahu bahwa angka 2 lebih
dekat ke angka 3 daripada ke angka 8.
2) Abnormalitas persepsi visual
Anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan untuk
melihat berbagai obyek dalam hubungannya dengan kelompok. Misalnya anak
mengalami kesulitan dalam menjumlahkan dua kelompok benda yang terdiri
dari tiga dan empat anggota. Anak juga sering tidak mampu membedakan
bentuk-bentuk geometri.
3) Asosiasi visual motor
Anak berkesulitan belajar matematika sering tidak dapat berhitung benda-
benda secara berurutan, anak mungkin baru memegang benda yang kedua
tetapi mengucapkan empat.
4) Perseverasi
Anak yang perhatiannya melekat pada satu objek dalam waktu relatif lama.
Gangguan perhatian semacam itu disebut perseverasi. Pada mulanya anak dapat
mengerjakan tugas dengan baik, tetapi lama-kelamaan perhatiannya melekat
pada satu objek saja.
Contoh:
4 + 3 = 7
4 + 4 = 8
5 + 4 = 8
3 + 6 = 8
5) Kesulitan mengenal dan memahami simbol
Anak kesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan dalam
mengenal dan menggunakan simbol-simbol matematika seperti (+). (-), (×), (:),
(=), (<), (>), gangguan ini dapat disebabkan oleh gangguan memori, dan oleh
gangguan persepsi visual.
6) Gangguan penghayatan tubuh
Anak berkesulitan belajar matematika juga sering menunjukkan adanya
gangguan penghayatan tubuh (body image), anak sulit memahami hubungan
bagian-bagian dari tubuhnya sendiri, misalnya jika disuruh menggambar
tubuh, maka tiadak ada yang utuh.
7) Kesulitan dalam membaca dan bahasa
Anak berkesulitan belajar matematika akan mengalami kesulitan dalam
memecahkan soal-soal yang berbentuk cerita.
8) Skor PIQ jauh lebih rendah dari VIQ
Hasil tes inteligensi dengan menggunakan WISC (Weshler Intelligence Scale
for Children) menunjukkan bahwa anak berkesulitan belajar matematika
memiliki PIQ (Performance Intelligence Quotient) yang jauh lebih rendah
daripada skor VIQ (Verbal Intelligence Quotient). Sub tes verbal mencakup:
Informasi, persamaan, aritmetika, perbendaharaan kata, dan pemahaman. Sub
tes kinerja mencakup: melengkapi gambar, menyusun gambar, menyusun
balok, dan menyusun obyek.
9) Kekeliruan Umum Anak Berkesulitan Belajar Matematika
Agar dapat membantu anak berkesulitan belajar matematika, guru perlu
memahami berbagai kesalahan umum yang dilakukan anak dalam
menyelesaikan tugas-tugas matematika. Menurut Lerner (1981: 367),
kekurangan itu meliputi pemahaman tentang: simbol, nilai tempat,
perhitungan, penggunaan proses yang keliru, dan tulisan yang tidak terbaca.
a) Kekurangan pemahaman tentang simbol
Anak-anak pada umumnya tidak terlalu sulit jika dihadapkan pada soal-
soal 4+3 = ....., 8 - 6 = ....., tetapi akan mengalami kesulitan jika dihadapkan
pada soal-soal seperti 4 + ....= 7, 8 = .....+ 5, atau 8 - .....= 3. Kesulitan
semacam ini umumnya karena anak tidak memahami simbol-simbol
seperti (=), (+), (-), dsb. Agar anak dapat menyelesaikan soal-soal itu,
mereka harus lebih dahulu memahami simbol-simbol tersebut.
b) Nilai tempat
Ketidakpahaman terhadap nilai tempat banyak ditunjukkan oleh anak-anak
seperti berikut:
75 68
27 - 13 +
58 71
c) Perhitungan
Ada anak yang belum mengenal dengan baik konsep perkalian, tetapi
menghafal perkalian tersebut. Kesalahan tersebut umumnya tampak
sebagai berikut:
6 8
7 × 7 ×
46 54
Daftar perkalian mungkin dapat membantu memperbaiki kekeliruan anak
jika anak telah memahami konsep dasar perkalian.
d) Penggunaan proses yang keliru
Kekeliruan dalam penggunaan proses penghitungan dapat dilihat pada
contoh berikut:
1) Mempertukarkan simbol-simbol
6 15
2 x 3 -
12 18
Jumlah satuan dan puluhan ditulis tanpa memperhatikan nilai tempat
83 66
67 29 +
1410 815
2) Semua digit ditambah bersama
67 58
31 + 12 +
17 16
Anak menghitung 6 + 7 + 3 +1 = 17 dan 5 + 8 + 1 + 2 = 16.
3) Dalam menjumlahkan puluhan digabungkan dengan satuan
68 73
8 + 9 +
166 172
4) Bilangan yang besar dikurangi bilangan yang kecil tanpa
memperhatikan nilai tempat
627 761
486 - 489 –
261 328
5) Tulisan yang tidak dapat dibaca
Ada anak yang tidak dapat membaca tulisannya sendiri karena bentuk-
bentuk hurufnya tidak tepat atau tidak lurus mengikuti garis. Akibatnya
anak banyak mengalami kekeliruan.
Daftar Pustaka
Abdurrahman, Mulyono. 2012. Anak Kesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
Mulyadi. 2008. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan Terhadap Kesulitan
Belajar Khusus. Malang : Nuha Litera.

