SlideShare a Scribd company logo
Analisis Alinyemen Horizontal... (Hanna Santanu, Ferry Pradana K, Novia Intan
H, Yan Agus Wira A/ hal. 1-11)
MARSHALL,VOL.2,NO.1,JANUARI 2014 60
ANALISIS ALINYEMEN HORIZONTAL
(Studi kasus Jl. Kaliurang km. 3 – 4 Yogyakarta)
1
Hanna Santanu,, 2
Ferry Pradana K, 3
Novia Intan H, 4
Yan Agus Wira A
1,2,3,4
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan, FT UNY
noviyaintan@ymail.com
ABSTRAK
Jalan merupakan infrastruktur penting di segala zaman. Jalan merupakan
alat penghubung antara wilayah satu dengan yang lainnya. Jalan terdiri dari 2
bagian yaitu jalan lurus maupun tikungan. Dalam pembangunan jalan raya perlu
perencanaan dan pembangunan yang tepat agar sesuai dengan standar,
terutama dalam perancangan sebuah tiungan. Sebuah tikungan diperlukan
perencanaan yang baik supaya menghindari efek kecelakaan lalu lintas. Namun
kebanyakan jalan dan tikungan di Indonesia belum sesuai standar yang
ditentukan, hal tersebut terjadi karena kurangnya pengawasan perencanaan dan
pembangunan dari pihak terkait. Padahal jalan dan tikungan menjadi
penghubung fleksibilitas antar titik dan juga merupakan akses mobilitas maupun
aksesbilitas bagi masyarakat. Seperti keadaan jalan di tikungan Ngawen,
Gamping, Yogyakarta. Keadaan jalan yang menikung menjadi daya tarik untuk
menganalisa lebih jauh. Lokasinya yang termasuk jalan utama di Ring Road
Barat menjadi pacuan untuk mengetahui bagaimana kelengkungannya.
Kata kunci :Jalan, Kondisi jalan, Perencanaan alinyemen horisontal.
PENDAHULUAN
Jalan merupakan alat penghubung antara wilayah satu dengan yang
lainnya. Dalam pembangunan jalan raya perlu perencanaan dan pembangunan
yang tepat agar sesuai dengan standar. Jalan raya terdiri dari 2 bagian yaitu
bagian lurus dan bagian lengkung (tikungan). Untuk perencanaan sebuah jalan
raya diperlukan perencanaan yang baik supaya menghindari efek kecelakaan
lalu lintas. Maka dari itu, untuk memenuhi syarat jalan raya yang baik diperlukan
perhitungan yang tepat. Tidak boleh sembarangan dan harus dipertimbangkan
dengan baik. Hal ini untuk meminimalisir terjadinya masalah dalam jangka
pendek maupun jangka panjang. Diharapkan dengan pembangunan infrastruktur
jalan bagian lurus dan tikungan yang sesuai standar maka kenyamanan dan
mobilitas masyarakat dalam berkendara akan terjamin. Dengan demikian,
diharapkan didapat analisis yang baik pada pengadaan jalan tersebut, guna
memberikan kenyamanan dan keamanan kepada para pengguna jalan. Dalam
perencanaan Geometrik jalan tidak lepas dari perhitungan – perhitungan yang
kompleks, diantaranya penentuan alinyemen horizontal. Seperti keadaan jalan di
tikungan Ngawen, Gamping, Yogyakarta. Keadaan jalan yang menikung menjadi
daya tarik untuk menganalisa lebih jauh. Lokasinya yang termasuk jalan utama di
Analisis Alinyemen Horizontal... (Hanna Santanu, Ferry Pradana K, Novia Intan
H, Yan Agus Wira A/ hal. 1-11)
MARSHALL,VOL.2,NO.1,JANUARI 2014 61
Ring Road Barat menjadi pacuan untuk mengetahui bagaimana kelengkungan
dan besar lengkungnya.
KAJIAN TEORI
Alinyemen Horisontal
Dalam perencanaan Geometrik jalan tidak lepas dari perhitungan –
perhitungan yang kompleks, diantaranya penentuan alinyemen horizontal.
Alinyemen horizontal yang disebut juga situasi jalan atau trase jalan merupakan
proyeksi sumbu jalan pada bidang horizontal. Agar lebih mudah diingat,
alinyemen horizontal dapat dilihat dari sudut pandang atas, seperti melihat suatu
peta. Alinyemen horizontal terdiri atas dua bagian yaitu bagian lurus dan bagian
lengkung (tikungan). Perencanaan geometri pada bagian lengkung dimaksudkan
untuk mengimbangi gaya sentrifugal yang diterima oleh kendaraan yang berjalan
pada kecepatan (VR). Gaya sentrifugal adalah efek semu yang ditimbulkan ketika
sebuah benda melakukan gerak melingkar menjauhi pusat putaran, dengan kata
lain ketika sebuah kendaraan melewati suatu tikungan maka akan mengalami
gaya yang mengarah keluar atau menjauh dari pusat tikungan. Pada bagian
lengkung (tikungan) itu sendiri terdiri dari 3 macam yaitu lengkung full circle,
spiral-circle-spiral, dan spiral-spiral.
Lengkungan Penuh (Full Circle)
Tidak semua lengkung dapat dibuat berbentuk busur lingkaran
sederhana, hanya lengkung dengan radius besar yang diperbolehkan. Bentuk
tikungan ini dipergunakan apabila di peroleh R yang sangat kecil dan sudut
tangen (▲) juga sangat kecil. Pada tikungan yang tajam, dimana jari-jari tikungan
kecil dan superelevasi yang diperlukan besar, tikungan berbentuk lingkaran akan
menyebabkan perubahan kemiringan melintang yang besar, sehingga akan
menimbulkan kesan patah pada tepi perkerasan sebelah luar.
Dikarenakan tikungan ini hanya berbentuk lingkaran saja, maka
pencapaian superelevasi dilakukan sebagian pada bagian yang lurus dan
sebagian lagi dilakukan pada bagian yang lengkung (lingkaran). Pada bagian
tikungan tidak terdapat bagian lengkungan peralihan, maka pencapaian
superelevasi disebut panjang lengkung peralihan fiktif (Ls’). Menurut Bina Marga,
panjang lengkung peralihan fiktif ditempatkan pada bagian jalan lurus sebesar ¾
Ls’ jadi terletak di sebelah kiri TC atau sebelah kanan CT, sedangkan pada
bagian lingkaran atau bagian lengkung sebesar ¼ Ls’ (Rekayasa Jalan Raya.
2008)
Analisis Alinyemen Horizontal... (Hanna Santanu, Ferry Pradana K, Novia Intan
H, Yan Agus Wira A/ hal. 1-11)
MARSHALL,VOL.2,NO.1,JANUARI 2014 62
Gambar 1. Full Circle
(Sumber: Sylvia, 2004)
Keterangan:
TC = Titik peralihan tangen-circle
CT = Titik peralihan circle-tanngen
PH = Titik perpotongan horizontal
∆ = sudut tangen/ sudut perpotongan
T = Jarak antara TC – PH
R = Radius lengkung
Garis O – PH = garis bagi sudut TC – O – CT, maka
T = R tg ½ ∆ ...............................................................................................
(1)
E = T tg ½ ∆ ............................................................................................... (2)
E = √(R2
+T2
) – R
E = (
R
cos 1/2 ∆
)- R
E = R ( sec ½ ∆ - 1 ) ....................................................................................
(3)
Lc = (
∆
360
)x 2 π R .........................................................................................
(4)
Lc = (
∆π
180
)xR
= 0,01745 . ∆ . R ......................................................................................
(5)
∆ dalam satuan derajat
Gambar tersebut menunjukkan lengkung horizontal berbentuk busur
lingkaran sederhana. Bagian lurus dari jalan (di kiri TC atau di kanan CT)
dinamakan bagian “tangen”. Titik peralihan dari bentuk tangen ke bentuk busur
lingkaran (circle) dinamakan titik TC dan titik peralihan dari busur lingkaran
(circle) ke tangen dinamakan titik CT. Jika bagian-bagian lurus dari jalan tersebut
diteruskan akan memotong titik yang diberi nama PH (Perpotongan Horizontal),
sudut yang dibentuk oleh kedua garis tersebut, dinamakan “sudut perpotongan”,
bersimbul β. Jarak antara TC – PH diberi simbul Tc. Ketajaman lengkung
dinyatakan oleh radius Rc. Jika lengkung yang dibuat simetris, maka garis 0-PH
merupakan garis bagi sudut TC-O-CT. Jarak antara titik PH dan busur lingkaran
dinamakan Ec. Lc adalah panjang busur lingkaran.
Analisis Alinyemen Horizontal... (Hanna Santanu, Ferry Pradana K, Novia Intan
H, Yan Agus Wira A/ hal. 1-11)
MARSHALL,VOL.2,NO.1,JANUARI 2014 63
Spiral – Circle – Spiral (SCS)
Dalam bentuk tikungan ini, spiral disini merupakan lengkung peralihan
dari bagian lurus (tangen) berubah menjadi bentuk lingkaran (circle). Pada saat
kendaraan melaju di daerah spiral, maka terjadi perubahan gaya sentrifugal yang
terjadi mulai dari 0 ke harga berikut:
F =
m.V2
R.Ls
......................................................................................................... (6)
Bentuk tikungan tipe ini digunakan pada tikungan yang tajam dan
mempunyai sudut tangen yang besar dan dapat dihitung menggunakan formula
sebagai berikut :
x = L(1 −
L2
40 R2
)........................................................................................... (7)
y =
L2
6R
.......................................................................................................... (8)
Gambar 2. Spiral-Circle-Spiral
(Sumber: Sylvia, 2004)
Dari gambar terlihat bahwa TS-SC adalah lengkung peralihan berbentuk
spiral yang menghubungkan jalan lurus dengan lingkaran dengan radius Rc, dan
untuk mempertemukan lingkaran dengan spiral ini, maka lengkung lingkaran
digeser sejauh HF = HF’ = p yang terletak sejauh k dari awal lengkung (titik TS).
Jika sudut pusat lingkaran adalah θc dan sudut spiral θs dan besarnya
sudut perpotongan kedua tangan adalah ∆ , maka:
θc = ∆ - 2θs ................................................................................................ (9)
E = ( Rc + p ) sec ½ ∆ - Rc ......................................................................
(10)
