3. Untuk mengadaptasi hal tersebut, pada tahun 2008 diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun
2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)yang merupakan adaptasi dari COSO,
dan merupakan turunan dari Pasal 55 ayat (4) dan Pasal (58) ayat (1) dan (2) UU No. 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara.
Dalam peraturan ini, SPI dijabarkan secara panjang lebar dan komprehensif,
bukan hanya mencakup aspekpenyelenggaraan keuangan, namun
mempunyai makna yang lebih luas yaitu mencakup pula aspek kinerja
operasional/tupoksi dan kewenangan organisasi. Hal ini merupakan
implementasi perubahan paradigma pengendalian internal dari hard control,
menjadi lebih terfokus pada soft control.
COSO atau Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission
dibentuk oleh sektor swasta pada tahun 1985 untuk mengidentifikasi faktor-
faktor yang menyebabkan penggelapan laporan keuangan dan membuat
rekomendasi untuk mengurangi kejadian tersebut.
Cikal bakal : Instruksi Presiden No. 15 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan dan
Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1989 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Melekat, Keputusan
Menteri PAN No. 30 Tahun 1994 tentang petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Melekat yang
diperbaharui dengan Keputusan Menteri PAN No. KEP/46/M.PAN/2004.
Dalam ketentuan ini, ditekankan mengenai waskat (belum ada istilah SPIP) yaitu pengorganisasian, personil, kebijakan, perencanaan, prosedur, pencatatan,
pelaporan, reviu intern. Oleh karena itu, pengendalian masih bersifat hard control yaitu sebatas adanya pedoman, juklak/juknis, dan SOP. Hal ini
bertentangan dengan kenyataan bahwa permasalahan terjadi karena rendahnya, integritas dna integritas pejabat/pegawai dalam instansi pemerintah.
4. •Pimpinan wajib menciptakan dan memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan
perilaku positif dan kondusif untuk penerapan SPI dalam lingkungan kerjanya, melalui penegakan
integritas dan nilai etika, komitmen terhadap kompetensi, dll
Lingkungan
Pengendalian
•Pimpinan instansi wajib melakukan penilaian risiko yang mencakup identifikasi risikodan analisis
risiko, baik risiko yang menghambat pencapaian tujuan instansi maupunrisiko yang menghambat
pelaksanaan kegiatan.
Penilaian Risiko
•Pimpinan instansi wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian atau pengendaliaanintern
sekurang-kurangnya terhadap kegiatan pokok/tupoksi dan kewenanganinstansi. Pengendalian
intern harus terkait dengan proses penilaian risiko dan dievaluasi secarateratur untuk memastikan
bahwa pengendalian intern tersebut masih sesuai danberfungsi seperti yang diharapkan.
Kegiatan
Pengendalian
•Pimpinan instansi pemerintah wajib mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomuni-kasikan
informasi dalam bentuk dan waktu yang tepat. Informasi dan komunikasi bukan hanya dalam
lingkup internal, namun juga dengan para stakeholders.
Informasi dan
Komunikasi
•Pimpinan instansi pemerintah wajib melakukan pemantauan SistemPengendalianIntern.
Pemantauan Sistem Pengendalian Intern dilaksanakan melalui pemantauanberkelanjutan berupa
tindak lanjut rekomendasi hasil audit danreviu lainnya oleh pihak eksternal.
Pemantauan
5. Pada tahun 1990an, terjadi bencana keuangan besar seperti Barings Inggris, Orange
County California, bank Daiwa Jepang, Metallgesellschaft Jerman, dan Procter & Gamble
Amerika Serikat.
•Banyak pihak mengaitkan bencana tersebut dengan kegagalan pengendalian. Hal tersebut menginspirasi banyak
praktisi untuk mengidentifikasi, menaksir, mengelola, dan mengkomunikasikan risiko-risiko, yang merupakan
dasar konsep MR. Konsep MR kemudian diadaptasi oleh negara-negara di seluruh dunia.
Australia dan Selandia Baru menerbitkan Standards Australia of the world’s risk
management standard, yaitu AS/NZS 4360 pada tahun 1995.
Kanada menerbitkan Canadian Standard, yaitu CAN/CSA-Q850-97.
Terkait penerapan MR dalam instansi pemerintah, Indonesia secara umum mengadopsi
SNI ISO 31000:2018. Dalam implementasinya, terdapat instansi pemerintah yang
melakukan modifikasi sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
6. 1. Penetapan konteks :
menentukan tujuan, ruang
lingkup, kriteria, dan
parameter manajemen
risiko yang sesuai dengan
karakteristik organisasi
2 Identifikasi risiko :
mengidentifikasi potensi
risiko beserta faktor
penyebab dan akibat bagi
organisasi.
