SlideShare a Scribd company logo
1 of 129
Material Teknik
   Materials Science and Engineering, An
    introduction, William D. Callister Jr, Wiley,
    2004
   Ilmu dan Teknologi Bahan, Lawrence H. Van
    Vlack (terjemahan), Erlangga, 1995
   Pengetahuan Bahan, Tata Surdia dan Shinroku
    Saito, Pradnya Paramita, 1995
   Principle of Materials Science and Engineering,
    William F. Smith, Mc Graw Hill, 1996
   Pendahuluan
   Struktur dan ikatan atom
   Struktur dan cacat kristal
   Sifat mekanik
   Diagram fasa
   Proses anil dan perlakuan panas
   Logam besi
   Logam bukan besi
   Keramik
   Polimer
   Komposit
   Material adalah sesuatu yang disusun/dibuat
    oleh bahan.
   Material digunakan untuk transfortasi hingga
    makanan.
   Ilmu material/bahan merupakan pengetahuan
    dasar tentang struktur, sifat-sifat dan
    pengolahan bahan.
   Logam
    Kuat, ulet, mudah dibentuk dan bersifat penghantar panas
    dan listrik yang baik
   Keramik
    Keras, getas dan penghantar panas dan listrik yang buruk
   Polimer
    kerapatan rendah, penghantar panas dan listrik buruk dan
    mudah dibentuk
   Komposit
    merupakan ganbungan dari dua bahan atau lebih yang
    masing-masing sifat tetap
Material Teknik
   Atom terdiri dari elektron dan inti atom
   Inti atom disusun oleh proton dan neutron
   Elektron mengelilingi inti atom dalam orbitnya
    masing-masing
   Massa elektron 9,109 x 10-28 g dan bermuatan –1,602 x 10-
    19
       C
   Massa proton 1,673 x 10-24 g dan bermuatan 1,602 x 10-19
    C
   Massa neutron 1,675 x 10-24 g dan tidak bermuatan
   Massa atom terpusat pada inti atom
   Jumlah elektron dan proton sama, sedangkan neutron
    neutral, maka atom menjadi neutral
No.   Element   K    L      M        N           O           P           Q
                1    2      3        4           5           6           7 
                s    s p    s p d    s p d  f    s p d  f    s p d  f    s 
1     H         1
2     He        2
3     Li        2    1
4     Be        2    2
5     B         2    2 1
6     C         2    2 2
7     N         2    2 3
8     O         2    2 4
9     F         2    2 5
10    Ne        2    2 6
11    Na        2    2 6    1
12    Mg        2    2 6    2
13    Al        2    2 6    2 1
14    Si        2    2 6    2 2
15    P         2    2 6    2 3
16    S         2    2 6    2 4
17    Cl        2    2 6    2 5
18    Ar        2    2 6    2 6
19    K         2    2 6    2 6 -    1
20    Ca        2    2 6    2 6 -    2
21    Sc        2    2 6    2 6 1    2
22    Ti        2    2 6    2 6 2    2
23    V         2    2 6    2 6 3    2
24    Cr        2    2 6    2 6 5*   1
25    Mn        2    2 6    2 6 5    2
26    Fe        2    2 6    2 6 6    2
27    Co        2    2 6    2 6 7    2
28    Ni        2    2 6    2 6 8    2
29    Cu        2    2 6    2 6 10   1*
30    Zn        2    2 6    2 6 10   2
31    Ga        2    2 6    2 6 10   2 1
32    Ge        2    2 6    2 6 10   2 2
33    As        2    2 6    2 6 10   2 3
34    Se        2    2 6    2 6 10   2 4
35    Br        2    2 6    2 6 10   2 5
36    Kr        2    2 6    2 6 10   2 6
Material Teknik
z
   Kristal adalah susunan
    atom-atom secara
    teratur dan kontinu
    pada arah tiga dimensi
    Satuan sel adalah
                                       β α

    susunan terkecil dari          c             y
                                        δ
    kristal                                  a
   Parameter kisi struktur
    kristal                            b
       Panjang sisi a, b, c
                               x
       Sudut antara sumbu
        α, β, δ
   Arah kristal
    dinyatakan sebagai              z
    vektor dalam [uvw]
   uvw merupakan
    bilangan bulat                       [111]
                              c                     y
   Himpunan arah
    <111> terdiri dari     [100]                a
    [111], [111], [111],                [110]
    [111], [111], [111],    x      b
    [111], [111]
z
    Prosedur menentukan
     arah kristal
                  x y z
     Proyeksi              a/2                      Proyeksi pd sb y: b
     b 0                         c
                                     Proyeksi pd
                                     sb x: a/2
    Proyeksi (dlm a, b, c)                                    a y
                  ½ 1 0
     Reduksi         1 2 0                  b
                                 x
     Penentuan      [120]
Bid (110) mengacu
                              z   titik asal O

   Dinyatakan
                                                             y
    dengan (hkl)      c                                  a
   hkl merupakan    x    b        Bid. (110) ekivalen
    bilangan bulat
                              z   Bid (111) mengacu
                                  titik asal O




                      c                                      y
                                                         a
                     x    b        Bid. (111) ekivalen
z           z’
   Prosedur menentukan
    bidang kristal
                   x   y z
    Perpotongan          ~a
    -b c/2                          c
    Perpotongan (dlm a, b dan                                a y
    c)
                   ~ -1 ½               b
    Resiprokal     0 -1 2       x           x’   bid.(012)

    Penentuan        (012)
   Faktor tumpukan
    padat = total volum
    bola / total volum
    satuan sel = Vs/Vc =
    4x(4/3 πr3)/16r3√2 =
    0,74
   Kerapatan = ηA /
    VcNA = (4x63,5) /
    (16√2x (1,28x10
    -8
      )x(6,02x 1023)) g/cm3
    = 8,89 g/cm3.
   Cacat Kristal
     Cacat titik
       Kekosongan
       Pengotor
          Pengotor Intersisi
          Pengotor Subtitusi
     Cacat garis (dislokasi)
       Dislokasi garis
       Dislokasi ulir
     Cacat bidang
       Batas butir
       Permukaan
     Cacat volum
Material Teknik
   Material dalam pengunanya          Gaya/beban
    dikenakan gaya atau beban.
   Karena itu perlu diketahuo
    kharater material agar deformasi
    yg terjadi tidak berlebihan dan
    tidak terjadi kerusakan atau
    patah                              Material
   Karakter material tergantung
    pada:
     Komposisi kimia
     Struktur mikro
     Sifat material: sifat mekanik,
       sifat fisik dan sifat kimia
   Kekuatan (strength): ukuran besar gaya yang
    diperlukan utk mematahkan atau merusak
    suatu bahan
   Kekuatan luluh (yield strength): kekuatan
    bahan terhadap deformasi awal
   Kekuatan tarik (Tensile strength): kekuatan
    maksimun yang dapat menerima beban.
   Keuletan (ductility): berhubungan dengan
    besar regangan sebelum perpatahan
   Kekerasan (hardness): ketahanan bahan
    terhadap penetrasi pada permukaannya
   Ketangguhan (toughness): jumlah energi yang
    mampu diserap bahan sampai terjadi
    perpatahan
   Mulur (creep)
   Kelelahan (fatique): ketahanan bahan terhadap
    pembebanan dinamik
   Patahan (failure)
F                            Pembebanan statik:
                 F
                                   Tarik
                                   Kompressi
                                   Geser


                                               F
                  F
    F       Beban kompressi
Beban tarik
                                         F
                                      Beban geser
2¼’

                    φ0,505’            φ¾’

                      2’
                              R 3/8’


   Tegangan teknik, σ = F/Ao (N/m2=Pa)
   Regangan teknik, ε = (li-lo)/lo
   Tegangan geser, τ = F/Ao
Beban
                                     dihilangkan
   Pada pembebanan
    rendah dalam uji tarik,   Teg.
    hubungan antara
    tegangan dan                             Modulus
    regangan linier                          elastis

