SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
Teknik Persalinan Sesar
a. Insisi Abdomen
Pada tindakan operasi kebidanan, biasanya sayatan vertikal garis tengah atau suprapubik
melintang dipilih untuk laparotomi. Entri perut transversal dilakukan dengan insisi Pfannenstiel
atau Maylard. Dari jumlah tersebut, insisi Pfannenstiel dipilih paling sering untuk kelahiran sesar.
Sayatan melintang mengikuti garis Langer dari ketegangan kulit, dan hasil kosmetik yang unggul
dibandingkan dengan sayatan vertikal. Selain itu, lebih bermanfaat dalam aspek penurunan tingkat
nyeri pasca operasi, dehiscence luka fasia, dan hernia insisional dibandingkan dengan prosedur
vertikal.1
Insisi Maylard berbeda terutama dari Pfannenstiel, di daerah bahwa perut (otot-otot rektus
abdominis) secara horizontal. Secara teknis lebih sulit karena diperlukan isolasi dan ligasi arteri
epigastrium inferior, yang terletak lateral dari otot perut ini. Selain itu, sayatan maylard ini
memiliki kehilangan darah minimal dan fleksibilitas untuk ekstensi luka mudah jika dibutuhkan
akses yang lebih besar. Tidak ada struktur neurovaskular penting yang melintasi sayatan ini dan
aponeurosis di linea alba menyatu. Kerugian utama adalah hasil kosmetik yang lebih buruk,
dehiscence fasia yang lebih tinggi atau tingkat hernia insisional, dan rasa sakit pasca operasi yang
lebih besar. Untuk pasien gemuk yang tidak sehat, sayatan vertikal yang memanjang ke atas dan
sekitar umbilikus.1
1. Insisi Transversal
Insisi ini dibuat pada garis rambut kemaluan, yang biasanya 2 jari di atas batas superior
simfisis pubis. Sayatan sedikit melebar melewati batas lateral otot rectus abdominis. Lebarnya
harus memadai untuk mengakomodasi kelahiran, sekitar 12 sampai 15 cm. Diseksi tajam
dilanjutkan melalui lapisan subkutan ke fasia. Pembuluh epigastrium superfisial biasanya dapat
diidentifikasi setengah jalan antara kulit dan fasia, beberapa sentimeter dari garis tengah. Jika
robek dapat dijahit dengan jahitan catgut 3-0 atau dikoagulasi dengan pisau bedah mikro. Fasia
abdomen anterior biasanya terdiri dari dua lapisan, aponeurosis dari otot oblik eksternal dan
aponeurosis dari oblik interna dan otot-otot abdominis transversal. Idealnya, kedua lapisan diinsisi
selama ekstensi lateral dari sayatan fasia. Pembuluh epigastrik inferior biasanya terletak di luar
batas lateral otot rectus abdominis dan di bawah aponeurosis yang menyatu dari otot obliqus
interna dan abdominal transversal. Setelah fasia diinsisi, tepi fasia inferior diklem yang sesuai dan
diangkat oleh asisten ketika operator memisahkan selubung fasia dari otot-otot rektus yang
mendasarinya baik secara tajam hingga batas superior simfisis pubis tercapai. Selanjutnya, tepi
fasia superior ditahan dan dilakukan pemisahan fasia dari otot-otot rektus. Fasia transversalis dan
lemak preperitoneal dibedah dengan hati-hati untuk mencapai peritoneum yang mendasarinya.
Peritoneum dekat ujung atas sayatan dibuka dengan hati-hati dengan mengangkatnya dengan dua
hemostat ditempatkan kira-kira 2 cm terpisah. Lipatan peritoneum di antara klem diperiksa dan
diraba untuk memastikan bahwa omentum, usus, atau kandung kemih tidak berlekatan. Peritoneum
kemudian diiris. Insisi diperluas secara superior ke kutub atas sayatan dan ke bawah tepat di atas
peritoneum di atas kandung kemih.1
Gambar 3. Tempat insisi pada dinding depan abdomen.13
Insisi transversal untuk pembedahan pelvis lebih disukai oleh karena menghasilkan hasil yang
terbaik secara kosmetik. Sebagai tambahan insisi transversal 30 kali lebih kuat daripada insisi pada
garis tengah tubuh serta kurangnya nyeri sebagai hasil dari kurangnya pengaruh pergerakan
respirasi terhadap luka insisi. Dari literatur juga menduga bahwa luka eviserasi tiga sampai lima
kali lebih banyak dan angka kejdian hernia dua sampai tiga kali ketika insisi vertikal yang dipakai
jika dibandingkan dengan insisi transversal. Insisi transversal sendiri mempunyai kekurangan,
diantaranya adalah waktu yang dibutuhkan lebih lama serta relatif lebih banyak menimbulkan
perdarahan. Kadang-kadang pemisahan lapisan-lapisan fascia dan otot akan menghasilkan ruangan
potensial untuk pembentukan formasi hematom dan seroma sesudahnya.14
a. Insisi Pfannensteil
Gambar 4. Insisi pfannensteil.13
Insisi pfannensteil dikenal sebagi insisi transversal yang membentuk kurva yang menyerupai
huruf “U” yang menghadap ke atas. Insisi tersebut sepanjang 10-15 cm pada garis atas rambut
pubis, menembus kulit, lapisan lemak subkutan sampai ke fasia rektus. Fasia rektus ini kemudian
diinsisi secara transversal dengan gunting. Fasia rektus kemudian dipisahkan dari m. rectus
abdominis serta m. pyramidalis secara tumpul dengan menyisipkan jari-jari kedua tangan diantara
fasia rektus dan muskulus rektus. Kemudian m. rektus kiri dan kanan dipisahkan ke arah lateral
secara tumpul sehingga fasia transversal dan peritoneum terpapar. Hati-hati agar tidak mencederai
omentum atau usus terutama pada pasca pembedahan intra abdominal endometriosis atau infeksi
intra abdominal. Lapisan tersebut dibuka ke arah kranial dengan gunting, dengan perlindungan 2
jari yang disisipkan dibawah peritoneum. Lapisan tersebut dibuka lebih lanjut ke kaudal secara
tajam. Hati-hati mencederai vesika urinaria.15
Gambar 5. Insisi kulit dengan teknik Pfannensteil.16
Gambar 6. Insisi penuh dengan teknik Pfannensteil.16
Gambar 7. Kulit ditutup setelah operasi caesar.16
Gambar 8. Seksio sesarea selesai.16
Jika insisi Pfannensteil meluas ke lateral sampai melewati tepi m. rektus dan mencapai m.
obliquus externa atau interna, maka dapat mencederai nervus ilioinguinal sehingga dapat
menyebabkan timbulnya neuroma.15
b. Insisi Joel-Cohen
Gambar 9. Insisi Joel-Cohen dan Pfannenstiel.16
Pada teknik insisi Joel-Cohen dibuat sayatan lurus transversal pada kulit 3 cm di bawah garis
khayal yang menghubungkan SIAS kiri dan kanan atau kurang lebih 2 hingga 3 cm di atas sayatan
pfannensteil. Kemudian jaringan subkutan dinsisi sepanjang 3 cm secara transversal. Fasia diinsisi
secara transversal pada midline dan kemudian dilebarkan secara tumpul dengan jari. Muskulus
rektus dipisahkan secara tumpul dengan ditarik ke lateral dengan menggunakan jari-jari tangan
dan kemudian peritoneum diinsisi secara horizontal. Insisi secara horizontal inilah yang
membedakan insisi Pfannensteil dengan insisi Joel-Cohen.7
c. Insisi Maylard
Insisi melintang kulit 3-8 cm di atas simfisis pubis dan diperdalam sampai fasia rectus (seperti
pada pfannensteil). Identifikasi fasia rektus, dijepit dibuka secara tajam bilateral. Perbedaan
dengan pfannensteil adalah m. rectus abdominalis tidak perlu dipisahkan dari fasia rektus.
Identifikasi arteri epigastrika inferior, sisihkan dari jaringan ikat sepanjang tepi lateral m. rekus,
indetifikasi dengan palpasi dan pemisahan secara tumpul. Setelah identifikasi, ikat secara ganda
dan potong. Kemudian dilakukan transeksi m. rectus abdominalis. Bila perlu transeksi dan
melindungi jaringan di bawah otot. Setelah transeksi, m. rektus disisihkan ke kranial dan kaudal
dan periotneum dibuka secara transversal (seperti insisi pada kulit) dengan teknik yang sama.15
Gambar 10. Insisi Maylard.13
d. Insisi Cherney
Insisi kulit sampai fasia muskulus rektus dilakukan dengan cara yang sama dengan insisi
Pfannensteil atau insisi Joel-Choen. Fasia m. rektus dijepit di garis tengah kemudian dilakukan
insisi transversal. Potongan inferior fasia m. rektus dijepit dengan kocher clamps di elevasi dan
dipsahkan dari m. rectus abdominalis dan m. pyrimidalis secara tumpul dan tajam ke arah simfisis
pubis sehingga apponeurosis m. rektus dan m. pyrimidalis dapat diidentifikasi. Tendon kemudian
diinsisi secara tajam untuk memisahkan otot dari origo pada simfisis pubis. M. rektus abdominalis
mengalami retraksi ke superior. Fasia transversalis serta pertioneum dibuka dengan cara yang
sama. Penutupan luka: tendon m. rectus abdominalis dan m. pyrimidalis didekatkan dengan jahitan
terputus permanen. Bila pada insisi Pfannensteil bidang pembedahan kurang luas dapat dilakukan
perubahan ke arah insisi Cherney tanpa mengganggu integritas muskulus di garis tengah.15
Gambar 11. Insisi Cherney.13
e. Insisi Kustner
