Skripsi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa melalui pembelajaran model KADIR dengan strategi hands-on activity. Penelitian dilakukan secara kualitatif melalui dua siklus pembelajaran di SMP Al-Hasra. Hasilnya menunjukkan peningkatan aktivitas dan respon siswa positif terhadap model pembelajaran tersebut."
1. P E N E L I T I A N T I N D A K A N K E L A S
( P T K )
R O F I FA H H A S N A A LW I N D A ( 111 6 0 1 7 0 0 0 0 0 0 2 )
D W I S A R I FAT H U L ( 111 6 0 1 7 0 0 0 0 0 0 4 )
O C H A D I L AWAT I ( 111 6 0 1 7 0 0 0 0 0 0 6 )
V I N A A P R I L I A N I ( 111 6 0 1 7 0 0 0 0 0 2 5 )
P M T K 6 A
2. Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) pertama kali
diperkenalkan oleh ahli
psikologi sosial Amerika yang
bernama Kurt Lewin pada
tahun 1946. Inti gagasan
Lewin inilah yang selanjutnya
dikembangkan oleh ahli-ahli
lain seperti Stephen Kemmis,
Robin McTaggart, John Elliot,
Dave Ebbutt, dan sebagainya.
Kemmis (1982) menyatakan
bahwa penelitian tindakan
merupakan upaya
mengujicobakan ide-ide
kedalam praktik untuk
memperbaiki atau mengubah
sesuatu agar memperoleh
dampak nyata dari situasi.
Lewin secara tegas
menyatakan bahwa penelitian
tindakan kelas merupakan
cara guru untuk
mengorganisasikan
pembelajaran berdasarkan
pengalamannya sendiri atau
pengalamannya berkolaborasi
dengan guru lain.
4. Memperbaiki mutu praktek
Memperbaiki kinerja pembelajaran
Mengidentifikasi, menemukan solusi, dan mengatasi masalah
Meningkatkan kemampuan guru
Mengeksplorasi kreasi-kreasi dan inovasi pembelajaran
Mencoba strategi baru dalam pembelajaran
Mengeksplorasi pembelajaran
TUJUAN PTK
5. PENENTUAN MASALAH DALAM PTK
1. Masalah bersifat tematik dan penting,
2. Masalah hendaknya dalam jangkauan peneliti,
3. Pernyataan masalahnya harus mengungkapkan
beberapa dimensi fundamental.
6. CONTOH MASALAH YANG DIIDENTIFIKASI
SEBAGAI FOKUS PENELITIAN PTK
1. rendahnya kemampuan siswa untuk mengajukan
pertanyaan kritis;
2. rendahnya originalitas siswa dalam mengerjakan
tugas rumah;
3. rendahnya partisipasi siswa dalam perkuliahan;
4. rendahnya prestasi belajar siswa;
5. rendahnya kemandirian belajar siswa;
7. TAHAP-TAHAP PENELITIAN TINDAKAN
TAHAP 1:
PERENCANAAN
(PLAN)
TAHAP 2:
PELAKSANAAN
TINDAKAN
(ACTION)
TAHAP 3:
OBSERVASI
(OBSERVATION)
TAHAP 4:
REFLEKSI
(REFLECTION)
Model Kurt Lewin 1946
8. • Suatu perencanaan dalam bentuk penyusunan perangkat pembelajaran
brdasarkan hasil evaluasi hasil pelaksanaan pra penelitian / refleksi awal
Perencanaan
• Pelaksanaan pembelajaran dikelas sebagai guru model dengan menggunakan
perangkat pembelajaran yang telah direncanakan
Pelaksanaan
• Pengamatan atas proses pembelajaran dikelas secara bersamaan (simultan)
sebagai peneliti dan observasi terhadap perubahan perilaku siswa atas tindakan
pembelajaran yang dilakukan dengan instrument pengumpulan data
Observasi
• Rekomendasi atas hasil evaluasi analisis data guna ditindaklanjuti pada siklus
berikutnya
Refleksi
9. CIRI-CIRI PTK
Umum
Perbaikan proses
pembelajaran dari dalam
Upaya kolaboratif antara
guru sekolah dengan peneliti
Bersifat fleksibel
Memperbaiki kinerja peneliti
sebagai pendidik profesional
Khusu
s
Adanya tindakan yang nyata dari
guru atau peneliti
Tindakan pembelajaran
dilaksanakan oleh guru atau
peneliti
Memecahkan permasalahan-
permasalahan praktis
Apa masalahnya, mengapa
terjadi, dan bagaimana
memecahkan masalah
11. MODEL KURT LEWIN
Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok
atau dasar dari berbagai model action
research, terutama classroom action
research. Konsep pokok action research
menurut Kurt Lewin terdiri dari 4
komponen yaitu:
(1) Perencanaan (planning)
(2) Tindakan (action)
(3) Pengamatan (observing),
(4) Refleksi (reflecting).
