SlideShare a Scribd company logo
1 of 58
KEGAWATDARURATA
N MATERNAL DAN
NEONATAL
MESRIDA SIMARMATA,
SST., M. Biomed
1. Defenisi
Kegawatdaruratan Maternal
merupakan kejadian berbahaya yang
dapat mengancam jiwa akibat dari
masalah kehamilan, persalinan, atau
nifas.
Kegawatdaruratan Neonatal merupakan
kejadian yang mengancam jiwa bayi baru
lahir usia 0-28 hari
Tujuan asuhan
kegawatdaruratan
Tujuan utama penanganan
kegawatdaruratan maternal dan neonatal
adalah untuk menyelamatkan nyawa ibu
dan janin, juga untuk menyelamatkan
jiwa bayi yang baru lahir atau dengan
kata lain untuk mengurangi angka
kematian ibu dan angka kematian
neonatal.
Ruang lingkup
kegawatdaruratan
Penanganan kegawatdaruratan maternal dan
neonatal adalah penanganan yang meliputi
intervensi yang spesifik untuk menangani
kasus kegawatan atau komplikasi selama
kehamilan, persalinan, dan nifas, serta
kegawatan pada bayi baru lahir sampai
dengan 28 hari.
Intervensi yang dilakukan antara lain
dengan pemberian antibiotic intravena,
infus cairan, anastesi dan analgesia,
penanganan komplikasi aborsi,
penanganan perdarahan, postpartum,
penanganan asfiksia neonatorum,
penanganan icterus neonatorum.
Prinsip dasar dalam menangani kasus
kegawatdaruratan maternal dan neonatal
adalah penentuan permasalahan utama
(diagnose) dan tindakan pertolongannya
harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan
tenang serta tidak panic, walaupun
suasana keluarga pasien ataupun
pengantarnya mungikin dalam
kepanikan.
Penanganan kegawatdaruratan maternal
dan neonatal adalah untuk
menyelamatkan nyawa ibu dan janin,
juga untuk menyelamatkan jiwa bayi
yang baru lahir atau dengan kata lain
untuk mengurangi angka kematian ibu
dan angka kematian neonatal.
Clinical Judgement
Suatu kemampuan untuk membuat
berkaitan dengan klinik atau tempat
perawatan didasarkan analisis, evaluasi,
atau prediksi klinis dari tanda dan gejala
yang muncul pada individu dengan
penyakit, gangguan, disfungsi, atau
gangguan. Termasuk menilai kesesuaian
perawatan tertentu dan derajat atau
kemungkinan pemulihan klinis.
Kasus Gawat Darurat
 Perdarahan ante partum (Kehamilan)
 Perdarahan pasca persalinan
 Eklamsia
 Infeksi Nifas
 Kehamilan Ektopik Terganggu
BATASAN
Perdarahan dari jalan lahir setelah
kehamilan memasuki trimester III
Disebut juga PERDARAHAN ANTE
PARTUM
Beberapa penulis  setelah kehamilan
melebihi 20 minggu
Klasifikasi
Plasenta Previa
Solusio Plasenta
Oleh sumber yang tidak jelas
Kasus terbanyak adalah Plasenta previa dan
Solusio plasenta
PLASENTA PREVIA
BATASAN
merupakan plasenta yang letaknya
abnornal  pada segmen bawah rahim
(SBR) sehingga menutupi sebagian
atau seluruh ostium uteri internum
ETIOLOGI
Tidak jelas
Klasifikasi
 Plasenta Previa Totalis
bila seluruh OUI tertutup plasenta
 Plasenta Previa Lateralis
hanya sebagian dari OUI tertutup plasenta
 Plasenta Previa Marginalis
tepi plasenta berada tepat pada tepi OUI
 Plasenta Letak Rendah
