Dokumen tersebut membahas perencanaan geometrik jalan yang meliputi peta kontur, rencana trase jalan, penentuan medan jalan, perhitungan alinyemen horizontal dan vertikal, serta perhitungan jarak pandang. Dokumen ini memberikan panduan dasar untuk merencanakan geometri jalan seperti menentukan jenis dan bentuk tikungan berdasarkan kecepatan rencana jalan.
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)Harsanty Seran
Dokumen ini membahas tentang tata cara perencanaan geometrik jalan antar kota yang meliputi deskripsi, ketentuan-ketentuan, dan cara pengerjaannya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan keseragaman dalam merencanaan geometrik jalan agar menghasilkan geometrik jalan yang memberikan kelancaran, keamanan, dan kenyamanan bagi pengguna jalan. Dokumen ini memberikan panduan tentang klasifikasi jalan, kriteria perencanaan, bagian-bagian
Dokumen tersebut membahas tentang perencanaan alinyemen horizontal untuk jalan kelas III. Terdapat tiga tikungan horizontal yaitu PI1, PI2, dan PI3. Dokumen menjelaskan perhitungan komponen geometrik setiap tikungan seperti jari-jari minimum, panjang lengkung, superelevasi, dan stationing.
Dokumen tersebut membahas berbagai metode survey transportasi, meliputi survey arus lalu lintas di ruas dan simpang, survey kapasitas, survey kecepatan, serta persiapan dan peralatan yang diperlukan. Metode-metode survey dirancang untuk mengumpulkan data transportasi yang akurat guna pengambilan keputusan perencanaan.
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Jalan Raya adalah suatu jalur tanah yang permukaannya dibentuk dengan kemiringan tertentu dan diberi perkerasan yang dipergunakan untuk lintasaan kendaraan maupun orang yang menghubungkan lalu lintas antara dua atau lebih tempat pemusatan kegiatan.
Dokumen tersebut membahas karakteristik arus lalu lintas seperti kecepatan, volume, variasi jam-an, harian, dan bulanan. Terdapat pembahasan mengenai penghitungan kecepatan rata-rata, volume lalu lintas, serta grafik volume jam perencanaan."
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)Harsanty Seran
Dokumen ini membahas tentang tata cara perencanaan geometrik jalan antar kota yang meliputi deskripsi, ketentuan-ketentuan, dan cara pengerjaannya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan keseragaman dalam merencanaan geometrik jalan agar menghasilkan geometrik jalan yang memberikan kelancaran, keamanan, dan kenyamanan bagi pengguna jalan. Dokumen ini memberikan panduan tentang klasifikasi jalan, kriteria perencanaan, bagian-bagian
Dokumen tersebut membahas tentang perencanaan alinyemen horizontal untuk jalan kelas III. Terdapat tiga tikungan horizontal yaitu PI1, PI2, dan PI3. Dokumen menjelaskan perhitungan komponen geometrik setiap tikungan seperti jari-jari minimum, panjang lengkung, superelevasi, dan stationing.
Dokumen tersebut membahas berbagai metode survey transportasi, meliputi survey arus lalu lintas di ruas dan simpang, survey kapasitas, survey kecepatan, serta persiapan dan peralatan yang diperlukan. Metode-metode survey dirancang untuk mengumpulkan data transportasi yang akurat guna pengambilan keputusan perencanaan.
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Jalan Raya adalah suatu jalur tanah yang permukaannya dibentuk dengan kemiringan tertentu dan diberi perkerasan yang dipergunakan untuk lintasaan kendaraan maupun orang yang menghubungkan lalu lintas antara dua atau lebih tempat pemusatan kegiatan.
Dokumen tersebut membahas karakteristik arus lalu lintas seperti kecepatan, volume, variasi jam-an, harian, dan bulanan. Terdapat pembahasan mengenai penghitungan kecepatan rata-rata, volume lalu lintas, serta grafik volume jam perencanaan."
Perkerasan Jalan Raya Lentur dan Kaku, metode Analisis dan Manual
ANGGOTA KELOMPOK :
DHANES PRABASWARA ( I 0112029)
AYU ISMOYO SOFIANA ( I 0113021)
MUHAMMAD BUDI SANTOSO( I 0113080)
RAKE ADIUTO ( I 0113105)
SITI DWI RAHAYU ( I 0113124)
Tugas besar ini membahas perencanaan geometrik jalan raya yang mencakup perhitungan awal, alinyemen horizontal, diagram super elevasi, dan alinyemen vertikal untuk merancang jalan yang aman dan nyaman bagi pengguna.
This document discusses several key concepts for road geometric design including:
1. Superelevation is the banking of curves to counteract centrifugal forces on vehicles traveling through curves at a design speed. Maximum superelevation rates are 4-10%.
2. Centrifugal force increases with speed and decreases with radius of curvature. This force must be balanced by side friction between tires and pavement surface or superelevation.
3. Minimum radius of curvature is calculated based on design speed, maximum superelevation rate, and coefficient of side friction. Tables provide minimum radius values.
