- Definisi sistem koordinat polar (kutub);
- Mengubah koordinat polar ke koordinat kartesius dan sebaliknya;
- Kurva polar;
- Gradien garis singgung kurva polar;
- Luas area yang dilingkupi kurva polar;
- Panjang busur kurva polar;
- Luas permukaan dari kurva polar yang diputar terhadap sumbu tertentu.
- Definisi sistem koordinat polar (kutub);
- Mengubah koordinat polar ke koordinat kartesius dan sebaliknya;
- Kurva polar;
- Gradien garis singgung kurva polar;
- Luas area yang dilingkupi kurva polar;
- Panjang busur kurva polar;
- Luas permukaan dari kurva polar yang diputar terhadap sumbu tertentu.
It's my matrix presentation when my teacher asked me and my friend, Hanifah Fauziah, to create a presentation learner about matrix. It's contain 2x2 and 3x3 matrix following by their invers, transpose and determinant. It's written on Indonesian language.
It's my matrix presentation when my teacher asked me and my friend, Hanifah Fauziah, to create a presentation learner about matrix. It's contain 2x2 and 3x3 matrix following by their invers, transpose and determinant. It's written on Indonesian language.
Outrigger adalah suatu struktur tambahan berbentuk rangka batang berdimensi besar, yang dipasang menghubungkan core dengan kolom-kolom eksterior suatu bangunan gedung. Pemakaiannya telah cukup terbukti efektif dalam mengurangi simpangan lateral suatu bangunan tingkat tinggi, khususnya pada bangunan yang memiliki lebih dari 40 lantai.
1. Jelaskan yang dimaksud dengan kesamaan nilai perjuangan yang dapat menumbuhkan jiwa patriotik!
2. Jelaskan unsur Deklaratif dari terbentuknya sebuah Negara!
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdffadlurrahman260903
Ppt landasan pendidikan tentang pendidikan seumur hidup.
Prodi pendidikan agama Islam
Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan
Universitas Islam negeri syekh Ali Hasan Ahmad addary Padangsidimpuan
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah system konsepkonsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajarmengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Pendidikan sepanjang
hayat memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan masyarakat yang
baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar. Pendidikan sepanjang hayat
merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia
transformasi dan informasi, yaitu masyarakat modern. Manusia harus lebih bisa menyesuaikan
dirinya secara terus menerus dengan situasi yang baru.
5. Terdapat suatu struktur yang terdiri dari balok kontinu yang ditopang oleh
5 buah kolom. Model struktur ini banyak digunakan sebagai permodelan
sederhana dari jembatan. Bila pada struktur ini diberi beban berupa
beban merata sebesar q, dengan tinggi kolom setinggi T dan panjang tiap
bentang yang sama satu sama lain sepanjang L, berapakah besar dan
arah dari gaya – gaya momen di tiap titik (joint) dari struktur tersebut?
Dari data yang ada beban merata q=10 kN/m, panjang bentang=6m, tinggi
jembatan=4m.
8. Metode ini
diperkenalkan oleh
Clapeyron pada tahun
1857
ѲBA
B
ѲBA = ѲBC
∑ MB = 0 → MBA + MBC = 0
Persamaan tiga momen
mengekspresikan hubungan antara
momen – momen lentur di tiga tumpuan
yang berturutan pada suatu balok
kontinu yang ditujukan untuk memikul
beban – beban yang bekerja pada kedua
bentangan yang bersebelahan, dengan
atau tanpa penurunan – penurunan
tumpuan yang tak sama.
kondisi batas
Untuk perletakan :
Sendi
∆v = 0 ∆H = 0
Roll
∆v = 0 ∆H ≠ 0
Jepit
∆v ≠ 0 ∆H ≠ 0
Ѳ≠ 0
Ѳ≠ 0
Ѳ= 0
9. 1. Persoalan Struktur statis tak tentu + beban luar
2. Asumsikan garis lendutan pada struktur tersebut
3. Semua batang balok dianggap elemen batang
yang terletak (ditumpu) sendi-sendi
4. Asumsikan kejadian di setiap batang
yang
bertemu
pada
setiap
titik
sambungan
berdasarkan
syarat
kompatibilitas (Ѳij = Ѳil = Ѳik ).
5. Perhatikan syarat keseimbangan pada titik
tersebut (∑ Mi=0. Mij + Mil+ Mik = 0)
10. 6. Hitung rotasi di kedua ujung sendi
7. Susunlah persamaan kompatibilitas dari
struktur yang diketahui (berdasarkan tahap 4)
8. Selesaikan perhitungan persamaan linier
(tahap 7) untuk mendapatkan besarnya momen
dengan menggunakan Metode Eliminasi Gauss
Jordan.