TS = ( Rc + p ) tg ½ ∆ + k ......................................................................... (11)
Lc = (
θc
180
)x π Rc .......................................................................................
(12)
L = Lc + 2 Ls ............................................................................................
(13)
p = (
Ls2
6Rc
)-Rc (1-cosθs) ............................................................................
(14)
Analisis Alinyemen Horizontal... (Hanna Santanu, Ferry Pradana K, Novia Intan
H, Yan Agus Wira A/ hal. 1-11)
MARSHALL,VOL.2,NO.1,JANUARI 2014 64
k = Ls-
Ls3
40 Rc2 -Rcsinθs ............................................................................
(15)
Untuk nilai p dan k yang diperoleh dari rumus diatas, tidak perlu dikalikan
dengan Ls. Tetapi untik nilai p dan k yang diperoleh dari tabel dengan θs
tertentu, berlaku:
Untuk Ls = Ls, p = p* dan k = k* ; Untuk Ls = 1m, p = p* x Ls dan k = k* x Ls
Keterangan: p* dan k* adalah nilai yang tercantum pada tabel.
Pada jenis tikungan ini sebaiknya memperhatikan kontrol yang ditetapkan
yaitu:Sebaiknya Lc ≥ 20 ; Lc< 2 Ts. Dengan demikian pada jenis tikungan ini
terdapat radius lengkung minimum yang dapat dipergunakan untuk perencanaan
sehubugan dengan besarnya sudut tangen, kecepatan rencana dan batasan
superelevasi maksimum yang dipilih.
Jika panjang lengkung peralihan dari TS ke SC adalah LS dan R pada SC adalah
Rc, maka :
θs =
Ls
2Rc
radial .......................................................................................... (16)
θs =
90Ls
πRc
derajat ....................................................................................... (17)
p =
Ls2
6Rc
− Rc (1 − cosθs) ....................................................................... (18)
k = Ls −
Ls3
40Rc2
− Rc sin θs ...................................................................... (19)
Untuk Ls = 1m, p = p* dan k = k*, dan untuk Ls = Ls, p = p*. Ls dan k = k*.
Ls p* dan k* untuk setiap nilai θs diberikan pada tabel 6. Sudut pusat lingkaran =
θc, dan sudut spiral = θs. Jika besarnya sudut perpotongan kedua tangen adalah
β, maka :
θc = β − θs............................................................................................... (20)
Es = (Rc + p) sec
1
2
βRc ........................................................................... (21)
Ts = (Rc + P)tg
1
2
β + k ........................................................................... (22)
Lc =
θc
180
πRc ............................................................................................ (23)
Lc untuk lengkung S-C-S ini sebaiknya ≥ 20 m, maka radius yang
dipergunakan haruslah memenuhi syarat tersebut. Hal ini sangat dipengaruhi
oleh besarnya sudut β. Jadi terdapat radius minimum yang dapat dipergunakan
untuk perencanaan lengkung berbentuk spiral – lingkaran – spiral sehubungan
dengan besarnya sudut β, kecepatan rencana, dan batasan superelevasi
maksimum yang dipilih
Analisis Alinyemen Horizontal... (Hanna Santanu, Ferry Pradana K, Novia Intan
H, Yan Agus Wira A/ hal. 1-11)
MARSHALL,VOL.2,NO.1,JANUARI 2014 65
Gambar 3. Tabel Besaran p* dan k*
Spiral – Spiral
Lengkung peralihan dipasang pada bagian awal yaitu pada bagian ujung
dan di titik balik pada lengkungan untuk menjamin perubahan yang tidak
mendadak pada jari-jari tikungan, superelevasi, dan pelebaran jalan, sedangkan
bentuk lengkung peralihan terdiri dari tiga bentuk sebagai berikut :
a. Lemniscate Bernouli
b. Parabola Kubik
c. Clothoida (Spiral)
Gambar 4. Bentuk Lengkung Peralihan
(sumber: Rekayasa Jalan Raya. 2008)
Bila lengkung S-C-S dibuat tanpa busur lingkaran atau titik SC dan CS
berimpit, maka θs = ½ ∆. Bentuk seperti inilah yang dinamakan lengkung
horizontal spiral-spiral. Lengkung ini dipakai bila Lc < 20m.
Pada lengkung ini Rc yang harus sedemikian rupa sehingga:
Tabel 1. Rc
Analisis Alinyemen Horizontal... (Hanna Santanu, Ferry Pradana K, Novia Intan
H, Yan Agus Wira A/ hal. 1-11)
MARSHALL,VOL.2,NO.1,JANUARI 2014 66
Ls yang
dibutuhkan
≥ Ls yang menghasilkan landai relatif
minimum
Ls = (
θs.π.Rc
90
) ≥ (e + en) m . B Metoda BM
Ls = (
θs.Rc
28,648
) ≥ (e) B. M Metoda AASHTO
Dengan Ls tersebut dapat diperoleh nilai-nilai yang lain yaitu:
E = ( Rc + p ) sec ½ ∆ - Rc ......................................................................
(24)
TS = ( Rc + p ) tg ½ ∆ + k ..........................................................................
(25)
L = 2 Ls, dan sebagai kontrol adalah 2 Ls < 2 Ts ....................................
(26)
Dengan demikian pada jenis tikungan ini terdapat radius lengkung
minimum yang dapat dipergunakan untuk perencanaan sehubungan dengan
besarnya sudut tangen, kecepatan rencana dan batasan superelevasi maksimum
yang dipilih.
Gambar 5. LengkungSpiral-spiral
(Sumber: Sylvia, 2004)
Besar Lengkung Suatu Tikungan.
Dari hasil survey ke jalan yang dilakukan pada hari Jumat 11 Oktober
2013 didapatkan data sebagai berikut:
Jalan Ring Road Ngawen mempunyai lebar 18 m, di lalui kendaraan
bermotor dengan kecepatan rata-rata 80 Km/jam. Sehingga dapat di simpulkan
jika Jalan Ring Road Ngawen termasuk kelas jalan arteri primer.
Penyelesaian:
Berikut adalah data statistik yang diperoleh, yang dicocokan dengan gambar
tabel yang kami jadikan sebagai patokan dalam perhitungan besar lengkung
suatu tikungan yang kami teliti.
Analisis Alinyemen Horizontal... (Hanna Santanu, Ferry Pradana K, Novia Intan
H, Yan Agus Wira A/ hal. 1-11)
MARSHALL,VOL.2,NO.1,JANUARI 2014 67
Gambar 6. Tabel untuk mencari Ls
V = 80 Km/jam
R = 900 m
Ls = 50 m
e % = 3,6 %
Analisis Alinyemen Horizontal... (Hanna Santanu, Ferry Pradana K, Novia Intan
H, Yan Agus Wira A/ hal. 1-11)
MARSHALL,VOL.2,NO.1,JANUARI 2014 68
Gambar 7. Tabel yang Ls sudah diketahui.
Dengan adanya data Ls dan R , maka dapat diperoleh data sebagai berikut:
Qs = 1,59151
P = 0,1157
K = 24,9994
X = 49,9961
Y = 0,4629
Jawab :
TS = ( Rc + p ) tg ½ ∆ + k
= (900 + 0,1157) tg ½ 12 + 24,9994
= 119,61 m
𝐸𝑠 =
( 𝑅 + 𝑃)
cos
1
2
∆
− 𝑅
=
(900 + 0,1157)
cos
1
2
12
− 900
= 4,64
Analisis Alinyemen Horizontal... (Hanna Santanu, Ferry Pradana K, Novia Intan
H, Yan Agus Wira A/ hal. 1-11)
MARSHALL,VOL.2,NO.1,JANUARI 2014 69
Θc = ∆ - 2θs
= 12 – 2(1,59151)
= 8,817
L’ = (
θc
360
) x 2 π Rc
= (
8,817
360
)x 2. 3,14. 900
= 138,43
L = L’ + 2 Ls
= 138,43 + 2(65)
= 268,43
Jadi besar kelengkungan tikungan pada jalan Ring Road Barat, Ngawen,
Gamping, Yogykarta adalah 268,43
SIMPULAN
Dari makalah yang dibuat, diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Bentuk tikungan Full-Circle
Bentuk tikungan ini digunakan hanya pada tikungan dengan radius lengkung
yang besar dan sudut tangen yang kecil.
2. Bentuk tikungan Spiral-Circle-Spiral
Bentuk tikungan ini biasanya digunakan pada tikungan tajam yang memiliki
sudut tangen yang besar. Tikungan yang terdapat radius lengkung minimum
yang dapat dipergunakan untuk perencanaan sehubugan dengan besarnya
sudut tangen, kecepatan rencana dan batasan superelevasi maksimum yang
dipilih.
3. Bentuk tikungan spiral-spiral
Bentuk tikungan ini memiliki konsep yang hampir sama dengan lengkung
spiral-circle-spiral, hanya saja pada jenis tikungan ini tidak memiliki bagian
circle. Jenis tikungan ini juga terdapat radius lengkung minimum yang dapat
dipergunakan untuk perencanaan sehubungan dengan besarnya sudut
tangen, kecepatan rencana dan batasan superelevasi maksimum yang dipilih.
4. Perhitungan besar lengkung tikungan daerah ring road, ngawen, gamping,
yogyakarta adalah sebesar 268,43
SARAN
Setelah membuat makalah ini dapat kami sarankan bahwa untuk
merencanakan suatu tikungan perlu memperhatikan ruang gerak, bentuk, dan
perhitungan besar lengkung tikungan yang ditinjau dari kelas jalan tersebut, agar
nantinya dapat memenuhi standar keamanan yang sesuai dengan SNI serta
dapat mengurangi angka kecelakaan yang terjadi. Tentunya dalam perencanaan
geometrik tidak semata-mata hanya peran salah satu pihak saja, namun ada
kerjasama dari berbagai pihak yang berwenang untuk saling mengawasi
perencanaan, pengerjaan dan perawatan suatu jalan. Kedisiplinan pengguna
jalan juga turut serta mempengaruhi keselamatan lalu lintas.
DAFTAR RUJUKAN
Analisis Alinyemen Horizontal... (Hanna Santanu, Ferry Pradana K, Novia Intan
H, Yan Agus Wira A/ hal. 1-11)
MARSHALL,VOL.2,NO.1,JANUARI 2014 70
[1] American Association of State Highway and Transportation Officials
(AASHTO).
[2] Anonim.http://pendidikan-dan-teknologi.blogspot.com/2012/06/geomettrik-
jalan-khusus-jurusan-teknik.html. Diunduh pada hari Sabtu, 24 November
2012.
[3] Hendra Suryadharma. 2008. REKAYASA JALAN RAYA. Universitas
Atma Jaya
[4] Direktorat Jenderal Bina Marga, 1997. TATA CARA PERENCANAAN
GEOMTRIK JALAN ANTAR KOTA No. 038?TBM/1997
[5] Sylvia, Indriany, 2004. Perencanaan Geometrik Jalan. Pusat
Pengembangan Bahan Ajar – UMB. Jurusan Teknik Sipil. Fakultas Teknik
Sipil dan Perencanaan. Universitas Mercu Buana

