Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku pasien dengan pelayanan klinik sanitasi di Puskesmas Pameungpeuk Kabupaten Bandung tahun 2016.
2. Metode penelitian menggunakan pendekatan mixed method (kuantitatif dan kualitatif) dengan sampel sebanyak 82 orang.
3. Hasil penelitian menunjukkan pen
Permenkes No 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar pada standar...Muh Saleh
Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan yang
selanjutnya disebut SPM Kesehatan merupakan
ketentuan mengenai Jenis dan Mutu Pelayanan Dasar
yang merupakan Urusan Pemerintahan Wajib yang
berhak diperoleh setiap Warga Negara secara minimal.
Permenkes No 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar pada standar...Muh Saleh
Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan yang
selanjutnya disebut SPM Kesehatan merupakan
ketentuan mengenai Jenis dan Mutu Pelayanan Dasar
yang merupakan Urusan Pemerintahan Wajib yang
berhak diperoleh setiap Warga Negara secara minimal.
Setiap pelaksanaan kegiatan di Puskesmas memiliki risiko. Risiko tersebut harus diidentifikasi, diprioritasi, dan kemudian dikelola sehingga bisa dihilangkan, dihindari dan/atau dikurangi dampaknya.
Update bisa diakses di: https://1drv.ms/p/s!Al8RLk3mI16-hO9nX3cuZlb7lt5_gg?e=iBalNv
Pengantar Aplikasi ICRA bagi PPI di Rumah SakitCahya Legawa
Salah satu program PPI di rumah sakit adalah menyusun dokumen ICRA. Presentasi ini memberikan gambaran umum tentang menyusun ICRA saat merencanakan konstruksi di walayah rumah sakit, dan pertimbangannya dalam pengendalian infeksi.
Akreditasi rumah sakit juga mewajibkan setiap rumah sakit mendokumentasikan ICRA.
Setiap pelaksanaan kegiatan di Puskesmas memiliki risiko. Risiko tersebut harus diidentifikasi, diprioritasi, dan kemudian dikelola sehingga bisa dihilangkan, dihindari dan/atau dikurangi dampaknya.
Update bisa diakses di: https://1drv.ms/p/s!Al8RLk3mI16-hO9nX3cuZlb7lt5_gg?e=iBalNv
Pengantar Aplikasi ICRA bagi PPI di Rumah SakitCahya Legawa
Salah satu program PPI di rumah sakit adalah menyusun dokumen ICRA. Presentasi ini memberikan gambaran umum tentang menyusun ICRA saat merencanakan konstruksi di walayah rumah sakit, dan pertimbangannya dalam pengendalian infeksi.
Akreditasi rumah sakit juga mewajibkan setiap rumah sakit mendokumentasikan ICRA.
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejoReniAnjarwati
AUDIT STUNTING BADUTA DESA BENGKAK YANG MENGALAMI MALNUTRISI
DARI HASIL RECALL 24 JAM DIPEROLEH HASIL :1. ENERGI 53,8 % (DEFISIT TINGKAT BERAT)2. KARBOHIDRAT 60,74% (DEFISIT TINGKAT BERAT)3. PROTEIN 113,5% (NORMAL)4.LEMAK 86,8% (DEFISIT TINGKAT RINGAN)
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxEmohAsJohn
PENGKAJIAN MUSKULOSKELETAL
Gangguan neurologi sangat beragam bentuknya, banyak dari pasien yang menderita gangguan memori dan tidak mampu menjalani aktivitas sehari-hari secara normal. Penyakit-penyakit neurologi kebanyakan memiliki efek melemahkan kehidupan pasien, sehingga memberikan pengobatan neurologis sangat penting bagi kehidupan pasien.
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garutjualobat34
Jual Obat Aborsi Cytotec | 083848007379 | Obat Aborsi Cytotec | Obat Telat Bulan | Obat Pelancar Haid | Obat Penggugur Kandungan | Cara Aborsi Aman | Cara Menggugurkan Kandungan | Apotek Cytotec | Klinik obataborsi7 | Jual Jamu Aborsi | Tempat Aborsi | Jual Obat Cytotec | Agen Cytotec | Alamat Penjual Cytotec | Tempat Penjual Cytotec | Harga Obat Aborsi | Harga Obat Cytotec | Obat Aborsi Wilayah.
Hp / WA :083848007379
APOTEK : Kami Jual Obat Aborsi Cytotec Hub :083848007379 | Jual Obat Aborsi Cytotec| Obat Penggugur Kandungan Cytotec |
Obat Pelancar Haid Tuntas. Dengan harga yang bisa Anda pilih sesuai usia kandungan Anda.
Tips menghindari penjual obat palsu:
(1) Hindari penawaran dengan harga yang murah / murahan hasil pasti (GAGAL).
(2) Layanan Setiap Waktu, bisa di TLP, dengan Respon yang baik & cepat.
(3) Mendapatkan No Resi Pengiriman supaya anda bisa cek melalui JNE/TIKI/POS terdekat untuk mengetahui / memastikan pesanan anda.
(4) Ada berbagai BUKTI nyata tanpa rekayasa & TERPERCAYA.
(5) Mintalah foto obat dengan mencantumkan alamat Anda di sekitarnya sebelum Anda mentransfer pembayaranya.
DAFTAR LENGKAP HARGA PAKET OBAT CYTOTEC AMAN DAN TERPERCAYA
Berikut daftar lengkap dari berbagai paket Obat Aborsi Cytotec — Obat Aborsi Tuntas — Obat Penggugur Kandungan ( Obat Telat Bulan — Dan Obat Aborsi Ampuh )
PAKET OBAT ABORSI HARGA STANDAR DAN HARGA TUNTAS
Paket Standar . 1 – 4 Minggu Rp. 800.000,
– Paket Tuntas 1 Bulan – Rp. 1.000.000,-
Paket Standar . 4 – 8 Minggu Rp. 1.200.000,
– Paket Tuntas – Rp. 1.500.000,-
Paket Standar . 8 – 12 Minggu Rp. 1.800.000,
– Paket Tuntas – Rp. 2.100.000,-
Paket Standar . 12 – 16 Minggu Rp. 2.400.000,
– Paket Tuntas – Rp. 2.800.000,
-16 – 24 Minggu Rp. 3.500.000,-
28 – 32 Minggu Rp. 4.500.000,-
Paket Obat Telat Bulan — Obat Aborsi Standar 90% Tingkat keberhasilan* Paket Obat Telat Bulan — Obat Aborsi Tuntas 99% Tingkat keberhasilan
INGAT … JANGAN TERGIUR HARGA MURAH … ANDA BISA MENYESAL, KARNA OBAT YANG ASLI MASIH BERKEMASAN TABLET UTUH, BENTUKNYA TABLET PUTIH SEGI ENAM BUKAN BULAT POLOS….!
TERIMAKASIH ATAS KEPERCAYAAN ANDA MENJADI PELANGGAN
KAMI
Pengiriman obat aborsi ampuh dilakukan melalui Tiki, Jne, pos indonesia untuk luar negri pos EMS EXPRESS 1–2 HARI SAMPAI. UNTUK LUAR NEGERI PAKET EMS 3–4 HARI DIJAMIN 100% SAMPAI DITEMPAT TUJUAN ALAMAT RUMAH ANDA,
INGAT … JANGAN TERGIUR HARGA MURAH … ANDA BISA MENYESAL
BUKTI PENGIRIMAN YANG DI KEMAS
Wa :083848007379
FORMAT PEMESANAN Pengiriman Via Paket JNE / TIKI / POS EMS INTERNASIONAL Untuk Luar Kota dan Luar Negeri.
Anda Bisa SMS kan Format Pemesanan Seperti Di Bawah Ini :
Nama Lengkap : __
Alamat Lengkap : __
No. Hp Aktif : __
Pesanan Barang : __
Bank Transfer : __
? Contoh Format Pemesanan
Nama Lengkap : Amelia Lestary
Alamat Lengkap : Jl. Pahlawan No.105
No. Hp Aktif : 08123456xxx
Pesanan Barang : Paket Obat Aborsi No.4, Rp xxxxxx
Transfer Bank : Via Bank BRI / BNI / MANDIRI / BCA
Lalu Anda Kirimkan SMS Ke Nomer Kami
.
1. 1STIKes Dharma Husada Bandung
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PASIEN DENGAN
PELAYANAN KLINIK SANITASI DI PUSKESMAS PAMEUNGPEUK
KABUPATEN BANDUNG
TAHUN 2016
Dr. Hj. Sri Komalaningsih., M. S1
, Ejeb Ruhyat, S.KM., M.KM2
, Tita Nurseha,S.KM3
123
Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat, STIKes Dharma Husada Bandung
Jl. Terusan Jakarta No.75 Bandung
ABSTRAK
Jumlah pasien dengan penyakit berbasis lingkungan di Puskesmas Pameungpeuk Kabupaten Bandung
tahun 2015 sebanyak 9339, data penyakit TB (224), ISPA (6462), Diare (729), dan Kulit (2877).
Berdasarkan data tersebut yang dirujuk konseling ke klinik satitasi sebanyak 465 orang. Masalah
kesehatan berbasis lingkungan disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak memadai baik kualitas
maupun kuantitasnya serta perilaku hidup sehat masyarakat yang masih rendah. Klinik sanitasi
sebagai salah satu pelayanan di puskesmas yang mengintegrasikan antara upaya kuratif, promotif, dan
preventif, yang mempunyai peran sebagai pusat informasi, pusat rujukan di bidang kesehatan
lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku
pasien dengan pelayanan klinik sanitasi di Puskesmas Pameungpeuk Kabupaten Bandung tahun 2016.
Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed method (kuantitatif dan kualitatif). Sampel sebanyak
82 orang dengan teknik acak sederhana dan 3 informan secara purposive sampling. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner untuk kuantitatif dan kualitatif dengan wawancara mendalam. Analisis data
dilakukan secara univariat dan bivariat dengan uji chi-square. Hasil penelitian kuantitatif menunjukan
pengetahuan kurang (54,9%), sikap negatif (59,8%), perilaku kurang (68,3%), pelayanan klinik
sanitasi buruk (61,0%) dan masing-masing variabel memiliki nilai hubungan yang signifikan α<0,05.
