2. 1. Defenisi
Kegawatdaruratan Maternal
merupakan kejadian berbahaya yang
dapat mengancam jiwa akibat dari
masalah kehamilan, persalinan, atau
nifas.
Kegawatdaruratan Neonatal merupakan
kejadian yang mengancam jiwa bayi baru
lahir usia 0-28 hari
3. Tujuan asuhan
kegawatdaruratan
Tujuan utama penanganan
kegawatdaruratan maternal dan neonatal
adalah untuk menyelamatkan nyawa ibu
dan janin, juga untuk menyelamatkan
jiwa bayi yang baru lahir atau dengan
kata lain untuk mengurangi angka
kematian ibu dan angka kematian
neonatal.
4. Ruang lingkup
kegawatdaruratan
Penanganan kegawatdaruratan maternal dan
neonatal adalah penanganan yang meliputi
intervensi yang spesifik untuk menangani
kasus kegawatan atau komplikasi selama
kehamilan, persalinan, dan nifas, serta
kegawatan pada bayi baru lahir sampai
dengan 28 hari.
5. Intervensi yang dilakukan antara lain
dengan pemberian antibiotic intravena,
infus cairan, anastesi dan analgesia,
penanganan komplikasi aborsi,
penanganan perdarahan, postpartum,
penanganan asfiksia neonatorum,
penanganan icterus neonatorum.
6. Prinsip dasar dalam menangani kasus
kegawatdaruratan maternal dan neonatal
adalah penentuan permasalahan utama
(diagnose) dan tindakan pertolongannya
harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan
tenang serta tidak panic, walaupun
suasana keluarga pasien ataupun
pengantarnya mungikin dalam
kepanikan.
7. Penanganan kegawatdaruratan maternal
dan neonatal adalah untuk
menyelamatkan nyawa ibu dan janin,
juga untuk menyelamatkan jiwa bayi
yang baru lahir atau dengan kata lain
untuk mengurangi angka kematian ibu
dan angka kematian neonatal.
8. Clinical Judgement
Suatu kemampuan untuk membuat
berkaitan dengan klinik atau tempat
perawatan didasarkan analisis, evaluasi,
atau prediksi klinis dari tanda dan gejala
yang muncul pada individu dengan
penyakit, gangguan, disfungsi, atau
gangguan. Termasuk menilai kesesuaian
perawatan tertentu dan derajat atau
kemungkinan pemulihan klinis.
10. BATASAN
Perdarahan dari jalan lahir setelah
kehamilan memasuki trimester III
Disebut juga PERDARAHAN ANTE
PARTUM
Beberapa penulis setelah kehamilan
melebihi 20 minggu
12. PLASENTA PREVIA
BATASAN
merupakan plasenta yang letaknya
abnornal pada segmen bawah rahim
(SBR) sehingga menutupi sebagian
atau seluruh ostium uteri internum
ETIOLOGI
Tidak jelas
13. Klasifikasi
Plasenta Previa Totalis
bila seluruh OUI tertutup plasenta
Plasenta Previa Lateralis
hanya sebagian dari OUI tertutup plasenta
Plasenta Previa Marginalis
tepi plasenta berada tepat pada tepi OUI
Plasenta Letak Rendah
plasenta berada 3-4 cm diatas tepi OUI
14. Diagnosis
Anamnesis: Perdarahan pervaginam pada
uk. > 20 mg, tanpa sebab
Pemeriksaan luar: Kelainan letak
Inspekulo: darah pada OUE
USG: menentukan letak plasenta
Penentuan plasenta secara langsung
dengan meraba melalui kanalis servikalis
bahaya perdarahan banyak
double set up atau PDMO
15. Penatalaksanaan
Konservatif, bila
Kehamilan < 37 minggu
Perdarahan tidak banyak (Hb masih normal)
Tempat tinggal pasien dekat
Istirahat baring, hematinik, spasmolitik,
antibiotika (atas indikasi)
Lab : Hb, hematokrit dan USG
3 hari bebas perdarahan lakukan mobilisasi.
