SlideShare a Scribd company logo
LIMBAH MEDIS
Limbah Medis
 Berdasarkan Depkes RI 1992 : sampah dan limbah
rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang
dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan
penunjang lainnya. Secara umum sampah dan limbah
rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu
sampah/limbah klinis dan non klinis baik padat maupun
cair.
 Limbah non medis : sampah makanan, kertas, maupun
alat lain yang tidak kontak langsung dengan penderita
 Sumber limbah medis :
Unit pelayanan kesehatan dasar
Unit pelayanan kesehatan rujukan
Unit pelayanan kesehatan penunjang ( laboratorium)
Unit pelayanan non kesehatan ( farmasi )
Limbah Medis, klasifikasi
 Limbah medis dapat diklasifikasikan berdasarkan
potensi bahaya yang terkandung didalamnya,
maupun berdasarkan bentuknya (cair dan padat)
 Klasifikasi limbah medis utama :
Limbah umum
Limbah benda tajam
Limbah patologis
Limbah farmasi
Limbah genotoksik
Limbah kimia
Limbah alat yang mengandung logam berat
Limbah radioaktif
Wadah bertekanan tinggi
Limbah Medis, klasifikasi
 Limbah umum : limbah yang tidak berbahaya dan
tidak membutuhkan penanganan khusus, contoh
: limbah domestik, limbah kemasan non
infectious
 Limbah benda tajam : obyek atau alat yang
memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian
menonjol yang dapat memotong atau menusuk
kulit seperti jarum hipodermik, perlengkapan
intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau
bedah
 Limbah patologis : Jaringan atau potongan tubuh
manusia, contoh bagian tubuh, darah dan cairan
tubuh yang lain termasuk janin
 Limbah farmasi : Limbah yang mengandung
bahan farmasi contoh obat-obatan yang sudah
kadaluwarsa atau tidak diperlukan lagi
Limbah Medis, klasifikasi
 Limbah genotoksik : limbah yang mengandung bahan
dengan sifat genotoksik contoh limbah yang
mengandung obat-obatan sitostatik (sering dipakai
dalam terapi kanker), yaitu zat karsinogenik
(benzen,antrasen), zat sitotoksik, (tamoksifen,
semustin) zat yang mungkin bersifat karsoinogenik
(chloramphenicol, chlorozotocin, cisplatin).
 Limbah kimia : limbah yang mengandung bahan kimia
contoh reagen di laboratorium, film untuk rontgen,
desinfektan yang kadaluwarsa atau sudah tidak
diperlukan, solven. Limbah ini dikategorikan limbah
berbahaya jika memiliki beberapa sifat (toksik, korosif
(pH12), mudah terbakar, reaktif (mudah meledak,
bereaksi dengan air, rawan goncangan), genotoksik
Limbah Medis, klasifikasi
 Limbah alat yang mengandung logam berat
: Baterai, pecahan termometer, tensimeter
 Limbah radioaktif : bahan yang
terkontaminasi dengan radio isotop yang
berasal dari penggunaan medis atau riset
radio nukleida.
 Wadah bertekanan tinggi : Tabung gas
anestesi, gas cartridge, kaleng aerosol,
peralatan terapi pernafasan, oksigen dalam
bentuk gas atau cair
Limbah Medis, klasifikasi
 Limbah berpotensi menularkan penyakit
(infectious): mengandung mikroorganisme
patogen yang dilihat dari konsentrasi dan
kuantitasnya bila terpapar dengan manusia akan
dapat menimbulkan penyakit
- jaringan dan stok dari agen-agen infeksi dari
kegiatan laboratorium, dari ruang bedah atau
dari autopsi pasien yang mempunyai penyakit
menular
- atau dari pasien yang diisolasi, atau materi
yang berkontak dengan pasien yang menjalani
haemodialisis (tabung, filter, serbet, gaun, sarung
tangan dan sebagainya)
- atau materi yang berkontak dengan binatang
yang sedang diinokulasi dengan penyakit
menular atau sedang menderita penyakit
menular
Limbah Medis, klasifikasi
Limbah reaktif yang berasal dari rumah sakit
adalah :
 Shock sensitive: senyawa-senyawa diazo,
metal azide, nitro cellulose, perchloric acid,
garam-garam perchlorat, bahan kimia
peroksida, asam picric, garam-garam picrat,
polynitroaromatic.
 Water reactive: logam-logam alkali dan alkali
tanah, reagen alkyl lithium, larutan- larutan
boron trifluorida, reagen Grignard, hidrida
dari Al, B, Ca, K, Li, dan Na, logam halida
dari Al, As, Fe, P, S, Sb, Si, Su dan Ti,
phosphorus oxychloride, phosphorus
pentoxide, sulfuryl chloride, thionyl chloride.
 Bahan reaktif lain: asam nitrit diatas 70%,
Limbah Medis dan Masalah yang
Ditimbulkan
 Dari keseluruhan limbah rumah sakit, sekitar
◦ 10 sampai 15 persen diantaranya merupakan limbah
infeksius yang mengandung logam berat, antara lain
mercuri (Hg).
◦ Sebanyak 40 persen lainnya adalah limbah organik yang
berasal dari makanan dan sisa makanan, baik dari pasien
dan keluarga pasien maupun dapur gizi.
◦ Selanjutnya, sisanya merupakan limbah anorganik dalam
bentuk botol bekas infus dan plastik.
Temuan ini merupakan hasil penelitian Bapedalda Jabar
bekerja sama dengan Departemen Kesehatan RI, serta
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) selama tahun 1998
sampai tahun 1999. Secara terpisah, mantan Ketua
Wahana Lingkungan (Walhi) Jabar, Ikhwan Fauzi
mengatakan, volume limbah infeksius dibeberapa rumah
sakit bahkan melebihi jumlah yang ditemukan Bapedalda.
Limbah infeksius ini lebih banyak ditemukan di beberapa
rumah sakit umum, yang pemeliharaan lingkungannya
kurang baik (Pristiyanto. D, 2000).
Limbah Medis dan Masalah yang
Ditimbulkan
 Pengolahan limbah medis bukanlah hal mudah
dilakukan. Di Indonesia sendiri, pengolahan
limbah medis masih belum tertangani dengan
serius, baik di kota kecil maupun kota besar di
Indonesia. Kurangnya sosialisasi pemerintah dan
badan yang terkait mengenai efek yang
ditimbulkan dari pembuangan limbah medis
secara sembarangan dan ketertarikan investor
dalam mengolah limbah rumah sakit menjadi
masalah utama. Salah satu bukti, menurut hasil
survei pada tahun 2003 dari 107 rumah sakit di
