SlideShare a Scribd company logo
INHALER
                                   OKTORA FERNANDA

        Citra, gadis periang itu hanya duduk termenung di
ranjang berwarna putih susu itu. Air mata tak terhenti dari
wajah mungilnya. Matanya masih menerawang layaknya
mencari keadilan. Badannya lemas dan terkulai. Nafasnya
sesak karena terlalu lama menangis. Wajahnya memerah
dan membengkak. Sembab dan berair. Itulah keadaan
gadis berusia 16 tahun itu.
        Dipandanginya sebuah foto yang terletak di atas
meja. Sesekali dia meneliti sela-sela kamar yang luas itu.
Masih tertata sangat rapi. Buku-buku tebal masih tersusun
di rak-rak yang sesuai dengan tempatnya. Citra hanya
diam dan terpaku. Kemudian dia berusaha berdiri dan
meraih sebuah bingkai berisi foto seorang anak laki-laki
berusia 10 tahun yang menggendong anak kecil berambut ikal dan berkuncir kuda. Ya, itulah
Citra, 13 tahun yang lalu. Jelas teringat masa-masa itu di benaknya. Dan foto itu membuatnya
lemas dan terduduk tidak berdaya. Karena mungkin baginya, ini hanya sebuah mimpi buruk
belaka.
        Di otak Citra, hanya teringat masa-masa dimana dia masih menikmati masa kecilnya
yang menyenangkan bersama Dimas, kakaknya. Disaat dia masih mendapatkan kasih sayang
dari saudara satu-satunya itu.
        6 bulan sebelumnya, Dimas dan Citra mengalami sebuah pertengkaran hebat yang
membuat mereka menjauh satu sama lain. Ibunya yang menjadi orang tua tunggal, tidak bisa
membuat saudara ini kembali akur seperti semula. Dimas, yang tinggal di rumah kost di
Bandung untuk menyelesaikan kuliahnya, tidak kunjung pulang setelah berhari-hari tidak saling
sapa dengan adik semata wayangnya itu.
        Hingga suatu hari…
        “Bunda, Dimas pulang!” seru Dimas penuh semangat.
        “Alhamdulillah, kamu akhirnya pulang, Nak. Kenapa tidak member Bunda kabar terlebih
dahulu?” Tanya Bunda Dimas.




                                                                                     INHALER
“Maaf, Bunda. Ini tadi pulangnya juga nggak sengaja kok. Soalnya tadi nebeng teman.
Jadinya pulang sekalian…” jawab Dimas dengan tersenyum.
        Kemudian, Citra keluar dari kamarnya. Dengan muka yang datar, dia menatap kakak
lelakinya itu. Dia meunjukkan ekspresi yang kurang ramah terhadap Dimas.
        “Udah pulang sekolahnya?” Tanya Dimas baik-baik.
        “Udah.” Citra menjawab singkat.
        “Eh, diajak ngomong yang sopan dong! Anak kecil kok etika sama orang tuanya kurang
sih? Di sekolah jangan-jangan kamu kayak gitu juga kali?” sindir Dimas.
        “Ya ampun, Kak! Kenapa sih kakak selalu menganggap anak kecil? Toh aku juga udah
kelas XII! Bentar lagi kuliah juga bareng Kakak! Kenapa Kakak ngga pernah nganggap aku dewasa
sekalipun!”
        “Udah punya KTP? Udah punya SIM? Iya? Udah? Kamu itu loh masih jadi repotnya
Bunda. Jadi yang nurut kalau Bunda ngomong!”
        “Aku nurut terus kalau Bunda ngomong! Kakak saja yang tidak pernah menganggapku
dewasa sedikitpun! Kak, dewasa bukan diukur dari KTP ataupun SIM. Bukan! Aku bingung,
mengapa kakak tidak pernah menganggapku dewasa. Aku ini sudah besar, Kak. Aku sudah 16
tahun! Hampir 17 tahun pula!”
        “Terus? Dik, aku ini melindungimu. Aku ini mempunyai kewajiban untuk menjagamu.
Kamu mengerti?”
        “Halah… apa pedulinya aku? Aku sudah bisa jaga diri!” ujar Citra seraya pergi.
        Ibu mereka hanya bisa diam dan menangis melihat anaknya yang dahulu selalu
menghabiskan waktu bersama, sekarang hanya saling membentak. Masalah mereka sebenarnya
sepele, Dimas, sang kakak, selalu menganggap adiknya seorang anak kecil. Jarak usia mereka
yang terlalu jauh, tanpa ayah, dan beban yang berat, mungkin membuat Dimas berlaku seperti
ini.
        Malam harinya, Citra berencana keluar untuk pergi ke sebuah acara ulang tahun
temannya. Dia sudah berpakaian layaknya seorang puteri. Sambil berjalan riang, dia keluar dari
kamarnya yang kecil dan rapi itu.
        “Mau kemana?” Tanya Dimas mengagetkannya.
        “Aku mau pergi ke rumah temanku. Dia berulang tahun hari ini.” Jawab Citra.
        “Tidak usah pergi. Aku tidak memperbolehkanmu untuk pergi malam-malam. Kamu tahu
kan, betapa bahayanya luar sana kalau malam begini?”
        “Kak, aku bisa jaga diri! Aku pergi bersama teman-temanku juga kok!”
        “Membentak? Kakak tidak tahu harus mengingatkanmu dengan apa. Semakin lama
kamu semakin membangkang! Sudah sana masuk! Udara malam tidak bagus untuk
kesehatanmu!”
        “Halah! Lagi-lagi aku salah di mata kakak! Terserah! Pokoknya aku pergi!” katanya sambil
berlalu pergi keluar rumah.