Jika tidak berdarah lagi pasien dipulangkan
16. Penanganan Aktif, bila
Perdarahan banyak, tanpa memandang uk
Uk > 37 minggu
Anak mati
Dapat berupa persalinan pervaginam atau
perabdominal
Plasenta previa lateralis/ marginalis dengan
KJDR, serviks matang, kepala masuk PAP,
perdarahan sedikit/ (-) maka lakukan amniotomi
diikuti drip oksitosin diteruskan persalinan
pervaginam
17. INDIKASI SEKSIO SESAREA
Plasenta Previa Totalis
Perdarahan banyak tanpa henti
Presentasi abnormal
Panggul sempit
Serviks belum matang
Gawat janin
Bila tidak mungkin dilakukan Seksio Sesarea
maka dipasang Cunam Willet atau Versi
Braxton Hicks
21. Ringan
Perdarahan 100-200 cc
Uterus tegang
Belum ada tanda Pendarahan
Janin hidup
Pelepasan < 1/6 bagian permukaan
Fibrinogen plasma > 120 mg %
22. Sedang
Perdarahan > 200 cc
Uterus tegang
Tanda Pendarahan (+)
Gawat janin atau janin mati
Pelepasan 1/4 - 2/3 bagian permukaan
Fibrinogen plasma 120 - 150 gr %
23. Berat
Uterus tegang dan berkontraksi tetanik
Tanda Pendarahan (+)
Janin mati,
Pelepasan > 2/3 permukaan atau
keseluruhan
24. Penatalaksanaan
Tergantung derajatnya
Pada yang Ringan
Istirahat baring
Sedatif
Tentukan apakah gejala semakin progesif atau
berhenti
Bila berhenti lakukan mobilisasi bertahap
Lab: Hb, fibrinogen, hematokrit, trombosit
25. Pada yang SEDANG dan BERAT
Penanganan bertujuan
Mengatasi Pendarahan
Memperbaiki anemia
Hentikan perdarahan
Kosongkan uterus secepatnya
Penatalaksanaan meliputi
1. Pemberian tranfusi
2. Pemecahan ketuban (amniotomi)
3. Pemberian infus oksitosin
4. Kalau perlu Seksio sesarea
26. Bila diagnosis Solusio Plasenta sudah
ditegakkan, maka perdarahan yang terjadi
minimal 1000 cc harus mendapatkan
transfusi minimal 1000 cc
Ketuban pecahkan mengurangi regangan
dinding uterus
Percepat persalinan dengan infus 5 IU
oksitosin dalam 500 cc Dextrose 5%
27. Seksio Sesarea , bila :
Persalinan tidak selesai atau diharapkan tidak
selesai dalam 6 jam
Perdarahan banyak
Pembukaan (-) atau < 4 cm
Panggul sempit
Letak lintang
Preeklampsia berat
Pelvik score < 5
32. Terapi
Atasi syok dengan segera, berikan infus iv,
transfusi darah , oksigen dan antibiotika
Laparotomi dengan tindakan histerektomi atau
histerorafi bergantung pada bentuk , jenis dan luas
robekan
34. Bila syok diatasi dulu dengan memberikan infus
IV bila perlu dua jalur, transfusi darah dan oksigen
Bila tensi sudah membaik , nadi pelan baru
dilakukan manual plasenta
Bila hanya sisa plasenta dan perdarahan tidak
aktif sebaiknya dilakukan pemeriksaan USG dulu
baru dilakukan kuretase hari ke 3-5 nifas
35. Manual plasenta
Tangan dengan posisi obstetrik menyelusuri
tali pusat sampai insersinya kemudian
dicari bagian plasenta yang lepas . Dengan
tanpa membuka jari dilepaskan plasenta dari
dinding uterus dan dievakuasi
Hati-hati terjadi perforasi uterus
36. PERLUKAAN JALAN
LAHIR
Diagnosa perlukaan jalan lahir ditegakkan
bila perdarahan terjadi dimana kontraksi
uterus baik
Eksplorasi lokasi perdarahan dengan
spekulum sims utk melihat sumber
perdarahan
38. TERAPI
Jahit luka episiotomi dari ujung luka sampai dasar
dan bila luka episiotomi sudah terjahit masih
perdarahan perlu eksplorasi apakah ada robekan
pada portio
Perbaiki ruptur perineum sesuai grade
Bila ruptur perineum grade III-IV rujuk ke RS
39. PREEKLAMSIA/EKLAMSIA
Penyebab pasti dari eklampsia belum
diketahui, tetapi kejadian eklampsia
dikaitkan dengan kelainan pada plasenta
dan fungsinya, tidak kuatnya aliran darah
pada plasenta, rusaknya pembuluh darah
plasenta, dan faktor genetik.