More Related Content

What's hot

Pedoman desain geometrik jalan 2020
Pedoman desain geometrik jalan 2020Pedoman desain geometrik jalan 2020
Pedoman desain geometrik jalan 2020
University of Widyagama Malang
 
Tata Cara Konstruksi Sistem Drainase Perkotaan - Bagian 1
Tata Cara Konstruksi Sistem Drainase Perkotaan - Bagian 1Tata Cara Konstruksi Sistem Drainase Perkotaan - Bagian 1
Tata Cara Konstruksi Sistem Drainase Perkotaan - Bagian 1
Joy Irman
 
Geometrik jalan presentasi
Geometrik jalan presentasiGeometrik jalan presentasi
Geometrik jalan presentasi
Ayu Fatimah Zahra
 
Mkji simpang bersinyal
Mkji   simpang bersinyalMkji   simpang bersinyal
Mkji simpang bersinyal
abay31
 
Sistem Drainase Kota
Sistem Drainase KotaSistem Drainase Kota
Sistem Drainase Kota
Joy Irman
 
3.8 perhitungan debit rencana
3.8 perhitungan debit rencana3.8 perhitungan debit rencana
3.8 perhitungan debit rencana
vieta_ressang
 
Ppt tugas kelompok sistem bangunan irigasi
Ppt tugas kelompok sistem bangunan irigasiPpt tugas kelompok sistem bangunan irigasi
Ppt tugas kelompok sistem bangunan irigasi
MOSES HADUN
 
Perancangan Geometrik Jalan
Perancangan Geometrik JalanPerancangan Geometrik Jalan
Perancangan Geometrik Jalan
Christian indrajaya, ST, MT
 
Cara menghitung alinyemen horizontal
Cara menghitung alinyemen horizontalCara menghitung alinyemen horizontal
Cara menghitung alinyemen horizontal
Julia Maidar
 
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp 2
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp 2Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp 2
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp 2
infosanitasi
 
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
infosanitasi
 
Menghitung Curah hujan rata-rata dengan Metode aljabar
Menghitung Curah hujan rata-rata dengan Metode aljabarMenghitung Curah hujan rata-rata dengan Metode aljabar
Menghitung Curah hujan rata-rata dengan Metode aljabar
Yosua Freddyta'tama
 
Analisis Frekuensi
Analisis FrekuensiAnalisis Frekuensi
Analisis Frekuensi
Dian Werokila
 
Penilaian Kinerja Daerah Irigasi Batulicin dan Daerah Irigasi Sungai Bungur
Penilaian Kinerja Daerah Irigasi Batulicin dan Daerah Irigasi Sungai BungurPenilaian Kinerja Daerah Irigasi Batulicin dan Daerah Irigasi Sungai Bungur
Penilaian Kinerja Daerah Irigasi Batulicin dan Daerah Irigasi Sungai Bungur
Agung Noorsamsi
 
Irbang dije bab 2&amp;3
Irbang dije bab 2&amp;3Irbang dije bab 2&amp;3
Irbang dije bab 2&amp;3
Choa Sutha
 
PETA IRIGASI OBEL MINE'13 UNIPA
PETA IRIGASI OBEL MINE'13 UNIPAPETA IRIGASI OBEL MINE'13 UNIPA
PETA IRIGASI OBEL MINE'13 UNIPA
UNIVERSITY OF PAPUA
 
Teori perhitungan teodolith
Teori perhitungan teodolithTeori perhitungan teodolith
Teori perhitungan teodolith
lalu hadi sadikin
 
Mekanika fluida 2 pertemuan 4 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 4 okkMekanika fluida 2 pertemuan 4 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 4 okk
Marfizal Marfizal
 
4.2 pelaksanaan pekerjaan abudment
4.2 pelaksanaan pekerjaan abudment4.2 pelaksanaan pekerjaan abudment
4.2 pelaksanaan pekerjaan abudment
MuhamadFarhan64
 

