DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
Appendektom1
1. APPENDEKTOMI LAPAROSKOPIK
Introduksi
a. Definisi :
Suatu tindakan pembedahan dengan membuang apendik
b. Ruang lingkup :
Diagnosis apendisitis akut ditegakkan berdasarkan gejala klinis, yang dimulai dari rasa tidak
nyaman di epigastrium yang kemudian berpindah dan menetap di titik Mc Burney, panas badan
meningkat disertai muntah, pada keadaan yang meragukan diperlukan pemeriksaan penunjang
USG atau CT scan
c. Indikasi Operasi :
Apendisitis akut dan appendicitis kronik
d. Kontra indikasi relatif
Wanita dengan kehamilan trimester kedua dan ketiga
Penyulit radang pelvis dan endometriosis
e. Diagnosis Banding
Mesenterik adenitis akut
Gastroentritis akut
Penyakit urogenital pada laki-laki seperti torsio testis, epididimitis akut, seminal
vesikulitis
Meckel’s divertikulitis
Intususepsi
Enteritis Crohn
Ulkus peptikum perforasi
Lesi pada kolon (divertikulitis, perforasi karsinoma caecum)
Appendicitis epiploika
Infeksi saluran kemih
Batu ureter
Peritonitis primer
Purpura Henoch-Schonlein
Yersinosis
Kelainan ginekologik: PID, ruptur folikel de Graaf, KET, Kistoma ovarii terpuntir
f. Pemeriksaan penunjang
Foto thoraks
USG abdomen
CT Scan
2. Algoritma Appendicitis
Tehnik operasi
1. Penderita posisi supine dan dalam narkose
2. Desinfeksi pada dada bagian bawah dan seluruh abdomen.
3. Insisi dibawah umbilikalis sepanjang 10-12 mm. Dengan veress needledimasukkan CO2 sampai
tekanan 10-12 cmHg. Trokar I (10-12 mm) dimasukkan secara buta → untuk port Kamera.
4. Trokar kedua 5 mm dimasukkan di kwadran kiri bawah disebelah lateral m. rectus abdominis →
untuk port tindakan tangan kanan
5. Trokar ketiga 5 mm dimasukkan pada linea mediana didaerah suprapubis dengan menghindari
kandung kemih → untuk port tindakan tangan kiri.
6. Posisi penderita diubah menjadi Trendelenberg dan sedikit miring kekiri
7. Dengan forcep messoapendiks dipegang
8. Dengan alat diseksi, messoapendik dibebaskan dari apendiks dengan kauter dan klip
9. Dilakukan pemasangan 2 buah lasso (endoloop) pada basis apendiks, kemudian apendiks
dipotong di antara kedua lasso dengan alat diseksi.
10. Apendiks dipegang dengan grasper pada bagian pangkal dan dikeluarkan melalui port
umbilikus
11. Daerah apendik dicuci dan diperiksa keadaan caecum dan ileum
12. Port 5 mm dicabut dengan dilihat langsung melalui videoscope untuk meyakinkan tidak
terjadi perdarahan dari pembuluh darah dinding abdomen
13. Port umbilikus dicabut dan fascia dijahit kembali.
g. Mortalitas
Mortalitas pasca apendektomi laparoskopik 0,06%.
h. Perawatan Pasca bedah
Pasca bedah penderita dirawat di ruangan 3-4 hari, diobservasi komplikasi seperti nyeri pasca
operasi, gangguan motilitas usus. Setelah pasase usus baik penderita bisa mulai diet per oral.
i. Follow–Up
Pasca operasi perlu diperiksa adanya infeksi luka operasi.
3. APPENDEKTOMI TERBUKA
Introduksi
a. Definisi
Suatu tindakan pembedahan dengan membuang appendiks vermiformis
b. Ruang lingkup
Diagnosis ditegakkan berdasarkan klinis, rasa tidak nyaman seluruh perut terutama di
epigastrium yang kemudian menjadi nyeri menetap di titik Mc Burney, panas badan menigkat
kadang disertai muntah
Massa (-), pada periapendikuler infiltrate teraba masse yang nyeri tekan pada perut kanan bawah,
defans muskuler (+)
Colok dubur nyeri jam 9-11
c. Indikasi operasi
apendisitis akut
periapendikuler infiltrat
apendisitis perforata
d. Diagnosis Banding
Batu ureter kanan
Kelainan ginekologik
Tumor sekum
Crohn’s disease
Kehamilan ektopik terganggu
Colitis
e. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium rutin dan Urine lengkap (untuk wanita ditambahkan PPT)
USG abdomen (tidak rutin)
CT scan pada kasus
Teknik Operasi
1. Penderita posisi terlentang → dilakukan desinfeksi seluruh abdomen dan dada bagian bawah
→ dipersempit dengan doek steril.