plasenta berada 3-4 cm diatas tepi OUI
Diagnosis
Anamnesis: Perdarahan pervaginam pada
uk. > 20 mg, tanpa sebab
Pemeriksaan luar: Kelainan letak
Inspekulo: darah pada OUE
USG: menentukan letak plasenta
Penentuan plasenta secara langsung
dengan meraba melalui kanalis servikalis
 bahaya perdarahan banyak
 double set up atau PDMO
Penatalaksanaan
Konservatif, bila
Kehamilan < 37 minggu
Perdarahan tidak banyak (Hb masih normal)
Tempat tinggal pasien dekat
 Istirahat baring, hematinik, spasmolitik,
antibiotika (atas indikasi)
Lab : Hb, hematokrit dan USG
3 hari bebas perdarahan lakukan mobilisasi.
Jika tidak berdarah lagi pasien dipulangkan
Penanganan Aktif, bila
Perdarahan banyak, tanpa memandang uk
Uk > 37 minggu
Anak mati
 Dapat berupa persalinan pervaginam atau
perabdominal
 Plasenta previa lateralis/ marginalis dengan
KJDR, serviks matang, kepala masuk PAP,
perdarahan sedikit/ (-) maka lakukan amniotomi
diikuti drip oksitosin diteruskan persalinan
pervaginam
INDIKASI SEKSIO SESAREA
Plasenta Previa Totalis
Perdarahan banyak tanpa henti
Presentasi abnormal
Panggul sempit
Serviks belum matang
Gawat janin
 Bila tidak mungkin dilakukan Seksio Sesarea
maka dipasang Cunam Willet atau Versi
Braxton Hicks
SOLUSIO
PLASENTA
BATASAN
Pelepasan plasenta sebagian atau
seluruhnya pada tempat implantasi normal
sebelum janin lahir
ETIOLOGI
Tidak jelas
Diagnosis
Sulit untuk menegakkan diagnosis
Tidak semua gejala klinis nyata
Diperlukan pemeriksaan penunjang : USG
USG dimaksudkan untuk menyingkirkan
Plasenta Previa
Klasifikasi
Berasarkan tanda klinis dan derajat pelepasan
plasenta
Dibedakan atas
Ringan
Sedang
Berat
Ringan
Perdarahan 100-200 cc
Uterus tegang
Belum ada tanda Pendarahan
Janin hidup
Pelepasan < 1/6 bagian permukaan
Fibrinogen plasma > 120 mg %
Sedang
Perdarahan > 200 cc
Uterus tegang
Tanda Pendarahan (+)
Gawat janin atau janin mati
Pelepasan 1/4 - 2/3 bagian permukaan
Fibrinogen plasma 120 - 150 gr %
Berat
Uterus tegang dan berkontraksi tetanik
Tanda Pendarahan (+)
Janin mati,
Pelepasan > 2/3 permukaan atau
keseluruhan
Penatalaksanaan
Tergantung derajatnya
Pada yang Ringan
Istirahat baring
Sedatif
Tentukan apakah gejala semakin progesif atau
berhenti
Bila berhenti lakukan mobilisasi bertahap
Lab: Hb, fibrinogen, hematokrit, trombosit
Pada yang SEDANG dan BERAT
Penanganan bertujuan
Mengatasi Pendarahan
Memperbaiki anemia
Hentikan perdarahan
Kosongkan uterus secepatnya
Penatalaksanaan meliputi
1. Pemberian tranfusi
2. Pemecahan ketuban (amniotomi)
3. Pemberian infus oksitosin
4. Kalau perlu Seksio sesarea
Bila diagnosis Solusio Plasenta sudah
ditegakkan, maka perdarahan yang terjadi
minimal 1000 cc  harus mendapatkan
transfusi minimal 1000 cc
Ketuban pecahkan  mengurangi regangan
dinding uterus
Percepat persalinan dengan infus 5 IU
oksitosin dalam 500 cc Dextrose 5%
Seksio Sesarea , bila :
Persalinan tidak selesai atau diharapkan tidak
selesai dalam 6 jam