More Related Content

What's hot

Metode pembelajaran individu
Metode pembelajaran individuMetode pembelajaran individu
Metode pembelajaran individuNastiti Rahajeng
 
Makalah Model Pembelajaran Discovery Learning
Makalah Model Pembelajaran Discovery LearningMakalah Model Pembelajaran Discovery Learning
Makalah Model Pembelajaran Discovery Learningsilva a'yun
 
PPT Media Pembelajaran
PPT Media Pembelajaran PPT Media Pembelajaran
PPT Media Pembelajaran Naily Mulyono
 
Bahan ajar materi peluang kelas viii
Bahan ajar materi peluang kelas viiiBahan ajar materi peluang kelas viii
Bahan ajar materi peluang kelas viiiMartiwiFarisa
 
Media pembelajaran matematika berbasis ict
Media pembelajaran matematika berbasis ictMedia pembelajaran matematika berbasis ict
Media pembelajaran matematika berbasis ictHeri Cahyono
 
Ppt luas segitiga
Ppt luas segitigaPpt luas segitiga
Ppt luas segitigamuktiati
 
Contoh lkpd kelas viii smp semester 1 (gradien)
Contoh lkpd kelas viii smp semester 1 (gradien)Contoh lkpd kelas viii smp semester 1 (gradien)
Contoh lkpd kelas viii smp semester 1 (gradien)Halimirna Inha
 
Pendekatan open-ended dalam pembelajaran matematika
Pendekatan open-ended dalam pembelajaran matematikaPendekatan open-ended dalam pembelajaran matematika
Pendekatan open-ended dalam pembelajaran matematikaIrianto Aras
 
Contoh skenario pembelajaran
Contoh skenario pembelajaranContoh skenario pembelajaran
Contoh skenario pembelajaranriyanastiti
 
Kemampuan representasi matematis
Kemampuan representasi matematisKemampuan representasi matematis
Kemampuan representasi matematisIbnu Fajar
 
RPP Aritmatika Sosial (Bruto)
RPP Aritmatika Sosial (Bruto)RPP Aritmatika Sosial (Bruto)
RPP Aritmatika Sosial (Bruto)matematikauntirta
 
PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH (Gina Nur Hidayani 0903655))
PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH (Gina Nur Hidayani 0903655))PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH (Gina Nur Hidayani 0903655))
PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH (Gina Nur Hidayani 0903655))Interest_Matematika_2011
 
Bahan ajar aritmatika sosial untuk SMP kelas 7
Bahan ajar aritmatika sosial untuk SMP kelas 7Bahan ajar aritmatika sosial untuk SMP kelas 7
Bahan ajar aritmatika sosial untuk SMP kelas 7Agung Maulana
 
Rumus prosentase ketuntasan belajar
Rumus prosentase ketuntasan belajarRumus prosentase ketuntasan belajar
Rumus prosentase ketuntasan belajarAdelaide Australia
 
Konsep Bilangan Bulat
Konsep Bilangan BulatKonsep Bilangan Bulat
Konsep Bilangan BulatAbdul Rais P
 
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematisKemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematisYadi Pura
 

What's hot (20)

Metode pembelajaran individu
Metode pembelajaran individuMetode pembelajaran individu
Metode pembelajaran individu
 
Makalah Model Pembelajaran Discovery Learning
Makalah Model Pembelajaran Discovery LearningMakalah Model Pembelajaran Discovery Learning
Makalah Model Pembelajaran Discovery Learning
 
PPT Media Pembelajaran
PPT Media Pembelajaran PPT Media Pembelajaran
PPT Media Pembelajaran
 
Bahan ajar materi peluang kelas viii
Bahan ajar materi peluang kelas viiiBahan ajar materi peluang kelas viii
Bahan ajar materi peluang kelas viii
 
Media pembelajaran matematika berbasis ict
Media pembelajaran matematika berbasis ictMedia pembelajaran matematika berbasis ict
Media pembelajaran matematika berbasis ict
 
Ppt luas segitiga
Ppt luas segitigaPpt luas segitiga
Ppt luas segitiga
 
Fungsi Pembangkit
Fungsi PembangkitFungsi Pembangkit
Fungsi Pembangkit
 
Contoh lkpd kelas viii smp semester 1 (gradien)
Contoh lkpd kelas viii smp semester 1 (gradien)Contoh lkpd kelas viii smp semester 1 (gradien)
Contoh lkpd kelas viii smp semester 1 (gradien)
 