Hubungan keempat komponen itu
dipandang sebagai satu siklus.
12. MODEL KEMMIS DAN MC TAGGART
Model Kemmis dan Robbin Mc Taggart
masih tampak begitu dekat dengan model
yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin,
karena didalam satu siklus atau putaran
terdiri dari empat komponen seperti halnya
yang dilaksanakan oleh Kurt Lewin
sehingga belum tampak adanya
perubahan.
• Perencanaan
• Tindakan
• Observasi
• Refleksi
Hanya saja sesudah sesuatu siklus selesai
diimplementasikan, khususnya adalah
refleksi, kemudian diikuti adanya
perencanaan ulang yang dilaksanakan
dalam bentuk siklus tersendiri.
13. MODEL JOHN ELLIOT
Sebagaimana model-model ptk lainnya,
model ptk yang diajukan oleh Elliot ini
juga terdiri atas siklus-siklus yang pada
dasarnya adalah pengulangan siklus
sebelumnya. Siklus PTK yang pertama
selalui dimulai dengan identifikasi ide
awal untuk mencari gagasan dalam
upaya perbaikan pelaksanaan
pembelajaran bagi guru peneliti
14. MODEL DAVE EBBUT
Model Dave Ebbut merupakan
pengembangan dari model Jhon Elliott,
Kemmis dan McTaggart dan Kurt Lewin.
Menurut Dave Ebbut model PTK yang
dikembangkan ahli tersebut sudah
bagus, hanya saja didalam model-model
tersebut masih terdapat beberapa hal
atau bagian yang belum tepat. Dalam
ptk menurut Ebbut, peneliti mencoba
gagasan-gagasan baru untuk melihat
peningkatan atau perubahan sesuatu,
dalam bentuk efek nyata pada suatu
situasi
15. “ M E N I N G K A T K A N K E M A M P U A N
P E M E C A H A N M A S A L A H M A T E M A T I K A
M E L A L U I P E M B E L A J A R A N M O D E L
K A D I R D E N G A N S T R A T E G I H A N D S - O N
A C T I V I T Y ”
R I Z K I H E R YA N I O K TAV I A N T I
17. BAB I PENDAHULUAN
A. Identifikasi Area
o Rendahnya kemampuan
pemecahan masalah matematika
siswa.
o Proses pembelajaran matematika
di kelas kurang mendorong
perkembangan kemampuan
pemecahan masalah matematika
siswa.
o Pembelajaran matematika
cenderung masih berpusat pada
guru. Guru kurang
mengikutsertakan siswa dalam
mengkontruksi suatu
pengetahuan.
B. Perumusan Masalah
o Apakah kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa dapat
ditingkatkan melalui pembelajaran
menggunakan model pembelajaran
KADIR dengan strategi hands-on
activity?
o Bagaimana aktivitas pembelajaran
matematika siswa yang
menggunakan model pembelajaran
KADIR dengan strategi hands-on
activity?
o Bagaimana respon siswa dalam
pembelajaran matematika yang
menggunakan model pembelajaran
KADIR dengan strategi hands-on
activity?
18. BAB II Kajian Teori
Kemampuan
Pemecahan
Masalah
Matematika
Model
Pembelajaran
KADIR
Strategi Hands-
On Activity
Model
Pembelajaran
KADIR dengan
Hands-On
BAB II KAJIAN TEORI
19. Masalah
Rendahnya Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa
Model Pembelajaran KADIR
dengan strategi Hands-On
Activity
Koneksi
Aplikasi
Diskursus
Improvisasi
Refleksi
Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika
Fokus pada
Masalah
Menggambarkan
Fisiknya
Merencanakan
Penyelesaian
Melaksanakan
Rencana
Evaluasi Hasil
Hasil
Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa
Berhasil
Masalah
Rendahnya Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa
Model Pembelajaran KADIR
dengan strategi Hands-On Activity
Koneksi
Aplikasi
20. Deskripsi Pembelajaran Model KADIR dengan strategi Hands-On Activity dalam meningkatkan
pemecahan masalah matematika siswa
Tahapan Deskripsi Pembelajaran Model KADIR dengan strategi Hands-On Activity dalam
meningkatkan pemecahan masalah matematika siswa
Koneksi Siswa menghubungkan konsep baru dengan konsep lama yang telah siswa
dapatkan dengan cara siswa menuliskan konsep-konsep apa saja yang terkait.