Jakarta, hanya 10 rumah sakit yang memiliki
insinerator (tungku pembakar). (Suara
Pembaharuan, 20 Oktober 2003) Tentu saja hal
ini sangat memprihatinkan, apalagi jumlah dan
jenis penyakit semakin bertambah setiap
tahunnya, demikian pula dengan limbah yang
Limbah Medis dan Masalah yang
Ditimbulkan
 Contoh kasus lainnya adalah pembuangan limbah
medis ke TPA Ciangir, Tasikmalaya. Akibatnya
beberapa pekerja terpaksa dirawat beberapa minggu
karena menginjak sampah alat suntik. Kejadian ini
selain merugikan pekerja tersebut juga merugikan pihak
TPA karena harus bekerja ekstra untuk memisahkan
sampah medis dari sampah rumah tangga. (Pikiran
Rakyat, 7 April 2005)
 Di RS sering kali terjadi infeksi silang (nosokomial).
Sebagai contoh, limbah medis tajam seperti alat suntik.
Karena berhubungan langsung dengan penderita, alat
itu mengandung mikroorganisme, atau bibit penyakit.
Bila pengelolaan pembuangannya tidak benar, alat
suntik dapat menularkan penyakit kepada pasien lain,
pengunjung RS dan puskesmas, petugas kesehatan,
maupun masyarakat umum.
Limbah Medis dan Masalah yang
Ditimbulkan
 Data P2M-PL menunjukkan :
limbah alat suntik di Indonesia khusus untuk
imunisasi diperkirakan sekitar 66 juta per tahun (36,8
juta limbah alat suntik imunisasi bayi, 10 juta
imunisasi ibu hamil/wanita usia subur, 20 juta
imunisasi anak sekolah (BIAS))
limbah alat suntik secara kuratif sekitar300 juta per
tahun.
◦ Insinerasi juga tidak menyelesaikan masalah karena
pembakaran hanya mengubah volume limbah
menjadi lebih kecil. Belum lagi debu yang juga
sangat berbahaya dan harus dipindahkan atau
ditentukan lagi tempat pembuangannya yang kedap
air. Debu hasil insinerasi yang tak terurai dan materi
tetap ada menjadi sangat berbahaya karena dapat
menghasilkan dioksin.
Pengelolaan Limbah Medis
Pengelolaan Limbah Medis
 Point penting dalam pengelolaan limbah medis
adalah sterilisasi, kemudian pengurangan
(reduce) dalam volume, penggunaan kembali
(reuse) dengan sterilisasi, daur ulang (recycle),
dan pengolahan (treatment).
 Sebelum diolah, limbah medis harus dipisahkan
berdasarkan potensi bahaya yang ditimbulkan.
 Adapun tahap pengolahan limbah medis antara
lain :
1. Pemisahan
2. Penyimpanan
3. Pengangkutan
4. Penanganan
5. Pembuangan
Pemisahan dan Penyimpanan
Limbah Medis
• Limbah medis yang akan dibuang dipisahkan
menggunakan kantong plastik berwarna yang
berlabel. Berikut adalah contoh warna kantong
menurut DepKes RI :
Kantong hitam : limbah umum
Kantong kuning : limbah yang harus diinsinerasi
Kantong kuning strip hitam : limbah yang
sebaiknya diinsinerasi, tetapi dapat dibuang ke
landfill
Kantong biru muda : limbah yang harus disterilisasi
• Limbah infectious dan patologis dipisahkan
tersendiri. Kedua jenis limbah ini harus
disterilisasi terlebih dahulu.
• Limbah yang dapat didaur ulang termasuk dalam
kategori limbah umum.
Pengangkutan Limbah Medis
 Limbah medis diangkut dengan
kontainer tertutup. Untuk keamanan,
pengangkutan limbah radioaktif
sebaiknya dipisahkan dengan limbah
kimia yang bersifat reaktif, mudah
terbakar, korosif.
 Alat pengangkutan harus dirawat dan
dibersihkan secara rutin untuk
mencegah adanya limbah yang
tercecer akibat pengangkutan dan
mengurangi resiko kecelakaan saat
pengiriman limbah.
Penanganan Limbah Medis
 Limbah umum yang dapat didaur ulang dapat
langsung dibawa ke tempat pengumpul limbah
daur ulang.
 Limbah radioaktif biasanya dapat disimpan
terlebih dahulu sampai masa aktifnya
terlampaui.
 Limbah kimia yang tidak berbahaya dapat
dibuang ke dalam saluran pembuangan air,
contoh : limbah asam amino, gula, ion-ion
anorganik (Ca,K, Mg, I, Cl, F dll)
 Limbah kimia berbahaya dapat didaur ulang
dengan distilasi, ekstraksi, elektrolisis
 Limbah yang tidak dapat didaur ulang akan
dibakar (insinerasi)
 Wadah bertekanan dapat dibuang ke dalam
landfill, maupun didaur ulang.
Sterilisasi limbah dengan
rotoclave
Rotoclave
(http://tempico.gostrategic.com/newsIm/
HopkinsP1010465.jpg)
Penanganan Limbah Suntik
 Penggunaan disposable syringe
 Saat ini ada beberapa alat untuk
mengatasi limbah berupa jarum
suntik, yaitu alat pemisah jarum, alat
penghancur jarum, tempat
pembuangan jarum khusus (needle
pit), syringe safety box, dan
insinerator SICIM.
Skema Alternatif Reuse & Recycle
Limbah Medis
Insinerator
Kriteria yang ditentukan oleh Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) yang diantaranya
adalah sebagai berikut:
 Pengurangan sampah yang efektif
 Lokasi jauh dari area penduduk
 Adanya sistem pemisahan sampah
 Desain yang bagus
 Pembakaran sampah mencapai suhu 1000
derajat
 Emisi gas buang memenuhi standar baku
mutu.
 Perawatan yang teratur/periodik
 Ada Pelatihan Staf dan Manajemen
Insinerator
 Keputusan Bapedal No 03 tahun 1995. Peraturan tersebut
mengatur tentang kualitas incinerator dan emisi yang
dikeluarkannya. Incinerator yang diperbolehkan untuk
digunakan sebagai penghancur limbah B3 harus memiliki
efisiensi pembakaran dan efisiensi penghancuran /
penghilangan (Destruction Reduction Efisience) yang tinggi.
 Baku Mutu DRE untuk Incinerator
No Parameter Baku Mutu DRE
1. POHCs 99.99%
2. Polychlorinated biphenil (PCBs) 99.9999%
3. Polychlorinated dibenzofuran (PCDFs) 99.9999%
4. Polychlorinated dibenzo-p-dioksin 99.9999%
Insinerator
 Disamping itu, persyaratan lain yang harus dipenuhi dalam
menjalankan incinerator adalah emisi udara yang dikeluarkannya harus sesuai
dengan baku mutu emisi untuk incinerator.
 Baku Mutu Emisi Udara untuk Incinerator
No Parameter Kadar Maksimum
(mg/Nm2)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12
13
14
Partikel
Sulfur dioksida (SO2)
Nitrogen dioksida (NO2)
Hidrogen Fluorida (HF)