                                                                                        INHALER
Dimas hanya bisa memandangi adiknya pergi bersama teman-temannnya. Di dalam
mobil yang ditumpangi Citra, ada anak lelaki juga. Dimas semakin geram. Akhirnya, dia
memutuskan untuk mengikuti kemana dan mengawasi tingkah laku adiknya.
        Walaupun udara terasa dingin, Dimas tetap pergi, tanpa memperdulikan penyakit
asmanya. Yang dipikirkan hanyalah keselamatan adiknya saja.
        Dimas mengikuti ke mana arah mobil itu pergi dengan menggunakan motornya.
Kemudian, mobil itu berhenti di sebuah rumah minimalis besar, dan mewah. Disana sudah
ramai dengan anak-anak yang sebaya dengan Citra. Dan Dimas, memutuskan untuk menunggu
di seberang jalan dan duduk di atas sepeda motornya.
        2 jam sudah berlalu. Ditengoklah jam tangannya. Sudah menunjukkan pukul 23.34.
Tetapi Citra belum juga menampakkan batang hidungnya. Udara luarpun semakin dingin. Dimas,
yang hanya menggunakan kemeja berlengan panjang itu mulai pucat. Dicarinya inhalerdi tas
ranselnya. Hasilnya, nihil. Dia baru teringat bahwa botol oksigen yang selalu dibawanya ke
mana-mana itu tertinggal di rumah. Dia mulai bingung dan gugup. Napasnya sudah terlanjur
sesak. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Jalanan sudah sepi. Tidak ada satupun orang yang
melintas. Dan akhirnya, dia lemas. Dia tidak bisa bernapas lagi.
        Tak lama berselang, salah seorang anak keluar dari rumah tersebut. Dia terlihat kaget
melihat seorang laki-laki tergeletak di seberang jalan. Dihampirinya tubuh yang terkulai itu.
Dirasanya bawah hidung Dimas. Tak ada napas. Anak itupun kaget dan kembali masuk rumah
untuk mengabarkan hal ini kepada yang lain.
        Semua orang di rumah itu berhamburan keluar, termasuk Citra. Citra merasa kaget
ketika melihat yang di bopong teman-temannya adalah kakak lelakinya. Terlihat di seberang
jalan motornya terparkir sempurna. Dengan wajah penuh kesedihan, berlarilah dia ke tubuh
kakaknya yang sudah dipindahkan ke teras rumah itu. Diberinya pertolongan pertama kepada
Dimas. Tapi tidak menimbulkan efek apapun. Dimas sudah diam, dan tidak bernyawa. Citra
duduk disamping tubuh kakaknya, dan menangis sejadi-jadinya. Dia tidak menyangka, bahwa
sang kakak akan meninggalkan dirinya begitu cepat.
        Setibanya di rumah, Ibu Citra langsung memeluk putrinya. Matanya yang sayu
menandakan dia baru saja menangis. Tapi dia tahu, bahwa Citra lebih membutuhkan dukungan
daripada dirinya.
        Citra, gadis 16 tahun itu, terduduk dan memeluk bingkai berisi fotonya dan Dimas
sewaktu kecil. Kemudian berjalanlah dia menuju ranjang. Dilihatnya sebotol kecil oksigen
tergeletak di atas ranjang. Lalu, sambil menangis dia berkata, “Andai saja kau membawa inhaler
ini, kak…”




