Dokumen tersebut memberikan informasi tentang kriteria inspeksi sanitasi untuk tempat-tempat umum seperti bioskop, terminal angkutan udara, dan pangkas rambut. Terdapat 10 item tempat yang dicakup beserta komponen-komponen yang dinilai untuk memastikan terpenuhinya standar kesehatan lingkungan."
Dokumen ini berisi pedoman pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3) di UPT Puskesmas Pamotan Kabupaten Rembang. Dokumen ini menjelaskan pengertian pengelolaan B3, tujuan dibuatnya SOP ini sebagai acuan pengelolaan B3, kebijakan yang mendasari SOP ini, referensi peraturan terkait, prosedur pengelolaan B3 mulai dari penyimpanan, penggunaan, pembuangan limbah B3, serta unit-
Dokumen tersebut membahas tentang perizinan dalam pengelolaan limbah B3 di rumah sakit. Terdapat beberapa masalah dalam pengelolaan limbah medis seperti pembuangan sembarangan dan pembakaran tanpa izin. Dokumen ini juga menjelaskan dasar hukum dan ketentuan pengelolaan limbah B3 serta sistem pengelolaan limbah rumah sakit yang sesuai."
Dokumen tersebut membahas tentang sterilisasi, desinfeksi, dan dekontaminasi. Sterilisasi adalah proses memusnahkan seluruh mikroorganisme melalui cara fisika seperti pemanasan, radiasi, atau kimiawi seperti formalin dan etilen oksida. Desinfeksi bertujuan mengurangi jumlah kuman dengan menggunakan desinfektan seperti alkohol atau klorheksidin. Dekontaminasi berfungsi menghilangkan kontaminasi pada
Dokumen tersebut membahas tentang kesehatan lingkungan yang merupakan ilmu yang mempelajari berbagai masalah kesehatan akibat hubungan antara lingkungan dengan manusia. Faktor lingkungan seperti biologis, fisik, dan sosial ekonomi dapat mempengaruhi kesehatan. Dokumen ini juga menjelaskan tentang fasilitas kesehatan lingkungan seperti perumahan, air bersih, pengelolaan limbah, dan dampak jika tid
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang kriteria inspeksi sanitasi untuk tempat-tempat umum seperti bioskop, terminal angkutan udara, dan pangkas rambut. Terdapat 10 item tempat yang dicakup beserta komponen-komponen yang dinilai untuk memastikan terpenuhinya standar kesehatan lingkungan."
Dokumen ini berisi pedoman pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3) di UPT Puskesmas Pamotan Kabupaten Rembang. Dokumen ini menjelaskan pengertian pengelolaan B3, tujuan dibuatnya SOP ini sebagai acuan pengelolaan B3, kebijakan yang mendasari SOP ini, referensi peraturan terkait, prosedur pengelolaan B3 mulai dari penyimpanan, penggunaan, pembuangan limbah B3, serta unit-
Dokumen tersebut membahas tentang perizinan dalam pengelolaan limbah B3 di rumah sakit. Terdapat beberapa masalah dalam pengelolaan limbah medis seperti pembuangan sembarangan dan pembakaran tanpa izin. Dokumen ini juga menjelaskan dasar hukum dan ketentuan pengelolaan limbah B3 serta sistem pengelolaan limbah rumah sakit yang sesuai."
Dokumen tersebut membahas tentang sterilisasi, desinfeksi, dan dekontaminasi. Sterilisasi adalah proses memusnahkan seluruh mikroorganisme melalui cara fisika seperti pemanasan, radiasi, atau kimiawi seperti formalin dan etilen oksida. Desinfeksi bertujuan mengurangi jumlah kuman dengan menggunakan desinfektan seperti alkohol atau klorheksidin. Dekontaminasi berfungsi menghilangkan kontaminasi pada
Dokumen tersebut membahas tentang kesehatan lingkungan yang merupakan ilmu yang mempelajari berbagai masalah kesehatan akibat hubungan antara lingkungan dengan manusia. Faktor lingkungan seperti biologis, fisik, dan sosial ekonomi dapat mempengaruhi kesehatan. Dokumen ini juga menjelaskan tentang fasilitas kesehatan lingkungan seperti perumahan, air bersih, pengelolaan limbah, dan dampak jika tid
Dokumen tersebut membahas tentang persyaratan sanitasi dan hygiene untuk tempat-tempat umum seperti pasar, rumah makan, dan restoran berdasarkan peraturan pemerintah, yang mencakup fasilitas minimum seperti air bersih, toilet, tempat sampah, dan cuci tangan untuk mencegah penyebaran penyakit.