Insisi horizontal dilakukan di tempat yang sama dengan insisi pfannensteil, namun bedanya
lapisan kulit dan lemak subkutan disisihkan ke arah atas dan bawah sehingga lapangan yang
didapatkan cukup luas. Insisi fasia muskulus rektus disisihkan secara vertikal pada linea alba.
Setelah muskulus rektus disisihkan ke lateral peritoneum diinsisi pada midline.15
Gambar 12. Insisi Kustner.13
2. Insisi vertikal (Insisi mediana)
Gambar 13. Insisi mediana.13
Insisi antara simfisis pubis dan umbilicus pada garis tengah atau di linea alba. Garis tengah
atau linea alba tidak terlalu banyak pembuluh darahnya, sehingga perdarahan relatif sedikit,
terutama subkutan. Perdarahan yang terjadi sebaiknya dihentikan dengan koagulasi atau diikat
dengan catgut. Setelah tampak fasia, fasia dapat diinsisi dengan gunting atau dengan pisau operasi
sampai panjangnya sesuai dengan besar insisi yang diinginkan. Kedua muskulus rektus abdominis
dipisahkan sampai tampak gabungan antara aponeurosis rektus posterior dan lemak subkutan serta
peritoneum.22
Peritoneum diangkat dengan pinset kanan dan kiri, garis tengah dibuka dengan gunting
atau pisau operasi. Masuknya udara menimbulkan kolaps usus, memudahkan untuk memperluas
panjang insisi peritoneum. Perhatikan fundus vesika urinaria karena ada kemungkinan tertarik ke
atas sehingga mudah terjadi trauma guntingan dan menimbulkan fistula melebarkan insisi ke arah
sternum dilakukan dengan cara yang sama. Perhatikan pula pembuluh darah peritoneum yang
dihentikan dengan ligasi atau termokauter. Insisi mediana tidak banyak memotong pembuluh
darah, serat saraf, dan otot sehingga tidak banyak menimbulkan komplikasi.17,23
Banyak dilakukan penelitian tentang jenis insisi pada dinding abdomen, secara umum,
insisi transversal lebih dianjurkan, dengan alasan dapat berkurangnya nyeri operasi dan unsur
kosmetik dibandingkan insisi vertikal. Insisi Pfannensteil ataupun transversal pada 2 jari di atas
simfisis, insisi Joel-Cohen, dan teknik lain yang merupakan variasi dari Joel-Cohen, yaitu Misgov
Ladach, adalah insisi yang dianjurkan.14
Telah banyak penelitian yang membandingkan ketiga teknik ini berdasarkan keuntungan
dan kerugiannya. Didapatkan beberapa penelitian yang membandingkan antara teknik Joel-Cohen
dan Pfannensteil. Dari penelitian-penelitian tersebut didapatkan beberapa poin penting diantaranya
yaitu dari lima penelitian, didapatkan perdarahan yang lebih sedikit pada 481 wanita yang
dilakukan seksio sesarea dengan teknik Joel-Cohen; dengan menggunakan teknik Joel-Cohen,
didapatkan waktu operasi yang lebih singkat; tidak didapatkan perbdaan angka kejadian infeksi
antara teknik Joel-Cohen dan Pfannensteil; didapatkan angka kejadian hemato yang lebih tinggi
pada luka operasi dengan teknik Joel-Cohen; tidak didapatkan perbedaan waktu pada gerakan
peristaltik usus, dan imobilisasi pasien; didapatkan angka kejadian demam yang lebih sedikit pada
pasien pascaoperasi dengan teknik Joel-Cohen dibandingkan dengan Pfannensteil; didapatkan
nyeri post operasi yang lebih sedikit pada pasien yang dioperasi dengan teknik Joel-Cohen. Pada
penelitian Hofmeyr GJ tahun 2008 menemukan bahwa teknik Joel-Cohen mengurangi waktu
operasi, kehilangan darah dan penggunaan analgesik.14
Teknik dalam membuka subkutis belum dilakukan penelitian khusus, namun kebanyakan
operator menggunakan scalpel seminimal mungkin, dimana mereka melakukan insisi pada
subkutis pada bagian medial, dan melakukan perluasan insisi secara tumpul untuk menghindari
pedarahan yang tidak perlu. Penelitian mengenai insisi pada fasia belum banyak dilakukan. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Kadir RA tahun 2006. Diseksi fascia pada otot rektus telah diteliti
pada penelitian kecil yang melibatkan 120 orang, tidak dilakukannya diseksi pada fasia rektus
bagian inferior pada seksio sesarea berhubugnan secara signifikan menurunkan nyeri pascaoperasi
dan juga menurunkan kehilangan hemoglobin pada pemeriksaan pascaoperasi. Para ahli
merekomendasikan insisi transversal dengan scalpel pada bagian medial dan diperluas secara
tajam dengan menggunakan gunting. Ada juga yang merekomendasikan perluasan insisi pada fasia
diperluas secara tumpul dengan menggunakan jari tangan, seperti pada teknik seksio sesarea
menurut Misgav-Ladach. Beberapa klinisi ada juga yang menganjurkan, apapun jenis insisi pada
kulit, namun insisi pada fasia sebaiknya dilakukan secara vertikal pada garis tengah fasia, tepat
pada rectus sheath, dan diperluas secara tajam dengan menggunakan gunting.26
Gambar 14. Diseksi fasia dan dilatasi otot rektus abdomen.16
Gambar 15. Persiapan digitalis lebih lanjut secara kranial.16
Telah didapatkan tiga penelitian yang membahas tentang pemotongan otot rektus dalam
membuka dinding abdomen yang melibatkan 313 wanita. Mereka terpilh secara acak untuk
dilakukannya insisi otot baik insisi Maylard atau Cherney dengan Pfannensteil.30
Dari hasil penelitian tidak didapatkan perbedaan dalam morbiditas pascaoperasi, kesulitan
dalam melahirkan janin, komplikasi pascaoperasi, dan skor nyeri pascaoperasi. Satu penelitian
menunjukkan hasil bahwa kekuatan otot abdomen yang dilakukan insisi, dibandingkan yang tidak
dilakukan insisi, memiliki kekuatan yang sama. Namun para klinisi tidak menganjurkan untuk
dilakukan insisi pada otot rektus jika tidak ada indikasi yang mendesak.30
Membuka peritoneum juga tidak dilakukan penelitian secara khusus. Mimpi buruk bagi
ahli obstetri pada saat membuka peritoneum adalah terpotongnya bladder atau usus pada saat ini.
Peritoneum biasanya dibuka secara hati-hati secara tajam atau tumpul, dan diperluas secara
tumpul, jauh di atas bladder, sehingga dapat mencegah cedera pada organ tersebut. Sekarang, telah
banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui kerugian dan keuntungan dari pembuatan
bladder flap, maka hal ini sudah mulai ditinggalkan. Hoglagscwandtner dan kawan-kawan dalam
penelitiannya terhadap 102 wanita membandingkan membuat bladder flap dengan insisi langsung
1 cm di atas lekukan bladder. Dari hasil penelitiannya didapatkan bahwa pembuatan bladder flap
berhubugnan dengan waktu insisi yang lebih lama untuk melahirkan bayi (P <.001), durasi operasi
yang lebih lama (P<.004), dan penurunan hemoglobin yang cukup signifikan (1 vs 0,5 g/dL,
P=0,090). Pembuatan bladder flap juga berhubungan mikrohematuria pascaoperasi (47% vs 21%;
P=.006) pada dua hari pascaoperasi. Namun sayangnya belum dilakukan penelitian spesifik
mengenai efek jangka panjang dari pembuatan bladder flap ini (misalnya perlengketan, fungsi
bladder, dan fertilitas). Dari hasil ini, maka lebih direkomendasikan untuk tidak membuat bladder
flap sebelum melakukan insisi pada uterus.26,27,28
b. Histerotomi
Paling sering, segmen uterus bawah diinsisi secara melintang. Insisi klasik adalah sayatan
vertikal ke dalam rahim di atas segmen rahim bawah dan mencapai fundus uterus. Dalam
prakteknya, bagaimanapun, insisi klasik mirip dengan insisi rendah-vertikal. Untuk sebagian besar
kelahiran sesar, insisi transversal lebih disukai. Dibandingkan dengan sayatan klasik, lebih mudah
diperbaiki, lebih sedikit menyebabkan pendarahan di tempat insisi dan mengurangi pelekatan usus
atau omentum pada sayatan miometrium.1
c. Insisi Sesar Transversa Letak Rendah
Sebelum histerotomi, dokter bedah harus meraba fundus dan adneksa untuk
mengidentifikasi derajat rotasi uterus. Rahim dapat didektrorotasi sehingga ligamentum sirkular
kiri lebih anterior dan lebih dekat ke garis tengah. Dalam kasus seperti itu, penempatan histerotomi
dimodifikasi untuk menjaga sayatan tetap terpusat di segmen bawah. Hal ini menghindari
perluasan ke dan laserasi arteri uterina kiri. Peritoneum di atas margin atas kandung kemih dan di
atasnya segmen uterus bawah anterior disebut flap kandung kemih, dipertahankan di garis tengah
dengan forsep dan diinsisi secara transversal dengan gunting.1
Gambar 16. Lapisan serosa vesikouterus longgar di atas kandung kemih yang dipertahankan
dengan forsep dan diinsisi dengan gunting Metzenbaum.1
Gunting didorong ke lateral dari garis tengah di setiap sisi untuk lebih membuka
peritoneum visceral dan mengekspos miometrium. Insisi peritoneum transversal ini memanjang
hampir sepanjang segmen uterus bawah. Ketika margin lateral di setiap sisi didekati, gunting
