1. Penderita wanita berusia 26 tahun dengan riwayat G2P1A0 datang ke rumah sakit dengan keluhan ingin melahirkan setelah dipimpin persalinan oleh dukun selama 8 jam tanpa kemajuan.
2. Penderita didorong untuk melahirkan di rumah sakit karena memiliki riwayat operasi Caesar sebelumnya.
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada pelepasan plasenta selalu terjadi perdarahan karena sinus-sinus
maternalis di tempat insersinya pada dinding uterus terbuka. Biasanya perdarahan ini
tidak banyak, sebab retraksi dan kontraksi otot-otot uterus menekan pembuluh-
pembuluh darah yang terbuka, sehingga lumennya tertututup., kemudian pembuluh
darah tersumbat oleh bekuan darah (1)
Di amerika insidensi kematian ibu sebanyak 7 - 10 wanita dari 100.000
persalinan, sekitar 8% disebabkan oleh HPP Menurut WHO kematian ibu bersalin
sebanyak 100.000 kematian ibu tiap tahunnya dan 25% dari jumlah tersebut ialah
dikarenakan HPP.(2)
Di amerika dari 1 - 10% persalinan mengalami komplikasi HPP dan dari penelitian
terhadap 2000 wanita menunjukkan bahwa HPP merupakan penyebab kematian ibu
ketiga yaitu sebesar 13%.(3)
Diperkirakan bahwa setiap tahunnya, sekitar 600.000 sampai 800.000 wanita-wanita
meninggal disaat melahirkan diseluruh dunia. Di negara berkembang, perdarahan
postpartum (PPP) diperkirakan sampai pada setengah dari semua kematian ibu.
Bahkan di negara maju, angka kejadian PPP sekitar 1 dari 1000 persalinan.
Confidential Enquiries into Maternal Death yang terakhir di UK menempatkan PPP
sebagai penyebab ketiga dari kematian ibu.(4)
Definisi
Seorang wanita sehat dapat kehilangan 500 ml darah tanpa akibat buruk (1)
2
2. Perdarahan postpartum digunakan apabila perdarahan 500 cc atau lebih setelah kala
III selesai (Setelah plasenta lahir). Pengukuran darah yang keluar sukar untuk
dilakukan secara tepat.
Perdarahan postpartum dapat dibagi dalam 2 kategori :
1. Perdarahan postpartum dini bila perdarahan terjadi dalam 24 jam pertama
2. Perdarahan postpartum lambat bila perdarahan terjadi setelah 24 jam pertama.(5)
a. Primer bila terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir
b. Sekunder bila terjadi setelah 24 jam anak lahir, biasanya antara hari ke 5 sampai
15 postpartum.(6)
HPP ialah kehilangan darah sebanyak 500 mL pada kelahiran pervaginam dan
1000 mL pada kelahiran dengan SC. Bila perdarahan ini terjadi kurang dari 24 jam
setelah kelahiran disebut HPP primer/dini dan bila lebih dari 24 jam setelah kelahiran
maka disebut HPP sekunder/lambat.(2)
Perdarahan postpartum adalah perdarahan dalam kala IV yang lebih dari 500 - 600 cc
dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir.(6)
Etiologi
Atonia uteri merupakan yang paling umum sebagai penyebab HPP primer,
diperkirakan 80% dari semua kasus.(4)
Etiologi : atonia uteri 50-60%
Sisa plasenta 23-24%
Retensio plasenta 16-17%
Laserasi jalan lahir 4-5%
3
3. Kelainan darah 0,5-0,8% (7)
Etiologi perdarahan postpartum dini :
1. Atonia uteri. Pada atoni uteri uterus tidak mengadakan kontraksi dengan baik, dan
ini merupakan sebab utama dari perdarahan postpartum. Uterus yang sangat
teregang (hidramnion, kehamilan ganda atau kehamilan dengan janin besar), partus
lama dan pemberian narkosis merupakan predisposisi untuk terjadinya atonia uteri.
2. Laserasi jalan lahir. Perlukaan serviks, vagina dan perineum dapat menimbulkan
perdarahan yang banyak bila tidak direparasi dengan segera.
3. Hematoma. Hematoma yang biasanya terdapat pada daerah-daerah yang
mengalami laserasi atau pada daerah jahitan perineum.
4. Lain-lain. Bisa berupa sisa plasenta yang menghalangi kontraksi uterus, sehingga
masih ada pembuluh darah yang tetap terbuka, atau ruptura uteri juga inversio
uteri.