Komunikasi risiko merupakan bagian penting dalam proses meminimalkan risiko dengan bertukar informasi secara terus menerus antara berbagai pihak. Tujuannya adalah meningkatkan peran masyarakat dalam menanggulangi risiko melalui berbagai strategi seperti pendidikan kesehatan, bina suasana, dan penanganan masa krisis sesuai dengan tingkat bahaya dan kekuatiran masyarakat.
PILAR 3. STBM. Pengelolaan Makanan & Minuman Rumah TanggaAyok Putra
Dokumen tersebut membahas tentang pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga yang aman dan sehat. Terdapat berbagai cara pengolahan air minum seperti filtrasi, klorinasi, flokulasi dan disinfeksi, SODIS, dan merebus. Juga dibahas tentang pentingnya menjaga kebersihan peralatan makanan, mencuci tangan, dan menyimpan makanan dengan benar. Wadah penyimpanan air minum harus tertutup rapat dan bersih untuk mencegah
Metode pengukuran dan penentuan sampel timbulan sampah meliputi pengukuran langsung, analisis beban-hitungan, analisis berat-volume, dan analisis keseimbangan bahan. Sampel ditentukan secara acak proporsional berdasarkan strata lokasi dan sosial ekonomi. Jumlah sampel minimum ditentukan berdasarkan tingkat kepercayaan dan ketidakpastian yang dapat diterima. Komposisi dan jumlah timbulan sampah dihitung berdasarkan penguk
Ringkasan dokumen tersebut adalah tentang enam sasaran keselamatan pasien rumah sakit yaitu ketepatan identifikasi pasien, peningkatan komunikasi yang efektif, peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian tepat lokasi, prosedur dan pasien operasi, pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan, dan pengurangan risiko pasien jatuh."
Dokumen tersebut membahas tentang sterilisasi dan desinfeksi untuk membunuh organisme penyebab infeksi. Ia menjelaskan definisi sterilisasi dan desinfeksi, istilah terkait, bahan kimia yang digunakan seperti yodium, klorin, alkohol, dan fenol, serta cara-cara melakukan sterilisasi melalui pemanasan, gas, dan sinar ultraviolet. Dokumen ini juga membahas penggunaan antibiotika untuk menghambat pertumbuhan mikro
Dokumen tersebut membahas tentang kebijakan sanitasi lingkungan di tempat-tempat pariwisata dan umum. Kebijakan ini mencakup sanitasi di hotel, restoran, pasar, tempat ibadah, pusat perbelanjaan, terminal, stasiun kereta api, pantai, dan taman rekreasi umum. Tujuannya adalah menjaga lingkungan bersih dan sehat untuk menunjang kelancaran aktivitas wisata dan kesehatan masyarakat.
Dokumen tersebut merangkum tentang Klinik Sanitasi di Puskesmas yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat melalui upaya preventif dan kuratif secara terpadu dan berkelanjutan dengan sasaran masyarakat, penderita, dan lingkungan. Klinik Sanitasi bekerja sama dengan program kesehatan dan sektor lain untuk menangani penyakit berbasis lingkungan.
MATERI PENYULUHAN PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT) DI SEKOLAH DASAR Dayu Agung Dewi Sawitri
Dokumen tersebut membahas tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah, yang meliputi 8 indikator utama PHBS seperti mencuci tangan, buang air kecil di toilet, mengikuti olahraga, tidak merokok, menimbang berat badan, dan memisahkan sampah. Penerapan PHBS di sekolah diharapkan dapat menciptakan lingkungan sekolah yang bersih dan sehat serta meningkatkan proses pembelajaran.
Contoh Bagaimana Melakukan Cara Pengambilan Sampel Sampling Air, Langkah-Langkah yang benar Cara Pengambilan Sampel Sampling Air apa itu Sampel Sampling Air
Dokumen tersebut membahas masalah sanitasi di Indonesia yang menyebabkan kerugian ekonomi besar setiap tahun dan meningkatkan angka kematian akibat penyakit yang ditularkan melalui air dan vektor. Dokumen tersebut juga menjelaskan perlunya pendekatan pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam rangka menanggulangi masalah sanitasi.
Sistem Pengolahan Air Limbah secara BiologisJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit yang ditularkan oleh lalat dan tindakan pengendaliannya. Lalat dapat menularkan penyakit seperti kolera, tipus, dan disentri melalui kontak dengan kotoran manusia atau hewan yang terinfeksi. Untuk mengendalikan penyakit ini perlu dilakukan survei kepadatan lalat, perbaikan higiene dan sanitasi lingkungan, serta pemberantasan lalat secara langsung menggunak
Dokumen tersebut membahas tentang persyaratan sanitasi dan hygiene untuk tempat-tempat umum seperti pasar, rumah makan, dan restoran berdasarkan peraturan pemerintah, yang mencakup fasilitas minimum seperti air bersih, toilet, tempat sampah, dan cuci tangan untuk mencegah penyebaran penyakit.