Pendekatan open-ended dalam pembelajaran matematika
Pendekatan open-ended dalam pembelajaran matematikaPendekatan open-ended dalam pembelajaran matematika
Pendekatan open-ended dalam pembelajaran matematika
 
Contoh skenario pembelajaran
Contoh skenario pembelajaranContoh skenario pembelajaran
Contoh skenario pembelajaran
 
Penalaran Matematika
Penalaran MatematikaPenalaran Matematika
Penalaran Matematika
 
Kemampuan representasi matematis
Kemampuan representasi matematisKemampuan representasi matematis
Kemampuan representasi matematis
 
RPP Aritmatika Sosial (Bruto)
RPP Aritmatika Sosial (Bruto)RPP Aritmatika Sosial (Bruto)
RPP Aritmatika Sosial (Bruto)
 
Teori van hielle
Teori van hielleTeori van hielle
Teori van hielle
 
PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH (Gina Nur Hidayani 0903655))
PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH (Gina Nur Hidayani 0903655))PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH (Gina Nur Hidayani 0903655))
PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH (Gina Nur Hidayani 0903655))
 
Bahan ajar aritmatika sosial untuk SMP kelas 7
Bahan ajar aritmatika sosial untuk SMP kelas 7Bahan ajar aritmatika sosial untuk SMP kelas 7
Bahan ajar aritmatika sosial untuk SMP kelas 7
 
Rumus prosentase ketuntasan belajar
Rumus prosentase ketuntasan belajarRumus prosentase ketuntasan belajar
Rumus prosentase ketuntasan belajar
 
Konsep Bilangan Bulat
Konsep Bilangan BulatKonsep Bilangan Bulat
Konsep Bilangan Bulat
 
Teknik konversi-skor-mentah-hasil-tes
Teknik konversi-skor-mentah-hasil-tesTeknik konversi-skor-mentah-hasil-tes
Teknik konversi-skor-mentah-hasil-tes
 
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematisKemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis
 

Similar to Kesulitan belajar matematika

Makalah Layanan Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif/Akademik.docx
Makalah Layanan Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif/Akademik.docxMakalah Layanan Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif/Akademik.docx
Makalah Layanan Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif/Akademik.docxDedy Wiranto
 
Laporan lawatan ke sekolah kebangsaan lukut
Laporan lawatan ke sekolah kebangsaan lukutLaporan lawatan ke sekolah kebangsaan lukut
Laporan lawatan ke sekolah kebangsaan lukutSyahirah Mahiyud-Din
 
Pert. 1 KES. BELAJAR DLM PERSPEKTIF PENDIDIKAN.docx.pptx
Pert. 1 KES. BELAJAR DLM PERSPEKTIF PENDIDIKAN.docx.pptxPert. 1 KES. BELAJAR DLM PERSPEKTIF PENDIDIKAN.docx.pptx
Pert. 1 KES. BELAJAR DLM PERSPEKTIF PENDIDIKAN.docx.pptxKakaSatriaPratama
 
Deteksi Dini Gangguan Belajar pada Anak
Deteksi Dini Gangguan Belajar pada AnakDeteksi Dini Gangguan Belajar pada Anak
Deteksi Dini Gangguan Belajar pada AnakLukman Izyan
 
K5.0 PENGURUSAN BILIK DARJAH INKLUSIF MELIBATKAN MURID BERKEPERLUAN KHAS (MBK...
K5.0 PENGURUSAN BILIK DARJAH INKLUSIF MELIBATKAN MURID BERKEPERLUAN KHAS (MBK...K5.0 PENGURUSAN BILIK DARJAH INKLUSIF MELIBATKAN MURID BERKEPERLUAN KHAS (MBK...
K5.0 PENGURUSAN BILIK DARJAH INKLUSIF MELIBATKAN MURID BERKEPERLUAN KHAS (MBK...PJ0621MuhammadNaufal
 
Modul 3 - Bagaimana membangun kemampuan literasi numerasi secara bertahap sej...
Modul 3 - Bagaimana membangun kemampuan literasi numerasi secara bertahap sej...Modul 3 - Bagaimana membangun kemampuan literasi numerasi secara bertahap sej...
Modul 3 - Bagaimana membangun kemampuan literasi numerasi secara bertahap sej...SekarWahyuni3
 
Makalah Pembelajaran Kelas Khusus
Makalah Pembelajaran Kelas KhususMakalah Pembelajaran Kelas Khusus
Makalah Pembelajaran Kelas KhususDedy Wiranto
 
Makalah Hakikat Kesulitan Belajar 2024.docx
Makalah Hakikat Kesulitan Belajar 2024.docxMakalah Hakikat Kesulitan Belajar 2024.docx
Makalah Hakikat Kesulitan Belajar 2024.docxsafiraeong
 
