1. Geometri jalan rel meliputi lebar sepur, kelandaian, lengkung horizontal dan vertikal, serta peninggian rel. Lebar sepur di Indonesia adalah 1067 mm.
2. Ada tiga jenis lengkung horizontal: lengkung lingkaran, lengkung S, dan lengkung transisi untuk mengurangi perubahan gaya sentrifugal.
3. Peninggian rel ditentukan oleh kecepatan kereta api, jari-jari lengkung, dan stabilitas kereta api dalam berhenti. Perlebaran
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Jalan Raya adalah suatu jalur tanah yang permukaannya dibentuk dengan kemiringan tertentu dan diberi perkerasan yang dipergunakan untuk lintasaan kendaraan maupun orang yang menghubungkan lalu lintas antara dua atau lebih tempat pemusatan kegiatan.
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Jalan Raya adalah suatu jalur tanah yang permukaannya dibentuk dengan kemiringan tertentu dan diberi perkerasan yang dipergunakan untuk lintasaan kendaraan maupun orang yang menghubungkan lalu lintas antara dua atau lebih tempat pemusatan kegiatan.
Perkerasan Jalan Raya Lentur dan Kaku, metode Analisis dan Manual
ANGGOTA KELOMPOK :
DHANES PRABASWARA ( I 0112029)
AYU ISMOYO SOFIANA ( I 0113021)
MUHAMMAD BUDI SANTOSO( I 0113080)
RAKE ADIUTO ( I 0113105)
SITI DWI RAHAYU ( I 0113124)
Pedoman Disain Geometrik Jalan 2020
Diunggah oleh Aji Suraji
Dosen Teknik sipil
Universitas Widyagama malang
Pedoman ini merevisi beberapa pedoman/tata cara tentang Perencanaan Geometrik Jalan yang selama ini digunakan. Revisi yang dilakukan meliputi struktur penyajian yang mengacu pada standar nasional Indonesia dan penambahan kandungannya untuk melengkapi kebutuhan sehingga dapat diaplikasikan baik oleh penyelenggara jalan di pusat maupun di daerah. Revisi ini disusun untuk mengakomodir tantangan dan hambatan dalam pembangunan jalan di Indonesia.
Perkerasan Jalan Raya Lentur dan Kaku, metode Analisis dan Manual
ANGGOTA KELOMPOK :
DHANES PRABASWARA ( I 0112029)
AYU ISMOYO SOFIANA ( I 0113021)
MUHAMMAD BUDI SANTOSO( I 0113080)
RAKE ADIUTO ( I 0113105)
SITI DWI RAHAYU ( I 0113124)
Pedoman Disain Geometrik Jalan 2020
Diunggah oleh Aji Suraji
Dosen Teknik sipil
Universitas Widyagama malang
Pedoman ini merevisi beberapa pedoman/tata cara tentang Perencanaan Geometrik Jalan yang selama ini digunakan. Revisi yang dilakukan meliputi struktur penyajian yang mengacu pada standar nasional Indonesia dan penambahan kandungannya untuk melengkapi kebutuhan sehingga dapat diaplikasikan baik oleh penyelenggara jalan di pusat maupun di daerah. Revisi ini disusun untuk mengakomodir tantangan dan hambatan dalam pembangunan jalan di Indonesia.
Perkerasan Kaku dan Lentur (Perkerasan Jalan Raya)Herlyn Meylisa
Bahan Presentasi Mata Kuliah Perkerasan Jalan Raya
Kelompok 4 (herlyn, emilia, tanty, fitria)
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret
2014
Setiap operasi penambangan memerlukan jalan tambang sebagai sarana infrastruktur yang vital di dalam lokasi penambangan dan sekitar-nya. Jalan tambang berfungsi sebagai penghubung lokasi-lokasi penting, antara lain lokasi tambang dengan area crushing plant, pengolahan bahan galian, perkantoran, perumahan karyawan dan tempat-tempat lain di wilayah penambangan. Konstruksi jalan tambang secara garis besar sama dengan jalan angkut di kota. Perbedaan yang khas terletak pada permukaan jalannya (road surface) yang jarang sekali dilapisi oleh aspal atau beton seperti pada jalan angkut di kota, karena jalan tambang sering dilalui oleh peralatan mekanis yang memakai crawler track, misalnya bulldozer, excavator, crawler rock drill (CRD), track loader dan sebagainya.