Komunikasi risiko merupakan bagian penting dalam proses meminimalkan risiko dengan bertukar informasi secara terus menerus antara berbagai pihak. Tujuannya adalah meningkatkan peran masyarakat dalam menanggulangi risiko melalui berbagai strategi seperti pendidikan kesehatan, bina suasana, dan penanganan masa krisis sesuai dengan tingkat bahaya dan kekuatiran masyarakat.
PILAR 3. STBM. Pengelolaan Makanan & Minuman Rumah TanggaAyok Putra
Dokumen tersebut membahas tentang pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga yang aman dan sehat. Terdapat berbagai cara pengolahan air minum seperti filtrasi, klorinasi, flokulasi dan disinfeksi, SODIS, dan merebus. Juga dibahas tentang pentingnya menjaga kebersihan peralatan makanan, mencuci tangan, dan menyimpan makanan dengan benar. Wadah penyimpanan air minum harus tertutup rapat dan bersih untuk mencegah
Metode pengukuran dan penentuan sampel timbulan sampah meliputi pengukuran langsung, analisis beban-hitungan, analisis berat-volume, dan analisis keseimbangan bahan. Sampel ditentukan secara acak proporsional berdasarkan strata lokasi dan sosial ekonomi. Jumlah sampel minimum ditentukan berdasarkan tingkat kepercayaan dan ketidakpastian yang dapat diterima. Komposisi dan jumlah timbulan sampah dihitung berdasarkan penguk
Ringkasan dokumen tersebut adalah tentang enam sasaran keselamatan pasien rumah sakit yaitu ketepatan identifikasi pasien, peningkatan komunikasi yang efektif, peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian tepat lokasi, prosedur dan pasien operasi, pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan, dan pengurangan risiko pasien jatuh."
Dokumen tersebut membahas tentang sterilisasi dan desinfeksi untuk membunuh organisme penyebab infeksi. Ia menjelaskan definisi sterilisasi dan desinfeksi, istilah terkait, bahan kimia yang digunakan seperti yodium, klorin, alkohol, dan fenol, serta cara-cara melakukan sterilisasi melalui pemanasan, gas, dan sinar ultraviolet. Dokumen ini juga membahas penggunaan antibiotika untuk menghambat pertumbuhan mikro
Dokumen tersebut membahas tentang kebijakan sanitasi lingkungan di tempat-tempat pariwisata dan umum. Kebijakan ini mencakup sanitasi di hotel, restoran, pasar, tempat ibadah, pusat perbelanjaan, terminal, stasiun kereta api, pantai, dan taman rekreasi umum. Tujuannya adalah menjaga lingkungan bersih dan sehat untuk menunjang kelancaran aktivitas wisata dan kesehatan masyarakat.
Dokumen tersebut merangkum tentang Klinik Sanitasi di Puskesmas yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat melalui upaya preventif dan kuratif secara terpadu dan berkelanjutan dengan sasaran masyarakat, penderita, dan lingkungan. Klinik Sanitasi bekerja sama dengan program kesehatan dan sektor lain untuk menangani penyakit berbasis lingkungan.
MATERI PENYULUHAN PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT) DI SEKOLAH DASAR Dayu Agung Dewi Sawitri
Dokumen tersebut membahas tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah, yang meliputi 8 indikator utama PHBS seperti mencuci tangan, buang air kecil di toilet, mengikuti olahraga, tidak merokok, menimbang berat badan, dan memisahkan sampah. Penerapan PHBS di sekolah diharapkan dapat menciptakan lingkungan sekolah yang bersih dan sehat serta meningkatkan proses pembelajaran.
Contoh Bagaimana Melakukan Cara Pengambilan Sampel Sampling Air, Langkah-Langkah yang benar Cara Pengambilan Sampel Sampling Air apa itu Sampel Sampling Air
Dokumen tersebut membahas masalah sanitasi di Indonesia yang menyebabkan kerugian ekonomi besar setiap tahun dan meningkatkan angka kematian akibat penyakit yang ditularkan melalui air dan vektor. Dokumen tersebut juga menjelaskan perlunya pendekatan pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam rangka menanggulangi masalah sanitasi.
Sistem Pengolahan Air Limbah secara BiologisJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit yang ditularkan oleh lalat dan tindakan pengendaliannya. Lalat dapat menularkan penyakit seperti kolera, tipus, dan disentri melalui kontak dengan kotoran manusia atau hewan yang terinfeksi. Untuk mengendalikan penyakit ini perlu dilakukan survei kepadatan lalat, perbaikan higiene dan sanitasi lingkungan, serta pemberantasan lalat secara langsung menggunak
Dokumen tersebut membahas tentang jenis-jenis limbah rumah sakit yang terdiri dari limbah medis dan non-medis. Limbah medis terbagi menjadi padat, cair, dan gas, serta berpotensi membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Limbah non-medis berasal dari kegiatan administrasi, dapur, dan lainnya di rumah sakit.