Perdarahan banyak
Pembukaan (-) atau < 4 cm
Panggul sempit
Letak lintang
Preeklampsia berat
Pelvik score < 5
Perdarahan Pasca
Persalinan
Etiologi:
Atonia uteri
Ruptur uteri
Retensio plasenta
Perlukaan jalan lahir
Atonia Uteri
Etiologi
Berikan uterotonika
Masase uterus
Kompresi bimanual (KBI/KBE)
Kompresi aorta abdominalis (tidak bisa
dilakukan)
Tampon utero vaginal
Ruptura uteri
Robekan dinding rahim,pada saat kehamilan
atau persalinan dengan atau tanpa robeknya
peritoneum
Klasifikasi
Komplit dan inkomplit
Etiologi
Pemberian oksitosin/prostaglandin
Dorongan fundus uteri berlebihan
Panggul sempit
Bekas SC
Terapi
 Atasi syok dengan segera, berikan infus iv,
transfusi darah , oksigen dan antibiotika
 Laparotomi dengan tindakan histerektomi atau
histerorafi bergantung pada bentuk , jenis dan luas
robekan
Retensio Plasenta
Terapi
Manual plasenta
Uterotonika
Antibiotika
 Bila syok diatasi dulu dengan memberikan infus
IV bila perlu dua jalur, transfusi darah dan oksigen
 Bila tensi sudah membaik , nadi pelan baru
dilakukan manual plasenta
 Bila hanya sisa plasenta dan perdarahan tidak
aktif sebaiknya dilakukan pemeriksaan USG dulu
baru dilakukan kuretase hari ke 3-5 nifas
Manual plasenta
Tangan dengan posisi obstetrik menyelusuri
tali pusat sampai insersinya kemudian
dicari bagian plasenta yang lepas . Dengan
tanpa membuka jari dilepaskan plasenta dari
dinding uterus dan dievakuasi
Hati-hati terjadi perforasi uterus
PERLUKAAN JALAN
LAHIR
Diagnosa perlukaan jalan lahir ditegakkan
bila perdarahan terjadi dimana kontraksi
uterus baik
Eksplorasi lokasi perdarahan dengan
spekulum sims utk melihat sumber
perdarahan
Etiologi
Luka episiotomi
Robekan portio
Ruptur uretra
Luka di klitoris
TERAPI
 Jahit luka episiotomi dari ujung luka sampai dasar
dan bila luka episiotomi sudah terjahit masih
perdarahan perlu eksplorasi apakah ada robekan
pada portio
 Perbaiki ruptur perineum sesuai grade
 Bila ruptur perineum grade III-IV rujuk ke RS
PREEKLAMSIA/EKLAMSIA
Penyebab pasti dari eklampsia belum
diketahui, tetapi kejadian eklampsia
dikaitkan dengan kelainan pada plasenta
dan fungsinya, tidak kuatnya aliran darah
pada plasenta, rusaknya pembuluh darah
plasenta, dan faktor genetik.
Faktor Risiko Eklampsia
Hamil pada usia tua (diatas 35 tahun) atau
usia remaja (dibawah 20 tahun)
Memiliki riwayat eklampsia pada
kehamilan sebelumnya
Memiliki riwayat hipertensi sebelum
kehamilan
Memiliki riwayat penyakit lupus, arthritis
rheumatoid, dan penyakit ginjal
Riwayat diabetes gestasional, diabetes yang
terjadi dalam masa kehamilan
Kehamilan kembar
Riwayat keluarga mengalami pre-eklampsia
atau eklampsia
Obesitas
Diagnosa
Peningkatan tekanan darah
Edema tungkai/muka
Kehamilan lebih 20 mgg
Kejang tonik klonik
Kesadaran menurun
Diagnosa
Pemeriksaan laboratorium darah
Pemeriksaan urine.
Pemeriksaan fungsi ginjal
Pemeriksaan Ultrasonografi
Terapi
Mengakhiri kehamilan tanpa
memandang umur kehamilan dan