                                                                                      INHALER

More Related Content

What's hot

Naskah drama qada dan qadar
Naskah drama qada dan qadarNaskah drama qada dan qadar
Naskah drama qada dan qadar
noussevarenna
 
Naskah drama perpecahan 3 sahabat
Naskah drama perpecahan 3 sahabatNaskah drama perpecahan 3 sahabat
Naskah drama perpecahan 3 sahabat
agung hanafi
 
Cerpen
CerpenCerpen
Bersama IPA 4 2012-2013
Bersama IPA 4 2012-2013Bersama IPA 4 2012-2013
Bersama IPA 4 2012-2013
Burhan Bageur
 
Cerpen difabel versi pinky
Cerpen difabel versi pinkyCerpen difabel versi pinky
Cerpen difabel versi pinkypinkycantik
 
Cerpen Tentang Sebuah Perbedaan
Cerpen Tentang Sebuah PerbedaanCerpen Tentang Sebuah Perbedaan
Cerpen Tentang Sebuah Perbedaan
Irfan Rosyidin
 
Cerpen d hikayat
Cerpen d hikayatCerpen d hikayat
Cerpen d hikayat
Aura Net
 
PUISI Rispawati
PUISI RispawatiPUISI Rispawati
PUISI Rispawati
Rispa_wati
 
nilai murni
nilai murni nilai murni
nilai murni
Pei Fen Tong
 
You Are Not My Destiny @Wahyudimanda @memeyartika
You Are Not My Destiny @Wahyudimanda @memeyartikaYou Are Not My Destiny @Wahyudimanda @memeyartika
You Are Not My Destiny @Wahyudimanda @memeyartika
Makmun Rasyid
 
1st love never die camarillo maxwell
1st love never die   camarillo maxwell1st love never die   camarillo maxwell
1st love never die camarillo maxwell
onessfee
 
Naskah drama
Naskah dramaNaskah drama
Naskah drama
Fadhli Syar
 
Ibu jangan pergi lagi
Ibu jangan pergi lagiIbu jangan pergi lagi
Ibu jangan pergi lagi
Rania Mondey
 
Ibu jangan pergi lagi
Ibu jangan pergi lagiIbu jangan pergi lagi
Ibu jangan pergi lagi
Rania Mondey
 
Cinta Biasa (Teaser)
Cinta Biasa (Teaser)Cinta Biasa (Teaser)
Cinta Biasa (Teaser)
Hermawan Wicaksono
 
naskah drama lentera hati di tengah gelapnya dunia
naskah drama lentera hati di tengah gelapnya dunianaskah drama lentera hati di tengah gelapnya dunia
naskah drama lentera hati di tengah gelapnya duniaSiti Jum'atun
 

What's hot (20)

Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 
Naskah drama qada dan qadar
Naskah drama qada dan qadarNaskah drama qada dan qadar
Naskah drama qada dan qadar
 
Naskah drama perpecahan 3 sahabat
Naskah drama perpecahan 3 sahabatNaskah drama perpecahan 3 sahabat
Naskah drama perpecahan 3 sahabat
 
Sadam
SadamSadam
Sadam
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 
Bersama IPA 4 2012-2013
Bersama IPA 4 2012-2013Bersama IPA 4 2012-2013
Bersama IPA 4 2012-2013
 
Asin
AsinAsin
Asin
 
Cerpen difabel versi pinky
Cerpen difabel versi pinkyCerpen difabel versi pinky
Cerpen difabel versi pinky
 
