1. 1
PENDEKATAN INTEGRASI DAN INTERKONESI DALAM PENDIDIKAN ISLAM
PERSPEKTIF PROF.DR.H.M. AMIN ABDULLAH
Faizah Azizi (2144990006), Widia Ningtias MA (2144990031), Qoni’ah Hilyatul M (2144990027)
Abstrak
Konsep integrasi dan interkoneksi yang dipelopori oleh Prof.Dr.H.M. Amin Abdullah sebagai
paradigma ilmu bahwa ada keselarasan keilmuan antara ilmu agama dengan ilmu umum yaitu al-
qur,an hadist dan sains. Setiap bidang keilmuan mewakili dimensi kehidupan tertentu dan para
ilmuwan dari masing-masing bidang harus focus pada bidang yang digelutinya. Realitas kehidupan
dan permasalahan pada hakikatnya memang multi-dimensi dan multi aspek. Ketika tidak ada
keselarasan keilmuan inilah integrasi dan interkoneksi muncul dalam berbagai aspek termasuk dalam
dunia pendidikan Islam, contohnya orang yang menghayati ilmu ekonomi saja akan memutar otak
ketika disodorkan dengan “logika zakat dan sedekah” alah fiqh dan tasawwuf, atau orang yang
menghayati ilmu geografi saja akan kaget ketika ada ruang baru yang disebut “dunia virtual” atau
“dunia maya”.
Keywords ; Integrasi, Interkoneksi, Pendidikan Islam.
2. 2
Pendahuluan
Intelektual pendidikan Islam adalah salah satu corak aliran dalam filsafatpendidikan, terbagi menjadi
dua pandangan, yaitu rasionalisme secular dan rasionalisme teistik-religius. Menurut O’Neill,
rasionalisme secular memandang nalar sebagai sesuatu yang harus ada serta mencukupi (untuk)
mencapai titik puncar rasional yang menhapus semua keraguan. Sementara rasionalisme teistik-
religius memandang nalar sebagai sesuatu yang perlu ada tetapi tidak mencukupi; masih perlu iman
sekaligus kajian mendalam bahkan wahyu sebagai dasar-dasar tambahan keilmuan bagi “tahu” yang
sejati.1
Menurut al-jabiri, terdapat tiga model epistimologi, yaitu bayani,irfani, dan burhani. pertama, nalar
epistimologi bayani tergantung pada kedekatan dan keserupaan teks atau nash dengan realitas,
sehingga lahir ilmu syariat/fiqh. Kedua, nalar irfani lebih kepada kematangan etika dan social skill
(empati, simpati, vertehen), maka lahir teosofi atau tasawwuf. Ketiga, nalar burhani yang menekankan
pada korespondensi (kesesuaian antara rumus-rumus yang diciptakan oleh akal manusia dengan hokum
alam) dan koherensi (keruntutan dan keteraturan berfikir logis) sekaligus upaya yang terus-menerus
dilakukan untuk memperbaiki dan menyempurnakantemuan-temuan, rumusan-rumusan dan teori-
teori yag telah dibangun dan disusun oleh usaha akal (pragmatic), sehingga lahir filsafat dan sains.2
Epitimologi (pendidikan Islam) dalam filsafat pendidikan Islam pendekatannya berorientasi untuk
membangun ilmu pendidikan Islam dibandingkan dengan komponen pendidikan lainya. Hal ini
karena metode atau pendekatan merupakan hal yang palng deket dalam upaya mengembangkan
pendidikan Islam, baik secara konseptual maupun aplikatif. Epistimologi baru yang muncul pada era
kontemporer adalah epistimologi “integralisme Keilmuan”, yang menghendaki integrasi dan
interkoneksi keilmuan umum dan agama tanpa harus menghilangkan peran dan keunikan diantara
keduanya.