3. Analisis risiko : menilai
skala kemungkinan dan
dampak dengan
menggunakan matriks
yang telah ditetapkan.
4. Evaluasi risiko :
membandingkan kriteria
dan tingkat risiko, serta
menentukan langkah
mitigasi.
5. Penanganan risiko :
penerapan strategi
penanganan risiko.
6.
Pemantauan/peninjauan
ulang : evaluasi berkala
terhadap pelaksanaan MR,
ditindaklanjuti dengan
perbaikan jika diperlukan.
7. Persamaan Perbedaan
1. MR dan SPIP merupakan bagian
dari proses tata kelola untuk
mewujudkan good governance
1. SPIP merupakan bagian dari MR
2. MR dan SPIP memerlukan
komitmen dan kesadaran
pimpinan untuk mengarahkan
instansi mencapai tujuan yang
telah ditetapkan
2. SPIP menekankan kepada
tindakan ‘eksekusi’ langkah
penanganan yang ada pada
manajemen risiko sedangkan MR
menekankan kepada langkah
manajemen untuk mengelola risiko
dan mencapai tujuan organisasi
3. APIP diharapkan dapat dapat
memberikan nilai tambah dan
perbaikan pada area tata kelola,
manajemen risiko dan
pengendalian intern.
8. Dalam konsep yang
dicetuskan oleh IIA,
pengendalian internal
merupakan bagian dari
manajemen risiko, yang
merupakan bagian dari tata
kelola.
Pengendalian internal
berperan sebagai ‘pusat’
karena di situlah manajemen
menentukan, baik/buruknya
manajemen risiko tergantung
dari baik/buruknya
pengendalian internal.
9.
10. Secara literal, risk maturity level diterjemahkan
menjadi tingkat kematangan risiko. Tingkat
kematangan risiko didapatkan pada saat evaluasi
penerapan manajemen risiko dan menunjukkan
KONDISI penerapan manajemen risiko organisasi
tersebut.
11. Risk naive
•Naif bisa diartikan tidak sadar diri, dalam konteks RM, bisa disebut
tidak paham risiko.
Risk aware
•Aware bisa diartikan sebagai ‘sadar’. Dalam kondisi ini suatu instansi
dianggap sudah mulai paham terhadap risiko-risiko yang ada.
Risk defined
•Instansi semakin paham terhadap risiko dan mulai mendefinisikan
risiko-risiko yang ada
Risk
managed
•Instansi sudah mencapai budaya sadar risiko dan risiko-risiko
tersebut sudah terkelola.
Risk
enabled
•Budaya sadar risiko telah optimal dan manajemen risiko efektif
sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi.
12. RISK
AWARE
INDIKASINYA :
Peta risiko masing-masing organisasi
perangkat daerah telah disusun, tetapi masih
belum cukup tajam untuk menggali risiko-
risiko yang ada.
Peta risiko disusun hanya untuk melengkapi
dokumen.
Kegiatan yang dilaksanakan belum
diintegrasikan dengan mitigasi/penanganan
risiko yang dihadapi.
13. Penetapan konteks
Tujuan : tujuan tidur
adalah tidur yang
berkualitas (nyenak)
Ruang lingkup : ruang
lingkup adalah tidur saat
malam hari
Kriteria : tidur nyenyak
menurut Dr. dr. Fauziah
Fardizza, Sp.THT-KL (K),
FICS ,
mempunyai dreamy
stage (tahapan tidur),
memiliki jam tidur dan
jam bangun tidur yang
teratur, dan emenuhi
durasi tidur yang sesuai
dengan kriteria usia.
14. No. Risiko Penyebab Dampak
1. Anak (bayi umur 18 bulan)
terbangun lalu rewel/menangis
Lapar, haus, kepanasan,
kedinginan
Orang tua (pelaku tidur) terpaksa
bangun dan menenangkan anak
2. Kebelet BAB datau BAK Memang sedang diare, tidak BAK
sebelum tidur, kebanyakan ngopi
Orang tua (pelaku tidur) terpaksa
bangun dan ke toilet (jika tidak,
bisa ngompol atau EDK)
3. Mimpi buruk Ditagih pinjol, tidak mengerjakan
tugas Pak Ika Gunawan,
kebanyakan nonton film horor
Orang tua (pelaku tidur) tiba-tiba
bangun karena keringetan dingin
deg-degan gitu deh.