Karbon Monoksida (CO)
Hidrogen Chlorida (HCl)
Total Hidrocarbon (sbg CH4)
Arsen (As)
Kadmiun (Cd)
Kromium (Cr)
Timbal (Pb)
Merkuri (Hg)
Talium (Tl)
Opasitas
50
250
300
10
100
70
35
1
0.2
1
5
0.2
0.2
10%
Insinerator Maxpell
 Teknologi Ramah Lingkungan pada
incinerator Maxpell : pada tungku Maxpell
limbah ditempatkan dalam ruangan yang
kedap, lalu disuntikkan bahan bakar yang
sudah dicampur oksigen dan terbakar
dengan suhu yang tinggi. Asap hasil
pembakaran direaksikan dengan molekul
air sehingga asap yang keluar menjadi
hidrokarbon yang akan terbakar habis pada
secondary chamber. Dengan demikian
asap akan bersih dan ramah lingkungan.
Insinerator Maxpell
 Insinerator Maxpell adalah alat penghancur limbah berupa
tungku pembakaran yang didesain secara sempurna dalam
sistem pembakaran dengan menggunakan berbagai media
bahan bakar yang terus dikembangkan baik dari sisi
teknologi maupun kapasitas. Insinerator Maxpell dirancang
mudah dioperasikan. Beberapa keunggulan insinerator ini
adalah:
◦ Tidak membutuhkan tempat luas;
◦ Bisa membakar sampah kering hingga sampah basah;
◦ Daya musnah sistem pembakaran mencapai suhu diatas 1000
C;
◦ Bekerja efektif dan irit bahan bakar;
◦ Tingkat dari pencemaran rendah. Dalam operasional
dibeberapa tempat terbukti asap hasil pembakaran yang keluar
dari cerobong hampir tidak kelihatan dan tidak mengeluarkan
bau yang menganggu;
◦ Suhu pembuangan udara panas pada cerobong asap
terkendali secara konstan;
◦ Suhu dinding luar tetap dingin sama dengan suhu udara luar;
◦ Perawatan yang mudah dan murah;
◦ Abu sisa pembakaran bisa diolah menjadi beragam produk
Skema Pengolahan Limbah Medis
dengan Insinerator Maxpell
Alternative Medical Waste Treatment Technologies
Approved by the California Department of Public Health
company Device Type of Treatment Approved for
BioMedical
Tech.Solutions
Demolizer System Heat Red Bag/sharps
Honua Tech Pyrolitic Destructor Heat red bag /sharps /path
/trace chemo /pharms
Scientific Ecology
Group, Inc
Synthetica Detoxifie
Process
Steam heat red bag/ sharps
UnitedRecycling
Technology, Inc
Gasification System
(Gasf)
Heat-gas burner red bag/sharps/path/
trace chemo/pharms
Stericycle, Inc Electro- Thermal
Deactivation
Radiowaves-heat red bag/ sharps
sanitec HG-A-100, HG-A-250 Microwaves red bag/sharps/path
Modifikasi metode digunakan untuk destruksi/penghancuran limbah
patologis
SIMPULAN DAN SARAN
Permasalahan limbah rumah sakit di Indonesia yakni
limbah rumah sakit yang dihasilkan diperkirakan
secara nasional produksi sampah (Limbah Padat)
sebesar 376.089 ton per hari dan produksi air limbah
sebesar 48.985,70 ton per hari. Angka ini sangat
berpotensi limbah rumah sakit untuk mecemari
lingkungan dan membahayakan manusia bila tidak
dikelola dengan baik, seperti beberapa kasus limbah
medis yang sudah terjadi di Indonesia akibat
penanganan yang buruk. Buruknya pengelolaan
limbah rumah sakit dapat disebabkan oleh beberapa
hal, diantaranya :
◦ pengelolaan limbah belum menjadi syarat akreditasi
rumah sakit
◦ peraturan proses pembungkusan limbah padat yang
diterbitkan Departemen Kesehatan pada 1992 pun
sebagian besar tidak dijalankan dengan benar
SIMPULAN DAN SARAN
 Sebelum ditangani limbah medis dan limbah
nonmedis harus dipisahkan terlebih dahulu untuk
menghindari pencampuran antara limbah medis
dan nonmedis. Pengolahan limbah RS dilakukan
dengan berbagai cara. Yang diutamakan adalah
sterilisasi, yakni berupa pengurangan (reduce)
dalam volume, penggunaan kembali (reuse)
dengan sterilisasi lebih dulu, daur ulang
(recycle), dan pengolahan (treatment). Sterilisasi
dapat juga dilakukan dengan insenerator. Namun
abu dari insenerator juga dapat membahayakan
sehingga perlu dilakukan pengelolaan lanjutan.
 Dalam pengelolaan limbah padatnya, rumah
sakit diwajibkan melakukan pemilahan limbah
dan menyimpannya dalam kantong plastik yang
berbeda beda berdasarkan karakteristik
limbahnya.
Referensi
 BAPEDAL. 1999. Peraturan tentang Pengendalian Dampak Lingkungan.
 Depkes RI. 2002. Pedoman Umum Hygene Sarana dan Bangunan Umum.
 Departemen Kesehatan RI. 1992. Peraturan Proses Pembungkusan Limbah
Padat.
 Departement Kesehatan RI. 1997. Profil Kesehatan Indonesia.
 Sarwanto, Setyo. 2009. Limbah Rumah Sakit Belu Dikelolah Dengan Baik.
Jakarta : UI Departemen Kesehatan Republik Indonesia 1995. Pedoman
Teknik Analisa Mengenai dampak Lingkungan Rumah Sakit.
 Moersidik, S.S. 1995, Pengelolaan Limbah Teknologi Pengelolaan Limbah
Rumah Sakit dalam Sanitasi Rumah Sakit, Pusat Penelitian Kesehatan
Lembaga Penelitian Universitas Indonesia. Depok.
 Damanhuri, Enri. 2010. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
Diktat Kuliah TL-3204. Program Studi Teknik Lingkungan. Institut
Teknologi Bandung. H
 ttp://uwityangyoyo.wordpress.com/2009/10/19/pengelolaan-limbah-medis-rumah-sakit/
 http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/bidang-pengendalian/subid-pembinaan-pencemaran/245-pengelolaan-
limbah-medis?start=1
 http://www.ampl.or.id/detail/detail01.php?tp=artikel&jns=wawasan&kode=117
 Http://www.maxpelltechnology.com/incineratormedis
 http://www.cdph.ca.gov/certlic/medicalwaste/Documents/MedicalWaste/Alt_Me
d_Waste.pdf
 ttp://uwityangyoyo.wordpress.com/2009/10/19/pengel
olaan-limbah-medis-rumah-sakit/
 http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/bidang-
pengendalian/subid-pembinaan-pencemaran/245-
pengelolaan-limbah-medis?start=1
 http://www.ampl.or.id/detail/detail01.php?tp=artikel&j
ns=wawasan&kode=117
 Http://www.maxpelltechnology.com/incineratormedis
 http://www.cdph.ca.gov/certlic/medical
waste/Documents/MedicalWaste/Alt
_Med_Waste.pdf