Etiologi perdarahan postpartum lambat :
1. Tertinggalnya sebagian plasenta
2. Subinvolusi di daerah insersi plasenta
3. Dari luka bekas sectio cesarea (5)
Hambatan terhadap kontraksi miometrium dapat diakibatkan oleh obat seperti
anestesi golongan halogen, nitrat, NSAID, magnesium sulfat, Beta adrenergik, dan
nifedipine.(2)
Atonia dapat timbul karena salah penanganan kala III persalinan dengan
memijat uterus dan mendorongnya ke bawah dalam usaha melahirkan plasenta
sedang sebenarnya belum terlepas.(1)
4
4. 1. Atonia uteri
faktor predisposisi terjadinya atonia uteri :
- umur: terlalu muda atau terlalu tua
- paritas: sering pada multipara dan grandemultipara
- partus lama dan terlantar
- obstetri operatif dan narkose
- uterus terlalu regang dan besar, pada gemelli, hidramnion atau janin besar.
- Kelainan pada uterus, seperti mioma uteri, uterus couvelair pada solusio
plasenta
- Faktor sosioekonomi, yaitu malnutrisi
2. Sisa plasenta dan selaput ketuban
3. Jalan lahir : robekan perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim
4. Penyakit darah
hipofibrinogenemia sering dijumpai pada perdarahan yang banyak, solusio
plasenta, kematian janin yang lama dalam kandungan, pre-eklampsi dan eklampsi,
infeksi, hepatitis dan septik syok.(6)
Patofisiologi
Diketahui juga bahwa HPP dapat menyebabkan nekrosis dari kelenjar
pituitary anterior karena iskemia, yang dapat mengakibatkan sindrom Sheehan.(4)
Sheehan sindrom memiliki gejala amenorea, hipomenorea, kemandulan relatif, hipo
atau agalaktorea, lekas letih, mental dullness, dan hipotiroidisme, astenia, hipotensi,
anemia, penurunan berat badan, penurunan fungsi seksual dengan atrofi alat-alat
genital.(Wiknjo merah)
5
5. Pada pelepasan plasenta terjadi perdarahan karena sinus-sinus maternalis di
tempat insersinya pada dinding uterus terbuka. Kontraksi dan retraksi otot-otot uterus
menekan pembuluh darah yang terbuka sehingga lumennya tertutup kemudian
pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah.
Apabila sebagian saja plasenta yang lepas maka terjadi perdarahan karena uterus
tidak bisa berkontraksi dan beretraksi dengan baik pada batas antara dua bagian itu.
(1).
Pencegahan dan Penanganan
Pencegahan terjadinya perdarahan postpartum ialah dengan memimpin kala II
dan kala III persalinan secara lege artis, beberapa pendapat mengatakan untuk
memberikan suntikan ergometrin secara intravena setelah anak lahir untuk
mengurangi jumlah perdarahan yang terjadi.(5)
Tindakan pada perdarahan postpartum mempunyai 2 tujuan yaitu;
1) mengganti darah yang hilang;
2) menghentikan perdarahan.
Pada umumnya kedua tindakan tersebut dilakukan secara bersamaan, tetapi bila
keadaan tidak memungkinkan maka tindakan penggantian darah yang hilang lebih
diutamakan.(5)
Tatalaksana
1. hentikan perdarahan
2. cegah/atasi syok
3. ganti darah yang hilang/transfusi atau diberi NaCl/RL, plasma expander, dextran-L
6
6. • Atonia Uteri
- Massase uterus + uterotonik (infus oksitosin 10 iu - 100 iu dlm 500 ml D5%,
1 ampul ergometrin iv) diulangi 4 jam kemudian, suntikan prostaglandin.
- Kompresi bimanual
- Tampon uterovaginal secara lege artis diangkat 24 jam kemudian
- Tindakan operatif : 1. ligasi arteri uterina
2. Ligasi A. hipogastrika
3. Histerektomi
1 dan 2 dilakukan untuk yang masih punya anak. Tindakan menurut Henkel
(menjepit cabang arteri uterina melalui vagina kanan dan kiri) atau kompresi aorta
abdominalis dapat mengurangi perdarahan sementara.
• Retensio Plasenta
- Kandung kemih dikosongkan, masasse uterus dan suntikan oksitosin (iv, im
atau infus) dan boleh dicoba perasat Crede secara Lege artis. Jika tidak
berhasil lakukan manual plasenta.
