SlideShare a Scribd company logo
1 of 53
KANDUNGAN AJMALISIN PADA KULTUR
KALUS Catharanthus roseus (L.) G.Don YANG
DIBERI PERLAKUAN TRIPTOFAN
Stenly J.M. Mandagi
PASCASARJANA
PROGRAM STUDI AGRONOMI
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
TESIS
Disampaikan pada Ujian Tesis Prog. Studi Agronomi Pascasarjana UNSRAT,
Jumat, 9 Juni 2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
• Catharanthus roseus (L.) G. Don. atau tapak dara
merupakan tanaman mengandung senyawa alkaloid
indol terpenoid (Sarin, 2005) diantaranya ajmalisin yang
telah digunakan dalam pengobatan penyakit terkait
sirkulasi darah khususnya untuk mengobati gangguan
peredaran darah ke otak (Zenk, et al., 1977 dan Michal
& Schomburg, 2012).
• Kultur in vitro telah mendapat banyak perhatian sebagai
teknologi yang efektif untuk memproduksi metabolit
sekunder yang bermanfaat (Cai, et al., 2012) dan
menjadi teknologi alternatif dari penanaman secara
konvensional di lahan (Wink, et al., 2005).
• Triptofan sebagai prekursor dapat meningkatkan
produksi alkaloid indol terpenoid secara signifikan pada
kultur suspensi sel (Pitoyo, et al., 2003).
• Pandiangan & Nainggolan (2006) menjelaskan bahwa
produksi alkaloid dan pertumbuhan kalus saling terkait.
Pertumbuhan sel yang tinggi memproduksi alkaloid
rendah, demikian sebaliknya.
• Zhao, et al (2000) menunjukkan bahwa sintesis ajmalisin
lebih tinggi pada kalus kompak dibanding suspensi sel.
• Upaya untuk industrialisasi produksi TIA
pada C. roseus belum optimal, karena
belum jelasnya beberapa mekanisme
biosintesis, mekanisme genetik yang
kompleks, dan proses katalisasi dan
transport yang belum diketahui.
(Zhou, et al, 2010).
• kebutuhan global sebanyak 3600 kg dibutuhkan
200-300 ton akar Catharanthus roseus
(Verpoorte et al., 1993).
• Kandungan vinkristin lebih rendah lagi, yaitu
hanya 0,0003 – 0,0005% dari keseluruhan
tanaman. 1 gram vinkristin murni dibutuhkan
sekitar 500 kg daun, setara dengan 10-15 ton
daun untuk memproduksi 30 gram obat. .
Kebutuhan alkaloid cukup tinggi, yaitu untuk
vinkristin 1 kg/tahun, vinblastin 12 kg/tahun dan
ajmalisin 5000 kg/tahun (Arora et al., 2010).
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka
yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah bagaimana kandungan
ajmalisin pada kultur kalus Catharanthus
roseus (L) G. Don yang diberi perlakuan
triptofan.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
• Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis kandungan ajmalisin
pada kultur kalus Catharanthus roseus
yang diberi perlakuan triptofan
Tujuan
• memberikan informasi ilmiah tentang
kandungan ajmalisin pada kultur kalus
Catharanthus roseus yang diberi
perlakuan triptofan.
Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Tanaman Catharanthus
roseus (L.) G. Don.
o Catharanthus roseus dapat menghasilkan alkaloid antikanker
(vinblastine dan vinkristin) pada daun dan alkaloid anti
hipertensi (ajmalisin dan serpentin) pada akar. Catharanthus
roseus memiliki nilai ekonomi karena mengandung lebih dari
130 bioaktif alkaloid indol terpenoid (Verma, et al., 2012).
• kebutuhan global sebanyak 3600 kg dibutuhkan 200-300 ton
akar Catharanthus roseus (Verpoorte et al., 1993).
• Kandungan vinkristin lebih rendah lagi, yaitu hanya 0,0003 –
0,0005% dari keseluruhan tanaman. 1 gram vinkristin murni
dibutuhkan sekitar 500 kg daun, setara dengan 10-15 ton
daun untuk memproduksi 30 gram obat. . Kebutuhan alkaloid
cukup tinggi, yaitu untuk vinkristin 1 kg/tahun, vinblastin 12
kg/tahun dan ajmalisin 5000 kg/tahun (Arora et al., 2010).
B. Metabolit Sekunder
o Alkaloid merupakan salah satu metabolit sekunder yang
ditemukan pada organisme hidup dan memiliki struktur,
jalur biosintesis, dan aktifitas farmakologis yang berbeda
(Roberts & Wink, 1998).
o Alkaloid memiliki ciri umum yaitu tanpa warna, bersifat
optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal (sedikit yang
cair) pada suhu kamar (Salisbury & Ross, 1992).
o Alkaloid pada Catharanthus roseus mempunyai
toksisitas rendah. Ekstraknya mempunyai aktifitas
antibiotik terbatas (Harborne, 1973).
Jalur Biosintesis Ajmalisin (Morgan and Shanks, 2000).
C. Kultur Kalus
o Kalus yang dikultur dapat bertekstur lunak atau keras,
berstruktur padat atau berongga, dan berbentuk bulat
atau bahkan tidak beraturan (Chin, 2008)
o Kalus kompak menghasilkan metabolit sekunder lebih
banyak dibandingkan kalus meremah (Pandiangan,
2011)
o Pandiangan & Nainggolan (2006) melaporkan bahwa
kandungan alkaloid indole terpenoid khususnya
katarantin pada kultur kalus Catharanthus roseus dapat
meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi
NAA.
D. Triptofan sebagai Prekursor
o Triptofan merupakan asam amino cincin aromatic pada
rantai sampingnya. Rumus molekulnya adalah
C11H12N2O2 dengan berat molekul 204,2 g. Nama lain
dari L-triptofan adalah L-α-amino 3-indolepropionic acid
atau L-3β-indollylalanine (National Center for
Biotechnology Information, 2017).
Struktur triptofan (Zhao & Last, 1996)
Biosintesis triptofan melalui jalur chorismate (El-Sayed & Verpoorte, 2007)
E. Biosintesis Ajmalisin pada
Catharanthus roseus.
o Ajmalisin dapat disintesis dari triptamin, selain IAA dan
beberapa alkaloid indol lainnya (Oksman-Caldentey et
al., 2007).
o Ajmalisin adalah alkaloid indol monoterpen yang dapat
mengurangi tekanan darah dan detak jantung (Logers, et
al.,1995 dan Nosov, 2012).
Pan, et.al, 2014
Pan, et.al, 2014
Biosintesis katenamin 
ajmalisin
(O’Connor & Maresh, 2006)
Penelitian Terkait
• ZPT etilen (El-Sayed & Verpoorte (2004)
• Prekursor sukinik (Zhao, et al., 2001a)
• jasmonate dan etilen (Vasques-Flota et
al., 2009)
• Elisitor Phytium aphanidermatum
(Pasquali et al (1992)
F. Hipotesa
Diduga adanya pengaruh terhadap kandungan
ajmalisin pada kultur kalus Catharantahus roseus
(L) G. Don. dengan pemberian perlakuan triptofan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Juni s/d Nov.
2015
WAKTU
Lab.
Bioteknologi
Fak.
Pertanian
Lab. Farmasi
Fak. MIPA
TEMPAT
C. Bahan Tanaman dan Bahan Kimia
• Tanaman yang akan digunakan sebagai sumber eksplan
adalah Catharanthus roseus yang berbunga putih.
Sumber eksplan diambil adalah daun yang masih
mengadakan pertumbuhan yaitu 3 - 4 daun dari apeks
pucuk.
• Bahan-bahan kimia yang digunakan adalah medium MS
(Lampiran 1), disinfektan, etanol, 2,4-D, NAA, kinetin,
HCL, NaOH, akuades steril, methanol HPLC, methanol
Pa, asetonitril, diamonium hydrogen fosfat, ajmalisin
standar, dan triptofan
D. Alat Penelitian
• Alat-alat yang digunakan timbangan analitik, autoclave,
laminar air flow cabinet, alat-alat gelas standar (labu
takar, beker gelas, pipet volume, erlenmeyer, gelas
piala, labu pisah, pengaduk dan wadah kultur) , pH
meter, scalpel, pinset, cawan petridish, rak kultur,
aluminuium foil, oven, mortar, centrifuse, Kromatografi
Cair Kinerja Tinggi (KCKT).
E. Rancangan Penelitian
• Penelitian ini menggunakan RAL (Rancangan Acak
Lengkap) dengan 6 (enam) perlakuan penambahan
triptofan 0 mg/L (K), 50 mg/L (A), 100 mg/L (B), 150
mg/L (C), 200 mg/L (D), 250 mg/L (E). Terdiri atas 3
ulangan dimana setiap ulangan terdiri dari 3 botol kultur.
Pada saat analisis KCKT, diambil 1 botol dari 3 botol
ulangan pada setiap perlakuan.