diarahkan agak lebih sefalad (Gambar 17). Tepi bawah peritoneum diangkat dan kandung kemih
dipisahkan dari miometrium yang mendasari dengan diseksi tumpul atau tajam dalam ruang
vesikouterin (Gambar 18).1
Gambar 17. Serosa longgar di atas batas atas kandung kemih yang diangkat dan diinsisi lateral.1
Gambar 18. Potongan melintang yang menunjukkan diseksi tumpul kandung kemih dari uterus
yang terkespos pada segmen bawah uterus.1
Secara umum, pemisahan kandung kemih ini tidak melebihi 5 cm. Serviks yang membesar,
ketika membedah ke bawah secara kaudal sehingga secara tidak sengaja mengekspos dan
kemudian memasuki vagina di bawahnya daripada segmen uterus yang lebih rendah. Namun,
dalam kasus dimana histerektomi sesar direncanakan atau diantisipasi, diseksi kandung kemih
diperpanjang dianjurkan untuk membantu total histerektomi dan mengurangi risiko sistotomi.
Beberapa ahli bedah tidak membuat flap kandung kemih. Keuntungan utama adalah waktu insisi
kulit yang lebih pendek untuk pengiriman, namun, data yang mendukung praktik ini terbatas.
Rahim dimasukkan melalui segmen rahim bawah sekitar 1 cm di bawah batas peritoneum dan
penting menempatkan insisi rahim yang relatif lebih tinggi pada wanita dengan dilatasi serviks
lanjut atau komplit. Insisi serviks atau vagina di segmen bawah rahim ke dalam serviks dapat
menciptakan distorsi anatomi serviks pascaoperasi yang signifikan. Penempatan yang benar
menggunakan refleksi serosal vesicouterine sebagai panduan.
Insisi Uterus
Sampai sekarang insisi pada uterus yang sangat dianjurkan adalah insisi transversal. Belum
ada penelitian terbaru yang mengkhususkan tentang insisi pada uterus. Dikenal beberapa jenis
insisi pada uterus. Masing-masing jenis ini memiliki keuntungan dan kerugian tersendiri.
Gambar 19. Macam-macam insisi uterus.24
1. Low transverse incision: insisi yang paling sering digunakan, memiliki beberapa keuntungan,
diantaranya adalah risiko untuk mencederai arteri uterina jauh lebih sedikit, dan operator
memiliki akses yang lebih luas dalam melahirkan janin.23,24
2. J incision: jarang digunakan, dengan insisi ini operator memiliki akses yang lebih leluasa
dalam melahirkan janin, terutama pada janin dengan letak lintang. Kelemahannya adalah
penyembuhan miometrium pada insisi ini kurang baik, sehingga jarang digunakan, dan juga
besarnya risiko bagi janin untuk terluka akibat terkena insisi scalpel.24,25
3. T incision: Insisi ini biasanya merupakan insisi yang bersifat darurat, berawal dari low
transverse incision, namun kemudian operator menemui kendala dalam melahirkan bayi (letak
lintang, presentasi bokong, anak kemkbar) sehingga dilakukan insisi ini. Kelemahannya adalah
insisi ini memiliki tingkat penyembuhan yang paling buruk setelah classic incision.24,25
4. Low vertical incision: insisi ini, meskipun memiliki tingkat kesembuhan yang lebih baik
dibandingkan insisi klasik, namun tidak banyak digunakan karena risiko untuk meluas sampai
ke bladder cukup tinggi.24,25
5. Double J atau “Trap door” incision: ini adalah alternatif “insisi darurat” yang lebih dianjurkan
jika operator menemui kesulitan dalam melahirkan janin dengan low vertical incision. Insisi
ini dianggap lebih aman daripada T incision pada kasus persalinan pervaginam pada bekas SC.
Namun kelemahan insisi ini adalah besarnya risiko bagi janin untuk terluka akibat insisi
scalpel.25
6. Classic incision: Insisi ini adalah insisi yang memberikan operator ruang yang lebih leluasa
dalam melahirkan janin. Namun memiliki banyak kelemahan, seperti perdarahan intraoperatif
yang lebih banyak, durasi operasi yang lebih lama, risiko ruptur uteri yang tinggi. Insisi ini
dianjurkan jika ibu tidak berencana memiliki anak lagi.23,24,25
Gambar 20. Dilatasi miometrium setelah insisi uterus.16
Hameed dan kawan-kawan (2002) dalam penelitian yang membandingkan insisi transversal
pada segmen bawah rahim (SBR) secara semilunar yang diperluas secara tumpul dan insisi
transversal sepanjang 3 cm yang juga diperluas secara tumpul mendapatkan hasil bahwa insisi
transversal sepanjang 3 cm diperluas ecara tumpul berhubungan dngan perdarahan intraoperatif
yang lebih sedikit, dan penyembuhan uterus yang lebih sempurna.26
Selain jenis insisi, teknik meluaskan insisi juga diyakini sangat berpengaruh terhadap luaran
pasien pascaoperasi. Beberapa penelitian telah menyimpulkan bahwa perluasan (expansion) insisi
pada uterus lebih dianjurkan untuk dilakukan secara tumpul (dengan jari) daripada secara tajam
(dengan scalpel ataupun gunting). Perluasan insisi SBR secara tumpul dengan menggunakan jari
telah terbukti mengurangi risiko perdarahan, perluasan sampai ke arteri uterina, menghemat waktu
operasi, dan menghindari cedera pada janin.22,23,24
Gambar 21. Perluasan insisi uterus. A. Perluasan insisi uterus secara tumpul dengan jari
telunjuk yang diarahkan ke lateral-lateral. B. Perluasan insisi secara tumpul dengan jari telunjuk
yang diarahkan ke cephlad-caudal.17
Penelitian lebih lanjut dilakukan oleh Cromi dan kawan-kawan (2008) tentang perluasan insisi
secara tumpul ini. Ia membandingkan dua teknik perluasan insisi secara tumpul pada insisi
transversal pada SBR, yaitu perluasan dengan jari telunjuk yang diarahkan ke arah cephalad-
caudal. Perluasan insisi ke arah cephalad-caudal ini memiliki beberapa kelebihan, diantaranya
adalah mencegah perluaan ke arteri uterina yang sering terjadi pada perluasan ke lateral-lateral,
dan memperkecil kemungkinan trauma, dengan menarik miometrium ke cephalad-caudal, insisi
akan meluas sesuai dengan alur lapisan otot miometrium yang sirkuler.27
Dari hasil penelitiannya didapatkan bahwa dengan melakukan perluasan insisi secara tumpul
ke arah cephalad-caudal, risiko untuk terjadinya perluasan insisi sampai ke arteri uterina dapat
diperkecil (7,4% vs 3,7%, P= .03), dan perdarahan intraoperative lebih sedikit (2,0% vs 0,2%,
P=.04).27
Rahim dapat diinsisi dengan berbagai teknik. Masing-masing diinisisi dengan
menggunakan pisau bedah untuk melukai segmen uterus bawah yang terbuka secara transversal 1
sampai 2 cm di garis tengah (Gambar 22) dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari laserasi
janin. Entri tumpul yang hati-hati menggunakan hemostat atau ujung jari untuk membagi otot.
Setelah rahim dibuka, insisi dapat diperpanjang dengan hanya menyebarkan sayatan,
menggunakan tekanan lateral dan sedikit ke atas diterapkan dengan masing-masing jari telunjuk
(Gambar 23). Jika segmen uterus bawah tebal, potong lateral dan kemudian sedikit ke atas dengan
gunting perban akan memperpanjang sayatan. Ketika gunting digunakan, jari telunjuk dan garis
tengah tangan yang tidak dominan harus di bawah miometrium dan di atas bagian janin untuk
mencegah laserasi janin. Ekstensi tajam dikaitkan dengan peningkatan kehilangan darah,
perubahan hematokrit pasca operasi, kebutuhan transfusi, dan tingkat infeksi tidak berbeda.
Insisi uterus harus dibuat cukup besar untuk memungkinkan persalinan kepala dan badan
janin tanpa merobek atau harus memotong ke dalam pembuluh darah uterus yang mengalir
sepanjang margin uterus lateral. Jika plasenta ditemukan pada garis insisi, maka harus dilepas atau
diiris. Ketika plasenta diinsisi, perdarahan janin mungkin parah.
Gambar 22. Miometrium yang diinsisi secara hati-hati untuk menghindari robekan kepala
janin.1
Histerotomi transversal rendah terkadang dipilih tetapi memberikan ruang yang tidak
memadai untuk persalinan. Dalam kasus seperti itu, satu sudut sayatan histerotomi diperluas
cephalad ke bagian kontraktil miometrium (insisi J). Jika dapat selesai secara bilateral, insisi U
akan terbentuk. Terakhir, beberapa orang memilih untuk memperpanjang di garis tengah sebagai
insisi T. Tindakan ini telah dikaitkan dengan kehilangan darah intraoperatif yang lebih tinggi.
Selain itu, karena hal ini meluas ke bagian kontraktil, percobaan persalinan dan persalinan
pervaginam lebih mungkin dikontraindikasikan pada kehamilan berikutnya.1
Gambar 23. Setelah memasuki cavitas uterus, insisi diperluas lateral dengan jari atau gunting.1
Sampai sekarang insisi pada uterus yang sangat dianjurkan adalah insisi transversal. Belum
ada penelitian terbaru yang mengkhususkan tentang insisi pada uterus.