Makalah ini membahas pengelolaan limbah farmasi dengan tujuan menjelaskan definisi dan jenis limbah farmasi, bahayanya bagi lingkungan, serta cara pengolahan limbah farmasi yang tepat agar tidak mencemari lingkungan.
Dokumen tersebut membahas penanganan limbah laboratorium, termasuk jenis-jenis limbah seperti limbah non-infeksius, limbah infeksius, dan limbah cair. Limbah harus ditangani dengan benar untuk mencegah penyebaran infeksi dan melindungi lingkungan.
Sop cara penanganan limbah sampah medis dan nonmediswulan dari
Dokumen ini membahas tentang penanganan limbah medis dan nonmedis di puskesmas, termasuk klasifikasi limbah menjadi medis (kering dan basah) dan nonmedis, tujuan penyusunan SOP penanganan limbah, dan prosedur penanganan dan pembuangan untuk masing-masing jenis limbah seperti memilah, mengumpulkan, membakar, atau membuang ke TPA.
Dokumen tersebut membahas pengelolaan sampah medis di rumah sakit yang meliputi proses minimilisasi, pemilahan, pewadahan, pengangkutan, pengolahan, dan pemusnahan sampah sesuai peraturan. Sampah rumah sakit dapat membahayakan kesehatan masyarakat karena mengandung virus dan kuman, oleh karena itu perlu dilakukan pengelolaan limbah yang tepat.
Dokumen tersebut membahas tentang pengelolaan limbah rumah sakit dan dampaknya terhadap lingkungan. Secara garis besar, dokumen menjelaskan jenis-jenis limbah rumah sakit, pengaruh limbah terhadap lingkungan dan kesehatan, serta upaya penanganan limbah rumah sakit di Indonesia.
Satuan acara penyuluhan membahas cara pembuangan sampah medis dan non medis dengan tepat. Penyuluhan ini diselenggarakan di rumah sakit untuk pasien dan keluarga selama 30 menit. Tujuannya agar peserta dapat membedakan dan membuang sampah medis dan non medis dengan benar.
Terima kasih atas pertanyaannya. Limbah B3 tidak dapat dimusnahkan secara langsung karena memiliki karakteristik yang berbeda-beda seperti beracun, mudah meledak, korosif, dan sebagainya. Oleh karena itu, limbah B3 harus dilakukan penanganan terlebih dahulu sesuai jenis dan karakteristiknya, seperti pengemasan, penyimpanan, pengangkutan, hingga proses akhir pengolahan/pemusnahan
Dokumen tersebut membahas tentang pencemaran lingkungan akibat limbah industri farmasi khususnya limbah kantong darah. Ia menjelaskan bahwa peningkatan industri farmasi menghasilkan berbagai jenis limbah seperti kimia organik, logam berat, dan kantong darah yang mengandung zat berbahaya seperti dioksin. Dokumen tersebut juga menjelaskan pengolahan limbah kantong darah dengan teknologi pembakaran menggun
Dokumen tersebut membahas tentang pencegahan infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan untuk neonatus, bayi, dan balita melalui penerapan kewaspadaan standar, teknik aseptik, dan pengelolaan lingkungan yang baik."
2. Limbah Medis
Berdasarkan Depkes RI 1992 : sampah dan limbah
rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang
dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan
penunjang lainnya. Secara umum sampah dan limbah
rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu
sampah/limbah klinis dan non klinis baik padat maupun
cair.