• Data kandungan ajmalisin yang diperoleh kemudian
dianalisis varian single factor menggunakan Add-Ins
Data Analysis Microsoft Excel 2010. Analisis dilanjutkan
dengan uji BNT pada α=1% apabila hasil analisis varian
menunjukkan berbeda nyata.
F. Prosedur Kerja
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Induksi Kalus
Hari ke-6
• Tampak
eksplan mulai
melengkung
Hari ke-8
• Terbentuk kalus
pada tepi
sayatan
Hari ke-14
• Pertumbuhan
kalus
• Warna putih
kekuningan
• Tekstur
meremah
Hari ke-28
• kalus terus
membesar.
• tidak terjadi
diferensiasi
membentuk
akar.
• Kalus dari eksplan Catharanthus roseus yang diinokulasi pada
media induksi, yaitu media MS (Murashige dan Skoog) dengan
penambahan ZPT 2,4 D 2 mg/L dan Kinetin 0,2 mg/L
B. Sub Kultur Kalus pada Media
Produksi.
• Kalus yang telah berumur 8 minggu, kemudian disubkultur untuk
perbanyakan kalus menggunakan media MS ditambah ZPT 2,4-D 2
mg/L dan Kinetin 0,2 mg/L
Hari ke-4
• Tampak terjadi
pencoklatan
Hari ke-14
• kalus tampak
mengalami
pertumbuhan yang
baik
Hari ke-21
• pertumbuhan
kalus yang
berwarna kuning
muda
E. Sub Kultur Kalus pada Media
Perlakuan.
• Subkultur kalus pada media perlakuan dilakukan pada
saat kalus berumur 12 minggu.
• Media yang digunakan adalah media MS ditambahkan
dengan ZPT NAA 2 mg/L dan kinetin 0,2 mg/L dengan
penambahan pula triptofan sesuai dengan perlakuan,
yaitu 0 mg/L (K), 50 mg/L (A), 100 mg/L (B), 150 mg/L
(C), 200 mg/L (D) dan 250 mg/L (E).
• Kalus yang digunakan adalah kalus yang dihasilkan dari
subkultur produksi seberat +/- 1 gram.
1.31
2.57
1.75
1.55
1.25
0.04
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
0 (K) 50 (A) 100 (B) 150 (C) 200 (D) 250 (E)
AxisTitle
Berat kering kalus yang dikultur pada media dengan perlakuan Triptofan 50
mg/L (A), 100 mg/L (B), 150 mg/L (C), 200 mg/L (D), 250 mg/L (E) dan Kontrol.
D. Kandungan Ajmalisin dengan
Penambahan Triptofan
Kandungan Ajmalisin pada Kultur Kalus Catharanthus roseus (L) G.Don yang
Beri Perlakuan Triptofan
Perlakuan Triptofan
Rata-Rata Kandungan
(µg/g bk)
Penurunan
Kandungan
(µg/g bk)
Persentase Penurunan
Ajmalisin
(%)
0 mg/L (Kontrol) 9,048 ± 2,96 a - -
50 mg/L (A) 1,908 ± 0,36 b (7,140) - 78,91
100 mg/L (B) 2,266 ± 0,48 b (6,782) - 74,96
150 mg/L (C) 0,395 ± 0,31 b (8,653) - 95,63
200 mg/L (D) 0,346 ± 0,32 b (8,703) - 96,19
250 mg/L (E) 2,686 ± 0,63 b (6,362) - 70,31
Pola kurva pembentukan katarantin (Pandiangan, 2011 dimodifikasi) dan pola
kurva pembentukan ajmalisin dengan perlakuan triptofan pada konsentrasi 0
mg/L, 50 mg/L, 100 mg/L, 150 mg/L, 200 mg/L dan 250 mg/L.
• Rata-rata kandungan ajmalisin tertinggi pada kontrol
yaitu terdeteksi sebesar 9,048 µg/g bk sedangkan
kandungan terendah pada perlakuan triptofan 200 mg/L,
yaitu 0,346. Kurva kandungan ajmalisin cenderung turun
hingga pada perlakuan triptofan 100 mg/L dan 200 mg/L
kemudian kembali naik pada perlakuan 250 mg/L
Hasil Penelitian sebelumnya yang
mendukung
• Penambahan triptofan pada kultur sel C. roseus pada beberapa
media berbeda yaitu media subkultur mengandung sukrosa rendah
dan dua media dengan sukrosa tinggi tidak berpengaruh terhadap
peningkatan ajmalisin dan serpentin. Ajmalisin dan serpentin
diproduksi lebih tinggi apabila ditambahkan sekologanin dibanding
dengan penambahan triptofan (Merillon et al ,1986).
• Canel et al. (1998) mengemukakan akumulasi alkaloid melalui
rekayasa genetik tidak stabil dan sangat kuat dipengaruhi oleh
kondisi kultur, seperti komposisi hormon dari media dan
ketersediaan prekursor.
• Zhao, et al (2001) juga melaporkan bahwa zat pengatur tumbuh dan
cahaya secara signifikan berpengaruh terhadap produksi alkaloid
pada Catharanthus roseus. ZPT 2,4-D dapat menekan biosintesis
semua alkaloid indol termasuk ajmalisin.
Hasil Penelitian sebelumnya yang
mendukung
• Rischer et al. (2006) juga menunjukkan membuktikan bahwa
penambahan auksin pada kultur sel Catharanthus roseus menekan
akumulasi ajmalisin tetapi dapat menstimulasi produksi alkaloid
lainnya seperti tabersonin dan katarantin.
• Diduga pula, adanya mekanisme umpan balik (feed-back
mechanism) pada biosintesis senyawa sekunder (Taiz & Zeiger,
2002).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Perlakuan triptofam pada kultur kalus Cataharanthus
roseus (L.) G. Don mempengaruhi kandungan ajmalisin.
Hasil penelitian diperoleh bahwa kandungan ajmalisin lebih
rendah setelah perlakuan triptofan, dimana kandungan
ajmalisin terkecil pada pemberian triptofan 200 mg/L, yaitu
0,346 µg/g bk. Pada pemberian triptofan 250 mg/L,
kandungan ajmalisin menjadi 2,686 µg/g bk yang
merupakan kandungan tertinggi pada semua perlakuan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan triptofan
pada kultur kalus Catharanthus roseus dapat menurunkan
kandungan ajmalisin.
B. Saran
• Dapat dilakukan penelitian penelitian sejenis untuk
mempelajari kandungan ajmalisin pada kultur kalus
Catharanthus roseus (L.) G. Don pada beberapa variasi
waktu kultur atau waktu kultur yang lebih tinggi misalnya
hingga 21 atau 28 hari.
• Akurasi pengukuran kandungan ajmalisin pada kalus
perlu optimasi faktor-faktor yang mempengaruhi mulai
dari persiapan ekstrak sampel hingga pengaturan KCKT.
DAFTAR PUSTAKA
• Cai, Z. K., Kastell, A., and Knorr, D. 2012. Exudation: an Expanding
Technique for Continous Production and Release of Secondary Metabolites
from Plant Cell Suspension and Hairy Root Cultures. Plant Cell Rep. Vol. 31
Hal. 461-477.
• Canel, C., M.I. Lopes-Cardoso, S. Whitmer, L. van der Fits, G. Pasquali, R.
van der Heijden, J.H. Hoge & R. Verpoorte, 1998, Effects of over-
expression of strictosidine synthase and tryptophan decarboxylase on
alkaloid production by cell cultures of Catharanthus roseus. Planta Vol. 205
Hal. 414-419.
• Cronquist, A. 1981. An Integrated System of Clasification of Flowering
Plants. Columbia University Press. New York.
• El-Sayed, M. & Verpoorte, R. 2004. Growth, Metabolic Profiling and
Enzymes Activities of Catharanthus roseus Seedlings Treated with Plant
Growth Regulator. Plant Growth Regulation Vol. 44 Hal. 53-58.
• El-Sayed, M. & Verpoorte, R. 2007. Catharanthus terpenoid indole
alkaloids: biosynthesis and regulation. Phytochem Rev. Vol. 6 Hal. 277-305.
DAFTAR PUSTAKA
• El-Sayed, M. & Verpoorte, R. 2007. Catharanthus terpenoid indole
alkaloids: biosynthesis and regulation. Phytochem Rev. Vol. 6 Hal. 277-305.
• Esyanti, R.R. & Muspiah, A. 2006. Pola Produksi Ajmalisin dari Kultur
Agregat Sel Catharanthus roseus (L) G.Don dalam Bioreaktor Airlift. Hayati,
Hal. 161 – 165.
• Fitriani, A. 2003. Kandungan Ajmalicin pada Kultur Kalus Catharanthus
roseus (L.) G. Don Setelah Dielisitasi Homogenat Jamur Pythium
aphanidermatum Edson Fitzp. www.rudyct.com/PPS702-
ipb/06223/any_fitriani.htm (diakses 21 April 2017).
• Gardner, P.F., R.B. Pearce & R.L. Mitchel. 1985. Physiology of Crop Plants.
The Low State University Press. Penterjemah Susilo, H. 1991, UI-Press.
Jakarta.
• Harborne, J.B 1973. Phytochemical Methods: A Guide to Modern
Techniques of Plant Analysis. Chapman and Hall. London.
DAFTAR PUSTAKA
• Heni, A., Anggarwulan, E., & Solichaton. 2005. Pengaruh Penambahan DL-
Triptofan terhadap pertumbuhan Kalus dan Produksi Alkaloid-Reserpin Pule