11. Persamaan linier adalah persamaan dimana peubahnya tidak memuat
eksponensial, trigonometri (seperti sin, cos, dll), perkalian, pembagian dengan
peubah lain atau dirinya sendiri
a1x1 + a2x2 + … + a,nxn = b
Keterangan :
a1, a2, …, an disebut koefisien
x1, x2, …, xn disebut variabel
b disebut suku konstan
Sistem Persamaan linier adalah sehimpunan persamaan linier yang menjadi
satu kesatuan
a11x1 + a12x2 + … + a1nxn = b1
a21x1 + a22x2 +… + a2nxn = b2
am1x1 + am2x2 + … + amnxn = bm
12. Pengembangan dari Metode Eliminasi Gauss
Caranya adalah dengan meneruskan operasi baris dari
eliminasi Gauss sehingga menghasilkan matrik Eselonbaris tereduksi
Carl Friedrich Gauss dan Whilhelm Jordan
Carl Friedrich Gauss
Wilhelm Jordan.
13. Metode Gauss
Membuat matrik augmen,
dari spl yang didapat
Operasi baris elementer
untuk mendapatkan
matriks segitiga bawah
Melakukan subtitusi
mundur untuk
mendapatkan nilai yang
dicari
Metode Gauss-Jordan
Membuat matriks
augmen, dari spl yang
didapat
Operasi baris elementer
untuk mendapatkan
matriks identitas (eselon
tereduksi)
Mendapatkan hasil yang
dicari
19. clc;
clear;
disp('Aplikasi SPL dalam Teknik Sipil
(ASSTTT-Portal)');
disp(' ');
disp('Program ini khusus untuk bentuk
portal yg ada dalam paper');
L = input ('panjang bentang = ');
T = input ('tinggi jembatan = ');
q = input ('beban merata = ');
Rki=L/3;
Rka=L/6;
Rv=T/3;
Rbl=q*(L^3)/24;
for j=1:3
A(1,j)=1;
end
for j=4:6
A(4,j)=1;
end
for j=7:9
A(9,j)=1;
end
for j=10:12
A(12,j)=1;
end
end
for j=13:15
A(14,j)=1;
end
for i=2
A(i,1)=Rki;
A(i,2)=-Rki;
A(i,3)=0;
A(i,4)=Rka;
end
for i=3
A(i,1)=Rki;
A(i,2)=0;
A(i,3)=-Rv;
end
for i=6
A(i,1)=0;
A(i,2)=-Rka;
A(i,3)=0;
A(i,4)=Rki;
A(i,5)=0;
A(i,6)=-Rv;
end
for i=5
A(i,5)=Rki;
A(i,6)=-Rv;
A(i,7)=-Rka;
end
for i=13
A(i,10)=0;
A(i,11)=-Rka;
A(i,12)=0;
A(i,13)=Rki;
A(i,14)=0;
A(i,15)=-Rv;
end
for i=15
A(i,14)=Rki;
A(i,15)=-Rv;
end
A(i,j)=A(i,j)
B(2,1)=2*Rbl;
B(3,1)=Rbl;
B(6,1)=Rbl;
B(5,1)=-Rbl;
B(7,1)=Rbl;
B(8,1)=-Rbl;
B(10,1)=Rbl;
B(11,1)=-Rbl;
B(13,1)=Rbl;
B(15,1)=-Rbl
disp ('Arah momen positif = sjj')
20. function x=EliminasiGaussJordan(A,B)
[m,n] = size(A);
if m~=n, error('A matriks yang dibutuhkan tidak persegi');
end
nB = n+1; AB = [A B]; % sistem Augment
fprintf('n Memulai matriks sebelum di Eliminasi dengan
MATRIKS AUGMENT;n'); disp(AB);
% --- Proses pivot --for i =1:n
pivot = AB(i,i);
for j= 1:n
AB(i,j) = AB(i,j)/pivot;
end
% --- Proses eliminasi --for k=1:n
faktor = - AB(k,i);
% --- Proses Substitusi mundur --if(k~=i), AB(k,i:nB) = AB(k,i:nB) (AB(k,i))*AB(i,i:nB); end
fprintf('Faktor eliminasi adalah %gn',faktor);
disp(AB);
end
fprintf('n setelah eliminasi pada kolom %d dengan pivot
= %f nn',i,pivot);
disp(AB);
pause;
end