- Setelah manual plasenta diberi injeksi ergometrin jika masih ada jaringan
plasenta yang tertinggal dilakukan kuretase dengan kuret tumpul ukuran besar
bersamaan dengan injeksi oksitosin.
- Manual plasenta segera dilakukan bila:
perdarahan kala III > 200 cc
penderita dalam narkose
riwayat HPP habitualis
tali pusat putus
7
7. • Sisa Plasenta
Tertinggalnya satu atau lebih lobus plasenta, maka uterus tidak dapat berkontraksi
secara efektif
- raba bagian dalam uterus untuk mencari sisa plasenta dengan explorasi
manual
- keluarkan sisa plasenta dengan tangan, cunam ovum atau kuret besar
- adanya jaringan yang melekat kuat, mungkin merupakan plasenta akreta,
tindakan untuk melepaskan plasenta yang melekat kuat tersebut dapat
mengakibatkan prdarahan hebat atau perforasi uterus, dan memerlukan
tindakan histerektomi
• Robekan/ laserasi jalan lahir
Segera melakukan reparasi, robekan dilihat secara aveu dengan spekulum, dan
dijahit dengan cermat.
• Gangguan pembekuan darah
Diberi pengobatan seperti vitamin K, kalsium, tranexamic acid dan sebagainya.
Pada hipofibrinogenemia, terapi fibrinogen atau transfusi darah segar atau fresh
frozen plasma, kontrol DIC dengan heparin.(7)
Massage the Uterus
Adalah penting untuk memijat uterus untuk menstimulasi kontraksi dan retraksi
uterus dan harus dilakukan sejak awal. Hal ini mungkin sama sinergisnya dengan
pemberian obat yang uterotonika.
Oxytocin Infusion/Prostaglandins
8
8. Syntocinon 40 unit dapat dimasukkan ke dalam 500 ml larutan saline dan diinfuskan
dengan kecepatan 125 ml/jam.
Subtotal or total Abdominal Hysterectomy
Histerektomi total atau subtotal tergantung pada situasi klinis. Jika perdarahan
terlihat banyak pada segmen bawah (seperti di PPP dengan plasenta previa),
histerektomi total yang dilakukan. Histerektomi subtotal dilakukan jika perdarahan
yang terjadi berasal dari segmen atas dan penyebabnya karena atonia uteri.
Histerektomi subtotal memiliki lebih rendah angka morbiditas dan mortalitasnya dan
memerlukan sedikit waktu. Histerektomi merupakan bagian terakhir dalam
penanganan PPP karena atonia. Bagaimanapun juga, yang pertama untuk dikerjakan
pada histerektomi harus cepat jika kondisi hemodinamik tidak stabil dan jika tidak
terkontrolnya perdarahan disamping dengan tindakan medis dan pembedahan
lainnya. Dalam kaitan dengan perubahan anatomis selama kehamilan, adalah
penting untuk berlatih untuk mencegah trauma viscera, terutama kandung kemih dan
saluran kencing. Adalah penting juga untuk pengapit ligamentum ovarika pada
pertengahannya untuk menghindari oophorektomi tanpa disengaja. Dari 15 tahun
pengalaman histerektomi obstetric dari pusat ketiga di Nigeria mengungkapkan
bahwa kematian maternal 12,5% dan angka gangguan pada traktus urinarius 7,5%
setelah menggunakan prosedur ini. Menunjukkan perlunya mendapatkan pertolongan
dan intervensi ketika dirasa perlu.
Apply Compression Sutures
Jahit tekan diuraikan pertama kali oleh Christopher B-Lynch dan karenanya sering
disebut jahitan "B-Lynch". Tekanan bimanual dapat diberlakukan pada uterus untuk
9
9. memantapkan apakah tekanan jahitan sudah baik. Dinding anterior dan posterior
dilewati oleh jahitan vertikal dengan menggunakan suatu material jahitan yang
lambat diserap, menghasilkan tekanan yang berkelanjutan terhadap uterus.(4)
Obat yang digunakan dalam penanganan dan pencegahan HPP ialah :
Oksitosin. Meningkatkan ritme kontraksi uterus, vasopresif dan antidiuretic efek
Ergotrate Maleate. Memperkuat kontraksi uterus dalam hitungan menit
Methergin. Aksi terutama pada otot polos uterus dengan memperpanjang lamanya
kontraksi otot tersebut.(3).