Nilai murni 2012
Nilai murni 2012Nilai murni 2012
Nilai murni 2012
 
Cerpen Tentang Sebuah Perbedaan
Cerpen Tentang Sebuah PerbedaanCerpen Tentang Sebuah Perbedaan
Cerpen Tentang Sebuah Perbedaan
 
Cerpen d hikayat
Cerpen d hikayatCerpen d hikayat
Cerpen d hikayat
 
PUISI Rispawati
PUISI RispawatiPUISI Rispawati
PUISI Rispawati
 
nilai murni
nilai murni nilai murni
nilai murni
 
You Are Not My Destiny @Wahyudimanda @memeyartika
You Are Not My Destiny @Wahyudimanda @memeyartikaYou Are Not My Destiny @Wahyudimanda @memeyartika
You Are Not My Destiny @Wahyudimanda @memeyartika
 
1st love never die camarillo maxwell
1st love never die   camarillo maxwell1st love never die   camarillo maxwell
1st love never die camarillo maxwell
 
Naskah drama
Naskah dramaNaskah drama
Naskah drama
 
Ibu jangan pergi lagi
Ibu jangan pergi lagiIbu jangan pergi lagi
Ibu jangan pergi lagi
 
Ibu jangan pergi lagi
Ibu jangan pergi lagiIbu jangan pergi lagi
Ibu jangan pergi lagi
 
Cinta Biasa (Teaser)
Cinta Biasa (Teaser)Cinta Biasa (Teaser)
Cinta Biasa (Teaser)
 
naskah drama lentera hati di tengah gelapnya dunia
naskah drama lentera hati di tengah gelapnya dunianaskah drama lentera hati di tengah gelapnya dunia
naskah drama lentera hati di tengah gelapnya dunia
 

Viewers also liked

Презентация проект СИПС
Презентация проект СИПСПрезентация проект СИПС
Презентация проект СИПСAlexey Manaenkov
 
Optymalizacja zapasow prezentacja-v3
Optymalizacja zapasow prezentacja-v3Optymalizacja zapasow prezentacja-v3
Optymalizacja zapasow prezentacja-v3
Michal Pajdak
 
Aspectos Sociales y Contratación Pública
Aspectos Sociales y Contratación PúblicaAspectos Sociales y Contratación Pública
Aspectos Sociales y Contratación Pública
German Bouso
 
Adaptasi komunitas biologi
Adaptasi komunitas biologiAdaptasi komunitas biologi
Adaptasi komunitas biologi
Zhoel Naen
 
Educación 2
Educación 2Educación 2
Ar verbs
 Ar verbs  Ar verbs
Ar verbs
LucyGarciaFischer
 
Transcription letterman
Transcription lettermanTranscription letterman
Transcription letterman
mora-deyanira
 
Gestão de Projetos e Programas - Aula # 10
Gestão de Projetos e Programas - Aula # 10Gestão de Projetos e Programas - Aula # 10
Gestão de Projetos e Programas - Aula # 10
Ethel Capuano
 
Smart workshop document
Smart workshop documentSmart workshop document
Smart workshop documentRatcha Khwan
 
EAI Non-Compliance Infographic
EAI Non-Compliance InfographicEAI Non-Compliance Infographic
EAI Non-Compliance Infographic
Ideba
 
cosplay photography5
cosplay photography5cosplay photography5
cosplay photography5YU YOU DESIGN
 
Paradigmawechsel in der Event-Kommunikation von Peter Cramer
Paradigmawechsel in der Event-Kommunikation von Peter CramerParadigmawechsel in der Event-Kommunikation von Peter Cramer
Paradigmawechsel in der Event-Kommunikation von Peter CramerEMEXManagement
 
Untitled
UntitledUntitled
Untitled
LUISJAMORALES76
 
Lifehacking1, Cybersoek, Danielle Davidson, Traning voor de Bibliotheek voor ...
Lifehacking1, Cybersoek, Danielle Davidson, Traning voor de Bibliotheek voor ...Lifehacking1, Cybersoek, Danielle Davidson, Traning voor de Bibliotheek voor ...
Lifehacking1, Cybersoek, Danielle Davidson, Traning voor de Bibliotheek voor ...
BVOCYBERSOEK
 
Fa12 w200-w5-part4
Fa12 w200-w5-part4Fa12 w200-w5-part4
Fa12 w200-w5-part4
educw200
 