2. Insisi dengan arah oblik melalui titik Mc Burney tegak lurus antara SIAS dan umbilikus
(Irisan Gridiron), irisan lain yang dapat dilakukan adalah insisi tranversal dan paramedian.
3. Irisan diperdalam dengan memotong lemak dan mencapai aponeurosis MOE (Muskulus
Oblikus Eksternus).
4. MOE dibuka sedikit dengan skalpel searah dengan seratnya, kemudian diperlebar ke lateral
dan ke medial dengan pertolongan pinset anatomi. Pengait luka tumpul dipasang di bawah MOE,
tampak di bawah MOE adalah MOI (Muskulus Oblikus Internus).
5. MOI dibuka secara tumpul dengan gunting atau klem arteri searah dengan seratnya sampai
tampak lemak peritoneum, dengan haak LangenBack otot dipisahkan. Pengait dipasang dibawah
muskulus tranversus abdominis.
4. 6. Peritoneum yang berwarna putih dipegang dengan menggunakan 2 pinset bedah dan dibuka
dengan gunting, perhatikan apa yang keluar: pus, udara, atau cairan lain (darah, feses dll) →
periksa kultur dan tes kepekaan kuman dari cairan yang keluar tsb. Kemudian pengait luka
diletakkan di bawah peritoneum
7. Sekum (yang berwarna lebih putih, memiliki taenia koli dan haustra) dicari dan diluksir.
Apendiks yang basisnya terletak pada pertemuan tiga taenia mempunyai bermacam2 posisi:
antesekal, retrosekal, anteileal, retroileal, dan pelvinal
8. Setelah ditemukan, sekum dipegang dengan darm pinset dan ditarik keluar, dengan kassa
basah sekum dikeluarkan kearah mediokaudal, sekum yang telah keluar dipegang oleh asisten
dengan dengan ibu jari berada di atas.
9. Mesenterium dengan ujung apendiks di pegang dengan klem Kocher kemudian mesoapendiks
diklem potong dan diligasi berturut-turut sampai pada basis apendiks dengan silk 3/0.
10. Pangkal apendiks di crush dengan klem kocher dan pada bekas crush tersebut diikat dengan
silk No. 00 – 2 ikatan.
11. Dibagian distal dari ikatan diklem dengan Kocher dan diantara klem kocher dan ikatan
tersebut apendiks dipotong dengan pisau yang telah diolesi betadine, ujung sisa apendiks
digosok betadine.
12. Sekum dimasukkan ke dalam rongga perut.
13. Dinding abdomen ditutup lapis demi lapis. Pada kasus perforasi, dapat dipasang drain sub
facial.
f. Komplikasi Operasi
Durante Operasi: perdarahan intra peritoneal, dinding perut, robekan sekum atau usus
lain.
Pasca bedah dini: perdarahan, infeksi, hamatom, paralitik ileus, peritonitis, fistel usus,
abses intraperitoneal.
Pasca bedah lanjut : Obstruksi usus jeratan, hernia sikatrikalis.
g. Mortalitas
0,1 % jika apendiks tidak perforasi
15% jika telah terjadi perforasi
Kematian tersering karena sepsis, emboli paru atau aspirasi.
h. Perawatan pasca Bedah
Pada hari operasi penderita diberi infus menurut kebutuhan sehari ±2-3 liter cairan RL dan D5%.
Pada apendisitis tanpa perforasi: Antibiotika diberikan hanya 1 x 24 jam. Pada apendisitis
dengan Perforasi: Antibiotika diberikan hingga jika gejala klinis infeksi reda dan laboratorium
normal. (sesuai Kultur kuman). Mobilisasi secepatnya setelah penderita sadar dengan
menggerakkan kaki, miring kekiri dan kanan bergantian dan duduk. Penderita boleh jalan pada
hari pertama pasca bedah. Pemberian makanan peroral dimulai dengan memberi minum sedikitsedikit (50 cc) tiap jam apabila sudah ada aktivitas usus yaitu adanya flatus dan bising usus.
Bilamana dengan pemberian minum bebas penderita tidak kembung maka pemberian makanan
peroral dimulai. Jahitan diangkat pada hari 5-7 pasca bedah.
i. Follow-Up
Kondisi luka, kondisi abdomen, serta kondisi klinis penderita secara keseluruhan.