Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh ekstrak biji pepaya terhadap spermatogenesis dan tebal epitel tubulus seminiferus pada tikus jantan. Tikus diberi ekstrak biji pepaya muda dan tua dengan dosis 200-400 mg/kgBB selama 36 hari. Hasilnya menunjukkan ekstrak biji pepaya dapat menurunkan jumlah sel spermatogenik dan tebal epitel tubulus seminiferus.
1. PENGARUH EKSTRAK BIJI PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP
SPERMATOGENESIS DAN TEBAL EPITEL TUBULUS SEMINIFERUS TESTIS
MENCIT (Mus musculus) JANTAN
Oleh:
Rita Fitria Purwoistri
NIM. 06520025
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2009
2. Buah papaya dan daunnya dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan obat-
obatan, sementara bijinya dibuang dan terkadang digunakan untuk
keperluan pembibitan
Biji pepaya mengandung bahan aktif yang diduga dapat dimanfaatkan
sebagai obat antifertilitas
Allah menciptakan segala sesuatu yang ada di bumi ini tidak dalam keadaan
yang sia-sia
Berbagai macam tumbuhan yang ada di muka bumi dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan umat manusia
1.1 Latar BelakangBAB I
3. Triterpenoid yang terdapat dalam biji pepaya memiliki keserupaan dan
kemungkinan adanya kaitan biogenesis dengan steroid
Senyawa flavonoid dapat merangsang pembentukan estrogen
Alkaloid dapat menekan sekresi hormon testosteron yang diperlukan untuk
berlangsungnya spermatogenesis
Papain dan chymopapain mempunyai kemampuan menguraikan ikatan-ikatan
dalam melekul protein
Biji pepaya merupakan bahan yang mempunyai khasiat sebagai
antifertilitas yaitu mempengaruhi spermatogenesis dengan jalan
menghambat penyampaian hormon yang dihasilkan pituitary-
gonadotropin menuju post testicular
Zat aktif dalam ekstrak biji pepaya dapat menurunan jumlah sel
spermatogenik dan sel sertoli sehinga menyebabkan pengurangan
pada tebal epitel tubulus seminiferus
4. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dirumuskan
permasalahan sebagai berikut.
1. Apakah pemberian ekstrak biji pepaya (Carica papaya L.)
berpengaruh terhadap spermatogenesis pada mencit (Mus
musculus)?
2. Apakah pemberian ekstrak biji pepaya (Carica papaya L.)
berpengaruh terhadap tebal epitel tubulus seminiferus pada testis
mencit (Mus musculus)?
3. Apakah ada interaksi antara ekstrak biji pepaya (Carica papaya L.)
muda dengan ekstrak biji pepaya (Carica papaya L.) tua terhadap
spermatogenesis dan tebal epitel tubulus seminiferus pada mencit
(Mus musculus)?
1.2 Rumusan Masalah
5. Tujuan diadakannya penelitian pengaruh ekstrak biji pepaya (carica papaya
L.) terhadap spermatogenesis dan tebal epitel tubulus seminiferus testis
mencit (Mus musculus) jantan adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui apakah pemberian ekstrak biji pepaya (Carica
papaya L.) berpengaruh terhadap spermatogenesis pada mencit (Mus
musculus).
2. Untuk mengetahui apakah pemberian ekstrak biji pepaya (Carica
papaya L.) berpengaruh terhadap tebal epitel tubulus seminiferus
pada testis mencit (Mus musculus).
3. Untuk mengetahui apakah ada interaksi antara ekstrak biji pepaya
(Carica papaya L.) muda dengan ekstrak biji pepaya (Carica papaya L.)
tua terhadap spermatogenesis dan tebal epitel tubulus seminiferus
pada mencit (Mus musculus).
1.3 Tujuan
6. Hipotesis dari penelitian ini adalah:
1. Terdapat pengaruh pemberian ekstrak biji pepaya (Carica papaya L.)
terhadap spermatogenesis pada mencit (Mus musculus).
2. Terdapat pengaruh pemberian ekstrak biji pepaya (Carica papaya L.)
terhadap tebal epitel tubulus seminiferus pada testis mencit (Mus
musculus).