                                        Pembebanan

                                         Reg.
   Hubungan tsb masih dalam daerah deformasi
    elastis dan dinyatakan dengan
   Hubungan diatas dikenal sebagai Hukum
    Hooke
   Deformasi yang mempunyai hubungan
    tegangan dan regangan linier (proporsional)
    disebut sebagai deformasi elastis
Paduan Modulus elastis Modulus geser Ratio
logam (104 MPa)        (104 MPa)     Poisson
  Al          6,9           2,6        0,33
Cu-Zn        10,1           3,7        0,35
 Cu          11,0           4,6        0,35
 Mg           4,5           1,7        0,29
  Ni         20,7           7,6        0,31
 Baja        20,7           8,3        0,27
  Ti         10,7           4,5        0,36
   Hubungan
    tegangan geser dan
    regangan geser
    dinyatakan dengan
     τ= Gγ
   Dengan
      τ = teg.geser
      γ = reg.geser
      G = modulus
    geser
σZ
   Ketika uji tarik dilakukan
    pada suatu logam,
    perpanjangan pada arah
    beban, yg dinyatakan dlm
    regangan εz mengakibatkan
                                          z
    terjadinya regangan
    kompressi pada εx sb-x dan εy             y
    pada sb-y
                                              x
   Bila beban pada arah sb-z        σZ
    uniaxial, maka εx = εy . Ratio
    regangan lateral & axial
    dikenal sebagai ratio Poisson
   Harga selalu positip, karena tanda εx dan εy
    berlawanan.
   Hubungan modulus Young dengan modulus
    geser dinyatalan dengan
                    E = 2 G (1 + ν)
   Biasanya ν<0,5 dan utk logam umumnya
                     G = 0,4 E
σys

                          Teg.
   Utk material logam,
    umumnya
    deformso elastis                       Reg.
                                 0,002
    terjadi < 0,005
                                   Titik
    regangan
                                   luluh atas
   Regangan > 0,005
    terjadi deformasi     σys
                                             Titik
    plastis (deformasi    Teg.               Luluh bawah
    permanen)
                                           Reg.
   Ikatan atom atau molekul putus: atom atau
    molekul berpindah tdk kembali pada
    posisinya bila tegangan dihilangkan
   Padatan kristal: proses slip padatan
    amorphous (bukan kristal). Mekanisme
    aliran viscous
   Titik luluh: transisi
    elastis & platis
   Kekuatan: kekuatan
    tarik: kekuatan
    maksimum
   Dari kekuatan
    maksimum hingga titik
    terjadinya patah,
    diameter sampel uji
    tarik mengecil
    (necking)
   Keuletan: derajat deformasi plastis hingga
    terjadinya patah
   Keuletan dinyatakan dengan
       Presentasi elongasi,
                       %El. = (lf-lo)/lo x 100%
       Presentasi reduksi area,
                     %AR = (Ao-Af)/Ao x 100%
   Perbedaan antara
       B                    kurva tegangan dan
                            regangan hasil uji
                   B’       tarik utk material
Teg.
                            yang getas dan ulet
                            ABC : ketangguhan
       C                    material getas
   A              C’
           Reg.            AB’C’ : ketangguhan
                            material ulet
Logam   Kekuatan    Kekuatan    Keuletan
        luluh (MPa) tarik (MPa) %El.
Au      -           130         45
Al      28          69          45
Cu      69          200         45
Fe      130         262         45
Ni      138         480         40
Ti      240         330         30
Mo      565         655         35
   Pada daerah
    necking, luas                     sebenarnya
    tampang lintang
    sampel uji material Teg.           teknik

   Tegangan
    sebenarnya
    σT = F/Ai                  Reg.
   Regangan
    sebenarnya
    εT = ln li/lo
   Hubungan tegangan teknik dengan tegangan
    sebenarnya
                   σT = σ (1 + ε)
   Hubungan regangan teknik dengan regangan
    sebenarnya
                    εT = ln (1+ ε)
Material Teknik
   Sifat mekanik bahan salah satunya ditentukan oleh struktur
    mikro
   Utk mengetahui struktur mikro, perlu mengetahui fasa
    diagram
   Diagram fasa digunakan utk peleburan, pengecoran,
    kristalisasi dll
   Komponen: logam murni dan/atau senyawa penyusun
    paduan
   Cth. Kuningan, Cu sebagai unsur pelarut dan Zn sebagai unsur
    yang dilarutkan.
   Batas kelarutan merupakan konsentrasi atom maksimum yang
    dapat dilarutkan oleh pelarut utk membentuk larutan padat
    (solid solution). Contoh Gula dalam air.
   Fasa adalah bagian homogen dari sistem yg
    mempunyai kharakteristik fisik & kimia yg
    uniform
   Contoh fasa , material murni, larutan padat,
    larutan cair dan gas.
   Material yg mempunyai dua atau lebih
    struktur disebut polimorfik
   Jumlah fasa yg ada & bagiannya dlm material
    merupakan struktur mikro.
   Diagram kesetimbangan fasa merupakan
    diagram yang menampilkan struktur mikro
    atau struktur fasa dari paduan tertentu
   Diagram kesetimbangan fasa menampilkan
    hubungan antara suhu dan komposisi serta
    jumlah fasa-fasa dalam keadaan setimbang.
   L = larutan
    cair homogen
    yang
    mengandung
    Cu dan Ni
   A = larutan
    padat
    subtitusi yang
    terdiri dari
    Cu dan Ni,
    yang
    mempunyai
    struktur FCC
   Jumlah persentasi
    cair (Wl) = S/
    (R+S)x100%
   Jumlah persentasi
    a (Wα) = R/
    (R+S)x100%
   Batas kelarutan atom Ag pada fasa
    α dan atom Cu pada fasa β
    tergantung pada suhu                                     A
   Pada 780°C, Fasa α dapat                 F
    melarutkan atom Ag hingga
    7,9%berat dan Fasa β dapat
    melarutkan atom Cu hingga                    G   E   B
    8,8%berat
   Daerah fasa padat: fasa α, fasa α+β,
    dan fasa β, yang dibatasi oleh garis
    solidus AB, BC, AB, BG, dan FG,
    GH.
   Daerah fasa padat + cair: fasa α +
    cair, dan fasa β + cair, yang dibatasi   H               C
    oleh garis solidus
   Daerah fasa cair terletak diatas garis
    liquidus AE dan FE
   Reaksi Cair ↔ padat(α) + padat (β)
    pada titik E disebut reaksi Eutektik.
   Reaksi eutektik
    Cair (61,9%Sn) ↔ α(19,2%Sn)+β(97,6%Sn)
   Besi-α (ferrit); Struktur
    BCC, dapat melarutkan C
    maks. 0,022% pada
    727°C.
   Besi-δ (austenit); struktur
    FCC, dapat melarutkan C
    hingga 2,11% pada
    1148°C.
   Besi-ζ (ferrit); struktur
    BCC
   Besi Karbida (sementit);
    struktur BCT, dapat
    melarutkan C hingga
    6,7%0
   Pearlit; lamel-lamel besi-
   Reaksi eutektik pada titik 4,3%C, 1148°C
            L ↔ δ(2,11%C) + Fe3C(6,7%C)
   Reaksi eutektoid pada titik 0,77%C, 727°C
        δ(0,77%C) ↔ α(0,022%C) + Fe3C(6,7%C)
   Reaksi peritektik
   Unsur
    pembentuk
    besi-δ: Mn &
    Ni
   Unsur
    pembentuk
    besi-α: Ti,
    Mo, Si & W
   Paduan hipoeutektik
    Al-Si mengandung Si
    <12,6%
   Paduan eutektik Al-
    Si mengandung Si
    sekitar 12,6%
   Paduan
    hipereutektik Al-Si
    mengandung Si
    >12,6%
Material Teknik
   Proses anil merupakan proses perlakuan panas
    suatu bahan melalui pemanasan pada suhu
    cukup tinggi dan waktu yang lama, diikuti
    pendinginan perlahan-lahan
   Anil
     Bahan: Gelas
     Tujuan: menghilangkan tegangan sisa &
      menghindari terjadinya retakan panas
     Prosedur: suhu pemanasan mendekati suhu transisi
      gelas dan pendinginan perlahan-lahan
     Perubahan strukturmikro: tidak ada
   Menghilangkan Tegangan
     Bahan: semua logam, khususnya baja
     Tujuan: menghilangkan tegangan sisa
     Prosedur: Pemanasan sampai 600C utk baja selama
      beberapa jam
     Perubahan strukturmikro: tidak ada
   Rekristalisasi
     Bahan: logam yang mengalami pengerjaan dingin
     Tujuan: pelunakan dengan meniadakan pengerasan
      regangan
     Prosedur: Pemanasan antara 0,3 dan 0,6 titik lebur logam
     Perubahan strukturmikro: butir baru
   Bahan: baja
                                 normalisasi
    Tujuan: Pelunakan
                                     anil δ