4. Several methods distribute superelevation and side friction rates based on radius of curvature and design or
Analisis lalu lintas harian rata-rata di Pasar Anggrek dan sekitar Jalan Y'AM Sabran untuk menentukan rencana perkerasan jalan dan pelebbaran. Lalu lintas diperkirakan akan tumbuh sebesar 5% setiap 5 tahun. Analisis menghitung lalu lintas ekivalen awal, tengah, dan akhir untuk menentukan tebal perkerasan minimum yang dibutuhkan berdasarkan daya dukung tanah. Tebal perkerasan minimum yang dihasilkan
Alinemen vertikal adalah bagian dari alinemen jalan yang menghubungkan dua garis kelandaian. Dokumen ini membahas konsep jarak pandangan, perhitungan panjang lengkung vertikal, analisis lengkung vertikal, dan perhitungan volume galian dan timbunan.
Dokumen tersebut berisi soal ujian akhir semester mengenai perencanaan lengkung jalan. Terdapat data lengkung jalan seperti radius lengkung, lebar jalan, kemiringan melintang, dan kecepatan rencana. Siswa diminta menghitung panjang lengkung, panjang transisi, dan kenaikan luar jalan, menggambar sketsa lengkung, diagram superelevasi, dan penampang melintang, serta menentukan stationing titik awal, akhir lengkung, dan titik
Modul kuliah membahas tentang elemen batang tekan dalam struktur baja, termasuk tekuk elastis, panjang tekuk, batas kelangsingan, dan pengaruh tegangan sisa."
1. Dokumen tersebut membahas perancangan balok beton bertulang untuk menopang beban hidup dan mati pada bentangan 7 meter.
2. Pembahasan meliputi penentuan momen lentur maksimum, luas penampang tulangan, dan ukuran balok yang memenuhi syarat tegangan.
3. Diberikan contoh soal perhitungan balok dan sketsa rencana balok untuk bentangan 7,5 meter dengan beban dan mutu material tertentu.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem drainase di lapangan terbang. Sistem drainase terdiri dari drainase permukaan untuk mengalirkan air hujan, dan drainase bawah permukaan untuk mengalirkan air tanah. Drainase permukaan dirancang berdasarkan debit rencana hujan dan mencakup saluran dan inlet. Drainase bawah permukaan menggunakan pipa untuk mengalirkan air dari lapisan tanah di bawah permukaan lapangan.
Dokumen tersebut membahas perencanaan geometrik jalan yang mencakup perhitungan LHR, trasi jalan, medan, alinyemen horizontal dan vertikal, serta stationing. Beberapa metode yang digunakan antara lain AASTHO dan perhitungan jarak, sudut, radius lengkung, dan ketinggian berdasarkan data elevasi."
Perkerasan Jalan Raya Lentur dan Kaku, metode Analisis dan Manual
ANGGOTA KELOMPOK :
DHANES PRABASWARA ( I 0112029)
AYU ISMOYO SOFIANA ( I 0113021)
MUHAMMAD BUDI SANTOSO( I 0113080)
RAKE ADIUTO ( I 0113105)
SITI DWI RAHAYU ( I 0113124)
Tugas besar ini membahas perencanaan geometrik jalan raya yang mencakup perhitungan awal, alinyemen horizontal, diagram super elevasi, dan alinyemen vertikal untuk merancang jalan yang aman dan nyaman bagi pengguna.
This document discusses several key concepts for road geometric design including:
1. Superelevation is the banking of curves to counteract centrifugal forces on vehicles traveling through curves at a design speed. Maximum superelevation rates are 4-10%.
2. Centrifugal force increases with speed and decreases with radius of curvature. This force must be balanced by side friction between tires and pavement surface or superelevation.
3. Minimum radius of curvature is calculated based on design speed, maximum superelevation rate, and coefficient of side friction. Tables provide minimum radius values.
4. Several methods distribute superelevation and side friction rates based on radius of curvature and design or
Analisis lalu lintas harian rata-rata di Pasar Anggrek dan sekitar Jalan Y'AM Sabran untuk menentukan rencana perkerasan jalan dan pelebbaran. Lalu lintas diperkirakan akan tumbuh sebesar 5% setiap 5 tahun. Analisis menghitung lalu lintas ekivalen awal, tengah, dan akhir untuk menentukan tebal perkerasan minimum yang dibutuhkan berdasarkan daya dukung tanah. Tebal perkerasan minimum yang dihasilkan
Alinemen vertikal adalah bagian dari alinemen jalan yang menghubungkan dua garis kelandaian. Dokumen ini membahas konsep jarak pandangan, perhitungan panjang lengkung vertikal, analisis lengkung vertikal, dan perhitungan volume galian dan timbunan.
Dokumen tersebut berisi soal ujian akhir semester mengenai perencanaan lengkung jalan. Terdapat data lengkung jalan seperti radius lengkung, lebar jalan, kemiringan melintang, dan kecepatan rencana. Siswa diminta menghitung panjang lengkung, panjang transisi, dan kenaikan luar jalan, menggambar sketsa lengkung, diagram superelevasi, dan penampang melintang, serta menentukan stationing titik awal, akhir lengkung, dan titik
Modul kuliah membahas tentang elemen batang tekan dalam struktur baja, termasuk tekuk elastis, panjang tekuk, batas kelangsingan, dan pengaruh tegangan sisa."