3. Terdapat interaksi antara ekstrak biji pepaya (Carica papaya L.) muda
dengan ekstrak biji pepaya (Carica papaya L.) tua terhadap
spermatogenesis dan tebal epitel tubulus seminiferus pada mencit
(Mus musculus).
1.4 Hipotesis
1.5 Manfaat
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Memberikan informasi kepada masyarakat luas tentang
manfaat biji pepaya yang dapat dijadikan alternatif
kontrasepsi pria yang aman.
2. Menjadi landasan bagi penelitian selanjutnya.
7. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sel-sel spermatogenik yang diamati dari penelitian ini meliputi sel
spermatogonia, spermatosit, spermatid dan sel leydig.
2. Tebal epitel tubulus seminiferus yang diukur dalam penelitian ini adalah
dari testis kanan dan testis kiri mencit yang diamati sel spermatogeniknya.
3. Hewan coba yang dipakai adalah mencit (Mus musculus) galur balb/c jenis
kelamin jantan, fertil, umur 2 bulan dengan berat badan rata-rata 20-25
gram.
4. Biji pepaya yang dipakai dalam penelitian ini adalah biji pepaya muda dan
biji pepaya tua.
5. Dosis ekstrak biji pepaya (Carica papaya L.) yang dipakai dalam penelitian
ini adalah 200, 250, 350, 400 mg/kg BB.
1.6 Batasan Masalah
9. 3.1 Jenis dan Rancangan Percobaan
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL)
faktorial, yang terdiri atas 2 faktor. Kedua faktor yang digunakan dalam
rancangan penelitian ini adalah:
Faktor I adalah jenis ekstrak biji pepaya (P) yang terdiri dari 2 level, yaitu:
P1: ekstrak biji pepaya muda
P2: ekstrak biji pepaya tua
Faktor 2 adalah pemberian dosis ekstrak biji pepaya (K) yang terdiri dari 5
level, yaitu:
K0: kontrol
K1: 100 mg/kg BB
K2: 200 mg/kg BB
K3: 300 mg/kg BB
K4: 400 mg/kg BB
BAB III
10. 1. Kelompok kontrol: kelompok pembanding tanpa perlakuan sebayak 3 ekor mencit diberi 0,5
ml Na CMC 0,5%, makan dan minum.
2. Kelompok P1K1: kelompok perlakuan sebanyak 3 ekor mencit yang diberi larutan ekstrak biji
pepaya muda dengan dosis 200 mg/kg BB + 0,5 ml Na CMC 0,5%, makan dan minum.
3. Kelompok P1K2: kelompok perlakuan sebanyak 3 ekor mencit yang diberi larutan ekstrak biji
pepaya muda dengan dosis 250 mg/kg BB + 0,5 ml Na CMC 0,5%, makan dan minum.
4. Kelompok P1K3: kelompok perlakuan sebanyak 3 ekor mencit yang diberi larutan ekstrak biji
pepaya muda dengan dosis 350 mg/kg BB + 0,5 ml Na CMC 0,5%, makan dan minum.
5. Kelompok P1K4: kelompok perlakuan sebanyak 3 ekor mencit yang diberi larutan ekstrak biji
pepaya muda dengan dosis 400 mg/kg BB + 0,5 ml Na CMC 0,5%, makan dan minum.
6. Kelompok P2K1: kelompok perlakuan sebanyak 3 ekor mencit yang diberi larutan ekstrak biji
pepaya tua dengan dosis 200 mg/kg BB + 0,5 ml Na CMC 0,5%, makan dan minum.
7. Kelompok P2K2: kelompok perlakuan sebanyak 3 ekor mencit yang diberi larutan ekstrak biji
pepaya tua dengan dosis 250 mg/kg BB + 0,5 ml Na CMC 0,5%, makan dan minum.
8. Kelompok P2K3: kelompok perlakuan sebanyak 3 ekor mencit yang diberi larutan ekstrak biji
pepaya tua dengan dosis 350 mg/kg BB + 0,5 ml Na CMC 0,5%, makan dan minum.