Paradigma integrasi-interkoneksi pada hakikatnya adalah menunjukan bahwa antar bidang keilmuan
saling berkaitan satu sama lain, bahkan ada beberapa kelimuan yang berkaitan dengan beberapa
kelimuan, Mengkaji satu bidang keilmuan dengan memanfaatkan bidang keilmuan yang lainnya
itulah integrasi dan melihat kesaling-terkaitan antar berbagai disiplin ilmu itulah interkoneksi. dalam
1
Prof.Dr.H.M Amin Abdullah, Islamic studies dalam paradigm integrasi-interkoneksi (sebuah
Antologi) Yogyakarta 2007
2
Susanto 2015. Dimensi studi Islam Kontmporer, penadamedia Grup
3. 3
pembahasan iniakan menjawab rumusan masalah : pertama, apa yang dimaksud integrasi-
interkoneksi? kedua, bagaimana integrasi-interkoneksi keilmuan dalam pendidikan Islam?
Metode Penelitian
Penulisan ini dilakukan melalui studi pestaka. Stud pustaka adalah penelitian yang dilakukan dengan
mengkaji mengenai konsep dan teori yang digunakan berdasarkan literature yang tersedia, yang
diantaranya artikel-artikel yang dipublikasikan dalam bentuk jurnal Ilmiah dan beberapa buku terkait.
Alat pengukuran data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan penelusuran jurnal-jurnal yang
terdapat pada beberapa media elektronik seperti internet, dengan melalui goegle cendekia dan digital
library.
Penulis ingin mengungkap lebih tentang paradigma integrasi-interkoneksi temuan dari Prof.Dr.H.M.
Amin Abdullah.
Hasil Dan Pembahasan
Biografi Prof. Dr.H.M. Amin Abdullah
Prof. Dr.H.M. Amin Abdullah lahir pada tanggal 28 Juli 1953 di Desa Margomulyo, kecamatan Tayu,
Pati, Jawa Tengah. Beliau merupakan seorang filsuf, ilmuwan, pakar hermeneutika dan cendekiawan
muslim Indonesia. Amin Abdullah pernah menjabat Rektor Universitas islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta selama 2 periode (2005-2010). Dan saat ini beliau menjabat sebagai Ketua Komisi
Bidang Kebudayaan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia.3
1. Integrasi dan interkoneksi menurut Prof.Dr.H.M. Amin Abdullah
Integrasi berasal dari bahasa Latin, yaitu “integrate” yang berarti memberi tempat dalam suatu
keseluruhan. Integrasi adalah pembaharuan sampai menjadi satu kesatuan yang utuh. Integrasi
dapat diartikan dengan menghubungkan dan sekaligus menyatukan antara dua hal atau lebih.
Kuntowijoyo menyatakan bahwa inti dari integrasi adalah “upaya menyatukan (bukan sekedar
menggabungkan) wahyu Tuhan dan temua pikiran manusia (ilmu-ilmu integraslistik), tidak
3
Goegle cendekia, Prof.Dr.H.M Amin Abdullah
4. 4
mengucilkan Tuhan (sekulerisme), atau mengecilkan manusia(other worldly ascetianism). Model
integrasi adalah menjadikan AL-qur’an dan Hadist sebagai Grand theory pengetahuan.4
Interkoneksi menurut Amin Abdullah adalah usaha memahami kompleksitas fenomena
kehidupan yang dihadapi dan dijalani manusia, setiap bangunan keilmuan apapun, baik keilmuan
agama (islam, Kristen, Budha dll) keilmuan sosial, humaniora, maupun kealaman tidak dapat
berdiri sendiri, maka dibutuhkan kerjasama, saling tegur sapa, saling membutuhkan, saling
koreksi dam saling keterhubungan sntara disiplin keilmuan.
Dalam Al-Qur’an pada surat Al-Qashash ayat ke-77 yang artinya “Dan carilah pada apa yang
telah dianugrahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akherat, dan janganlah kamu
melupakan kebahagianmu dari kenikmatan duniawi” dari sini dapat kita simpulkan bahwa Al-
Qur’an tidak membedakan antara ilmu-ilmu agama(Islam) dan ilmu umum(sains-teknology,
sosial humani), bahkan tidak bisa dipisahkan.