Siswa membuat mind mapping untuk menghubungkan konsep-konsep yang
terkait.
Siswa menuliskan kesimpulan hubungan antar konsep menjadi suatu ide yang
memungkinkan dalam
menyelesaikan masalah.
Aplikasi Siswa mulai memanipulasi objek
Siswa mengidentifikasikan masalah.
Siswa membuat gambar, diagram, atau simbol untuk merepresentasikan
permasalahan.
Siswa membuat persamaan atau model matematika.
Siswa memilih, merancang dan menerapkan cara penyelesaian.
Siswa menghitung dan mengoperasikan penyelesaian masalah dengan konsep
matematika.
Diskursus Siswa berdiskusi dengan kelompok dalam menyelesaikan masalah.
Siswa bertanya, menjawab dan beragumen berdasarkan informasi dan
permasalahan yang didapat dari pengalaman memanipulasi objek.
Siswa mencatat hasil diskusi sebagai bahan untuk menyelesaikan masalah.
Improvisasi Siswa membuat permasalahan baru yang relevan dengan permasalahan
sebelumnya
Siswa menyelesaikan permasalahan baru yang telah dibuat.
Refleksi Siswa memeriksa kembali kebenaran hasil.
21. BAB III METODOLOGI PENELITIAN
MASALAH: Rendahnya Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Tahap Perencanaan
1. Menyiapkan RPP
2. Menyiapkan materi ajar untuk setiap pertemuan
3. Menyiapkan lembar observasi dan pedoman wawancara
4. Menyiapkan jurnal harian siswa
5. Menyiapkan lembar jurnal kelompok pada setiap pertemuan
6. Menyiapkan soal tes kemampuan pemecahan masalah siklus I
Tahap Pelaksanaan
Dilaksanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan rancangan yang telah
dibuat, yaitu penerapan pembelajaran model KADIR dengan strategi Hands-On Activity.
Pada siklus I ini, siswa dikelompokkan, setiap kelompok terdiri dari 5 orang.
Tahap Pengamatan
Bersamaan dengan tahap Pelaksanaan yang terdiri dari observasi terhadap siswa dan
guru, guru kolaborator mencatat hal yang terkait dengan variabel yang diteliti
Refleksi
Analisis hasis observasi dan evaluasi pembelajaran siklus I akan dijadikan
dasar pelaksanaan siklus berikutnya
A. Tempat dan
Waktu Penelitian:
• SMP Al-Hasra/VIII
Tahun Ajaran
2015/2016
22. Tahap Perencanaan
1. Menyiapkan RPP
2. Menyiapkan hal-hal yang diperlukan pada siklus II sesuai hasil refleksi pada siklus I
3. Menyiapkan materi ajar untuk setiap pertemuan
4. Menyiapkan lembar observasi dan pedoman wawancara
5. Menyiapkan jurnal harian siswa
6. Menyiapkan lembar jurnal kelompok pada setiap pertemuan
7. Menyiapkan soal tes kemampuan pemecahan masalah siklus I
Tahap Pelaksanaan
Dilaksanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan rancangan yang telah dibuat, yaitu penerapan
pembelajaran model KADIR dengan strategi Hands-On Activity. Pada siklus II ini, dalam proses pembelajaran
setiap kelompoknya dipimpin oleh 1-2 orang yang memiliki nilai bagus pada hasil tes siklus sebelumnya
Tahap Pengamatan
Bersamaan dengan tahap Pelaksanaan yang terdiri dari observasi terhadap siswa dan guru, guru kolaborator
mencatat hal yang terkait dengan variabel yang diteliti
Refleksi
Analisis hasis observasi dan evaluasi pembelajaran siklus II akan dijadikan dasar pelaksanaan
siklus berikutnya
SIKLUS II
23. Penelitian ini dihentikan dengan indikator keberhasilan sebagai berikut:
1. Hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematika yang diberikan pada setiap akhir siklus
mencapai lebih dari sama dengan 75. skor ini merupaskan nilai ketuntasan minimum pada mata
pelajaran matematika di SMP Al-Hasra Depok.
2. Aktivitas kelompok yang diamati melalui lembar observasi aktivitas mencapai persentase rata-rata
lebih dari samadengan 70%.