9. Kelompok P2K4: kelompok perlakuan sebanyak 3 ekor mencit yang diberi larutan ekstrak biji
pepaya tua dengan dosis 400 mg/kg BB + 0,5 ml Na CMC 0,5%, makan dan minum.
Dari kedua faktor yang telah diuraikan didapatka 8 kombinasi perlakuan
dan setiap perlakuan diulang 3 kali
11. 1. Variabel bebas : terdiri dari 2 variabel yaitu variabel A dan variabel B. Variabel
A adalah eksrak biji pepaya muda dan biji pepaya tua, sedangkan variabel B
adalah dosis 200 mg/kg BB, 250 mg/kg BB, 350 mg/kg BB, dan 400 mg/kg BB
2. Variabel tergantung : jumlah sel spermatogenik (spermatogonia, spermatosit
primer, spermatosit sekunder, spermatid), jumlah sel leydig dan tebal epitel
tubulus seminiferus testis
3. Variabel terkendali : jenis hewan coba yaitu mencit galur balb/c jenis kelamin
jantan, fertil, kandanga atau bak plastik dengan alas sekam, pakan mecit dan
air minum
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Juli 2010 di Laboratorium
Fisiologi Hewan dan Laboratorium Optik, Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Ialam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang
3.2 Variabel Penelitian
12. 3.4 Populasi dan Sampel
Hewan uji yang dipakai adalah mencit (Mus musculus L.) galur balb/c
jenis kelamin jantan, fertil, umur 2 bulan dengan berat badan rata-rata 20-
2,5 gram sebanyak 30 ekor.
3.4 Alat dan Bahan Penelitian
3.5.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang hewan coba
(bak plasti), tempat makan dan minum mencit, alas, pencekok oral (gavage),
timbangan digital, beaker glass, gelas ukur, labu ukur, pengaduk, kaca
penutup, objek glass, ayakan tepung, kertas saring, mikrotome, hand counter,
seperangkat alat bedah, botol spesimen, rotary evaporator, corong buncher,
gilingan dan mikroskop komputer (mikrotom).
3.5.2 Bahan
Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah biji pepaya muda dan
serbuk biji pepaya tua, aqudes, pakan mencit, etanol 96%, formalin 10%,
alkohol 70%, 80%, 90% dan 95%, gelatin 0,5%, xylol, parafin, air,
haematoxylin, eosin, etanol absolut, etilen, klorofom dan Na CMC 0,5%.
13. 3.6.1 Persiapan Hewan Cobaan
3.6 Pelaksanaan Penelitian
Disiapkan tempat
pemeliharan hewan
coba
Mencit diadaptasikan
selama 2 minggu
Dilakukan uji fertilitas
mencit jantan
Mencit fertil
diaklimatisasi selama
1 minggu
3.6.2 Pembuatan Ekstrak
3.6.3 Pembuatan Sediaan Larutan CMC
Menimbang
CMC
Memanaskan
aquades
Menaburkan
CMC
Dibirkan
selama
kurang lebih
15 menit
Diaduk Diencerkan
3.6.4 Pemberian Perlakuan
Menimbang ekstrak
kental biji pepaya
Diencerkan dengan
larutan CMC
Diberikan
menggunaakan gavage
Disiapkan dan
disortir
Dioven Digiling
Serbuk
dimaserasi
Ekstrak
disaring
Dipekatkan
14. • Ekstrak biji pepaya diberikan secara oral kepada mencit sekali setiap hari, pada
pagi hari jam 08.00-10.30 WIB selama 36 hari dengan dosis 200, 250, 350, 400
mg/kg berat badan mencit
• Pada hari ke 37 seluruh mencit dibius dengan eter kemudian dibedah dan diambil
kedua testisnya untuk dibuat preparat mikroanatomi
• Dalam satu preparat histology terdapat 6 potong melintang testis mencit,
kemudian yang diamati hanya 3 potong testis sebagai perwakilan
• Pengamatan sel spermatogenik dilakukan dengan menggunakan mikroskop
Nikon E 100, yaitu pada tubulus seminiferus yang dipotong bundar dan diambil