What's hot (20)

Pedoman desain geometrik jalan 2020
Pedoman desain geometrik jalan 2020Pedoman desain geometrik jalan 2020
Pedoman desain geometrik jalan 2020
 
Tata Cara Konstruksi Sistem Drainase Perkotaan - Bagian 1
Tata Cara Konstruksi Sistem Drainase Perkotaan - Bagian 1Tata Cara Konstruksi Sistem Drainase Perkotaan - Bagian 1
Tata Cara Konstruksi Sistem Drainase Perkotaan - Bagian 1
 
Geometrik jalan presentasi
Geometrik jalan presentasiGeometrik jalan presentasi
Geometrik jalan presentasi
 
Mkji simpang bersinyal
Mkji   simpang bersinyalMkji   simpang bersinyal
Mkji simpang bersinyal
 
Sistem Drainase Kota
Sistem Drainase KotaSistem Drainase Kota
Sistem Drainase Kota
 
3.8 perhitungan debit rencana
3.8 perhitungan debit rencana3.8 perhitungan debit rencana
3.8 perhitungan debit rencana
 
Ppt tugas kelompok sistem bangunan irigasi
Ppt tugas kelompok sistem bangunan irigasiPpt tugas kelompok sistem bangunan irigasi
Ppt tugas kelompok sistem bangunan irigasi
 
Perancangan Geometrik Jalan
Perancangan Geometrik JalanPerancangan Geometrik Jalan
Perancangan Geometrik Jalan
 
Cara menghitung alinyemen horizontal
Cara menghitung alinyemen horizontalCara menghitung alinyemen horizontal
Cara menghitung alinyemen horizontal
 
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp 2
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp 2Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp 2
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp 2
 
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
 
Persimpangan
PersimpanganPersimpangan
Persimpangan
 
Menghitung Curah hujan rata-rata dengan Metode aljabar
Menghitung Curah hujan rata-rata dengan Metode aljabarMenghitung Curah hujan rata-rata dengan Metode aljabar
Menghitung Curah hujan rata-rata dengan Metode aljabar
 
Analisis Frekuensi
Analisis FrekuensiAnalisis Frekuensi
Analisis Frekuensi
 
Penilaian Kinerja Daerah Irigasi Batulicin dan Daerah Irigasi Sungai Bungur
Penilaian Kinerja Daerah Irigasi Batulicin dan Daerah Irigasi Sungai BungurPenilaian Kinerja Daerah Irigasi Batulicin dan Daerah Irigasi Sungai Bungur
Penilaian Kinerja Daerah Irigasi Batulicin dan Daerah Irigasi Sungai Bungur
 
Irbang dije bab 2&amp;3
Irbang dije bab 2&amp;3Irbang dije bab 2&amp;3
Irbang dije bab 2&amp;3
 
PETA IRIGASI OBEL MINE'13 UNIPA
PETA IRIGASI OBEL MINE'13 UNIPAPETA IRIGASI OBEL MINE'13 UNIPA
PETA IRIGASI OBEL MINE'13 UNIPA
 
Teori perhitungan teodolith
Teori perhitungan teodolithTeori perhitungan teodolith
Teori perhitungan teodolith
 
Mekanika fluida 2 pertemuan 4 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 4 okkMekanika fluida 2 pertemuan 4 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 4 okk
 
4.2 pelaksanaan pekerjaan abudment
4.2 pelaksanaan pekerjaan abudment4.2 pelaksanaan pekerjaan abudment
4.2 pelaksanaan pekerjaan abudment
 

Viewers also liked

jurnal Konstruksi jalan
jurnal Konstruksi jalanjurnal Konstruksi jalan
jurnal Konstruksi jalan
E Sanjani
 
jurnal Konstruksi jalan
jurnal Konstruksi jalanjurnal Konstruksi jalan
jurnal Konstruksi jalan
E Sanjani
 
Standard Geometrik Jalan Tol
Standard Geometrik Jalan TolStandard Geometrik Jalan Tol
Standard Geometrik Jalan Tol
faisal_fafa
 
jurnal Konstruksi jalan
jurnal Konstruksi jalanjurnal Konstruksi jalan
jurnal Konstruksi jalan
E Sanjani
 
Bab iv jalan raya
Bab iv jalan rayaBab iv jalan raya
Soal uas mk perancangan geometrik jalan
Soal uas mk perancangan geometrik jalanSoal uas mk perancangan geometrik jalan
Soal uas mk perancangan geometrik jalan
Rizky Faisal
 
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)afifsalim
 
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
andribacotid
 
Makalah perkerasan jalan
Makalah perkerasan jalan Makalah perkerasan jalan
Makalah perkerasan jalan
efdharey
 
penggunaan geosintetik untuk konstruksi jalan
penggunaan geosintetik untuk konstruksi jalanpenggunaan geosintetik untuk konstruksi jalan
penggunaan geosintetik untuk konstruksi jalan
robert tuba
 

Viewers also liked (11)

jurnal Konstruksi jalan
jurnal Konstruksi jalanjurnal Konstruksi jalan
jurnal Konstruksi jalan
 
jurnal Konstruksi jalan
jurnal Konstruksi jalanjurnal Konstruksi jalan
jurnal Konstruksi jalan
 
Tugas Besar Geometrik Jalan
Tugas Besar Geometrik JalanTugas Besar Geometrik Jalan
Tugas Besar Geometrik Jalan
 
Standard Geometrik Jalan Tol
Standard Geometrik Jalan TolStandard Geometrik Jalan Tol
Standard Geometrik Jalan Tol
 
jurnal Konstruksi jalan
jurnal Konstruksi jalanjurnal Konstruksi jalan
jurnal Konstruksi jalan
 
Bab iv jalan raya
Bab iv jalan rayaBab iv jalan raya
Bab iv jalan raya
 
Soal uas mk perancangan geometrik jalan
Soal uas mk perancangan geometrik jalanSoal uas mk perancangan geometrik jalan
Soal uas mk perancangan geometrik jalan
 
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)
 
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
 
Makalah perkerasan jalan
Makalah perkerasan jalan Makalah perkerasan jalan
Makalah perkerasan jalan
 
penggunaan geosintetik untuk konstruksi jalan
penggunaan geosintetik untuk konstruksi jalanpenggunaan geosintetik untuk konstruksi jalan
penggunaan geosintetik untuk konstruksi jalan
 

Similar to jurnal Konstruksi jalan

TUGAS BESAR (1).pptx
TUGAS BESAR (1).pptxTUGAS BESAR (1).pptx
TUGAS BESAR (1).pptx
EwRiscaSqueershe
 
Resume ilmu ukur tanah pertemuan ke 2
Resume ilmu ukur tanah pertemuan ke 2Resume ilmu ukur tanah pertemuan ke 2
Resume ilmu ukur tanah pertemuan ke 2Gian Adiwinata
 
21 peta
21 peta21 peta
21 peta
RudiniTakapi
 
laporan Tugas Rencana Garis
laporan Tugas Rencana Garislaporan Tugas Rencana Garis
laporan Tugas Rencana Garis
Nisa Rofiah
 
Laporan praktikum corel draw
Laporan praktikum corel drawLaporan praktikum corel draw
Laporan praktikum corel draw
'Oke Aflatun'
 
Kuliah Horizontal Alignment (FILE USED).pptx
Kuliah Horizontal Alignment (FILE USED).pptxKuliah Horizontal Alignment (FILE USED).pptx
Kuliah Horizontal Alignment (FILE USED).pptx
FerdianoYogi
 
Rumus gerak melingkar
Rumus gerak melingkarRumus gerak melingkar
Rumus gerak melingkar
Ade Hidayat
 
Setengah Putaran dan Ruas Garis Berarah | Geometri Transformasi
Setengah Putaran dan Ruas Garis Berarah | Geometri TransformasiSetengah Putaran dan Ruas Garis Berarah | Geometri Transformasi
Setengah Putaran dan Ruas Garis Berarah | Geometri Transformasi
Jujun Muhamad Jubaerudin
 
Modul 10-geometrik-jalan-rel-jalan-rel
Modul 10-geometrik-jalan-rel-jalan-relModul 10-geometrik-jalan-rel-jalan-rel
Modul 10-geometrik-jalan-rel-jalan-rel
ikhwan215
 