Presentasi Materi Ganguan Belajar.pptx
Presentasi Materi Ganguan Belajar.pptxPresentasi Materi Ganguan Belajar.pptx
Presentasi Materi Ganguan Belajar.pptxPremiumLagi1
 
Bab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada PolinomialBab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada PolinomialAri Sanjaya
 
diagnosis kesulitan belajar.docx
diagnosis kesulitan belajar.docxdiagnosis kesulitan belajar.docx
diagnosis kesulitan belajar.docxluthfiahkhairani
 
2013 2-2-84202-411409095-bab2-12032014012827
2013 2-2-84202-411409095-bab2-120320140128272013 2-2-84202-411409095-bab2-12032014012827
2013 2-2-84202-411409095-bab2-12032014012827Cha Aisyah
 
Kesulitan belajar
Kesulitan belajarKesulitan belajar
Kesulitan belajarajengpujir
 
Masalah masalah belajar
Masalah masalah belajarMasalah masalah belajar
Masalah masalah belajarDedi Yulianto
 
kesulitan belajar.docx
kesulitan belajar.docxkesulitan belajar.docx
kesulitan belajar.docxWayanArtha1
 

Similar to Kesulitan belajar matematika (20)

Kelompok 8 kb3
Kelompok 8 kb3Kelompok 8 kb3
Kelompok 8 kb3
 
Makalah Layanan Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif/Akademik.docx
Makalah Layanan Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif/Akademik.docxMakalah Layanan Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif/Akademik.docx
Makalah Layanan Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif/Akademik.docx
 
Gangguan belajar
Gangguan belajarGangguan belajar
Gangguan belajar
 
Laporan lawatan ke sekolah kebangsaan lukut
Laporan lawatan ke sekolah kebangsaan lukutLaporan lawatan ke sekolah kebangsaan lukut
Laporan lawatan ke sekolah kebangsaan lukut
 
Pert. 1 KES. BELAJAR DLM PERSPEKTIF PENDIDIKAN.docx.pptx
Pert. 1 KES. BELAJAR DLM PERSPEKTIF PENDIDIKAN.docx.pptxPert. 1 KES. BELAJAR DLM PERSPEKTIF PENDIDIKAN.docx.pptx
Pert. 1 KES. BELAJAR DLM PERSPEKTIF PENDIDIKAN.docx.pptx
 
Deteksi Dini Gangguan Belajar pada Anak
Deteksi Dini Gangguan Belajar pada AnakDeteksi Dini Gangguan Belajar pada Anak
Deteksi Dini Gangguan Belajar pada Anak
 
K5.0 PENGURUSAN BILIK DARJAH INKLUSIF MELIBATKAN MURID BERKEPERLUAN KHAS (MBK...
K5.0 PENGURUSAN BILIK DARJAH INKLUSIF MELIBATKAN MURID BERKEPERLUAN KHAS (MBK...K5.0 PENGURUSAN BILIK DARJAH INKLUSIF MELIBATKAN MURID BERKEPERLUAN KHAS (MBK...
K5.0 PENGURUSAN BILIK DARJAH INKLUSIF MELIBATKAN MURID BERKEPERLUAN KHAS (MBK...
 
Model Disleksia
Model DisleksiaModel Disleksia
Model Disleksia
 
Modul 3 - Bagaimana membangun kemampuan literasi numerasi secara bertahap sej...
Modul 3 - Bagaimana membangun kemampuan literasi numerasi secara bertahap sej...Modul 3 - Bagaimana membangun kemampuan literasi numerasi secara bertahap sej...
Modul 3 - Bagaimana membangun kemampuan literasi numerasi secara bertahap sej...
 
Makalah Pembelajaran Kelas Khusus
Makalah Pembelajaran Kelas KhususMakalah Pembelajaran Kelas Khusus
Makalah Pembelajaran Kelas Khusus
 
Makalah Hakikat Kesulitan Belajar 2024.docx
Makalah Hakikat Kesulitan Belajar 2024.docxMakalah Hakikat Kesulitan Belajar 2024.docx
Makalah Hakikat Kesulitan Belajar 2024.docx
 
Onday
OndayOnday
Onday
 
Presentasi Materi Ganguan Belajar.pptx
Presentasi Materi Ganguan Belajar.pptxPresentasi Materi Ganguan Belajar.pptx
Presentasi Materi Ganguan Belajar.pptx
 
Bab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada PolinomialBab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
 
diagnosis kesulitan belajar.docx
diagnosis kesulitan belajar.docxdiagnosis kesulitan belajar.docx
diagnosis kesulitan belajar.docx
 
2013 2-2-84202-411409095-bab2-12032014012827
2013 2-2-84202-411409095-bab2-120320140128272013 2-2-84202-411409095-bab2-12032014012827
2013 2-2-84202-411409095-bab2-12032014012827
 