1. Dokumen tersebut membahas perancangan balok beton bertulang untuk menopang beban hidup dan mati pada bentangan 7 meter.
2. Pembahasan meliputi penentuan momen lentur maksimum, luas penampang tulangan, dan ukuran balok yang memenuhi syarat tegangan.
3. Diberikan contoh soal perhitungan balok dan sketsa rencana balok untuk bentangan 7,5 meter dengan beban dan mutu material tertentu.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem drainase di lapangan terbang. Sistem drainase terdiri dari drainase permukaan untuk mengalirkan air hujan, dan drainase bawah permukaan untuk mengalirkan air tanah. Drainase permukaan dirancang berdasarkan debit rencana hujan dan mencakup saluran dan inlet. Drainase bawah permukaan menggunakan pipa untuk mengalirkan air dari lapisan tanah di bawah permukaan lapangan.
Dokumen tersebut membahas perencanaan geometrik jalan yang mencakup perhitungan LHR, trasi jalan, medan, alinyemen horizontal dan vertikal, serta stationing. Beberapa metode yang digunakan antara lain AASTHO dan perhitungan jarak, sudut, radius lengkung, dan ketinggian berdasarkan data elevasi."
Smart Buoy untuk Pemantauan Kolam Akuakultur.pptxJafarShiddiq7
Kebutuhan pangan merupakan salah satu aspek krusial
dalam kehidupan manusia, dan seiring dengan pertambahan jumlah
penduduk global, permintaan akan pangan terus meningkat. Salah
satu sumber protein hewani yang penting adalah ikan, namun
produksi ikan dari tangkapan alamiah tidak mampu memenuhi
kebutuhan yang semakin meningkat. Oleh karena itu, dibutuhkan
upaya untuk meningkatkan produksi ikan secara efisien melalui
pengembangan sektor akuakultur. Dalam rangka mencapai tujuan
tersebut, dibutuhkan penggunaan perangkat canggih Smart Buoy
agar dapat meningkatkan efisiensi sektor akuakultur yang
membutuhkan lebih sedikit tenaga manusia. Dengan
memanfaatkan sensor-sensor yang terpasang pada Smart Buoy,
informasi terkait suhu air, kondisi kolam, dan lingkungan kolam,
sehingga memberikan representasi fisik kolam secara real-time.
Metode penelitian ini adalah dengan rancang bangun sistem dan
dilakukan pengujian alternatif pada kolam pancing ikan untuk
menguji performa sistem. Hasilnya, telah dapat dirancang sebuah
prototipe dari sebuah Smart Buoy yang dapat memonitor
representasi fisik dari kolam dan menampilkan datanya
menggunakan protokol komunikasi LoRa pada website yang telah
dirancang. Sehingga data-data hasil dari pemantauan real-time
dapat diakses melalui website dari browser. Data-data ini menjadi
landasan untuk pengambilan keputusan yang lebih tepat dan efektif
dalam pengelolaan tambak. Oleh karena itu, penggunaan Smart
Buoy menjadi sangat penting dalam transformasi menuju
akuakultur yang lebih berkelanjutan dan berdaya saing.
Dokumen tersebut membahas analisis lalu lintas di simpang bersinyal menggunakan metode Webster. Metode ini mempertimbangkan faktor-faktor seperti lebar lajur, gradien, komposisi kendaraan, belok kanan/kiri, pejalan kaki, dan parkir untuk mengestimasi arus jenuh dan kinerja simpang seperti tundaan rata-rata. Rumus-rumus digunakan untuk memodelkan pengaruh faktor-faktor tersebut pada arus
Exercises horizontal-alignment-ss (e desain)nofaldi93
Dokumen tersebut memberikan contoh soal desain geometrik tikungan jalan. Soal tersebut meminta merencanakan desain tikungan dengan data dasar yang diberikan, termasuk menentukan tipe tikungan, data-data geometrik, pelebaran perkerasan, dan kebebasan samping. Dokumen ini menjelaskan proses perhitungan untuk menentukan tipe tikungan, besaran geometrik tikungan, dan pelebaran perkerasan yang diperlukan.
Laporan ini menyajikan hasil pengukuran rekayasa lalu lintas di ruas jalan Panji Suroso Kota Malang sepanjang 1500 meter. Pengukuran volume arus lalu lintas, kecepatan kendaraan, dan aktivitas samping dilakukan untuk menganalisis kondisi lalu lintas di ruas tersebut."
Bab iv horizontal ((perencanaan geometrik jalan raya)Mas wery
Dokumen tersebut merupakan bagian dari perencanaan alinyemen horizontal untuk pembuatan jalan kelas III. Terdapat tiga tikungan horizontal yang direncanakan yaitu dengan sudut 15°, 10°, dan 24° serta menerangkan perhitungan geometrik lengkung untuk masing-masing tikungan berdasarkan standar dan persyaratan.