Pandak [Rauvolfia serpentina (L.) Bentham ex Kurz.] secara in-vitro.
Biofarmasi Vol. 3 (2). Hal. 52-56.
• Karthikeyan, B., Joe, M.M., Jaleel, C.A. & Deiveekasundaram, M. 2010.
Effect of Root Inoculation with Plant Growth Promoting Rhizobacteria
(PGPR) on Plant Growth, Alkaloid Content and Nutrient Control of
Catharanthus roseus (L.) G. Don. Nat. Croat Vo. 19, Hal. 205-212.
• Merillon, J.M., P. Doireu, A. Guillot, J.C. Cheniux & M. Rideu. 1986. Indole
alkaloid accumulation and tryptophan decarboxylase activity in
Catharanthus roseus cells cultured in three different media. Plant Cell
Reports Vol. 5 Hal. 23-26.
• Michael, L., Overman, L.E., & Welmaker, G.S. 1995. Mannich
Biscyclizations, Total Synthesis of Ajmalicine. Journal Am. Chemical
Society, Hal. 9139-9150.
DAFTAR PUSTAKA
• Michal, G., & Schomburg, D. 2012. Biochemical Pathways: An Atlas of
Biochemistry and Molecular Biology. John Wiley & Sons Inc. New Jersey.
• Morgan, J.A. & J.V. Shanks. 2000. Determination of metabolic rate-
limitations by precursor feeding in Catharanthus roseus hairy root cultures.
Journal of Biotechnology Vol. 79 Hal. 137-145.
• Mukarlina, M.R., R., M. Esyanti; H., Siregar A. 2006. Pengaruh Pemberian
Elisitor Homogenat Jamur Pythium aphanidermatum (Edson) Fitzp.
terhadap Kandungan Ajmalisin dalam Kultur Akar Catharanthus roseus (L)
G.Don. Jurnal Matematika & Sains Vol. 11 No. 2, Hal. 44 – 49.
• National Center for Biotechnology Information. PubChem Compound
Database; CID=6305, https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/6305
(accessed Apr. 26, 2017).
• Nosov, A. 2012. Application of Cell Technologies for Production of Plant -
Derived Bioactive Subtances of Plant Origin. Applied Biochemistry and
Microbiology Vol. 48 No. 7 Hal. 8-28.
DAFTAR PUSTAKA
• Oksman-Caldenty, K., Hakkinen, S., & Rischer, R. 2007. Metabolic
Engeneering of the alkaloid biosynthesis in plants: Fungcional Genomic
Approaches. Dalam Verpoorte, R., A.W.Alferman, & T.S. Johnson,
Applications of Plant Metabolic Engineering. Springer, Dordrect.
• Parry, R.J. 1972. Biosynthesis of Compounds Containing an Indole
Nucleus. Dalam Houlihan W.J. (ed.) Indoles: Part Two. John Wiley& Sons,
Inc., Canada.
• Pandiangan, D. 2009. Produksi Metabolit Sekunder Alkaloid Secara In
Vitro. UNPAD Press. Bandung.
• Pandiangan, D. 2011. Produksi Katarantin Melalui Kultur Jaringan. Lubuk
Agung. Bandung.
• Pandiangan, D. 2012. Perubahan Morfologi dan Anatomi Kalus
Catharanthus roseus dengan Perlakuan Triptofan. Bios Logos Vol. 2 (1),
Hal. 45 - 50.
• Pandiangan, D., & Nainggolan, N. 2006. Peningkatan Kandungan
Katarantin pada Kultur Kalus Catharanthus roseus dengan Pemberian
Naphtalene acetic acid. Hayati Vol. 13 No. 3, Hal. 90- 94.
DAFTAR PUSTAKA
• Pandiangan, D., & Nainggolan, N. 2006. Peningkatan Kandungan
Katarantin pada Kultur Kalus Catharanthus roseus dengan Pemberian
Naphtalene acetic acid. Hayati Vol. 13 No. 3, Hal. 90- 94.
• Pandiangan, D., Tilaar, W., & Nainggolan, N. 2013. Morphological Changes
of Cell in Relation to Increased Catharanthine Content of Catharanthus
roseus Cell Aggregate Culture after Tryptophan Treatment. IJBAS-IJENS
Vol. 13 (01), Hal. 45 - 51.
• Pandiangan, D., W. Tilaar, N. Nainggolan, & L. Wahyudi. 2015. Relations
between catharantine content enhancement with the other associated
secondary metabolites in Catharanthus roseus cell culture that treated
tryptophan. International Journal of Science and Research (IJSR), Hal.
2208-2212.
• Pasquali, G., O.J.M. Goddijn, A. de Waal, R. Verpoorte, R.A. Schilperoort,
J.H.C. Hoge & J. Memelink, 1992. Coordinated regulation of two indole
biosynthetic genes from Catharanthus roseus by auxin and elicitors. Plant
Molecular Biology Vol. 18. Hal. 1221-1131.
DAFTAR PUSTAKA
• Pitoyo, A., Solichatun, & E. Anggarwulan. 2003. Optimalisasi Produksi
Alkaloid Indol Terpenoid pada Kultur Kalus dan Suspensi Sel Catharanthus
roseus (L.) G. Don. dengan Pemberian HCL dan Variasi Triptofan dalam
Media Kultur. Biosmart, Hal. 25 - 32.
• Radwanski, E. R., & R.L. Last. 1995. Tryptophan Biosynthesis and
Metabolism: Biochemical and Molecular Genetics. The Plant Cell Vol. 7,
Hal. 921-934.
• Roberts, M. F., & M. Wink. 1998. Alkaloids: Biochemistry, Ecology, and
Medicinal Applicatons. Plenum Press, New York.
• Salisburi, F. & C. Ross. 1992. Plant Physiology, 4th Ed. Wadsworth
Publishing.
• Sarin, R. 2005. Useful Metabolites from Plant Tissue Culture. Biotechnology
Vol 4 (2), Hal. 79 - 93.
• Taiz, L., & E. Zeiger, E. 2010. Plant Physiology, 5th Ed.Sinauer Associates,
Inc, Sunderland.
DAFTAR PUSTAKA
• Thomas, J., D. Adams, C. Nessler & J. Brown 1995. Tryptophan
Decarboxylase, Reproduction of the Tryptamine and Whitefly. Plant
Physiology Vol.109, Hal. 717-720.
• Vanisree, M., C.Y. Lee, S.F. Lo, S.M. Nalawade, C.Y. Lin & H.S. Tsay.
2004. Studies on Production of Some Important Secondary Metabolites
from Medicinal Plant by Plant Tissue Cultures. Bot Bull Acad Sinica (45),
Hal. 1 - 22.
• Vasques-Flota, F., Hernandez-Dominuez, E., Miranda-Ham, M. L., & M.
Monforte-Gonzales2009. A differential response to chemical elicitors in
Catharanthus roseus in vitro cultures. Biotechnol Lett (31). Hal. 591 - 595.
• Verma, P., A.K. Mathur, N. Masood, S. Luqman & K. Shanker. 2013.
Tryptophan over-producing cell suspensions of Catharanthus roseus (L) G.
Don and their up-scaling in stirred tank bioreactor: detection of a phenolic
compound with antioxidant potential. Protoplasma. Hal. 371 - 380.
• Verma, P., A.K. Mathur, A. Srivastava, & A. Mathur. 2012. Emerging Trends
in Research on Spatial and Temporal Organization of Terpenoid Indole
Alkaloid Pathway in Catharanthus roseus: A Literature Update. Protoplasma
Vol.249, Hal. 255- 268.
DAFTAR PUSTAKA
• Wink, M., W. Alferman, R. Franke, B. Wetteraur, M. Distl, J. Windhovel, O.
Krohn, E. Fuss, H. Garden, A. Mohagheghzadeh, E. Wildi, & P. Ripplinger.
2005. Sustainable Bioproduction of Phytochemicals by Plant In Vitro
Cultures: Anticancer Agents. Plant Genetic Resources 3 (2), Hal. 90 - 100.
• Zenk, M., H. El-Shagi, H. Arens, J. Stockigt, E.W. Weiler & B. Deus. 1977.
Formation of The Indole Alkaloids Serpentin and Ajmalicine in Cell
Suspension Cultures of Catharanthus roseus. dalam Barz, W. & M.H. Zenk
(ed), Plants Tissue Culture and Its Biotechonological Application. Berlin:
Springer-Verlag.
• Zhao, J., & R.L. Last. 1996. Coordinate Regulation of the Tryptophan
Biosynthetic Pathway and Indolic Phytoalexin Accumuation in Arabidopsis.
The Plant Cell Vol. 8, Hal. 2235-2244.
• Zhao, J., Q. Hu, Y.Q. Guo & W.H. Zhu. 2001a. Effects of light and plant
growth regulators on the biosynthesis of vindoline and other indole alkaloids
in Catharanthus roseus callus cultures. Plant Growth Regulation Vol. 33.
Hal. 43-49.
DAFTAR PUSTAKA
• Zhao, J., Q. Hu, Y.Q. Guo & W.H. Zhu. 2001b. Effects of stress factors,
bioregulators, and synthetic precursors on indole alkaloid production in
compact callus clusters cultures of Catharanthus roseus. Applied
Microbiology Biotechnoly Vol. 55, Hal. 693 - 698.
• Zhao, J.,W.H. Zhu & Q. Hu. 2000. Penggunaan elisitor gabungan secara
signifikan meningkatkan ajamalisin yang terakumulasi. Biotechnology Letter
(22), Hal. 509 - 514.
TERIMA KASIH