Hasil kualitatif menemukan kurang efektifnya pelaksanaan klinik sanitasi, Terbatasnya petugas dan
waktu pelaksanaan klinik sanitasi dan Kurang kondusifnya ruangan pelayanan klinik sanitasi. Saran
kepada pihak puskesmas dapat meningkatkan sosialisasi kunjungan yang lebih banyak mengenai
klinik sanitasi kepada masyarakat sehingga masyarakat tidak memandang klinik sanitasi buruk, serta
masyarakat dapat memanfaatkannya sesuai yang diharapkan dan dapat lebih bersikap positif
The number of patients with the disease based on the environment in Puskesmas Pameungpeuk
Bandung regency in 2015 are 9339 Based on data TB (224), ISPA (6462), diarrhea (729), and Skin
(2877). In which there are 465 people who recomended to a counseling. Environment-based health
problems caused by inadequate environmental conditions both in quality and quantity as well as the
healthy behavior of society is still low. Clinic sanitation as one of the services at the health center that
integrates between curative, promotive and preventive, which have a role as an information center, a
referral center in the field of environmental health. The aim of research to determine the relationship
of knowledge, attitudes and behaviors of patients with sanitation clinical services in Puskesmas
sanitation Pameungpeuk Bandung regency in 2016. This study used a mixed method approach
(quantitative and qualitative). A sample of 82 people with simple random technique and 3 informants
pusposive sampling. Collecting data using questionnaires for quantitative and qualitative in-depth
interviews. Data analysis was performed using univariate and bivariate with chi-square test. The
results of quantitative research showed less knowledge (54.9%), negative attitude (59.8%), the
behavior was less (68.3%), poor sanitation clinic services (61.0%), and each variable has a
significant value of relationships α <0.05. Qualitative results found less effective implementation of
sanitation clinic, limited personnel and time of the clinic rooms sanitary and less conducive sanitation
clinic services. Advice to the clinic is improve socialization visits regarding sanitation clinic to the
community so that people do not underestimate sanitation clinic, and people can use it as expected
and can be more positive
Kata Kunci : Sikap, Pengetahuan, Perilaku, Pasien, Pelayanan Klinik Sanitasi.
2. 2STIKes Dharma Husada Bandung
PENDAHULUAN
Salah satu tujuan Pemerintah Kabupaten/Kota
yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan
adalah membebaskan penduduk dari penularan
atau transmisi penyakit dengan cara
menghilangkan sumber penyakit, melakukan
penyehatan lingkungan, dan meningkatkan
perilaku hidup sehat penduduk serta
memberikan kekebalan terhadap serangan
penyakit (Achmadi, 2014).
Masalah kesehatan berbasis lingkungan
disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak
memadai baik kualitas maupun kuantitasnya
serta perilaku hidup sehat masyarakat yang
masih rendah sehingga mengakibatkan
penyakit-penyakit berbasis lingkungan
muncul, seperti: diare, ISPA, malaria, DBD,
TBC, yang masih mendominasi 10 penyakit
terbesar puskesmas dan merupakan pola
penyakit utama di Indonesia (Kemenkes,
2013).
Puskesmas merupakan ujung tombak yang
paling depan di wilayah kerjanya untuk
meningkatkan status kesehatan masyarakat.
Salah satu fungsi puskesmas yang penting
adalah mengembangkan dan membina
kemandirian masyarakat dalam memecahkan
masalah kesehatan yang timbul,
mengembangkan kemampuan dan kemauan
masyarakat baik berupa pemikiran maupun
kemampuan yang berupa sumber daya. Oleh
sebab itu diperkenalkan dan dikembangkan
suatu alternatif pemecahan masalah kesehatan
lingkungan yaitu klinik sanitasi (Kemenkes,
2013).
Klinik sanitasi sebagai salah satu pelayanan di
puskesmas yang mengintegrasikan antara
upaya kuratif, promotif, dan preventif, yang
mempunyai peran antara lain sebagai pusat
informasi, pusat rujukan fasilitator di bidang
kesehatan lingkungan dan penyakit berbasis
lingkungan, sampai sekarang kegiatan ini
belum berjalan optimal, baik dalam maupun
luar gedung, hal ini dibuktikan dengan masih
sangat kurangnya kunjungan klien atau pasien.
Perilaku masyarakat yang kurang mendukung
dapat menurunkan kualitas dan kuantitas
lingkungan sehingga mengakibatkan dampak
buruk bagi kesehatan masyarakat maupun
individu (Kemenkes, 2013).
Menurut Notoatmodjo (2014) banyak alasan
seseorang untuk berperilaku. WHO
menganalisis bahwa yang menyebabkan
seseorang itu berperilaku tertentu adalah
karena alasan pokok, yaitu: pengetahuan,
kepercayaan, sikap, orang penting sebagai
referensi, sumber-sumber daya (resources).
Keseluruhan alasan tersebut menjadi faktor
pada masyarakat untuk berperilaku dalam
memanfaatkan klinik sanitasi ini. Beberapa
alasan tersebut dipisahkan menjadi 3 faktor
utama, yaitu faktor pengetahuan, sikap,
perilaku faktor pendorong meliputi petugas
klinik sanitasi itu sendiri.
Sanitasi merupakan salah satu tantangan yang
paling utama bagi negara berkembang. Di
seluruh dunia, 780 juta orang tidak memiliki
akses terhadap air minum dan 2,5 miliar
kekurangan sanitasi yang baik. Menurut
WHO, diare adalah penyebab utama kedua
kematian pada anak di bawah lima tahun dan
morbiditas di dunia. Secara global, ada hampir
1,7 miliar kasus penyakit diare setiap tahun
dan membunuh sekitar 760.000 anak balita
setiap tahunnya. Hal ini menimbulkan masalah
kesehatan lingkungan yang besar, serta
merugikan pertumbuhan ekonomi dan potensi
sumber daya manusia pada skala nasional
(WHO, 2013).
Penelitian Widya (2014) tentang gambaran
faktor predisposisi, pendukung dan pendorong
pada masyarakat dalam pemanfaatan klinik
sanitasi di kota medan menunjukan dari
sampel sebanyak 90 KK diketahui bahwa
faktor predisposisi pada masyarakat dalam
pemanfaatan klinik sanitasi yaitu memiliki
pengetahuan baik sebesar 52,2%, sikap baik
sebesar 44,4%, kepercayaan pada klinik
sanitasi baik sebesar 86,7%. Faktor pendukung
yaitu menyatakan jika keberadaan sarana dan
prasarana klinik sanitasi baik sebesar 13,3%,
dan sosialisasi klinik sanitasi seluruhnya tidak
baik. Faktor pendorong yaitu keberadaan
petugas klinik sanitasi menyatakan jika
petugas klinik sanitasi baik sebesar 25,6%
Kegiatan klinik sanitasi ini dibagi menjadi 2
yaitu dalam dan luar gedung, di antara
keduanya kegiatan dalam gedung adalah
kegiatan yang utama yang harus dilakukan
sebelum kegiatan luar gedung. Namun sampai
sekarang kegiatan ini belum berjalan optimal,
baik dalam maupun luar gedung, hal ini
dibuktikan dengan masih sangat kurangnya
kunjungan klien atau pasien. Perilaku
masyarakat yang kurang mendukung dapat
menurunkan kualitas dan kuantitas lingkungan
sehingga mengakibatkan dampak buruk bagi
kesehatan masyarakat maupun individu.
Banyak faktor yang membuat masyarakat
tidak mengunjungi klinik sanitasi.
3. 3STIKes Dharma Husada Bandung
Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di
Puskesmas Pameungpeuk Kabupaten Bandung
tahun 2016 jumlah pasien dengan penyakit
berbasis lingkungan tahun 2015 sebanyak
9339, Data penyakit TB (224), ISPA (6462),
Diare (729), dan Kulit (2877) dari jumlah data
tersebut yang dilakukan konseling 465 orang.
Kemudian diperoleh informasi bahwa target
cakupan pelayanan klinik sanitasi hanya 4%,
sedangkan target pemanfaatan yang harus
dicapai sebesar 25% disebabkan jumlah
pengunjung yang kurang, Petugas berpendapat
bahwa kurang dimanfaatkannya klinik sanitasi
karena kesadaran masyarakat terhadap
pentingnya upaya pencegahan untuk
mencegah penyakit berbasis lingkungan masih
kurang. Masyarakat datang ke puskesmas
hanya sekedar melakukan pengobatan saja.
Fenomena dan data di atas menarik peneliti
untuk melakukan penelitian tentang hubungan
pengetahuan, sikap dan perilaku pasien dengan
pelayanan klinik sanitasi di Puskesmas
Pameungpeuk.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode pendekatan penelitian yang digunakan
yaitu metode kombinasi atau mixed methods.
Metode kombinasi adalah pendekatan
penelitian yang menggabungkan atau
menghubungkan dua jenis metode dalam
penelitian, yaitu metode kuantitatif dan
metode kualitatif (Creswell dalam Sugiyono,
2014). Sejalan dengan yang diungkapkan
oleh Tashakkori dan Creswell (Donna. M.
Martens dalam Sugiyono, 2014), ‘penelitian
kombinasi merupakan penelitian dimana
peneliti mengumpulkan dan menganalisis
data, mengintegrasikan temuan dan menarik
kesimpulan secara inferensial dengan
menggunakan dua pendekatan atau metode
penelitian kuantitatif dan penelitian
kualitatif dalam satu studi’. Pertimbangan
menggunakan metode ini berdasarkan pada
asumsi bahwa penelitian dapat menggunakan
metode kombinasi karena masing-masing
metode memiliki kekuatan dan kelemahan.
Metode kombinasi atau mixed methods ini
akan saling melengkapi data penelitian
yang dikumpulkan oleh peneliti Hanson.
et.al. (2010) dalam Sugiyono (2014).
Jenis penelitian Kuantitatif
Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskritif Korelatif
dimaksudkan untuk mencari, menguji
hubungan antara variabel atau
mengungkapkan hubungan korelatif antar
variabel independen dan dependen secara
kuantitatif.
Pendekatan Waktu Pengumpulan Data
Pendekatan waktu pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah cross
sectional. Cross sectional adalah penelitian
dengan melakukan pengukuran atau
pengamatan pada saat bersamaan
(Notoatmodjo, 2012). Penelitian Data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu yang
meliputi Pengetahuan, Sikap dan perilaku
pasien serta pelayanan klinik sanitasi di
Puskesmas Pameungpeuk Kabupaten Bandung
tahun 2016
Metode Pengumpulan Data
Data Primer : Data yang diambil secara
langsung dari 82 responden menggunakan
kuesioner, yang terdiri pertanyaan-pertanyaan
khusus sesuai instrumen penelitian yang
dilakukan.
Data Sekunder : Data sekunder adalah data
yang diperoleh dari laporan Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Barat, Dinas Kesehatan
Kabupaten Bandung, Puskesmas Pameunpeuk
Bandung yang dapat digunakan untuk
melengkapi dan mendukung data primer.
Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek/subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono)
Pendapat lain mengenai populasi adalah
keseluruhan unit analisis yang karakteristiknya
akan diduga. Anggota (unit) populasi disebut
elemen populasi (Notoatmodjo, 2012).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
pasien pelayanan klinik sanitasi yang dilihtat
berdasarkan catatan data register pembinaan
Puskesmas Pameungpeuk Kabupaten Bandung
tahun 2016 sebanyak 465 orang setahun.