Dokumen ini membahas tentang pengukuran debit air menggunakan bangunan ukur seperti sekat ukur Cipolletti dan Thomson. Sekat ukur digunakan untuk mengukur debit air di saluran irigasi guna mengetahui efisiensi penggunaan air dan menentukan biaya iuran air. Debit air dihitung menggunakan rumus yang melibatkan lebar dan tinggi air di sekat ukur.
Dokumen tersebut merupakan perhitungan penulangan balok anak pada suatu struktur bangunan. Terdapat perhitungan rasio penulangan, luas penulangan tarik dan tekan, serta jarak pengaturan sengkang untuk daerah tumpuan dan lapangan balok berdasarkan data geometri, mutu bahan, dan beban yang bekerja.
Thesis Presentation: A Study of Water Utilization Potential and Capacity in C...Vempi Satriya
Gondang dam is one of 49 dams built until 2019. Gondang dam was planned for completion by the end of 2017. It is expected to irrigate the fields in Sragen and Karanganyar with the total area of 4630 hectares and to fulfill the raw water needs of 0.2 m3/s. This research aimed to examine the inflow characteristic, water availability, and simulation model of reservoir operation in order to obtain optimal release target showing a percentage of irrigated area and its reliability. The inflow characteristic was analyzed using Mock model. The inflow data was generated over 20 years using Thomas-Fiering seasonal model. The generated data can be used for the simulation of reservoir operation determined using Standard Operating Rule method. The whole analysis was performed by Microsoft Excel software. The research result showed that inflow from Melikan watershed has an average value of 1.37 m3/s. The analysis of water availability showed that the average monthly water balance for multipurpose scenario has -5.16 MCM deficit and 1.225 MCM surplus in term of no release for raw water need. The simulation model of reservoir operation yielding an average percentage of irrigated area 100%, 90%, and 80% has respectively 26.83%, 63.83%, and 86.63% level of reliability. For fulfilling 100% irrigated area, the level of reliability obtained from simulation was 72.25%. Due to the simulation result in the case of no release for raw water, the percentage of irrigated area relatively increased 40.28%, 72.95%, and 94.27%, respectively, while the percentage of 100% irrigated area reliability gained an average of 76.5%. Thus in order to obtain 100% of reliability, it needs more water supply.
Dokumen tersebut merupakan presentasi tugas akhir yang membahas analisis pengaruh penambahan vortex generator terhadap karakteristik aerodinamika sayap PTTA Elang Laut. Ringkasannya adalah penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan koefisien lift, drag, dan sudut stall sebelum dan sesudah penambahan berbagai jenis dan konfigurasi vortex generator pada sayap melalui simulasi CFD untuk meningkatkan performa aerodinamika pesawat
Bendungan Waduk Ir. H. Juanda merupakan bendungan dengan volume tampungan terbesar di Indonesia yaitu 2,44 milyar m3. Namun saat ini bendungan ini menghadapi masalah penurunan muka air serta peningkatan sedimentasi dan keramba apung yang perlu mendapat perhatian bersama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Dokumen tersebut membahas metode pembukaan lahan hutan tropis dan padang alang-alang secara manual dan mekanis untuk keperluan konstruksi, mencakup proses penebangan pohon, pembakaran sisa-sisa kayu, dan penggundulan alang-alang.
Teks tersebut membahas tentang pondasi tiang pancang. Definisi pondasi tiang pancang adalah konstruksi pondasi yang mampu menahan gaya pada sumbu tiang dengan menyerap lenturan. Tiang pancang dapat terbuat dari kayu, beton biasa atau prategang, dan baja. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan tertentu.
Dokumen tersebut membahas tentang baja struktural sebagai material bangunan. Baja diperoleh dari tambang besi dan memiliki sifat kuat serta ringan yang menjadikannya bahan struktur utama. Dokumen menjelaskan jenis, sifat, bentuk, dan kelebihan serta kekurangan penggunaan baja dalam konstruksi bangunan.
Dokumen tersebut membahas analisis daya dukung pondasi menurut teori Terzaghi. Terzaghi melakukan analisis dengan beberapa asumsi, di antaranya pondasi berbentuk memanjang tak berhingga, tanah homogen, dan keruntuhan terjadi secara geser umum. Ia mengembangkan persamaan daya dukung yang terdiri dari komponen kohesi, beban terbagi, dan berat tanah. Analisis Terzaghi ini digunakan untuk menghitung daya dukung ult
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang jenis-jenis bilah bulldozer yang digunakan untuk berbagai pekerjaan pemindahan tanah, seperti U-Blade, Straight Blade, Angling Blade, dan jenis bilah lainnya beserta penjelasan singkat fungsi masing-masing bilah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan moda transportasi meliputi aksesibilitas, jarak tujuan, kapasitas, kecepatan, biaya operasi, dan karakteristik pengguna. Tata guna lahan berpengaruh besar dalam analisis bangkitan lalu lintas karena setiap daerah memiliki pola tata guna lahan dan kebutuhan perjalanan yang berbeda. Sistem transportasi nasional dan lokal membentuk jaringan transportasi terpadu untuk menunjang mobilis
Dokumen tersebut membahas tentang teknik lalu lintas, dimana dijelaskan tentang kemacetan lalu lintas, kapasitas jalan, derajat kejenuhan, dan tundaan lalu lintas. Dokumen ini juga menjelaskan metode penelitian dan lokasi penelitian yang akan digunakan."