More Related Content

What's hot

Alat genetalia interna (tgs bu jati)
Alat genetalia interna (tgs bu jati)Alat genetalia interna (tgs bu jati)
Alat genetalia interna (tgs bu jati)neng elis
 
Tugas intan ibu direk AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Tugas intan ibu direk AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Tugas intan ibu direk AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Tugas intan ibu direk AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA KABUPATE...
Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA KABUPATE...Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA KABUPATE...
Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA KABUPATE...Operator Warnet Vast Raha
 
Anatomi pelvik untuk laparaskopi
Anatomi pelvik untuk laparaskopiAnatomi pelvik untuk laparaskopi
Anatomi pelvik untuk laparaskopiReza Tiansah
 
Incisi pada pembedahan keganasan oncology
Incisi pada pembedahan  keganasan oncologyIncisi pada pembedahan  keganasan oncology
Incisi pada pembedahan keganasan oncologyAzis Aimaduddin
 
Laporan pendahuluan hernia
Laporan pendahuluan herniaLaporan pendahuluan hernia
Laporan pendahuluan herniaDuniaShare
 
Prinsip prinsip pembedahan ginekologi
Prinsip prinsip pembedahan ginekologiPrinsip prinsip pembedahan ginekologi
Prinsip prinsip pembedahan ginekologiArinsahara
 
Makalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.B
Makalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.BMakalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.B
Makalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.Bkoerniaso
 
Anatomi dan-fisiologi-sistem-reproduks
Anatomi dan-fisiologi-sistem-reproduksAnatomi dan-fisiologi-sistem-reproduks
Anatomi dan-fisiologi-sistem-reproduksmaryamhanina
 
Sistemperkemihandanreproduksi
SistemperkemihandanreproduksiSistemperkemihandanreproduksi
SistemperkemihandanreproduksiEka Syahputra
 

What's hot (19)

Histerektomi postpartum
Histerektomi postpartumHisterektomi postpartum
Histerektomi postpartum
 
Alat genetalia interna (tgs bu jati)
Alat genetalia interna (tgs bu jati)Alat genetalia interna (tgs bu jati)
Alat genetalia interna (tgs bu jati)
 
Tugas intan ibu direk AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Tugas intan ibu direk AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Tugas intan ibu direk AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Tugas intan ibu direk AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
 
Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA KABUPATE...
Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA KABUPATE...Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA KABUPATE...
Tugas ibu direktur(gambar genitalia n tulang panggul) AKBID PARAMATA KABUPATE...
 
Appendektom1
Appendektom1Appendektom1
Appendektom1
 
Anatomi pelvik untuk laparaskopi
Anatomi pelvik untuk laparaskopiAnatomi pelvik untuk laparaskopi
Anatomi pelvik untuk laparaskopi
 
Jurnal reading
Jurnal readingJurnal reading
Jurnal reading
 
Incisi pada pembedahan keganasan oncology
Incisi pada pembedahan  keganasan oncologyIncisi pada pembedahan  keganasan oncology
Incisi pada pembedahan keganasan oncology
 
Makalah kelamin
Makalah kelaminMakalah kelamin
Makalah kelamin
 
Laparotomy
LaparotomyLaparotomy
Laparotomy
 
Lp hernia
Lp herniaLp hernia
Lp hernia
 
Acl copy
Acl   copyAcl   copy
Acl copy
 
laparotomi
laparotomilaparotomi
laparotomi
 
A
AA
A
 
Laporan pendahuluan hernia
Laporan pendahuluan herniaLaporan pendahuluan hernia
Laporan pendahuluan hernia
 
Prinsip prinsip pembedahan ginekologi
Prinsip prinsip pembedahan ginekologiPrinsip prinsip pembedahan ginekologi
Prinsip prinsip pembedahan ginekologi
 
Makalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.B
Makalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.BMakalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.B
Makalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.B
 
Anatomi dan-fisiologi-sistem-reproduks
Anatomi dan-fisiologi-sistem-reproduksAnatomi dan-fisiologi-sistem-reproduks
Anatomi dan-fisiologi-sistem-reproduks
 
Sistemperkemihandanreproduksi
SistemperkemihandanreproduksiSistemperkemihandanreproduksi
Sistemperkemihandanreproduksi
 

Similar to Teknik Persalinan Sesar Secara Optimal

Pendekatan Anatomi pada Radikal Histerektomi.pptx
Pendekatan Anatomi pada Radikal Histerektomi.pptxPendekatan Anatomi pada Radikal Histerektomi.pptx
Pendekatan Anatomi pada Radikal Histerektomi.pptxphindomawardinata
 
Appendectomy - Teknik Operasi dan Persiapan
Appendectomy - Teknik Operasi dan PersiapanAppendectomy - Teknik Operasi dan Persiapan
Appendectomy - Teknik Operasi dan Persiapanazwararifki1993
 
Pendekatan dan Plating untuk Fraktur Poros Femoralis.pptx
Pendekatan dan Plating untuk Fraktur Poros Femoralis.pptxPendekatan dan Plating untuk Fraktur Poros Femoralis.pptx
Pendekatan dan Plating untuk Fraktur Poros Femoralis.pptxDaryGunawan
 
