1. NAME : PINKY WIWIN INDRIANA
STUDY : PHYSICS EDUCATION-U 2013 / JAMBI UNIVERSITY
ADRESS : Jl. Lintas jambi-ma.bungo
Rt.17 Rw.05 Kel. Sridadi
Kec. Muara Bulian, Batanghari
Jambi 36613
NO. HP : 085664393469
TITTLE : PILIH KEHIDUPANMU!
2. Akhir tahun 2002 tepat pukul 23.20 WIB terlihat Adi tengah merayakan pergantian
tahun di alun-alun bersama dengan kedua sohibnya. Walaupun suasana hiruk piruk
kemeriahan serta sorak sorai penonton saat salah seorang penyanyi sedang membawakan lagu
di atas panggung hiburan kala itu, tidak membuatnya terlepas akan sesosok bayangan hitam
kurus mungil yang sedang sendirian di rumah. AJI DWI PUTRA satu-satunya keluarga yang
masih ia miliki yaitu seorang adik berumur 5 tahun. Dua bulan yang lalu sang ayah
meninggal dunia karena serangan jantung sedangkan sang bunda pergi entah kemana setelah
kematian sang ayah tersebut, sehingga mereka berdua menjalani hidup ini tanpa kasih sayang
dan didikan dari orang tua, terkadang juga mereka mendapat bantuan dari para tetangga yang
peduli pada keadaan mereka, biasanya sih bude Imah seorang janda dekat rumah yang sudah
menganggap mereka seperti anak sendiri. Bahkan suatu ketika pernah seorang tetangga yang
menyarankan untuk memasukkan mereka ke panti asuhan, tetapi Adi tidak mau karena dia
sanggup bekerja dan akan tetap terus menunggu sampai sang bunda kembali ke rumah.
“Kenapa diam saja? iki seru lho musike di.” Ujar salah seorang teman Adi yang
sedang berjoget ala bebek dengan kedua jempol berputar-putar di sekitar kening. Adi tidak
menjawab apa-apa hanya melambaikan tangan dan tersenyum. Sementara teman yang
satunya menyambung karena memperhatikan yono yang sedang asik berjoget ria, “dasar
kamu ini Yon, kalau sudah ketemu campur sari itu lho malah jadi kayak reog kerasukan.”
Lalu mereka tertawa dengan sendirinya diantara penonton yang lain.
Beberapa saat kemudian Adi menepuk kedua bahu temannya dan memberi isyarat
untuk pulang lebih awal sebelum acara pelepasan kembang api dari bapak wali kota. “Kenapa
di? Nanggung banget, tinggal 30 menit lagi padahal.” Cetus Dimas mendekat pada telinga
Adi karena suasana yang ribut sekali takut tidak mendengarnya. “Iya. Bener kata Dimas.”
Sambung suyono setuju dengan Dimas yang jarang banget mereka bisa sependapat seperti
itu. ‘Ngga apa-apa deh, kasiah Aji di rumah sendirian.’ Dengan sigap Adi
memberikan isyarat kepada temannya.
“Lha. Bukannya Aji tadi bilang mau ke tempat bude Imah?” tanya Yono.
“Iya. Lagian dia sendiri yang ngga mau ikut dan nyuruh kamu aja yang pergi tadi
kan?” sambung Dimas.
3. ‘Memang benar Aji bilang begitu, tapi rasanya ngga tega ninggalin
dia sendirian.’ Jawab Adi agak murung.
“Oh. Yowes kalo gitu, kita pulang bareng-bareng aja sekarang.” Kata Dimas
sementara Yono mendelik melihatnya.
‘Ngga apa-apa kok aku pulang sendiri, kalian nikmatin aja! Kan
jarang ada hiburan yang bikin happy kayak gini.’
“Beneran ngga apa-apa?” Goda Yono sementara Adi mengangguk setelah itu.
“Ya sudah. Kalo begitu hati-hati di jalan ya di?” sela Dimas menepuk bahu Adi
sehingga membuat Adi mengangguk untuk yang kedua kalinya.
Dengan segera Adi meninggalka Dimas dan Yono untuk pulang ke rumah dan
merayakan pergantian tahun dengan adiknya tercinta. Ups. Tidak lupa dia membelikan
kembang api terlebih dahulu.
***
Tidaklah mudah bagi seorang anak berusia 12 tahun seperti ADI SAPUTRA ini
bekerja sebagai tulang punggung bagi adiknya dan harus putus sekoah karena tidak punya
biaya. Sungguh di sayangkan karena Adi tengah duduk di bangku kelas IX SMP, beberapa
bulan lagi menuju Ujian Akhir Nasional. Belum lagi akhir-akhir ini sang adik ingin sekali
masuk SD.
Setiap harinya Adi bekerja serabutan; mulai dari semir sepatu, jualan Koran, jualan
asongan dan mengamen. Dengan hidup modal nekat bekerja apa saja yang penting halal Adi
tidak pernah malu., bahkan suatu ketika juga Adi menjadi pelukis di pinggir jalan. Iya. Adi
memang mempunyai keahlian di balik kekurangannya yang tidak bisa berbicara tersebut.