Dokumen tersebut membahas analisis daya dukung pondasi menurut teori Terzaghi. Terzaghi mengembangkan analisis daya dukung berdasarkan anggapan tertentu seperti pondasi berbentuk memanjang tak berhingga, tanah homogen, dan keruntuhan geser umum. Ia mendefinisikan daya dukung ultimit sebagai beban maksimum per satuan luas. Persamaan daya dukung mempertimbangkan kohesi, beban terbagi, dan berat tanah dengan menggun
1) Studi kasus ini meneliti kemacetan lalu lintas di Jalan Kaligawe Kota Semarang dengan menganalisis volume lalu lintas, kecepatan kendaraan, dan hambatan samping.
2) Hasil penelitian menunjukkan volume lalu lintas melebihi kapasitas jalan dan menyebabkan penurunan kecepatan rata-rata kendaraan. Tingginya kejadian hambatan samping juga berpengaruh terhadap kinerja jalan.
3) Analisis regresi
Model terbaik yang dapat menggambarkan jumlah bangkitan pergerakan di Kecamatan Palu Utara adalah model yang melibatkan tiga faktor penentu yaitu jumlah anggota keluarga, jumlah kendaraan bermotor roda dua, dan jumlah pendapatan. Model ini mampu menjelaskan 33,5% variasi data pergerakan."
1. Ahmad Munggaran
Ayu Fatimah Zahra
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
Civil Engineering
2. PENDAHULUAN
•LATAR BELAKANG
Dewasaini,sistemkeamanandankenyamanansangatdiperlukanolehmasyarakatsebagaipenggunajalan. Banyaknyakecelakaanmenjadimasalahbesarbagisistemperencanaanjalan. Makadariitu,perencanaangeometrikjalansangatdibutuhkanuntukmenunjangpembuatanjalan.Tujuandariperencanaangeometrikjalanadalahdalamrangkamenghasilkaninfrastrukturyangaman,efisiendalampelayananaruslalulintasdanmemaksimalkanrasiotingkatpenggunaanataubiayapelaksanaan.
3. TAHAPAN PERENCANAAN
Peta Kontur
Rencanakan Trase Jalan
Perhitungan Alinyemen Horisontal
Perhitungan Jarak Pandang
Perhitungan Alinyemen Vertikal
Perhitungan Galian dan Timbunan
4. PETA KONTUR
DATA
1.Sudut Azimuth titik A terletak pada 1300.2.Tinggi rencana permukaanjalan dititik A terletak padadaerah galian sedalamduameter.
5. PERENCANAAN TRASE JALAN
Segmen 1 = 1 km, segmen 2 = 2,5 km, segmen 3 = 2,5 km
Sudut kedua tikungan masing-masing 40o
6. Menentukan Medan Jalan
Y1= ketinggian pada jarak -30 meter sebelah kanan
sumbu jalan
y2 = ketinggian pada jarak +30 meter sebelah kiri sumbu
jalan
h = ketinggian kontur
b = beda tinggi kontur
A1, B1 = jarak dari A atau B ke kontur terdekat
dibawahnya
A2, B2 = jarak dari A atau B ke kontur terdekat diatasnya
Kemiringan medan = |(y1 – y2)/ 60 |
= |(103,41 – 103,43)/ 60 |
= 0,0003
atau 0,03 %
y2 = h+(b.(B1/B1+B2)))
y2 =
y2 = 103,43 meter.
y1 = h + (b.(A1/(A1+A2)))
y1 =
y1 = 103,41 meter.
)
482 290
482
103,25 (0,25 x
)
542 230
542
103,25 (0,25 x
8. No.
Jenis Medan
Notasi
Kemiringan Medan (%)
1
Datar
D
< 3
2
Perbukitan
B
3 -25
3
Pegunungan
G
> 25
KriteriaMedan
Frekuensi(unit)
Persentase
(%)
Datar
61
100,00
Bukit
0
0,00
Gunung
0
0,00
Total
61
100,00
Medan Jalan : DATAR
Sumber : Perhitungan
Tabel Klasifikasi Medan Jalan
Sumber : Departemen PU, 1997
9. Panjang Bagian Lurus Maksimum
Fungsi
PanjangBagianLurusMaksimum
(m)
Datar
Bukit
Pegunungan
Arteri
3000
2500
2000
Kolektor
2000
1750
1500
Lokal
1500
1200
750
•Panjang Bagian Lurus Jalan Rencana : 2500 meter
•Fungsi Jalan : Arteri (Arteri II)
Sumber : Departemen PU, 1997
10. Kecepatan Rencana
Fungsi
Kecepatan Rencana, VR, km/jam
Datar
Perbukitan
Pegunungan
Arteri
70-120
60-80
40-70
Kolektor
60-90
50-60
30-50
Lokal
40-70
30-50
20-30
Kecepatan Rencana yang diizinkan :
70 –120 km/ jam
Sumber : Departemen PU, 1997
12. Tikungan Spiral -Circle -Spiral
Lc < 20 ?