PR Presentasi.pptx
PR Presentasi.pptxPR Presentasi.pptx
PR Presentasi.pptxBonySimbolon
 
TEHNIK_OPERASI_HERNIOTOMY_RIY.pptx
TEHNIK_OPERASI_HERNIOTOMY_RIY.pptxTEHNIK_OPERASI_HERNIOTOMY_RIY.pptx
TEHNIK_OPERASI_HERNIOTOMY_RIY.pptxazwararifki1993
 
Referat trauma abdomen
Referat trauma abdomenReferat trauma abdomen
Referat trauma abdomengeelieman1990
 
Optek MRM - CAX.pptx
Optek MRM - CAX.pptxOptek MRM - CAX.pptx
Optek MRM - CAX.pptxChakraPutra2
 
1 refarat-ileus-paralitik
 1 refarat-ileus-paralitik 1 refarat-ileus-paralitik
1 refarat-ileus-paralitikBaiturrahmah
 
MRM dr. Ridho Prasetiawan.pptx
MRM dr. Ridho Prasetiawan.pptxMRM dr. Ridho Prasetiawan.pptx
MRM dr. Ridho Prasetiawan.pptxKahfiRakhmadian
 
89754754 trauma-tendon-tangan
89754754 trauma-tendon-tangan89754754 trauma-tendon-tangan
89754754 trauma-tendon-tanganaauyahilda
 
Retroperitoneal approach of abdomen.pptx
Retroperitoneal approach of abdomen.pptxRetroperitoneal approach of abdomen.pptx
Retroperitoneal approach of abdomen.pptxqweqweqw3
 
TO Transfemoral Amputation - Wendy YR.pptx
TO Transfemoral Amputation - Wendy YR.pptxTO Transfemoral Amputation - Wendy YR.pptx
TO Transfemoral Amputation - Wendy YR.pptxDhandiaRifardi1
 

Similar to Teknik Persalinan Sesar Secara Optimal (20)

Pendekatan Anatomi pada Radikal Histerektomi.pptx
Pendekatan Anatomi pada Radikal Histerektomi.pptxPendekatan Anatomi pada Radikal Histerektomi.pptx
Pendekatan Anatomi pada Radikal Histerektomi.pptx
 
Appendectomy - Teknik Operasi dan Persiapan
Appendectomy - Teknik Operasi dan PersiapanAppendectomy - Teknik Operasi dan Persiapan
Appendectomy - Teknik Operasi dan Persiapan
 
Jenis laparotomi.pptx
Jenis laparotomi.pptxJenis laparotomi.pptx
Jenis laparotomi.pptx
 
Pendekatan dan Plating untuk Fraktur Poros Femoralis.pptx
Pendekatan dan Plating untuk Fraktur Poros Femoralis.pptxPendekatan dan Plating untuk Fraktur Poros Femoralis.pptx
Pendekatan dan Plating untuk Fraktur Poros Femoralis.pptx
 
PR Presentasi.pptx
PR Presentasi.pptxPR Presentasi.pptx
PR Presentasi.pptx
 
TEHNIK_OPERASI_HERNIOTOMY_RIY.pptx
TEHNIK_OPERASI_HERNIOTOMY_RIY.pptxTEHNIK_OPERASI_HERNIOTOMY_RIY.pptx
TEHNIK_OPERASI_HERNIOTOMY_RIY.pptx
 
Appendektomi
AppendektomiAppendektomi
Appendektomi
 
Referat trauma abdomen
Referat trauma abdomenReferat trauma abdomen
Referat trauma abdomen
 
Optek MRM - CAX.pptx
Optek MRM - CAX.pptxOptek MRM - CAX.pptx
Optek MRM - CAX.pptx
 
Bedah plastik
Bedah plastikBedah plastik
Bedah plastik
 
Teknik operasi
Teknik operasiTeknik operasi
Teknik operasi
 
1 refarat-ileus-paralitik
 1 refarat-ileus-paralitik 1 refarat-ileus-paralitik
1 refarat-ileus-paralitik
 
MRM dr. Ridho Prasetiawan.pptx
MRM dr. Ridho Prasetiawan.pptxMRM dr. Ridho Prasetiawan.pptx
MRM dr. Ridho Prasetiawan.pptx
 
89754754 trauma-tendon-tangan
89754754 trauma-tendon-tangan89754754 trauma-tendon-tangan
89754754 trauma-tendon-tangan
 
Prolaps Rektum
Prolaps RektumProlaps Rektum
Prolaps Rektum
 
Pemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anangPemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anang
 
Retroperitoneal approach of abdomen.pptx
Retroperitoneal approach of abdomen.pptxRetroperitoneal approach of abdomen.pptx
Retroperitoneal approach of abdomen.pptx
 
TO Transfemoral Amputation - Wendy YR.pptx
TO Transfemoral Amputation - Wendy YR.pptxTO Transfemoral Amputation - Wendy YR.pptx
TO Transfemoral Amputation - Wendy YR.pptx
 
Mastektomi.pptx
Mastektomi.pptxMastektomi.pptx
Mastektomi.pptx
 
Apendiksitis
ApendiksitisApendiksitis
Apendiksitis
 

Recently uploaded

Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxIrfanNersMaulana
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptAcephasan2
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasiantoniareong
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikassuser1cc42a
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUNYhoGa3
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxmarodotodo
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxAcephasan2
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiNezaPurna
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxagussudarmanto9
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 

Recently uploaded (20)

Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 

Teknik Persalinan Sesar Secara Optimal

  • 1. Teknik Persalinan Sesar a. Insisi Abdomen Pada tindakan operasi kebidanan, biasanya sayatan vertikal garis tengah atau suprapubik melintang dipilih untuk laparotomi. Entri perut transversal dilakukan dengan insisi Pfannenstiel atau Maylard. Dari jumlah tersebut, insisi Pfannenstiel dipilih paling sering untuk kelahiran sesar. Sayatan melintang mengikuti garis Langer dari ketegangan kulit, dan hasil kosmetik yang unggul dibandingkan dengan sayatan vertikal. Selain itu, lebih bermanfaat dalam aspek penurunan tingkat nyeri pasca operasi, dehiscence luka fasia, dan hernia insisional dibandingkan dengan prosedur vertikal.1 Insisi Maylard berbeda terutama dari Pfannenstiel, di daerah bahwa perut (otot-otot rektus abdominis) secara horizontal. Secara teknis lebih sulit karena diperlukan isolasi dan ligasi arteri epigastrium inferior, yang terletak lateral dari otot perut ini. Selain itu, sayatan maylard ini memiliki kehilangan darah minimal dan fleksibilitas untuk ekstensi luka mudah jika dibutuhkan akses yang lebih besar. Tidak ada struktur neurovaskular penting yang melintasi sayatan ini dan aponeurosis di linea alba menyatu. Kerugian utama adalah hasil kosmetik yang lebih buruk, dehiscence fasia yang lebih tinggi atau tingkat hernia insisional, dan rasa sakit pasca operasi yang lebih besar. Untuk pasien gemuk yang tidak sehat, sayatan vertikal yang memanjang ke atas dan sekitar umbilikus.1 1. Insisi Transversal Insisi ini dibuat pada garis rambut kemaluan, yang biasanya 2 jari di atas batas superior simfisis pubis. Sayatan sedikit melebar melewati batas lateral otot rectus abdominis. Lebarnya harus memadai untuk mengakomodasi kelahiran, sekitar 12 sampai 15 cm. Diseksi tajam dilanjutkan melalui lapisan subkutan ke fasia. Pembuluh epigastrium superfisial biasanya dapat diidentifikasi setengah jalan antara kulit dan fasia, beberapa sentimeter dari garis tengah. Jika robek dapat dijahit dengan jahitan catgut 3-0 atau dikoagulasi dengan pisau bedah mikro. Fasia abdomen anterior biasanya terdiri dari dua lapisan, aponeurosis dari otot oblik eksternal dan aponeurosis dari oblik interna dan otot-otot abdominis transversal. Idealnya, kedua lapisan diinsisi selama ekstensi lateral dari sayatan fasia. Pembuluh epigastrik inferior biasanya terletak di luar batas lateral otot rectus abdominis dan di bawah aponeurosis yang menyatu dari otot obliqus interna dan abdominal transversal. Setelah fasia diinsisi, tepi fasia inferior diklem yang sesuai dan
  • 2. diangkat oleh asisten ketika operator memisahkan selubung fasia dari otot-otot rektus yang mendasarinya baik secara tajam hingga batas superior simfisis pubis tercapai. Selanjutnya, tepi fasia superior ditahan dan dilakukan pemisahan fasia dari otot-otot rektus. Fasia transversalis dan lemak preperitoneal dibedah dengan hati-hati untuk mencapai peritoneum yang mendasarinya. Peritoneum dekat ujung atas sayatan dibuka dengan hati-hati dengan mengangkatnya dengan dua hemostat ditempatkan kira-kira 2 cm terpisah. Lipatan peritoneum di antara klem diperiksa dan diraba untuk memastikan bahwa omentum, usus, atau kandung kemih tidak berlekatan. Peritoneum kemudian diiris. Insisi diperluas secara superior ke kutub atas sayatan dan ke bawah tepat di atas peritoneum di atas kandung kemih.1 Gambar 3. Tempat insisi pada dinding depan abdomen.13 Insisi transversal untuk pembedahan pelvis lebih disukai oleh karena menghasilkan hasil yang terbaik secara kosmetik. Sebagai tambahan insisi transversal 30 kali lebih kuat daripada insisi pada garis tengah tubuh serta kurangnya nyeri sebagai hasil dari kurangnya pengaruh pergerakan respirasi terhadap luka insisi. Dari literatur juga menduga bahwa luka eviserasi tiga sampai lima kali lebih banyak dan angka kejdian hernia dua sampai tiga kali ketika insisi vertikal yang dipakai jika dibandingkan dengan insisi transversal. Insisi transversal sendiri mempunyai kekurangan, diantaranya adalah waktu yang dibutuhkan lebih lama serta relatif lebih banyak menimbulkan perdarahan. Kadang-kadang pemisahan lapisan-lapisan fascia dan otot akan menghasilkan ruangan potensial untuk pembentukan formasi hematom dan seroma sesudahnya.14 a. Insisi Pfannensteil
  • 3. Gambar 4. Insisi pfannensteil.13 Insisi pfannensteil dikenal sebagi insisi transversal yang membentuk kurva yang menyerupai huruf “U” yang menghadap ke atas. Insisi tersebut sepanjang 10-15 cm pada garis atas rambut pubis, menembus kulit, lapisan lemak subkutan sampai ke fasia rektus. Fasia rektus ini kemudian diinsisi secara transversal dengan gunting. Fasia rektus kemudian dipisahkan dari m. rectus abdominis serta m. pyramidalis secara tumpul dengan menyisipkan jari-jari kedua tangan diantara fasia rektus dan muskulus rektus. Kemudian m. rektus kiri dan kanan dipisahkan ke arah lateral secara tumpul sehingga fasia transversal dan peritoneum terpapar. Hati-hati agar tidak mencederai omentum atau usus terutama pada pasca pembedahan intra abdominal endometriosis atau infeksi intra abdominal. Lapisan tersebut dibuka ke arah kranial dengan gunting, dengan perlindungan 2 jari yang disisipkan dibawah peritoneum. Lapisan tersebut dibuka lebih lanjut ke kaudal secara tajam. Hati-hati mencederai vesika urinaria.15
  • 4. Gambar 5. Insisi kulit dengan teknik Pfannensteil.16 Gambar 6. Insisi penuh dengan teknik Pfannensteil.16 Gambar 7. Kulit ditutup setelah operasi caesar.16
  • 5. Gambar 8. Seksio sesarea selesai.16 Jika insisi Pfannensteil meluas ke lateral sampai melewati tepi m. rektus dan mencapai m. obliquus externa atau interna, maka dapat mencederai nervus ilioinguinal sehingga dapat menyebabkan timbulnya neuroma.15 b. Insisi Joel-Cohen Gambar 9. Insisi Joel-Cohen dan Pfannenstiel.16
  • 6. Pada teknik insisi Joel-Cohen dibuat sayatan lurus transversal pada kulit 3 cm di bawah garis khayal yang menghubungkan SIAS kiri dan kanan atau kurang lebih 2 hingga 3 cm di atas sayatan pfannensteil. Kemudian jaringan subkutan dinsisi sepanjang 3 cm secara transversal. Fasia diinsisi secara transversal pada midline dan kemudian dilebarkan secara tumpul dengan jari. Muskulus rektus dipisahkan secara tumpul dengan ditarik ke lateral dengan menggunakan jari-jari tangan dan kemudian peritoneum diinsisi secara horizontal. Insisi secara horizontal inilah yang membedakan insisi Pfannensteil dengan insisi Joel-Cohen.7 c. Insisi Maylard Insisi melintang kulit 3-8 cm di atas simfisis pubis dan diperdalam sampai fasia rectus (seperti pada pfannensteil). Identifikasi fasia rektus, dijepit dibuka secara tajam bilateral. Perbedaan dengan pfannensteil adalah m. rectus abdominalis tidak perlu dipisahkan dari fasia rektus. Identifikasi arteri epigastrika inferior, sisihkan dari jaringan ikat sepanjang tepi lateral m. rekus, indetifikasi dengan palpasi dan pemisahan secara tumpul. Setelah identifikasi, ikat secara ganda dan potong. Kemudian dilakukan transeksi m. rectus abdominalis. Bila perlu transeksi dan melindungi jaringan di bawah otot. Setelah transeksi, m. rektus disisihkan ke kranial dan kaudal dan periotneum dibuka secara transversal (seperti insisi pada kulit) dengan teknik yang sama.15 Gambar 10. Insisi Maylard.13 d. Insisi Cherney
  • 7. Insisi kulit sampai fasia muskulus rektus dilakukan dengan cara yang sama dengan insisi Pfannensteil atau insisi Joel-Choen. Fasia m. rektus dijepit di garis tengah kemudian dilakukan insisi transversal. Potongan inferior fasia m. rektus dijepit dengan kocher clamps di elevasi dan dipsahkan dari m. rectus abdominalis dan m. pyrimidalis secara tumpul dan tajam ke arah simfisis pubis sehingga apponeurosis m. rektus dan m. pyrimidalis dapat diidentifikasi. Tendon kemudian diinsisi secara tajam untuk memisahkan otot dari origo pada simfisis pubis. M. rektus abdominalis mengalami retraksi ke superior. Fasia transversalis serta pertioneum dibuka dengan cara yang sama. Penutupan luka: tendon m. rectus abdominalis dan m. pyrimidalis didekatkan dengan jahitan terputus permanen. Bila pada insisi Pfannensteil bidang pembedahan kurang luas dapat dilakukan perubahan ke arah insisi Cherney tanpa mengganggu integritas muskulus di garis tengah.15 Gambar 11. Insisi Cherney.13 e. Insisi Kustner Insisi horizontal dilakukan di tempat yang sama dengan insisi pfannensteil, namun bedanya lapisan kulit dan lemak subkutan disisihkan ke arah atas dan bawah sehingga lapangan yang