Kita tidak boleh memisahkan antara kepentingan kehidupan akherat dan kepentingan kehidupan
dunia, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang artinya “bekerjalah kamu untuk duniamu seolah-
olah kamu akan hidup selamanya dan bekerjalah untk akheratmu seolah-olah kamu akan
meninggal esok hari (HR.Ibnu Asakir).
Penyikapan dalam beberapa nash Al-Qur’an dan Hadist Nabi tersebut merupakan bukti bahwa
meneliti adalah bersifat keharusan bagi manusia oleh sebab itu amin Abdullah mengembangkan
integrasi-interkoneksi meliputi Hadlarah al-Nash (penyangga budaya teks-bayani) Hadlarah al-ilm
(teknik ,komunikasi). Berikut adalah skema interconnected entities yang digagas oleh visi misi
perubahan IAIN ke UIN.5
4 Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu (Yogyakarta: Tiara Wacana,2007),hlm.55
5
Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu (Yogyakarta: Tiara Wacana,2007),hlm.38
5. 5
Skema tiga lingkaran terkait ini merupakan proyek keilmuan yang didengungkan oleh visi dan misi
perubahan IAIN ke UIN. Perubahan IAIN menjadi universitas Islam merupakan langkah positif
dalam rangka pengembangan jangkauan wilayah studi keislaman. Hal ini berarti jangkauan ilmu-ilmu
Islam menjadi semakin luas. Skema di atas menunjukkan bahwa masing-masing bangunan sektor
keilmuan menyadari akan kekurangan-kekurangan yang melekat dalam diri sendiri dan oleh
karenanya bersedia untuk berdialog, bekerjasama dan memanfaatkan metode dan pendekatan yang
digunakan oleh gugusan ilmu lain untuk melengkapi kekurangan-kekurangan yang melekat jika
masing-masing berdiri sendiri-sendiri, terpisah antara satu dan lainnya. Diperlukan upaya yang
sungguh-sungguh dari berbagai pihak, dari waktu ke waktu dengan kesediaan mengorbankan
kepentingan egoisme sektoral keilmuan sehingga yang terlihat adalah mengedepankan kebersamaan
dalam ilmu pengetahuan.6
Bagi sebagian kalangan utamanya mereka yang terdidik dalam pola fikir tradisional, pandangan-
pandangan Harun Nasution dianggap tidak bersesuaian dengan pola pemikirn tradisional dan ini
terjadi karena dipengaruhi oleh konsep-konsep Barat.7
Dalam konsep untuk memahami integrasi-interkoneksi keilmuan secara komperhenshif, M Amin
Abdullah memperkenalkan paradigm “jarring laba-laba keilmuan teoantroposentris-integralistik
berikut
6
M. Amin Abdullah, Islamic Studies Di Perguruan Tinggi…, hlm. 405
7
Fuad Jabali dan Jamhari, IAIN dan Modernisasi Islam di Indonesia, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
2002), hlm. 42-43
6. 6
Horizon
Jaring Laba-Laba Keilmuan
Teoantroposentrik-Integralistik
dalam Universitas Islam Negeri8
Gambar diatas mengilustrasikan bahwa jarak pandang atau horizon keilmuan integralistik begitu
luas (tidak Myopic) dan terampil dalam kehidupan baik dari sector tradisional dan modern.