More Related Content

What's hot

PTPS : SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH MEDIS
PTPS : SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH MEDISPTPS : SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH MEDIS
PTPS : SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH MEDIS
JUHERAH
 
Limbah cair
Limbah cairLimbah cair
Limbah cair
Okta Rostalia
 
Sanitasi tempat umum
Sanitasi tempat umumSanitasi tempat umum
Sanitasi tempat umum
sanggede
 
Komunikasi risiko
Komunikasi risikoKomunikasi risiko
Komunikasi risiko
Anggita Dewi
 
Peraturan Pemerintah No. 66 tentang KESEHATAN LINGKUNGAN
Peraturan Pemerintah No. 66 tentang KESEHATAN LINGKUNGANPeraturan Pemerintah No. 66 tentang KESEHATAN LINGKUNGAN
Peraturan Pemerintah No. 66 tentang KESEHATAN LINGKUNGAN
Adelina Hutauruk
 
PILAR 3. STBM. Pengelolaan Makanan & Minuman Rumah Tangga
PILAR 3. STBM. Pengelolaan Makanan & Minuman Rumah TanggaPILAR 3. STBM. Pengelolaan Makanan & Minuman Rumah Tangga
PILAR 3. STBM. Pengelolaan Makanan & Minuman Rumah Tangga
Ayok Putra
 
pengukuran timbulan sampah
pengukuran timbulan sampahpengukuran timbulan sampah
pengukuran timbulan sampah
Wahyudin Wahyudin
 
Sasaran Keselamatan Pasien (Patient Safety)
Sasaran Keselamatan Pasien (Patient Safety)Sasaran Keselamatan Pasien (Patient Safety)
Sasaran Keselamatan Pasien (Patient Safety)
ADam Raeyoo
 
SNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat Kerja
SNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat KerjaSNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat Kerja
SNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat Kerja
Muhamad Imam Khairy
 
Sterilisasi dan disinfeksi
Sterilisasi dan disinfeksiSterilisasi dan disinfeksi
Sterilisasi dan disinfeksi
Joni Iswanto
 
KAK PENGELOLAAN LIMBAH B3.doc
KAK PENGELOLAAN LIMBAH B3.docKAK PENGELOLAAN LIMBAH B3.doc
KAK PENGELOLAAN LIMBAH B3.doc
keslingkembangan
 
sanitasi lingkungan pariwisata
sanitasi lingkungan pariwisatasanitasi lingkungan pariwisata
sanitasi lingkungan pariwisata
aprinias
 
Klinik sanitasi 1
Klinik sanitasi 1Klinik sanitasi 1
Klinik sanitasi 1
Mohammad Ichsan
 
MATERI PENYULUHAN PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT) DI SEKOLAH DASAR
MATERI PENYULUHAN PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT) DI SEKOLAH DASAR MATERI PENYULUHAN PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT) DI SEKOLAH DASAR
MATERI PENYULUHAN PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT) DI SEKOLAH DASAR
Dayu Agung Dewi Sawitri
 
Cara Pengambilan Sampel Sampling Air
Cara Pengambilan Sampel Sampling AirCara Pengambilan Sampel Sampling Air
Cara Pengambilan Sampel Sampling Air
Said Muhammad
 
Pengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah IndustriPengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah Industriguest150909
 
Program kesling di puskesmas
Program kesling di puskesmasProgram kesling di puskesmas
Program kesling di puskesmas
Joni Iswanto
 
Sistem Pengolahan Air Limbah secara Biologis
Sistem Pengolahan Air Limbah secara BiologisSistem Pengolahan Air Limbah secara Biologis
Sistem Pengolahan Air Limbah secara Biologis
Joy Irman
 
PPT RP Pengelolaan Limbah Medis.pptx
PPT RP Pengelolaan Limbah Medis.pptxPPT RP Pengelolaan Limbah Medis.pptx
PPT RP Pengelolaan Limbah Medis.pptx
HUUN1
 
Pengendalian Vektor Lalat
Pengendalian Vektor LalatPengendalian Vektor Lalat
Pengendalian Vektor Lalat
Inoy Trisnaini
 

What's hot (20)

PTPS : SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH MEDIS
PTPS : SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH MEDISPTPS : SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH MEDIS
PTPS : SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH MEDIS
 
Limbah cair
Limbah cairLimbah cair
Limbah cair
 
Sanitasi tempat umum
Sanitasi tempat umumSanitasi tempat umum
Sanitasi tempat umum
 
Komunikasi risiko
Komunikasi risikoKomunikasi risiko
Komunikasi risiko
 
Peraturan Pemerintah No. 66 tentang KESEHATAN LINGKUNGAN
Peraturan Pemerintah No. 66 tentang KESEHATAN LINGKUNGANPeraturan Pemerintah No. 66 tentang KESEHATAN LINGKUNGAN
Peraturan Pemerintah No. 66 tentang KESEHATAN LINGKUNGAN
 
PILAR 3. STBM. Pengelolaan Makanan & Minuman Rumah Tangga
PILAR 3. STBM. Pengelolaan Makanan & Minuman Rumah TanggaPILAR 3. STBM. Pengelolaan Makanan & Minuman Rumah Tangga
PILAR 3. STBM. Pengelolaan Makanan & Minuman Rumah Tangga
 
pengukuran timbulan sampah
pengukuran timbulan sampahpengukuran timbulan sampah
pengukuran timbulan sampah
 
Sasaran Keselamatan Pasien (Patient Safety)
Sasaran Keselamatan Pasien (Patient Safety)Sasaran Keselamatan Pasien (Patient Safety)
Sasaran Keselamatan Pasien (Patient Safety)
 
SNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat Kerja
SNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat KerjaSNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat Kerja
SNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat Kerja
 
Sterilisasi dan disinfeksi
Sterilisasi dan disinfeksiSterilisasi dan disinfeksi
Sterilisasi dan disinfeksi
 
KAK PENGELOLAAN LIMBAH B3.doc
KAK PENGELOLAAN LIMBAH B3.docKAK PENGELOLAAN LIMBAH B3.doc
KAK PENGELOLAAN LIMBAH B3.doc
 
sanitasi lingkungan pariwisata
sanitasi lingkungan pariwisatasanitasi lingkungan pariwisata
sanitasi lingkungan pariwisata
 
Klinik sanitasi 1
Klinik sanitasi 1Klinik sanitasi 1
Klinik sanitasi 1
 
MATERI PENYULUHAN PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT) DI SEKOLAH DASAR
MATERI PENYULUHAN PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT) DI SEKOLAH DASAR MATERI PENYULUHAN PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT) DI SEKOLAH DASAR
MATERI PENYULUHAN PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT) DI SEKOLAH DASAR
 
Cara Pengambilan Sampel Sampling Air
Cara Pengambilan Sampel Sampling AirCara Pengambilan Sampel Sampling Air
Cara Pengambilan Sampel Sampling Air
 
Pengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah IndustriPengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah Industri
 
Program kesling di puskesmas
Program kesling di puskesmasProgram kesling di puskesmas
Program kesling di puskesmas
 