secara random. Perhitungan dilakukan dengan cara menghitung satu persatu sel
spermatogenik sampai mengitari tubulus seminiferus
• Tebal epitel tubulus seminiferus diukur dengan mikroskop komputer (mikrokom)
Olympus CX 31 dengan bantuan program aplikasi measurements. Pengukuran
dilakukan dengan mengukur jarak terdekat pada batas antara membran basalis
dan sel spermatogenik sampai ke permukaan lumen tubulus seminiferus. Hasil
pengukuran dinyatakan dengan dalam satuan mikro meter (µm)
• Jumlah sel leydig dihitung pada semua lapangan pandang, kecuali pada sediaan
yang tubulus seminiferusnya terpotong kurang dari setengah. Tiap testis mencit
dihitung jumlah sel leydignya pada tiga (3) preparat yang kemudian diambil rata-
rata dari ketiga preparat tersebut
3.6.5 Kegiatan Penelitian
15. 3.6.6 Pembuatan Preparat Histologi
Coating, pencucian, infiltrasi, embedding, pemotongan, deparanisasi,
rehidrasi, pewarnaan, dehidrasi, clearing, Mounting
3.7 Analisis Data
Untuk mengetahui perbedaan perlakuan dengan kontrol dilakukan analisis
dengan Analisis Variansi (ANAVA) tunggal. Apabila dari hasil analisis
diperoleh nilai F hitung ≥ F tabel maka dilanjutkan dengan uji lanjut Beda
Nyata Terkecil (BNT) dengan taraf signifikan 5%.
Untuk mengetahui perbedaan kombinasi antar perlakuan ekstrak biji
papaya muda dan ekstrak biji papaya tua dengan dosis 200, 250, 350
dan 400 mg/kg BB dianalisis menggunakan ANAVA ganda. Apabila dari
hasil analisis diperoleh nilai F hitung ≥ F tabel maka dilanjutkan dengan uji
lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan taraf signifikan 5%.
16. 4.1.1.1 Pengaruh Ekstrak Biji Pepaya (Carica papaya L.) terhadap Jumlah
Sel Spermatogonium pada Testis Mencit (Mus musculus)
• F hitung > F tabel 0,05, ada pengaruh nyata pemberian ekstrak biji pepaya
terhadap penurunan jumlah sel spermatogonium
• Perlakuan P1K1 sudah mampu menurunkan jumlah sel spermatogonium dan
P2K4 adalah perlakuan terbaik
• Hadirnya zat aktif saponin ,golongan steroid & triterpenoid yang
diperkirakkan bersifat antifertilitas
• Triterpenoid mempunyai kemampuan membentuk ikatan kompleks dengan
lipid penyusun membran sel spermatogenik yang mengakibatkan perubahan
permeabilitas membran sel, akibatnya gangguan proses metabolisme seluler
sehingga energi untuk aktifitas sel menurun
• Triterpenoid dapat meningkatkan senyawa steroid sehingga meningkatnya
testosteron , akibatnya terjadi penurunan LH & FSH
• Biji pepaya mengandung estradiol (E2) & progesteron (P4) yang dapat
menyebabkan terganggunya sekresi FSH dan LH
• Penurunan FSH dan LH menyebabkan turunnya jumlah soprmatogonium yang
akan dikuti dengan menurunnya jumlah sel spermatogenik lainnya
BAB IV
17. 4.1.1.2 Pengaruh Ekstrak Biji Pepaya (Carica papaya L.) terhadap Jumlah Sel
Spermatosit pada Testis Mencit (Mus musculus)
• F hitung > F tabel 0,05, ada pengaruh nyata pemberian ekstrak biji pepaya
terhadap penurunan jumlah sel spermatosit
• Perlakuan P1K1 sudah mampu menurunkan jumlah sel spermatosit dan
P2K4 adalah perlakuan terbaik
• Flavonoid dapat menghambat enzim aromatase sehingga testosteron
meningkat dan menekan sekresi FSH & LH
• Glikosida flavonoid, aglikon flavonoid dan alkaloid merupakan benda