                           900
    sebelum pemesinan
                            800 α+δ
   Prosedur:            °C
    austenisasi 2-30°C      700     0,77%C
   Perubahan                      α+Fe3C
    strukturmikro:
    pearlit kasat
 Bahan: baja karbon tinggi, seperti bantalan peluru
 Tujuan: meningkatkan ketangguhan baja
 Prosedur: dipanaskan pada suhu eutektoid (~700°C)
  untuk 1-2 jam
 Perubahan strukturmikro: speroidit
   Bahan: besi cor
   Tujuan: besi cor lebih ulet
   Prosedur:
       anil dibawah suhu eutektoid (<750°C)
                      Fe3C ↔ 3Fe(α) + C(garfit)
    Dan terbentuk besi mampu tempa ferritik
       Anil diatas suhu eutektoid (>750°C)
                       Fe3C ↔ 3Fe(δ) + C(garfit)
    Dan terbentuk besi mampu tempa austenitik
   Perubahan strukturmikro: terbentuknya gumpalan grafit.
   Homogenisasi
     Bahan: logam cair
     Tujuan: menyeragamkan komposisi bahan
     Prosedur: pemanasan pada suhu setinggi mungkin asalkan logam
      tidak mencair dan tidak menumbuhkan butir
     Perubahan strukturmikro: homogenitas lebih baik, mendekati
      diagram fasa
   Normalisasi
     Bahan: baja
     Tujuan: membentuk strukturmikro dengan butir halus & seragam
     Prosedur: austenisasi 50-60C, disusul dengan pendinginan udara
     Perubahan strukturmikro: pearlit halus dan sedikit besi-α
      praeutektoid
   Pengerasan
    presipitasi
    dilakukan dengan
    memanaskan logam
    hingga unsur
    pemadu larut,
    kemudian celup
    cepat, dan
    dipanaskan kembali
    pada suhu relatip
    rendah
Material Teknik
   Baja karbon
   Baja paduan
   Baja pekakas & dies
   Baja tahan karat
   Besi tuang
   Menurut kadungan C
     Baja karbon rendah: C<0,3%, utk baut, mur,
      lembaran, pelat, tabung, pipa, komponen mesin
      berkekuatan rendah
     Baja karbon menengah: 0,3%<C<0,6%, utk roda gigi,
      axle, batang penghubung, crankshaft, rel, komponen
      utk mesin pengerjaan logam
     Baja karbon tinggi: 0,6%<C<1,0%, utk mata pahat,
      kabel, kawat musik, pegas
   1045 termasuk seri 10xx atau seri baja karbon
   Angka 45 merupakan kandungan karbon =
    45/100 % = 0,45%
   Baja paduan rendah berkekuatan tinggi (high
    strength alloy steel)
     C<0,30%
     Strukturmikro: butir besi-α halus, fasa kedua
      martensit & besi-δ
     Produknya: pelat, balok, profil
   Baja fasa ganda (Dual- phase steel)
       Strukturmikro: campuran besi-α & martensit
Kekuatan luluh                   Komposis kimia          Deoksidasi
103 Psi             MPa
35                  240
40                  275
                                 S = kualitas struktur   F = kill + kontrol S
45                  310
50                  350          X = paduan rendah       K = kill
60                  415
                                 W = weathering          O = bukan kill
70                  485
80                  550          D = fasa ganda
100                 690
120                 830
140                 970

Cth. 50XF
50  kekuatan luluh 50x103 Psi
X  paduan rendah
F  kill + kontrol S
   Sifatnya tahan korosi, kekuatan & keuletan
    tinggi dan kandungan Cr tinggi
   Kandungan lain : Ni, Mo, Cu, Ti, Si, Mg, Cb,
    Al, N dan S
   Austenitik (seri 200 & 300)
     Mengandung Cr, Ni dan Mg
     Bersifat tidak magnit, tahan korosi
     Utk peralatan dapur, fitting, konstruksi, peralatan
      transport, tungku, komponen penukar panas,
      linkungan kimia
   Ferritik (seri 400)
     Mengandung Cr tinggi, hingga 27%
     Bersifat magnit, tahan korosi
     Utk peralatan dapur.
   Martemsitik (seri 400 & 500)
     Mengandung 18%Cr, tdk ada Ni
     Bersifat magnit, berkekuatan tinggi, keras, tahan
      patah dan ulet
     Utk peralatan bedah, instrument katup dan pegas
   Pengerasan presipitasi
     Mengandung Cr, Ni, Cu, Al, Ti, & Mo
     Bersifat tahan korosi, ulet & berkekuatan tinggi pada
      suhu tinggi
     Utk komponen struktur pesawat & pesawat ruang
      angkasa
   Struktur Duplek
     Campuran austenit & ferrit
     Utk komponen penukar panas & pembersih air
   Besi tuang
    disusun oleh
    besi, 2,11-4,50%
    karbon dan
    3,5% silikon
   Kandungan Si
    mendekomposi
    si Fe3C menjadi
    Fe-α dan C
    (garfit)
   Besi cor kelabu
   Besi cor nodular (ulet)
   Besi cor tuang putih
   Besi cor malleable
   Disusun oleh
    serpihan C (grafit)
    yang tersebar pada
    besi-α
   Bersifat keras &
    getas
   C (grafit)nya
    berbentuk bulat
    (nodular) tersebar
    pada besi-α.
   Nodular terbentuk
    karena besi cor
    kelabu ditambahkan
    sedikit unsur
    magnesium dan
    cesium
   Keras & ulet
   Disusun oleh besi-
    α dan besi karbida
    (Fe3C)
   Terbentuk melalui
    pendinginan cepat
   Getas, tahan pakai
    & sangat keras
   Disusun oleh besi-
    α dan C (grafit)
   Dibentuk dari besi
    cor putih yang
    dianil pada 800-
    900oC dalam
    atmosphere CO &
    CO2
Material Teknik
   Logam & paduan bukan besi
     Logam biasa: Al, Cu, Mg
     Logam/paduan tahan suhu tinggi: W, Ta, Mo
   Aplikasi utk
     Ketahanan korosi
     Konduktifitas panas $ listrik tinggi
     Kerapatan rendah
     Mudah dipabrikasi
   Cth.
     Al utk pesawat terbang, peralatan masak
     Cu utk kawat listrik, pipa air
     Zn utk karburator
     Ti utk sudu turbin mesinjet
     Ta utk mesin roket
1xxx   Al murni: 99,00%
2xxx   Al+Cu
3xxx   Al+Mn
4xxx   Al+Si
5xxx   Al+Mg
6xxx   Al+Mg+Si
7xxx   Al+Zn
8xxx   Al+unsur lain
Alimunium
Produk Cor
1xx.x        Al murni: 99,00%
2xx.x        Al+Cu
3xx.x        Al+Si, Cu, Mg
4xx.x        Al+Si
5xx.x        Al+Mg
6xx.x        Tidak digunakan
7xx.x        Al+Zn
8xx.x        Al+Pb
F   Hasil pabrikasi (pengerjaan dingin
    atau panas atau cor)
O   Proses anil (hasil pengerjaan dingin
    atau panas atau cor)
H   Pengerjaan regangan melalui
    pengerjaan dingin (utk produk
    wrough)
T   Perlakuan panas
   Logam terringan dan penyerap getaran yg baik
   Aplikasi:
     Komponen pesawat & missil
     Mesin pengankat
     Pekakas
     Tangga
     Koper
     Sepeda
     Komponen ringan lainnya.
Paduan   Komposisi (%)            Kondisi   Pembentukk
         Al    Zn    Mn    Zr               an