REVISI LAPORAN ASSYFA.docx
REVISI LAPORAN ASSYFA.docxREVISI LAPORAN ASSYFA.docx
REVISI LAPORAN ASSYFA.docx
009AssyifaWirdyaKusw
 
STUDI EFEKTIFITAS PELAYANAN LAMPU PENGATUR LALU LINTAS PADA PERSIMPANGAN JL....
STUDI EFEKTIFITAS PELAYANAN LAMPU PENGATUR LALU  LINTAS PADA PERSIMPANGAN JL....STUDI EFEKTIFITAS PELAYANAN LAMPU PENGATUR LALU  LINTAS PADA PERSIMPANGAN JL....
STUDI EFEKTIFITAS PELAYANAN LAMPU PENGATUR LALU LINTAS PADA PERSIMPANGAN JL....
Muhammad Iqbal
 
Konstruksi jalan
Konstruksi jalanKonstruksi jalan
Konstruksi jalan
E Sanjani
 
Pdf e-book modul pembuatan kontur dengan land desktop companion 2009 oleh Ran...
Pdf e-book modul pembuatan kontur dengan land desktop companion 2009 oleh Ran...Pdf e-book modul pembuatan kontur dengan land desktop companion 2009 oleh Ran...
Pdf e-book modul pembuatan kontur dengan land desktop companion 2009 oleh Ran...
didiek hermansyah
 
04 bab 3
04 bab 304 bab 3
04 bab 3
Rahmat Iqbal
 
GERAK MELINGKAR BERATURAN SMA
GERAK MELINGKAR BERATURAN SMAGERAK MELINGKAR BERATURAN SMA
GERAK MELINGKAR BERATURAN SMA
Ajeng Rizki Rahmawati
 
2 grk parabola&melingkar
2 grk parabola&melingkar2 grk parabola&melingkar
2 grk parabola&melingkarAgus Purnomo
 
perancangan geometrik jalan
perancangan geometrik jalanperancangan geometrik jalan
perancangan geometrik jalan
Deri
 

Similar to jurnal Konstruksi jalan (20)

TUGAS BESAR (1).pptx
TUGAS BESAR (1).pptxTUGAS BESAR (1).pptx
TUGAS BESAR (1).pptx
 
Distribusi kecepatan
Distribusi kecepatanDistribusi kecepatan
Distribusi kecepatan
 
Resume ilmu ukur tanah pertemuan ke 2
Resume ilmu ukur tanah pertemuan ke 2Resume ilmu ukur tanah pertemuan ke 2
Resume ilmu ukur tanah pertemuan ke 2
 
21 peta
21 peta21 peta
21 peta
 
laporan Tugas Rencana Garis
laporan Tugas Rencana Garislaporan Tugas Rencana Garis
laporan Tugas Rencana Garis
 
Laporan praktikum corel draw
Laporan praktikum corel drawLaporan praktikum corel draw
Laporan praktikum corel draw
 
Kuliah Horizontal Alignment (FILE USED).pptx
Kuliah Horizontal Alignment (FILE USED).pptxKuliah Horizontal Alignment (FILE USED).pptx
Kuliah Horizontal Alignment (FILE USED).pptx
 
Rumus gerak melingkar
Rumus gerak melingkarRumus gerak melingkar
Rumus gerak melingkar
 
Setengah Putaran dan Ruas Garis Berarah | Geometri Transformasi
Setengah Putaran dan Ruas Garis Berarah | Geometri TransformasiSetengah Putaran dan Ruas Garis Berarah | Geometri Transformasi
Setengah Putaran dan Ruas Garis Berarah | Geometri Transformasi
 
Modul 10-geometrik-jalan-rel-jalan-rel
Modul 10-geometrik-jalan-rel-jalan-relModul 10-geometrik-jalan-rel-jalan-rel
Modul 10-geometrik-jalan-rel-jalan-rel
 
REVISI LAPORAN ASSYFA.docx
REVISI LAPORAN ASSYFA.docxREVISI LAPORAN ASSYFA.docx
REVISI LAPORAN ASSYFA.docx
 
STUDI EFEKTIFITAS PELAYANAN LAMPU PENGATUR LALU LINTAS PADA PERSIMPANGAN JL....
STUDI EFEKTIFITAS PELAYANAN LAMPU PENGATUR LALU  LINTAS PADA PERSIMPANGAN JL....STUDI EFEKTIFITAS PELAYANAN LAMPU PENGATUR LALU  LINTAS PADA PERSIMPANGAN JL....
STUDI EFEKTIFITAS PELAYANAN LAMPU PENGATUR LALU LINTAS PADA PERSIMPANGAN JL....
 
Konstruksi jalan
Konstruksi jalanKonstruksi jalan
Konstruksi jalan
 
Pdf e-book modul pembuatan kontur dengan land desktop companion 2009 oleh Ran...
Pdf e-book modul pembuatan kontur dengan land desktop companion 2009 oleh Ran...Pdf e-book modul pembuatan kontur dengan land desktop companion 2009 oleh Ran...
Pdf e-book modul pembuatan kontur dengan land desktop companion 2009 oleh Ran...
 
04 bab 3
04 bab 304 bab 3
04 bab 3
 
04 bab 3
04 bab 304 bab 3
04 bab 3
 
Navigasi
NavigasiNavigasi
Navigasi
 
GERAK MELINGKAR BERATURAN SMA
GERAK MELINGKAR BERATURAN SMAGERAK MELINGKAR BERATURAN SMA
GERAK MELINGKAR BERATURAN SMA
 
2 grk parabola&melingkar
2 grk parabola&melingkar2 grk parabola&melingkar
2 grk parabola&melingkar
 
perancangan geometrik jalan
perancangan geometrik jalanperancangan geometrik jalan
perancangan geometrik jalan
 

More from E Sanjani

jurnal Konstruksi jalan
jurnal Konstruksi jalanjurnal Konstruksi jalan
jurnal Konstruksi jalan
E Sanjani
 
jurnal Konstruksi jalan
jurnal Konstruksi jalanjurnal Konstruksi jalan
jurnal Konstruksi jalan
E Sanjani
 
Bahan bangunan II
Bahan bangunan IIBahan bangunan II
Bahan bangunan II
E Sanjani
 
Psikologi pendidikan
 Psikologi pendidikan Psikologi pendidikan
Psikologi pendidikan
E Sanjani
 
Laporan beton
Laporan betonLaporan beton
Laporan beton
E Sanjani
 
Gambar kontruksi bangunan "Irigasi"
Gambar kontruksi bangunan "Irigasi"Gambar kontruksi bangunan "Irigasi"
Gambar kontruksi bangunan "Irigasi"
E Sanjani
 
Jurnal jembatan rangka baja
Jurnal jembatan rangka bajaJurnal jembatan rangka baja
Jurnal jembatan rangka baja
E Sanjani
 
Jurnal jembatan rangka baja
Jurnal jembatan rangka bajaJurnal jembatan rangka baja
Jurnal jembatan rangka baja
E Sanjani
 
Jurnal jembatan
Jurnal jembatan Jurnal jembatan
Jurnal jembatan
E Sanjani
 

More from E Sanjani (9)

jurnal Konstruksi jalan
jurnal Konstruksi jalanjurnal Konstruksi jalan
jurnal Konstruksi jalan
 
jurnal Konstruksi jalan
jurnal Konstruksi jalanjurnal Konstruksi jalan
jurnal Konstruksi jalan
 
Bahan bangunan II
Bahan bangunan IIBahan bangunan II
Bahan bangunan II
 
Psikologi pendidikan
 Psikologi pendidikan Psikologi pendidikan
Psikologi pendidikan
 
Laporan beton
Laporan betonLaporan beton
Laporan beton
 
Gambar kontruksi bangunan "Irigasi"
Gambar kontruksi bangunan "Irigasi"Gambar kontruksi bangunan "Irigasi"
Gambar kontruksi bangunan "Irigasi"
 
Jurnal jembatan rangka baja
Jurnal jembatan rangka bajaJurnal jembatan rangka baja
Jurnal jembatan rangka baja
 
Jurnal jembatan rangka baja
Jurnal jembatan rangka bajaJurnal jembatan rangka baja
Jurnal jembatan rangka baja
 
Jurnal jembatan
Jurnal jembatan Jurnal jembatan
Jurnal jembatan
 

Recently uploaded

Materi 7 Evaluasi Interaksi Manusia dan Komputer
Materi 7 Evaluasi Interaksi Manusia dan KomputerMateri 7 Evaluasi Interaksi Manusia dan Komputer
Materi 7 Evaluasi Interaksi Manusia dan Komputer
MuhammadZidan94
 