Limbah non medis : sampah makanan, kertas, maupun
alat lain yang tidak kontak langsung dengan penderita
Sumber limbah medis :
Unit pelayanan kesehatan dasar
Unit pelayanan kesehatan rujukan
Unit pelayanan kesehatan penunjang ( laboratorium)
Unit pelayanan non kesehatan ( farmasi )
3. Limbah Medis, klasifikasi
Limbah medis dapat diklasifikasikan berdasarkan
potensi bahaya yang terkandung didalamnya,
maupun berdasarkan bentuknya (cair dan padat)
Klasifikasi limbah medis utama :
Limbah umum
Limbah benda tajam
Limbah patologis
Limbah farmasi
Limbah genotoksik
Limbah kimia
Limbah alat yang mengandung logam berat
Limbah radioaktif
Wadah bertekanan tinggi
4. Limbah Medis, klasifikasi
Limbah umum : limbah yang tidak berbahaya dan
tidak membutuhkan penanganan khusus, contoh
: limbah domestik, limbah kemasan non
infectious
Limbah benda tajam : obyek atau alat yang
memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian
menonjol yang dapat memotong atau menusuk
kulit seperti jarum hipodermik, perlengkapan
intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau
bedah
Limbah patologis : Jaringan atau potongan tubuh
manusia, contoh bagian tubuh, darah dan cairan
tubuh yang lain termasuk janin
Limbah farmasi : Limbah yang mengandung
bahan farmasi contoh obat-obatan yang sudah
kadaluwarsa atau tidak diperlukan lagi
5. Limbah Medis, klasifikasi
Limbah genotoksik : limbah yang mengandung bahan
dengan sifat genotoksik contoh limbah yang
mengandung obat-obatan sitostatik (sering dipakai
dalam terapi kanker), yaitu zat karsinogenik
(benzen,antrasen), zat sitotoksik, (tamoksifen,
semustin) zat yang mungkin bersifat karsoinogenik
(chloramphenicol, chlorozotocin, cisplatin).
Limbah kimia : limbah yang mengandung bahan kimia
contoh reagen di laboratorium, film untuk rontgen,
desinfektan yang kadaluwarsa atau sudah tidak
diperlukan, solven. Limbah ini dikategorikan limbah
berbahaya jika memiliki beberapa sifat (toksik, korosif
(pH12), mudah terbakar, reaktif (mudah meledak,
bereaksi dengan air, rawan goncangan), genotoksik
6. Limbah Medis, klasifikasi
Limbah alat yang mengandung logam berat
: Baterai, pecahan termometer, tensimeter
Limbah radioaktif : bahan yang
terkontaminasi dengan radio isotop yang
berasal dari penggunaan medis atau riset
radio nukleida.
Wadah bertekanan tinggi : Tabung gas
anestesi, gas cartridge, kaleng aerosol,
peralatan terapi pernafasan, oksigen dalam
bentuk gas atau cair
7. Limbah Medis, klasifikasi
Limbah berpotensi menularkan penyakit
(infectious): mengandung mikroorganisme
patogen yang dilihat dari konsentrasi dan
kuantitasnya bila terpapar dengan manusia akan
dapat menimbulkan penyakit
- jaringan dan stok dari agen-agen infeksi dari
kegiatan laboratorium, dari ruang bedah atau
dari autopsi pasien yang mempunyai penyakit
menular
- atau dari pasien yang diisolasi, atau materi
yang berkontak dengan pasien yang menjalani
haemodialisis (tabung, filter, serbet, gaun, sarung
tangan dan sebagainya)
- atau materi yang berkontak dengan binatang
yang sedang diinokulasi dengan penyakit
menular atau sedang menderita penyakit
menular
8. Limbah Medis, klasifikasi
Limbah reaktif yang berasal dari rumah sakit
adalah :
Shock sensitive: senyawa-senyawa diazo,
metal azide, nitro cellulose, perchloric acid,
garam-garam perchlorat, bahan kimia
peroksida, asam picric, garam-garam picrat,
polynitroaromatic.
Water reactive: logam-logam alkali dan alkali
tanah, reagen alkyl lithium, larutan- larutan
boron trifluorida, reagen Grignard, hidrida
dari Al, B, Ca, K, Li, dan Na, logam halida
dari Al, As, Fe, P, S, Sb, Si, Su dan Ti,
phosphorus oxychloride, phosphorus
pentoxide, sulfuryl chloride, thionyl chloride.
Bahan reaktif lain: asam nitrit diatas 70%,
9. Limbah Medis dan Masalah yang
Ditimbulkan
Dari keseluruhan limbah rumah sakit, sekitar
◦ 10 sampai 15 persen diantaranya merupakan limbah
infeksius yang mengandung logam berat, antara lain
mercuri (Hg).
◦ Sebanyak 40 persen lainnya adalah limbah organik yang
berasal dari makanan dan sisa makanan, baik dari pasien
dan keluarga pasien maupun dapur gizi.
◦ Selanjutnya, sisanya merupakan limbah anorganik dalam
bentuk botol bekas infus dan plastik.
Temuan ini merupakan hasil penelitian Bapedalda Jabar
bekerja sama dengan Departemen Kesehatan RI, serta
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) selama tahun 1998
sampai tahun 1999. Secara terpisah, mantan Ketua
Wahana Lingkungan (Walhi) Jabar, Ikhwan Fauzi
mengatakan, volume limbah infeksius dibeberapa rumah
sakit bahkan melebihi jumlah yang ditemukan Bapedalda.
Limbah infeksius ini lebih banyak ditemukan di beberapa
rumah sakit umum, yang pemeliharaan lingkungannya
kurang baik (Pristiyanto. D, 2000).