Sampel penelitian adalah sebagian yang
diambil dari keseluruhan objek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi
(Notoatmodjo, 2012). Penarikan sampel akan
menggunakan metode simple random
sampling (acak sederhana) dengan cara
melakukan undian. Jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah sampel dengan
menggunakan rumus pengambilan sampel
yaitu :
4. 4STIKes Dharma Husada Bandung
𝒏 =
𝐍
𝟏 + 𝑵. 𝒆 𝟐
Keterangan
n = Number of sampel (jumlah sampel)
N = Total population (jumlah seluruh anggota
populasi)
e2 = Error tolerance (toleransi terjadinya
galat; taraf signifikasi untuk sosial dan
pendidikan lazimnya 0,1), dari rumus diatas
dapat diambil sampel sebesar,
Diketahui : N = 465 e2 = 0.1
𝒏 =
𝟒𝟔𝟓
𝟏 + 𝟒𝟔𝟓. 𝟎, 𝟏 𝟐
𝒏 =
𝟒𝟔𝟓
𝟓, 𝟔𝟓
= 82, 3 Responden (82 orang)
Menurut rumus diatas dapat diketahui bahwa
populasi pada penelitian ini adalah jumlah 6
Desa yang berada di Wilayah Kerja
pembinaan puskesmas Pameungpeuk
Kabupaten Bandung yaitu 465 orang. Adapun
besar atau jumlah pembagian sampel untuk
masing-masing Desa dengan menggunakan
rumus menurut Sugiyono (2007) :
𝒏 =
𝑿
𝑵
x N1
Keterangan:
n = Jumlah sampel yang diinginkan setiap
strata
N = Jumlah seluruh populasi
X = Jumlah populasi pada setiap strata
N1= Sampel
Berdasarkan rumus, jumlah sampel dari
masing-masing 6 Desa yaitu sebagai berikut :
Tabel 3.2 Data Jumlah Pasien di Konseling
dari 6 Desa Di Wilayah Kerja Pembinaan
Puskesmas Pameungpeuk Kabupaten
Bandung.
No Nama Desa Jumlah Sampel
1. Langosari
76
465
𝑥 82 13
2. Sukasari
104
465
𝑥 82 18
3. Bojongmanggu
89
465
𝑥 82 16
4. Rancamulya
62
465
𝑥 82 11
5. Rancatungku
78
465
𝑥 82 14
6. Bojongkunci
56
465
𝑥 82 10
Jumlah 465 82
Setelah dilakukan perhitungan, jumlah sampel
yang dibutuhkan sebesar 82 orang. Jumlah
sampel masing-masing Desa yaitu Langosari
sebesar 14 orang, Sukasari sebanyak 18 orang,
Bojongmanggu sebanyak 16 orang,
Rancamulya sebanyak 11 orang, Rancatungku
sebanyak 14 orang, Bojongkunci sebanyak 10
orang.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang
digunakan untuk pengumpulan data. Instrumen
yang digunakan dalam pengumpulan data
kuantitatif dalam penelitian ini berupa
kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah
pertanyaan atau pernyataan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang
pribadinya atau hal-hal yang diketahui
(Notoatmodjo, 2012).
Langkah-langkah penyusunan kuesioner
dilakukan yang terdiri dari pengetahuan, sikap
dan perilaku pasien dengan pelayanan Klinik
Sanitasi di Puskesmas Pameungpeuk
Kabupaten Bandung. Selanjutnya instrumen
tersebut disusun menjadi instrumen yang
digunakan untuk mengumpulkan data,
sebelumnya dilakukan uji validitas dan
reliabilitas pada instrumen tersebut
(Notoatmodjo, 2012).
Hasil Uji Validitas dan reliabilitas
Uji validitas dilakukan untuk menguji
ketepatan setiap item dalam mengukur
instrumennya. Teknik uji yang digunakan
adalah teknik Korelasi Item-Total melalui
Koefisien Korelasi Product-Moment dengan
ketentuan: bila r hasil > r tabel, maka
pertanyaan yang diuji kevalidannya
korelasikan dengan skor total seluruh item
Instrumen (Arikunto, 2014).
Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik
korelasi “product moment” yang dirumuskan
sebagai berikut :
rxy =
𝑵(∑ 𝑿𝒀)−(∑ 𝑿 ∑ 𝒀)
√{∑ 𝑿 𝟐−(∑ 𝑿) 𝟐}−{𝑵 ∑ 𝑿 𝟐−(∑ 𝑿) 𝟐}
Keterangan :
rxy : Indeks dua variabel yang
dikorelasikan
X : Skor rata-rata dari X
Y : Skor rata-rata dari Y
Pada peneliti ini dengan jumlah Responden
yang dibutuhkan sebanyak 30 orang dengan r
tabel 0,361 dan ditentukan berdasarkan nilai
baku dimana, jika r hitung >0,361= Valid, dan
<0,361=tidak valid.
Hasil uji validitas dilakukan di Puskesmas
Ciparay menunjukan bahwa variabel
pengetahuan didapatkan r tabel tertinggi
sebesar 0,619 dan r tabel terendah sebesar
5. 5STIKes Dharma Husada Bandung
0,399. Variabel sikap didapatkan r tabel
tertinggi sebesar 0,685, dan r tabel terendah
sebesar 0,567. Variabel perilaku didapatkan r
tabel tertinggi sebesar 0,858, sedangkan r tabel
terendah sebesar 0,520. Variabel pelayanan
klini sanitasi didapatkan r tabel tertinggi
sebesar 0,942 dan r tabel terendah sebesar
0,873. Hasil uji validitas dari setiap variabel
menunjukan r tabel≥0,361, keputusanya maka
sudah layak dilakukan penelitian terhadap
responden yang sebenarnya yaitu 82 orang.
Uji Reliabilitas
Menurut Notoatmodjo (2014), reliabilitas
adalah indeks yang menunjukan sejauh mana
suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat
diandalkan. Uji reliabilitas dilakukan untuk
menguji kehandalan atau konsistensi
instrument. Item-item yang dilibatkan dalam
uji reliabilitas adalah seluruh item yang valid
atau setelah item yang tidak valid disisihkan.
Untuk mengukur reliabilitas secara statistik
digunakan koefisien reliabilitas alpha
cornbach yang dirumuskan sebagai berikut:
α = [
𝒌
𝒌−𝟏
] − [
𝟏−∑ 𝒔 𝟐 𝒋
𝒔 𝟐 𝒙
]
(Sumber : Azwar, 2009)
Dimana :
: Koefisien reliabilitas alpha
K : Banyaknya item pernyataan
s2
j : Varians skor setiap item
s2
x : Varians skor total
Jumlah Responden yang dibutuhkan sebanyak
30 orang. Ketentuannya bila r alpha >
konstanta (0,6) maka pertanyaan tersebut
reliabel (Riyanto, 2011). Hasil uji validitas
yang telah dilakukan terhadap 30 orang, maka
didapatkan nilai reliabel masing-masing
variabel adalah sebagai berikut, pengetahuan
(0,840), sikap (0,833), perilaku (0,861) dan
pelayanan klinik sanitasi (0,902). Hasil
tersebut menunjukan r tabel≥0,6, maka
keputusanya setiap variabel sudah reliabel dan
layak digunakan penelitian.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah
pengumpulan data yang dilakukan dengan
berbagai setting, sumber, dan cara
(Notoatmodjo, 2012). Teknik pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian
kuantitatif adalah wawancara terstruktur
dengan instrument kuesioner.
Wawancara terstruktur adalah wawancara
yang terstruktur dengan alat bantu instrument
yang ada pertanyaan dan alternatif jawabannya
telah disiapkan (Notoatmodjo, 2012).
Sedangkan untuk data Kualitatif dilakukan
wawancara mendalam terhadap tiga Informan.
Teknik Pengolahan dan Analisa Data
Teknik Pengolahan data
Menurut Notoatmodjo (2014), proses
pengolahan data ini melalui tahap-tahap
sebagai berikut : Editing (Pengeditan Data),
Coding (Pengkodean), Data Entry (Pemasukan
Data), Cleaning Data (Pembersihan Data)
Analisis Data
Analisa data yang dilakukan dalam penelitian
kuantitatif menggunakan beberapa analisis,
yaitu :
Analisis univariat yang digunakan untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan setiap
variabel yaitu variabel pengetahuan, sikap,
perilaku dan pelaynan klinik sanitasi. Dari
nilai-nilai yang diperoleh pada tiap
pertanyaan, dipakai sebagai data yang mudah
dianalisis dan disimpulkan sesuai dengan
masalah yang dikemukakan, maka penyebaran
nilai-nilai tersebut perlu diringkas dalam suatu
distribusi frekuensi. Distribusi frekuensi
adalah suatu penyajian dalam bentuk tabel
yang berisi data yang telah digolong-
golongkan ke dalam kelas-kelas menurut
urutan tingkatannya beserta jumlah individu
yang termasuk dalam masing-masing kelas
dengan suatu persentase.
Analisis bivariat digunakan untuk melihat
hubungan dari masing-masing variabel
independen dengan variabel dependen. Pada
penelitian ini variabel dependen merupakan
variabel numerik, maka untuk membuktikan
adanya hubungan dan menguji hipotesis antara
variabel independen (pengetahuan, sikap, dan
perilaku) dengan variabel dependen
(pelayanan klinik sanitasi) dilakukan uji
korelasi dengan syarat yang telah ditentukan.
Dalam penelitian ini dilakukan dengan
memakai uji Chi Square karena syarat nilai,
<25% atau 5%, bila data > 80% uji analisis
menggunakan Fisher tersebut yaitu berbentuk
numerik maka dilakukan Uji Chi-Square
dengan kategori (Nominal) dan ordinal
(Sugiyono, 2014) dengan penyajian data
dalam bentuk tabel silang. Rumus Uji Chi-
Square sebagai berikut:
𝐱 𝟐
=
∑(𝐟 𝟎 − 𝐟 𝐡) 𝟐
𝐟 𝐡
Sumber : (Arikunto, 2014)
6. 6STIKes Dharma Husada Bandung
Keterangan:
x2 : Nilai Chi kuadrat
fo : Frekuensi yang diobservasi
fh : frekuensi yang diharapkan
dimana :
𝒇𝒆 =
(∑ 𝒇 𝒌)𝒙(∑ 𝒇 𝒃)
∑ 𝑻
fe = frekuensi yang diharapkan
∑ f k = jumlah frekuensi pada kolom
∑ fb = jumlah frekuensi pada baris
∑T = jumlah keseluruhan baris atau
kolom
Hasil akhir uji statistik adalah untuk
mengetahui apakah keputusan uji Ho ditolak
atau Ho diterima. Digunakan tingkat
kepercayaan 95%. Ketentuan pengujian
dengan Chi Square adalah jika p value ≤ alpha
(0,05) maka ada hubungan yang signifikan
antara kedua variabel, tetapi jika p value >
alpha (0,05) maka tidak ada hubungan yang
signifikan antara keduanya (Notoatmodjo,
2014).