AZ31B    3,0   1,0   0,2          F H24     Ekstrusi
                                            lembaran &
                                            pelat
AZ80A    8,5   0,5   0,2          T5        Ekstrusi &
                                            tempa
HK31A                      0,7    H24       Lembaran &
                                            pelat
ZK60A          5,7         0,55   T5        Ekstrusi &
                                            tempa
   Hurup 1&2 menyatakan unsur pemadu utama
   Angka 3&4 menyatakan % unsur pemadu utama
   Hurup 5 menyatakan standar paduan
   Hurup dan angka berikutnya menyatakan perlakuan
    panas
    Contoh. AZ91C-T6
      A Al
      Z  Zn
      9  9%Al
      1  1%Zn
      C  Standar C
      T6  Perlakuan panas
   Sifat paduan tembaga:
     Konduktifitas listrik dan panas tinggi
     Tidak bersifat magnit
     Tahan korosi
   Aplikasi
     Komponen listrik dan elektronik
     Pegas
     Cartridge
     Pipa
     Penukar panas
     Peralatan panas
     Perhiasan, dll
   Kuningan (Cu+Zn)
   Perunggu (Cu+Sn)
   Perunggu Al (Cu+Sn+Al)
   Perunggu Be (Cu+Sn+Be)
   Cu+Ni
   Cu+Ag
   Sifat paduan nikel
     Kuat
     Getas
     Tahan korosi pada suhu tinggi
   Elemen pemadu nikel: Cr, Co, Mo dan Cu
   Paduan nikel base = superalloy
   Paduan nikel tembaga = monel
   Paduan nikel krom = inconel
   Paduan nikel krom molybdenum = hastelloy
   Paduan nikel kron besi = nichrome
   Paduan nikel besi = invar
   Tahan panas dan tahan suhu tinggi
   Aplikasi: mesin jet, turbin gas, mesin roket,
    pekakas, dies, industri nuklir, kimia dan
    petrokimia
   Jenis superalloy
     Superalloy besi base: 32-67%Fe, 15-22%Cr, 9-38%Ni
     Superalloy kobalt base: 35-65%Co, 19-30%Cr, 35%Ni
     Superalloy nikel base: 38-76%Ni, 27%Cr, 20%Co.
Material Teknik
   Senyawa logam atau bukan logam yang
    mempunyai ikatan atom ionik dan kovalen
   Ikatan ionik dan kovalen menyebabkan
    keramik mempunyai titik lebur tinggi dan
    bersifat isolator
   Keramik terdiri dari
     Keramik tradisional, disusun oleh tanah liat, silika
      dan feldspar. Cth. bata, ubin, genteng dan porselen
     Keramik murni atau teknik, disusun oleh senyawa
      murni.
   Sebagian besar keramik diikat secara ionik dan
    hanya sedikit tang diikat secara kavalen
   Ikatan ionik biasanya mempunyai diameter
    atom kation < atom anion, akibatnya atom
    kation selalu dikelilingi atom anion.
   Jumlah atom tetangga terdekat (mengelilingi)
    atom tertentu dikenal sbg bilangan koordinasi
    (Coordination number).
Bilangan     Perbandingan        Geometri
koordinasi   jari-jari kation-   koordinasi
             anion
       2          <0,155
       3       0,115-0,225
       4       0,225-0,414
       6       0,414-0,732
       8         0,723-1,0
Kation   Jari-jari ion (nm)   Anion   Jari-jari ion (nm)

Al 3+    0,053                Br -    0,196
Ba 2+    0,136                Cl -    0,181
Ca 2+    0,100                F-      0,133
Cs +     0,170                I-      0,220
Fe 2+    0,077                O 2-    0,140
Fe 3+    0,069                S 2-    0,184
K+       0,138
Mg 2+    0,072
Mn 2+    0,067
Na 2+    0,102
Ni 2+    0,069
Si 4+    0,040
Ti 2+    0,061
   Struktur NaCl (Garam)
       Bentuk kubik berpusat muka
        (FCC)
       1 atom kation Na+ dikelilingi 6
        atom anion Cl- (BK 6)
       Posisi atom kation Na+: ½½½,
        00½, 0½0, ½00
       Posisi atom anion Cl-:    000,
        ½½0, ½0½, 0½½
       Cth seperti kristal garam: MgO,
        MnS, LiF dan FeO.
       Perbadingan jari-jari atom kation
        dan anion = 0,102/0,181 = 0,56
   Struktur CsCl
       Bentuk kubik sederhana
        (simple cubic)
       1 atom kation Cs+
        dikelilingi 8 atom anion Cl-
        (BK 8)
       Posisi atom kation Na+: ½½
       Posisi atom anion Cl-:000
       Perbandingan jari-jari aton
        kation dan anion =
        0,170/0,181 = 0,94.
   Struktur ZnS
       Bentuk Sphalerite
       1 atom kation Zn+ dikelilingi 4
        atom anion S- (BK 4)
       Posisi atom kation Zn+: ¾¾¾,
        ¼¼¾, ¼¾¼, ¾¼¼
       Posisi atom anion S-:     000,
        ½½0, ½0½, 0½½
       Cth seperti kristal ZnS: ZnTe,
        BeO dan SiO.
       Perbandingan jari-jari atom
        kation dan anion =
        0,060/0,174 = 0,344
   Struktur intan
     Bentuk sama seperti
      ZnS, tetapi seluruh
      atomnya diisi atom C.
     Ikatan atomnya ikatan
      atom kovalen



                              Struktur kristal intan
   Al2O3 (korundum)
       Bentuk heksagonal
        tumpukan padat




                            Struktur kristal Al2O3
   BaTiO3
     Bentuk kristal
      perouskite
     Atom kation: Ba2+ dan
      Ti4+
     Atom anion: O2-




                              Struktur kristal perouskite
Material Teknik
Material Teknik

More Related Content

What's hot

cacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasicacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasisyamsul huda
 
1.struktur kristal(kuliah)
1.struktur kristal(kuliah)1.struktur kristal(kuliah)
1.struktur kristal(kuliah)rina mirda
 
Struktur Kristal
Struktur KristalStruktur Kristal
Struktur KristalNia Sasria
 
Pengujian impak dan fenomena
Pengujian impak dan fenomenaPengujian impak dan fenomena
Pengujian impak dan fenomenaaambrey
 
Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)
Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)
Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)Khoirul Ummah
 
Struktur kristal ionik
Struktur  kristal ionik Struktur  kristal ionik
Struktur kristal ionik Ida Farida Ch
 
Penggolongan kristal
Penggolongan kristalPenggolongan kristal
Penggolongan kristalIda Farida Ch
 
306833461 bab-3-struktur-kristal
306833461 bab-3-struktur-kristal306833461 bab-3-struktur-kristal
306833461 bab-3-struktur-kristalRahmawati Mine'99
 
Kristalografi : sistem tetragonal
Kristalografi : sistem tetragonalKristalografi : sistem tetragonal
Kristalografi : sistem tetragonalAmstian Pasima
 
Struktur kristal [compatibility_mode]
Struktur kristal [compatibility_mode]Struktur kristal [compatibility_mode]
Struktur kristal [compatibility_mode]keynahkhun
 
1.struktur kristal (hand_out)
1.struktur kristal (hand_out)1.struktur kristal (hand_out)
1.struktur kristal (hand_out)Putu Adi Susanta
 

What's hot (20)

cacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasicacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasi
 
Zat padat
Zat padatZat padat
Zat padat
 
1.struktur kristal(kuliah)
1.struktur kristal(kuliah)1.struktur kristal(kuliah)
1.struktur kristal(kuliah)
 
Struktur Kristal
Struktur KristalStruktur Kristal
Struktur Kristal
 
Struktur Kristal
Struktur KristalStruktur Kristal
Struktur Kristal
 
Pengujian impak dan fenomena
Pengujian impak dan fenomenaPengujian impak dan fenomena
Pengujian impak dan fenomena
 
Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)
Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)
Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)
 
2. padatan
2. padatan2. padatan
2. padatan
 
Struktur kristal ionik
Struktur  kristal ionik Struktur  kristal ionik
Struktur kristal ionik
 