Setidaknya saling memahami pendekatan (approach) dan metode berfikir (process and procedure).9
2. Landasan integrasi dan interkoneksi
Hal-hal yang melandasi integrasi-interkoneksi antar ilmu agama dan sains M.Amin Abdullah
adalah sebagai berikut:
1. Landasan Normatif-Teologis,
Landasan normatif-teologis secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu cara memahami
sesuatu dengan menggunakan ajaran yang diyakini berasal dari Tuhan (Allah SWT)
sebagaimana terdapat di dalam wahyu yang diturunkan-Nya. Kebenaran normatif teologis
bersifat mutlak karena sumbernya berasal dari Tuhan (Allah SWT).Landasan ini akan
8
M. Amin Abdullah, Islamic Studies di Perguruan Tinggi: Paradigma Integratif-Interkonektif, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2006)hlm 107
9
Goegle scholar, Prof.Dr.H.M Amin Abdullah, Menyatukan kembali ilmu-ilmu agama dan umum :
upaya mempertemukan epistimologi Islam dan umum
7. 7
memperkokoh bangunan keilmuan ilmu-ilmu umum (sains-teknologi dan sosial-
humaniora).10
dalam surat al-Ghosiyah, ayat ke-17–20 yang artinya: “Apakah mereka tidak
memperhatikan onta, bagaimana ia diciptakan. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan. Dan
gunung, bagaimana ia ditancapkan. Dan bumi bagaimana ia dihamparkan”. Ayat-ayat tersebut
merupakan ayat-ayat metode ilmiah, yang memerintahkan kepada umat manusia untuk
selalu meneliti. Kegiatan penelitian yang mencakup pengamatan, pengukuran, dan analisa
data telah membawa perubahan besar dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi
termasuk ilmu matematika. “niscaya Allah akan meninggikan orangorang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu amalkan”. (Q.S. Al Mujadilah : 11)11
2. Landasan Historis,
Perkembangan ilmu pengetahuan pada abad pertengahan didominasi oleh ilmu-
ilmu agama. Ilmu-ilmu umum termasuk ilmu matematika kurang berkembang karena tekanan
dari ilmu-ilmu agama. Pada masa ini hubungan antara ilmu ilmu agama dan ilmu-ilmu umum
tidak harmonis.
Pada abad modern, tekanan dari ilmu-ilmu agama mulai berkurang bahkan hamper tidak
ada.Berkurangnya/hilangnya tekanan ilmu-ilmu agama, menyebabkan berkembangnya ilmu-
ilmu umum secara pesat. Tidak adanya sentuhan agama pada ilmu-ilmu umum,
mengakibatkan ilmu-ilmu umum berkembang dengan mengabaikan norma-norma agama
dan etika kemanusiaan.
3. Landasan Filosofis
Secara ontologis, obyek studi ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum termasuk
ilmu matematika, memang dapat dibedakan. Ilmu-ilmu agama mempunyai obyek
wahyu, sedangkan ilmu-ilmu umum mempunyai obyek alam semesta beserta isinya. Tetapi
10
Abuddin nata dkk, Prospectus UIN Syarif Hidayatullah. 2006. Jakarta: UIN Jakarta Press
11
Abdurrahman,Muhammad ‘Imaduddin dan Mukjizat Al-Qur’an dan As-Sunnah Tentang
IPTEK.Jakarta: GIP,1997
8. 8
kedua obyek tersebut sama-sama berasal dari Tuhan (Allah SWT), sehingga pada
hakekatnya antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum termasuk ilmu matematika, ada
kaitan satu dengan yang lain.
Secara epistemologis, ilmu-ilmu agama (islam) dibangun dengan pendekatan normatif,
sedangkan ilmu-ilmu umum dibangun dengan pendekatan empiris. Tetapi, wahyu yang
bersifat benar mutlak itu sesuai dengan fakta empiris.Dengan demikian baik pendekatan
normatif maupun pendekatan empirik, kedua-duanya digunakan dalam membangun ilmu-
ilmu agama maupun ilmu-ilmu umum.12
4, Landasan kultural
Keberadaan kampus islam di Indonesia, dalam hal ini UIN, berbeda dengan kebudayaan
Arab tempat Islam diturunkan dan kebudayaan Barat tempat berkembangnya ilmu
pengetahuan. Proses pendidikan tidak boleh mengabaikan budaya lokal, baik dalam
menerjemahkan Islam maupun pengembangkan ilmu pengetahuan.