Untuk mempermudah peneliti dalam
menganalisis data, maka dilakukan software
statistik SPSS
Rancangan Penelitian Kualitatif
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah jenis penelitian untuk
kualitatif dengan jenis fenomena atau studi
yang dimaksudkan untuk mencari fenomena
yang mengungkapkan hubungan korelatif
antar variabel independen dan dependen secara
kualitatif yang dilakukan dengan wawancara
mendalam kepada informan yang terdiri dari 3
informan diantaranya kepala bagian sanitasi,
petugas sanitasi dan pasien klinik sanitasi.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data rancangan
kualitatif yang digunakan adalah wawancara
mendalam, yang diharapkan peneliti akan
mengetahui hal-hal yang lebih mendalam
tentang informan dalam menginterprestasikan
situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal
ini tidak bisa ditemukan melalui observasi
(Notoatmodjo, 2012).
Adapun pelaksanaannya menggunakan alat
bantu rekaman berupa tape recorder/MP 4 dan
dicatat secara langsung hal-hal intinya. Waktu
pelaksanaanya dilaksanakan setelah
kesepakatan terlebih dahulu dengan informan
untuk menjaga kerahasiaanya. Wawancara ini
juga tidak dilakukan sekaligus melainkan
dalam waktu yang berbeda. Tujuannya adalah
guna mendapakan informasi yang lebih
lengkap dan banyak. Format wawancara
mengacu kepada kerangka atau panduan
wawancara yang telah disiapkan sebelumnya
oleh peneliti. Wawancara dinyatakan selesai
dilaksanakan sampai informan mengalami titik
jenuh. Artinya informan tersebut dilakukan
wawancara oleh peneliti sampai tidak bisa
menjawab pertanyaan-pertanyaan selanjutnya
yang diajukan oleh peneliti dan tidak ada kata-
kata lain untuk menjawab pertanyaan dari
peneliti.
Subjek penelitian
Pada metode kualitatif penentuan sampel pada
penelitian ini peneliti menggunakan teknik
purposive sampling yaitu sampel penelitian
diambil sesuai dengan kriteria yang sudah
ditentukan sebelumnya. Adapun informan
dalam penelitian ini diambil berdasarkan
kriteria informan sebagai berikut : Bersedia
menjadi informan dan Informan yang terlibat
dalam program klinik santasi
Informan dalam penelitian ini terdiri dari 3
orang informan, yang masing-masing berasal
dari tahapan berbeda dengan alasan kekhasan
dari masing tahapan informan tersebut.
Bertujuan untuk mendapatkan gambaran
umum yang berupa informasi kebijakan
program.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam
pengumpulan data kualitatif adalah human
instrument/peneliti sendiri. Sebagai instrumen
dalam penelitian kualitatif , maka peneliti
menentukan siapa yang tepat digunakan
sebagai sumber data, kemudian melakukan
pengumpulan data setelah fokus penelitian
menjadi jelas, maka dikembangkan instrumen
penelitian sederhana, yang diharapkan dapat
melengkapi data dan membandingkan dengan
data yang telah ditemukan melalui wawancara
mendalam (Notoatmodjo, 2012).
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian kualitatif adalah wawancara
mendalam. Wawancara mendalam adalah
wawancara yang bertujuan untuk mengetahui
hal-hal yang lebih mendalam tentang
partisipan dalam menginterpretasikan situasi
dan fenomena yang terjadi (Notoatmodjo,
2012).
7. 7STIKes Dharma Husada Bandung
Teknik Pengolahan dan Analisa Data
Analisa data merupakan tahap setelah
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2012).
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah :
1) Mengumpulkan data dengan melakukan
wawancara kepada informan, merekamnya
dan mencatatnya secara langsung.
2) Mendengarkan hasil wawancara yang
telah direkam. Kemudian, mencatat hasil
wawancara mendalam kedalam bentuk
transkrip.
3) Membuat transkrip wawancara mendalam
untuk memperoleh pemahaman dari data
yang telah terkumpul.
4) Melakukan analisis dengan mencari fokus.
5) Membaca keseluruhan data, membangun
general sense atas informasi yang
diperoleh dan merefleksikan maknanya
secara keseluruhan.
6) Menganalisis lebih detail dengan meng-
coding data. Coding merupakan proses
mengolah materi/informasi menjadi
segmen-segmen tulisan sebelum
memaknainya.
7) Menerapkan proses coding untuk
mendeskripsikan kategori-kategoriatau
tema-tema yang akan dianalisis.
8) Memisahkan dan menyambungkan hasil
dari deskripsi kategori-kategori atau tema-
tema.
9) Kemudian, menginterpretasi data atau
memaknai data.
10) Menyimpulkan dari hasil analisa data
sebagai bahan mengembangkan model
yang menghubungkan data kuantitatif dan
kualitatif.
Gabungan Penelitian Kuantitatif-Kualitatif
(Mixed Methods)
Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskritif analisis
dimaksudkan untuk mencari, menguji
hubungan antara variabel atau
mengungkapkan hubungan korelatif antar
variabel independen dan dependen secara
kuantitatif dengan didukung penjelasan secara
kualitatif. Metode ini digunakan dengan
mengkombinasikan atau menggabungkan
antara metode penelitian kuantitatif dan
metode kualitatif untuk digunakan secara
bersama-sama dalam suatu kegiatan penelitian,
sehingga diperoleh data yang lebih
komprehensif, valid, reliable, dan
obyektifdengan model sequental explanatory ,
model ini dinamakan model “urutan
pembuktian “ karena setelah ada pembuktian
urutan berikutnya adalah pendalaman
(Sugiyono, 2014).
Model sequental explanatory yaitu metode
penelitiann kombinasi yang menggabungkan
metode penelitian kuantitatif dan kualitatif
secara berurutan, dimana pada tahap pertama
penelitian dilakukan dengan menggunakan
metode kuantitatif pada tahap ke dua
dilakukan dengan metode kualitatif. Metode
kuantitatif berperan untuk memperoleh data
kuantitatif yang terukur dan metode kualitatif
untuk membuktikan, memperdalam,
memperluas, memperlemah dan
menggugurkan data kuantitatif yang telah
diperoleh pada tahap awal (Notoatmodjo,
2014).
Analisis data yang dilakukan kuantitatif-
kualitatif dengan cara pengujian kreadibilitas
data yang dapat dilakukan secara bersamaan
dengan proses pengumpulan data kualitatif
yang kredibel untuk melengkapi data
kuantitatif. Langkah-langkah analisis data
dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut
(Notoatmodjo, 2014). :
(1) Hasil temuan dan tafsiran data kuantitatif
dan kualitatif, selanjutnya dihubungkan /
koneksi atau keterkaitan data satu sama
lain.
(2) Menyimpulkan dari hasil analisa data
dengan mengembangkan model yang
menghubungkan data kuantitatif dan
kualitatif.
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan
Pengetahuan, Sikap Dan perilaku pasien
dengan Pelayanan Klinik Sanitasi Di
Puskesmas Pameungpeuk Kabupaten
Bandung Tahun 2016
Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
8. 8STIKes Dharma Husada Bandung
informasi tentang tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya (Notoatmodjo, 2014). Pada
penelitian ini menggunakan variabel sebagai
berikut :
Variabel Independen
Variabel Independen pada penelitian ini yaitu
pengetahuan, sikap dan perilaku pasien
tentang klinik sanitasi puskesmas
Variabel Dependen
Variabel Dependen pada penelitian ini yaitu
pelayanan klinik sanitasi puskesmas
Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah dugaan sementara yang
kebenarannya masih perlu diuji (dibawah
kebenaran). (Notoatmodjo, 2012). Maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ha : Ada Hubungan antara
Pengetahuan pasien dengan
pelayanan klinik sanitasi
puskesmas
Ho Tidak ada Hubungan antara
Pengetahuan pasien dengan
pelayanan klinik sanitasi
puskesmas
Ha Ada Hubungan antara Sikap
pasien dengan pelayanan
klinik sanitasi puskesmas
Ho Tidak ada Hubungan antara
Sikap pasien dengan
pelayanan klinik sanitasi
puskesmas
Ha Ada Hubungan antara
perilaku pasien dengan
pelayanan klinik sanitasi
puskesmas
Ho Tidak ada Hubungan antara
perilaku pasien dengan
pelayanan klinik sanitasi
puskesmas
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Hasil Penelitian Kuantitatif
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi tingkat
pengetahuan, sikap dan perilaku pasien dengan
pelayanan klinik sanitasi di Puskesmas
Pameungpeuk Kabupaten Bandung tahun 2016
Variabel F (n=82 orang) %
Tingkat Pengetahuan
Baik 17 20,7
Cukup 21 25,6
Kurang 44 53.7
Tingkat Sikap
Sikap positif 33 40,2
Sikap negatif 49 59,8
Tingkat Perilaku
Perilaku Baik 26 31,7
Perilaku
Kurang
56 68,3
Pelayanan Klinik Sanitasi
Baik 26 32,9
Buruk 56 67,1
Total 82 100.0
Berdasarkan tabel 4.1 tingkat pengetahuan
pasien dengan pelayanan klinik sanitasi
menunjukan pengetahuan baik yaitu 20,7%,
pengetahuan cukup 25,6% dan pengetahuan
kurang yaitu 53,7%. Hasil uji statistik dari
tabel diatas diketahui bahwa tingkat
pengetahuan pasien dengan pelayanan klinik
sanitasi dari 82 orang sebagian besar memiliki
pengetahuan kurang.
Berdasarkan sikap pasien dengan pelayanan
klinik sanitasi menunjukan sikap positif yaitu
40,2% dan sikap negatif yaitu 59,8%. Uji
statistik menunjukan bahwa sikap pasien
dengan pelayanan klinik sanitasi dari 82 orang
sebagian besar memiliki sikap negatif.
Berdasarkan perilaku pasien dengan pelayanan
klinik sanitasi menunjukan perilaku baik yaitu
31,7% dan perilaku kurang yaitu 68,3%. Uji
statistik menunjukan bahwa perilaku pasien
dengan pelayanan klinik sanitasi dari 82 orang
sebagian besar memiliki perilaku kurang.
Berdasarkan pelayanan klinik sanitasi pada
tabel 4.1 terlihat yang menyatakan baik yaitu
32,9% dan yang menyatakan buruk yaitu
67,1%. Uji statistik menunjukan bahwa dari 82
orang sebagian besar menyatakan bahwa
pelayanan klinik sanitasi tersebut adalah
buruk.