Penggolongan kristal
Penggolongan kristalPenggolongan kristal
Penggolongan kristal
 
struktur kristal
struktur kristalstruktur kristal
struktur kristal
 
306833461 bab-3-struktur-kristal
306833461 bab-3-struktur-kristal306833461 bab-3-struktur-kristal
306833461 bab-3-struktur-kristal
 
Pert 10 sistem kristal
Pert 10 sistem kristalPert 10 sistem kristal
Pert 10 sistem kristal
 
Kristalografi : sistem tetragonal
Kristalografi : sistem tetragonalKristalografi : sistem tetragonal
Kristalografi : sistem tetragonal
 
Struktur kristal [compatibility_mode]
Struktur kristal [compatibility_mode]Struktur kristal [compatibility_mode]
Struktur kristal [compatibility_mode]
 
Padatan ionik
Padatan ionikPadatan ionik
Padatan ionik
 
mineralogi presentasi
mineralogi presentasimineralogi presentasi
mineralogi presentasi
 
Padat
Padat Padat
Padat
 
Kisi Bravais
Kisi BravaisKisi Bravais
Kisi Bravais
 
1.struktur kristal (hand_out)
1.struktur kristal (hand_out)1.struktur kristal (hand_out)
1.struktur kristal (hand_out)
 

Viewers also liked

Viewers also liked (20)

554 pengetahuan bahan-teknik
554 pengetahuan bahan-teknik554 pengetahuan bahan-teknik
554 pengetahuan bahan-teknik
 
SIFAT BAHAN TEKNIK
SIFAT BAHAN TEKNIKSIFAT BAHAN TEKNIK
SIFAT BAHAN TEKNIK
 
Material teknik dan sifatnya
Material teknik dan sifatnyaMaterial teknik dan sifatnya
Material teknik dan sifatnya
 
Material teknik
Material teknikMaterial teknik
Material teknik
 
Jenis jenis logam
Jenis jenis logamJenis jenis logam
Jenis jenis logam
 
Baja dan klasifikasinya
Baja dan klasifikasinyaBaja dan klasifikasinya
Baja dan klasifikasinya
 
Material teknik kel 4
Material teknik kel 4 Material teknik kel 4
Material teknik kel 4
 
Bab ii
Bab ii Bab ii
Bab ii
 
Kelaikan Pada Struktur Pesawat Udara
Kelaikan Pada Struktur Pesawat UdaraKelaikan Pada Struktur Pesawat Udara
Kelaikan Pada Struktur Pesawat Udara
 
Kumpulan 4 komposit
Kumpulan 4   kompositKumpulan 4   komposit
Kumpulan 4 komposit
 
53788362 kuliah-1-material-komposite
53788362 kuliah-1-material-komposite53788362 kuliah-1-material-komposite
53788362 kuliah-1-material-komposite
 
Logam non ferro
Logam non ferroLogam non ferro
Logam non ferro
 
Pengetahuan bahan bagian 1
Pengetahuan bahan bagian 1Pengetahuan bahan bagian 1
Pengetahuan bahan bagian 1
 
Presentasi keramik
Presentasi keramikPresentasi keramik
Presentasi keramik
 
membuat ulir
membuat  ulirmembuat  ulir
membuat ulir
 
Dimensi & toleransi
Dimensi & toleransiDimensi & toleransi
Dimensi & toleransi
 
Modul mesin bubut 7 (5)
Modul mesin bubut 7 (5)Modul mesin bubut 7 (5)
Modul mesin bubut 7 (5)
 
Bab 3-bentuk-dan-tekstur-bijih
Bab 3-bentuk-dan-tekstur-bijihBab 3-bentuk-dan-tekstur-bijih
Bab 3-bentuk-dan-tekstur-bijih
 
D-07 Kerja Melarik
D-07  Kerja MelarikD-07  Kerja Melarik
D-07 Kerja Melarik
 
Tanda pengerjaan
Tanda pengerjaanTanda pengerjaan
Tanda pengerjaan
 

Similar to Material Teknik

Similar to Material Teknik (17)

Atom,Periodik&Ikatan
Atom,Periodik&IkatanAtom,Periodik&Ikatan
Atom,Periodik&Ikatan
 
UMPTN Fisika 1998 Rayon B Kode 25
UMPTN Fisika 1998 Rayon B Kode 25UMPTN Fisika 1998 Rayon B Kode 25
UMPTN Fisika 1998 Rayon B Kode 25
 
Tugas kristalografi dan difraksi
Tugas kristalografi dan difraksiTugas kristalografi dan difraksi
Tugas kristalografi dan difraksi
 
Bab 07 poros dan aksesoriny
Bab 07 poros dan aksesorinyBab 07 poros dan aksesoriny
Bab 07 poros dan aksesoriny
 
Resume Material teknik (material engineering science).ppt
Resume Material teknik (material engineering science).pptResume Material teknik (material engineering science).ppt
Resume Material teknik (material engineering science).ppt
 
bahan kuliah Material teknik .ppt
bahan kuliah Material teknik        .pptbahan kuliah Material teknik        .ppt
bahan kuliah Material teknik .ppt
 
Material teknik 00-1.ppt
Material teknik 00-1.pptMaterial teknik 00-1.ppt
Material teknik 00-1.ppt
 
UMPTN Fisika 2000 Rayon B Kode 25
UMPTN Fisika 2000 Rayon B Kode 25UMPTN Fisika 2000 Rayon B Kode 25
UMPTN Fisika 2000 Rayon B Kode 25
 
UMPTN Fisika 2002 regional II Kode 321
UMPTN Fisika 2002 regional II Kode 321UMPTN Fisika 2002 regional II Kode 321
UMPTN Fisika 2002 regional II Kode 321
 
UMPTN Fisika 1995 Rayon B Kode 62
UMPTN Fisika 1995 Rayon B Kode 62UMPTN Fisika 1995 Rayon B Kode 62
UMPTN Fisika 1995 Rayon B Kode 62
 
Un fisika 1999
Un fisika 1999Un fisika 1999
Un fisika 1999
 
Rpp ipa berkarakter kd 3.1 kls 9
Rpp ipa berkarakter kd 3.1  kls 9Rpp ipa berkarakter kd 3.1  kls 9
Rpp ipa berkarakter kd 3.1 kls 9
 
Bab 5 faktor gesekan
Bab 5 faktor gesekanBab 5 faktor gesekan
Bab 5 faktor gesekan
 
Un fisika 2000
Un fisika 2000Un fisika 2000
Un fisika 2000
 
UMTPN Fisika 2000 Rayon C 22
UMTPN Fisika 2000 Rayon C 22UMTPN Fisika 2000 Rayon C 22
UMTPN Fisika 2000 Rayon C 22
 
Poros dan Pasak
Poros dan PasakPoros dan Pasak
Poros dan Pasak
 
UMPTN Fisika 2003 regional II Kode 120
UMPTN Fisika 2003 regional II Kode 120UMPTN Fisika 2003 regional II Kode 120
UMPTN Fisika 2003 regional II Kode 120
 

More from Reandy Risky

Sistem Refrigerasi
Sistem Refrigerasi Sistem Refrigerasi
Sistem Refrigerasi Reandy Risky
 
Modul ajar 1 introduction hvac
Modul ajar 1 introduction hvacModul ajar 1 introduction hvac
Modul ajar 1 introduction hvacReandy Risky
 
Df dan heat treatment
Df dan heat treatmentDf dan heat treatment
Df dan heat treatmentReandy Risky
 
Properties of metal alloys
Properties of metal alloysProperties of metal alloys
Properties of metal alloysReandy Risky
 
Me 328 welding metallurgy
Me 328 welding metallurgyMe 328 welding metallurgy
Me 328 welding metallurgyReandy Risky
 
Ship cargo handling
Ship cargo handlingShip cargo handling
Ship cargo handlingReandy Risky
 
Hidrolik dan tower crane
Hidrolik dan tower craneHidrolik dan tower crane
Hidrolik dan tower craneReandy Risky
 
Bahan bakar boiler
Bahan bakar boilerBahan bakar boiler
Bahan bakar boilerReandy Risky
 

More from Reandy Risky (11)