asing yang dapat terakumulasi dalam aliran darah sehingga menggangu
sekresi LH&FSH akibatnya suplai nutrien&hormon terganggu
• Flavonoid dapat merangsang pembentukan estrogen & strukturnya ada
kemiripan dengan estrogen sehingga akan memberikan umpan balik
negatif terhadap GnRH
• Fungsi sel sertoli dan spermatogenesis bergantung pada FSH &
testosteron
• Spermatosit primer menggunakan sumber energinya dalam bentuk
asam laktat dan piruvat yang disuplai oleh sel sertoli
18. 4.1.1.3 Pengaruh Ekstrak Biji Pepaya (Carica papaya L.) terhadap Jumlah
Sel Spermatid pada Testis Mencit (Mus musculus)
• F hitung > F tabel 0,05, ada pengaruh nyata pemberian ekstrak biji pepaya
terhadap penurunan jumlah sel spermatid
• Perlakuan P1K1 sudah mampu menurunkan jumlah sel spermatid dan P2K4
adalah perlakuan terbaik
• Alkaloid dan alkaloid steroid bersifat kompetitif terhadap reseptor FSH
akibatnya pelepasan FSH terganggu&alkaloid bersifat terpenoid dan
triterpenoid memiliki keserupaan dan kemungkinan adanya kaitan
biogenesis dengan steroid
• Turunnya FSH&testosteron dapat mempengaruhi sel sertoli dalam
menghasilkan nutrient dan hormon, perubahan struktur sitoskletal sel
sertoli sehingga mengurangi kemampuan dalam mengikat spermatid,
penurunan daya adhesi antara spermatid dengan sel sertoli yang
menyebabkan sel spermatid terlepas ke dalam lumen tubulus seminiferus,
sintesis protein spermatid terganggu yang akhirnya menyebabkan sel
spermatid mengalami degenerasi
• Lohiya et all., (2002) melaporkan bahwa pemberian ekstrak kloroform biji
pepaya dapat menyebabkan terjadinya penurunan dan vakuolisasi pada sel
sertoli dan sel benih.
19. 4.1.1.4 Pengaruh Ekstrak Biji Pepaya (Carica papaya L.) terhadap Jumlah Sel
Leydig pada Testis Mencit (Mus musculus)
• F hitung > F tabel 0,05, ada pengaruh nyata pemberian ekstrak biji pepaya terhadap
penurunan jumlah sel leydig
• Perlakuan P1K2 & P1K1 sudah mampu menurunkan jumlah sel leydig dan P2K4
adalah perlakuan terbaik
• Alkaloid dapat menurunkan kadar FSH, LH dan testosteron sehingga dapat
menganggu spermatogenesis
• Turunnya LH dapat menyebabkan menurunnya rangsangan pada sel leydig
untuk membelah sehingga sel leydig mengalami degerasi dan jumlahnya
menurun
• Alkaloid bersifat toksik dan dapat menganggu aktifitas enzim ATP-ase sehingga
mengganggu permeabilitas membran sel leydig sehingga transfer zat makanan
sebagai sumber energi biosintesis testosteron terganggu
• Turunnya jumlah sel leydig kemungkinan karena mengalami degenerasi
20. 4.1.2 Pengaruh Ekstrak Biji Pepaya (Carica papaya L.) terhadap Tebal Epitel
Tubulus Seminiferus pada Testis Mencit (Mus musculus) Jantan
• F hitung > F tabel 0,05, ada pengaruh nyata pemberian ekstrak biji pepaya
terhadap penurunan tebal epitel tubulus seminiferus
• Perlakuan P1K1 sudah mampu menurunkan tebal epitel tubulus
seminiferus dan P2K4 adalah perlakuan terbaik
• Turunnya tebal epitel tubulus seminiferus disebabkan oleh turunnya
jumlah sel spermatogenik penyusun epitel tubulus seminiferus
• Saponin dan flavonoid bersifat sitotoksik dan sitostatik, sehingga
menyebabkan turunnya jumlah sel spermatogenik
• Steroid, triterpenoid dan alkaloid mampu menurunan jumlah sel
spermatogenik yaitu dengan menganggu hormon FSH, LH dan
testosteron