Sistem Pengolahan Air Limbah secara Biologis
Sistem Pengolahan Air Limbah secara BiologisSistem Pengolahan Air Limbah secara Biologis
Sistem Pengolahan Air Limbah secara Biologis
 
PPT RP Pengelolaan Limbah Medis.pptx
PPT RP Pengelolaan Limbah Medis.pptxPPT RP Pengelolaan Limbah Medis.pptx
PPT RP Pengelolaan Limbah Medis.pptx
 
Pengendalian Vektor Lalat
Pengendalian Vektor LalatPengendalian Vektor Lalat
Pengendalian Vektor Lalat
 

Similar to PTPS : LIMBAH MEDIS

30.limbah medis ke 5 B3.pptx
30.limbah medis ke 5 B3.pptx30.limbah medis ke 5 B3.pptx
30.limbah medis ke 5 B3.pptx
VideoIslami
 
Fun Games Classroom Kit.pptx
Fun Games Classroom Kit.pptxFun Games Classroom Kit.pptx
Fun Games Classroom Kit.pptx
AminahtunLatifah2
 
lingkungan hidup
lingkungan hiduplingkungan hidup
lingkungan hidup
reginairawati
 
Makalah LIMBAH FARMASI
Makalah LIMBAH FARMASIMakalah LIMBAH FARMASI
Makalah LIMBAH FARMASI
Firda Khaerini
 
Makalah Limbah Farmasi
Makalah Limbah FarmasiMakalah Limbah Farmasi
Makalah Limbah FarmasiFirda Khaerini
 
Ayufifi.docx
Ayufifi.docxAyufifi.docx
Ayufifi.docx
AyuAsri3
 
Sop cara penanganan limbah sampah medis dan nonmedis
Sop   cara penanganan limbah   sampah medis dan nonmedisSop   cara penanganan limbah   sampah medis dan nonmedis
Sop cara penanganan limbah sampah medis dan nonmedis
wulan dari
 
PPT-UEU-Hukum-Lingkungan-Pertemuan-7.ppt
PPT-UEU-Hukum-Lingkungan-Pertemuan-7.pptPPT-UEU-Hukum-Lingkungan-Pertemuan-7.ppt
PPT-UEU-Hukum-Lingkungan-Pertemuan-7.ppt
EvaDiansariMarbun1
 
PTPS : PENGENDALIAN SAMPAH MEDIK
PTPS : PENGENDALIAN SAMPAH MEDIKPTPS : PENGENDALIAN SAMPAH MEDIK
PTPS : PENGENDALIAN SAMPAH MEDIK
JUHERAH
 
DAMPAK LINGKUNGAN DI RUMAH SAKIT
DAMPAK LINGKUNGAN DI RUMAH SAKITDAMPAK LINGKUNGAN DI RUMAH SAKIT
DAMPAK LINGKUNGAN DI RUMAH SAKIT
riri_hermana
 
Hengkyprabowoirianto
HengkyprabowoiriantoHengkyprabowoirianto
Hengkyprabowoirianto
Hengky Irianto
 
Sap sampah
Sap sampahSap sampah
Sap sampah
wahyufaisal
 
Kesehatan dan keselamatan kerja penanganan limbah b3
Kesehatan dan keselamatan kerja penanganan limbah b3Kesehatan dan keselamatan kerja penanganan limbah b3
Kesehatan dan keselamatan kerja penanganan limbah b3
sitialimahromadhoni
 
Pencemaran lingkunga1
Pencemaran lingkunga1Pencemaran lingkunga1
Pencemaran lingkunga1
khoirilliana12
 
Patient Safety 4
Patient Safety 4Patient Safety 4
Patient Safety 4
Gita Kostania
 
Copy of PENGELOLAAN B3 DAN LIMBAH B3.pdf
Copy of PENGELOLAAN B3 DAN LIMBAH B3.pdfCopy of PENGELOLAAN B3 DAN LIMBAH B3.pdf
Copy of PENGELOLAAN B3 DAN LIMBAH B3.pdf
rosintauli1
 
Pengelolaan Limbah Medis RS Pertamina Jaya.pptx
Pengelolaan Limbah Medis RS Pertamina Jaya.pptxPengelolaan Limbah Medis RS Pertamina Jaya.pptx
Pengelolaan Limbah Medis RS Pertamina Jaya.pptx
qhserpulung
 
IPA AMDAL BIDANG KESEHATAN
IPA AMDAL BIDANG KESEHATANIPA AMDAL BIDANG KESEHATAN
IPA AMDAL BIDANG KESEHATANAris Khinuzuka
 

Similar to PTPS : LIMBAH MEDIS (20)

30.limbah medis ke 5 B3.pptx
30.limbah medis ke 5 B3.pptx30.limbah medis ke 5 B3.pptx
30.limbah medis ke 5 B3.pptx
 
Fun Games Classroom Kit.pptx
Fun Games Classroom Kit.pptxFun Games Classroom Kit.pptx
Fun Games Classroom Kit.pptx
 
lingkungan hidup
lingkungan hiduplingkungan hidup
lingkungan hidup
 
Makalah LIMBAH FARMASI
Makalah LIMBAH FARMASIMakalah LIMBAH FARMASI
Makalah LIMBAH FARMASI
 
Makalah Limbah Farmasi
Makalah Limbah FarmasiMakalah Limbah Farmasi
Makalah Limbah Farmasi
 
Ayufifi.docx
Ayufifi.docxAyufifi.docx
Ayufifi.docx
 
Sop cara penanganan limbah sampah medis dan nonmedis
Sop   cara penanganan limbah   sampah medis dan nonmedisSop   cara penanganan limbah   sampah medis dan nonmedis
Sop cara penanganan limbah sampah medis dan nonmedis
 
PPT-UEU-Hukum-Lingkungan-Pertemuan-7.ppt
PPT-UEU-Hukum-Lingkungan-Pertemuan-7.pptPPT-UEU-Hukum-Lingkungan-Pertemuan-7.ppt
PPT-UEU-Hukum-Lingkungan-Pertemuan-7.ppt
 
PTPS : PENGENDALIAN SAMPAH MEDIK
PTPS : PENGENDALIAN SAMPAH MEDIKPTPS : PENGENDALIAN SAMPAH MEDIK
PTPS : PENGENDALIAN SAMPAH MEDIK
 
DAMPAK LINGKUNGAN DI RUMAH SAKIT
DAMPAK LINGKUNGAN DI RUMAH SAKITDAMPAK LINGKUNGAN DI RUMAH SAKIT
DAMPAK LINGKUNGAN DI RUMAH SAKIT
 
Hengkyprabowoirianto
HengkyprabowoiriantoHengkyprabowoirianto
Hengkyprabowoirianto
 
Panduan tentang b3 dan apd
Panduan tentang b3 dan apdPanduan tentang b3 dan apd
Panduan tentang b3 dan apd
 