Guy_Matte_CV
Guy_Matte_CVGuy_Matte_CV
Guy_Matte_CV
Guy Matte
 
tổng quan về activer directory
tổng quan về activer directorytổng quan về activer directory
tổng quan về activer directorydaklak_pro887
 
Qua vadis satakunta?
Qua vadis satakunta?Qua vadis satakunta?
Qua vadis satakunta?TimoAro
 

Viewers also liked (20)

Презентация проект СИПС
Презентация проект СИПСПрезентация проект СИПС
Презентация проект СИПС
 
Optymalizacja zapasow prezentacja-v3
Optymalizacja zapasow prezentacja-v3Optymalizacja zapasow prezentacja-v3
Optymalizacja zapasow prezentacja-v3
 
Aspectos Sociales y Contratación Pública
Aspectos Sociales y Contratación PúblicaAspectos Sociales y Contratación Pública
Aspectos Sociales y Contratación Pública
 
Golos 8
Golos 8Golos 8
Golos 8
 
Adaptasi komunitas biologi
Adaptasi komunitas biologiAdaptasi komunitas biologi
Adaptasi komunitas biologi
 
Educación 2
Educación 2Educación 2
Educación 2
 
Ar verbs
 Ar verbs  Ar verbs
Ar verbs
 
Clove hitch
Clove hitchClove hitch
Clove hitch
 
Transcription letterman
Transcription lettermanTranscription letterman
Transcription letterman
 
Gestão de Projetos e Programas - Aula # 10
Gestão de Projetos e Programas - Aula # 10Gestão de Projetos e Programas - Aula # 10
Gestão de Projetos e Programas - Aula # 10
 
Smart workshop document
Smart workshop documentSmart workshop document
Smart workshop document
 
EAI Non-Compliance Infographic
EAI Non-Compliance InfographicEAI Non-Compliance Infographic
EAI Non-Compliance Infographic
 
cosplay photography5
cosplay photography5cosplay photography5
cosplay photography5
 
Paradigmawechsel in der Event-Kommunikation von Peter Cramer
Paradigmawechsel in der Event-Kommunikation von Peter CramerParadigmawechsel in der Event-Kommunikation von Peter Cramer
Paradigmawechsel in der Event-Kommunikation von Peter Cramer
 
Untitled
UntitledUntitled
Untitled
 
Lifehacking1, Cybersoek, Danielle Davidson, Traning voor de Bibliotheek voor ...
Lifehacking1, Cybersoek, Danielle Davidson, Traning voor de Bibliotheek voor ...Lifehacking1, Cybersoek, Danielle Davidson, Traning voor de Bibliotheek voor ...
Lifehacking1, Cybersoek, Danielle Davidson, Traning voor de Bibliotheek voor ...
 
Fa12 w200-w5-part4
Fa12 w200-w5-part4Fa12 w200-w5-part4
Fa12 w200-w5-part4
 
Guy_Matte_CV
Guy_Matte_CVGuy_Matte_CV
Guy_Matte_CV
 
tổng quan về activer directory
tổng quan về activer directorytổng quan về activer directory
tổng quan về activer directory
 
Qua vadis satakunta?
Qua vadis satakunta?Qua vadis satakunta?
Qua vadis satakunta?
 

Similar to Inhaler

Tugas sbk
Tugas sbkTugas sbk
Tugas sbk
Warnet Raha
 
Deja Vu
Deja VuDeja Vu
Andai a lebih dekat dengan z
Andai a lebih dekat dengan zAndai a lebih dekat dengan z
Andai a lebih dekat dengan zAlfian Akatsuki
 
Aduh! jatuh lagi...
Aduh! jatuh lagi...Aduh! jatuh lagi...
Aduh! jatuh lagi...
Ah Ling
 
Resensi novel - Dia Tanpa Aku by Diana Fitria
Resensi novel - Dia Tanpa Aku by Diana FitriaResensi novel - Dia Tanpa Aku by Diana Fitria
Resensi novel - Dia Tanpa Aku by Diana Fitria
Sabrianah Badaruddin
 