Tabel 4.2 Hubungan antara tingkat
pengetahuan pasien dengan pelayanan klinik
sanitasi di Puskesmas Pameungpeuk
Kabupaten Bandung tahun 2016
Tingkat
Pengetahuan
Pelayanan klinik
sanitasi Total
P
value
Baik Buruk
f % f % f %
Baik 10 37,0 7 12,7 17 20,7
0,15Cukup 8 29,6 13 23,6 21 25,6
Kurang 9 33,3 35 63,6 44 53,7
Berdasarkan tabel 4.2 terlihat bahwa terdapat
hubungan antara tingkat pengetahuan yang
kurang dengan pelayanan klinik sanitasi buruk
yaitu 63,6%. Uji chi squre menunjukan p-
value 0,015<α (0,05). Artinya terdapat
9. 9STIKes Dharma Husada Bandung
hubungan yang signifikan antara pengetahuan
dengan pelayanan klinik sanitasi.
Tabel 4.3 Hubungan antara tingkat sikap
pasien dengan pelayanan klinik sanitasi di
Puskesmas Pameungpeuk Kabupaten Bandung
tahun 2016
Tingkat
sikap
Pelayanan klinik
sanitasi
Total
OR
(CI 95%)
P
value
Baik Buruk
f % f % f %
Positif 20 74,1 13 23,6 33 40,2 9,23
(3,19-
26,69)
0,000
Negatif 7 25,9 42 78,2 49 59,8
Berdasarkan tabel 4.3 terlihat bahwa terdapat
hubungan antara tingkat sikap negatif dengan
pelayanan klinik sanitasi buruk yaitu 78,2%.
Uji statistik menunjukan p-value
0,000<α(0,05). Artinya terdapat hubungan
yang signifikan antara sikap dengan pelayanan
klinik sanitasi.
Tabel 4.4 Hubungan antara tingkat perilaku
pasien dengan pelayanan klinik sanitasi di
Puskesmas Pameungpeuk Kabupaten Bandung
tahun 2016
Tingkat
perilaku
Pelayanan klinik
sanitasi
Total
OR
(CI 95%)
P
value
Baik Buruk
f % f % f %
Baik 14 51,9 12 21,8 26 31,7 5.163
(1.897-
14.053)
0,013
Kurang 13 48,1 43 78,2 56 68,3
Berdasarkan tabel 4.4 terlihat bahwa terdapat
hubungan antara tingkat perilaku kurang
dengan pelayanan klinik sanitasi buruk yaitu
78,2%. Uji statistik menunjukan p-value
0,013<α(0,05). Artinya terdapat hubungan
yang signifikan antara perilaku dengan
pelayanan klinik sanitasi.
Hasil penelitian Kualitatif
Studi kualitatif ini dilakukan untuk
memperoleh informasi yang lebih mendalam
tentang informasi kebijakan program klinik
sanitasi dan informasi pelaksanaan klinik
sanitasi/tentang adanya klinik sanitasi.
Wawancara mendalam kepada setiap informan
dilakukan di Puskesmas Pameugpeuk
Bandung dan wawancara berlangsung rata-rata
sekitar 30/45 menit, kemudian dilakukan
probing yang berarti mengungkap, melacak
dan menggali secara mendalam terhadap tiga
informan untuk memenuhi kaidah triangulasi
adapun informan tersebut adalah :
1) Informan I. Ny W berusia 45 tahun Tenaga
kesehatan sebagai kepala seksi Kesling di
Puskesmas Pameungpeuk beralamat di
Bale endah Bandung.
2) Informan II. Ny. F berusia 40 tahun Tenaga
kesehatan Penanggung jawab Kesling Di
Puskesmas Pameungpeuk beralamat di
Rancasari Bandung
3) Informan III. Ny. D berusia 45 tahun
seorang Pasien yang di rujuk ke klinik
sanitasi beralamat di Rancamulya
Kabupaten Bandung
Berikut hasil wawancara mendalam kepada
informan :
Pertanyaan 1 tentang kebijakan seperti apa
untuk program klinik sanitasi
Informan 1:
“SK dari kepala dinas yang menyatakan,
seluruh puskesmas di kabupaten Bandung
wajib melaksanakan kegiatan klinik sanitasi,
menyusun SOP untuk pelaksanaan kegiatan
KS baik dalam gedung mapun luar gedung
dan mengadakan FGD dulu pernah ada FGD
Focus Grup Diskusi dengan kepala puskesmas
yang menyepakati pelaksanaan klinik sanitasi
berapa kali dalam seminggu pelaksanaannya
dan itu disepakati, menyediakan satu format
untuk evaluasi kegiatan, monitoring evaluasi,
kegiatan klinik sanitasi di Puskesmas..”
Pertanyaan 2 Bagaimana khususnya
diselenggarakannya program ini, apakah
ada alokasi dana khsus atau tidak
“ada beberapa sumber memang dari APBD,
khususnya Kabupaten kita menyediakan
anggaran untuk pertemuan pelatihan,
pelaksanaan klinik sanitasi di puskesmas,
pengadaan sarana prasarana untuk maket,
poster lifleat, buku register, buku kohort, sama
kartu rujukan dan kartu status, ada dari BOK
disitu semua puskesmas wajib menganggarkan
untuk penggandaan format untuk pelaksanaan
klinik sanitasi baik dalam gedung mapun luar
gedung..”
Pertanyaan 3 tentang Menurut pandangan
bapak/ibu bagaimana evaluasinya tentang
pelaksanaan klinik sanitasi sampai saat ini
“Ada format khusus mengenai monitoring
kegiatan klinik sanitasi di puskesmas mulai
dari input proses output. Untuk input dari
semua puskesmas. Beberapa puskesmas yang
tidak tersedia sanitarian jadi sekitar 67,7%
10. 10STIKes Dharma Husada Bandung
atau 42 puskesmas yang aktif tenaganya yang
gak ada kadang juga tugas rangkap, dalam
pelaksanaan klinik sanitasi ini ada yang
sanitarian ada juga petugas gizi, perawat,
bahkan bidan, dari sarana prasarana belum
semua puskesmas tersedia ruang konseling
ada yang masih gabung jadi hambatan
akhirnya pelaksanaanya kurang efektif dan
ada yang jemput bola. tidak dialokasikan atau
tidak kebagian dari anggaran APBD mereka
bisa pengadaan sarana prasarana ini dari euu
APBN yang BOK tadi
Pertanyaan 1 tentang Bagaimana
pelaksanaan klinik sanitasi
Informan 2 :
“Baik, sejak kesling ada diwilayah kami,
petugas kesling itu banyak kelapangan jadi
ada seminggu dua kali, seharunya setiap hari.
sosialisasi lintas programnya belum berjalan
karena dikami ini petugasnya banyak juga
yang memegang program yang lain, tapi
kedepanya memang seharusnya dilaksanakan
setiap hari”
“Sebetulnya program lainya mengetahui klinik
sanitasi ini bukan hanya milik petugas kesling
tapi milik semua, petugas yang ada
dipuskesmas pamengpeuk untuk memberikan
konseling tentang kebersihan lingkungannya,
kitu mungkin yang beelum paham dipahami.”
Pertanyaan 2 tentang Kira-kira adanya
faktor dukungan atau tidak dengan adanya
program klinik sanitasi ini
“Mendukung, kendalanya di petugas kami itu
mereka pegang banyak program sudah jelas
yah beban bekerjanya sudah ada, sebetulnya
dukungan ada, temen-temen support jadi
tinggal kita bicarakan lebih lanjut lagi untuk
kesepakatan selanjutnya.”
“Masalah biaya ada, krena termasuk
pelayanan kedepanya program puskesmas itu
sudah promotive preventif. Jadi puskesmas itu
kedepanya harus sebagai klinik untuk
konseling, sanitasi, gizi, konseling ibu hamil,
jadi bentuknya konseling.
Pertanyaan 3 tentang Apa evaluasi yang
dilakukan pada program ini
“Dari hasil kunjungan seharunsya dengan
adanya klinik sanitasi bisa dating kesini itu
untuk bertanya gimana caranya biar saya ga
kena DB lingkungan sebelah saya DB. klinik
sanitasi kan fokusnya kearah penyakit-
penyakit berbasis lingkungan, jadi misalnya
nanti pasien kesini dating untuk bertanya cara
membuat jamban yang sehat, bagaimana biar
saya tidak kena penyakit diare, dll
Cakupannya hanya 4%, seharusnya
targetanya 25%, kendalanya SDM.”
Pertanyaan 1 tentang Apakah ibu/bapak
tahu tentang adanya klinik sanitasi di
Puskesmas Pameugpeuk
Informan 3
“tau.. bisa melayani pasien yang perlu
mengetahui solusi masalah-maslah yang
dihadapi….”
Pertanyaan 2 Jika, ibu/bapak tahu
bagaimana kegunaan dari klinik sanitasi ini
Ceritakan
“Untuk.memecahkan masalah pasien…seperti
masalah menjaga kebersihan sehari-hari,
terus lingkungan sehat atau engganya kita
bisa wawancara dengan petugasnya “
Pertanyaan 3 Bagaimana rencana kedepan
jika bapak tahu adanya klinik sanitasi di
Puskesmas Pameungpeuk
“terutama berobat dulu, setelah itu konseling
bagaimana cara merawat sehari-hari yang
sakit terus cara penanggulangan dilingkungan
gimana gitu”
Pertanyaan 4 Pelayanan apa saja yang
pernah diterima di Klinik sanitasi
“Penjelasan tentang yang saya hadapi
bagaimana jamban yang sehat dan
penggunaan air bersih, saja di terima.
jamaban jamban yang sehat itu harus
memakai septenk ternayta dilingkungan saya
gak seprti itu..”
Pertanyaan 5 Bagaimana fasilitas yang ada
di Klinik Sanitasi
“ruanganya masih nebeng ke ruangan yang
lain, jadi kita gak nyaman kalo lagi
wawancara, lagi curhat ke petugasnya”
Pertanyaan 6 Bagaimana sikap Petugas
dalam klinik sanitasi
“Alahmduliah petugasnya ramah, baik, bisa
menjelaskan informasi yang kita butuhkan”
Berdasarkan temuan pengungkapan dan
kutifan dari informan diatas tersebut peneliti
11. 11STIKes Dharma Husada Bandung
dapat menarik topik pada hasil wawancara
tersebut yaitu sebagai berikut :
Analisis Hasil Wawancara
Topik : Pemahaman Informan
terhadap kebijakan program
klinik sanitasi
Temuan :
1. Informan memahami kebijakan program klinik sanitasi yang bekerjasama dengan
kepala dinas
2. Informan memahami dalam program klinik sanitasi dilakukan sesuai SOP yang
disepakati dalam pelaksanaanya didalam gedung dan diluar gedung
3. Informan memahami kegiatan klinik sanitasi sesuai format evaluasi, monitoring
evaluasi.