Proses terbentuknya (genesa) batu Gamping
Proses terbentuknya (genesa) batu GampingProses terbentuknya (genesa) batu Gamping
Proses terbentuknya (genesa) batu Gamping
RonaMentari2
 
Geofoam - Copy.pptx teknologi bahan geofoam
Geofoam - Copy.pptx teknologi bahan geofoamGeofoam - Copy.pptx teknologi bahan geofoam
Geofoam - Copy.pptx teknologi bahan geofoam
ZamruddinHambali
 
Materi Dasar Pelatihan PLC Basic (CP2E) OMRON
Materi Dasar Pelatihan PLC Basic (CP2E) OMRONMateri Dasar Pelatihan PLC Basic (CP2E) OMRON
Materi Dasar Pelatihan PLC Basic (CP2E) OMRON
haikal136839
 
Skema_sertifikasi_pusat_data Standar Nasional Indonesia SNI 8799-1-2019
Skema_sertifikasi_pusat_data Standar Nasional Indonesia SNI 8799-1-2019Skema_sertifikasi_pusat_data Standar Nasional Indonesia SNI 8799-1-2019
Skema_sertifikasi_pusat_data Standar Nasional Indonesia SNI 8799-1-2019
MuhammadIkmalWiawan
 
UJIKOM AHLI MUDA TEKNIK BANGUNAN GEDUNG.pptx
UJIKOM AHLI MUDA TEKNIK BANGUNAN GEDUNG.pptxUJIKOM AHLI MUDA TEKNIK BANGUNAN GEDUNG.pptx
UJIKOM AHLI MUDA TEKNIK BANGUNAN GEDUNG.pptx
priyantifitri
 
674001537-Ppt-Syaifulloh-Pelaksana-Pemeliharaan-Jalan.pptx
674001537-Ppt-Syaifulloh-Pelaksana-Pemeliharaan-Jalan.pptx674001537-Ppt-Syaifulloh-Pelaksana-Pemeliharaan-Jalan.pptx
674001537-Ppt-Syaifulloh-Pelaksana-Pemeliharaan-Jalan.pptx
HaniDul
 

Recently uploaded (7)

Materi 7 Evaluasi Interaksi Manusia dan Komputer
Materi 7 Evaluasi Interaksi Manusia dan KomputerMateri 7 Evaluasi Interaksi Manusia dan Komputer
Materi 7 Evaluasi Interaksi Manusia dan Komputer
 
Proses terbentuknya (genesa) batu Gamping
Proses terbentuknya (genesa) batu GampingProses terbentuknya (genesa) batu Gamping
Proses terbentuknya (genesa) batu Gamping
 
Geofoam - Copy.pptx teknologi bahan geofoam
Geofoam - Copy.pptx teknologi bahan geofoamGeofoam - Copy.pptx teknologi bahan geofoam
Geofoam - Copy.pptx teknologi bahan geofoam
 
Materi Dasar Pelatihan PLC Basic (CP2E) OMRON
Materi Dasar Pelatihan PLC Basic (CP2E) OMRONMateri Dasar Pelatihan PLC Basic (CP2E) OMRON
Materi Dasar Pelatihan PLC Basic (CP2E) OMRON
 
Skema_sertifikasi_pusat_data Standar Nasional Indonesia SNI 8799-1-2019
Skema_sertifikasi_pusat_data Standar Nasional Indonesia SNI 8799-1-2019Skema_sertifikasi_pusat_data Standar Nasional Indonesia SNI 8799-1-2019
Skema_sertifikasi_pusat_data Standar Nasional Indonesia SNI 8799-1-2019
 
UJIKOM AHLI MUDA TEKNIK BANGUNAN GEDUNG.pptx
UJIKOM AHLI MUDA TEKNIK BANGUNAN GEDUNG.pptxUJIKOM AHLI MUDA TEKNIK BANGUNAN GEDUNG.pptx
UJIKOM AHLI MUDA TEKNIK BANGUNAN GEDUNG.pptx
 
674001537-Ppt-Syaifulloh-Pelaksana-Pemeliharaan-Jalan.pptx
674001537-Ppt-Syaifulloh-Pelaksana-Pemeliharaan-Jalan.pptx674001537-Ppt-Syaifulloh-Pelaksana-Pemeliharaan-Jalan.pptx
674001537-Ppt-Syaifulloh-Pelaksana-Pemeliharaan-Jalan.pptx
 