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Jalan Rel:
KELOMPOK 1
NISA HANIF
ALIF RAFLI ABDILLAH
AGUNG MADANI
KELAS REGULER A
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK DAN SAINS
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
Mata kuliah Perencanaan Jalan Rel membahas tentang sejarah dan perkembangan jalan rel dari masa ke masa, konstruksi jalan rel, sambungan jalan rel dan pembagian jalan rel, perencanaan geometrik jalan rel, serta penyelidikan lapangan struktur subgrade jalan rel dan perancangan geometrik jalan rel. Mahasiswa juga akan mempelajari tentang prasarana jalan rel, struktur jalan rel dan kriteria pembebanannya, komponen rel dan penambatnya, bantalan rel, dan struktur balas. Selain itu, mahasiswa akan mempelajari tentang sistem perawatan jalan rel di Indonesia.
Mata kuliah ini sangat penting bagi mahasiswa teknik sipil yang ingin mempelajari lebih dalam tentang perencanaan jalan rel. Mahasiswa akan mempelajari berbagai aspek terkait jalan rel, mulai dari sejarah dan perkembangan, konstruksi, hingga perawatan. Dalam mata kuliah ini, mahasiswa akan mempelajari tentang perencanaan geometrik jalan rel, yang meliputi perencanaan dimensi dan karakteristik jalan rel. Selain itu, mahasiswa juga akan mempelajari tentang struktur jalan rel dan kriteria pembebanannya, sehingga dapat merancang struktur jalan rel yang aman dan tahan lama.
Dalam perkembangan transportasi di Indonesia, pengembangan sarana transportasi menggunakan kereta api semakin berkembang. Oleh karena itu, mata kuliah Perencanaan Jalan Rel sangat penting untuk mempersiapkan mahasiswa teknik sipil dalam menghadapi tantangan pengembangan jalan rel di masa depan.
Pesawat sederhana merupakan bentuk paling sederhana dari alat atau pesawat yang rumit. Atau dengan kata lain, pesawat sederhana merupakan perlatan yang melakukan usaha dengan hanya satu gerakan. Penggunaan pesawat
sederhana dimaksukan agar memudahkan pekerjaan kita. Besar keuntungan yang diperoleh dari penggunaan pesawat sederhana dinamakan keuntungan mekanis. Keuntungan mekanis yang akan dihasilkan dari masing-masing pesawat sederhana ini berbeda-beda, bergantung jenis pesawat sederhana yang digunakan.
MATERI 4 K1 smt IV ALINYEMEN HORIZONTAL (2) geometriik jalan.pdfAnanto6
**Geometrik Jalan**
Geometrik jalan adalah jalur yang terdiri dari serangkaian garis lurus dan kurva yang dihubungkan oleh titik-titik transisi. Jalan ini dirancang untuk memberikan aliran lalu lintas yang efisien dan aman dengan meminimalkan waktu tempuh dan meningkatkan kenyamanan berkendara.
**Karakteristik Geometrik Jalan**
* **Kelurusan:** Panjang dan arah garis lurus yang membentuk jalan.
* **Kelengkungan:** Tingkat pembelokan pada kurva jalan.
* **Kemiringan:** Sudut jalan terhadap bidang horizontal.
* **Lebar:** Lebar permukaan jalan yang dapat dilalui kendaraan.
* **Bahur:** Area di samping permukaan jalan yang memberikan ruang ekstra untuk manuver dan pemeliharaan.
* **Median:** Pemisah fisik atau vegetatif yang membagi jalan menjadi dua arah lalu lintas.
* **Titik Transisi:** Bagian jalan yang menghubungkan garis lurus dan kurva, memungkinkan pengemudi menyesuaikan diri dengan perubahan arah.
**Jenis Geometrik Jalan**
* **Jalan Raya:** Jalan dengan akses terbatas, biasanya dengan beberapa jalur di setiap arah dan median yang lebar.
* **Jalan Tol:** Jalan raya yang tidak memiliki persimpangan sebidang.