More Related Content

What's hot

PENGANTAR FARMAKOKINETIK
PENGANTAR FARMAKOKINETIKPENGANTAR FARMAKOKINETIK
PENGANTAR FARMAKOKINETIKSurya Amal
 
Laporan praktikum kimia dasar
Laporan praktikum kimia dasarLaporan praktikum kimia dasar
Laporan praktikum kimia dasarilmanafia13
 
Biofarmasetika ( i ) new2
Biofarmasetika ( i ) new2Biofarmasetika ( i ) new2
Biofarmasetika ( i ) new2husnul khotimah
 
79188922 cara-perhitungan-waktu-daluarsa
79188922 cara-perhitungan-waktu-daluarsa79188922 cara-perhitungan-waktu-daluarsa
79188922 cara-perhitungan-waktu-daluarsaEka Selvina
 
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUANlaporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUANsrinova uli
 
Konstanta dielektrik
Konstanta dielektrikKonstanta dielektrik
Konstanta dielektrikTrie Marcory
 
Metode pembuatan emulsi
Metode pembuatan emulsi Metode pembuatan emulsi
Metode pembuatan emulsi Trie Marcory
 
Bioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan BioekivalensiBioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan BioekivalensiSurya Amal
 
High performance liquid chromatography (hplc)
High performance liquid chromatography (hplc)High performance liquid chromatography (hplc)
High performance liquid chromatography (hplc)muhlisun_azim
 
High Performance Liquid Chromatography
High Performance Liquid ChromatographyHigh Performance Liquid Chromatography
High Performance Liquid ChromatographyKopertis Wilayah I
 
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"Sapan Nada
 
Sediaan semi solid
Sediaan semi solidSediaan semi solid
Sediaan semi solidDokter Tekno
 

What's hot (20)

PENGANTAR FARMAKOKINETIK
PENGANTAR FARMAKOKINETIKPENGANTAR FARMAKOKINETIK
PENGANTAR FARMAKOKINETIK
 
Laporan praktikum kimia dasar
Laporan praktikum kimia dasarLaporan praktikum kimia dasar
Laporan praktikum kimia dasar
 
Tetes Mata
Tetes MataTetes Mata
Tetes Mata
 
Kromatografi lapis tipis (klt)
Kromatografi lapis tipis (klt)Kromatografi lapis tipis (klt)
Kromatografi lapis tipis (klt)
 
Laporan praktikum media
Laporan praktikum mediaLaporan praktikum media
Laporan praktikum media
 
SIMPLISIA DAN PENGUJIAN MUTU
SIMPLISIA DAN PENGUJIAN MUTUSIMPLISIA DAN PENGUJIAN MUTU
SIMPLISIA DAN PENGUJIAN MUTU
 
Biofarmasetika ( i ) new2
Biofarmasetika ( i ) new2Biofarmasetika ( i ) new2
Biofarmasetika ( i ) new2
 
79188922 cara-perhitungan-waktu-daluarsa
79188922 cara-perhitungan-waktu-daluarsa79188922 cara-perhitungan-waktu-daluarsa
79188922 cara-perhitungan-waktu-daluarsa
 
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUANlaporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
 
Konstanta dielektrik
Konstanta dielektrikKonstanta dielektrik
Konstanta dielektrik
 
Metode pembuatan emulsi
Metode pembuatan emulsi Metode pembuatan emulsi
Metode pembuatan emulsi
 
Bioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan BioekivalensiBioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan Bioekivalensi
 
PPT Ekstraksi Cara Panas
PPT Ekstraksi Cara PanasPPT Ekstraksi Cara Panas
PPT Ekstraksi Cara Panas
 
Emulsi Farmasi
Emulsi FarmasiEmulsi Farmasi
Emulsi Farmasi
 
High performance liquid chromatography (hplc)
High performance liquid chromatography (hplc)High performance liquid chromatography (hplc)
High performance liquid chromatography (hplc)
 
High Performance Liquid Chromatography
High Performance Liquid ChromatographyHigh Performance Liquid Chromatography
High Performance Liquid Chromatography
 
Sediaan krim
Sediaan krimSediaan krim
Sediaan krim
 
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
 
Stabilitas Obat
Stabilitas ObatStabilitas Obat
Stabilitas Obat
 
Sediaan semi solid
Sediaan semi solidSediaan semi solid
Sediaan semi solid
 

Similar to OPTIMASI KANDUNGAN AJMALISIN

Naskah publikasi k100130027
Naskah publikasi k100130027Naskah publikasi k100130027
Naskah publikasi k100130027dwifitriyani7
 
The Hepatoprotective Effect of Ethanol Extract of Syzygium campanulatum (Korth...
The Hepatoprotective Effect of Ethanol Extract of Syzygium campanulatum (Korth...The Hepatoprotective Effect of Ethanol Extract of Syzygium campanulatum (Korth...
The Hepatoprotective Effect of Ethanol Extract of Syzygium campanulatum (Korth...Aji Wibowo
 
FITOTERAPI DAUN PEPAYA SEBAGAI ANTIPIRETIK
FITOTERAPI DAUN PEPAYA SEBAGAI ANTIPIRETIKFITOTERAPI DAUN PEPAYA SEBAGAI ANTIPIRETIK
FITOTERAPI DAUN PEPAYA SEBAGAI ANTIPIRETIKSofiaNofianti
 
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL SURIAN (Toona sinensis)
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL SURIAN (Toona sinensis)AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL SURIAN (Toona sinensis)
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL SURIAN (Toona sinensis)Repository Ipb
 
Bab vi aktivitas antioksidan antosianin...
Bab vi aktivitas antioksidan antosianin...Bab vi aktivitas antioksidan antosianin...
Bab vi aktivitas antioksidan antosianin...Fendi Pradana
 
Review Jurnal Kromatografi Gas
Review Jurnal Kromatografi GasReview Jurnal Kromatografi Gas
Review Jurnal Kromatografi GasSalsabila Azzahra
 
PPT Review jurnal anatomi.pptx
PPT Review jurnal anatomi.pptxPPT Review jurnal anatomi.pptx
PPT Review jurnal anatomi.pptxIrenee9
 
EFFECT OF COMBINATION EXTRACT OF BAY LEAVES AND NIACIN TO LOWERING LDL LEVELS...
EFFECT OF COMBINATION EXTRACT OF BAY LEAVES AND NIACIN TO LOWERING LDL LEVELS...EFFECT OF COMBINATION EXTRACT OF BAY LEAVES AND NIACIN TO LOWERING LDL LEVELS...
EFFECT OF COMBINATION EXTRACT OF BAY LEAVES AND NIACIN TO LOWERING LDL LEVELS...Jung Nayla
 
RAPID ANALYSIS OF TOTAL FLA VONOIDS FROM MEDICINAL HERB: INTERPRETATION OF CH...
RAPID ANALYSIS OF TOTAL FLA VONOIDS FROM MEDICINAL HERB: INTERPRETATION OF CH...RAPID ANALYSIS OF TOTAL FLA VONOIDS FROM MEDICINAL HERB: INTERPRETATION OF CH...
RAPID ANALYSIS OF TOTAL FLA VONOIDS FROM MEDICINAL HERB: INTERPRETATION OF CH...Repository Ipb
 

Similar to OPTIMASI KANDUNGAN AJMALISIN (20)

Intern Tertum
Intern TertumIntern Tertum
Intern Tertum
 
Teritik Sertum
Teritik SertumTeritik Sertum
Teritik Sertum
 
Naskah publikasi k100130027
Naskah publikasi k100130027Naskah publikasi k100130027
Naskah publikasi k100130027
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
uji KLT daun kelor.pdf
uji KLT daun kelor.pdfuji KLT daun kelor.pdf
uji KLT daun kelor.pdf
 
9. ririn.pdf
9. ririn.pdf9. ririn.pdf
9. ririn.pdf
 
(37).en.id
(37).en.id(37).en.id
(37).en.id
 
The Hepatoprotective Effect of Ethanol Extract of Syzygium campanulatum (Korth...
The Hepatoprotective Effect of Ethanol Extract of Syzygium campanulatum (Korth...The Hepatoprotective Effect of Ethanol Extract of Syzygium campanulatum (Korth...
The Hepatoprotective Effect of Ethanol Extract of Syzygium campanulatum (Korth...
 
FITOTERAPI DAUN PEPAYA SEBAGAI ANTIPIRETIK
FITOTERAPI DAUN PEPAYA SEBAGAI ANTIPIRETIKFITOTERAPI DAUN PEPAYA SEBAGAI ANTIPIRETIK
FITOTERAPI DAUN PEPAYA SEBAGAI ANTIPIRETIK
 
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL SURIAN (Toona sinensis)
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL SURIAN (Toona sinensis)AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL SURIAN (Toona sinensis)
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL SURIAN (Toona sinensis)
 
NADIAH-SIDANG 1.pptx
NADIAH-SIDANG 1.pptxNADIAH-SIDANG 1.pptx
NADIAH-SIDANG 1.pptx
 
Bab vi aktivitas antioksidan antosianin...
Bab vi aktivitas antioksidan antosianin...Bab vi aktivitas antioksidan antosianin...
Bab vi aktivitas antioksidan antosianin...
 