10. Limbah Medis dan Masalah yang
Ditimbulkan
Pengolahan limbah medis bukanlah hal mudah
dilakukan. Di Indonesia sendiri, pengolahan
limbah medis masih belum tertangani dengan
serius, baik di kota kecil maupun kota besar di
Indonesia. Kurangnya sosialisasi pemerintah dan
badan yang terkait mengenai efek yang
ditimbulkan dari pembuangan limbah medis
secara sembarangan dan ketertarikan investor
dalam mengolah limbah rumah sakit menjadi
masalah utama. Salah satu bukti, menurut hasil
survei pada tahun 2003 dari 107 rumah sakit di
Jakarta, hanya 10 rumah sakit yang memiliki
insinerator (tungku pembakar). (Suara
Pembaharuan, 20 Oktober 2003) Tentu saja hal
ini sangat memprihatinkan, apalagi jumlah dan
jenis penyakit semakin bertambah setiap
tahunnya, demikian pula dengan limbah yang
11. Limbah Medis dan Masalah yang
Ditimbulkan
Contoh kasus lainnya adalah pembuangan limbah
medis ke TPA Ciangir, Tasikmalaya. Akibatnya
beberapa pekerja terpaksa dirawat beberapa minggu
karena menginjak sampah alat suntik. Kejadian ini
selain merugikan pekerja tersebut juga merugikan pihak
TPA karena harus bekerja ekstra untuk memisahkan
sampah medis dari sampah rumah tangga. (Pikiran
Rakyat, 7 April 2005)
Di RS sering kali terjadi infeksi silang (nosokomial).
Sebagai contoh, limbah medis tajam seperti alat suntik.
Karena berhubungan langsung dengan penderita, alat
itu mengandung mikroorganisme, atau bibit penyakit.
Bila pengelolaan pembuangannya tidak benar, alat
suntik dapat menularkan penyakit kepada pasien lain,
pengunjung RS dan puskesmas, petugas kesehatan,
maupun masyarakat umum.
12. Limbah Medis dan Masalah yang
Ditimbulkan
Data P2M-PL menunjukkan :
limbah alat suntik di Indonesia khusus untuk
imunisasi diperkirakan sekitar 66 juta per tahun (36,8
juta limbah alat suntik imunisasi bayi, 10 juta
imunisasi ibu hamil/wanita usia subur, 20 juta
imunisasi anak sekolah (BIAS))
limbah alat suntik secara kuratif sekitar300 juta per
tahun.
◦ Insinerasi juga tidak menyelesaikan masalah karena
pembakaran hanya mengubah volume limbah
menjadi lebih kecil. Belum lagi debu yang juga
sangat berbahaya dan harus dipindahkan atau
ditentukan lagi tempat pembuangannya yang kedap
air. Debu hasil insinerasi yang tak terurai dan materi
tetap ada menjadi sangat berbahaya karena dapat
menghasilkan dioksin.
14. Pengelolaan Limbah Medis
Point penting dalam pengelolaan limbah medis
adalah sterilisasi, kemudian pengurangan
(reduce) dalam volume, penggunaan kembali
(reuse) dengan sterilisasi, daur ulang (recycle),
dan pengolahan (treatment).
Sebelum diolah, limbah medis harus dipisahkan
berdasarkan potensi bahaya yang ditimbulkan.
Adapun tahap pengolahan limbah medis antara
lain :
1. Pemisahan
2. Penyimpanan
3. Pengangkutan
4. Penanganan
5. Pembuangan
15. Pemisahan dan Penyimpanan
Limbah Medis
• Limbah medis yang akan dibuang dipisahkan
menggunakan kantong plastik berwarna yang
berlabel. Berikut adalah contoh warna kantong
menurut DepKes RI :
Kantong hitam : limbah umum
Kantong kuning : limbah yang harus diinsinerasi
Kantong kuning strip hitam : limbah yang
sebaiknya diinsinerasi, tetapi dapat dibuang ke
landfill
Kantong biru muda : limbah yang harus disterilisasi
• Limbah infectious dan patologis dipisahkan
tersendiri. Kedua jenis limbah ini harus
disterilisasi terlebih dahulu.
• Limbah yang dapat didaur ulang termasuk dalam
kategori limbah umum.
16. Pengangkutan Limbah Medis
Limbah medis diangkut dengan
kontainer tertutup. Untuk keamanan,
pengangkutan limbah radioaktif
sebaiknya dipisahkan dengan limbah
kimia yang bersifat reaktif, mudah
terbakar, korosif.
Alat pengangkutan harus dirawat dan
dibersihkan secara rutin untuk
mencegah adanya limbah yang
tercecer akibat pengangkutan dan
mengurangi resiko kecelakaan saat
pengiriman limbah.