Sap sampah
Sap sampahSap sampah
Sap sampah
 
Kesehatan dan keselamatan kerja penanganan limbah b3
Kesehatan dan keselamatan kerja penanganan limbah b3Kesehatan dan keselamatan kerja penanganan limbah b3
Kesehatan dan keselamatan kerja penanganan limbah b3
 
Pencemaran lingkunga1
Pencemaran lingkunga1Pencemaran lingkunga1
Pencemaran lingkunga1
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
Patient Safety 4
Patient Safety 4Patient Safety 4
Patient Safety 4
 
Copy of PENGELOLAAN B3 DAN LIMBAH B3.pdf
Copy of PENGELOLAAN B3 DAN LIMBAH B3.pdfCopy of PENGELOLAAN B3 DAN LIMBAH B3.pdf
Copy of PENGELOLAAN B3 DAN LIMBAH B3.pdf
 
Pengelolaan Limbah Medis RS Pertamina Jaya.pptx
Pengelolaan Limbah Medis RS Pertamina Jaya.pptxPengelolaan Limbah Medis RS Pertamina Jaya.pptx
Pengelolaan Limbah Medis RS Pertamina Jaya.pptx
 
IPA AMDAL BIDANG KESEHATAN
IPA AMDAL BIDANG KESEHATANIPA AMDAL BIDANG KESEHATAN
IPA AMDAL BIDANG KESEHATAN
 

PTPS : LIMBAH MEDIS

  • 2. Limbah Medis  Berdasarkan Depkes RI 1992 : sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah/limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair.  Limbah non medis : sampah makanan, kertas, maupun alat lain yang tidak kontak langsung dengan penderita  Sumber limbah medis : Unit pelayanan kesehatan dasar Unit pelayanan kesehatan rujukan Unit pelayanan kesehatan penunjang ( laboratorium) Unit pelayanan non kesehatan ( farmasi )
  • 3. Limbah Medis, klasifikasi  Limbah medis dapat diklasifikasikan berdasarkan potensi bahaya yang terkandung didalamnya, maupun berdasarkan bentuknya (cair dan padat)  Klasifikasi limbah medis utama : Limbah umum Limbah benda tajam Limbah patologis Limbah farmasi Limbah genotoksik Limbah kimia Limbah alat yang mengandung logam berat Limbah radioaktif Wadah bertekanan tinggi
  • 4. Limbah Medis, klasifikasi  Limbah umum : limbah yang tidak berbahaya dan tidak membutuhkan penanganan khusus, contoh : limbah domestik, limbah kemasan non infectious  Limbah benda tajam : obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah  Limbah patologis : Jaringan atau potongan tubuh manusia, contoh bagian tubuh, darah dan cairan tubuh yang lain termasuk janin  Limbah farmasi : Limbah yang mengandung bahan farmasi contoh obat-obatan yang sudah kadaluwarsa atau tidak diperlukan lagi
  • 5. Limbah Medis, klasifikasi  Limbah genotoksik : limbah yang mengandung bahan dengan sifat genotoksik contoh limbah yang mengandung obat-obatan sitostatik (sering dipakai dalam terapi kanker), yaitu zat karsinogenik (benzen,antrasen), zat sitotoksik, (tamoksifen, semustin) zat yang mungkin bersifat karsoinogenik (chloramphenicol, chlorozotocin, cisplatin).  Limbah kimia : limbah yang mengandung bahan kimia contoh reagen di laboratorium, film untuk rontgen, desinfektan yang kadaluwarsa atau sudah tidak diperlukan, solven. Limbah ini dikategorikan limbah berbahaya jika memiliki beberapa sifat (toksik, korosif (pH12), mudah terbakar, reaktif (mudah meledak, bereaksi dengan air, rawan goncangan), genotoksik
  • 6. Limbah Medis, klasifikasi  Limbah alat yang mengandung logam berat : Baterai, pecahan termometer, tensimeter  Limbah radioaktif : bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida.  Wadah bertekanan tinggi : Tabung gas anestesi, gas cartridge, kaleng aerosol, peralatan terapi pernafasan, oksigen dalam bentuk gas atau cair
  • 7. Limbah Medis, klasifikasi  Limbah berpotensi menularkan penyakit (infectious): mengandung mikroorganisme patogen yang dilihat dari konsentrasi dan kuantitasnya bila terpapar dengan manusia akan dapat menimbulkan penyakit - jaringan dan stok dari agen-agen infeksi dari kegiatan laboratorium, dari ruang bedah atau dari autopsi pasien yang mempunyai penyakit menular - atau dari pasien yang diisolasi, atau materi yang berkontak dengan pasien yang menjalani haemodialisis (tabung, filter, serbet, gaun, sarung tangan dan sebagainya) - atau materi yang berkontak dengan binatang yang sedang diinokulasi dengan penyakit menular atau sedang menderita penyakit menular
  • 8. Limbah Medis, klasifikasi Limbah reaktif yang berasal dari rumah sakit adalah :  Shock sensitive: senyawa-senyawa diazo, metal azide, nitro cellulose, perchloric acid, garam-garam perchlorat, bahan kimia peroksida, asam picric, garam-garam picrat, polynitroaromatic.  Water reactive: logam-logam alkali dan alkali tanah, reagen alkyl lithium, larutan- larutan boron trifluorida, reagen Grignard, hidrida dari Al, B, Ca, K, Li, dan Na, logam halida dari Al, As, Fe, P, S, Sb, Si, Su dan Ti, phosphorus oxychloride, phosphorus pentoxide, sulfuryl chloride, thionyl chloride.  Bahan reaktif lain: asam nitrit diatas 70%,
  • 9. Limbah Medis dan Masalah yang Ditimbulkan  Dari keseluruhan limbah rumah sakit, sekitar ◦ 10 sampai 15 persen diantaranya merupakan limbah infeksius yang mengandung logam berat, antara lain mercuri (Hg). ◦ Sebanyak 40 persen lainnya adalah limbah organik yang berasal dari makanan dan sisa makanan, baik dari pasien dan keluarga pasien maupun dapur gizi. ◦ Selanjutnya, sisanya merupakan limbah anorganik dalam bentuk botol bekas infus dan plastik. Temuan ini merupakan hasil penelitian Bapedalda Jabar bekerja sama dengan Departemen Kesehatan RI, serta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) selama tahun 1998 sampai tahun 1999. Secara terpisah, mantan Ketua Wahana Lingkungan (Walhi) Jabar, Ikhwan Fauzi mengatakan, volume limbah infeksius dibeberapa rumah sakit bahkan melebihi jumlah yang ditemukan Bapedalda. Limbah infeksius ini lebih banyak ditemukan di beberapa rumah sakit umum, yang pemeliharaan lingkungannya kurang baik (Pristiyanto. D, 2000).