Review Jurnal Kromatografi Gas
Review Jurnal Kromatografi GasReview Jurnal Kromatografi Gas
Review Jurnal Kromatografi Gas
 
Seminar Proposal.pptx
Seminar Proposal.pptxSeminar Proposal.pptx
Seminar Proposal.pptx
 
Alasan pelrut etanol 96
Alasan pelrut etanol 96Alasan pelrut etanol 96
Alasan pelrut etanol 96
 
PPT Review jurnal anatomi.pptx
PPT Review jurnal anatomi.pptxPPT Review jurnal anatomi.pptx
PPT Review jurnal anatomi.pptx
 
EFFECT OF COMBINATION EXTRACT OF BAY LEAVES AND NIACIN TO LOWERING LDL LEVELS...
EFFECT OF COMBINATION EXTRACT OF BAY LEAVES AND NIACIN TO LOWERING LDL LEVELS...EFFECT OF COMBINATION EXTRACT OF BAY LEAVES AND NIACIN TO LOWERING LDL LEVELS...
EFFECT OF COMBINATION EXTRACT OF BAY LEAVES AND NIACIN TO LOWERING LDL LEVELS...
 
Ppt skrip asli
Ppt skrip asliPpt skrip asli
Ppt skrip asli
 
Pp seminar asam urat
Pp seminar asam uratPp seminar asam urat
Pp seminar asam urat
 
RAPID ANALYSIS OF TOTAL FLA VONOIDS FROM MEDICINAL HERB: INTERPRETATION OF CH...
RAPID ANALYSIS OF TOTAL FLA VONOIDS FROM MEDICINAL HERB: INTERPRETATION OF CH...RAPID ANALYSIS OF TOTAL FLA VONOIDS FROM MEDICINAL HERB: INTERPRETATION OF CH...
RAPID ANALYSIS OF TOTAL FLA VONOIDS FROM MEDICINAL HERB: INTERPRETATION OF CH...
 

More from Stenly Mandagi

PENYUSUNAN DOKSISTU.pptx
PENYUSUNAN DOKSISTU.pptxPENYUSUNAN DOKSISTU.pptx
PENYUSUNAN DOKSISTU.pptxStenly Mandagi
 
Implementasi UU No. 23 Tahun 2014 - OKKPD
Implementasi UU No. 23 Tahun 2014 - OKKPDImplementasi UU No. 23 Tahun 2014 - OKKPD
Implementasi UU No. 23 Tahun 2014 - OKKPDStenly Mandagi
 
Peluang Pengembangan OKKP sebagai LSPro
Peluang Pengembangan OKKP sebagai LSProPeluang Pengembangan OKKP sebagai LSPro
Peluang Pengembangan OKKP sebagai LSProStenly Mandagi
 
Kebijakan Pengawasan Keamanan Pangan - BPOM
Kebijakan Pengawasan Keamanan Pangan - BPOMKebijakan Pengawasan Keamanan Pangan - BPOM
Kebijakan Pengawasan Keamanan Pangan - BPOMStenly Mandagi
 
Panduan Pengajuan Usulan Kegiatan PPHP Tahun 2014 (eProposal)
Panduan Pengajuan Usulan Kegiatan PPHP Tahun 2014 (eProposal)Panduan Pengajuan Usulan Kegiatan PPHP Tahun 2014 (eProposal)
Panduan Pengajuan Usulan Kegiatan PPHP Tahun 2014 (eProposal)Stenly Mandagi
 
Pengembangan Penyebaran Informasi Pasar
Pengembangan Penyebaran Informasi PasarPengembangan Penyebaran Informasi Pasar
Pengembangan Penyebaran Informasi PasarStenly Mandagi
 
Kesiapan Sektor Pertanian Menghadapi AEC 2015
Kesiapan Sektor Pertanian Menghadapi AEC 2015Kesiapan Sektor Pertanian Menghadapi AEC 2015
Kesiapan Sektor Pertanian Menghadapi AEC 2015Stenly Mandagi
 
Pengembangan Analisis Pemasaran
Pengembangan  Analisis PemasaranPengembangan  Analisis Pemasaran
Pengembangan Analisis PemasaranStenly Mandagi
 
Perencanaan Kegiatan PIP 2014 dalam Rangka Mendukung Kebijakan Ditjen PPHP
Perencanaan Kegiatan PIP 2014 dalam Rangka Mendukung Kebijakan Ditjen PPHPPerencanaan Kegiatan PIP 2014 dalam Rangka Mendukung Kebijakan Ditjen PPHP
Perencanaan Kegiatan PIP 2014 dalam Rangka Mendukung Kebijakan Ditjen PPHPStenly Mandagi
 
Kebijakan Pemasaran Domestik Tahun 2013
Kebijakan Pemasaran Domestik Tahun 2013Kebijakan Pemasaran Domestik Tahun 2013
Kebijakan Pemasaran Domestik Tahun 2013Stenly Mandagi
 
Dinamika kelompok belajar
Dinamika kelompok belajarDinamika kelompok belajar
Dinamika kelompok belajarStenly Mandagi
 

More from Stenly Mandagi (20)

MATERI GAP.pptx
MATERI GAP.pptxMATERI GAP.pptx
MATERI GAP.pptx
 
PENYUSUNAN DOKSISTU.pptx
PENYUSUNAN DOKSISTU.pptxPENYUSUNAN DOKSISTU.pptx
PENYUSUNAN DOKSISTU.pptx
 
Prinsip-Prinsip GMP
Prinsip-Prinsip GMPPrinsip-Prinsip GMP
Prinsip-Prinsip GMP
 
Implementasi UU No. 23 Tahun 2014 - OKKPD
Implementasi UU No. 23 Tahun 2014 - OKKPDImplementasi UU No. 23 Tahun 2014 - OKKPD
Implementasi UU No. 23 Tahun 2014 - OKKPD
 
Peluang Pengembangan OKKP sebagai LSPro
Peluang Pengembangan OKKP sebagai LSProPeluang Pengembangan OKKP sebagai LSPro
Peluang Pengembangan OKKP sebagai LSPro
 
Kebijakan Pengawasan Keamanan Pangan - BPOM
Kebijakan Pengawasan Keamanan Pangan - BPOMKebijakan Pengawasan Keamanan Pangan - BPOM
Kebijakan Pengawasan Keamanan Pangan - BPOM
 
Panduan Pengajuan Usulan Kegiatan PPHP Tahun 2014 (eProposal)
Panduan Pengajuan Usulan Kegiatan PPHP Tahun 2014 (eProposal)Panduan Pengajuan Usulan Kegiatan PPHP Tahun 2014 (eProposal)
Panduan Pengajuan Usulan Kegiatan PPHP Tahun 2014 (eProposal)
 
Pengembangan Penyebaran Informasi Pasar
Pengembangan Penyebaran Informasi PasarPengembangan Penyebaran Informasi Pasar
Pengembangan Penyebaran Informasi Pasar
 
Kesiapan Sektor Pertanian Menghadapi AEC 2015
Kesiapan Sektor Pertanian Menghadapi AEC 2015Kesiapan Sektor Pertanian Menghadapi AEC 2015
Kesiapan Sektor Pertanian Menghadapi AEC 2015
 
Pengembangan Analisis Pemasaran
Pengembangan  Analisis PemasaranPengembangan  Analisis Pemasaran
Pengembangan Analisis Pemasaran
 
Perencanaan Kegiatan PIP 2014 dalam Rangka Mendukung Kebijakan Ditjen PPHP
Perencanaan Kegiatan PIP 2014 dalam Rangka Mendukung Kebijakan Ditjen PPHPPerencanaan Kegiatan PIP 2014 dalam Rangka Mendukung Kebijakan Ditjen PPHP
Perencanaan Kegiatan PIP 2014 dalam Rangka Mendukung Kebijakan Ditjen PPHP
 
Kebijakan Pemasaran Domestik Tahun 2013
Kebijakan Pemasaran Domestik Tahun 2013Kebijakan Pemasaran Domestik Tahun 2013
Kebijakan Pemasaran Domestik Tahun 2013
 
Tahukah anda
Tahukah andaTahukah anda
Tahukah anda
 
Dinamika kelompok belajar
Dinamika kelompok belajarDinamika kelompok belajar
Dinamika kelompok belajar
 
Perencanaan usaha
Perencanaan usahaPerencanaan usaha
Perencanaan usaha
 
Pengolahan hasil
Pengolahan hasilPengolahan hasil
Pengolahan hasil
 
Pemasaran hasil
Pemasaran hasilPemasaran hasil
Pemasaran hasil
 
Pasca panen
Pasca panenPasca panen
Pasca panen
 
Kemitraan usaha
Kemitraan usahaKemitraan usaha
Kemitraan usaha
 
Kelembagaan usaha
Kelembagaan usahaKelembagaan usaha
Kelembagaan usaha
 

Recently uploaded

Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...laila16682
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfkaramitha
 
hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanaman
hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanamanhormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanaman
hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanamanAprissiliaTaifany1
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxresidentcardio13usk
 