Tentang aku
Tentang akuTentang aku
Tentang aku
Hermansu Herman
 
Cerpen putri
Cerpen putriCerpen putri
Cerpen putri
Obelisk Skyscarper
 
Cc 1
Cc 1Cc 1
Anting (ratna indraswari ibrahim )
Anting (ratna indraswari ibrahim )Anting (ratna indraswari ibrahim )
Anting (ratna indraswari ibrahim )
Arvinoor Siregar SH MH
 
Anting (ratna indraswari ibrahim )
Anting (ratna indraswari ibrahim )Anting (ratna indraswari ibrahim )
Anting (ratna indraswari ibrahim )
arvin2014
 
Persahabatan yang rapuh
Persahabatan yang rapuhPersahabatan yang rapuh
Persahabatan yang rapuh
Amore Tsuki
 
kuis ptm.docx
kuis ptm.docxkuis ptm.docx
kuis ptm.docx
GoldaMair2
 
Ciuman seorang anak
Ciuman seorang anakCiuman seorang anak
Ciuman seorang anak
heri baskoro
 
STORY TREATMENT
STORY TREATMENTSTORY TREATMENT
STORY TREATMENT
Pere Sumbada
 
Kulakukan karena cinta
Kulakukan karena cintaKulakukan karena cinta
Kulakukan karena cinta
Sunny Ardi
 
Lelaki di usia senja
Lelaki di usia senjaLelaki di usia senja
Lelaki di usia senja
bubud75
 
Cinta dan tahajud terakhir
Cinta dan tahajud terakhirCinta dan tahajud terakhir
Cinta dan tahajud terakhirRio Soeqer
 

Similar to Inhaler (20)

Tugas sbk
Tugas sbkTugas sbk
Tugas sbk
 
Deja Vu
Deja VuDeja Vu
Deja Vu
 
Ulfa (po)
Ulfa (po)Ulfa (po)
Ulfa (po)
 
Andai a lebih dekat dengan z
Andai a lebih dekat dengan zAndai a lebih dekat dengan z
Andai a lebih dekat dengan z
 
Aduh! jatuh lagi...
Aduh! jatuh lagi...Aduh! jatuh lagi...
Aduh! jatuh lagi...
 
Post 1
Post 1Post 1
Post 1
 
Resensi novel - Dia Tanpa Aku by Diana Fitria
Resensi novel - Dia Tanpa Aku by Diana FitriaResensi novel - Dia Tanpa Aku by Diana Fitria
Resensi novel - Dia Tanpa Aku by Diana Fitria
 
Tentang aku
Tentang akuTentang aku
Tentang aku
 
Cerpen putri
Cerpen putriCerpen putri
Cerpen putri
 
Cc 1
Cc 1Cc 1
Cc 1
 
Anting (ratna indraswari ibrahim )
Anting (ratna indraswari ibrahim )Anting (ratna indraswari ibrahim )
Anting (ratna indraswari ibrahim )
 
Anting (ratna indraswari ibrahim )
Anting (ratna indraswari ibrahim )Anting (ratna indraswari ibrahim )
Anting (ratna indraswari ibrahim )
 
Persahabatan yang rapuh
Persahabatan yang rapuhPersahabatan yang rapuh
Persahabatan yang rapuh
 
kuis ptm.docx
kuis ptm.docxkuis ptm.docx
kuis ptm.docx
 
Ciuman seorang anak
Ciuman seorang anakCiuman seorang anak
Ciuman seorang anak
 
Friendship
FriendshipFriendship
Friendship
 
STORY TREATMENT
STORY TREATMENTSTORY TREATMENT
STORY TREATMENT
 
Kulakukan karena cinta
Kulakukan karena cintaKulakukan karena cinta
Kulakukan karena cinta
 
Lelaki di usia senja
Lelaki di usia senjaLelaki di usia senja
Lelaki di usia senja
 
Cinta dan tahajud terakhir
Cinta dan tahajud terakhirCinta dan tahajud terakhir
Cinta dan tahajud terakhir
 