40. Faktor Risiko Eklampsia
Hamil pada usia tua (diatas 35 tahun) atau
usia remaja (dibawah 20 tahun)
Memiliki riwayat eklampsia pada
kehamilan sebelumnya
Memiliki riwayat hipertensi sebelum
kehamilan
Memiliki riwayat penyakit lupus, arthritis
rheumatoid, dan penyakit ginjal
41. Riwayat diabetes gestasional, diabetes yang
terjadi dalam masa kehamilan
Kehamilan kembar
Riwayat keluarga mengalami pre-eklampsia
atau eklampsia
Obesitas
45. Pasang infus IV dan siapkan Mg SO4 20% 20
cc dalam spuit, pasang DC Foley dan oksigen
Bila kejang awasi pasien agar tidak trauma
Bila tidak kejang lagi segera berikan MgSO4
20% 20 cc IV pelan selama 3-5 menit
Selang 15 menit kemudian berikan MgSO4
40% 10 cc boka dan boki IM, selanjutnya tiap
6 jam di suntik ulang dengan Mg SO4 40% 10
cc IM
Lakukan pemeriksaan dalam (VT)
46. Setelah terjadi keadaan stabilisasi baru
dilakukan penghitungan vital skor untuk
terminasi kehamilan per vaginam dengan
drip oksitosin, bila gagal dilakukan SC
dan bila berhasil dipercepat kala II dengan
forceps atau vakum ekstraksi
47. BATASAN
Kehamilan Ektopik
Kehamilan yang hasil konsepsinya berimplantasi di luar
endometrium kavum uteri
Kehamilan Ektopik Terganggu
Kehamilan ektopik yang berakhir dengan abortus atau ruptur tuba
48. PATOFISIOLOGI
Gangguan transportasi ovum yang telah
dibuahi dari tuba ke rongga rahim
ETIOLOGI
Radang Panggul
Tindakan operasi pada tuba
Penyempitan lumen tuba akibat tumor
51. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (Hb, Leukosit, Beta hCG)
USG
– Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
– Adanya kantung kehamilan di luar cavum uteri
– Adanya massa komplek di rongga panggul
Kuldosintesis
Laparoskopi
52. TERAPI
Pasang infus IV dan kateter
Laparotomi
Dalam melakukan tindakan operatif,
perhatikan fungsi reproduksi pasien
Transfusi darah
53. INFEKSI NIFAS
Infeksi alat genital dalam masa nifas yang
ditandai dengan meningkatnya suhu ≥ 38
0C yang terjadi selama 2 hari berturut-turut
dalam waktu 10 hari pasca salin, kecuali 24
jam pertama pascasalin
54. Faktor Predisposisi :
Partus lama
Ketuban pecah sebelum waktunya
Persalinan traumatis
Pelepasan plasenta secara manual
Infeksi intra uterin
Kandung kencing
Anemia
Pertolongan persalinan yang tidak steril
55. Diagnosa
Klinis
– Febris
– Nadi cepat
– Nyeri perut bagian bawah
– Subinovulasi rahim
Inspekulo
– Lokhia berbau
Pemeriksaan Dalam
– Uterus dan parametrium nyeri pada perabaan
57. Terapi
Antibiotik spektrum luas
Selanjutnya pemberian tergantung hasil kultur dan
resistensi
Jika tidak ada perbaikan dalam 72 jam, kemungkinan
tromboflebitis pelvik, abses dan emboli septik
Emboli septik komplikasi paling berbahaya
Abses Insisi dan drainase
Syok septik rawat ICU, O2, resusitasi cairan,
transfusi darah, antibiotik, kortikosteroid, vasopresor,
serta antikoagulan jika diperlukan