keadaan janin
 Pasang infus IV dan siapkan Mg SO4 20% 20
cc dalam spuit, pasang DC Foley dan oksigen
 Bila kejang awasi pasien agar tidak trauma
 Bila tidak kejang lagi segera berikan MgSO4
20% 20 cc IV pelan selama 3-5 menit
 Selang 15 menit kemudian berikan MgSO4
40% 10 cc boka dan boki IM, selanjutnya tiap
6 jam di suntik ulang dengan Mg SO4 40% 10
cc IM
 Lakukan pemeriksaan dalam (VT)
Setelah terjadi keadaan stabilisasi baru
dilakukan penghitungan vital skor untuk
terminasi kehamilan per vaginam dengan
drip oksitosin, bila gagal dilakukan SC
dan bila berhasil dipercepat kala II dengan
forceps atau vakum ekstraksi
BATASAN
Kehamilan Ektopik
Kehamilan yang hasil konsepsinya berimplantasi di luar
endometrium kavum uteri
Kehamilan Ektopik Terganggu
Kehamilan ektopik yang berakhir dengan abortus atau ruptur tuba
PATOFISIOLOGI
Gangguan transportasi ovum yang telah
dibuahi dari tuba ke rongga rahim
ETIOLOGI
 Radang Panggul
 Tindakan operasi pada tuba
 Penyempitan lumen tuba akibat tumor
DIAGNOSIS
Anamnesa
– Terlambat haid
– Gx subjektif kehamilan (mual, pusing)
– Nyeri perut, lokal atau menyeluruh
– Perdarahan pervaginam
Pemeriksaan Fisik
– Tanda syok hipovolemik
– Nyeri abdomen (perut tegang, nyeri tekan)
– Pemeriksaan ginekologis (Spekulum, VT)
DIAGNOSA BANDING
Kista Ovarium pecah dan perdarahan
Torsi Kista Ovarium
Kista Terinfeksi
Abortus Iminens
Apendisitis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (Hb, Leukosit, Beta hCG)
USG
– Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
– Adanya kantung kehamilan di luar cavum uteri
– Adanya massa komplek di rongga panggul
Kuldosintesis
Laparoskopi
TERAPI
Pasang infus IV dan kateter
Laparotomi
Dalam melakukan tindakan operatif,
perhatikan fungsi reproduksi pasien
Transfusi darah
INFEKSI NIFAS
Infeksi alat genital dalam masa nifas yang
ditandai dengan meningkatnya suhu ≥ 38
0C yang terjadi selama 2 hari berturut-turut
dalam waktu 10 hari pasca salin, kecuali 24
jam pertama pascasalin
Faktor Predisposisi :
Partus lama
Ketuban pecah sebelum waktunya
Persalinan traumatis
Pelepasan plasenta secara manual
Infeksi intra uterin
Kandung kencing
Anemia
Pertolongan persalinan yang tidak steril
Diagnosa
 Klinis
– Febris
– Nadi cepat
– Nyeri perut bagian bawah
– Subinovulasi rahim
 Inspekulo
– Lokhia berbau
 Pemeriksaan Dalam
– Uterus dan parametrium nyeri pada perabaan
Pemeriksaan Penunjang
Kultur bakteri
Faktor-faktor
pembekuan darah
USG jika curiga abses
Terapi
 Antibiotik spektrum luas
 Selanjutnya pemberian tergantung hasil kultur dan
resistensi
 Jika tidak ada perbaikan dalam 72 jam, kemungkinan
tromboflebitis pelvik, abses dan emboli septik
 Emboli septik  komplikasi paling berbahaya
 Abses  Insisi dan drainase
 Syok septik  rawat ICU, O2, resusitasi cairan,
transfusi darah, antibiotik, kortikosteroid, vasopresor,
serta antikoagulan jika diperlukan
KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL

More Related Content

Similar to KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL

Similar to KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL (20)

Plasenta Previa
Plasenta PreviaPlasenta Previa
Plasenta Previa
 
Askeb iv
Askeb ivAskeb iv
Askeb iv
 
Bab i1
Bab i1Bab i1
Bab i1
 
Manajemen Kasus Perdarahan.ppt
Manajemen Kasus Perdarahan.pptManajemen Kasus Perdarahan.ppt
Manajemen Kasus Perdarahan.ppt
 
Plasenta previa (2)
Plasenta previa (2)Plasenta previa (2)
Plasenta previa (2)
 
PPT abortus.ppt
PPT abortus.pptPPT abortus.ppt
PPT abortus.ppt
 
Plasenta previa
Plasenta previaPlasenta previa
Plasenta previa
 
Perdarahan Hamil muda
Perdarahan Hamil mudaPerdarahan Hamil muda
Perdarahan Hamil muda
 
Perdarahan ante partum PARAMATA RAHA
Perdarahan ante partum PARAMATA RAHA Perdarahan ante partum PARAMATA RAHA
Perdarahan ante partum PARAMATA RAHA
 
Pendarahan pada hamil tua
Pendarahan pada hamil tuaPendarahan pada hamil tua
Pendarahan pada hamil tua
 
Neuro
NeuroNeuro
Neuro
 
Perdarahan ante partum
Perdarahan ante partumPerdarahan ante partum
Perdarahan ante partum
 
18. Bahaya hamil muda; perdarahan.ppt
18. Bahaya hamil muda; perdarahan.ppt18. Bahaya hamil muda; perdarahan.ppt
18. Bahaya hamil muda; perdarahan.ppt
 
PPT PERDARAN PERVAGINA
PPT PERDARAN PERVAGINAPPT PERDARAN PERVAGINA
PPT PERDARAN PERVAGINA
 
Perdarahan Obstetri TM I.pptx
Perdarahan Obstetri TM I.pptxPerdarahan Obstetri TM I.pptx
Perdarahan Obstetri TM I.pptx
 
APB.ppt
APB.pptAPB.ppt
APB.ppt
 
Penatalaksanaan Asuhan Kegawatdaruratan Kehamilan Lanjut
Penatalaksanaan Asuhan Kegawatdaruratan Kehamilan LanjutPenatalaksanaan Asuhan Kegawatdaruratan Kehamilan Lanjut
Penatalaksanaan Asuhan Kegawatdaruratan Kehamilan Lanjut
 
Rangkuman akbid paramata raha
Rangkuman akbid paramata rahaRangkuman akbid paramata raha
Rangkuman akbid paramata raha
 
Kelompok 5 perdarahan pada kehamilan tua
Kelompok 5 perdarahan pada kehamilan tuaKelompok 5 perdarahan pada kehamilan tua
Kelompok 5 perdarahan pada kehamilan tua
 
Abortus, perdarahan antepartum
Abortus, perdarahan antepartumAbortus, perdarahan antepartum
Abortus, perdarahan antepartum
 

KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL

  • 2. 1. Defenisi Kegawatdaruratan Maternal merupakan kejadian berbahaya yang dapat mengancam jiwa akibat dari masalah kehamilan, persalinan, atau nifas. Kegawatdaruratan Neonatal merupakan kejadian yang mengancam jiwa bayi baru lahir usia 0-28 hari
  • 3. Tujuan asuhan kegawatdaruratan Tujuan utama penanganan kegawatdaruratan maternal dan neonatal adalah untuk menyelamatkan nyawa ibu dan janin, juga untuk menyelamatkan jiwa bayi yang baru lahir atau dengan kata lain untuk mengurangi angka kematian ibu dan angka kematian neonatal.
  • 4. Ruang lingkup kegawatdaruratan Penanganan kegawatdaruratan maternal dan neonatal adalah penanganan yang meliputi intervensi yang spesifik untuk menangani kasus kegawatan atau komplikasi selama kehamilan, persalinan, dan nifas, serta kegawatan pada bayi baru lahir sampai dengan 28 hari.
  • 5. Intervensi yang dilakukan antara lain dengan pemberian antibiotic intravena, infus cairan, anastesi dan analgesia, penanganan komplikasi aborsi, penanganan perdarahan, postpartum, penanganan asfiksia neonatorum, penanganan icterus neonatorum.
  • 6. Prinsip dasar dalam menangani kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal adalah penentuan permasalahan utama (diagnose) dan tindakan pertolongannya harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan tenang serta tidak panic, walaupun suasana keluarga pasien ataupun pengantarnya mungikin dalam kepanikan.
  • 7. Penanganan kegawatdaruratan maternal dan neonatal adalah untuk menyelamatkan nyawa ibu dan janin, juga untuk menyelamatkan jiwa bayi yang baru lahir atau dengan kata lain untuk mengurangi angka kematian ibu dan angka kematian neonatal.
  • 8. Clinical Judgement Suatu kemampuan untuk membuat berkaitan dengan klinik atau tempat perawatan didasarkan analisis, evaluasi, atau prediksi klinis dari tanda dan gejala yang muncul pada individu dengan penyakit, gangguan, disfungsi, atau gangguan. Termasuk menilai kesesuaian perawatan tertentu dan derajat atau kemungkinan pemulihan klinis.
  • 9. Kasus Gawat Darurat  Perdarahan ante partum (Kehamilan)  Perdarahan pasca persalinan  Eklamsia  Infeksi Nifas  Kehamilan Ektopik Terganggu
  • 10. BATASAN Perdarahan dari jalan lahir setelah kehamilan memasuki trimester III Disebut juga PERDARAHAN ANTE PARTUM Beberapa penulis  setelah kehamilan melebihi 20 minggu
  • 11. Klasifikasi Plasenta Previa Solusio Plasenta Oleh sumber yang tidak jelas Kasus terbanyak adalah Plasenta previa dan Solusio plasenta
  • 12. PLASENTA PREVIA BATASAN merupakan plasenta yang letaknya abnornal  pada segmen bawah rahim (SBR) sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum ETIOLOGI Tidak jelas
  • 13. Klasifikasi  Plasenta Previa Totalis bila seluruh OUI tertutup plasenta  Plasenta Previa Lateralis hanya sebagian dari OUI tertutup plasenta  Plasenta Previa Marginalis tepi plasenta berada tepat pada tepi OUI  Plasenta Letak Rendah plasenta berada 3-4 cm diatas tepi OUI
  • 14. Diagnosis Anamnesis: Perdarahan pervaginam pada uk. > 20 mg, tanpa sebab Pemeriksaan luar: Kelainan letak Inspekulo: darah pada OUE USG: menentukan letak plasenta Penentuan plasenta secara langsung dengan meraba melalui kanalis servikalis  bahaya perdarahan banyak  double set up atau PDMO
  • 15. Penatalaksanaan Konservatif, bila Kehamilan < 37 minggu Perdarahan tidak banyak (Hb masih normal) Tempat tinggal pasien dekat  Istirahat baring, hematinik, spasmolitik, antibiotika (atas indikasi) Lab : Hb, hematokrit dan USG 3 hari bebas perdarahan lakukan mobilisasi. Jika tidak berdarah lagi pasien dipulangkan
  • 16. Penanganan Aktif, bila Perdarahan banyak, tanpa memandang uk Uk > 37 minggu Anak mati  Dapat berupa persalinan pervaginam atau perabdominal  Plasenta previa lateralis/ marginalis dengan KJDR, serviks matang, kepala masuk PAP, perdarahan sedikit/ (-) maka lakukan amniotomi diikuti drip oksitosin diteruskan persalinan pervaginam