Sistem Refrigerasi
Sistem Refrigerasi Sistem Refrigerasi
Sistem Refrigerasi
 
Modul ajar 1 introduction hvac
Modul ajar 1 introduction hvacModul ajar 1 introduction hvac
Modul ajar 1 introduction hvac
 
Dasar Teknik K3
Dasar Teknik K3Dasar Teknik K3
Dasar Teknik K3
 
Askeland phule 12
Askeland phule 12Askeland phule 12
Askeland phule 12
 
Df dan heat treatment
Df dan heat treatmentDf dan heat treatment
Df dan heat treatment
 
Properties of metal alloys
Properties of metal alloysProperties of metal alloys
Properties of metal alloys
 
Me 328 welding metallurgy
Me 328 welding metallurgyMe 328 welding metallurgy
Me 328 welding metallurgy
 
Ship cargo handling
Ship cargo handlingShip cargo handling
Ship cargo handling
 
Hidrolik dan tower crane
Hidrolik dan tower craneHidrolik dan tower crane
Hidrolik dan tower crane
 
Bahan bakar boiler
Bahan bakar boilerBahan bakar boiler
Bahan bakar boiler
 
Handout Perpipaan
Handout PerpipaanHandout Perpipaan
Handout Perpipaan
 

Recently uploaded

Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 

Recently uploaded (20)

Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 

Material Teknik

  • 2. Materials Science and Engineering, An introduction, William D. Callister Jr, Wiley, 2004  Ilmu dan Teknologi Bahan, Lawrence H. Van Vlack (terjemahan), Erlangga, 1995  Pengetahuan Bahan, Tata Surdia dan Shinroku Saito, Pradnya Paramita, 1995  Principle of Materials Science and Engineering, William F. Smith, Mc Graw Hill, 1996
  • 3. Pendahuluan  Struktur dan ikatan atom  Struktur dan cacat kristal  Sifat mekanik  Diagram fasa  Proses anil dan perlakuan panas  Logam besi  Logam bukan besi  Keramik  Polimer  Komposit
  • 4. Material adalah sesuatu yang disusun/dibuat oleh bahan.  Material digunakan untuk transfortasi hingga makanan.  Ilmu material/bahan merupakan pengetahuan dasar tentang struktur, sifat-sifat dan pengolahan bahan.
  • 5. Logam Kuat, ulet, mudah dibentuk dan bersifat penghantar panas dan listrik yang baik  Keramik Keras, getas dan penghantar panas dan listrik yang buruk  Polimer kerapatan rendah, penghantar panas dan listrik buruk dan mudah dibentuk  Komposit merupakan ganbungan dari dua bahan atau lebih yang masing-masing sifat tetap
  • 6.
  • 7.
  • 8.
  • 9.
  • 11. Atom terdiri dari elektron dan inti atom  Inti atom disusun oleh proton dan neutron  Elektron mengelilingi inti atom dalam orbitnya masing-masing  Massa elektron 9,109 x 10-28 g dan bermuatan –1,602 x 10- 19 C  Massa proton 1,673 x 10-24 g dan bermuatan 1,602 x 10-19 C  Massa neutron 1,675 x 10-24 g dan tidak bermuatan  Massa atom terpusat pada inti atom  Jumlah elektron dan proton sama, sedangkan neutron neutral, maka atom menjadi neutral
  • 12.
  • 13. No. Element K L M N O P Q       1  2  3 4  5  6  7        s  s p  s p d  s p d  f  s p d  f  s p d  f  s  1 H 1 2 He 2 3 Li 2 1 4 Be 2 2 5 B 2 2 1 6 C 2 2 2 7 N 2 2 3 8 O 2 2 4 9 F 2 2 5 10 Ne 2 2 6 11 Na 2 2 6 1 12 Mg 2 2 6 2 13 Al 2 2 6 2 1 14 Si 2 2 6 2 2 15 P 2 2 6 2 3 16 S 2 2 6 2 4 17 Cl 2 2 6 2 5 18 Ar 2 2 6 2 6 19 K 2 2 6 2 6 -  1 20 Ca 2 2 6 2 6 -  2 21 Sc 2 2 6 2 6 1  2 22 Ti 2 2 6 2 6 2  2 23 V 2 2 6 2 6 3  2 24 Cr 2 2 6 2 6 5* 1 25 Mn 2 2 6 2 6 5 2 26 Fe 2 2 6 2 6 6 2 27 Co 2 2 6 2 6 7 2 28 Ni 2 2 6 2 6 8 2 29 Cu 2 2 6 2 6 10 1* 30 Zn 2 2 6 2 6 10 2 31 Ga 2 2 6 2 6 10 2 1 32 Ge 2 2 6 2 6 10 2 2 33 As 2 2 6 2 6 10 2 3 34 Se 2 2 6 2 6 10 2 4 35 Br 2 2 6 2 6 10 2 5 36 Kr 2 2 6 2 6 10 2 6
  • 14.
  • 15.
  • 16.
  • 17.
  • 18.
  • 19.
  • 20.
  • 22. z  Kristal adalah susunan atom-atom secara teratur dan kontinu pada arah tiga dimensi Satuan sel adalah β α  susunan terkecil dari c y δ kristal a  Parameter kisi struktur kristal b  Panjang sisi a, b, c x  Sudut antara sumbu α, β, δ
  • 23. Arah kristal dinyatakan sebagai z vektor dalam [uvw]  uvw merupakan bilangan bulat [111] c y  Himpunan arah <111> terdiri dari [100] a [111], [111], [111], [110] [111], [111], [111], x b [111], [111]
  • 24. z  Prosedur menentukan arah kristal x y z Proyeksi a/2 Proyeksi pd sb y: b b 0 c Proyeksi pd sb x: a/2 Proyeksi (dlm a, b, c) a y ½ 1 0 Reduksi 1 2 0 b x Penentuan [120]
  • 25. Bid (110) mengacu z titik asal O  Dinyatakan y dengan (hkl) c a  hkl merupakan x b Bid. (110) ekivalen bilangan bulat z Bid (111) mengacu titik asal O c y a x b Bid. (111) ekivalen
  • 26. z z’  Prosedur menentukan bidang kristal x y z Perpotongan ~a -b c/2 c Perpotongan (dlm a, b dan a y c) ~ -1 ½ b Resiprokal 0 -1 2 x x’ bid.(012) Penentuan (012)
  • 27.
  • 28. Faktor tumpukan padat = total volum bola / total volum satuan sel = Vs/Vc = 4x(4/3 πr3)/16r3√2 = 0,74  Kerapatan = ηA / VcNA = (4x63,5) / (16√2x (1,28x10 -8 )x(6,02x 1023)) g/cm3 = 8,89 g/cm3.
  • 29.
  • 30.
  • 31. Cacat Kristal  Cacat titik  Kekosongan  Pengotor  Pengotor Intersisi  Pengotor Subtitusi  Cacat garis (dislokasi)  Dislokasi garis  Dislokasi ulir  Cacat bidang  Batas butir  Permukaan  Cacat volum
  • 32.
  • 33.
  • 34.
  • 35.
  • 36.
  • 37.
  • 39. Material dalam pengunanya Gaya/beban dikenakan gaya atau beban.  Karena itu perlu diketahuo kharater material agar deformasi yg terjadi tidak berlebihan dan tidak terjadi kerusakan atau patah Material  Karakter material tergantung pada:  Komposisi kimia  Struktur mikro  Sifat material: sifat mekanik, sifat fisik dan sifat kimia
  • 40. Kekuatan (strength): ukuran besar gaya yang diperlukan utk mematahkan atau merusak suatu bahan  Kekuatan luluh (yield strength): kekuatan bahan terhadap deformasi awal  Kekuatan tarik (Tensile strength): kekuatan maksimun yang dapat menerima beban.  Keuletan (ductility): berhubungan dengan besar regangan sebelum perpatahan
  • 41. Kekerasan (hardness): ketahanan bahan terhadap penetrasi pada permukaannya  Ketangguhan (toughness): jumlah energi yang mampu diserap bahan sampai terjadi perpatahan  Mulur (creep)  Kelelahan (fatique): ketahanan bahan terhadap pembebanan dinamik  Patahan (failure)
  • 42. F  Pembebanan statik: F  Tarik  Kompressi  Geser F F F Beban kompressi Beban tarik F Beban geser
  • 43. 2¼’ φ0,505’ φ¾’ 2’ R 3/8’  Tegangan teknik, σ = F/Ao (N/m2=Pa)  Regangan teknik, ε = (li-lo)/lo  Tegangan geser, τ = F/Ao
  • 44. Beban dihilangkan  Pada pembebanan rendah dalam uji tarik, Teg. hubungan antara tegangan dan Modulus regangan linier elastis Pembebanan Reg.
  • 45.
  • 46. Hubungan tsb masih dalam daerah deformasi elastis dan dinyatakan dengan  Hubungan diatas dikenal sebagai Hukum Hooke  Deformasi yang mempunyai hubungan tegangan dan regangan linier (proporsional) disebut sebagai deformasi elastis
  • 47. Paduan Modulus elastis Modulus geser Ratio logam (104 MPa) (104 MPa) Poisson Al 6,9 2,6 0,33 Cu-Zn 10,1 3,7 0,35 Cu 11,0 4,6 0,35 Mg 4,5 1,7 0,29 Ni 20,7 7,6 0,31 Baja 20,7 8,3 0,27 Ti 10,7 4,5 0,36
  • 48. Hubungan tegangan geser dan regangan geser dinyatakan dengan τ= Gγ  Dengan τ = teg.geser γ = reg.geser G = modulus geser
  • 49. σZ  Ketika uji tarik dilakukan pada suatu logam, perpanjangan pada arah beban, yg dinyatakan dlm regangan εz mengakibatkan z terjadinya regangan kompressi pada εx sb-x dan εy y pada sb-y x  Bila beban pada arah sb-z σZ uniaxial, maka εx = εy . Ratio regangan lateral & axial dikenal sebagai ratio Poisson
  • 50. Harga selalu positip, karena tanda εx dan εy berlawanan.  Hubungan modulus Young dengan modulus geser dinyatalan dengan E = 2 G (1 + ν)  Biasanya ν<0,5 dan utk logam umumnya G = 0,4 E
  • 51. σys Teg.  Utk material logam, umumnya deformso elastis Reg. 0,002 terjadi < 0,005 Titik regangan luluh atas  Regangan > 0,005 terjadi deformasi σys Titik plastis (deformasi Teg. Luluh bawah permanen) Reg.
  • 52. Ikatan atom atau molekul putus: atom atau molekul berpindah tdk kembali pada posisinya bila tegangan dihilangkan  Padatan kristal: proses slip padatan amorphous (bukan kristal). Mekanisme aliran viscous
  • 53. Titik luluh: transisi elastis & platis  Kekuatan: kekuatan tarik: kekuatan maksimum  Dari kekuatan maksimum hingga titik terjadinya patah, diameter sampel uji tarik mengecil (necking)
  • 54. Keuletan: derajat deformasi plastis hingga terjadinya patah  Keuletan dinyatakan dengan  Presentasi elongasi, %El. = (lf-lo)/lo x 100%  Presentasi reduksi area, %AR = (Ao-Af)/Ao x 100%
  • 55. Perbedaan antara B kurva tegangan dan regangan hasil uji B’ tarik utk material Teg. yang getas dan ulet  ABC : ketangguhan C material getas A C’ Reg.  AB’C’ : ketangguhan material ulet
  • 56. Logam Kekuatan Kekuatan Keuletan luluh (MPa) tarik (MPa) %El. Au - 130 45 Al 28 69 45 Cu 69 200 45 Fe 130 262 45 Ni 138 480 40 Ti 240 330 30 Mo 565 655 35
  • 57. Pada daerah necking, luas sebenarnya tampang lintang sampel uji material Teg. teknik  Tegangan sebenarnya σT = F/Ai Reg.  Regangan sebenarnya εT = ln li/lo
  • 58. Hubungan tegangan teknik dengan tegangan sebenarnya σT = σ (1 + ε)  Hubungan regangan teknik dengan regangan sebenarnya εT = ln (1+ ε)
  • 59.
  • 60.
  • 61.
  • 62.
  • 64. Sifat mekanik bahan salah satunya ditentukan oleh struktur mikro  Utk mengetahui struktur mikro, perlu mengetahui fasa diagram  Diagram fasa digunakan utk peleburan, pengecoran, kristalisasi dll  Komponen: logam murni dan/atau senyawa penyusun paduan  Cth. Kuningan, Cu sebagai unsur pelarut dan Zn sebagai unsur yang dilarutkan.  Batas kelarutan merupakan konsentrasi atom maksimum yang dapat dilarutkan oleh pelarut utk membentuk larutan padat (solid solution). Contoh Gula dalam air.