Ρ< 0,25 ?
E < min (0,04) ?
Tikungan Spiral -Spiral
Tikungan Spiral -Circle -Spiral
Tikungan Full Circle
Tikungan Full Circle Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Sumber : Departemen PU, 1997
13. Kecepatan Rencana dan Jari-jari Tikungan
VR km/jam 120 100 80 60 50 40 30 20
Jari-jari
minimum
(Rmin) m
600 370 210 110 80 50 30 15
Tabel Panjang Jari-Jari Minimum
VR tikungan Pertama = 80 km/jam
VR tikungan kedua = 90 km/jam
Rmin tikungan Pertama = 210 meter
Rmin tikungan kedua = 290 meter
Sumber : Departemen PU, 1997
Sumber : Perhitungan
15. TIKUNGAN
PERTAMA
VR = 80 km/jam
Rmin = 210 meter
Maka, dipilih
Rrencana = 239 meter
Dan didapat:
e = 0,098
Ls = 70 meter
TIKUNGAN KEDUA
VR = 90 km/jam
Rmin = 200 meter
Maka, dipilih
Rrencana = 955 meter
Dan didapat:
e = 0,047
Ls = 75 meter
16. PETA DAN PERHITUNGAN TIKUNGAN PERTAMA
Tikungan Pertama
β 40o
V rencana 80
R min 210
Rrencana 239
Ls 70
ᶿs 8,3948512
ᶿc 23,210298
Lc 96,768889 Lc > 20
p 0,8562395 p > 0,25
e 0,098 e > 0,04
Tikungan SCS
Yc 3,4170153
Xc 69,84988
k 34,957284
p 0,8562395
Ts 122,258
Es 16,2497
Ltotal Sumber : Perhitungan 236,769
19. PETA DAN PERHITUNGAN TIKUNGAN KEDUA
Tikungan Kedua
β 40o
V rencana 90
R min 290
R rencana 955
Ls 75
ᶿs 2,2509754
ᶿc 35,498049
Lc 591,37778 Lc > 20
p 0,2447666 p < 0,25
e 0,047 e > 0,04
Tikungan FC
Tc 347,59157
Ec 61,289773
Lc 666,59
Sumber : Perhitungan
20. tan Δ
, atau
2
Δ
cos
2 π
360
Δ
tan Δ
4
1
0
2
1
Ec Tc
R
R
Ec
Lc R
Tc R
22. Jarak pandang adalah suatu jarak yang diperlukan oleh
seorang pengemudi pada saat mengemudi sehingga jika
melihat suatu halangan yang membahayakan, pengemudi
dapat melakukan sesuatu untuk menghindari bahaya
tersebut dengan aman.
Jarak Pandang Henti
Jarak minimum yang
diperlukan oleh setiap
pengemudi untuk
menghentikan
kendaraannya dengan
aman begitu melihat
adanya halangan di
depan.
Jarak Pandang Mendahului
Jarak yang
memungkinkan suatu
kendaraan mendahului
kendaraan didepannya
dengan aman sampai
kendaraan tersebut
kembali ke lajur semula
Sumber : Departemen PU, 1997
23. JARAK PANDANG HENTI
VR (km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20
Jh minimum (m) 250 175 120 75 55 40 27 16
VR (km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20
Jd (m) 800 670 550 350 250 200 150 100
JARAK PANDANG MENDAHULUI
Untuk mendapatkan nilai jarak pandang, diambil VR dari kedua
tikungan yang paling besar, yaitu VR = 90 km/jam. Maka dari tabel di
atas didapat nilai Jh minimum yaitu 147,5 meter
2
120 175
.
Dan nilai Jd = 610 meter
2
670 550
Sumber : Departemen PU, 1997
Sumber : Perhitungan
24. .
Daerah kebebasan samping atau jarak pandang pengemudi pada lengkung horisontal (di
tikungan) adalah pandangan bebas pengemudi dari halangan benda-benda di sisi jalan.
Tikungan Kedua (β = 40o)
Diketahui:
Ltotal = 591,37778 meter
Jhmin = 147,5 meter
Rc = 955 meter
Dapat disimpulkan bahwa jarak
pandangan lebih kecil dari pada
panjang tikungan (Jh < Lt), maka
digunakan rumus:
Tikungan Pertama (β = 40o)
Diketahui:
Ltotal = 236,72 meter
Jhmin = 147,5 meter
Rc = 239 meter
Dapat disimpulkan bahwa jarak
pandangan lebih kecil dari pada
panjang tikungan (Jh < Lt), maka
digunakan rumus:
E 11,3 meter
3,14 x 239
90 x 147,5
E 239 1 - cos
R
90 x Jh
E R 1 - cos
o
o
E 2,85 meter
3,14 x 955
90 x 147,5
E 955 1 - cos
R
90 x Jh
E R 1 - cos
o
o
Sumber : Departemen PU, 1997
Sumber : Perhitungan
25. .