4. Alokasi khusus yang dianggarkan dari APBD dan melakukan pelatihan untuk
pelaksanaan klinik sanitasi
5. Pengadaan sarana-prasarana seperti poster lifleat, buku register, buku kohort,
sama kartu rujukan
6. Informan memahami evaluasi pelaksanaan klinik sanitasi yang dilakukan dengan
cara monitoring
7. Informan memahami cakupan keaktifan sanitarian hanya beberapa persen saja
8. Pelaksanaan klinik sanitasi tidak dilakukan oleh petugas kesling saja
9. Tersedianya ruangan konseling masih bergabung dengan ruangan yang lain
10. Hambatan dalam pelaksanaan sanitarian kurang efektif
11. Pencatatan tidak dilakukan pengolahan
12. Alur kegiatan klinik sanitasi
Kategori :
1. Cakupan sanitarian masih terbatas baik didalam gedung maupun diluar gedung
2. Terbatasnya petugas kesling dalam melaksanakan pelayanan klinik sanitasi
3. Terbatasnya ruangan konseling yang masih bergabung dengan ruangan yang lain
4. Ketidak efektifan dalam pelaksanaan klinik sanitasi
5. Terbatasnya pencatatan klinik sanitasi setiap bulan
Makna :
Kurang efektifnya pelaksanaan klinik sanitasi
Topik : Pemahaman informan terhadap pelaksanaan klinik sanitasi
1. Pelaksanaan klinik sanitasi dilakukan seminggu dua kali
2. Program klinik sanitasi belum berjalan dengan baik dan belum bersosialisasi
dengan lintas program
3. Informan mengetahui klinik sanitasi dipegang bukan hanya oleh petugas klinik
sanitasi
4. Mendukungnya program klinik sanitasi
5. Dukungan dan support
6. Informan mengetahui biaya pelayanan klinik sanitasi
7. Informan memahami hasil kunjungan klinik sanitasi
8. Cakupan dan target klinik sanitasi
9. Waktu dan pembagian petugas klinik sanitasi
Kategori :
1. Terbatasnya pelaksanaan klinik sanitasi
2. Program klinik sanitasi belum bersosialisasi dengan lintas program
3. Kurangnya petugas klinik sanitasi
4. Terbatasnya waktu dalam pembagian pelaksanaan klinik sanitasi
Makna :
Terbatasnya petugas dan waktu pelaksanaan klinik sanitasi
Topik : Pemahaman informan terhadap pelayanan klinik sanitasi
1. Informan memahami pelayanan klinik sanitasi
2. Informan memahami kegunaan masalah klinik sanitasi
3. Informan memahami perencanaan terhadap klinik sanitas
4. Informan mengetahui pelayanan yang diberikan oleh petu
5. Fasilitas ruangan klinik sanitasi belum memadai
6. Ketidaknyamanan ruangan klinik sanitasi kurang kondusi
7. Sikap petugas yang ramah dan pemberian informasi
Kategori :
1. Fasilitas ruangan klinik sanitasi belum memadai
2. Ketidak nyamanan ruangan klinik sanitasi dan kurang kon
3. Belum mempunyai ruangan yang khusus tentang pelayan
Makna :
Kurang kondusifnya ruangan pelayanan klinik sanitasi
Pembahasan Penelitian
Pembahasan Kuantitatif
Pengetahuan, sikap dan perilaku pasien
dengan pelayanan klinik sanitasi di
Puskesmas Pameungpeuk Kabupaten
Bandung tahun 2016
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.1
menunjukan bahwa pengetahuan pasien
tentang pelayanan klinik sanitasi memiliki
pengetahuan kurang yaitu 53,7%. Kondisi
tersebut menunjukkan sebagian responden
belum seluruhnya mendapatkan informasi dari
tenaga kesehatan tentang pelayanan klinik
sanitasi, padahal pelayanan klinik sanitasi
sangat berpengaruh terhadap keberadaan
masyarakat yang berkunjung terkait keluhan
pasien dan dilakukan konseling terkait
kesehatan berbasis lingkungan serta responden
juga menyatakan ketika ditanyakan
pengetahuan tentang kesehatan berbasis
lingkungan mereka menjawab belum ada
penyuluhan atau kunjungan secara rutin ke
masyarakat.
Selaras dengan yang diungkapkan
Notoatmodjo (2014) Kesehatan lingkungan
pada hakekatnya adalah keadaan lingkungan
yang optimum sehingga berpengaruh positif
terhadap terwujudnya status kesehatan yang
optimal pula, ruang lingkup kesehatan
lingkungan antara lain: perumahan,
pembuangan kotoran manusia, penyediaan air
bersih, pembangunan sampah, pembuangan air
kotor dan pencemaran ruang lingkup tersebut
harus dijaga untuk mengoptimumkan
lingkungan hidup manusia agar menjadi media
yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang
optimum bagi manusia yang hidup di
dalamnya
Jawaban responden paling rendah yaitu satu
penyakit yang berbasis lingkungan diantaranya
yaitu hipertensi, responden beranggapan
bahwa penyakit yang berbasis lingkungan
tersebut adalah hipertensi, untuk pertanyaan
12. 12STIKes Dharma Husada Bandung
cara pengelolaan sampah yang baik yaitu
sebagian responden menjawab buang sampah
ke sungai, dengan dibuang kesungai akan
cepat bersih dari lingkungan sekitar.
Sedangkan pertanyaan program sanitasi
lingkungan kebanyakan responden menjawab
penyehatan perumahan.
Responden 53,7% dengan pengetahuan kurang
mereka belum tahu penyakit berbasis
lingkungan keadaan ini sesuai dengan hasil
survei pendahuluan bahwa pengetahuan
responden kurang. Padahal kehidupan
bermasyarakat tidak lepas dari masalah
kesehatan. Kesehatan masyarakat merupakan
upaya untuk mencegah penyakit,
memperpanjang hidup, dan meningkatkan
kesehatan. Terdapat beberapa ruang lingkup
kesehatan masyarakat diantaranya adalah
kesehatan lingkungan, pendidikan kesehatan
dan perilaku.
Sikap pasien dengan pelayanan klinik sanitasi
dari 82 orang yang memiliki sikap negatif
yaitu 59,8%. Sikap responden menunjukan
tindakan tentang pelayanan klinik sanitasi
yang kurang dikarenakan tidak ada
kesinambungan perilaku masyarakat dengan
sikap mereka dan tindakan yang mereka
lakukan. Masyarakat tahu dan memahami
tentang bahaya dari penyakit berbasis
lingkungan yang sering dialami tetapi tidak
sesuai dengan tindakan langsung terhadap
upaya menanggulangi kejadian penyakit
tersebut, pelaksanaannya masyarakat tersebut,
seperti mereka enggan dan malu berkunjung
untuk berkonsultasi ke klinik sanitasi.
Azwar, (2007) menyebutkan bahwa sikap
adalah reaksi atau respon yang masih tertutup
dari seseorang terhadap suatu stimulus atau
objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat
langsung dilihat, tetapi hanya dapat langsung
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
tertutup. Sikap belum merupakan suatu
tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan
predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap
masih merupakan reaksi tertutup, bukan
merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku
yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan
untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan
tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap
objek
Hasil penelitian kunjungan ke ke klinik
sanitasi sebagian jawaban reponden mejawab
banyak yang kurang setuju, hal tersebut
dipengaruhi oleh respon sebagian responden
yang masih tertutup dan enggan serta malu
untuk datang ke klinik sanitasi, ketika
ditanyakan alasannya responden menyatakan
tempatnya yang tidak nyaman, ruangan
konseling pasien untuk konsultasi dengan
petugas pelayanan klinik sanitasi masih
bergabung dengan ruangan yang lain sehingga
sebagian pasien enggan untuk berkunjung ke
klinik sanitasi.
Berdasarkan tabel 4.1 terkait perilaku pasien
tentang pelayanan klinik sanitasi 68,3%
memiliki perilaku kurang, faktor yang dapat
mempengaruhi prilaku diantaranya faktor
lingkungan, karena pada dasarnya faktor
lingkungan dan perilaku mempunyai pengaruh
terbesar terhadap status kesehatan, disamping
faktor pelayanan kesehatan dan genetik. Untuk
itu cara pencegahan dan pengendalian
penyakit-penyakit tersebut harus melalui
upaya perbaikan lingkungan/sanitasi dasar dan
perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
Menurut Kemenkes (RI, 2014) Klinik sanitasi
merupakan suatu cara dalam mengatasi
masalah kesehatan lingkungan untuk
pencegahan dan pengendalian penyakit dengan
bimbingan, penyuluhan dan bantuan teknis
dari petugas puskesmas. Klinik sanitasi bukan
sebagai unit pelayanan yang berdiri sendiri,
akan tetapi sebagai bagian integral dari
kegiatan puskesmas dalam melaksanakan
program ini bekerjasama dengan lintas
program dan lintas sektoral yang ada di
wilayah kerja puskesmas
Hasil kuesioner berdasarkan jawaban
responden pada pertanyaan dan kategori
perilaku yang menunjukan dari nilai sekor
terendah yaitu pertanyaan no 3 yang berbunyi
saya berusaha menjaga kebersihan lingkungan
supaya tidak terkena penyakit berbasis
lingkungan, sebagian responden yang enggan
berkunjung ke klinik sanitasi menganggap
bahwa lingkungan sekitar adalah bersih, akan
tetapi faktor lingkungan adalah pengaruh besar
terhadap terbentuknya suatu penyakit yang
berasal dari lingkungan dan akan berdampak
pada tubuh manusia diantaranya adalah paru-
paru, ISPA, dan penyakit kulit yang
terkontaminasi dari sumber udara sehingga
bakteri yang masuk kedalam lingkungan
sekitar akan cepat terkena penyakit.
Hubungan antara pengetahuan pasien
dengan pelayanan klinik sanitasi di
Puskesmas Pameungpeuk Kabupaten
Bandung tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.2 hasil penelitian
didapatkan bahwa uji statistik chi square
13. 13STIKes Dharma Husada Bandung
menunjukan p-value 0,015<α(0,05). Artinya
terdapat hubungan yang signifikan antara
pengetahuan dengan pelayanan klinik sanitasi.
Pada dasarnya sebagian responden yang
memiliki pengetahuan baik akan berpengaruh
besar terhadap terselenggaranya pelayanan
klinik sanitasi di Puskesmas dan pelayanan
klinik sanitasi adalah tempat
konseling/penyuluhan tentang masalah
penyakit berbasis lingkungan di puskesmas,
akan tetapi pada responden yang memiliki
pengetahuan kurang, alasan mereka menggap
bahwa ketidaktahuan mereka dilihat dari
pernyataan responen yang mengatakan bahwa
salah satu penyakit yang berbasis lingkungan
diantaranya yaitu hipertensi dan cara
pengelolaan sampah yang baik yaitu sebagian
responden menjawab buang sampah ke sungai
dan menggapnya dengan dibuang kesungai
akan cepat bersih dari lingkungannya.
Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Widya, (2013) dengan judul gambaran
faktor predisposisi, pendukung dan pendorong
pada masyarakat dalam pemanfaatan Klinik
Sanitasi Di Kelurahan Baru Ladang Bambu
Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan.