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxSitiRukmanah5
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaAnggrianiTulle
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxIKLASSENJAYA
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfssuser4743df
 
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxSDN1Wayhalom
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxSyabilAfandi
 

Recently uploaded (10)

Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
 
hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanaman
hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanamanhormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanaman
hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanaman
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
 
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
 
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
 

OPTIMASI KANDUNGAN AJMALISIN

  • 1. KANDUNGAN AJMALISIN PADA KULTUR KALUS Catharanthus roseus (L.) G.Don YANG DIBERI PERLAKUAN TRIPTOFAN Stenly J.M. Mandagi PASCASARJANA PROGRAM STUDI AGRONOMI UNIVERSITAS SAM RATULANGI TESIS Disampaikan pada Ujian Tesis Prog. Studi Agronomi Pascasarjana UNSRAT, Jumat, 9 Juni 2017
  • 3. A. Latar Belakang • Catharanthus roseus (L.) G. Don. atau tapak dara merupakan tanaman mengandung senyawa alkaloid indol terpenoid (Sarin, 2005) diantaranya ajmalisin yang telah digunakan dalam pengobatan penyakit terkait sirkulasi darah khususnya untuk mengobati gangguan peredaran darah ke otak (Zenk, et al., 1977 dan Michal & Schomburg, 2012). • Kultur in vitro telah mendapat banyak perhatian sebagai teknologi yang efektif untuk memproduksi metabolit sekunder yang bermanfaat (Cai, et al., 2012) dan menjadi teknologi alternatif dari penanaman secara konvensional di lahan (Wink, et al., 2005).
  • 4. • Triptofan sebagai prekursor dapat meningkatkan produksi alkaloid indol terpenoid secara signifikan pada kultur suspensi sel (Pitoyo, et al., 2003). • Pandiangan & Nainggolan (2006) menjelaskan bahwa produksi alkaloid dan pertumbuhan kalus saling terkait. Pertumbuhan sel yang tinggi memproduksi alkaloid rendah, demikian sebaliknya. • Zhao, et al (2000) menunjukkan bahwa sintesis ajmalisin lebih tinggi pada kalus kompak dibanding suspensi sel.
  • 5. • Upaya untuk industrialisasi produksi TIA pada C. roseus belum optimal, karena belum jelasnya beberapa mekanisme biosintesis, mekanisme genetik yang kompleks, dan proses katalisasi dan transport yang belum diketahui. (Zhou, et al, 2010).
  • 6. • kebutuhan global sebanyak 3600 kg dibutuhkan 200-300 ton akar Catharanthus roseus (Verpoorte et al., 1993). • Kandungan vinkristin lebih rendah lagi, yaitu hanya 0,0003 – 0,0005% dari keseluruhan tanaman. 1 gram vinkristin murni dibutuhkan sekitar 500 kg daun, setara dengan 10-15 ton daun untuk memproduksi 30 gram obat. . Kebutuhan alkaloid cukup tinggi, yaitu untuk vinkristin 1 kg/tahun, vinblastin 12 kg/tahun dan ajmalisin 5000 kg/tahun (Arora et al., 2010).
  • 7. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana kandungan ajmalisin pada kultur kalus Catharanthus roseus (L) G. Don yang diberi perlakuan triptofan.
  • 8. C. Tujuan dan Manfaat Penelitian • Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan ajmalisin pada kultur kalus Catharanthus roseus yang diberi perlakuan triptofan Tujuan • memberikan informasi ilmiah tentang kandungan ajmalisin pada kultur kalus Catharanthus roseus yang diberi perlakuan triptofan. Manfaat
  • 10. A. Deskripsi Tanaman Catharanthus roseus (L.) G. Don. o Catharanthus roseus dapat menghasilkan alkaloid antikanker (vinblastine dan vinkristin) pada daun dan alkaloid anti hipertensi (ajmalisin dan serpentin) pada akar. Catharanthus roseus memiliki nilai ekonomi karena mengandung lebih dari 130 bioaktif alkaloid indol terpenoid (Verma, et al., 2012). • kebutuhan global sebanyak 3600 kg dibutuhkan 200-300 ton akar Catharanthus roseus (Verpoorte et al., 1993). • Kandungan vinkristin lebih rendah lagi, yaitu hanya 0,0003 – 0,0005% dari keseluruhan tanaman. 1 gram vinkristin murni dibutuhkan sekitar 500 kg daun, setara dengan 10-15 ton daun untuk memproduksi 30 gram obat. . Kebutuhan alkaloid cukup tinggi, yaitu untuk vinkristin 1 kg/tahun, vinblastin 12 kg/tahun dan ajmalisin 5000 kg/tahun (Arora et al., 2010).
  • 11.
  • 12. B. Metabolit Sekunder o Alkaloid merupakan salah satu metabolit sekunder yang ditemukan pada organisme hidup dan memiliki struktur, jalur biosintesis, dan aktifitas farmakologis yang berbeda (Roberts & Wink, 1998). o Alkaloid memiliki ciri umum yaitu tanpa warna, bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal (sedikit yang cair) pada suhu kamar (Salisbury & Ross, 1992). o Alkaloid pada Catharanthus roseus mempunyai toksisitas rendah. Ekstraknya mempunyai aktifitas antibiotik terbatas (Harborne, 1973).
  • 13. Jalur Biosintesis Ajmalisin (Morgan and Shanks, 2000).
  • 14. C. Kultur Kalus o Kalus yang dikultur dapat bertekstur lunak atau keras, berstruktur padat atau berongga, dan berbentuk bulat atau bahkan tidak beraturan (Chin, 2008) o Kalus kompak menghasilkan metabolit sekunder lebih banyak dibandingkan kalus meremah (Pandiangan, 2011) o Pandiangan & Nainggolan (2006) melaporkan bahwa kandungan alkaloid indole terpenoid khususnya katarantin pada kultur kalus Catharanthus roseus dapat meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi NAA.
  • 15. D. Triptofan sebagai Prekursor o Triptofan merupakan asam amino cincin aromatic pada rantai sampingnya. Rumus molekulnya adalah C11H12N2O2 dengan berat molekul 204,2 g. Nama lain dari L-triptofan adalah L-α-amino 3-indolepropionic acid atau L-3β-indollylalanine (National Center for Biotechnology Information, 2017). Struktur triptofan (Zhao & Last, 1996)
  • 16. Biosintesis triptofan melalui jalur chorismate (El-Sayed & Verpoorte, 2007)
  • 17. E. Biosintesis Ajmalisin pada Catharanthus roseus. o Ajmalisin dapat disintesis dari triptamin, selain IAA dan beberapa alkaloid indol lainnya (Oksman-Caldentey et al., 2007). o Ajmalisin adalah alkaloid indol monoterpen yang dapat mengurangi tekanan darah dan detak jantung (Logers, et al.,1995 dan Nosov, 2012).
  • 20.
  • 22. Penelitian Terkait • ZPT etilen (El-Sayed & Verpoorte (2004) • Prekursor sukinik (Zhao, et al., 2001a) • jasmonate dan etilen (Vasques-Flota et al., 2009) • Elisitor Phytium aphanidermatum (Pasquali et al (1992)
  • 23. F. Hipotesa Diduga adanya pengaruh terhadap kandungan ajmalisin pada kultur kalus Catharantahus roseus (L) G. Don. dengan pemberian perlakuan triptofan.
  • 25. A. Waktu dan Tempat Penelitian Juni s/d Nov. 2015 WAKTU Lab. Bioteknologi Fak. Pertanian Lab. Farmasi Fak. MIPA TEMPAT
  • 26. C. Bahan Tanaman dan Bahan Kimia • Tanaman yang akan digunakan sebagai sumber eksplan adalah Catharanthus roseus yang berbunga putih. Sumber eksplan diambil adalah daun yang masih mengadakan pertumbuhan yaitu 3 - 4 daun dari apeks pucuk. • Bahan-bahan kimia yang digunakan adalah medium MS (Lampiran 1), disinfektan, etanol, 2,4-D, NAA, kinetin, HCL, NaOH, akuades steril, methanol HPLC, methanol Pa, asetonitril, diamonium hydrogen fosfat, ajmalisin standar, dan triptofan
  • 27. D. Alat Penelitian • Alat-alat yang digunakan timbangan analitik, autoclave, laminar air flow cabinet, alat-alat gelas standar (labu takar, beker gelas, pipet volume, erlenmeyer, gelas piala, labu pisah, pengaduk dan wadah kultur) , pH meter, scalpel, pinset, cawan petridish, rak kultur, aluminuium foil, oven, mortar, centrifuse, Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).