Landai Vertikal
• Landai Positif (tanjakan)
• Landai Negatif (turunan)
Lengkung Vertikal
• Lengkung Cekung
• Lengkung Cembung
Alinyemen vertikal adalah garis potong yang dibentuk oleh
bidang vertikal melalui sumbu jalan. Alinyemen vertikal
sering kali disebut juga sebagai penampang memanjang jalan.
ALINYEMEN VERTIKAL
Sumber : Departemen PU, 1997
27. .
Berdasarkan tabel di atas tentang panjang kritis kelandaian maksimum
dengan VR = 90 km/jam dan kelandaian maksimumnya 4,5 %, maka
didapat panjang kritisnya adalah
545 meter.
2
630 460
Kecepatan Pada
Awal Tanjakan
km/jam
Kelandaian (%)
4 5 6 7 8 9 10
80 630 460 360 270 230 230 200
60 320 210 160 120 110 90 80
Perhitungan Panjang Kritis
(catatan: pada tabel di atas, kecepatan pada awal tanjakan hanya terlampir sampai
kecepatan 80 km/jam saja, sedangkan kecepatan yang direncanakan adalah 90 km/jam,
maka khusus pada perhitungan panjang kritis diambil kecepatan pada awal tanjakan
adalah 80 km/jam).
Sumber : Departemen PU, 1997
Sumber : Perhitungan
29. Grafik Panjang Lengkung Vertikal Cembungberdasarkan Jarak Pandang Henti (Jh)
Sumber : Departemen PU, 1997
30. .
Cekung (PV16)
Stationing PVI16 = 3+400
Elevasi PVI16 = 100,32 m
VR = 90 km/jam
g15 = 1%
g16 = -2%
A = |g16 – g15|
= |-2 % - 1 %|
= 3%
Jh =147,5 m
Lv = 55 m (grafik)
• Mencari Panjang Lengkung
Vertikal menurut jarak pandang
henti :
• Jh< Lv :
• Jh > Lv :
• Syarat mendapat nilai Lv: Syarat
pertama, Jh < (Jh > Lv), jika tidak
memenuhi maka dipakai Lv saat Jh < Lv.
Syarat kedua, jika sudah didapat nilai Lv
pada syarat pertama, Lv > 0, maka
diambil Lv tersebut, jika Lv < 0, dipakai
Lv dari grafik yaitu 55 meter.
• Pada perhitungan di atas, syarat Jh < (Jh
> Lv) tidak memenuhi karena 147,5 >
82,92, maka Lv sebenarnya yang dipakai
adalah Lv pada saat Jh < Lv yaitu 102,58
meter.
Perhitungan Lengkung Vertikal
h
2
h
v 120 3,5 . J
A . J
L
120 (3,5 x 147,5)
3 x (147,5 )
L
2
v
L 102,58 meter v
A
120 3,5 J
L 2 . J h
v h
3
120 3,5 (147,5)
L 2 (147,5) - v
L 82,92 meter v
Sumber : Perhitungan
31. .
0,38 meter
800
3 x 102,58
800
A x L
Ev v
1
x 102,58 25,65 meter
4
1
x L
4
1
X 1 v
x 25,65 0,1 meter
200 x 102,58
3
X
200 L
A
Y 2 2
v
1
Sta 3+100 → Terletak pada bagian lengkung vertikal berlandai -2 %.
Berada sejauh 300 meter di kiri PPV. PPV mempunyai ketinggian
100,32 meter. Sehingga elevasi sumbu jalan = 100,32 – (-2 %) (300) =
106,32 meter.
Sta 3+349 → Terletak tepat pada posisi PLV dengan kelandaian -2 %. Berada sejauh
½ L yakni 51 meter di kiri PPV. PPV mempunyai ketinggian 100,32
meter. Sehingga elevasi sumbu jalan = 100,32 – (-2 %) (51) = 101,34
meter.
Sta 3+400 → Terletak tepat pada posisi PPV. PPV mempunyai ketinggian 100,32
meter. Sehingga elevasi sumbu jalan = elevasi PPV + Ev = 100,32 +
0,38 = 103,70 meter.
Sta 3+451 → Terletak tepat pada posisi PTV dengan kelandaian 1 %.
Berada sejauh ½ L yakni 51 meter di kanan PPV. PPV mempunyai
ketinggian 100,32 meter. Sehingga elevasi sumbu jalan = 100,32 + (1
%) (51) = 100,83 meter.
Sta 3+700 → Terletak pada bagian lengkung vertikal berlandai 0 %. Berada sejauh
300 meter di kanan PPV. PPV mempunyai ketinggian 100,32 meter.
Sehingga elevasi sumbu jalan = 100,32 + (0 %) (300) = 100,32
meter.