Hasil menunjukan pengetahuan yang kurang
sebesar 53,7%. Pengetahuan responden yang
baik, berarti masyarakat sudah mengetahui
hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan
lingkungan seperti, upaya pencegahan DBD,
cara pengolahan sampah yang baik, ciri-ciri
fisik air bersih seperti apa. Namun dalam hal
ini, pengetahuan masyarakat mengenai klinik
sanitasi masih sangat rendah. Masyarakat
mengetahui bahwa di puskesmas menyediakan
pelayanan untuk melakukan pencegahan
penyakit berbasis lingkungan dan upaya
kesehatan lingkungan, namun masyarakat
tidak mengetahui bahwa di puskesmas mereka
dapat melakukan konsultasi dalam rangka
membantu upaya pencegahan mereka melalui
fasilitas klinik sanitasi.
Menurut Kemenkes, (2014) menyatakan
bahwa pelaksanaan kegiatan klinik sanitasi
masyarakat difasilitasi oleh petugas
puskesmas, klinik sanitasi diharapkan dapat
memperkuat tugas dan fungsi puskesmas
dalam melaksanakan pelayanan pencegahan
dan penularan penyakit berbasis lingkungan
dan semua persoalan yang ada kaitannya
dengan kesehatan lingkungan guna
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Pelaksanaan program klinik sanitasi mengarah
pada suatu sasaran yang ditentukan, yaitu
penderita penyakit yang berhubungan dengan
masalah kesehatan lingkungan yang datang ke
puskesmas, masyarakat umum (klien) yang
mempunyai masalah kesehatan lingkungan
yang datang ke puskesmas, dan lingkungan
penyebab masalah bagi pasien/klien dan
masyarakat sekitarnya.
Hasil uji chi square menunjukan bahwa
terdapat hubungan antara pengetahuan dengan
pelayanan klinik sanitasi (p-value 0,015<α
(0,05). dengan pengetahuan diharapkan
membantu menemukan masalah lingkungan
yang berkaitan dengan penyakit yang banyak
diderita masyarakat sehingga diharapkan
mereka dapat berperan dalam upaya
memutuskan rantai penularan penyakit.
Hubungan antara sikap pasien dengan
pelayanan klinik sanitasi di Puskesmas
Pameungpeuk Kabupaten Bandung tahun
2016
Berdasarkan tabel 4.3 hasil uji chi square
menunjukan p-value 0,000<α(0,05). Artinya
terdapat hubungan yang signifikan antara
sikap dengan pelayanan klinik sanitasi. Sikap
terhadap pelayanan dipengaruhi oleh persepsi
responden yang tidak aktif berkonsultasi
dengan alasan tempat yang belum memadai.
Sejalan dengan hasil Kursini, (2015)
menjelaskan bahwa pengaruh antara
Kemampuan Petugas Kesehatan, Kenyamanan
Lingkungan Terhadap Kepuasan Pasien
Tentang Pelayanan (r = 0,400 , p = 0,001)
Sebuah pelayanan yang baik kepada
masyarakat khususnya masyarakat yang ingin
mendapatkan jasa pelayanan kesehatan dasar
dan konsultasi di bidang kesehatan, maka
semua elemen pendukung di puskesmas harus
berupaya untuk meningkatkan kualitas
pelayanan jika puskesmas tidak ingin
ditinggalkan oleh masyarakat karena pada
hakekatnya kepuasan terkait dengan
peningkatan pelayanan, makin sempurna
pelayanan yang diberikan kepada pasien maka
makin tinggi pula tingkat kepuasan pasien.
Kemenkes RI, (2014) menjelaskan konseling
merupakan kegiatan wawancara mendalam
dan penyuluhan yang bertujuan untuk
mengenal masalah lebih rinci kemudian
diupayakan pemecahannya yang dilakukan
oleh petugas klinik sanitasi sehubungan
dengan konsultasi penderita/pasien yang
datang ke puskesmas dengan tujuan yang
dilihat secara umum yaitu meningkatkan
derajat masyarakat melalui upaya preventif,
14. 14STIKes Dharma Husada Bandung
kuratif, dan promotif yang dilakukan secara
terpadu, terarah, dan terus-menerus.
Berdasarkan hasil penelitian responden
memiliki dan beranggapan bahwa faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi dari
suatu sikap yang menunjukan negatif dan
sebagian responden beranggapan juga
berusaha menjaga kebersihan lingkungan
supaya tidak terkena penyakit berbasis
lingkungan.
Hubungan antara tingkat perilaku pasien
dengan pelayanan klinik sanitasi di
Puskesmas Pameungpeuk Kabupaten
Bandung tahun 2016
Hasil penelitian pada tabel 4.3 menunjukan uji
chi square menunjukan p-value
0,013<α(0,05). Artinya terdapat hubungan
yang signifikan antara perilaku dengan
pelayanan klinik sanitasi.
Klinik sanitasi sebagai salah satu pelayanan di
puskesmas yang mengintegrasikan antara
upaya kuratif, promotif, dan preventif, yang
mempunyai peran antara lain sebagai pusat
informasi, pusat rujukan fasilitator di bidang
kesehatan lingkungan dan penyakit berbasis
lingkungan, sampai sekarang kegiatan ini
belum berjalan optimal, baik dalam maupun
luar gedung, hal ini dibuktikan dengan masih
sangat kurangnya kunjungan klien atau pasien.
Perilaku masyarakat yang kurang mendukung
dapat menurunkan kualitas dan kuantitas
lingkungan sehingga mengakibatkan dampak
buruk bagi kesehatan masyarakat maupun
individu (Kemenkes, 2013).
Menurut Maulana (2009) perilaku dibedakan
menjadi dua bagian yaitu perilaku tertutup dan
perilaku terbuka. Perilaku tertutup yang berarti
Respons atau reaksi yang bersifat tertutup atau
terselubung. Sikap yang terjadi pada orang
yang menerima stimulus tersebut dan belum
bisa diamati secara jelas oleh orang lain,
dikarenakan respons atau reaksi terhadap
stimulus masih terbatas pada perhatian,
persepsi, pengetahuan/kesadaran. Sedangkan
perilaku terbuka adalah Bentuk perilaku ini
sudah sudah dalam bentuk tindakan atau
praktek (practice). Respons seseorang
terhadap stimulus dalam bentuk tindakan yang
nyata atau terbuka.
Pembahasan Kualitatif
Kebijakan Pelayanan Klinik Sanitasi di
Puskesmas Pameungpeuk Kabupaten
Bandung
Berdasarkan penyataan Informan hasil
wawancara dapat diketagorikan bahwa
cakupan sanitarian masih terbatas baik
didalam gedung maupun diluar gedung,
terbatasnya petugas kesling dalam
melaksanakan pelayanan klinik sanitasi,
terbatasnya ruangan konseling yang masih
bergabung dengan ruangan yang lain, sehingga
pasien dalam melakukan konseling merasa
tidak nyaman dan kurang efektif dalam
pelaksanaan klinik sanitasi, kemudian dilihat
dari pelaporanya terbatasnya pencatatan klinik
sanitasi setiap bulan.
Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Elini, (2012) yang mengungkapkan
hasilnya sama dengan penelitian tersebut yaitu
kebijakan pelaksanaan program klinik sanitasi
puskesmas berpedoman pada petunjuk
pelaksana dan petunjuk teknis program klinik
sanitasi dari Depkes RI. Tenaga pengelola dan
pendukung program klinik sanitasi puskesmas
sebagian besar belum mendapatkan pelatihan
tentang klinik sanitasi, sehingga sebagian
tenaga pendukung kurang memahami program
klinik sanitasi, dan kekurangan tenaga
menyebabkan tenaga sanitasi memiliki tugas
rangkap.
Dana kegiatan selalu dianggarkan tetapi tidak
dialokasikan. Metode yang dipakai sesuai
dengan standar prosedur operasional program
klinik sanitasi puskesmas. Kelengkapan sarana
penunjang pelaksanaan program klinik sanitasi
puskesmas, masih kurang dan belum memadai
untuk seluruh puskesmas. Perencanaan belum
dilaksanakan secara terpadu baik dengan lintas
program maupun dengan lintas sektor.
Pengorganisasian strukturnya belum terbentuk.
Pelaksanaan program klinik sanitasi
puskesmas, belum terlaksana dengan optimal.
Pemantauan dan penilaian program klinik
sanitasi puskesmas, belum terlaksana dengan
optimal, karena hanya dilakukan oleh kepala
puskesmas tanpa bimbingan dari pengelola
program Dinas Kesehatan Kabupaten.
Kebijakan disosialisasikan kepada seluruh
tenaga kesehatan, agar dana dialokasikan dan
program mendapat dukungan penuh dari
stakeholder (Pemda, DPRD, Bappeda), pada
saat sidang anggaran di Bappeda membawa
data pendukung permasalahan kesehatan
lingkungan. mengusulkan penambahan tenaga
15. 15STIKes Dharma Husada Bandung
kesehatan di puskesmas, melakukan penilaian
kinerja terhadap pejabat dinkes, alasan tidak
tersedianya dana untuk tidak melakukan
pembinaan ke puskesmas bukan menjadi
alasan utama, mengadakan pelatihan tentang
klinik sanitasi bagi sanitarian dan tenaga
kesehatan puskesmas yang mempunyai beban
kerja sedikit di puskesmas, sehingga klinik
sanitasi dapat setiap hari dibuka. Membentuk
klinik sehat di puskesmas dengan
menggabungkan klinik program inovatif yang
ada di puskesmas, sehingga pengorganisasian
klinik di dalam gedung puskesmas dapat
dibentuksi, memanfaatkan tenaga kesehatan
untuk kegiatan klinik sanitasi, mengevaluasi
kinerja pengelola klinik sanitasi setiap apel
pagi.
Informasi pelaksanaan klinik
sanitasi/tentang adanya klinik sanitasi
Berdasarkan hasil wawancara mendalam
kepada 3 informan menyatakan bahwa
pelaksanaan klinik sanitasi, informan 1
menyatakan kurang efektifnya pelaksanaan
klinik sanitasi, sejalan sama dengan informan
2 yang menyatakan bahwa masih terbatas
petugas dan waktu pelaksanaan klinik sanitasi,
sehingga jadwal dan waktu yang seharusnya
dilakukan dengan pelayanan klinik sanitasi
dengan dilakukan penyuluhan pada setiap
lingkungan sekitar masih belum optimal,
sedangkan informan 3 menyatakan bahwa
kurang kondusifnya ruangan pelayanan klinik
sanitasi, dengan demikian Fasilitas ruangan
klinik sanitasi belum memadai dan belum
mempunyai ruangan yang khusus tentang
pelayanan klinik sanitasi.
Menurut Kemenkes (2014) klinik sanitasi
dapat terselengaranya dengan baik jika adanya
pasien, klien dan konseling sebagai petugas
klinik sanitasi. Pasien Klinik Sanitasi yaitu
penderita penyakit berbasis lingkungan yang
datang ke puskesmas yang kemudian dirujuk
oleh dokter ke ruang klinik sanitasi atau yang
ditemukan di lapangan baik oleh petugas
medis/paramedis maupun petugas survei.