Inhaler

  • 1. INHALER OKTORA FERNANDA Citra, gadis periang itu hanya duduk termenung di ranjang berwarna putih susu itu. Air mata tak terhenti dari wajah mungilnya. Matanya masih menerawang layaknya mencari keadilan. Badannya lemas dan terkulai. Nafasnya sesak karena terlalu lama menangis. Wajahnya memerah dan membengkak. Sembab dan berair. Itulah keadaan gadis berusia 16 tahun itu. Dipandanginya sebuah foto yang terletak di atas meja. Sesekali dia meneliti sela-sela kamar yang luas itu. Masih tertata sangat rapi. Buku-buku tebal masih tersusun di rak-rak yang sesuai dengan tempatnya. Citra hanya diam dan terpaku. Kemudian dia berusaha berdiri dan meraih sebuah bingkai berisi foto seorang anak laki-laki berusia 10 tahun yang menggendong anak kecil berambut ikal dan berkuncir kuda. Ya, itulah Citra, 13 tahun yang lalu. Jelas teringat masa-masa itu di benaknya. Dan foto itu membuatnya lemas dan terduduk tidak berdaya. Karena mungkin baginya, ini hanya sebuah mimpi buruk belaka. Di otak Citra, hanya teringat masa-masa dimana dia masih menikmati masa kecilnya yang menyenangkan bersama Dimas, kakaknya. Disaat dia masih mendapatkan kasih sayang dari saudara satu-satunya itu. 6 bulan sebelumnya, Dimas dan Citra mengalami sebuah pertengkaran hebat yang membuat mereka menjauh satu sama lain. Ibunya yang menjadi orang tua tunggal, tidak bisa membuat saudara ini kembali akur seperti semula. Dimas, yang tinggal di rumah kost di Bandung untuk menyelesaikan kuliahnya, tidak kunjung pulang setelah berhari-hari tidak saling sapa dengan adik semata wayangnya itu. Hingga suatu hari… “Bunda, Dimas pulang!” seru Dimas penuh semangat. “Alhamdulillah, kamu akhirnya pulang, Nak. Kenapa tidak member Bunda kabar terlebih dahulu?” Tanya Bunda Dimas. INHALER
  • 2. “Maaf, Bunda. Ini tadi pulangnya juga nggak sengaja kok. Soalnya tadi nebeng teman. Jadinya pulang sekalian…” jawab Dimas dengan tersenyum. Kemudian, Citra keluar dari kamarnya. Dengan muka yang datar, dia menatap kakak lelakinya itu. Dia meunjukkan ekspresi yang kurang ramah terhadap Dimas. “Udah pulang sekolahnya?” Tanya Dimas baik-baik. “Udah.” Citra menjawab singkat. “Eh, diajak ngomong yang sopan dong! Anak kecil kok etika sama orang tuanya kurang sih? Di sekolah jangan-jangan kamu kayak gitu juga kali?” sindir Dimas. “Ya ampun, Kak! Kenapa sih kakak selalu menganggap anak kecil? Toh aku juga udah kelas XII! Bentar lagi kuliah juga bareng Kakak! Kenapa Kakak ngga pernah nganggap aku dewasa sekalipun!” “Udah punya KTP? Udah punya SIM? Iya? Udah? Kamu itu loh masih jadi repotnya Bunda. Jadi yang nurut kalau Bunda ngomong!” “Aku nurut terus kalau Bunda ngomong! Kakak saja yang tidak pernah menganggapku dewasa sedikitpun! Kak, dewasa bukan diukur dari KTP ataupun SIM. Bukan! Aku bingung, mengapa kakak tidak pernah menganggapku dewasa. Aku ini sudah besar, Kak. Aku sudah 16 tahun! Hampir 17 tahun pula!” “Terus? Dik, aku ini melindungimu. Aku ini mempunyai kewajiban untuk menjagamu. Kamu mengerti?” “Halah… apa pedulinya aku? Aku sudah bisa jaga diri!” ujar Citra seraya pergi. Ibu mereka hanya bisa diam dan menangis melihat anaknya yang dahulu selalu menghabiskan waktu bersama, sekarang hanya saling membentak. Masalah mereka sebenarnya sepele, Dimas, sang kakak, selalu menganggap adiknya seorang anak kecil. Jarak usia mereka yang terlalu jauh, tanpa ayah, dan beban yang berat, mungkin membuat Dimas berlaku seperti ini. Malam harinya, Citra