  • 17. INDIKASI SEKSIO SESAREA Plasenta Previa Totalis Perdarahan banyak tanpa henti Presentasi abnormal Panggul sempit Serviks belum matang Gawat janin  Bila tidak mungkin dilakukan Seksio Sesarea maka dipasang Cunam Willet atau Versi Braxton Hicks
  • 18. SOLUSIO PLASENTA BATASAN Pelepasan plasenta sebagian atau seluruhnya pada tempat implantasi normal sebelum janin lahir ETIOLOGI Tidak jelas
  • 19. Diagnosis Sulit untuk menegakkan diagnosis Tidak semua gejala klinis nyata Diperlukan pemeriksaan penunjang : USG USG dimaksudkan untuk menyingkirkan Plasenta Previa
  • 20. Klasifikasi Berasarkan tanda klinis dan derajat pelepasan plasenta Dibedakan atas Ringan Sedang Berat
  • 21. Ringan Perdarahan 100-200 cc Uterus tegang Belum ada tanda Pendarahan Janin hidup Pelepasan < 1/6 bagian permukaan Fibrinogen plasma > 120 mg %
  • 22. Sedang Perdarahan > 200 cc Uterus tegang Tanda Pendarahan (+) Gawat janin atau janin mati Pelepasan 1/4 - 2/3 bagian permukaan Fibrinogen plasma 120 - 150 gr %
  • 23. Berat Uterus tegang dan berkontraksi tetanik Tanda Pendarahan (+) Janin mati, Pelepasan > 2/3 permukaan atau keseluruhan
  • 24. Penatalaksanaan Tergantung derajatnya Pada yang Ringan Istirahat baring Sedatif Tentukan apakah gejala semakin progesif atau berhenti Bila berhenti lakukan mobilisasi bertahap Lab: Hb, fibrinogen, hematokrit, trombosit
  • 25. Pada yang SEDANG dan BERAT Penanganan bertujuan Mengatasi Pendarahan Memperbaiki anemia Hentikan perdarahan Kosongkan uterus secepatnya Penatalaksanaan meliputi 1. Pemberian tranfusi 2. Pemecahan ketuban (amniotomi) 3. Pemberian infus oksitosin 4. Kalau perlu Seksio sesarea
  • 26. Bila diagnosis Solusio Plasenta sudah ditegakkan, maka perdarahan yang terjadi minimal 1000 cc  harus mendapatkan transfusi minimal 1000 cc Ketuban pecahkan  mengurangi regangan dinding uterus Percepat persalinan dengan infus 5 IU oksitosin dalam 500 cc Dextrose 5%
  • 27. Seksio Sesarea , bila : Persalinan tidak selesai atau diharapkan tidak selesai dalam 6 jam Perdarahan banyak Pembukaan (-) atau < 4 cm Panggul sempit Letak lintang Preeklampsia berat Pelvik score < 5
  • 28. Perdarahan Pasca Persalinan Etiologi: Atonia uteri Ruptur uteri Retensio plasenta Perlukaan jalan lahir
  • 29. Atonia Uteri Etiologi Berikan uterotonika Masase uterus Kompresi bimanual (KBI/KBE) Kompresi aorta abdominalis (tidak bisa dilakukan) Tampon utero vaginal
  • 30. Ruptura uteri Robekan dinding rahim,pada saat kehamilan atau persalinan dengan atau tanpa robeknya peritoneum Klasifikasi Komplit dan inkomplit
  • 31. Etiologi Pemberian oksitosin/prostaglandin Dorongan fundus uteri berlebihan Panggul sempit Bekas SC
  • 32. Terapi  Atasi syok dengan segera, berikan infus iv, transfusi darah , oksigen dan antibiotika  Laparotomi dengan tindakan histerektomi atau histerorafi bergantung pada bentuk , jenis dan luas robekan
  • 34.  Bila syok diatasi dulu dengan memberikan infus IV bila perlu dua jalur, transfusi darah dan oksigen  Bila tensi sudah membaik , nadi pelan baru dilakukan manual plasenta  Bila hanya sisa plasenta dan perdarahan tidak aktif sebaiknya dilakukan pemeriksaan USG dulu baru dilakukan kuretase hari ke 3-5 nifas
  • 35. Manual plasenta Tangan dengan posisi obstetrik menyelusuri tali pusat sampai insersinya kemudian dicari bagian plasenta yang lepas . Dengan tanpa membuka jari dilepaskan plasenta dari dinding uterus dan dievakuasi Hati-hati terjadi perforasi uterus
  • 36. PERLUKAAN JALAN LAHIR Diagnosa perlukaan jalan lahir ditegakkan bila perdarahan terjadi dimana kontraksi uterus baik Eksplorasi lokasi perdarahan dengan spekulum sims utk melihat sumber perdarahan
  • 38. TERAPI  Jahit luka episiotomi dari ujung luka sampai dasar dan bila luka episiotomi sudah terjahit masih perdarahan perlu eksplorasi apakah ada robekan pada portio  Perbaiki ruptur perineum sesuai grade  Bila ruptur perineum grade III-IV rujuk ke RS