Jika UIN hanya mengembangkan tafsir nilai-nilai keislaman berdasarkan qur’an dan Hadist
(hadlarah al-Nash) dan ilmu pengetahuan (hadlarah al-’Ilm) maka UIN tidak menghasilkan
sarjana yang menghasilkan kontribusi nyata kepada masyarakat Indonesia. Sehingga
diperlukan mendialogkan kedua hadlarah di atas dengan hadlarah falsafahyang konsen dengan
aspek praktis kontekstual dalam kultur lokal masyarakat13
5. Landasan Psikologis
Paradigma integrasi-interkoneksi yang ditawarkan UIN dimaksudkan untuk membaca dan
memahami kehidupan manusia yang kompleks secara padu dan holistik.Hal ini akan
terwujud dengan menyiapkan dan mencetak mahasiswa menjadi sosok pribadi muslim yang
utuh.
12
M. Amin Abdullah dkk, Integrasi Sains-Islam Mempertemukan Epistimologi Islam dan Sains.
2004. (Yogyakarta: Pilar Religia).hlm 11
13
M. Amin Abdullah dkk, Integrasi Sains-Islam Mempertemukan Epistimologi Islam dan Sains.
2004. (Yogyakarta: Pilar Religia).
9. 9
Potensi dari Allah aspek psikologis yang harus dicapai Hadlarah al-Nash hati Iman / Aqidah
yang kuat Hadlarah al-’Ilm akal Ilmu / wawasan yang luas, Hadlarah al-Falsafah Jasad /
badan Amal / kinerja yang produktif. Sosok mahasiswa yang diharapkan yaitu memiliki iman
dan aqidah yang kuat, tertanam menghunjam dalam hati yang kokoh. Memiliki ilmu
pengetahuan yang luas, tidak hanya keilmuan di bidangnya saja. Memiliki amal dan kenerja
yang produktif, memberi kemanfaatan kepada lingkungan masyarakatnya14
Model Integrasi-Interkoneksi
Model-model integrasi-interkoneksi Amin Abdullah, yaitu:
1. Informatif , Suatu disiplin ilmu memberikan informasi kepada disiplin ilmu yang
lain. Misalnya: Ilmu Islam (Al-qur’an) memberikan informasi kepada ilmu saintek bahwa
matahari memancarkan cahaya sedangkan bulan memantulkan cahaya (Q.S. Yunus: 5)
2. Konfirmatif (klarifikatif), Suatu disiplin ilmu memberikan penegasan kepada disiplin ilmu
lain. Contoh: Informasi tentang tempat-tempat (manaazil) matahari dan bumi dalam Q.S.
Yunus: 5, dipertegas oleh ilmu saintek (orbit bulan mengelilingi matahari berbentuk elips).
3. Korektif , Suatu disiplin ilmu mengoreksi disiplin ilmu yang lain. Contoh: Teori Darwin
yang mengatakan bahwa manusia-kera-tupai mempunyai satu induk, dikoreksi oleh Al-
qur’an.15
3. Integrasi-Interkoneksi Keilmuan Dalam Pendidikan Islam
Pendidikan Islam secara garis besarnya dapat diartikan sebagai bimbingan secara sadar oleh
pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama (insan kamil) sesuai ajaran Islam.
Fungsi dari pendidikan Islam tersebut bukan hanya transfer ilmu (transfer of knowledge) , tetapi
juga transfer nilai (transfer of value) bahkan sampai transfer kebermanfaatan atau tindakan yang
ditimbulkan dari pendidika tersebut ( Trans internalisasi knowledge) agar menjadi manusia yang
handal.
14
M. Amin Abdullah dkk, Integrasi Sains-Islam Mempertemukan Epistimologi Islam dan Sains.
2004. (Yogyakarta: Pilar Religia
15
http://islamandsains.wordpress.com
10. 10
Ilmu adalah hal wajib untuk membangun manusia, dari hal tersebut maka kedudukan ilmu dalam
pendidikan Islam antara lain : pertama, ilmu sebagai sarana tau media dalam menyampaikan
pendidikan Islam. Bisa diaplikasikan dari struktur kurikulum, karena didalamnya berupa
seperangkat tehnik penyampaian ilmu yang akan disampaikan. Kedua, ilmu sebagai referensi atau
rujukan dalam menyusun, mengkonstuksikan dan mengembangkan konsep serta pelaksanakan
pendidikan Islam.