jurnal Konstruksi jalan

  • 1. Analisis Alinyemen Horizontal... (Hanna Santanu, Ferry Pradana K, Novia Intan H, Yan Agus Wira A/ hal. 1-11) MARSHALL,VOL.2,NO.1,JANUARI 2014 60 ANALISIS ALINYEMEN HORIZONTAL (Studi kasus Jl. Kaliurang km. 3 – 4 Yogyakarta) 1 Hanna Santanu,, 2 Ferry Pradana K, 3 Novia Intan H, 4 Yan Agus Wira A 1,2,3,4 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan, FT UNY noviyaintan@ymail.com ABSTRAK Jalan merupakan infrastruktur penting di segala zaman. Jalan merupakan alat penghubung antara wilayah satu dengan yang lainnya. Jalan terdiri dari 2 bagian yaitu jalan lurus maupun tikungan. Dalam pembangunan jalan raya perlu perencanaan dan pembangunan yang tepat agar sesuai dengan standar, terutama dalam perancangan sebuah tiungan. Sebuah tikungan diperlukan perencanaan yang baik supaya menghindari efek kecelakaan lalu lintas. Namun kebanyakan jalan dan tikungan di Indonesia belum sesuai standar yang ditentukan, hal tersebut terjadi karena kurangnya pengawasan perencanaan dan pembangunan dari pihak terkait. Padahal jalan dan tikungan menjadi penghubung fleksibilitas antar titik dan juga merupakan akses mobilitas maupun aksesbilitas bagi masyarakat. Seperti keadaan jalan di tikungan Ngawen, Gamping, Yogyakarta. Keadaan jalan yang menikung menjadi daya tarik untuk menganalisa lebih jauh. Lokasinya yang termasuk jalan utama di Ring Road Barat menjadi pacuan untuk mengetahui bagaimana kelengkungannya. Kata kunci :Jalan, Kondisi jalan, Perencanaan alinyemen horisontal. PENDAHULUAN Jalan merupakan alat penghubung antara wilayah satu dengan yang lainnya. Dalam pembangunan jalan raya perlu perencanaan dan pembangunan yang tepat agar sesuai dengan standar. Jalan raya terdiri dari 2 bagian yaitu bagian lurus dan bagian lengkung (tikungan). Untuk perencanaan sebuah jalan raya diperlukan perencanaan yang baik supaya menghindari efek kecelakaan lalu lintas. Maka dari itu, untuk memenuhi syarat jalan raya yang baik diperlukan perhitungan yang tepat. Tidak boleh sembarangan dan harus dipertimbangkan dengan baik. Hal ini untuk meminimalisir terjadinya masalah dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Diharapkan dengan pembangunan infrastruktur jalan bagian lurus dan tikungan yang sesuai standar maka kenyamanan dan mobilitas masyarakat dalam berkendara akan terjamin. Dengan demikian, diharapkan didapat analisis yang baik pada pengadaan jalan tersebut, guna memberikan kenyamanan dan keamanan kepada para pengguna jalan. Dalam perencanaan Geometrik jalan tidak lepas dari perhitungan – perhitungan yang kompleks, diantaranya penentuan alinyemen horizontal. Seperti keadaan jalan di tikungan Ngawen, Gamping, Yogyakarta. Keadaan jalan yang menikung menjadi daya tarik untuk menganalisa lebih jauh. Lokasinya yang termasuk jalan utama di
  • 2. Analisis Alinyemen Horizontal... (Hanna Santanu, Ferry Pradana K, Novia Intan H, Yan Agus Wira A/ hal. 1-11) MARSHALL,VOL.2,NO.1,JANUARI 2014 61 Ring Road Barat menjadi pacuan untuk mengetahui bagaimana kelengkungan dan besar lengkungnya. KAJIAN TEORI Alinyemen Horisontal Dalam perencanaan Geometrik jalan tidak lepas dari perhitungan – perhitungan yang kompleks, diantaranya penentuan alinyemen horizontal. Alinyemen horizontal yang disebut juga situasi jalan atau trase jalan merupakan proyeksi sumbu jalan pada bidang horizontal. Agar lebih mudah diingat, alinyemen horizontal dapat dilihat dari sudut pandang atas, seperti melihat suatu peta. Alinyemen horizontal terdiri atas dua bagian yaitu bagian lurus dan bagian lengkung (tikungan). Perencanaan geometri pada bagian lengkung dimaksudkan untuk mengimbangi gaya sentrifugal yang diterima oleh kendaraan yang berjalan pada kecepatan (VR). Gaya sentrifugal adalah efek semu yang ditimbulkan ketika sebuah benda melakukan gerak melingkar menjauhi pusat putaran, dengan kata lain ketika sebuah kendaraan melewati suatu tikungan maka akan mengalami gaya yang mengarah keluar atau menjauh dari pusat tikungan. Pada bagian lengkung (tikungan) itu sendiri terdiri dari 3 macam yaitu lengkung full circle, spiral-circle-spiral, dan spiral-spiral. Lengkungan Penuh (Full Circle) Tidak semua lengkung dapat dibuat berbentuk busur lingkaran sederhana, hanya lengkung dengan radius besar yang diperbolehkan. Bentuk tikungan ini dipergunakan apabila di peroleh R yang sangat kecil dan sudut tangen (▲) juga sangat kecil. Pada tikungan yang tajam, dimana jari-jari tikungan kecil dan superelevasi yang diperlukan besar, tikungan berbentuk lingkaran akan menyebabkan perubahan kemiringan melintang yang besar, sehingga akan menimbulkan kesan patah pada tepi perkerasan sebelah luar. Dikarenakan tikungan ini hanya berbentuk lingkaran saja, maka pencapaian superelevasi dilakukan sebagian pada bagian yang lurus dan sebagian lagi dilakukan pada bagian yang lengkung (lingkaran). Pada bagian tikungan tidak terdapat bagian lengkungan peralihan, maka pencapaian superelevasi disebut panjang lengkung peralihan fiktif (Ls’). Menurut Bina Marga, panjang lengkung peralihan fiktif ditempatkan pada bagian jalan lurus sebesar ¾ Ls’ jadi terletak di sebelah kiri TC atau sebelah kanan CT, sedangkan pada bagian lingkaran atau bagian lengkung sebesar ¼ Ls’ (Rekayasa Jalan Raya. 2008)
  • 3. Analisis Alinyemen Horizontal... (Hanna Santanu, Ferry Pradana K, Novia Intan H, Yan Agus Wira A/ hal. 1-11) MARSHALL,VOL.2,NO.1,JANUARI 2014 62 Gambar 1. Full Circle (Sumber: Sylvia, 2004) Keterangan: TC = Titik peralihan tangen-circle CT = Titik peralihan circle-tanngen PH = Titik perpotongan horizontal ∆ = sudut tangen/ sudut perpotongan T = Jarak antara TC – PH R = Radius lengkung Garis O – PH = garis bagi sudut TC – O – CT, maka T = R tg ½ ∆ ............................................................................................... (1) E = T tg ½ ∆ ............................................................................................... (2) E = √(R2 +T2 ) – R E = ( R cos 1/2 ∆ )- R E = R ( sec ½ ∆ - 1 ) .................................................................................... (3) Lc = ( ∆ 360 )x 2 π R ......................................................................................... (4) Lc = ( ∆π 180 )xR = 0,01745 . ∆ . R ...................................................................................... (5) ∆ dalam satuan derajat Gambar tersebut menunjukkan lengkung horizontal berbentuk busur lingkaran sederhana. Bagian lurus dari jalan (di kiri TC atau di kanan CT) dinamakan bagian “tangen”. Titik peralihan dari bentuk tangen ke bentuk busur lingkaran (circle) dinamakan titik TC dan titik peralihan dari busur lingkaran (circle) ke tangen dinamakan titik CT. Jika bagian-bagian lurus dari jalan tersebut diteruskan akan memotong titik yang diberi nama PH (Perpotongan Horizontal), sudut yang dibentuk oleh kedua garis tersebut, dinamakan “sudut perpotongan”, bersimbul β. Jarak antara TC – PH diberi simbul Tc. Ketajaman lengkung dinyatakan oleh radius Rc. Jika lengkung yang dibuat simetris, maka garis 0-PH merupakan garis bagi sudut TC-O-CT. Jarak antara titik PH dan busur lingkaran dinamakan Ec. Lc adalah panjang busur lingkaran.
  • 4. Analisis Alinyemen Horizontal... (Hanna Santanu, Ferry Pradana K, Novia Intan H, Yan Agus Wira A/ hal. 1-11) MARSHALL,VOL.2,NO.1,JANUARI 2014 63 Spiral – Circle – Spiral (SCS) Dalam bentuk tikungan ini, spiral disini merupakan lengkung peralihan dari bagian lurus (tangen) berubah menjadi bentuk lingkaran (circle). Pada saat kendaraan melaju di daerah spiral, maka terjadi perubahan gaya sentrifugal yang terjadi mulai dari 0 ke harga berikut: F = m.V2 R.Ls ......................................................................................................... (6) Bentuk tikungan tipe ini digunakan pada tikungan yang tajam dan mempunyai sudut tangen yang besar dan dapat dihitung menggunakan formula sebagai berikut : x = L(1 − L2 40 R2 )........................................................................................... (7) y = L2 6R .......................................................................................................... (8) Gambar 2. Spiral-Circle-Spiral (Sumber: Sylvia, 2004) Dari gambar terlihat bahwa TS-SC adalah lengkung peralihan berbentuk spiral yang menghubungkan jalan lurus dengan lingkaran dengan radius Rc, dan untuk mempertemukan lingkaran dengan spiral ini, maka lengkung lingkaran digeser sejauh HF = HF’ = p yang terletak sejauh k dari awal lengkung (titik TS). Jika sudut pusat lingkaran adalah θc dan sudut spiral θs dan besarnya sudut perpotongan kedua tangan adalah ∆ , maka: θc = ∆ - 2θs ................................................................................................ (9) E = ( Rc + p ) sec ½ ∆ - Rc ...................................................................... (10) TS = ( Rc + p ) tg ½ ∆ + k ......................................................................... (11) Lc = ( θc 180 )x π Rc ....................................................................................... (12) L = Lc + 2 Ls ............................................................................................ (13) p = ( Ls2 6Rc )-Rc (1-cosθs) ............................................................................ (14)