• Papain dan chymopapain mampu menguraikan ikatan-ikatan dalam
melekul protein sebagai bahan baku sintesis hormon akibatnya sintesis
hormon reproduksi akan menurun
• Turunnya kadar hormon FSH, LH&testosteron menyebabkan turunnya
jumlah sel sertoli dan sel spermatogenik sehingga komponen sel
dalam tubulus seminiferus mengalami degenerasi& menurun
21. 4.1.3.1 Pengaruh Interaksi Antara Jenis dan Dosis Ekstrak Biji Pepaya (Carica
papaya L.) terhadap Jumlah Sel Spermatogonium pada Testis Mencit (Mus
musculus)
• Fhitung > Ftabel 0,05 pada faktor K (testis kanan)
• Fhitung > Ftabel 0,05 pada faktor P dan K (testis kiri)
• P2 menurunkan jumlah sel spermatogonium lebih baik dari pada P1
• K4 menurunkan jumlah sel spermatogonium lebih baik dari pada K1, K2&K3
• Semakin tinggi dosis yang diberikan maka jumlah sel spermatogonium semakin
menurun
• Sel-sel dalam tubulus seminiferus mempunyai sensintivitas yang berbeda
terhadap pengaruh dari luar
• Ekstrak biji pepaya muda dan ekstrak biji pepaya tua mengandung zat aktif yang
sama tetapi konsentrasi zat aktif tersebut berbeda
• Zat aktif yang terkandung dalam biji pepaya tersebut bisa berefek sitotoksik,
anti androgen atau berefek estrogenik
• Saponin dan flavonoid digunakan sebagai bahan baku sintesis steroid&bersifat
estrogenik, sehingga menyebabakan umpan balik negatif akan menurunkan
sekresi GnRH, akibatnya LH, FSH&testosteron juga menurun yang menyebabkan
turunnya jumlah sel spermatogonium
22. 4.1.3.2 Pengaruh Interaksi Antara Jenis dan Dosis Ekstrak Biji Pepaya
(Carica papaya L.) terhadap Jumlah Sel Spermatosit pada Testis
Mencit (Mus musculus)
• Fhitung > Ftabel 0,05 pada faktor K (testis kanan) dan Fhitung < Ftabel 0,05 (testis kiri)
• K4 menurunkan jumlah sel spermatosit lebih baik dari pada K1, K2&K3
• Perbedaan aliran darah pada testis kanan&kiri menyebabkan zat aktif diterima
kedua tetis juga berbeda
• Ekstrak biji pepaya muda&tua dapat menurunkan jumlah sel spermatogenik
• Ekstrak biji pepaya mempengaruhi spermatogenesis dengan jalan menghambat
penyampaian hormon yang dihasilkan pituitary-gonadotropin menuju post
testicular
• Flavonoid dapat menghambat enzim aromatase&saponin yang tergolong berinti
steroid digunakan untuk membentuk hormon progesteron
• Estradiol &progesteron dapat menganggu produksi FSH&LH
• Testosteron berperanan pada pembelahan profase meiosis pertama tahap
diakinesis
• Spermatosit sensitif terhadap pengaruh luar dan cenderung mengalami
kerusakan setelah profase meiosis pertama khususnya pada tahap pakiten
23. 4.1.3.3 Pengaruh Interaksi Antara Jenis dan Dosis Ekstrak Biji Pepaya (Carica
papaya L.) terhadap Jumlah Sel Spermatid pada Testis Mencit (Mus
musculus)
• Fhitung > Ftabel 0,05 pada faktor K (testis kanan)
• Fhitung > Ftabel 0,05 pada faktor P dan K (testis kiri)
• P2 mampu menurunkan rata-rata sel spermatid lebih rendah dari pada P1
• K4 menurunkan jumlah sel spermatid lebih baik dari pada K1, K2&K3
• Saponin yang tergolong berinti steroid&triterpenoid menyebabkan umpan
balik negatif pada poros hipotalamus-hipofisis-testis yang menyebabkan
sekresi GnRH menurun, sehingga FSH, LH &testosteron
• Penurunan FSH dan testosteron menyebabkan kerja sel sertoli menjadi tidak
optimal, hal ini menyebabkan suplai nutrien dan ABP terganggu.