  • 10. Limbah Medis dan Masalah yang Ditimbulkan  Pengolahan limbah medis bukanlah hal mudah dilakukan. Di Indonesia sendiri, pengolahan limbah medis masih belum tertangani dengan serius, baik di kota kecil maupun kota besar di Indonesia. Kurangnya sosialisasi pemerintah dan badan yang terkait mengenai efek yang ditimbulkan dari pembuangan limbah medis secara sembarangan dan ketertarikan investor dalam mengolah limbah rumah sakit menjadi masalah utama. Salah satu bukti, menurut hasil survei pada tahun 2003 dari 107 rumah sakit di Jakarta, hanya 10 rumah sakit yang memiliki insinerator (tungku pembakar). (Suara Pembaharuan, 20 Oktober 2003) Tentu saja hal ini sangat memprihatinkan, apalagi jumlah dan jenis penyakit semakin bertambah setiap tahunnya, demikian pula dengan limbah yang
  • 11. Limbah Medis dan Masalah yang Ditimbulkan  Contoh kasus lainnya adalah pembuangan limbah medis ke TPA Ciangir, Tasikmalaya. Akibatnya beberapa pekerja terpaksa dirawat beberapa minggu karena menginjak sampah alat suntik. Kejadian ini selain merugikan pekerja tersebut juga merugikan pihak TPA karena harus bekerja ekstra untuk memisahkan sampah medis dari sampah rumah tangga. (Pikiran Rakyat, 7 April 2005)  Di RS sering kali terjadi infeksi silang (nosokomial). Sebagai contoh, limbah medis tajam seperti alat suntik. Karena berhubungan langsung dengan penderita, alat itu mengandung mikroorganisme, atau bibit penyakit. Bila pengelolaan pembuangannya tidak benar, alat suntik dapat menularkan penyakit kepada pasien lain, pengunjung RS dan puskesmas, petugas kesehatan, maupun masyarakat umum.
  • 12. Limbah Medis dan Masalah yang Ditimbulkan  Data P2M-PL menunjukkan : limbah alat suntik di Indonesia khusus untuk imunisasi diperkirakan sekitar 66 juta per tahun (36,8 juta limbah alat suntik imunisasi bayi, 10 juta imunisasi ibu hamil/wanita usia subur, 20 juta imunisasi anak sekolah (BIAS)) limbah alat suntik secara kuratif sekitar300 juta per tahun. ◦ Insinerasi juga tidak menyelesaikan masalah karena pembakaran hanya mengubah volume limbah menjadi lebih kecil. Belum lagi debu yang juga sangat berbahaya dan harus dipindahkan atau ditentukan lagi tempat pembuangannya yang kedap air. Debu hasil insinerasi yang tak terurai dan materi tetap ada menjadi sangat berbahaya karena dapat menghasilkan dioksin.
  • 14. Pengelolaan Limbah Medis  Point penting dalam pengelolaan limbah medis adalah sterilisasi, kemudian pengurangan (reduce) dalam volume, penggunaan kembali (reuse) dengan sterilisasi, daur ulang (recycle), dan pengolahan (treatment).  Sebelum diolah, limbah medis harus dipisahkan berdasarkan potensi bahaya yang ditimbulkan.  Adapun tahap pengolahan limbah medis antara lain : 1. Pemisahan 2. Penyimpanan 3. Pengangkutan 4. Penanganan 5. Pembuangan
  • 15. Pemisahan dan Penyimpanan Limbah Medis • Limbah medis yang akan dibuang dipisahkan menggunakan kantong plastik berwarna yang berlabel. Berikut adalah contoh warna kantong menurut DepKes RI : Kantong hitam : limbah umum Kantong kuning : limbah yang harus diinsinerasi Kantong kuning strip hitam : limbah yang sebaiknya diinsinerasi, tetapi dapat dibuang ke landfill Kantong biru muda : limbah yang harus disterilisasi • Limbah infectious dan patologis dipisahkan tersendiri. Kedua jenis limbah ini harus disterilisasi terlebih dahulu. • Limbah yang dapat didaur ulang termasuk dalam kategori limbah umum.
  • 16. Pengangkutan Limbah Medis  Limbah medis diangkut dengan kontainer tertutup. Untuk keamanan, pengangkutan limbah radioaktif sebaiknya dipisahkan dengan limbah kimia yang bersifat reaktif, mudah terbakar, korosif.  Alat pengangkutan harus dirawat dan dibersihkan secara rutin untuk mencegah adanya limbah yang tercecer akibat pengangkutan dan mengurangi resiko kecelakaan saat pengiriman limbah.
  • 17. Penanganan Limbah Medis  Limbah umum yang dapat didaur ulang dapat langsung dibawa ke tempat pengumpul limbah daur ulang.  Limbah radioaktif biasanya dapat disimpan terlebih dahulu sampai masa aktifnya terlampaui.  Limbah kimia yang tidak berbahaya dapat dibuang ke dalam saluran pembuangan air, contoh : limbah asam amino, gula, ion-ion anorganik (Ca,K, Mg, I, Cl, F dll)  Limbah kimia berbahaya dapat didaur ulang dengan distilasi, ekstraksi, elektrolisis  Limbah yang tidak dapat didaur ulang akan dibakar (insinerasi)  Wadah bertekanan dapat dibuang ke dalam landfill, maupun didaur ulang.
  • 19. Penanganan Limbah Suntik  Penggunaan disposable syringe  Saat ini ada beberapa alat untuk mengatasi limbah berupa jarum suntik, yaitu alat pemisah jarum, alat penghancur jarum, tempat pembuangan jarum khusus (needle pit), syringe safety box, dan insinerator SICIM.
  • 20. Skema Alternatif Reuse & Recycle Limbah Medis
  • 21. Insinerator Kriteria yang ditentukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang diantaranya adalah sebagai berikut:  Pengurangan sampah yang efektif  Lokasi jauh dari area penduduk  Adanya sistem pemisahan sampah  Desain yang bagus  Pembakaran sampah mencapai suhu 1000 derajat  Emisi gas buang memenuhi standar baku mutu.  Perawatan yang teratur/periodik  Ada Pelatihan Staf dan Manajemen
  • 22. Insinerator  Keputusan Bapedal No 03 tahun 1995. Peraturan tersebut mengatur tentang kualitas incinerator dan emisi yang dikeluarkannya. Incinerator yang diperbolehkan untuk digunakan sebagai penghancur limbah B3 harus memiliki efisiensi pembakaran dan efisiensi penghancuran / penghilangan (Destruction Reduction Efisience) yang tinggi.  Baku Mutu DRE untuk Incinerator No Parameter Baku Mutu DRE 1. POHCs 99.99% 2. Polychlorinated biphenil (PCBs) 99.9999% 3. Polychlorinated dibenzofuran (PCDFs) 99.9999% 4. Polychlorinated dibenzo-p-dioksin 99.9999%