  • 5. Analisis Alinyemen Horizontal... (Hanna Santanu, Ferry Pradana K, Novia Intan H, Yan Agus Wira A/ hal. 1-11) MARSHALL,VOL.2,NO.1,JANUARI 2014 64 k = Ls- Ls3 40 Rc2 -Rcsinθs ............................................................................ (15) Untuk nilai p dan k yang diperoleh dari rumus diatas, tidak perlu dikalikan dengan Ls. Tetapi untik nilai p dan k yang diperoleh dari tabel dengan θs tertentu, berlaku: Untuk Ls = Ls, p = p* dan k = k* ; Untuk Ls = 1m, p = p* x Ls dan k = k* x Ls Keterangan: p* dan k* adalah nilai yang tercantum pada tabel. Pada jenis tikungan ini sebaiknya memperhatikan kontrol yang ditetapkan yaitu:Sebaiknya Lc ≥ 20 ; Lc< 2 Ts. Dengan demikian pada jenis tikungan ini terdapat radius lengkung minimum yang dapat dipergunakan untuk perencanaan sehubugan dengan besarnya sudut tangen, kecepatan rencana dan batasan superelevasi maksimum yang dipilih. Jika panjang lengkung peralihan dari TS ke SC adalah LS dan R pada SC adalah Rc, maka : θs = Ls 2Rc radial .......................................................................................... (16) θs = 90Ls πRc derajat ....................................................................................... (17) p = Ls2 6Rc − Rc (1 − cosθs) ....................................................................... (18) k = Ls − Ls3 40Rc2 − Rc sin θs ...................................................................... (19) Untuk Ls = 1m, p = p* dan k = k*, dan untuk Ls = Ls, p = p*. Ls dan k = k*. Ls p* dan k* untuk setiap nilai θs diberikan pada tabel 6. Sudut pusat lingkaran = θc, dan sudut spiral = θs. Jika besarnya sudut perpotongan kedua tangen adalah β, maka : θc = β − θs............................................................................................... (20) Es = (Rc + p) sec 1 2 βRc ........................................................................... (21) Ts = (Rc + P)tg 1 2 β + k ........................................................................... (22) Lc = θc 180 πRc ............................................................................................ (23) Lc untuk lengkung S-C-S ini sebaiknya ≥ 20 m, maka radius yang dipergunakan haruslah memenuhi syarat tersebut. Hal ini sangat dipengaruhi oleh besarnya sudut β. Jadi terdapat radius minimum yang dapat dipergunakan untuk perencanaan lengkung berbentuk spiral – lingkaran – spiral sehubungan dengan besarnya sudut β, kecepatan rencana, dan batasan superelevasi maksimum yang dipilih
  • 6. Analisis Alinyemen Horizontal... (Hanna Santanu, Ferry Pradana K, Novia Intan H, Yan Agus Wira A/ hal. 1-11) MARSHALL,VOL.2,NO.1,JANUARI 2014 65 Gambar 3. Tabel Besaran p* dan k* Spiral – Spiral Lengkung peralihan dipasang pada bagian awal yaitu pada bagian ujung dan di titik balik pada lengkungan untuk menjamin perubahan yang tidak mendadak pada jari-jari tikungan, superelevasi, dan pelebaran jalan, sedangkan bentuk lengkung peralihan terdiri dari tiga bentuk sebagai berikut : a. Lemniscate Bernouli b. Parabola Kubik c. Clothoida (Spiral) Gambar 4. Bentuk Lengkung Peralihan (sumber: Rekayasa Jalan Raya. 2008) Bila lengkung S-C-S dibuat tanpa busur lingkaran atau titik SC dan CS berimpit, maka θs = ½ ∆. Bentuk seperti inilah yang dinamakan lengkung horizontal spiral-spiral. Lengkung ini dipakai bila Lc < 20m. Pada lengkung ini Rc yang harus sedemikian rupa sehingga: Tabel 1. Rc
  • 7. Analisis Alinyemen Horizontal... (Hanna Santanu, Ferry Pradana K, Novia Intan H, Yan Agus Wira A/ hal. 1-11) MARSHALL,VOL.2,NO.1,JANUARI 2014 66 Ls yang dibutuhkan ≥ Ls yang menghasilkan landai relatif minimum Ls = ( θs.π.Rc 90 ) ≥ (e + en) m . B Metoda BM Ls = ( θs.Rc 28,648 ) ≥ (e) B. M Metoda AASHTO Dengan Ls tersebut dapat diperoleh nilai-nilai yang lain yaitu: E = ( Rc + p ) sec ½ ∆ - Rc ...................................................................... (24) TS = ( Rc + p ) tg ½ ∆ + k .......................................................................... (25) L = 2 Ls, dan sebagai kontrol adalah 2 Ls < 2 Ts .................................... (26) Dengan demikian pada jenis tikungan ini terdapat radius lengkung minimum yang dapat dipergunakan untuk perencanaan sehubungan dengan besarnya sudut tangen, kecepatan rencana dan batasan superelevasi maksimum yang dipilih. Gambar 5. LengkungSpiral-spiral (Sumber: Sylvia, 2004) Besar Lengkung Suatu Tikungan. Dari hasil survey ke jalan yang dilakukan pada hari Jumat 11 Oktober 2013 didapatkan data sebagai berikut: Jalan Ring Road Ngawen mempunyai lebar 18 m, di lalui kendaraan bermotor dengan kecepatan rata-rata 80 Km/jam. Sehingga dapat di simpulkan jika Jalan Ring Road Ngawen termasuk kelas jalan arteri primer. Penyelesaian: Berikut adalah data statistik yang diperoleh, yang dicocokan dengan gambar tabel yang kami jadikan sebagai patokan dalam perhitungan besar lengkung suatu tikungan yang kami teliti.
  • 8. Analisis Alinyemen Horizontal... (Hanna Santanu, Ferry Pradana K, Novia Intan H, Yan Agus Wira A/ hal. 1-11) MARSHALL,VOL.2,NO.1,JANUARI 2014 67 Gambar 6. Tabel untuk mencari Ls V = 80 Km/jam R = 900 m Ls = 50 m e % = 3,6 %
  • 9. Analisis Alinyemen Horizontal... (Hanna Santanu, Ferry Pradana K, Novia Intan H, Yan Agus Wira A/ hal. 1-11) MARSHALL,VOL.2,NO.1,JANUARI 2014 68 Gambar 7. Tabel yang Ls sudah diketahui. Dengan adanya data Ls dan R , maka dapat diperoleh data sebagai berikut: Qs = 1,59151 P = 0,1157 K = 24,9994 X = 49,9961 Y = 0,4629 Jawab : TS = ( Rc + p ) tg ½ ∆ + k = (900 + 0,1157) tg ½ 12 + 24,9994 = 119,61 m 𝐸𝑠 = ( 𝑅 + 𝑃) cos 1 2 ∆ − 𝑅 = (900 + 0,1157) cos 1 2 12 − 900 = 4,64
  • 10. Analisis Alinyemen Horizontal... (Hanna Santanu, Ferry Pradana K, Novia Intan H, Yan Agus Wira A/ hal. 1-11) MARSHALL,VOL.2,NO.1,JANUARI 2014 69 Θc = ∆ - 2θs = 12 – 2(1,59151) = 8,817 L’ = ( θc 360 ) x 2 π Rc = ( 8,817 360 )x 2. 3,14. 900 = 138,43 L = L’ + 2 Ls = 138,43 + 2(65) = 268,43 Jadi besar kelengkungan tikungan pada jalan Ring Road Barat, Ngawen, Gamping, Yogykarta adalah 268,43 SIMPULAN Dari makalah yang dibuat, diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Bentuk tikungan Full-Circle Bentuk tikungan ini digunakan hanya pada tikungan dengan radius lengkung yang besar dan sudut tangen yang kecil. 2. Bentuk tikungan Spiral-Circle-Spiral Bentuk tikungan ini biasanya digunakan pada tikungan tajam yang memiliki sudut tangen yang besar. Tikungan yang terdapat radius lengkung minimum yang dapat dipergunakan untuk perencanaan sehubugan dengan besarnya sudut tangen, kecepatan rencana dan batasan superelevasi maksimum yang dipilih. 3. Bentuk tikungan spiral-spiral Bentuk tikungan ini memiliki konsep yang hampir sama dengan lengkung spiral-circle-spiral, hanya saja pada jenis tikungan ini tidak memiliki bagian circle. Jenis tikungan ini juga terdapat radius lengkung minimum yang dapat dipergunakan untuk perencanaan sehubungan dengan besarnya sudut tangen, kecepatan rencana dan batasan superelevasi maksimum yang dipilih. 4. Perhitungan besar lengkung tikungan daerah ring road, ngawen, gamping, yogyakarta adalah sebesar 268,43 SARAN Setelah membuat makalah ini dapat kami sarankan bahwa untuk merencanakan suatu tikungan perlu memperhatikan ruang gerak, bentuk, dan perhitungan besar lengkung tikungan yang ditinjau dari kelas jalan tersebut, agar nantinya dapat memenuhi standar keamanan yang sesuai dengan SNI serta dapat mengurangi angka kecelakaan yang terjadi. Tentunya dalam perencanaan geometrik tidak semata-mata hanya peran salah satu pihak saja, namun ada kerjasama dari berbagai pihak yang berwenang untuk saling mengawasi perencanaan, pengerjaan dan perawatan suatu jalan. Kedisiplinan pengguna jalan juga turut serta mempengaruhi keselamatan lalu lintas. DAFTAR RUJUKAN
  • 11. Analisis Alinyemen Horizontal... (Hanna Santanu, Ferry Pradana K, Novia Intan H, Yan Agus Wira A/ hal. 1-11) MARSHALL,VOL.2,NO.1,JANUARI 2014 70 [1] American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO). [2] Anonim.http://pendidikan-dan-teknologi.blogspot.com/2012/06/geomettrik- jalan-khusus-jurusan-teknik.html. Diunduh pada hari Sabtu, 24 November 2012. [3] Hendra Suryadharma. 2008. REKAYASA JALAN RAYA. Universitas Atma Jaya [4] Direktorat Jenderal Bina Marga, 1997. TATA CARA PERENCANAAN GEOMTRIK JALAN ANTAR KOTA No. 038?TBM/1997 [5] Sylvia, Indriany, 2004. Perencanaan Geometrik Jalan. Pusat Pengembangan Bahan Ajar – UMB. Jurusan Teknik Sipil. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan. Universitas Mercu Buana