Kesulitan belajar
Kesulitan belajarKesulitan belajar
Kesulitan belajar
 
Masalah masalah belajar
Masalah masalah belajarMasalah masalah belajar
Masalah masalah belajar
 
kesulitan belajar.docx
kesulitan belajar.docxkesulitan belajar.docx
kesulitan belajar.docx
 
Soal baru
Soal baruSoal baru
Soal baru
 

Recently uploaded

MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxKurnia Fajar
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERIPURWANTOSDNWATES2
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdfindrawatiahmad62
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024SABDA
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...AgusRahmat39
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfNurSriWidyastuti1
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA (PPKN) KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA (PPKN) KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA (PPKN) KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA (PPKN) KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt xjohan199969
 
1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud
1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud
1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paudMamanDiana
 
Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024
Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024
Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024SABDA
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawassuprihatin1885
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...haryonospdsd011
 
Repi jayanti_2021 B_Analsis Kritis Jurnal
Repi jayanti_2021 B_Analsis Kritis JurnalRepi jayanti_2021 B_Analsis Kritis Jurnal
Repi jayanti_2021 B_Analsis Kritis Jurnalrepyjayanti
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfgloriosaesy
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfHernowo Subiantoro
 
Susi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Susi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfSusi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Susi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfSusiSusanti94678
 
Dokumen Tindak Lanjut Pengelolaan Kinerja Guru.docx
Dokumen Tindak Lanjut Pengelolaan Kinerja Guru.docxDokumen Tindak Lanjut Pengelolaan Kinerja Guru.docx
Dokumen Tindak Lanjut Pengelolaan Kinerja Guru.docxMasHari12
 
Presentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptx
Presentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptxPresentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptx
Presentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptxDWIHANDOYOPUTRO2
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxEkoPutuKromo
 

Recently uploaded (20)

MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdf
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA (PPKN) KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA (PPKN) KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA (PPKN) KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA (PPKN) KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
 
1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud
1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud
1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud
 
Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024
Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024
Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
 
Repi jayanti_2021 B_Analsis Kritis Jurnal
Repi jayanti_2021 B_Analsis Kritis JurnalRepi jayanti_2021 B_Analsis Kritis Jurnal
Repi jayanti_2021 B_Analsis Kritis Jurnal
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
 
Susi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Susi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfSusi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Susi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
 
Dokumen Tindak Lanjut Pengelolaan Kinerja Guru.docx
Dokumen Tindak Lanjut Pengelolaan Kinerja Guru.docxDokumen Tindak Lanjut Pengelolaan Kinerja Guru.docx
Dokumen Tindak Lanjut Pengelolaan Kinerja Guru.docx
 
Presentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptx
Presentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptxPresentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptx
Presentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptx
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 