* **Jalan Kolektor:** Jalan yang menghubungkan jalan raya dan jalan lokal, biasanya dengan beberapa jalur di setiap arah.
* **Jalan Lokal:** Jalan yang memberikan akses ke properti dan melayani lalu lintas lokal.
**Manfaat Geometrik Jalan**
* **Efisiensi Lalu Lintas:** Garis lurus dan kurva yang dirancang dengan baik mengurangi waktu tempuh dan meningkatkan kapasitas jalan.
* **Keselamatan:** Titik transisi yang dirancang dengan baik dan kelengkungan yang sesuai membantu pengemudi tetap berada di jalurnya dan menghindari kecelakaan.
* **Kenyamanan Berkendara:** Kemiringan dan lebar yang sesuai memberikan perjalanan yang mulus dan nyaman.
* **Estetika:** Geometrik jalan yang dirancang dengan baik dapat meningkatkan estetika lingkungan sekitarnya.
**Pertimbangan Desain**
Saat merancang geometrik jalan, insinyur mempertimbangkan faktor-faktor berikut:
* Volume dan jenis lalu lintas
* Kecepatan desain
* Topografi daerah
* Kondisi lingkungan
* Standar keselamatan
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini, insinyur dapat merancang geometrik jalan yang aman, efisien, dan nyaman bagi pengguna jalan.
1. MODUL 10
GEOMETRIK JALAN REL
1. PENGANTAR
Yang di maksud geometri jalan rel adalah bentuk dan ukuran jalan rel, baik pada arah
memanjang maupun arah melebar yang meliputi lebar sepur, kelandaian, lengkung horizontal
dan lengkung vertical, peninggian rel, pelebaran sepur.
2. LEBAR SEPUR ( S )
S = r + 2.f + 2.c, dimana: S = lebar sepur ( mm )
r = jarak antara bagian terdalam roda ( mm )
f = tebal flens ( mm )
c = celah antara tepi dalam flens dengan kepala rel
( mm )
Lebar sepur yang digunakan di Indonesia adalah
1067 mm ( 3 feet 6 inches )
3. LENGKUNG HORIZONTAL
Pada saat kereta api berjalan melalui lengkung horizontal, timbul gaya sentrifugal ke arah luar
yang berakibat :
a. Rel luar mendapat tekanan yang lebih besar dibandingkan rel dalam.
b. Keausan rel luar akan lebih banyak dibandingkan dengan yang terjadi pada rel dalam
c. Bahaya teergulingnya kereta api.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Alizar, MT JALAN REL 1
2. Untuk mencegah hal-hal diatas, maka lengkung horizontal perlu dibeeri peninggian pada rel
luarnya.
Terdapat 3 jenis lengkung horizontal :
1. Lengkung Lingkaran
Gambar 7.3 Kedudukan kereta/gerbong/lokomotif pada saat melalui lengkung horizontal.
R = jari – jari lengkung
D = dukungan komponen struktur rel
C = gaya sentrifugal
w = jarak antara kedua titik kontak antara roda dengan kepala rel.
G = berat kereta/gerbong/lokomotif
h = peninggian rel
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Alizar, MT JALAN REL 2
3. Pada gambar diatas, untuk berbagai kecepatan, jari-jari minimum yang digunakan perlu ditinjau
dari dua kondisi, yaitu :
• Gaya sentrifugal yang timbul diimbangi oleh gaya berat saja
• Gaya sentrifugal yang timbul C = ( m . V2
)/R dengan :
C = gaya sentrifugal
R = jari-jari lengkung lingkaran
V = kecepatan kereta api
m = massa ( G / g )
g = percepatan gravitasi = 9.81 m/detik2
Pendekatan yang dilakukan dalam perhitungan disain tikungan dengan memperhitungan
besarnya gaya sentrifugal yang terjadi, maka :
Gaya sentrifugal yang timbul diimbangi oleh gaya berat :
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Alizar, MT JALAN REL 3
4. Dimana :
V = kecepatan perancangan ( km/jam)
R = jari-jari lengkung horizontal ( m)
w = jarak antara kedua titik kontak roda dan rel ( 1120 mm)
h = peningian rel pada lengkung horizontal (mm)
g = percepatan gravitasi = 9.81 m/detik 2
8.8 x V2
8.8 x V2
didapat : h = -------------- sehingga, R = -----------------
R
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Alizar, MT JALAN REL 4
5. • Gaya sentrifugal yang timbul diimbangi oleh gaya berat dan kemampuan dukung
komponen struktur jalan rel
Kemampuan dukung struktur jalan rel yang dimaksud adalah kemampuan dukung total yang
dapat diberikan oleh komponen struktur jalan rel, yaitu rel, sambungan rel, penambat rel,
bantalan dan balas.