Adapun upaya aplikatif-implementatif integrasi-interkoneksi keilmuan dalam pendidikan Islam
diantaranya :
1. Pada aspek kebijakan dan regulasi, dikearkannya SKB (surat keputusan bersama) tiga
Menteri (Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Pendidikandan Budaya)
No. 6/1975 dan No.037/U/1975terkait peningkatan mutu madraah.
2. Pada Kurikulum, pemberlakuan kurikulum 2013 merupakan bentuk upaya mendialogkan
pendekatan integrasi-interkoneksi keilmuan. Kurikulum mengintegrasi-interkoneksikan
tiga ranah kompetensi yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dalam
implementasinya terangkum dalam KI (Kompetensi Dasar) KI-1 (Sikap spiritual) KI-2
(Sikap Sosial) KI-3 (Pengetahuan), KI-4 (Keterampilan)
3. Aspek Institusi, khusunya pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam, adanya
pengembangan IAIN menjadi UIN dibawah Kementrian Agama Republik Indonesia,
maka bukan hanya fakultas-fakultas Agama, tetapi juga fakultas-fakultas umum dengan
corak epistimologi keilmuan dan etika keagamaan yang intregralistik.16
Kesimpulan
Dari pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa : paradigma tentang integrasi-intekoneksi
Prof.Dr.H.M. Amin Abdillah sangat membuka gerak ruang pengetahuan karena keilmuan bisa
diselaraskan antara satu dengan lainnya. Interkoneksi yang bisa mendapatkan beberapa aspek dari
tujuan pendidikan Islam.
16
Jurnal Al-Mikraj : jurnal studi Islam dan Humoniura. Hal-vol 1 no2,2021 Izzuddin Rijal Fahmi
11. 11
Integrasi-interkoneksi keilmuan dalam pendidikan Islam dilakukan dengan beberapa upaya aplikatif-
implementatif, yaitu : 1. Pada aspek regulasi SKB 3 Menteri tahun 1975 terkait peningkatan mutu
madrasah. 2. Pada spek kurikulum, dan 3. Pada spek Institusi, adanya pengembangan dari IAIN
menjadi UIN, dengan dibukanya fakultas-fakultas umum disamping fakultas-fakultas Agama.
12. 12
DAFTAR PUSTAKA
Prof.Dr.H.M Amin Abdullah, Islamic studies dalam paradigm integrasi-interkoneksi (sebuah Antologi)
Yogyakarta 2007
Susanto. Dimensi studi Islam Kontmporer, penadamedia Grup 2015
Goegle cendekia, Prof.Dr.H.M Amin Abdullah
Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu,Yogyakarta: Tiara Wacana,2007
Fuad Jabali dan Jamhari, IAIN dan Modernisasi Islam di Indonesia, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2002,
M. Amin Abdullah, Islamic Studies di Perguruan Tinggi: Paradigma Integratif-Interkonektif, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2006
Goegle scholar, Prof.Dr.H.M Amin Abdullah, Menyatukan kembali ilmu-ilmu agama dan umum : upaya
mempertemukan epistimologi Islam dan umum
Abuddin nata dkk, Prospectus UIN Syarif Hidayatullah. 2006. Jakarta: UIN Jakarta Press
Abdurrahman,Muhammad ‘Imaduddin dan Mukjizat Al-Qur’an dan As-Sunnah Tentang
IPTEK.Jakarta: GIP,1997
M. Amin Abdullah dkk, Integrasi Sains-Islam Mempertemukan Epistimologi Islam dan Sains.. Yogyakarta:
Pilar Religia 2004.
http://islamandsains.wordpress.com
Jurnal Al-Mikraj : jurnal studi Islam dan Humoniura. Hal-vol 1 no2,2021 Izzuddin Rijal Fahmi