3. Respon posistif siswa pada penerapan model pembelajaran KADIR dengan strategi hands-on
activity mencapai persentase rata-rata 70%. Kriteria ini detetapkan karena 70% dianggap mewakili
sebagian besar jumlah siswa
Instrumen pengumpulan data:
1. Instrumen tes
2. Instrumen non tes
24. Indikator Siklus
I
Siklus II Peningka
tan
Fokus pada
masalah
77,29
%
95,42% 18,13%
Menggambark
an fisik
67,71
%
93,13% 25,42%
Merencanajan
penyelesaian
40,47
%
68,91% 28,44%
Melaksanaka
n rencana
57,92
%
81,67% 23,75%
Evaluasi hasil 9,79% 38,38% 29,59%
Seluruh indikator mengalami peningkatan. Persentase
rata-rata tertinggi pada kedua siklus yaitu kemampuan
fokus pada masalah dan persentase rata-rata terendah
pada kedua siklus yaitu evaluasi hasil
peningkatan kemampuan siswa fokus pada masalah
adalah indikator yang paling sedikit tingkat
peningkatannya yaitu sebesar 18,13%. Siswa yang
belum memiliki kemampuan fokus pada masalah, pada
siklus II mampu fokus pada masalah yang diberikan.
siklus II peneliti memberi arahan kepada siswa bahwa
setiap menyelesaikan masalah haruslah menggunakan
tahapan pemecahan masalah secara lengkap karena
setiap tahapannya mempunyai nilai tersendiri, sehingga
jika tidak lengkap maka tidak sempurna pula nilai yang
didapat.
1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
25. 2 . A K T I V I TA S S I S WA
No. Aspek Pengamatan Siklus I (%) Siklus II (%)
1. Visual Activities 66,67 80,00
2. Oral Activities 60,00 80,00
3. Writing Activities 73,33 80,00
4. Drawing Activities 63,33 82,50
5. Motor Activities 66,67 55,00
6. Mental Activities 56,67 82,50
7. Emotional Activities 66,67 80,00
Skor rata-rata siklus 64,76 77,14
Terdapat enam aktivitas yang
mengalami peningkatan dan satu
aktivitas yang mengalami penurunan.
Aktivitas tertinggi pada siklus I yaitu
writing activities, sedangkan aktivitas
tertinggi pada siklus II yaitu drawing
activities dan mental activities. Aktivitas
terendah pada siklus I adalah mental
activities, sedangkan pada siklus II
adalah motor activities
Secara umum sudah mengalami
peningkatan (Peningkatan tersebut
meliputi aktivitas visual, oral,
menggambar, menulis, mental, dan
emosional)
26. 3 . R E S P O N S I S WA
Respon positif dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan
sebesar 6,64%. Dapat mengalami peningkatan pada siklus II karena
siswa juga beranggapan bahwa meskipun materi pada siklus II
cukup sulit, tetapi selama pembelajaran siswa merasa senang dan
menyukai pembelajarannya.
Respon netral dari siklus I ke siklus II mengalami penurunan
sebesar 6,54% ,
Respon negatif juga mengalami penurunan sebesar 0,1 %. Respon
negatif tidak menunjukkan penurunan yang signifikan dikarenakan
beberapa siswa beranggapan bahwa materi pembelajaran
persamaan garis lurus pada siklus II cukup sulit untuk dipahami
No. Respon Siklus I Siklus II
1 Positif 71,72 78,36
2 Netral 11,16 4,62
3 Negatif 17,12 17,02
27. BAB V KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, pembelajaran model KADIR dengan strategi hands-on
activity dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
1. Penerapan pembelajaran model KADIR dengan strategi hands-on activity dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi persamaan garis lurus
2. Respon siswa terhadap pembelajaran matematika menggunakan model KADIR dengan strategi
hands-on activity sangat positif
3. Aktivitas siswa dalam pembelajaran menggunakan model KADIR dengan strategi hands-on activity
mengalami peningkatan (Peningkatan tersebut meliputi aktivitas visual, oral, menggambar, menulis,
mental, dan emosional)
4. Implementasi tahap koneksi pada model KADIR meningkatkan indikator fokus pada masalah,
tahap aplikasi meningkatkan indikator menggambarkan fisik, merencanakan penyelesaian, dan
menjalankan rencana, tahap diskursus membuat siswa lebih aktif dalam proses belajar dikelas,
tahap improvisasi meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika melalui pembuatan
soal-soal baru yang relevan dengan soal sebelumnya, dan tahap refleksi meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika pada indikator evaluasi masalah dengan
ditambahkannya pertanyaan-pertayaan yang menstimulus siswa untuk dapat melihat kembali apa
yang telah dikerjakan dan bagaimana menyimpulkannya.