Besarnya dukungan komponen struktur jalan rel tergantung pada massa dan percepatan
sentrifugal, yaitu :
D = m . a a = percepatan sentrifugal, m = massa
Karena tan = h / w
Maka : karena V satuan km/jam maka diubah menjadi m/detik,
Sehingga :
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Alizar, MT JALAN REL 5
6. Besarnya percepatan sentrifugal ( a ) maksimum agar penumpang kereta api tetaap merasa
nyaman adalah 0,0478 . g , w jarak antara kedua titik kontak roda dan rel sebesar 1120m,
dengan penggunaan peninggian maksimum h maks sebesar 110m, maka :
4. Lengkung Lingkaran Tanpa Lengkung Transisi
h = 8,8(V2
/ R ) – 53,54
karena h = 0 ( tidak ada peninggian rel ), maka :
R = 0,164 V2
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Alizar, MT JALAN REL 6
7. i. Lengkung Transisi
Untuk mengurangi pengaruh perubahan gaya sentrifugal sehingga penumpang
kereta api tidak terganggu kenyamanannya, dapat digunakan lengkung transisi
yang tergantung pada perubahan gaya sentrifugal tiap satuan waktu, kecepatan,
dan jari-jari lengkung lingkaran.
Gaya sentrifugal = m . a = V2
/ R
t = waktu yang diperlukan untuk melintasi lengkung transisi = L/V
L = panjang lengkung transisi
V = kecepatan kereta api
Sehingga :
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Alizar, MT JALAN REL 7
8. Panjang lengkung minimum transisi yang diperlukan ialah :
L h = 0,01 . h . V
Dengan :
Lh = panjang minimum lengkung transisi ( m )
h = peninggian rel pada lengkung lingkaran ( mm )
V = kecepatan perancangan ( km/jam )
R = jari-jari lengkung lingkaran ( m )
Salah satu bentuk lengkung transisi adalah cubic parabola
TS = titik pertemuan antara bagian lurus dengan lengkung transisi
SC = titik pertemuan antara lengkung transisi dengan lengkung lingkaran
p = L/2 – R . sin
k = L – R . sin
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Alizar, MT JALAN REL 8
9. q = ( L2 / 6R ) + R . cos - R
dengan L adalah panjang lengkung peralihan ( Lh )
Lengkung transisi terbentuk parabola dari TS melalui A hingga titik SC, mulai SC
didapatkan lengkung lingkaran.
ii. Lengkung S
Pada dua lengkung dari suatu lintas yang berbeda arah lengkungnya terletak
bersambungan akan membentuk suatu lengkung membalik ( reverse curve )
dengan membentuk huruf S yang dikenal dengan lengkung S, dimana harus
diberi bagian lurus minimum 20m di luar lengkung transisi.
b. PERCEPATAN SENTRIFUGAL
Gaya sentrifugal adalah fungsi dari massa benda dan percepatan sentrifugal.
Percepatan sentrifugal adalah fungsi dari kecepatan dan jari-jari lengkung.
a = V2
/ R
percepatan sentrifugal yang timbul akan berpengaruh pada :
- Kenyamanan penumpang kereta api
- Tergesernya ( kea rah luar ) barang-barang di dalam kereta/gerbong/lokomotif dan
- Gaya sentrifugal yang berpengaruh pada keausan rel dan bahaya tergulingnya
kereta api.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Alizar, MT JALAN REL 9
10. Untuk mengatasinya perlu dilakukan langkah-langkah :
- Pemilihan jari-jari lengkung horizontal ( R ) yang cukup besar
- Pembatasan kecepatan kereta api ( V )
- Peninggian rel sebelah luar
Percepatan sentrifugal maksimum a maks = 0,0478 . g
g = percepatan gravitasi ( m/detik2
)
c. PENINGGIAN REL
Terdapat 3 peninggian rel :
- Peninggian normal
- Peninggian minimum
- Peninggian maksimum
i. Peninggian Normal
Peninggian normal disesuaikan pada kondisi komponen jalan, rel tidak ikut
menahan gaya sentrifugal.