  • 28. E. Rancangan Penelitian • Penelitian ini menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan 6 (enam) perlakuan penambahan triptofan 0 mg/L (K), 50 mg/L (A), 100 mg/L (B), 150 mg/L (C), 200 mg/L (D), 250 mg/L (E). Terdiri atas 3 ulangan dimana setiap ulangan terdiri dari 3 botol kultur. Pada saat analisis KCKT, diambil 1 botol dari 3 botol ulangan pada setiap perlakuan. • Data kandungan ajmalisin yang diperoleh kemudian dianalisis varian single factor menggunakan Add-Ins Data Analysis Microsoft Excel 2010. Analisis dilanjutkan dengan uji BNT pada α=1% apabila hasil analisis varian menunjukkan berbeda nyata.
  • 30. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
  • 31. A. Induksi Kalus Hari ke-6 • Tampak eksplan mulai melengkung Hari ke-8 • Terbentuk kalus pada tepi sayatan Hari ke-14 • Pertumbuhan kalus • Warna putih kekuningan • Tekstur meremah Hari ke-28 • kalus terus membesar. • tidak terjadi diferensiasi membentuk akar. • Kalus dari eksplan Catharanthus roseus yang diinokulasi pada media induksi, yaitu media MS (Murashige dan Skoog) dengan penambahan ZPT 2,4 D 2 mg/L dan Kinetin 0,2 mg/L
  • 32. B. Sub Kultur Kalus pada Media Produksi. • Kalus yang telah berumur 8 minggu, kemudian disubkultur untuk perbanyakan kalus menggunakan media MS ditambah ZPT 2,4-D 2 mg/L dan Kinetin 0,2 mg/L Hari ke-4 • Tampak terjadi pencoklatan Hari ke-14 • kalus tampak mengalami pertumbuhan yang baik Hari ke-21 • pertumbuhan kalus yang berwarna kuning muda
  • 33. E. Sub Kultur Kalus pada Media Perlakuan. • Subkultur kalus pada media perlakuan dilakukan pada saat kalus berumur 12 minggu. • Media yang digunakan adalah media MS ditambahkan dengan ZPT NAA 2 mg/L dan kinetin 0,2 mg/L dengan penambahan pula triptofan sesuai dengan perlakuan, yaitu 0 mg/L (K), 50 mg/L (A), 100 mg/L (B), 150 mg/L (C), 200 mg/L (D) dan 250 mg/L (E). • Kalus yang digunakan adalah kalus yang dihasilkan dari subkultur produksi seberat +/- 1 gram.
  • 34. 1.31 2.57 1.75 1.55 1.25 0.04 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 0 (K) 50 (A) 100 (B) 150 (C) 200 (D) 250 (E) AxisTitle Berat kering kalus yang dikultur pada media dengan perlakuan Triptofan 50 mg/L (A), 100 mg/L (B), 150 mg/L (C), 200 mg/L (D), 250 mg/L (E) dan Kontrol.
  • 35. D. Kandungan Ajmalisin dengan Penambahan Triptofan Kandungan Ajmalisin pada Kultur Kalus Catharanthus roseus (L) G.Don yang Beri Perlakuan Triptofan Perlakuan Triptofan Rata-Rata Kandungan (µg/g bk) Penurunan Kandungan (µg/g bk) Persentase Penurunan Ajmalisin (%) 0 mg/L (Kontrol) 9,048 ± 2,96 a - - 50 mg/L (A) 1,908 ± 0,36 b (7,140) - 78,91 100 mg/L (B) 2,266 ± 0,48 b (6,782) - 74,96 150 mg/L (C) 0,395 ± 0,31 b (8,653) - 95,63 200 mg/L (D) 0,346 ± 0,32 b (8,703) - 96,19 250 mg/L (E) 2,686 ± 0,63 b (6,362) - 70,31
  • 36. Pola kurva pembentukan katarantin (Pandiangan, 2011 dimodifikasi) dan pola kurva pembentukan ajmalisin dengan perlakuan triptofan pada konsentrasi 0 mg/L, 50 mg/L, 100 mg/L, 150 mg/L, 200 mg/L dan 250 mg/L.
  • 37. • Rata-rata kandungan ajmalisin tertinggi pada kontrol yaitu terdeteksi sebesar 9,048 µg/g bk sedangkan kandungan terendah pada perlakuan triptofan 200 mg/L, yaitu 0,346. Kurva kandungan ajmalisin cenderung turun hingga pada perlakuan triptofan 100 mg/L dan 200 mg/L kemudian kembali naik pada perlakuan 250 mg/L
  • 38. Hasil Penelitian sebelumnya yang mendukung • Penambahan triptofan pada kultur sel C. roseus pada beberapa media berbeda yaitu media subkultur mengandung sukrosa rendah dan dua media dengan sukrosa tinggi tidak berpengaruh terhadap peningkatan ajmalisin dan serpentin. Ajmalisin dan serpentin diproduksi lebih tinggi apabila ditambahkan sekologanin dibanding dengan penambahan triptofan (Merillon et al ,1986). • Canel et al. (1998) mengemukakan akumulasi alkaloid melalui rekayasa genetik tidak stabil dan sangat kuat dipengaruhi oleh kondisi kultur, seperti komposisi hormon dari media dan ketersediaan prekursor. • Zhao, et al (2001) juga melaporkan bahwa zat pengatur tumbuh dan cahaya secara signifikan berpengaruh terhadap produksi alkaloid pada Catharanthus roseus. ZPT 2,4-D dapat menekan biosintesis semua alkaloid indol termasuk ajmalisin.
  • 39. Hasil Penelitian sebelumnya yang mendukung • Rischer et al. (2006) juga menunjukkan membuktikan bahwa penambahan auksin pada kultur sel Catharanthus roseus menekan akumulasi ajmalisin tetapi dapat menstimulasi produksi alkaloid lainnya seperti tabersonin dan katarantin. • Diduga pula, adanya mekanisme umpan balik (feed-back mechanism) pada biosintesis senyawa sekunder (Taiz & Zeiger, 2002).
  • 41. A. Kesimpulan Perlakuan triptofam pada kultur kalus Cataharanthus roseus (L.) G. Don mempengaruhi kandungan ajmalisin. Hasil penelitian diperoleh bahwa kandungan ajmalisin lebih rendah setelah perlakuan triptofan, dimana kandungan ajmalisin terkecil pada pemberian triptofan 200 mg/L, yaitu 0,346 µg/g bk. Pada pemberian triptofan 250 mg/L, kandungan ajmalisin menjadi 2,686 µg/g bk yang merupakan kandungan tertinggi pada semua perlakuan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan triptofan pada kultur kalus Catharanthus roseus dapat menurunkan kandungan ajmalisin.
  • 42. B. Saran • Dapat dilakukan penelitian penelitian sejenis untuk mempelajari kandungan ajmalisin pada kultur kalus Catharanthus roseus (L.) G. Don pada beberapa variasi waktu kultur atau waktu kultur yang lebih tinggi misalnya hingga 21 atau 28 hari. • Akurasi pengukuran kandungan ajmalisin pada kalus perlu optimasi faktor-faktor yang mempengaruhi mulai dari persiapan ekstrak sampel hingga pengaturan KCKT.
  • 43. DAFTAR PUSTAKA • Cai, Z. K., Kastell, A., and Knorr, D. 2012. Exudation: an Expanding Technique for Continous Production and Release of Secondary Metabolites from Plant Cell Suspension and Hairy Root Cultures. Plant Cell Rep. Vol. 31 Hal. 461-477. • Canel, C., M.I. Lopes-Cardoso, S. Whitmer, L. van der Fits, G. Pasquali, R. van der Heijden, J.H. Hoge & R. Verpoorte, 1998, Effects of over- expression of strictosidine synthase and tryptophan decarboxylase on alkaloid production by cell cultures of Catharanthus roseus. Planta Vol. 205 Hal. 414-419. • Cronquist, A. 1981. An Integrated System of Clasification of Flowering Plants. Columbia University Press. New York. • El-Sayed, M. & Verpoorte, R. 2004. Growth, Metabolic Profiling and Enzymes Activities of Catharanthus roseus Seedlings Treated with Plant Growth Regulator. Plant Growth Regulation Vol. 44 Hal. 53-58. • El-Sayed, M. & Verpoorte, R. 2007. Catharanthus terpenoid indole alkaloids: biosynthesis and regulation. Phytochem Rev. Vol. 6 Hal. 277-305.
  • 44. DAFTAR PUSTAKA • El-Sayed, M. & Verpoorte, R. 2007. Catharanthus terpenoid indole alkaloids: biosynthesis and regulation. Phytochem Rev. Vol. 6 Hal. 277-305. • Esyanti, R.R. & Muspiah, A. 2006. Pola Produksi Ajmalisin dari Kultur Agregat Sel Catharanthus roseus (L) G.Don dalam Bioreaktor Airlift. Hayati, Hal. 161 – 165. • Fitriani, A. 2003. Kandungan Ajmalicin pada Kultur Kalus Catharanthus roseus (L.) G. Don Setelah Dielisitasi Homogenat Jamur Pythium aphanidermatum Edson Fitzp. www.rudyct.com/PPS702- ipb/06223/any_fitriani.htm (diakses 21 April 2017). • Gardner, P.F., R.B. Pearce & R.L. Mitchel. 1985. Physiology of Crop Plants. The Low State University Press. Penterjemah Susilo, H. 1991, UI-Press. Jakarta. • Harborne, J.B 1973. Phytochemical Methods: A Guide to Modern Techniques of Plant Analysis. Chapman and Hall. London.