Bakat melukis Adi diperoleh dari sang ayah, karena sebelum wafat beliau juga seorang
seniman tepatnya pelukis. Hanya saja terkadang Adi mendapat kesulitan saat berkomunikasi
dengan orang lain sebab tidak semua orang mengerti bahasa isyarat para ‘tuna wicara’ kan?
4. Disaat sedang bersama Adi, Ajilah yang membantu sang kakak untuk berkomunikasi
dengan para pelanggan. Salah satunya, “Iya buk. Lukisan kakak Aji bagus banget deh.
Halganya juga mullah.”
“memangnya berapa nak?”
Aji menoleh kakaknya yang tengah memberi isyarat mengacungkan dua dan lima jari.
“dua puyuh ima yibu aja buk.” Jawab Aji.
“kalo begitu, tolong lukis anak ibuk ya? Liat ni, cah ayu udah merengek.”
Kemudian dengan segera Adi membuka peralatan lukisnya yang sederhana dan
menyuruh anak itu duduk di kursi yang ia sediakan. Saat Adi sedang melukis ibu itu
mengobrol dengan Aji yang dari awal memang sudah terkesan padanya.
“kakak kok ngga sekolah nak?”
“kakak Aji halus kelja, bial punya uang banyak. Jadi Aji bisa masuk esde.”
“Oh gitu. Ibu sama bapak kemana?”
“Ibu sama Bapak pelgi jauh, ngga mau pulang-pulang. Mungkin kesel sama Aji kalna
lewel telus.” Ujar Aji dengan polosnya.
Setelah selesai ibu itu membayar Adi dengan berkata, “Lukisan kamu bagus nak. Mau
kerja sama ibu?” tentu saja Adi tidak menolak.
***
“HOORRREEEE!!!” Suara Aji yang menggelegar sambil memeluk dari belakang
membuat sang kakak yang sedang melukis menjadi terkejut hingga menumpahkan cat untuk
lukisannya ke lantai.
‘Ngopo tho ji? Coba jangan jadi hobby kalo ngagetin kakakmu ini.’
Dengan kesal Adi memberi isyarat.
“Aji lulus di Universitas Negeri Semarang ka. Jurusan FKIP FISIKA.”
5. Adi membalikkan badan dan balas memeluk adiknya tercinta hingga menangis
mengubah suasana bahagia menjadi haru. Lalu Adi melepas pelukannya dan berkata,
‘Selamat ya sayang, jangan lupa telpon bu Endang karena berkat beliau
kita bisa seperti saat ini.’
“Sip. Pasti dong ka. Aji juga sayang kakak… tapi sayang ya kak, bude Imah udah
meninggal dunia .” Dan kembali memeluk kakaknya.
Adi memukul Aji, ‘Bodoh’ kemudian Aji menjawab dengan heran, “kenapa ka?
Masak calon guru FISIKA dibilang bodoh sih?” senyum alay mulai terumbar. ‘kakak sudah
masak gudeg sama sambel petis kesukaanmu. Ngga lapar?’ terlihat jelas kebahagiaan Adi
dari gerakan yang sangat bersemangat. “Lapar buanget ka! Tadi siang ngga sempet makan
karena dag dig dug nungguin kelulusan sekolah sekaligus SNMPTN jalur undangan tadi ka.”
Gumam Aji tengah memegang perutnya ala PO teletubies.
Setelah selasai makan seperti biasa merekepun duduk di ruang keluarga dan tidak
bosannya bercerita tentang masa lalu dan harapan untuk masa depannya. Terutama saat
pergantian tahun 2002 saat itu, itu merupakan kenangan tersendiri bagi mereka berdua.
“Terima kasih ya kak.” Lugas Aji membuka cerita.‘ terima kasih untuk apa?’ sambung
Adi agak heran dan Aji menjawab kedua tangan di buka lebar seperti saat berenang,
“seeemuanyaaa”. Dengan kesal Adi menjitak kening adiknya itu, ‘kamukan adikku.
Jadi sudah menjadi kewajibanku untuk selalu menjagamu.’
“Oh ya. Kakak jangan ngurusin Aji terus dong! Biar bisa mandiri kayak kakak. lagian
juga kakak kan harus mikirin masa depan kakak, secara udah umur 25. Liat tuh, mas Yono
aja jagoannya udah 3, mas Dimas jagoannya 2. Lha terus kak Adi kapan mau nyusul?” Goda
Aji pada sang kakak dan dibalas, ‘kakak nunggu Allah yang ngasih jodoh.’
“Usaha dong ka! Emang sih jodoh itu di TANGAN Allah, tapi kalo kakaknya ngga
usaha bisa-bisa jodohnya malah di TAHAN Allah lho. Piye ku?” Adi hanya tersenyum
mendengar ceramah sang adik dan mereka tertawa lepas berdua.
THE END