Sumber : Perhitungan
32. . Cembung (PVI6)
Stationing PVI6 = 1+100
Elevasi PVI6 = 109,35 m
VR = 90 km/jam
g5 = 3 %
g6 = -1 %
A = |g6 – g5|
= |-1 % - 3 %|
= 4 %
Jh =147,5 m
Lv = 55 m (grafik)
• Mencari Panjang Lengkung Vertikal
menurut jarak pandang henti :
• Jh< Lv :
• Jh > Lv :
• Untuk mendapatkan nilai Lv yang
sebenarnya, Lv harus memenuhi dua
syarat, yaitu syarat pertama Jh < (Jh > Lv),
jika tidak memenuhi maka dipakai Lv saat
Jh < Lv. Syarat kedua, jika telah
mendapatkan nilai Lv dari syarat pertama,
Lv > 0, maka Lv tersebut bisa dipakai, jika
Lv < 0, maka nilai Lv yang dipakai yaitu Lv
dari grafik yaitu 55 meter.
• Pada perhitungan di atas, syarat Jh < (Jh >
Lv) memenuhi syarat karena 147,5 <
195,25 meter, maka Lv sebenarnya yang
dipakai adalah 195,25meter.
Perhitungan Lengkung Vertikal
399
A . J
L
2
h
v
399
4 x (147,5 )
L
2
v
L 218,11 meter v
A
399
L 2 . J v h
4
399
L 2 (147,5) - v
L 195,25 meter v
Sumber : Perhitungan
33. .
Sta 0+900 → Terletak pada bagian lengkung vertikal berlandai 3 %. Berada
sejauh 200 meter di kiri PPV. PPV mempunyai ketinggian 109,35
meter. Sehingga elevasi sumbu jalan = 109,35 – (3 %) (200) =
103,35 meter.
Sta 1+002 → Terletak tepat pada posisi PLVdengan kelandaian 3 %. Berada
sejauh ½ L yakni 98 meter di kiri PPV. PPV mempunyai ketinggian
109,35 meter. Sehingga elevasi sumbu jalan = 109,35 – (3 %) (98)
= 106,421 meter.
Sta 1+100 → Terletak tepat pada posisi PPV. PPV mempunyai ketinggian 109,35
meter. Sehingga elevasi sumbu jalan = elevasi PPV - Ev = 109,35 –
0,98 = 108,37 meter.
Sta 1+198 → Terletak tepat pada posisi PTVdengan kelandaian -1 %. Berada
sejauh ½ L yakni 98 meter di kanan PPV. PPV mempunyai
ketinggian 109,35 meter. Sehingga elevasi sumbu jalan = 109,35 +
(-1 %) (98) = 106,3 meter.
Sta 1+400 → Terletak pada bagian lengkung vertikal berlandai -2 %. Berada
sejauh 300 meter di kanan PPV. PPV mempunyai ketinggian
109,35 meter. Sehingga elevasi sumbu jalan = 109,35 + (-2 %)
(300) = 103,35 meter.
0,98 meter
800
4 x 195,25
800
A x Lv
Ev1
x 195,25 48,81 meter
4
1
x Lv
4
1
X1
x 48,81 0,24 m
200 x 195,25
4
X
200 x Lv
A
Y 2 2
1
Sumber : Perhitungan
34. .
Pekerjaan Galian
Diketahui data-data sebagai berikut:
Stasioning awal : 0+700
Stasioning akhir : 0+800
Elevasi awal tanah asli : 103,34 meter
Elevasi akhir tanah asli : 103,32 meter
Elevasi awal tanah galian: 100,72 meter
Elevasi akhir tanah galian: 102,44 meter
Jarak : 100 meter
Lebar jalan : 7 meter
Tinggi galian awal (sta.0+700) = (Elevasi
awal tanah asli) – (Elevasi awal tanah
galian) = 103,34 meter – 100,72 meter =
2,62 meter.
Tinggi galian akhir (sta.0+800) = (Elevasi
akhir tanah asli) – (Elevasi akhir tanah
galian) = 103,32 meter – 102,44 meter =
0,88 meter.
vol = luas x lebar
= 175 x 7
= 1225 m3
175 m2
2,62 0,88 100
2
1
Tinggi galian awal Tinggi galian akhir jarak
2
1
luas
Sumber : Departemen PU, 1997
35. .
Pekerjaan Timbunan
Diketahui data-data sebagai berikut:
Stasioning awal : 0+100 meter
Stasioning akhir : 0+200 meter
Elevasi awal tanah asli : 103,37 meter
Elevasi akhir tanah asli : 103,34 meter
Elevasi awal tanah timbunan: 105,48 meter
Elevasi akhir tanah timbunan: 109,53 meter
Jarak : 100 meter
Lebar jalan : 7 meter
Tinggi timbunan awal (sta.0+100) = (Elevasi
awal tanah timbunan) - (Elevasi awal
tanah asli) = 105,48 meter – 103,37 meter =
2,11 meter.
Tinggi timbunan akhir (sta.0+200) = (Elevasi
akhir tanah timbunan) - (Elevasi akhir
tanah asli) = 109,53 meter – 103,34 meter =
6,19 meter.
vol = luas x lebar
= 415 x 7
= 2905 m3
415 m2
2,11 6,19 100
2
1
Tinggi timbunan awal Tinggi timbunan akhir jarak
2
1
luas
Sumber : Perhitungan