  • 45. DAFTAR PUSTAKA • Heni, A., Anggarwulan, E., & Solichaton. 2005. Pengaruh Penambahan DL- Triptofan terhadap pertumbuhan Kalus dan Produksi Alkaloid-Reserpin Pule Pandak [Rauvolfia serpentina (L.) Bentham ex Kurz.] secara in-vitro. Biofarmasi Vol. 3 (2). Hal. 52-56. • Karthikeyan, B., Joe, M.M., Jaleel, C.A. & Deiveekasundaram, M. 2010. Effect of Root Inoculation with Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) on Plant Growth, Alkaloid Content and Nutrient Control of Catharanthus roseus (L.) G. Don. Nat. Croat Vo. 19, Hal. 205-212. • Merillon, J.M., P. Doireu, A. Guillot, J.C. Cheniux & M. Rideu. 1986. Indole alkaloid accumulation and tryptophan decarboxylase activity in Catharanthus roseus cells cultured in three different media. Plant Cell Reports Vol. 5 Hal. 23-26. • Michael, L., Overman, L.E., & Welmaker, G.S. 1995. Mannich Biscyclizations, Total Synthesis of Ajmalicine. Journal Am. Chemical Society, Hal. 9139-9150.
  • 46. DAFTAR PUSTAKA • Michal, G., & Schomburg, D. 2012. Biochemical Pathways: An Atlas of Biochemistry and Molecular Biology. John Wiley & Sons Inc. New Jersey. • Morgan, J.A. & J.V. Shanks. 2000. Determination of metabolic rate- limitations by precursor feeding in Catharanthus roseus hairy root cultures. Journal of Biotechnology Vol. 79 Hal. 137-145. • Mukarlina, M.R., R., M. Esyanti; H., Siregar A. 2006. Pengaruh Pemberian Elisitor Homogenat Jamur Pythium aphanidermatum (Edson) Fitzp. terhadap Kandungan Ajmalisin dalam Kultur Akar Catharanthus roseus (L) G.Don. Jurnal Matematika & Sains Vol. 11 No. 2, Hal. 44 – 49. • National Center for Biotechnology Information. PubChem Compound Database; CID=6305, https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/6305 (accessed Apr. 26, 2017). • Nosov, A. 2012. Application of Cell Technologies for Production of Plant - Derived Bioactive Subtances of Plant Origin. Applied Biochemistry and Microbiology Vol. 48 No. 7 Hal. 8-28.
  • 47. DAFTAR PUSTAKA • Oksman-Caldenty, K., Hakkinen, S., & Rischer, R. 2007. Metabolic Engeneering of the alkaloid biosynthesis in plants: Fungcional Genomic Approaches. Dalam Verpoorte, R., A.W.Alferman, & T.S. Johnson, Applications of Plant Metabolic Engineering. Springer, Dordrect. • Parry, R.J. 1972. Biosynthesis of Compounds Containing an Indole Nucleus. Dalam Houlihan W.J. (ed.) Indoles: Part Two. John Wiley& Sons, Inc., Canada. • Pandiangan, D. 2009. Produksi Metabolit Sekunder Alkaloid Secara In Vitro. UNPAD Press. Bandung. • Pandiangan, D. 2011. Produksi Katarantin Melalui Kultur Jaringan. Lubuk Agung. Bandung. • Pandiangan, D. 2012. Perubahan Morfologi dan Anatomi Kalus Catharanthus roseus dengan Perlakuan Triptofan. Bios Logos Vol. 2 (1), Hal. 45 - 50. • Pandiangan, D., & Nainggolan, N. 2006. Peningkatan Kandungan Katarantin pada Kultur Kalus Catharanthus roseus dengan Pemberian Naphtalene acetic acid. Hayati Vol. 13 No. 3, Hal. 90- 94.
  • 48. DAFTAR PUSTAKA • Pandiangan, D., & Nainggolan, N. 2006. Peningkatan Kandungan Katarantin pada Kultur Kalus Catharanthus roseus dengan Pemberian Naphtalene acetic acid. Hayati Vol. 13 No. 3, Hal. 90- 94. • Pandiangan, D., Tilaar, W., & Nainggolan, N. 2013. Morphological Changes of Cell in Relation to Increased Catharanthine Content of Catharanthus roseus Cell Aggregate Culture after Tryptophan Treatment. IJBAS-IJENS Vol. 13 (01), Hal. 45 - 51. • Pandiangan, D., W. Tilaar, N. Nainggolan, & L. Wahyudi. 2015. Relations between catharantine content enhancement with the other associated secondary metabolites in Catharanthus roseus cell culture that treated tryptophan. International Journal of Science and Research (IJSR), Hal. 2208-2212. • Pasquali, G., O.J.M. Goddijn, A. de Waal, R. Verpoorte, R.A. Schilperoort, J.H.C. Hoge & J. Memelink, 1992. Coordinated regulation of two indole biosynthetic genes from Catharanthus roseus by auxin and elicitors. Plant Molecular Biology Vol. 18. Hal. 1221-1131.
  • 49. DAFTAR PUSTAKA • Pitoyo, A., Solichatun, & E. Anggarwulan. 2003. Optimalisasi Produksi Alkaloid Indol Terpenoid pada Kultur Kalus dan Suspensi Sel Catharanthus roseus (L.) G. Don. dengan Pemberian HCL dan Variasi Triptofan dalam Media Kultur. Biosmart, Hal. 25 - 32. • Radwanski, E. R., & R.L. Last. 1995. Tryptophan Biosynthesis and Metabolism: Biochemical and Molecular Genetics. The Plant Cell Vol. 7, Hal. 921-934. • Roberts, M. F., & M. Wink. 1998. Alkaloids: Biochemistry, Ecology, and Medicinal Applicatons. Plenum Press, New York. • Salisburi, F. & C. Ross. 1992. Plant Physiology, 4th Ed. Wadsworth Publishing. • Sarin, R. 2005. Useful Metabolites from Plant Tissue Culture. Biotechnology Vol 4 (2), Hal. 79 - 93. • Taiz, L., & E. Zeiger, E. 2010. Plant Physiology, 5th Ed.Sinauer Associates, Inc, Sunderland.
  • 50. DAFTAR PUSTAKA • Thomas, J., D. Adams, C. Nessler & J. Brown 1995. Tryptophan Decarboxylase, Reproduction of the Tryptamine and Whitefly. Plant Physiology Vol.109, Hal. 717-720. • Vanisree, M., C.Y. Lee, S.F. Lo, S.M. Nalawade, C.Y. Lin & H.S. Tsay. 2004. Studies on Production of Some Important Secondary Metabolites from Medicinal Plant by Plant Tissue Cultures. Bot Bull Acad Sinica (45), Hal. 1 - 22. • Vasques-Flota, F., Hernandez-Dominuez, E., Miranda-Ham, M. L., & M. Monforte-Gonzales2009. A differential response to chemical elicitors in Catharanthus roseus in vitro cultures. Biotechnol Lett (31). Hal. 591 - 595. • Verma, P., A.K. Mathur, N. Masood, S. Luqman & K. Shanker. 2013. Tryptophan over-producing cell suspensions of Catharanthus roseus (L) G. Don and their up-scaling in stirred tank bioreactor: detection of a phenolic compound with antioxidant potential. Protoplasma. Hal. 371 - 380. • Verma, P., A.K. Mathur, A. Srivastava, & A. Mathur. 2012. Emerging Trends in Research on Spatial and Temporal Organization of Terpenoid Indole Alkaloid Pathway in Catharanthus roseus: A Literature Update. Protoplasma Vol.249, Hal. 255- 268.
  • 51. DAFTAR PUSTAKA • Wink, M., W. Alferman, R. Franke, B. Wetteraur, M. Distl, J. Windhovel, O. Krohn, E. Fuss, H. Garden, A. Mohagheghzadeh, E. Wildi, & P. Ripplinger. 2005. Sustainable Bioproduction of Phytochemicals by Plant In Vitro Cultures: Anticancer Agents. Plant Genetic Resources 3 (2), Hal. 90 - 100. • Zenk, M., H. El-Shagi, H. Arens, J. Stockigt, E.W. Weiler & B. Deus. 1977. Formation of The Indole Alkaloids Serpentin and Ajmalicine in Cell Suspension Cultures of Catharanthus roseus. dalam Barz, W. & M.H. Zenk (ed), Plants Tissue Culture and Its Biotechonological Application. Berlin: Springer-Verlag. • Zhao, J., & R.L. Last. 1996. Coordinate Regulation of the Tryptophan Biosynthetic Pathway and Indolic Phytoalexin Accumuation in Arabidopsis. The Plant Cell Vol. 8, Hal. 2235-2244. • Zhao, J., Q. Hu, Y.Q. Guo & W.H. Zhu. 2001a. Effects of light and plant growth regulators on the biosynthesis of vindoline and other indole alkaloids in Catharanthus roseus callus cultures. Plant Growth Regulation Vol. 33. Hal. 43-49.
  • 52. DAFTAR PUSTAKA • Zhao, J., Q. Hu, Y.Q. Guo & W.H. Zhu. 2001b. Effects of stress factors, bioregulators, and synthetic precursors on indole alkaloid production in compact callus clusters cultures of Catharanthus roseus. Applied Microbiology Biotechnoly Vol. 55, Hal. 693 - 698. • Zhao, J.,W.H. Zhu & Q. Hu. 2000. Penggunaan elisitor gabungan secara signifikan meningkatkan ajamalisin yang terakumulasi. Biotechnology Letter (22), Hal. 509 - 514.