Kesulitan belajar matematika

  • 1. KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA Oleh : Silvyani Eka Putri Kita ketahui bahwa intelektual yaitu akal budi atau intelegensi yang berarti kemampuan untuk meletakkan hubungan dari proses berpikir, kemampuan untuk melakukan pemikiran yang bersifat abstrak atau tidak bisa di lihat (abstraksi), serta berpikir logis dan cepat sehingga dapat bergerak dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru. Dalam hal ini orang yang intelligent adalah orang yang dapat menyelesaikan persoalan dalam waktu yang lebih singkat, memahami masalahnya lebih cepat dan cermat serta mampu bertindak cepat. Permasalahan yang dihadapi dengan rendahnya kemampuan intelektual seseorang adalah sulitnya siswa dalam mempelajari sesuatu hal, contohnya matematika. Kesiapan belajar siswa harus sangat diperhatikan dengan cermat, sehingga anak dapat menyerap pembelajaran yang sedang berjalan dengan optimal. Kegiatan pembelajaran matematika yang dianggap sulit oleh siswa dapat berjalan dengan lancar, apabila kita dapat mengetahui permaslahan apa saja yang sering dialami siswa. Dengan itu, kita dapat mencari jalan terbaik untuk membantu siswa dalam memahami dengan baik dan mudah. Kesulitan belajar matematika disebut juga diskalkulia (dyscalculia). Istilah diskalkulia memiliki konotasi medis yang memandang adanya keterkaitan dengan gangguan sistem syaraf pusat. Dapat kita temui tidak sedikit orang yang mengalami kesulitan dalam belajar matematika, dan diantaranya memiliki semangat yang tinggi untuk dapat mempelajari matematika lebih lanjut. Menurut honson dan Myklebust (1967:244), matematika adalah bahasa simbolik yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan. Sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir. Sehingga banyak orang berpandangan bahwa matematika penting untuk dipelajari dan dipahami lebih lanjut. Kesulitan belajar dan masalah belajar menjadi istilah yang menggambarkan seorang anak mulai mengalami kesulitan belajar di sekolah. Di beberapa negara juga digunakan sebagai sinonim untuk ketidakmampuan belajar. Setiap orang mungkin mengalami kesulitan belajar ringan dan berat, yang disebabkan oleh faktor internal atau eksternal. Anak-anak, yang dilengkapi dengan program pendidikan di bawah hukum federal, berada di sebagian besar negara dibedakan dari anak-anak lain dengan kesulitan belajar pada dua alasan.
  • 2. Pertama, dasar dari masalah skolastik mereka diduga karena beberapa disfungsi neurologis. Kategori LD (Learning Difficult) termasuk anak-anak yang memiliki kesulitan belajar sebagai akibat dari visual, pendengaran atau cacat motor, keterbelakangan mental, gangguan emosi, atau yang merugikan lingkungan, budaya atau ekonomi. Kedua, untuk dapat didiagnosis sebagai "cacat belajar," harus ada perbedaan antara potensi dan prestasi anak. Biasanya 50% perbedaan digunakan sebagai kriteria untuk identifikasi. Perbedaan 50% itu berarti bahwa anak hanya mencapai setengah dari potensinya yang diharapkan. Selain itu, yang harus diketahui adalah hasil belajar matematika yang harus dikuasai siswa meliputi: perhitugan matematis (mathematics calculation) dan penalaran matematis (mathematics reasoning). Menurut Lerner (1988:430) kurikulum bidang matematika hendaknya mencakup tiga elemen, yaitu: konsep, keterampilan dan pemecahan masalah. a. Jenis-jenis Kesulitan Belajar 1) Disleksia Disleksia adalah kombinasi dari kemampuan dan kesulitan, kesulitan mempengaruhi proses belajar dalam aspek bahasa dan berhitung. Ditandai dari kelemahan yang terus-menerus dapat diidentifikasi dalam memori jangka pendek, kecepatan pemrosesan, urutan keterampilan, pendengaran dan persepsi visual, bahasa lisan, dan keterampilan motorik, termasuk masalah membaca, menulis, ejaan, berbicara. Kemampuan berupa kemampuan visuo-spasial (berhubungan dengan bentuk, pola, desain, dan dengan seluruh spektrum warna, serta dengan penempatan dan hubungan objek dalam ruang, termasuk jarak dan arah) yang baik, berpikir kreatif dan pemahaman intuitif. 2) Dyspraxia (Gangguan Integrasi Sensory) Siswa dengan dyspraxia dipengaruhi oleh penurunan nilai dan sering canggung. Keterampilan motorik halus (berkaitan dengan keseimbangan dan koordinasi) dan keterampilan motorik halus (yang berkaitan dengan manipulasi objek) sulit untuk belajar dan sulit untuk mempertahankan belajar. Pengucapan juga terpengaruh dan orang-orang dengan dyspraxia sensitif terhadap suara, cahaya, dan sentuhan. Masalah dengan koordinasi tangan-mata, keseimbangan, dan ketangkasan manual.