  • 39. PREEKLAMSIA/EKLAMSIA Penyebab pasti dari eklampsia belum diketahui, tetapi kejadian eklampsia dikaitkan dengan kelainan pada plasenta dan fungsinya, tidak kuatnya aliran darah pada plasenta, rusaknya pembuluh darah plasenta, dan faktor genetik.
  • 40. Faktor Risiko Eklampsia Hamil pada usia tua (diatas 35 tahun) atau usia remaja (dibawah 20 tahun) Memiliki riwayat eklampsia pada kehamilan sebelumnya Memiliki riwayat hipertensi sebelum kehamilan Memiliki riwayat penyakit lupus, arthritis rheumatoid, dan penyakit ginjal
  • 41. Riwayat diabetes gestasional, diabetes yang terjadi dalam masa kehamilan Kehamilan kembar Riwayat keluarga mengalami pre-eklampsia atau eklampsia Obesitas
  • 42. Diagnosa Peningkatan tekanan darah Edema tungkai/muka Kehamilan lebih 20 mgg Kejang tonik klonik Kesadaran menurun
  • 43. Diagnosa Pemeriksaan laboratorium darah Pemeriksaan urine. Pemeriksaan fungsi ginjal Pemeriksaan Ultrasonografi
  • 44. Terapi Mengakhiri kehamilan tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin
  • 45.  Pasang infus IV dan siapkan Mg SO4 20% 20 cc dalam spuit, pasang DC Foley dan oksigen  Bila kejang awasi pasien agar tidak trauma  Bila tidak kejang lagi segera berikan MgSO4 20% 20 cc IV pelan selama 3-5 menit  Selang 15 menit kemudian berikan MgSO4 40% 10 cc boka dan boki IM, selanjutnya tiap 6 jam di suntik ulang dengan Mg SO4 40% 10 cc IM  Lakukan pemeriksaan dalam (VT)
  • 46. Setelah terjadi keadaan stabilisasi baru dilakukan penghitungan vital skor untuk terminasi kehamilan per vaginam dengan drip oksitosin, bila gagal dilakukan SC dan bila berhasil dipercepat kala II dengan forceps atau vakum ekstraksi
  • 47. BATASAN Kehamilan Ektopik Kehamilan yang hasil konsepsinya berimplantasi di luar endometrium kavum uteri Kehamilan Ektopik Terganggu Kehamilan ektopik yang berakhir dengan abortus atau ruptur tuba
  • 48. PATOFISIOLOGI Gangguan transportasi ovum yang telah dibuahi dari tuba ke rongga rahim ETIOLOGI  Radang Panggul  Tindakan operasi pada tuba  Penyempitan lumen tuba akibat tumor
  • 49. DIAGNOSIS Anamnesa – Terlambat haid – Gx subjektif kehamilan (mual, pusing) – Nyeri perut, lokal atau menyeluruh – Perdarahan pervaginam Pemeriksaan Fisik – Tanda syok hipovolemik – Nyeri abdomen (perut tegang, nyeri tekan) – Pemeriksaan ginekologis (Spekulum, VT)
  • 50. DIAGNOSA BANDING Kista Ovarium pecah dan perdarahan Torsi Kista Ovarium Kista Terinfeksi Abortus Iminens Apendisitis
  • 51. PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium (Hb, Leukosit, Beta hCG) USG – Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri – Adanya kantung kehamilan di luar cavum uteri – Adanya massa komplek di rongga panggul Kuldosintesis Laparoskopi
  • 52. TERAPI Pasang infus IV dan kateter Laparotomi Dalam melakukan tindakan operatif, perhatikan fungsi reproduksi pasien Transfusi darah
  • 53. INFEKSI NIFAS Infeksi alat genital dalam masa nifas yang ditandai dengan meningkatnya suhu ≥ 38 0C yang terjadi selama 2 hari berturut-turut dalam waktu 10 hari pasca salin, kecuali 24 jam pertama pascasalin
  • 54. Faktor Predisposisi : Partus lama Ketuban pecah sebelum waktunya Persalinan traumatis Pelepasan plasenta secara manual Infeksi intra uterin Kandung kencing Anemia Pertolongan persalinan yang tidak steril
  • 55. Diagnosa  Klinis – Febris – Nadi cepat – Nyeri perut bagian bawah – Subinovulasi rahim  Inspekulo – Lokhia berbau  Pemeriksaan Dalam – Uterus dan parametrium nyeri pada perabaan
  • 57. Terapi  Antibiotik spektrum luas  Selanjutnya pemberian tergantung hasil kultur dan resistensi  Jika tidak ada perbaikan dalam 72 jam, kemungkinan tromboflebitis pelvik, abses dan emboli septik  Emboli septik  komplikasi paling berbahaya  Abses  Insisi dan drainase  Syok septik  rawat ICU, O2, resusitasi cairan, transfusi darah, antibiotik, kortikosteroid, vasopresor, serta antikoagulan jika diperlukan