berencana keluar untuk pergi ke sebuah acara ulang tahun temannya. Dia sudah berpakaian layaknya seorang puteri. Sambil berjalan riang, dia keluar dari kamarnya yang kecil dan rapi itu. “Mau kemana?” Tanya Dimas mengagetkannya. “Aku mau pergi ke rumah temanku. Dia berulang tahun hari ini.” Jawab Citra. “Tidak usah pergi. Aku tidak memperbolehkanmu untuk pergi malam-malam. Kamu tahu kan, betapa bahayanya luar sana kalau malam begini?” “Kak, aku bisa jaga diri! Aku pergi bersama teman-temanku juga kok!” “Membentak? Kakak tidak tahu harus mengingatkanmu dengan apa. Semakin lama kamu semakin membangkang! Sudah sana masuk! Udara malam tidak bagus untuk kesehatanmu!” “Halah! Lagi-lagi aku salah di mata kakak! Terserah! Pokoknya aku pergi!” katanya sambil berlalu pergi keluar rumah. INHALER
  • 3. Dimas hanya bisa memandangi adiknya pergi bersama teman-temannnya. Di dalam mobil yang ditumpangi Citra, ada anak lelaki juga. Dimas semakin geram. Akhirnya, dia memutuskan untuk mengikuti kemana dan mengawasi tingkah laku adiknya. Walaupun udara terasa dingin, Dimas tetap pergi, tanpa memperdulikan penyakit asmanya. Yang dipikirkan hanyalah keselamatan adiknya saja. Dimas mengikuti ke mana arah mobil itu pergi dengan menggunakan motornya. Kemudian, mobil itu berhenti di sebuah rumah minimalis besar, dan mewah. Disana sudah ramai dengan anak-anak yang sebaya dengan Citra. Dan Dimas, memutuskan untuk menunggu di seberang jalan dan duduk di atas sepeda motornya. 2 jam sudah berlalu. Ditengoklah jam tangannya. Sudah menunjukkan pukul 23.34. Tetapi Citra belum juga menampakkan batang hidungnya. Udara luarpun semakin dingin. Dimas, yang hanya menggunakan kemeja berlengan panjang itu mulai pucat. Dicarinya inhalerdi tas ranselnya. Hasilnya, nihil. Dia baru teringat bahwa botol oksigen yang selalu dibawanya ke mana-mana itu tertinggal di rumah. Dia mulai bingung dan gugup. Napasnya sudah terlanjur sesak. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Jalanan sudah sepi. Tidak ada satupun orang yang melintas. Dan akhirnya, dia lemas. Dia tidak bisa bernapas lagi. Tak lama berselang, salah seorang anak keluar dari rumah tersebut. Dia terlihat kaget melihat seorang laki-laki tergeletak di seberang jalan. Dihampirinya tubuh yang terkulai itu. Dirasanya bawah hidung Dimas. Tak ada napas. Anak itupun kaget dan kembali masuk rumah untuk mengabarkan hal ini kepada yang lain. Semua orang di rumah itu berhamburan keluar, termasuk Citra. Citra merasa kaget ketika melihat yang di bopong teman-temannya adalah kakak lelakinya. Terlihat di seberang jalan motornya terparkir sempurna. Dengan wajah penuh kesedihan, berlarilah dia ke tubuh kakaknya yang sudah dipindahkan ke teras rumah itu. Diberinya pertolongan pertama kepada Dimas. Tapi tidak menimbulkan efek apapun. Dimas sudah diam, dan tidak bernyawa. Citra duduk disamping tubuh kakaknya, dan menangis sejadi-jadinya. Dia tidak menyangka, bahwa sang kakak akan meninggalkan dirinya begitu cepat. Setibanya di rumah, Ibu Citra langsung memeluk putrinya. Matanya yang sayu menandakan dia baru saja menangis. Tapi dia tahu, bahwa Citra lebih membutuhkan dukungan daripada dirinya. Citra, gadis 16 tahun itu, terduduk dan memeluk bingkai berisi fotonya dan Dimas sewaktu kecil. Kemudian berjalanlah dia menuju ranjang. Dilihatnya sebotol kecil oksigen tergeletak di atas ranjang. Lalu, sambil menangis dia berkata, “Andai saja kau membawa inhaler ini, kak…” INHALER