LAPORAN KASUS
I. Identitas
Nama : Ny.Y
Alamat : Tamban km.22 Rt 8 Barito kuala
Umur : 26 tahun
10
10. Suku/Bangsa : Banjar
MRS : 6 Februari 2006 pukul 19.40 WITA
Suami :
Nama : Hermanto
Umur : 26 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta (ABK)
II. Anamnesa
1. Keluhan Utama : ingin melahirkan
2. Riwayat Perjalanan Penyakit
Os Perutnya mulas sejak kurang lebih 18 jam yang lalu, kurang lebih 3 jam
berikutnya ada keluar lender dan darah sedikit-sedikit, tidak ada riwayat air-
air, Os mengaku persalinannya dipimpin oleh dukun kampong mulai jam 8
pagi sampai jam 16.00 sore (8 jam) kemudian didorong-dorong. Os juga
mengaku ada riwayat dipimpin bidan kesehatan untuk mengedan kemudian
disuntik di pantat oleh bidan pukul 18.00 wita hingga perut terasa lebih
mulas. Os tidak tahu pembukaan berapa saat bidan memeriksa, karena tidak
berhasil dipimpin bidan, Os lalu disarankan ke RS ULIN tanpa rujukan. Os
merasa sering memeriksakan diri saat hamil ke petugas kesehatan tiap kurang
lebih 1 bulan sekali dan sering disarankan oleh bidan untuk melahirkan di RS
karena ada riwayat operasi Caesar.s
3. Riwayat obstetric
11
11. G2P1A0 , anak pertama lahir cukup bulan pada tahun 2001 dengan jenis
persalinan SC atas indikasi CPD di RS ISLAM Banjarmasin jenis kelamin
perempuan, berat 3800 gram dalam keadaan sehat. Kehamilan sekarang
adalah anak yang kedua.
4. Riwayat Haid
Siklus teratur setiap 27 hari dengan lama haid 5 hari. HPHT tanggal 03 mei
2005, taksiran persalinan 10 Februari 2006.
5. Riwayat perkawinan
Pasien pernah menikah dua kali. Perkawinan pertama selama 6 tahun,
dikaruniai 1 orang anak, Perkawinan kedua dengan suami sekarang selama 1
tahun 7 bulan.
6. Riwayat Penyakit Dahulu
SC dengan indikasi CPD lima tahun yang lalu.
7. Riwayat Penyakit Keluarga
Asma (-) DM (-) HT (-)
III. Pemeriksaan Fisik
A. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Status Gizi : cukup
TB/BB : 146 cm/46 kg
2. Tanda Vital :
12
12. - TD : 120/90 - RR : 24X/menit
- N : 88X/menit - t : 360
C
Kepala dan leher : anemis (-) ikterik (-)
Thorax : dalam batas normal
Abdomen : membuncit
Ekstremitas : edem (-) reflek patella (+)
B. Pemeriksaan Khusus Obstetrik
1. Inspeksi : Perut membuncit asimetris
2. Palpasi :
L1 : 3 jari bawah proc. Xhypoideus
L2 : Punggung sejajar kanan
L3 : Presentasi kepala
L4 : 1/5 Hodge 1
TFU : 28 cm
Taksiran Berat Janin : 2635 gram
His : 3X/10 menit, lama 25-30 detik
3. Auskultasi
Denyut jantung janin : 144X/menit regular
4. Pemeriksaan Dalam
Portio : konsistensi lunak
Pembukaan : 7 cm
Kulit ketuban : (+)
Penurunan : Hodge 1
13
13. Penunjuk : UUK
5. Pemeriksaan Panggul
Promontorium : tidak dapat diraba
Spina Ischiadica : tidak menonjol
Linea Inominata : teraba 1/3 bagian
Dinding samping : Sejajar
Sakrum : Kesan luas
C. Pemeriksaan Tambahan
Laboratorium : Darah : Hb 11,3 gr %; WBC 21330/mm3
D. Diagnosis Kerja
P2A0 post partum dengan vakum ekstraksi atas indikasi kala 2 lama, ibu
kelelahan.
E. Follow Up
6 februari 2006
Pukul 22.15 :
Pembukaan 5 cm, His (+),DJJ (+), kulit ketuban (+) bagian bawah kepala H1
Diagnosa : G2P1A0 hamil 39 minggu, janin tunggal hidup intrauterine presentasi
kepala impartu kala I fasa aktif, dengan riwayat SC 5 tahun yang lalu.