Klien Klinik Sanitasi yaitu masyarakat yang
datang ke puskesmas atau yang menemui
petugas klinik sanitasi namun bukan sebagai
penderita penyakit, tetapi untuk berkonsultasi
tentang masalah yang berkaitan dengan
penyakit berbasis lingkungan/kesehatan
lingkungan. Sedangkan Konseling bertujuan
untuk mengenal masalah lebih rinci kemudian
diupayakan pemecahannya yang dilakukan
oleh petugas klinik sanitasi sehubungan
dengan konsultasi penderita/pasien yang
datang ke puskesmas.
Pelaksanaan program klinik sanitasi menjaring
pasien/klien di puskesmas dengan keluhan
penyakit berbasis lingkungan dan lingkungan
yang tidak sehat sebagai media penularan dan
penyebab penyakit yang dialami oleh
masyarakat selanjutnya dilaksanakan
konseling dan kunjungan lapangan atau
kunjungan rumah untuk mencari jalan keluar
akibat masalah kesehatan lingkungan dan
penyakit berbasis lingkungan yang muncul di
masyarakat (Kemenkes RI, 2014).
Menurut penelitian Kusrini, (2015)
ketidaknyamanan pasien dalam melakukan
konseling memiliki pengaruh besar dengan
lingkungan masyarakat yang saling
berinteraksi dalam mulut kemulut, sehingga
pengembangan mutu pelayanan yang lebih
baik kepada pasien sehingga pasien puas
terhadap pelayanan yang kurang.
Dalam pelaksanaan kegiatan klinik sanitasi
masyarakat difasilitasi oleh petugas
puskesmas, klinik sanitasi diharapkan dapat
memperkuat tugas dan fungsi puskesmas
dalam melaksanakan pelayanan pencegahan
dan penularan penyakit berbasis lingkungan
dan semua persoalan yang ada kaitannya
dengan kesehatan lingkungan guna
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Pelaksanaan program klinik sanitasi mengarah
pada suatu sasaran yang ditentukan, yaitu
penderita penyakit yang berhubungan dengan
masalah kesehatan lingkungan yang datang ke
puskesmas. Masyarakat umum (klien) yang
mempunyai masalah kesehatan lingkungan
yang datang ke puskesmas dan Lingkungan
penyebab masalah bagi pasien/klien dan
masyarakat sekitarnya.
Gabungan hasil penelitian kuantitatif dan
kualtatif
16. 16STIKes Dharma Husada Bandung
Penggabungan dua jenis penelitian
mengkombinasikan atau menggabungkan
antara metode penelitian kuantitatif dan
metode kualitatif untuk digunakan secara
bersama-sama dalam suatu kegiatan penelitian,
sehingga diperoleh data yang lebih
komprehensif, valid, reliable, dan obyektif
dengan model sequental explanatory , model
ini dinamakan model “urutan pembuktian “
karena setelah ada pembuktian urutan
berikutnya adalah pendalaman (Sugiyono,
2014).
Dapat diketahui bahwa pelayanan klinik
sanitasi hasil kuantitatif menunjukan dari 82
orang memiliki pengetahuan kurang, sikap
negatif dan perilaku pasien yang kurang
terhadap pelaksanaan yang buruk. Pelaksanaan
klinik sanitasi yang buruk digabungkan dari
wawancara mendalam kepada 3 informan
dengan berbeda derajat tingkatan didapatkan
informan 1 tentang informasi kebijakan
program klinik sanitasi diketahui bahwa sudah
ada alokasi khusus yang dianggarkan oleh
APBD, akan tetapi belum dapat dikelola
dengan baik, diperkuat oleh informan 2 yang
menyatakan bahwa pelaksanaan klinik sanitasi
masih terbatas, karena kurangnya petugas
dalam pelaksanaan program klinik sanitasi
tersebut, sehingga waktu yang dibutuhkan
sangat kurang, informan 3 menyatakan bahwa
pelayanan klinik sanitasi masih belum
mempunyai ruang pelayanan masih terbatas.
Disimpulkan bahwa klinik sanitasi dipandang
buruk oleh sebagian masyarakat sekitar
disebabkan karena ruang konseling yang
berada di Puskesmas masih bersatu dengan
ruangan yang lain, sehingga pasien yang
dirujuk ke ruangan masih belum bisa
mengungkapankan keluhan pasien seolah-olah
malu dan enggan untuk berkunjung.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil Kuantitatif
a. Pengetahuan pasien dengan pelayanan
klinik sanitasi di Puskesmas
Pameungpeuk Kabupaten Bandung tahun
2016 yaitu kurang (53,7%)
b. Sikap pasien dengan pelayanan klinik
sanitasi di Puskesmas Pameungpeuk
Kabupaten Bandung tahun 2016 yaitu
negatif (59,8%).
c. Perilaku pasien dengan pelayanan klinik
sanitasi di Puskesmas Pameungpeuk
Kabupaten Bandung tahun 2016 yaitu
kurang (68,3%).
d. Pelayanan klinik sanitasi di Puskesmas
Pameungpeuk Kabupaten Bandung tahun
2016 paling banyak menyatakan buruk
(67,1%).
e. Terdapat hubungan antara tingkat
pengetahuan pasien dengan pelayanan
klinik sanitasi di Puskesmas
Pameungpeuk Kabupaten Bandung tahun
2016 p-value 0,015<α(0,05).
f. Terdapat hubungan antara tingkat sikap
pasien dengan pelayanan klinik sanitasi di
Puskesmas Pameungpeuk Kabupaten
Bandung tahun 2016 p-value
0,000<α(0,05).
g. Terdapat hubungan antara tingkat perilaku
pasien dengan pelayanan klinik sanitasi di
Puskesmas Pameungpeuk Kabupaten
Bandung tahun 2016 p-value
0,013<α(0,05).
Hasil kualitatif
a. Dapat disimpulkan pada penelitian ini
hasil kualitatif dengan 3 informan yang
menyatakan bahwa kebijakan program
klinik sanitasi dialokasi khusus yang
dianggarkan dari APBD dan melakukan
pelatihan untuk pelaksanaan klinik
sanitasi.
b. Didapatkan informasi pelaksanaan klinik
sanitasi/tentang adanya klinik sanitasi
yaitu kurang efektifnya pelaksanaan klinik
sanitasi, Terbatasnya petugas dan waktu
pelaksanaan klinik sanitasi dan Kurang
kondusifnya ruangan pelayanan klinik
sanitasi.
Saran
1. Bagi Puskesmas
Puskesmas agar lebih mendukung dan
dapat berperan dalam meningkatkan
sosialisasi kunjungan yang lebih banyak
mengenai klinik sanitasi kepada
masyarakat.
2. Bagi Masyarakat
Masayarakat dapat memanfaatkan fasilitas
klinik sanitasi dalam melakukan konseling
secara maksimal serta untuk meningkatkan
kesehatannya melalui klinik sanitasi yang
optimal.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Agar dapat lebih menemukan fenomena
yang lain secara mendalam dengan waktu
dan tempat yang berbeda sebagai salah
17. 17STIKes Dharma Husada Bandung
satu contoh yaitu pengaruh penyuluhan
terhadap pelaksanaan pelayanan klinik
sanitasi.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, 2014. Manajemen Penyakit
Berbasis Wilayah. Jakarta: UI
Press.
_____ , 2012. Manajemen Penyakit
Berbasis Wilayah. Jakarta: UI
Press.
Arikunto, 2014. Penelitian Tindakan
Kelas, Jakarta : PT Bumi
Aksara.
Azwar, 2007. Penyusunan Skala
Psikologi. Yogyakarta: Pustaka
_____ , 2009. Sikap Manusia, Teori
dan Pengukurannya, Penerbit
Pustaka Belajar, Yogyakarta
Chandra, 2007. Pengantar Kesehatan
Lingkungan. EGC. Jakarta.
Engeal, Blacwell, Miniard (1995) dalam
Khomsan Et Al (2009). Tentang
Kebutuhan Gizi. Dalam:
Baliwati, Y.F dan Pengantar
Pangan dan Gizi. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Entjang, 2013. Ilmu Kesehatan
Masyarakat. PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung
Hanson, WE. et.al.2010. Cost
Management Accounting and
Control. Fifth Edition. United
States of America: Prentice
Hall.
Hidayat, 2007. Metode Penelitian
Keperawatan dan Tekhnik
Analisa Data. Jakarta: Salemba
Medika.
Kemenkes RI, 2014. Tentang
Pelaksanaan dan pedoman
Klinik Sanitasi. Kementrian
Kesehatan RI.
Kemenkes, 2013. Buku Pedoman
Surveilans Penyakit 2013.
Jawabarat : Kemenkes RI.
Maulana, 2009. Promosi
Kesehatan.Jakarta:EGC.
Notoatmodjo, 2012. Pendidikan dan
Perilaku Kesehatan.Jakarta.
Rhineka Cipta
Notoatmodjo, 2014. Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Rineka
Cipta.
Novita dan Franciska, 2011. Promosi
Kesehatan dalam pelayanan
kebidanan,Jakarta : Salemba
Medika.
Riwidikdo, 2006. Statistik Kesehatan.
Mita Cendikia
Press.Yogyakarta.
Riyanto, 2009. Aplikasi Metodologi
Penelitian Kesehatan.
Yogyakarta. Nuha Medika.
Rogers, 1983 dalam Wawan dan Dewi,
2010. Teori & Pengukuran
Pengetahuan Sikap Dan Prilaku
Manusia, Yogyakarta, Nuha
medika.
Soekanto, 2003. Sosiologi suatu
Pengantar. Jakarta: P.T.Raja
Grafindo.
Sugiyono, 2014. MetodePenelitian
Kuantitatif Kualitatif & RND.
Bandung. Alfabeta.
Wawan dan Dewi, 2010. Teori &
Pengukuran Pengetahuan Sikap
Dan Prilaku Manusia,
Yogyakarta, Nuha medika.
WHO, 2013. Data Tahunan tentang
Kejadian Penyakit Berbasis
Lingkungan.
Widya, 2014. Jurnal Tentang Gambaran
Faktor Predisposisi, Pendukung
Dan Pendorong Pada
Masyarakat Dalam Pemanfaatan
Klinik Sanitasi Di Kelurahan
Baru Ladang Bambu
Kecamatanmedan Tuntungan
Kota Medan. Diunduh dari
http://balitbang.pemkomedan.go
.id/berita-144-gambaran-faktor-
predisposisi-pendukung-dan-
pendorong-pada-masyarakat-
dalam-pemanfaatan-klinik-
sanita.html. Diakses pada
tanggal 13 Januari 2016
Winkel, 1994. Bimbingan dan
Konseling Di Sekolah
Menengah (cetakan VII).
Jakarta : Grasindo.