  • 3. 3) Dyscalculia Dyscalculia adalah kesulitan belajar yang melibatkan aspek paling dasar dari keterampilan aritmatika. Kesulitannya terletak pada pemahaman, penerimaan, atau produksi informasi kuantitatif dan spasial. Siswa dengan dyscalculia mungkin mengalami kesulitan dalam memahami konsep angka sederhana, kurangnya pemahaman intuitif sebuah angka dan memiliki masalah belajar dalam penjumlahan dan prosedur. Ini dapat berhubungan dengan konsepkonsep dasar seperti mengatakan waktu, menghitung harga, dan mengukur hal-hal seperti suhu dan kecepatan. Jenis Dyscalculia menurut Kosc (1974) ada enam, yaitu: a) Verbal, yaitu kesulitan menggunakan konsep matematika dalam bahasa lisan. Kosc mencatat dua aspek jenis dyscalculia ini: (1) kesulitan mengidentifikasi pengucapan angka (meskipun individu dapat membaca angka), dan (2) kesulitan mengingat nama suatu besaran (walaupun mereka bisa membaca dan menulis nomor). b) Practognostic, yaitu kesulitan memanipulasi atau pencacahan kuantitas. Kesulitan di sini melibatkan mengkonversi aritmatika atau prosedur sehubungan dengan jumlah. c) Lexical, yaitu kesulitan membaca simbol matematika seperti angka. Siswa dengan kesulitan ini dapat berbicara tentang ide-ide matematika dan memahami diskusi lisan mereka namun mengalami kesulitan membaca simbol dan nomor kalimat. d) Grafis, yaitu kesulitan menulis simbol matematika. Siswa dapat memahami ide-ide matematika secara diskusi lisan dan dapat membaca informasi numerik tetapi mengalami kesulitan menulis pemahaman simbolisme matematika. e) Ideognostic, yaitu kesulitan untuk memahami ide-ide yang berhubungan dengan matematika. f) Operasional , yaitu kesulitan melakukan operasi matematika. 4) Dysgraphia Dysgraphia merupakan kesulitan dengan menulis. Masalah dengan tulisan tangan, ejaan, mengorganisasi ide-ide.
  • 4. 5) Auditory Processing Disorder Auditory Processing Disorder merupakan kesulitan mendengar perbedaan antara suara. Masalah dengan membaca, dan pemahaman bahasa. 6) Visual Processing Disorder Visual Processing Disorder merupakan kesulitan menafsirkan informasi visual. Masalah dengan membaca, matematika, peta, grafik, simbol, dan gambar. 7) Attention Difficult Disorder (ADD) Attention Deficit Disorder (ADD) ada dengan atau tanpa hiperaktivitas. Gangguan ini terjadi pada orang yang sering pergi tugas, mengalami kesulitan tertentu dimulai dan beralih tugas bersama-sama dengan rentang perhatian yang sangat pendek dan tingkat tinggi. Mereka gagal menggunakan umpan balik yang yang mereka terima dengan efektif dan mereka memiliki kemampuan mendengarkan yang lemah. Mereka yang hiperaktif dapat bertindak impulsif dan tak menentu, mengalami kesulitan meramalkan hasil, gagal untuk merencanakan ke depan dan menjadi gelisah. Mereka yang tidak memiliki sifat hiperaktif cenderung melamun berlebihan, kehilangan jejak dari apa yang mereka lakukan dan gagal untuk terlibat dalam belajar mereka kecuali mereka sangat termotivasi. Perilaku orang dengan AD (H) D dapat tidak tepat dan tak terduga, sehingga menjadi penghalang untuk belajar lebih lanjut. b. Pendekatan Dalam Pembelajaran Matematika Ada 4 pendekatan yang paling berpengaruh dalam pengajaran matematika, yaitu: urutan belajar yang bersifat perkembangan (developmental learning sequences), belajar tuntas (mastery learning), strategi belajar (learning strategies), pemecahan masalah (problem solving). 1) Pendekatan urutan belajar yang bersifat perkembangan menekankan pada pengukuran kesiapan belajar siswa, penyediaan pengalaman dasar dan keterampilan matematika prasyarat. Pengajaran matematika harus dimulai dari yang konkrit menuju ke semi konkrit dan akhirnya ke abstrak. 2) Pendekatan belajar tuntas menekankan pada pengajaran matematika melalui pembelajaran langsung (direct instruction) dan terstruktur. Langkah- langkahnya adalah sebagai berikut:
  • 5. a) Menentukan sasaran atau tujuan pembelajaran khusus yang dapat diukur dan diamati. Contoh: siswa dapat menuliskan jawaban terhadap 20 soal penjumlahan 1 sampai 10 dalam waktu 10 menit dengan 90% benar. b) Menguraikan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan. c) Menentukan langkah-langkah yang sudah dikuasai oleh siswa. d) Mengurutkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan. 3) Pendekatan strategi belajar memusatkan pada bagaimana belajar matematika (how to learn mathematics). 4) Pendekatan pemecahan masalah menekankan pada pengajaran untuk berfikir tentang cara memecahkan masalah dan pemrosesan informasi. c. Karakteristik Anak Berkesulitan Belajar Matematika Menurut Lerner (1981: 35), ada beberapa karakteristik anak berkesulitan belajar matematika, yaitu: adanya gangguan dalam hubungan keruangan, abnormalitas persepsi visual, asosiasi visual motor, perseverasi, kesulitan mengenal dan memahami simbol, gangguan penghayatan tubuh, kesulitan dalam bahasa dan membaca, scor Performance IQ jauh lebih rendah dari pada skor verbal IQ. 1) Gangguan hubungan keruangan Konsep hubungan keruangan seperti atas bawah, puncak dasar, jauh dekat, tinggi rendah, depan belakang, awal akhir umumnya telah dikuasai oleh anak sebelum masuk SD, namun bagi anak berkesulitan belajar matematika memahami konsep-konsep tersebut mengalami kesulitan karena kurang berkomunikasi dan lingkungan sosial kurang mendukung, selain itu juga adanya kondisi intrinsik yang diduga disfungsi otak. Karena adanya gangguan tersebut mungkin anak tidak mampu merasakan jarak angka-angka dan garis bilangan atau penggaris, dan mungkin anak tidak tahu bahwa angka 2 lebih dekat ke angka 3 daripada ke angka 8. 