3. Syahadat yang
lurus
Keimanan yang teguh
Keteladanan Mushab Bin Umair
Syahadat hakikatnya merupakan ikrar/persaksian yang teguh
yang mengandung dua tuntutan dasar pilar Islam. Yakni
memurnikan pengabdian kepada Allah (‘ubudiyyah) semata
dan ketaatan pada Rasulullah ﷺ
.
4. Memaknai Syahadat
Tidak ada yang layak dia
sembah dan dia cintai
kecuali Allah
Tak ada satu manusia
pun yang layak diikuti
dan dicintai selain
Muhammad Rasulullah
5. Konsekuensi dari Bersyahadat
Bersyahadat berarti beriman
“Sesungguhnya perkataan orang-orang yang beriman, ketika
dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menerapkan
hukum (dengan syariat Islam) di antara mereka, mereka
mengatakan, ‘Kami mendengar dan kami taat’. Dan merekalah
orang-orang yang beruntung.”
(QS An-Nuur[24]: 51)
Kita akan senantiasa terikat dengan aturan Allah
6. Buah dari Keimanan yang Benar
Memiliki kesadaran bahwa Allah SWT senantiasa bersama dan mengawasi kita
7. Buah dari Keimanan yang Benar
Seluruh sifat Allah akan senantiasa melekat dalam kesadaran kita
Maha Pengatur
Maha Pemberi Kecukupan
Maha Pemberi Petunjuk
8. Buah dari Keimanan yang Benar
Tunduk pada seluruh perintah dan larangan-Nya. Sekaligus bersegera
melaksanakan ketundukan tersebut walaupun bertentangan dengan keinginan
dirinya.
9. Hal ini karena kita yakin seluruh hukum Allah pasti baik, karena
berasal dari Zat Yang Mahabaik, pasti sempurna karena berasal dari Zat
Yang Mahasempurna, dan pasti benar karena berasal dari Zat Yang
Mahabenar.
“Katakanlah, ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,
niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu, dan Allah
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’”
(QS Ali Imran[3]: 31)
14. “Dan tidak patut bagi mukmin dan tidak patut pula bagi
mukminat, jika Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan satu
keputuskan (hukum), akan ada bagi mereka pilihan (yang
lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai
Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh ia telah sesat dengan
kesesatan yang nyata.”
(QS Al-Ahzab[33]:36)
Akibat dari pilah – pilih hukum Allah
15. “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami
akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi,
tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami
siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.”
QS. Al A’raaf [7]: 96
Janji Allah Bagi Mereka yang Benar-
Benar Beriman
16. Yuk, menjadi muslim sesungguhnya!
● Memegang teguh ajaran Islam
● Menjalankan syari’at Islam secara kaffah
● Menyebarkan Islam
Editor's Notes
https://www.bsmu.or.id/2021/08/29/kisah-hijrah-mushab-bin-umair-menjadi-pribadi-luar-biasa/
Mush’ab bin Umair ra juga termasuk sosok pecinta sejati. Dia adalah seorang yang pernah dikatakan Rasulullah dengan sabdanya, “Sungguh aku melihat Mush’ab ini sebagai pemuda yang tidak ada duanya di kota Makkah dalam hal memperoleh kesenangan dari orang tuanya, namun ditinggalkannya semua itu karena cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya.”
Maka, tatkala seseorang mengucapkan syahadat tauhid (أشهد أن لا إله إلا الله), sesungguhnya dia tengah mengazamkan dalam dirinya dan menancapkan mafhum ’ubudiyah dalam benaknya. Bahwa tidak ada yang layak dia sembah dan dia cintai kecuali Allah, Zat Yang Maha Pencipta dan Mahasempurna. Zat tempat dia kembali dan Yang Akan Menghisabnya di akhirat nanti.
Dan tatkala seseorang –pada saat yang bersamaan—bersyahadat dengan syahadat Rasul (و أشهد أن محمدا رسول الله), sesungguhnya dia juga tengah menyaksikan dan berjanji sepenuh hati, bahwa Muhammad adalah utusan Allah, yang membawa wahyu untuk ditaati olehnya dan oleh seluruh umat manusia. Sehingga, tak ada satu manusia pun yang layak diikuti dan dicintai selain Muhammad Rasulullah ﷺ.