  • 23. Insinerator  Disamping itu, persyaratan lain yang harus dipenuhi dalam menjalankan incinerator adalah emisi udara yang dikeluarkannya harus sesuai dengan baku mutu emisi untuk incinerator.  Baku Mutu Emisi Udara untuk Incinerator No Parameter Kadar Maksimum (mg/Nm2) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12 13 14 Partikel Sulfur dioksida (SO2) Nitrogen dioksida (NO2) Hidrogen Fluorida (HF) Karbon Monoksida (CO) Hidrogen Chlorida (HCl) Total Hidrocarbon (sbg CH4) Arsen (As) Kadmiun (Cd) Kromium (Cr) Timbal (Pb) Merkuri (Hg) Talium (Tl) Opasitas 50 250 300 10 100 70 35 1 0.2 1 5 0.2 0.2 10%
  • 24. Insinerator Maxpell  Teknologi Ramah Lingkungan pada incinerator Maxpell : pada tungku Maxpell limbah ditempatkan dalam ruangan yang kedap, lalu disuntikkan bahan bakar yang sudah dicampur oksigen dan terbakar dengan suhu yang tinggi. Asap hasil pembakaran direaksikan dengan molekul air sehingga asap yang keluar menjadi hidrokarbon yang akan terbakar habis pada secondary chamber. Dengan demikian asap akan bersih dan ramah lingkungan.
  • 25. Insinerator Maxpell  Insinerator Maxpell adalah alat penghancur limbah berupa tungku pembakaran yang didesain secara sempurna dalam sistem pembakaran dengan menggunakan berbagai media bahan bakar yang terus dikembangkan baik dari sisi teknologi maupun kapasitas. Insinerator Maxpell dirancang mudah dioperasikan. Beberapa keunggulan insinerator ini adalah: ◦ Tidak membutuhkan tempat luas; ◦ Bisa membakar sampah kering hingga sampah basah; ◦ Daya musnah sistem pembakaran mencapai suhu diatas 1000 C; ◦ Bekerja efektif dan irit bahan bakar; ◦ Tingkat dari pencemaran rendah. Dalam operasional dibeberapa tempat terbukti asap hasil pembakaran yang keluar dari cerobong hampir tidak kelihatan dan tidak mengeluarkan bau yang menganggu; ◦ Suhu pembuangan udara panas pada cerobong asap terkendali secara konstan; ◦ Suhu dinding luar tetap dingin sama dengan suhu udara luar; ◦ Perawatan yang mudah dan murah; ◦ Abu sisa pembakaran bisa diolah menjadi beragam produk
  • 26. Skema Pengolahan Limbah Medis dengan Insinerator Maxpell
  • 27. Alternative Medical Waste Treatment Technologies Approved by the California Department of Public Health company Device Type of Treatment Approved for BioMedical Tech.Solutions Demolizer System Heat Red Bag/sharps Honua Tech Pyrolitic Destructor Heat red bag /sharps /path /trace chemo /pharms Scientific Ecology Group, Inc Synthetica Detoxifie Process Steam heat red bag/ sharps UnitedRecycling Technology, Inc Gasification System (Gasf) Heat-gas burner red bag/sharps/path/ trace chemo/pharms Stericycle, Inc Electro- Thermal Deactivation Radiowaves-heat red bag/ sharps sanitec HG-A-100, HG-A-250 Microwaves red bag/sharps/path Modifikasi metode digunakan untuk destruksi/penghancuran limbah patologis
  • 28. SIMPULAN DAN SARAN Permasalahan limbah rumah sakit di Indonesia yakni limbah rumah sakit yang dihasilkan diperkirakan secara nasional produksi sampah (Limbah Padat) sebesar 376.089 ton per hari dan produksi air limbah sebesar 48.985,70 ton per hari. Angka ini sangat berpotensi limbah rumah sakit untuk mecemari lingkungan dan membahayakan manusia bila tidak dikelola dengan baik, seperti beberapa kasus limbah medis yang sudah terjadi di Indonesia akibat penanganan yang buruk. Buruknya pengelolaan limbah rumah sakit dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya : ◦ pengelolaan limbah belum menjadi syarat akreditasi rumah sakit ◦ peraturan proses pembungkusan limbah padat yang diterbitkan Departemen Kesehatan pada 1992 pun sebagian besar tidak dijalankan dengan benar
  • 29. SIMPULAN DAN SARAN  Sebelum ditangani limbah medis dan limbah nonmedis harus dipisahkan terlebih dahulu untuk menghindari pencampuran antara limbah medis dan nonmedis. Pengolahan limbah RS dilakukan dengan berbagai cara. Yang diutamakan adalah sterilisasi, yakni berupa pengurangan (reduce) dalam volume, penggunaan kembali (reuse) dengan sterilisasi lebih dulu, daur ulang (recycle), dan pengolahan (treatment). Sterilisasi dapat juga dilakukan dengan insenerator. Namun abu dari insenerator juga dapat membahayakan sehingga perlu dilakukan pengelolaan lanjutan.  Dalam pengelolaan limbah padatnya, rumah sakit diwajibkan melakukan pemilahan limbah dan menyimpannya dalam kantong plastik yang berbeda beda berdasarkan karakteristik limbahnya.
  • 30. Referensi  BAPEDAL. 1999. Peraturan tentang Pengendalian Dampak Lingkungan.  Depkes RI. 2002. Pedoman Umum Hygene Sarana dan Bangunan Umum.  Departemen Kesehatan RI. 1992. Peraturan Proses Pembungkusan Limbah Padat.  Departement Kesehatan RI. 1997. Profil Kesehatan Indonesia.  Sarwanto, Setyo. 2009. Limbah Rumah Sakit Belu Dikelolah Dengan Baik. Jakarta : UI Departemen Kesehatan Republik Indonesia 1995. Pedoman Teknik Analisa Mengenai dampak Lingkungan Rumah Sakit.  Moersidik, S.S. 1995, Pengelolaan Limbah Teknologi Pengelolaan Limbah Rumah Sakit dalam Sanitasi Rumah Sakit, Pusat Penelitian Kesehatan Lembaga Penelitian Universitas Indonesia. Depok.  Damanhuri, Enri. 2010. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Diktat Kuliah TL-3204. Program Studi Teknik Lingkungan. Institut Teknologi Bandung. H  ttp://uwityangyoyo.wordpress.com/2009/10/19/pengelolaan-limbah-medis-rumah-sakit/  http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/bidang-pengendalian/subid-pembinaan-pencemaran/245-pengelolaan- limbah-medis?start=1  http://www.ampl.or.id/detail/detail01.php?tp=artikel&jns=wawasan&kode=117  Http://www.maxpelltechnology.com/incineratormedis  http://www.cdph.ca.gov/certlic/medicalwaste/Documents/MedicalWaste/Alt_Me d_Waste.pdf
  • 31.  ttp://uwityangyoyo.wordpress.com/2009/10/19/pengel olaan-limbah-medis-rumah-sakit/  http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/bidang- pengendalian/subid-pembinaan-pencemaran/245- pengelolaan-limbah-medis?start=1  http://www.ampl.or.id/detail/detail01.php?tp=artikel&j ns=wawasan&kode=117  Http://www.maxpelltechnology.com/incineratormedis  http://www.cdph.ca.gov/certlic/medical waste/Documents/MedicalWaste/Alt _Med_Waste.pdf