Dokumen ini membahas perlindungan hiu paus (Rhincodon typus) yang terancam punah karena pertumbuhan lambat dan kerentanan terhadap aktivitas manusia seperti penangkapan ikan. Hiu paus merupakan spesies pelagis yang bermigrasi jauh melintasi perbatasan negara, sehingga dibutuhkan kerja sama internasional dalam perlindungannya, misalnya melalui pengaturan pemanfaatan dan konservasi. Ekoturisme diusulkan sebag

1. Kenapa Hiu Paus (Rhincodon typus) Harus Dilindungi?
Oleh:
Didi Sadili
Direktorat Konservasi Kawasan danJenis Ikan
Ditjen Kelautan Pesisir dan Pulau – Pulau Keci
Kementerian Kelautan dan Perikanan
April, 2013

2. Jenis-jenis Hiu Pelagis yang Terancam
Punah di Dunia
• Great white shark (Carcharodon carcharias)
• Blue shark (Prionace glauca)
• Longfin mako (Isurus paucus)
• Shortfin mako (Isurus oxyrinchus)
• Basking shark (Cetorhinus maximus)
• Whale shark (Rhincodon typus)
• Tiger shark (Galeocerdo cuvier)
• Megamouth shark (Megachasma pelagios)
• Porbeagle (Lamna nasus)
• Thresher shark (Alopias vulpinus)

3. Hiu Paus
• Disebut hiu paus karena dia adalah ikan hiu yang
mempunyai ukuran tubuh sebesar mamalia paus
• Dapat tumbuh hingga mencapai ukuran panjang badan 18
meter, meskipun saat ini jarang ditemukan lebih dari 12
meter dengan bobot lebih dari 20 Ton
• Kemampuan bertahan hidup hingga mencapai 100 tahun
dan baru mencapai kematangan seksual pada umur 30
tahun (kira-kira mencapai panjang 9 meter)
• Termasuk jenis hiu yang jinak, yang makanan utamanya
adalah plankton dan ikan-ikan kecil seperti teri (filter
feeder)
• Merupakan jenis ikan yang bermigrasi jauh, hingga
mencapai 3000 km.

4. Dasar Pertimbangan Perlindungan Hiu Paus:
• IUCN Red list  Vulnerable
• CITES  Appendix II (kuota tangkap)
• Indonesia  NPOA for sharks
• Kearifan lokal  Jawa, Rote, Bajo
• Kesadaran masyarakat  Teluk Cenderawasih
Negara2 yang Telah Melakukan Perlindungan Hiu Paus:
USA, Australia, Taiwan, Maldive, Filipina (1998), India (2001),
Thailand, Meksiko

5. Fisiologi
• Hidup di perairan hangat tropis dan subtropis (21-32oC)
• Dapat hidup di dekat pantai maupun di lepas pantai (coastal
pelagic, reef associated & open ocean)
• Kemampuan bermigrasi (menetap musiman)

6. Sebaran
• Lintang: 30oN – 35oS
• ~ 124 negara (Fowler, 2000); kecuali Laut
Mediterania

7. Keberadaan di Indonesia
• Aceh : Maret-April
• Pangandaran: Agustus-September
• Madura: September-November
• Probolinggo: Januari-Mei
• Timor, NTT: Agustus-November
• Teluk Cenderawasih: Hampir sepanjang tahun

8. Ancaman
• Pertumbuhan yang sangat lambat menyebabkan sangat
rentan terancam punah
• pergerakannya yang sangat lambat antara 1 – 3 km/jam
dan aktivitas pencarian makanan di bagian permukaan
laut, menyebabkan hiu paus menjadi sasaran paling
mudah untuk di tangkap, serta terkena dampak
aktivitas perikanan (by catch) dan juga sering tertabrak
kapal
• Pencemaran lingkungan adalah salah satu yang
menjadi penyebab seringnya hiu paus terdampar
• Pemanfaatan daging dan sirip nya (namun sangat
jarang di temukan di Indonesia)

9. Kearifan Lokal
• Suku Bajo; menyebut hiu paus sebagai kareo
dede, dimana mereka meyakini bahwa tidak
boleh menangkap kareo dede, karena
dianggap sebagai nenek moyang suku bajo,
bahkan jika tertangkap tidak sengaja pada
mata pancing ataupun jaring, maka harus
segera dilepaskan.

10. Pengaturan di Negara Lain
• Banyak negara-negara yang menjadi jalur migrasi hiu paus
telah menetapkan hiu paus sebagai hewan yang dilindungi,
diantaranya:

11. Indonesia
• Belum ada yang pasti tentang jumlah populasi
hiu paus di Indonesia, namun kejadia
kemunculan hiu paus sering di informasikan
oleh masyarakat.
• Belum ada pengaturan pemanfaatan hiu paus,
diharapkan dengan adanya pengaturan
penfaatan hiu paus sebagai hewan yang
dilindungi dapat meningkatkan kesadartahuan
masyartakat

12. Pemanfaatan

13. Ekoturisme
• Pembelajaran positif dari
pengembangan ekoturisme hiu paus
adalah Philipine adalah, dalam
kurun waktu 3 tahun sejak tahun
2000, telah berhasil menarik
wisatawan berinteraksi dengan hiu
pasu sebagai 5.811 wisatawan,
dengan nilai yang dihasilkan dari
retribusi sebesar Rp. 202.575.901,-
dan pedanpatan nelayan bekas
pemburu hiu paus yang meperoleh
pendapatan dari sewa perahu
menuju lokasi hiu paus sebesar RP.
785.981.064,-

14. Ekoturisme
• Hal ini berbanding terbalik
jika dibandingkan hiu paus
dimanfaatkan secara
langsung, dengan
membandingkan harga
daging hiu paus di
internasional RP. 45.000,- /kg
hingga 150.000,- /kg,
sementara siripnya bisa
mencapai harga 7 juta/kg.
Namun keberlanjutan
produksi tidak bisa dijamin,
karena pertumbukan hiu
paus sangat lambat.

15. Kesimpulan
• Sebelum hiu paus punah oleh dampak tidak langsung
maupun langsung dari aktivitas perkanan, maka perlu
adanya pengaturan oleh pemerintah tentang
pemanfaatanya.
• Sebagai spesies bermigrasi jauh, perlu adanya
sinkronisasi kebijakan antara negara-negara yang
menunjukkan adanya konektivitas jalur migrasi hiu
paus.
• Perlu adanya upanya mendorong pemanfaatan non
ekstrative hiu paus guna menjamin keberlangsungan
hidup hiu paus tersebut dan peningkatan ekonomi
masyarakat.