17. Penanganan Limbah Medis
Limbah umum yang dapat didaur ulang dapat
langsung dibawa ke tempat pengumpul limbah
daur ulang.
Limbah radioaktif biasanya dapat disimpan
terlebih dahulu sampai masa aktifnya
terlampaui.
Limbah kimia yang tidak berbahaya dapat
dibuang ke dalam saluran pembuangan air,
contoh : limbah asam amino, gula, ion-ion
anorganik (Ca,K, Mg, I, Cl, F dll)
Limbah kimia berbahaya dapat didaur ulang
dengan distilasi, ekstraksi, elektrolisis
Limbah yang tidak dapat didaur ulang akan
dibakar (insinerasi)
Wadah bertekanan dapat dibuang ke dalam
landfill, maupun didaur ulang.
19. Penanganan Limbah Suntik
Penggunaan disposable syringe
Saat ini ada beberapa alat untuk
mengatasi limbah berupa jarum
suntik, yaitu alat pemisah jarum, alat
penghancur jarum, tempat
pembuangan jarum khusus (needle
pit), syringe safety box, dan
insinerator SICIM.
21. Insinerator
Kriteria yang ditentukan oleh Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) yang diantaranya
adalah sebagai berikut:
Pengurangan sampah yang efektif
Lokasi jauh dari area penduduk
Adanya sistem pemisahan sampah
Desain yang bagus
Pembakaran sampah mencapai suhu 1000
derajat
Emisi gas buang memenuhi standar baku
mutu.
Perawatan yang teratur/periodik
Ada Pelatihan Staf dan Manajemen
22. Insinerator
Keputusan Bapedal No 03 tahun 1995. Peraturan tersebut
mengatur tentang kualitas incinerator dan emisi yang
dikeluarkannya. Incinerator yang diperbolehkan untuk
digunakan sebagai penghancur limbah B3 harus memiliki
efisiensi pembakaran dan efisiensi penghancuran /
penghilangan (Destruction Reduction Efisience) yang tinggi.
Baku Mutu DRE untuk Incinerator
No Parameter Baku Mutu DRE
1. POHCs 99.99%
2. Polychlorinated biphenil (PCBs) 99.9999%
3. Polychlorinated dibenzofuran (PCDFs) 99.9999%
4. Polychlorinated dibenzo-p-dioksin 99.9999%
23. Insinerator
Disamping itu, persyaratan lain yang harus dipenuhi dalam
menjalankan incinerator adalah emisi udara yang dikeluarkannya harus sesuai
dengan baku mutu emisi untuk incinerator.
Baku Mutu Emisi Udara untuk Incinerator
No Parameter Kadar Maksimum
(mg/Nm2)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12
13
14
Partikel
Sulfur dioksida (SO2)
Nitrogen dioksida (NO2)
Hidrogen Fluorida (HF)
Karbon Monoksida (CO)
Hidrogen Chlorida (HCl)
Total Hidrocarbon (sbg CH4)
Arsen (As)
Kadmiun (Cd)
Kromium (Cr)
Timbal (Pb)
Merkuri (Hg)
Talium (Tl)
Opasitas
50
250
300
10
100
70
35
1
0.2
1
5
0.2
0.2
10%
24. Insinerator Maxpell
Teknologi Ramah Lingkungan pada
incinerator Maxpell : pada tungku Maxpell
limbah ditempatkan dalam ruangan yang
kedap, lalu disuntikkan bahan bakar yang
sudah dicampur oksigen dan terbakar
dengan suhu yang tinggi. Asap hasil
pembakaran direaksikan dengan molekul
air sehingga asap yang keluar menjadi
hidrokarbon yang akan terbakar habis pada
secondary chamber. Dengan demikian
asap akan bersih dan ramah lingkungan.