Pada tataran praktis, keimanan yang benar secara pasti akan senantiasa mengarahkan setiap mukmin agar terus berada dalam kehidupan yang lurus dan bersih. Karena keimanan ini paling tidak, akan membuatnya memiliki kesadaran bahwa Allah SWT senantiasa bersama dan mengawasi dia (ma’iyyatullah/muraqabatullah) di mana pun dia berada.
Oleh karenanya, dengan keimanan seperti ini seluruh sifat Allah akan senantiasa melekat dalam kesadarannya. Demikian juga dengan pokok-pokok keimanan lain yang tertuang dalam Alquran dan Sunah, akan senantiasa berpengaruh dalam kehidupannya ketika dia berpikir dan bersikap.
dia akan tunduk pada seluruh perintah dan larangan-Nya. Sekaligus bersegera melaksanakan ketundukan tesebut (mubādirah ila iltizāmi bisy-syar’i) sekalipun secara zahir ketentuan-ketentuan Allah tadi bertentangan dengan keinginan dirinya atau bahkan bertentangan dengan kehendak manusia seluruhnya.
Oleh karena itu, bagi seorang mukmin sejati, kecintaan kepada Allah dan Rasul akan (dan wajib) menjadi karakter yang terus melekat pada dirinya. Yang akan senantiasa dia buktikan dalam bentuk ketaatan dan ketundukan kepada Allah dan Rasul-Nya
Persoalannya adalah, saat ini telah terjadi kesamaran pada diri umat akan hakikat syariat/ketetapan Allah dan Rasul-Nya. Sehingga, gambaran ketundukan yang menjadi konsekuensi iman tadi pun hanya terbatas pada ketundukan dalam aturan-aturan ibadah dan akhlak saja.
pribadi-pribadi muslim yang pecah kepribadian
Berjilbab tapi pacarana
Muslim tapi tawuran -> tradisi perang sarung
Berzakat tapi riba
Karena itu, tak heran jika di negeri yang penduduknya mayoritas muslim ini berbagai kemaksiatan merajalela: Praktik riba, korupsi, perjudian, perzinaan, pergaulan bebas, dan lain-lain. Bahkan cara berpikir umat pun sudah teracuni pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan akidah Islam dan syariatnya.
Mulai dari (1) hukum-hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, yakni urusan akidah dan ibadah; (2) hukum-hukum yang mengatur hubungan manusia dengan dirinya, seperti masalah akhlak, pakaian, makanan, dan minuman; serta (3) hukum-hukum yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya, yang tercakup dalam masalah muamalat (seperti sistem pergaulan, ekonomi, politik pemerintahan (dalam dan luar negeri, dll.), dan uqubat (sistem persanksian).
Keimanan kaum muslim saat ini, telah kehilangan gambaran tentang hakikat kehidupan dunia yang fana, kekekalan kampung akhirat, adanya yaumil hisab, pedihnya jahanam, kenikmatan surga, dan lain-lain.
Sehingga akhirnya, orientasi kehidupan mereka kini tak lagi “mengarah ke langit”, tetapi justru fokus terhadap apa yang ada di muka bumi.
Ceritakan peradaban islam dahulu
umar bin abdul azizMalik bin Dinar berkata:"Ketika Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi khalifah, para penggembala kambing di puncak gunung berkata: 'Siapakah khalifah yang saleh yang sedang memerintah manusia sekarang ini ?'Lalu orang-orang yang berasal dari kota bertanya kepada mereka: 'Mengapa kalian mengetahui semua itu?'Para penggembala menjawab: 'Sesungguhnya pemerintahan apabila dipegang oleh seorang khalifah yang saleh, serigala dan singa tidak akan mengganggu kambing-kambing kami !' "
Dia akan menjadikan umatnya sebagai orang-orang yang berkuasa di bumi, yakni menjadi para pemimpin manusia dan penguasa mereka. Dengan mereka negeri akan menjadi baik dan semua hamba Allah akan tunduk kepada mereka. Dan Allah akan menukar keadaan mereka sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa dan menjadi penguasa atas manusia.