2) Abnormalitas persepsi visual Anak berkesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan untuk melihat berbagai obyek dalam hubungannya dengan kelompok. Misalnya anak mengalami kesulitan dalam menjumlahkan dua kelompok benda yang terdiri dari tiga dan empat anggota. Anak juga sering tidak mampu membedakan bentuk-bentuk geometri.
  • 6. 3) Asosiasi visual motor Anak berkesulitan belajar matematika sering tidak dapat berhitung benda- benda secara berurutan, anak mungkin baru memegang benda yang kedua tetapi mengucapkan empat. 4) Perseverasi Anak yang perhatiannya melekat pada satu objek dalam waktu relatif lama. Gangguan perhatian semacam itu disebut perseverasi. Pada mulanya anak dapat mengerjakan tugas dengan baik, tetapi lama-kelamaan perhatiannya melekat pada satu objek saja. Contoh: 4 + 3 = 7 4 + 4 = 8 5 + 4 = 8 3 + 6 = 8 5) Kesulitan mengenal dan memahami simbol Anak kesulitan belajar matematika sering mengalami kesulitan dalam mengenal dan menggunakan simbol-simbol matematika seperti (+). (-), (×), (:), (=), (<), (>), gangguan ini dapat disebabkan oleh gangguan memori, dan oleh gangguan persepsi visual. 6) Gangguan penghayatan tubuh Anak berkesulitan belajar matematika juga sering menunjukkan adanya gangguan penghayatan tubuh (body image), anak sulit memahami hubungan bagian-bagian dari tubuhnya sendiri, misalnya jika disuruh menggambar tubuh, maka tiadak ada yang utuh. 7) Kesulitan dalam membaca dan bahasa Anak berkesulitan belajar matematika akan mengalami kesulitan dalam memecahkan soal-soal yang berbentuk cerita. 8) Skor PIQ jauh lebih rendah dari VIQ Hasil tes inteligensi dengan menggunakan WISC (Weshler Intelligence Scale for Children) menunjukkan bahwa anak berkesulitan belajar matematika memiliki PIQ (Performance Intelligence Quotient) yang jauh lebih rendah
  • 7. daripada skor VIQ (Verbal Intelligence Quotient). Sub tes verbal mencakup: Informasi, persamaan, aritmetika, perbendaharaan kata, dan pemahaman. Sub tes kinerja mencakup: melengkapi gambar, menyusun gambar, menyusun balok, dan menyusun obyek. 9) Kekeliruan Umum Anak Berkesulitan Belajar Matematika Agar dapat membantu anak berkesulitan belajar matematika, guru perlu memahami berbagai kesalahan umum yang dilakukan anak dalam menyelesaikan tugas-tugas matematika. Menurut Lerner (1981: 367), kekurangan itu meliputi pemahaman tentang: simbol, nilai tempat, perhitungan, penggunaan proses yang keliru, dan tulisan yang tidak terbaca. a) Kekurangan pemahaman tentang simbol Anak-anak pada umumnya tidak terlalu sulit jika dihadapkan pada soal- soal 4+3 = ....., 8 - 6 = ....., tetapi akan mengalami kesulitan jika dihadapkan pada soal-soal seperti 4 + ....= 7, 8 = .....+ 5, atau 8 - .....= 3. Kesulitan semacam ini umumnya karena anak tidak memahami simbol-simbol seperti (=), (+), (-), dsb. Agar anak dapat menyelesaikan soal-soal itu, mereka harus lebih dahulu memahami simbol-simbol tersebut. b) Nilai tempat Ketidakpahaman terhadap nilai tempat banyak ditunjukkan oleh anak-anak seperti berikut: 75 68 27 - 13 + 58 71 c) Perhitungan Ada anak yang belum mengenal dengan baik konsep perkalian, tetapi menghafal perkalian tersebut. Kesalahan tersebut umumnya tampak sebagai berikut: 6 8 7 × 7 × 46 54 Daftar perkalian mungkin dapat membantu memperbaiki kekeliruan anak jika anak telah memahami konsep dasar perkalian.
  • 8. d) Penggunaan proses yang keliru Kekeliruan dalam penggunaan proses penghitungan dapat dilihat pada contoh berikut: 1) Mempertukarkan simbol-simbol 6 15 2 x 3 - 12 18 Jumlah satuan dan puluhan ditulis tanpa memperhatikan nilai tempat 83 66 67 29 + 1410 815 2) Semua digit ditambah bersama 67 58 31 + 12 + 17 16 Anak menghitung 6 + 7 + 3 +1 = 17 dan 5 + 8 + 1 + 2 = 16. 3) Dalam menjumlahkan puluhan digabungkan dengan satuan 68 73 8 + 9 + 166 172 4) Bilangan yang besar dikurangi bilangan yang kecil tanpa memperhatikan nilai tempat 627 761 486 - 489 – 261 328 5) Tulisan yang tidak dapat dibaca Ada anak yang tidak dapat membaca tulisannya sendiri karena bentuk- bentuk hurufnya tidak tepat atau tidak lurus mengikuti garis. Akibatnya anak banyak mengalami kekeliruan. Daftar Pustaka Abdurrahman, Mulyono. 2012. Anak Kesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta Mulyadi. 2008. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar Khusus. Malang : Nuha Litera.