Sikap : Observasi kemajuan persalinan
Konsul dr. Sp.OG : setuju sikap
7 februari 2006
Pukul 00.05 :
Pembukaan 9 cm, kepala di Hodge II, His 3X dalam 10 menit selama 25-30 detik
14
14. Konsul dr. Sp.OG : Amniotomi
Pukul 04.00 :
Pembukaan 10 cm lengkap. Kepala di hidge 2, His 3X dalam 10 menit selama
25-30 detik, DJJ 132X per menit, Ibu dipimpin mengedan tapi ibu kurang
kooperatif dan kurang mengerti.
Pukul 05.40 :
Ibu dipimpin mengedan lagi, tapi ibu sudah kelelahan.
Pukul 06.00 :
Pada pasien dipasang cup vakum di bagian sekitar vagina, dieksplorasi sehingga
tidak ada bagian vagina yang terjepit. Tekanan dimulai dari -0,2 ppm ditunggu
hingga 2 menit, tekanan dinaikkan menjadi -0,4 ppm. Setelah 2 menit dinaikkan
lagi menjadi -0,6 ppm. Ibu dipimpin mengedan sesuai His, vakum ditarik turun
dilakukan episiotomi. Vakum ditarik hingga kepala dapat dilahirkan , terjadi
paksi luar sambil vakum dimatikan, kepala ditarik biparietal Dilakukan penarikan
ke bawah untuk melahirkan bahu depan dan penarikan ke atas untuk melahirkan
bahu belakang.
Pukul 07.00 :
Bayi laki-laki lahir dengan berat 2900 gram dan panjang badan 50 cm. APGAR
7-8-9, Anus (+), kelainan congenital (-).
DISKUSI
15
15. Pada kasus ini pasien datang dengan diagnosa awal G2P1A0 Hamil Aterm. In
partu kala I Janin tunggal hidup intrauterin. Pasien dicoba melakukan persalinan
normal tapi karena ibu kelelahan sehingga harus dilakukan ekstraksi vakum.
Kelelahan pada ibu terjadi karena sebelum dibawa ke rumah sakit ibu telah dipimpin
mengedan oleh dukun kampung sambil didorong-dorong.
Ibu memanggil petugas kesehatan di Puskesmas setelah 8 jam tidak berhasil
ditolong oleh dukun kampung. Petugas kesehatan memberikan suntikan di pantat ibu
dan setelah disuntik ibu merasa perutnya semakin mulas. Kondisi ibu yang kesakitan,
membuat petugas kesehatan memutuskan membawa ibu ke RS ULIN tanpa surat
rujukan.
Kelelahan pada ibu menjadi penyulit persalinan yang seharusnya dapat
dihindari jika dukun kampung mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang baik
tentang persalinan. Ibu sudah dipimpin mengedan tanpa dukun kampung memeriksa
apakah ibu sudah berada dalam kala II persalinan.
Ibu sering memeriksakan kehamilan di puskesmas dan dianjurkan oleh bidan
untuk melahirkan di rumah sakit karena adanya riwayat SC pada persalinan
sebelumnya. Ibu meminta bantuan dukun kampung selama persalinan padahal ibu
sudah mengerti dengan anjuran bidan tersebut. Lingkungan sosial yang tidak
mendukung membuat persalinan seperti ini terjadi. Orang-orang di dekat ibu seperti
mertuanya tidak suka jika ibu harus melahirkan di RS. Mereka berpikir melahirkan di
rumah jauh lebih baik.
Istilah Hemoragic Post Partum (HPP) digunakan apabila perdarahan setelah
anak lahir melebihi 500 ml. Perdarahan primer terjadi dalam 24 jam pertama dan
16
16. sekunder setelah itu. Pada pasien ini terjadi perdarahan mencapai 1000 cc yang
terjadi 10 menit setelah lahirnya bayi, jadi perdarahan terjadi dalam 24 jakampungm
pertama yang digolongkan dalam perdarahan primer.
Atonia uteri merupakan yang paling umum sebagai penyebab HPP primer,
diperkirakan 80% dari semua kasus.(4)
Sedangkan penyebab HPP selain atonia uteri adalah
Sisa plasenta 23-24%
Retensio plasenta 16-17%
Laserasi jalan lahir 4-5%
Kelainan darah 0,5-0,8% (SMF Obgyn)
Pada pasien ini penyebab HPP dapat diperkirakan kerena atonia uteri karena setelah
plasenta lahir uterus tidak berkontraksi baik (lembek). Kemungkinan HPP karena
sebab lain berupa retensio plasenta dapat disingkirkan sebab plasenta telah lahir
lengkap, spontan dan tidak ditemukan infark maupun hematom serta perdarahan
terjadi pervaginam sehingga menutup kemungkinan HPP laserasi jalan lahir.