25. Insinerator Maxpell
Insinerator Maxpell adalah alat penghancur limbah berupa
tungku pembakaran yang didesain secara sempurna dalam
sistem pembakaran dengan menggunakan berbagai media
bahan bakar yang terus dikembangkan baik dari sisi
teknologi maupun kapasitas. Insinerator Maxpell dirancang
mudah dioperasikan. Beberapa keunggulan insinerator ini
adalah:
◦ Tidak membutuhkan tempat luas;
◦ Bisa membakar sampah kering hingga sampah basah;
◦ Daya musnah sistem pembakaran mencapai suhu diatas 1000
C;
◦ Bekerja efektif dan irit bahan bakar;
◦ Tingkat dari pencemaran rendah. Dalam operasional
dibeberapa tempat terbukti asap hasil pembakaran yang keluar
dari cerobong hampir tidak kelihatan dan tidak mengeluarkan
bau yang menganggu;
◦ Suhu pembuangan udara panas pada cerobong asap
terkendali secara konstan;
◦ Suhu dinding luar tetap dingin sama dengan suhu udara luar;
◦ Perawatan yang mudah dan murah;
◦ Abu sisa pembakaran bisa diolah menjadi beragam produk
27. Alternative Medical Waste Treatment Technologies
Approved by the California Department of Public Health
company Device Type of Treatment Approved for
BioMedical
Tech.Solutions
Demolizer System Heat Red Bag/sharps
Honua Tech Pyrolitic Destructor Heat red bag /sharps /path
/trace chemo /pharms
Scientific Ecology
Group, Inc
Synthetica Detoxifie
Process
Steam heat red bag/ sharps
UnitedRecycling
Technology, Inc
Gasification System
(Gasf)
Heat-gas burner red bag/sharps/path/
trace chemo/pharms
Stericycle, Inc Electro- Thermal
Deactivation
Radiowaves-heat red bag/ sharps
sanitec HG-A-100, HG-A-250 Microwaves red bag/sharps/path
Modifikasi metode digunakan untuk destruksi/penghancuran limbah
patologis
28. SIMPULAN DAN SARAN
Permasalahan limbah rumah sakit di Indonesia yakni
limbah rumah sakit yang dihasilkan diperkirakan
secara nasional produksi sampah (Limbah Padat)
sebesar 376.089 ton per hari dan produksi air limbah
sebesar 48.985,70 ton per hari. Angka ini sangat
berpotensi limbah rumah sakit untuk mecemari
lingkungan dan membahayakan manusia bila tidak
dikelola dengan baik, seperti beberapa kasus limbah
medis yang sudah terjadi di Indonesia akibat
penanganan yang buruk. Buruknya pengelolaan
limbah rumah sakit dapat disebabkan oleh beberapa
hal, diantaranya :
◦ pengelolaan limbah belum menjadi syarat akreditasi
rumah sakit
◦ peraturan proses pembungkusan limbah padat yang
diterbitkan Departemen Kesehatan pada 1992 pun
sebagian besar tidak dijalankan dengan benar
29. SIMPULAN DAN SARAN
Sebelum ditangani limbah medis dan limbah
nonmedis harus dipisahkan terlebih dahulu untuk
menghindari pencampuran antara limbah medis
dan nonmedis. Pengolahan limbah RS dilakukan
dengan berbagai cara. Yang diutamakan adalah
sterilisasi, yakni berupa pengurangan (reduce)
dalam volume, penggunaan kembali (reuse)
dengan sterilisasi lebih dulu, daur ulang
(recycle), dan pengolahan (treatment). Sterilisasi
dapat juga dilakukan dengan insenerator. Namun
abu dari insenerator juga dapat membahayakan
sehingga perlu dilakukan pengelolaan lanjutan.
Dalam pengelolaan limbah padatnya, rumah
sakit diwajibkan melakukan pemilahan limbah
dan menyimpannya dalam kantong plastik yang
berbeda beda berdasarkan karakteristik
limbahnya.
30. Referensi
BAPEDAL. 1999. Peraturan tentang Pengendalian Dampak Lingkungan.
Depkes RI. 2002. Pedoman Umum Hygene Sarana dan Bangunan Umum.
Departemen Kesehatan RI. 1992. Peraturan Proses Pembungkusan Limbah
Padat.
Departement Kesehatan RI. 1997. Profil Kesehatan Indonesia.
Sarwanto, Setyo. 2009. Limbah Rumah Sakit Belu Dikelolah Dengan Baik.
Jakarta : UI Departemen Kesehatan Republik Indonesia 1995. Pedoman
Teknik Analisa Mengenai dampak Lingkungan Rumah Sakit.
Moersidik, S.S. 1995, Pengelolaan Limbah Teknologi Pengelolaan Limbah
Rumah Sakit dalam Sanitasi Rumah Sakit, Pusat Penelitian Kesehatan
Lembaga Penelitian Universitas Indonesia. Depok.
Damanhuri, Enri. 2010. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
Diktat Kuliah TL-3204. Program Studi Teknik Lingkungan. Institut
Teknologi Bandung. H
ttp://uwityangyoyo.wordpress.com/2009/10/19/pengelolaan-limbah-medis-rumah-sakit/
http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/bidang-pengendalian/subid-pembinaan-pencemaran/245-pengelolaan-
limbah-medis?start=1
http://www.ampl.or.id/detail/detail01.php?tp=artikel&jns=wawasan&kode=117
Http://www.maxpelltechnology.com/incineratormedis
http://www.cdph.ca.gov/certlic/medicalwaste/Documents/MedicalWaste/Alt_Me
d_Waste.pdf