h normal = 5,95 V2
/ R
V = kecepatan rencana ( km/jam )
R = jari-jari lengkung horizontal ( m )
h normal = peninggian normal ( mm )
ii. Peninggian Minimum
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Alizar, MT JALAN REL 10
11. Peninggian minimum berdasar pada kondisi gaya maksimum yang dapat ditahan
oleh komponen jalan rel dan kenyamanan penumpang kereta api.
h min = ( 8,8 V2
/ R ) – 53,54
iii. Peninggian Maksimum
Peninggian Maksimum ditentukan berdasarkan pada stabilitas kereta api pada
saat berhenti di bagian lengkung horizontal dengan pembatasan kemiringan
maksimum sebesar 10%.
Apabila di gunakan h = h maks = 110 mm, w = 1120 mm dan y untuk
kereta/gerbong/lokomotif yang digunakan di Indonesia = 1700 mm, maka
SF = 3,35 SF = w2
/ ( h . 2 . y )
iv. Penggunaan Peninggian Rel
Dalam pelaksanaannya, peninggian rel dilakukan dengan cara meninggikan rel
luar, bukan menurunkan rel dalam.
Peninggian rel dicapai dan dihilangkan tidak mendadak tetapi berangsur-angssur
sepanjang lengkung transisi. Pada keadaan lengkung horizontal tanpa lengkung
transisi, peniggian rel dicapai dan dihilangkan berangsur-angsur sepanjang suatu
“panjang transisi” dengan batasan panjang minimum yang pada dasarnya dapat
dihitung dengan :
Ph = 0,01 . h . v
Ph = panjang minimum “panjang transisi” ( m )
h = peninggian rel pada lengkung lingkaran ( mm 0
V = kecepatan perancangan ( km/jam )
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Alizar, MT JALAN REL 11
12. d. PERLEBARAN SEPUR
Analisis perlebaran sepur didasarkan pada kereta/geerbong yang menggunakan dua
gandar yaitu gandar depan dan gandar belakang merupakan satu kesatuan yang teguh
sehingga disebut gandar teguh ( rigid wheel base ) karena merupakan kesatuan maka
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Alizar, MT JALAN REL 12
13. gandar belakang akan tetap sejajar dengan gandar depan, sehingga pada waktu kereta
dengan gandar teguh melalui suatu lengkung, akan terdapat 4 kemungkinan posisi :
- Posisi 1 : gandar depan mencapai rel luar, gandar belakang pada posisi bebas di
antara rel dalam dan rel luar. Posisi ini disebut Jalan bebas.
- Posisi 2 : gandar depan mencapai rel luar, gandar belakang menempel pada rel
dalam tetapi tidak menekan, dan gandar belakang posisinya radial terhadap pusat
lengkung horizontal
- Posisi 3 : gandar depan menempel pada rel luar, gandar belakang menempel dan
menekan rel dalam. Baik gandar depan maupun gandar belakang tidak pada posisi
radial terhadap pusat lengkung horizontal
- Posisi 4 : gandar depan dan gandar belakang menempel pada rel luar. Posisi ini
dapat terjadi pada kereta/gerbong dengan kecepatan yang tinggi. Posisi 4 ini
disebut Jalan Tali Busur.
Gaya tekan yang timbul akibat terjepitnya roda kereta/gerbong akan
mengakibatkan keausan rel dan roda menjadi lebih cepat. Untuk menguranginya
maka perlu perlebaran sepur yang ukurannya dipengaruhi oleh :
- Jari-jari lengkung horizontal
- Jarak gandar depan dan belakang pada gandar teguh
- Kondisi keausan roda kereta dan rel
Ukuran perlebaran sepur di Indonesia
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Alizar, MT JALAN REL 13