  • 8. didapatkan cukup luas. Insisi fasia muskulus rektus disisihkan secara vertikal pada linea alba. Setelah muskulus rektus disisihkan ke lateral peritoneum diinsisi pada midline.15 Gambar 12. Insisi Kustner.13 2. Insisi vertikal (Insisi mediana) Gambar 13. Insisi mediana.13 Insisi antara simfisis pubis dan umbilicus pada garis tengah atau di linea alba. Garis tengah atau linea alba tidak terlalu banyak pembuluh darahnya, sehingga perdarahan relatif sedikit, terutama subkutan. Perdarahan yang terjadi sebaiknya dihentikan dengan koagulasi atau diikat
  • 9. dengan catgut. Setelah tampak fasia, fasia dapat diinsisi dengan gunting atau dengan pisau operasi sampai panjangnya sesuai dengan besar insisi yang diinginkan. Kedua muskulus rektus abdominis dipisahkan sampai tampak gabungan antara aponeurosis rektus posterior dan lemak subkutan serta peritoneum.22 Peritoneum diangkat dengan pinset kanan dan kiri, garis tengah dibuka dengan gunting atau pisau operasi. Masuknya udara menimbulkan kolaps usus, memudahkan untuk memperluas panjang insisi peritoneum. Perhatikan fundus vesika urinaria karena ada kemungkinan tertarik ke atas sehingga mudah terjadi trauma guntingan dan menimbulkan fistula melebarkan insisi ke arah sternum dilakukan dengan cara yang sama. Perhatikan pula pembuluh darah peritoneum yang dihentikan dengan ligasi atau termokauter. Insisi mediana tidak banyak memotong pembuluh darah, serat saraf, dan otot sehingga tidak banyak menimbulkan komplikasi.17,23 Banyak dilakukan penelitian tentang jenis insisi pada dinding abdomen, secara umum, insisi transversal lebih dianjurkan, dengan alasan dapat berkurangnya nyeri operasi dan unsur kosmetik dibandingkan insisi vertikal. Insisi Pfannensteil ataupun transversal pada 2 jari di atas simfisis, insisi Joel-Cohen, dan teknik lain yang merupakan variasi dari Joel-Cohen, yaitu Misgov Ladach, adalah insisi yang dianjurkan.14 Telah banyak penelitian yang membandingkan ketiga teknik ini berdasarkan keuntungan dan kerugiannya. Didapatkan beberapa penelitian yang membandingkan antara teknik Joel-Cohen dan Pfannensteil. Dari penelitian-penelitian tersebut didapatkan beberapa poin penting diantaranya yaitu dari lima penelitian, didapatkan perdarahan yang lebih sedikit pada 481 wanita yang dilakukan seksio sesarea dengan teknik Joel-Cohen; dengan menggunakan teknik Joel-Cohen, didapatkan waktu operasi yang lebih singkat; tidak didapatkan perbdaan angka kejadian infeksi antara teknik Joel-Cohen dan Pfannensteil; didapatkan angka kejadian hemato yang lebih tinggi pada luka operasi dengan teknik Joel-Cohen; tidak didapatkan perbedaan waktu pada gerakan peristaltik usus, dan imobilisasi pasien; didapatkan angka kejadian demam yang lebih sedikit pada pasien pascaoperasi dengan teknik Joel-Cohen dibandingkan dengan Pfannensteil; didapatkan nyeri post operasi yang lebih sedikit pada pasien yang dioperasi dengan teknik Joel-Cohen. Pada penelitian Hofmeyr GJ tahun 2008 menemukan bahwa teknik Joel-Cohen mengurangi waktu operasi, kehilangan darah dan penggunaan analgesik.14 Teknik dalam membuka subkutis belum dilakukan penelitian khusus, namun kebanyakan operator menggunakan scalpel seminimal mungkin, dimana mereka melakukan insisi pada
  • 10. subkutis pada bagian medial, dan melakukan perluasan insisi secara tumpul untuk menghindari pedarahan yang tidak perlu. Penelitian mengenai insisi pada fasia belum banyak dilakukan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Kadir RA tahun 2006. Diseksi fascia pada otot rektus telah diteliti pada penelitian kecil yang melibatkan 120 orang, tidak dilakukannya diseksi pada fasia rektus bagian inferior pada seksio sesarea berhubugnan secara signifikan menurunkan nyeri pascaoperasi dan juga menurunkan kehilangan hemoglobin pada pemeriksaan pascaoperasi. Para ahli merekomendasikan insisi transversal dengan scalpel pada bagian medial dan diperluas secara tajam dengan menggunakan gunting. Ada juga yang merekomendasikan perluasan insisi pada fasia diperluas secara tumpul dengan menggunakan jari tangan, seperti pada teknik seksio sesarea menurut Misgav-Ladach. Beberapa klinisi ada juga yang menganjurkan, apapun jenis insisi pada kulit, namun insisi pada fasia sebaiknya dilakukan secara vertikal pada garis tengah fasia, tepat pada rectus sheath, dan diperluas secara tajam dengan menggunakan gunting.26 Gambar 14. Diseksi fasia dan dilatasi otot rektus abdomen.16
  • 11. Gambar 15. Persiapan digitalis lebih lanjut secara kranial.16 Telah didapatkan tiga penelitian yang membahas tentang pemotongan otot rektus dalam membuka dinding abdomen yang melibatkan 313 wanita. Mereka terpilh secara acak untuk dilakukannya insisi otot baik insisi Maylard atau Cherney dengan Pfannensteil.30 Dari hasil penelitian tidak didapatkan perbedaan dalam morbiditas pascaoperasi, kesulitan dalam melahirkan janin, komplikasi pascaoperasi, dan skor nyeri pascaoperasi. Satu penelitian menunjukkan hasil bahwa kekuatan otot abdomen yang dilakukan insisi, dibandingkan yang tidak dilakukan insisi, memiliki kekuatan yang sama. Namun para klinisi tidak menganjurkan untuk dilakukan insisi pada otot rektus jika tidak ada indikasi yang mendesak.30 Membuka peritoneum juga tidak dilakukan penelitian secara khusus. Mimpi buruk bagi ahli obstetri pada saat membuka peritoneum adalah terpotongnya bladder atau usus pada saat ini. Peritoneum biasanya dibuka secara hati-hati secara tajam atau tumpul, dan diperluas secara tumpul, jauh di atas bladder, sehingga dapat mencegah cedera pada organ tersebut. Sekarang, telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui kerugian dan keuntungan dari pembuatan bladder flap, maka hal ini sudah mulai ditinggalkan. Hoglagscwandtner dan kawan-kawan dalam penelitiannya terhadap 102 wanita membandingkan membuat bladder flap dengan insisi langsung 1 cm di atas lekukan bladder. Dari hasil penelitiannya didapatkan bahwa pembuatan bladder flap berhubugnan dengan waktu insisi yang lebih lama untuk melahirkan bayi (P <.001), durasi operasi yang lebih lama (P<.004), dan penurunan hemoglobin yang cukup signifikan (1 vs 0,5 g/dL, P=0,090). Pembuatan bladder flap juga berhubungan mikrohematuria pascaoperasi (47% vs 21%;
  • 12. P=.006) pada dua hari pascaoperasi. Namun sayangnya belum dilakukan penelitian spesifik mengenai efek jangka panjang dari pembuatan bladder flap ini (misalnya perlengketan, fungsi bladder, dan fertilitas). Dari hasil ini, maka lebih direkomendasikan untuk tidak membuat bladder flap sebelum melakukan insisi pada uterus.26,27,28 b. Histerotomi Paling sering, segmen uterus bawah diinsisi secara melintang. Insisi klasik adalah sayatan vertikal ke dalam rahim di atas segmen rahim bawah dan mencapai fundus uterus. Dalam prakteknya, bagaimanapun, insisi klasik mirip dengan insisi rendah-vertikal. Untuk sebagian besar kelahiran sesar, insisi transversal lebih disukai. Dibandingkan dengan sayatan klasik, lebih mudah diperbaiki, lebih sedikit menyebabkan pendarahan di tempat insisi dan mengurangi pelekatan usus atau omentum pada sayatan miometrium.1 c. Insisi Sesar Transversa Letak Rendah Sebelum histerotomi, dokter bedah harus meraba fundus dan adneksa untuk mengidentifikasi derajat rotasi uterus. Rahim dapat didektrorotasi sehingga ligamentum sirkular kiri lebih anterior dan lebih dekat ke garis tengah. Dalam kasus seperti itu, penempatan histerotomi dimodifikasi untuk menjaga sayatan tetap terpusat di segmen bawah. Hal ini menghindari perluasan ke dan laserasi arteri uterina kiri. Peritoneum di atas margin atas kandung kemih dan di atasnya segmen uterus bawah anterior disebut flap kandung kemih, dipertahankan di garis tengah dengan forsep dan diinsisi secara transversal dengan gunting.1
  • 13. Gambar 16. Lapisan serosa vesikouterus longgar di atas kandung kemih yang dipertahankan dengan forsep dan diinsisi dengan gunting Metzenbaum.1 Gunting didorong ke lateral dari garis tengah di setiap sisi untuk lebih membuka peritoneum visceral dan mengekspos miometrium. Insisi peritoneum transversal ini memanjang hampir sepanjang segmen uterus bawah. Ketika margin lateral di setiap sisi didekati, gunting diarahkan agak lebih sefalad (Gambar 17). Tepi bawah peritoneum diangkat dan kandung kemih dipisahkan dari miometrium yang mendasari dengan diseksi tumpul atau tajam dalam ruang vesikouterin (Gambar 18).1 Gambar 17. Serosa longgar di atas batas atas kandung kemih yang diangkat dan diinsisi lateral.1