• Penurunan FSH&testosteron mengakibatkan terlepasnya spermatid dari sel
sertoli ke lumen tubulus
• Semakin tinggi dosis yang diberikan maka, zat aktif yang terkandung juga
semakin tinggi sehingga mempengaruhi kerja hormon akibatnya
mengurangi jumlah sel-sel spermatogenik
• Tanin berperan sebagai chelator, mengikat enzim-enzim kunci pada sintesis
protein&dapat menggumpalkan protein sehingga phospat yang dihasilkan
tubuh menjadi tidak aktif
24. 4.1.3.4 Pengaruh Interaksi Antara Jenis dan Dosis Ekstrak Biji Pepaya
(Carica papaya L.) terhadap Jumlah Sel Leydig pada Testis Mencit
(Mus musculus)
• Fhitung > Ftabel 0,05 pada faktor P dan K (testis kanan&kiri)
• P2 mampu menurunkan jumlah sel leydig lebih rendah dari pada P1
• K4 menurunkan jumlah sel leydig lebih baik dari pada K1, K2&K3
• Ekstrak biji pepaya tua menyebabkan degenerasi sel leydig
• Ekstrak biji pepaya muda tidak dapat menurunkan secara
bermakna sel leydig
• Alkaloid menyebabkan gangguan pada membran sel
• Flavonoid bersifat estrogenik sehingga dapat menghambat sekresi
LH yang menyebabkan berkurangnya jumlah sel leydig
• Alkaloid, flavonoid dan tanin dapat merusak mitokondria sel leydig,
sel spermatogenik&sel sertoli
25. 4.1.3.5 Pengaruh Interaksi Antara Jenis dan Dosis Ekstrak Biji Pepaya
(Carica papaya L.) terhadap Tebal Epitel Tubulus Seminiferus pada
Testis Mencit (Mus musculus)
• Fhitung > Ftabel 0,05 pada faktor P,K dan PK (testis kanan)
• Fhitung > Ftabel 0,05 pada faktor P dan K (testis kiri)
• P2 mampu menurunkan tebal epitel tubulus seminiferus lebih rendah dari
pada P1
• K4 menurunkan tebal epitel tubulus seminiferuslebih baik dari pada K1,
K2&K3
• Turunnya jumlah sel spermatogenik, sel leydig&sel sertoli dapat melalui
hormonal maupun secara langsung
• FSH berperan dalam menstimulus sel sertoli, LH berfungsi merangsang sel
leydig untuk mensekresikan testosteron dan testosteron berperan dalam
pembelahan meiosis untuk membentuk spermatosit sekunder
• Saponin&flavonoid dapat bersifat sitotoksik dan sitostatik
• Alkaloid steroid dipakai sebagai bahan dasar pembuatan hormon steroid
• Papain dan chymopapain pada biji pepaya mempunyai kemampuan
menguraikan ikatan-ikatan dalam molekul protein
• Zat aktif dalam ekstrak biji pepaya dapat menurunkan jumlah sel
spermatogenik, sel sertoli&sel leydig yang menyebabkan pengurangan pada
tebal epitel tubulus seminiferus.
26. 5.1 Kesimpulan
1. Pemberian ekstrak biji pepaya dapat mempengaruhi spermatogenesis
mencit
2. Pemberian ekstrak biji pepaya dapat mempengaruhi tebal epitel
tubulus seminiferus mencit
3. Kombinasi perlakuan dosis dan jenis ekstrak biji pepaya memberikan
efek berbeda dalam mempengaruhi spermatogenesis dan tebal epitel
tubulus seminiferus mencit
5.2 Saran
Agar dilakukan penelitian lanjutan guna mengetahui efek toksisitas
ekstrak biji pepaya melaluai organ-organ yang terkait dengan uji toksisitas
seperti hepar dan ginjal. Selain itu juga perlu dilakukan pengujian efek
ekstrak biji pepaya terhadap mencit betina, misalnya perkembangan folikel
ovarium dan implantasi embrio
BAB V