Dalam hal ini gejala dan tanda yang selalu ada pada atonia uteri adalah 1).Uterus
tidak berkontraksi dan lembek 2). Perdarahan segera setelah anak lahir (HPP primer).
3). Kadang dapat disertai syok.
Faktor predisposisi terjadinya atonia uteri adalah (6):
- Umur; terlalu muda atau tua
- Paritas ; sering pada multipara dan grandemultipara
- Partus lama dan partus terlantar
- Obstetric operatif dan narkose
17
17. - Uterus terlalu regang dan besar misal gamelli, hidramnion, atau janin besar.
- Kelainan pada uterus, seperti mioma uteri, uterus couvelair pada solusio
plasenta.
- Faktor sosioekonomi seperti mal nutrisi.
Pada pasien tersebut factor predisposisi yang paling besar adalah partus lama dan
partus terlantar. Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada
multipara rata-rata 0,5 jam (8). Pasien tersebut sudah dipimpin persalinan oleh bidan
sejak pukul 21.00 WITA (3 jam sebelum MRS). Karena kepala tidak maju dan os
kelelahan mengejan sehingga os dikirim ke RS pukul 23.55 WITA dengan suspec
CPD. Namun ketika sudah di RS pukul 00.10 WITA dari VT bukaan lengkap ,
bagian bawah kepala di HIII dan caput (+). Ada kemungkinan ketika bidan
memimpin perslinan bukaan belum lengkap, sehingga kepala tidak maju-maju hal ini
dapat dilihat sebagai penyebab terjadinya edem vulva.
Tindakan pada perdarahan postpartum mempunyai 2 tujuan utama yaitu;
1) mengganti darah yang hilang; dan 2) menghentikan perdarahan.
Pada umumnya kedua tindakan tersebut dilakukan secara bersamaan.
Tatalaksana yang dilakukan pada pasien ini telah sesuai dengan prosedur penanganan
HPP yaitu :
1. Hentikan perdarahan
Pada pasien pemijatan uterus terus dilakukan, dan diberikan oksitosin dan
metilergometrin.
2. Cegah/atasi syok
18
18. Syok merupakan kegagalan system sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang
adekuat ke organ-organ vital. Kecurigaan atau antisipasi syok muncul pada
kondisi-kondisi perdarahan baik pada awal kehamilan, akhir kehamilan, maupun
setelah melahirkan. Serta pada kondisi infeksi dan trauma.
Diagnosis syok apabila terdapat tanda atau gejala berikut (8) :
- Nadi cepat dan lemah (110x / menit atau lebih)
- Tekanan darah yang rendah (sistolik < 90 mmHg)
Tanda dan gejala lain dari syok meliputi (8):
- Pucat
- Keringat atau kulit yang terasa dingin dan lembab
- Pernafasan yang cepat (30x / menit atau lebih)
- Gelisah, bingung, atau kehilangan kesadaran.
- Urin yang sedikit (< 30 ml / jam)
Pada pasien ini setelah terjadi perdarahan pada pukul 01.10 WITA dilakukan
pemantauan kemungkinan syok karena perdarahan hebat dengan pemasangan
dauer kateter dan pencegahan syok sehingga di ambil langkah-langkah secara
berurutan untuk menghentikan perdarahan (seperti oksitosin dan masase uterus)
grojok RL dan transfusi sesegera mungkin untuk mengganti kehilangan darah.
3. Ganti darah yang hilang/transfusi atau diberi NaCl/RL, plasma expander,dextran-L
19
19. KESIMPULAN
Telah dilaporkan sebuah kasus Perdarahan Post Partum et causa Atonia Uteri
pada persalinan kala II lama yang terjadi pada seorang wanita primigravida, pada
pasien ini telah terjadi perdarahan + 1000 cc. Penanganan pasien ini dilakukan
dengan tindakan massase uterus, grojok RL dan transfusi. Dan terapi medikamentosa
berupa Kedacilin, Oksitosin, Metilergometrin, Xilodella, Oradexon, Amoxisilin dan
asam mefenamat. Pasien dirawat selama 4 hari..
20