  • 14. Gambar 18. Potongan melintang yang menunjukkan diseksi tumpul kandung kemih dari uterus yang terkespos pada segmen bawah uterus.1 Secara umum, pemisahan kandung kemih ini tidak melebihi 5 cm. Serviks yang membesar, ketika membedah ke bawah secara kaudal sehingga secara tidak sengaja mengekspos dan kemudian memasuki vagina di bawahnya daripada segmen uterus yang lebih rendah. Namun, dalam kasus dimana histerektomi sesar direncanakan atau diantisipasi, diseksi kandung kemih diperpanjang dianjurkan untuk membantu total histerektomi dan mengurangi risiko sistotomi. Beberapa ahli bedah tidak membuat flap kandung kemih. Keuntungan utama adalah waktu insisi kulit yang lebih pendek untuk pengiriman, namun, data yang mendukung praktik ini terbatas. Rahim dimasukkan melalui segmen rahim bawah sekitar 1 cm di bawah batas peritoneum dan penting menempatkan insisi rahim yang relatif lebih tinggi pada wanita dengan dilatasi serviks lanjut atau komplit. Insisi serviks atau vagina di segmen bawah rahim ke dalam serviks dapat menciptakan distorsi anatomi serviks pascaoperasi yang signifikan. Penempatan yang benar menggunakan refleksi serosal vesicouterine sebagai panduan. Insisi Uterus Sampai sekarang insisi pada uterus yang sangat dianjurkan adalah insisi transversal. Belum ada penelitian terbaru yang mengkhususkan tentang insisi pada uterus. Dikenal beberapa jenis insisi pada uterus. Masing-masing jenis ini memiliki keuntungan dan kerugian tersendiri. Gambar 19. Macam-macam insisi uterus.24
  • 15. 1. Low transverse incision: insisi yang paling sering digunakan, memiliki beberapa keuntungan, diantaranya adalah risiko untuk mencederai arteri uterina jauh lebih sedikit, dan operator memiliki akses yang lebih luas dalam melahirkan janin.23,24 2. J incision: jarang digunakan, dengan insisi ini operator memiliki akses yang lebih leluasa dalam melahirkan janin, terutama pada janin dengan letak lintang. Kelemahannya adalah penyembuhan miometrium pada insisi ini kurang baik, sehingga jarang digunakan, dan juga besarnya risiko bagi janin untuk terluka akibat terkena insisi scalpel.24,25 3. T incision: Insisi ini biasanya merupakan insisi yang bersifat darurat, berawal dari low transverse incision, namun kemudian operator menemui kendala dalam melahirkan bayi (letak lintang, presentasi bokong, anak kemkbar) sehingga dilakukan insisi ini. Kelemahannya adalah insisi ini memiliki tingkat penyembuhan yang paling buruk setelah classic incision.24,25 4. Low vertical incision: insisi ini, meskipun memiliki tingkat kesembuhan yang lebih baik dibandingkan insisi klasik, namun tidak banyak digunakan karena risiko untuk meluas sampai ke bladder cukup tinggi.24,25 5. Double J atau “Trap door” incision: ini adalah alternatif “insisi darurat” yang lebih dianjurkan jika operator menemui kesulitan dalam melahirkan janin dengan low vertical incision. Insisi ini dianggap lebih aman daripada T incision pada kasus persalinan pervaginam pada bekas SC. Namun kelemahan insisi ini adalah besarnya risiko bagi janin untuk terluka akibat insisi scalpel.25 6. Classic incision: Insisi ini adalah insisi yang memberikan operator ruang yang lebih leluasa dalam melahirkan janin. Namun memiliki banyak kelemahan, seperti perdarahan intraoperatif yang lebih banyak, durasi operasi yang lebih lama, risiko ruptur uteri yang tinggi. Insisi ini dianjurkan jika ibu tidak berencana memiliki anak lagi.23,24,25
  • 16. Gambar 20. Dilatasi miometrium setelah insisi uterus.16 Hameed dan kawan-kawan (2002) dalam penelitian yang membandingkan insisi transversal pada segmen bawah rahim (SBR) secara semilunar yang diperluas secara tumpul dan insisi transversal sepanjang 3 cm yang juga diperluas secara tumpul mendapatkan hasil bahwa insisi transversal sepanjang 3 cm diperluas ecara tumpul berhubungan dngan perdarahan intraoperatif yang lebih sedikit, dan penyembuhan uterus yang lebih sempurna.26 Selain jenis insisi, teknik meluaskan insisi juga diyakini sangat berpengaruh terhadap luaran pasien pascaoperasi. Beberapa penelitian telah menyimpulkan bahwa perluasan (expansion) insisi pada uterus lebih dianjurkan untuk dilakukan secara tumpul (dengan jari) daripada secara tajam (dengan scalpel ataupun gunting). Perluasan insisi SBR secara tumpul dengan menggunakan jari telah terbukti mengurangi risiko perdarahan, perluasan sampai ke arteri uterina, menghemat waktu operasi, dan menghindari cedera pada janin.22,23,24
  • 17. Gambar 21. Perluasan insisi uterus. A. Perluasan insisi uterus secara tumpul dengan jari telunjuk yang diarahkan ke lateral-lateral. B. Perluasan insisi secara tumpul dengan jari telunjuk yang diarahkan ke cephlad-caudal.17 Penelitian lebih lanjut dilakukan oleh Cromi dan kawan-kawan (2008) tentang perluasan insisi secara tumpul ini. Ia membandingkan dua teknik perluasan insisi secara tumpul pada insisi transversal pada SBR, yaitu perluasan dengan jari telunjuk yang diarahkan ke arah cephalad- caudal. Perluasan insisi ke arah cephalad-caudal ini memiliki beberapa kelebihan, diantaranya adalah mencegah perluaan ke arteri uterina yang sering terjadi pada perluasan ke lateral-lateral, dan memperkecil kemungkinan trauma, dengan menarik miometrium ke cephalad-caudal, insisi akan meluas sesuai dengan alur lapisan otot miometrium yang sirkuler.27 Dari hasil penelitiannya didapatkan bahwa dengan melakukan perluasan insisi secara tumpul ke arah cephalad-caudal, risiko untuk terjadinya perluasan insisi sampai ke arteri uterina dapat diperkecil (7,4% vs 3,7%, P= .03), dan perdarahan intraoperative lebih sedikit (2,0% vs 0,2%, P=.04).27 Rahim dapat diinsisi dengan berbagai teknik. Masing-masing diinisisi dengan menggunakan pisau bedah untuk melukai segmen uterus bawah yang terbuka secara transversal 1 sampai 2 cm di garis tengah (Gambar 22) dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari laserasi janin. Entri tumpul yang hati-hati menggunakan hemostat atau ujung jari untuk membagi otot. Setelah rahim dibuka, insisi dapat diperpanjang dengan hanya menyebarkan sayatan, menggunakan tekanan lateral dan sedikit ke atas diterapkan dengan masing-masing jari telunjuk (Gambar 23). Jika segmen uterus bawah tebal, potong lateral dan kemudian sedikit ke atas dengan
  • 18. gunting perban akan memperpanjang sayatan. Ketika gunting digunakan, jari telunjuk dan garis tengah tangan yang tidak dominan harus di bawah miometrium dan di atas bagian janin untuk mencegah laserasi janin. Ekstensi tajam dikaitkan dengan peningkatan kehilangan darah, perubahan hematokrit pasca operasi, kebutuhan transfusi, dan tingkat infeksi tidak berbeda. Insisi uterus harus dibuat cukup besar untuk memungkinkan persalinan kepala dan badan janin tanpa merobek atau harus memotong ke dalam pembuluh darah uterus yang mengalir sepanjang margin uterus lateral. Jika plasenta ditemukan pada garis insisi, maka harus dilepas atau diiris. Ketika plasenta diinsisi, perdarahan janin mungkin parah. Gambar 22. Miometrium yang diinsisi secara hati-hati untuk menghindari robekan kepala janin.1 Histerotomi transversal rendah terkadang dipilih tetapi memberikan ruang yang tidak memadai untuk persalinan. Dalam kasus seperti itu, satu sudut sayatan histerotomi diperluas cephalad ke bagian kontraktil miometrium (insisi J). Jika dapat selesai secara bilateral, insisi U akan terbentuk. Terakhir, beberapa orang memilih untuk memperpanjang di garis tengah sebagai insisi T. Tindakan ini telah dikaitkan dengan kehilangan darah intraoperatif yang lebih tinggi. Selain itu, karena hal ini meluas ke bagian kontraktil, percobaan persalinan dan persalinan pervaginam lebih mungkin dikontraindikasikan pada kehamilan berikutnya.1
  • 19. Gambar 23. Setelah memasuki cavitas uterus, insisi diperluas lateral dengan jari atau gunting.1 Sampai sekarang insisi pada uterus yang sangat dianjurkan adalah insisi transversal. Belum ada penelitian terbaru yang mengkhususkan tentang insisi pada uterus.