Alhamdulillah Cuma mimpi
4. Kemalingan Keamanan rumah kurang, motor
lupa tidak dimasukkan
Orang tua (pelaku tidur)
terbangun lalu teriak
maling..maling, syukur kalau
malingnya tertangkap. Kalau
tidak ya menangisss.
5. Tetangga dangdutan atau memutar
musik remix sampai Subuh, volume
maksimal
Ada pesta pernikahan, tetangga
sedang suntuk
Orang tua (pelaku tidur) terpaksa
bangun karena kupingnya panas
kebisingan
6. Tiba-tiba merasa sangat lapar atau
haus
Melewatan makan malam, sedang
diet, atau lupa makan/minum
karena fokus mengerjakan PR
Orang tua (pelaku tidur) terpaksa
bangun dan makan/minum
tengah malam
7. Kepanasan/kedinginan Cuaca yang tidak mendukung
aktivitas bobox, kesalahan dalam
berpakaian
Orang tua (pelaku tidur)
terbangun karena
kegerahan/kedingingan
15. No. Risiko Kemungkina
n
Skala Dampa
k
Skal
a
Leve
l
1. Anak (bayi umur 18 bulan) terbangun
lalu rewel/menangis
Sangat sering 4 Sangat
besar
4 16
2. Kebelet BAB dan atau BAK Jarang 2 Sangat
besar
4 8
3. Mimpi buruk Sangat jarang 1 Besar 3 3
4. Kemalingan Sangat jarang 1 Sangat
besar
4 4
5. Tetangga dangdutan atau memutar
musik remix sampai Subuh, volume
maksimal
Sering 3 Rendah 2 6
6. Tiba-tiba merasa sangat lapar atau
haus
Jarang 2 Besar 3 6
7. Kepanasan/kedinginan Sangat jarang 1 Besar 3 3
Dari risiko-risiko tersebut, maka risiko (yang bisa mengganggu pencapaian tujuan) yang
berada pada level tertinggi atau terendah adalah :
1. Anak rewel
2. Kebelet BAB dan/atau BAK
3. Tetangga dangdutan/remix
4. Tiba-tiba lapar/haus
5. Kemalingan
6. Mimpi buruk
7. Kepanasan/kedinginan
EVALUA
SI
RISIKO
16. No. Risiko Mitigasi Ket
1. Anak (bayi umur 18 bulan)
terbangun lalu
rewel/menangis
Pastikan bayi kenyang dan cukup minum sebelum tidur,
memakaikan baju yang nyaman untuk tidur, cek suhu udara
(jika terlalu panas bisa menyalakan kipas angin–karena
tidak pasang AC, jika udara dingin, pakaikan selimut)
Kipas jangan
langsung
diarahkan ke
badan, nanti bisa
masuk angin
2. Kebelet BAB datau BAK Jika memang diare, berobat dahulu (atau setidaknya minum
D**pet). Pastikan sebelum tidur BAK dahulu.
3. Tetangga dangdutan atau
memutar musik remix
sampai Subuh, volume
maksimal
Tenangkan pikiran, bayangkan sedang berada di sebuah
villa di tengah kebun teh atau di pinggir Pantai Tanjung
Setia. Jika perlu setel musik relaksasi dan nyalakan dupa
diffuser aromaterapi
Tidak bisa
protes, kalau
protes bisa
dicoret dari
daftar penduduk
4. Tiba-tiba merasa sangat
lapar atau haus
Pastikan sudah makan malam dan minum secukupnya
sebelum tidur .
Makan malam
minimal 2 jam
sebelum tidur,
jangan
kebanyakan
karbo, nanti
tambah gendats
5. Kemalingan Pastikan sistem keamanan rumah terjamin. Motor
dimasukkan. Di ruang tamu juga tidak apa-apa jika tidak
belum punya parkiran.
6. Mimpi buruk Tidak usah memakai pinjol, bahaya. Pinjam teman sekantor
saja. Hehe. Jangan lupa TUGAS PAK IKA DIKERJAKAN.
SEMANGAT!. Kalau memang dasarnya penakut ya tidak
usah nonton film horor. (nonton anime/drakor saja)
Kepanasan/kedinginan Tidur jangan memakai setelan PSR seperti mau pelantikan.
17. Langkah-langkah mitigasi risiko tersebut perlu
dievaluasi secara berkala. Bila tidak sesuai bisa
diganti/diperbaiki dengan meminta saran kepada
pihak-pihak yang dipandang mampu
memberikan solusi. CMIIW