  • 65. Fasa adalah bagian homogen dari sistem yg mempunyai kharakteristik fisik & kimia yg uniform  Contoh fasa , material murni, larutan padat, larutan cair dan gas.  Material yg mempunyai dua atau lebih struktur disebut polimorfik  Jumlah fasa yg ada & bagiannya dlm material merupakan struktur mikro.
  • 66. Diagram kesetimbangan fasa merupakan diagram yang menampilkan struktur mikro atau struktur fasa dari paduan tertentu  Diagram kesetimbangan fasa menampilkan hubungan antara suhu dan komposisi serta jumlah fasa-fasa dalam keadaan setimbang.
  • 67. L = larutan cair homogen yang mengandung Cu dan Ni  A = larutan padat subtitusi yang terdiri dari Cu dan Ni, yang mempunyai struktur FCC
  • 68. Jumlah persentasi cair (Wl) = S/ (R+S)x100%  Jumlah persentasi a (Wα) = R/ (R+S)x100%
  • 69. Batas kelarutan atom Ag pada fasa α dan atom Cu pada fasa β tergantung pada suhu A  Pada 780°C, Fasa α dapat F melarutkan atom Ag hingga 7,9%berat dan Fasa β dapat melarutkan atom Cu hingga G E B 8,8%berat  Daerah fasa padat: fasa α, fasa α+β, dan fasa β, yang dibatasi oleh garis solidus AB, BC, AB, BG, dan FG, GH.  Daerah fasa padat + cair: fasa α + cair, dan fasa β + cair, yang dibatasi H C oleh garis solidus  Daerah fasa cair terletak diatas garis liquidus AE dan FE  Reaksi Cair ↔ padat(α) + padat (β) pada titik E disebut reaksi Eutektik.
  • 70. Reaksi eutektik Cair (61,9%Sn) ↔ α(19,2%Sn)+β(97,6%Sn)
  • 71.
  • 72. Besi-α (ferrit); Struktur BCC, dapat melarutkan C maks. 0,022% pada 727°C.  Besi-δ (austenit); struktur FCC, dapat melarutkan C hingga 2,11% pada 1148°C.  Besi-ζ (ferrit); struktur BCC  Besi Karbida (sementit); struktur BCT, dapat melarutkan C hingga 6,7%0  Pearlit; lamel-lamel besi-
  • 73. Reaksi eutektik pada titik 4,3%C, 1148°C L ↔ δ(2,11%C) + Fe3C(6,7%C)  Reaksi eutektoid pada titik 0,77%C, 727°C δ(0,77%C) ↔ α(0,022%C) + Fe3C(6,7%C)  Reaksi peritektik
  • 74. Unsur pembentuk besi-δ: Mn & Ni  Unsur pembentuk besi-α: Ti, Mo, Si & W
  • 75. Paduan hipoeutektik Al-Si mengandung Si <12,6%  Paduan eutektik Al- Si mengandung Si sekitar 12,6%  Paduan hipereutektik Al-Si mengandung Si >12,6%
  • 77. Proses anil merupakan proses perlakuan panas suatu bahan melalui pemanasan pada suhu cukup tinggi dan waktu yang lama, diikuti pendinginan perlahan-lahan  Anil  Bahan: Gelas  Tujuan: menghilangkan tegangan sisa & menghindari terjadinya retakan panas  Prosedur: suhu pemanasan mendekati suhu transisi gelas dan pendinginan perlahan-lahan  Perubahan strukturmikro: tidak ada
  • 78. Menghilangkan Tegangan  Bahan: semua logam, khususnya baja  Tujuan: menghilangkan tegangan sisa  Prosedur: Pemanasan sampai 600C utk baja selama beberapa jam  Perubahan strukturmikro: tidak ada  Rekristalisasi  Bahan: logam yang mengalami pengerjaan dingin  Tujuan: pelunakan dengan meniadakan pengerasan regangan  Prosedur: Pemanasan antara 0,3 dan 0,6 titik lebur logam  Perubahan strukturmikro: butir baru
  • 79. Bahan: baja normalisasi Tujuan: Pelunakan anil δ  900 sebelum pemesinan 800 α+δ  Prosedur: °C austenisasi 2-30°C 700 0,77%C  Perubahan α+Fe3C strukturmikro: pearlit kasat
  • 80.  Bahan: baja karbon tinggi, seperti bantalan peluru  Tujuan: meningkatkan ketangguhan baja  Prosedur: dipanaskan pada suhu eutektoid (~700°C) untuk 1-2 jam  Perubahan strukturmikro: speroidit
  • 81. Bahan: besi cor  Tujuan: besi cor lebih ulet  Prosedur:  anil dibawah suhu eutektoid (<750°C) Fe3C ↔ 3Fe(α) + C(garfit) Dan terbentuk besi mampu tempa ferritik  Anil diatas suhu eutektoid (>750°C) Fe3C ↔ 3Fe(δ) + C(garfit) Dan terbentuk besi mampu tempa austenitik  Perubahan strukturmikro: terbentuknya gumpalan grafit.
  • 82. Homogenisasi  Bahan: logam cair  Tujuan: menyeragamkan komposisi bahan  Prosedur: pemanasan pada suhu setinggi mungkin asalkan logam tidak mencair dan tidak menumbuhkan butir  Perubahan strukturmikro: homogenitas lebih baik, mendekati diagram fasa  Normalisasi  Bahan: baja  Tujuan: membentuk strukturmikro dengan butir halus & seragam  Prosedur: austenisasi 50-60C, disusul dengan pendinginan udara  Perubahan strukturmikro: pearlit halus dan sedikit besi-α praeutektoid
  • 83.
  • 84.
  • 85. Pengerasan presipitasi dilakukan dengan memanaskan logam hingga unsur pemadu larut, kemudian celup cepat, dan dipanaskan kembali pada suhu relatip rendah
  • 86.
  • 87.
  • 89. Baja karbon  Baja paduan  Baja pekakas & dies  Baja tahan karat  Besi tuang
  • 90. Menurut kadungan C  Baja karbon rendah: C<0,3%, utk baut, mur, lembaran, pelat, tabung, pipa, komponen mesin berkekuatan rendah  Baja karbon menengah: 0,3%<C<0,6%, utk roda gigi, axle, batang penghubung, crankshaft, rel, komponen utk mesin pengerjaan logam  Baja karbon tinggi: 0,6%<C<1,0%, utk mata pahat, kabel, kawat musik, pegas
  • 91.
  • 92. 1045 termasuk seri 10xx atau seri baja karbon  Angka 45 merupakan kandungan karbon = 45/100 % = 0,45%
  • 93. Baja paduan rendah berkekuatan tinggi (high strength alloy steel)  C<0,30%  Strukturmikro: butir besi-α halus, fasa kedua martensit & besi-δ  Produknya: pelat, balok, profil  Baja fasa ganda (Dual- phase steel)  Strukturmikro: campuran besi-α & martensit
  • 94. Kekuatan luluh Komposis kimia Deoksidasi 103 Psi MPa 35 240 40 275 S = kualitas struktur F = kill + kontrol S 45 310 50 350 X = paduan rendah K = kill 60 415 W = weathering O = bukan kill 70 485 80 550 D = fasa ganda 100 690 120 830 140 970 Cth. 50XF 50  kekuatan luluh 50x103 Psi X  paduan rendah F  kill + kontrol S
  • 95. Sifatnya tahan korosi, kekuatan & keuletan tinggi dan kandungan Cr tinggi  Kandungan lain : Ni, Mo, Cu, Ti, Si, Mg, Cb, Al, N dan S
  • 96. Austenitik (seri 200 & 300)  Mengandung Cr, Ni dan Mg  Bersifat tidak magnit, tahan korosi  Utk peralatan dapur, fitting, konstruksi, peralatan transport, tungku, komponen penukar panas, linkungan kimia  Ferritik (seri 400)  Mengandung Cr tinggi, hingga 27%  Bersifat magnit, tahan korosi  Utk peralatan dapur.
  • 97. Martemsitik (seri 400 & 500)  Mengandung 18%Cr, tdk ada Ni  Bersifat magnit, berkekuatan tinggi, keras, tahan patah dan ulet  Utk peralatan bedah, instrument katup dan pegas  Pengerasan presipitasi  Mengandung Cr, Ni, Cu, Al, Ti, & Mo  Bersifat tahan korosi, ulet & berkekuatan tinggi pada suhu tinggi  Utk komponen struktur pesawat & pesawat ruang angkasa
  • 98. Struktur Duplek  Campuran austenit & ferrit  Utk komponen penukar panas & pembersih air
  • 99. Besi tuang disusun oleh besi, 2,11-4,50% karbon dan 3,5% silikon  Kandungan Si mendekomposi si Fe3C menjadi Fe-α dan C (garfit)
  • 100. Besi cor kelabu  Besi cor nodular (ulet)  Besi cor tuang putih  Besi cor malleable
  • 101. Disusun oleh serpihan C (grafit) yang tersebar pada besi-α  Bersifat keras & getas
  • 102. C (grafit)nya berbentuk bulat (nodular) tersebar pada besi-α.  Nodular terbentuk karena besi cor kelabu ditambahkan sedikit unsur magnesium dan cesium  Keras & ulet
  • 103. Disusun oleh besi- α dan besi karbida (Fe3C)  Terbentuk melalui pendinginan cepat  Getas, tahan pakai & sangat keras
  • 104. Disusun oleh besi- α dan C (grafit)  Dibentuk dari besi cor putih yang dianil pada 800- 900oC dalam atmosphere CO & CO2
  • 106. Logam & paduan bukan besi  Logam biasa: Al, Cu, Mg  Logam/paduan tahan suhu tinggi: W, Ta, Mo  Aplikasi utk  Ketahanan korosi  Konduktifitas panas $ listrik tinggi  Kerapatan rendah  Mudah dipabrikasi  Cth.  Al utk pesawat terbang, peralatan masak  Cu utk kawat listrik, pipa air  Zn utk karburator  Ti utk sudu turbin mesinjet  Ta utk mesin roket
  • 107. 1xxx Al murni: 99,00% 2xxx Al+Cu 3xxx Al+Mn 4xxx Al+Si 5xxx Al+Mg 6xxx Al+Mg+Si 7xxx Al+Zn 8xxx Al+unsur lain
  • 108. Alimunium Produk Cor 1xx.x Al murni: 99,00% 2xx.x Al+Cu 3xx.x Al+Si, Cu, Mg 4xx.x Al+Si 5xx.x Al+Mg 6xx.x Tidak digunakan 7xx.x Al+Zn 8xx.x Al+Pb
  • 109. F Hasil pabrikasi (pengerjaan dingin atau panas atau cor) O Proses anil (hasil pengerjaan dingin atau panas atau cor) H Pengerjaan regangan melalui pengerjaan dingin (utk produk wrough) T Perlakuan panas
  • 110. Logam terringan dan penyerap getaran yg baik  Aplikasi:  Komponen pesawat & missil  Mesin pengankat  Pekakas  Tangga  Koper  Sepeda  Komponen ringan lainnya.
  • 111. Paduan Komposisi (%) Kondisi Pembentukk Al Zn Mn Zr an AZ31B 3,0 1,0 0,2 F H24 Ekstrusi lembaran & pelat AZ80A 8,5 0,5 0,2 T5 Ekstrusi & tempa HK31A 0,7 H24 Lembaran & pelat ZK60A 5,7 0,55 T5 Ekstrusi & tempa
  • 112. Hurup 1&2 menyatakan unsur pemadu utama  Angka 3&4 menyatakan % unsur pemadu utama  Hurup 5 menyatakan standar paduan  Hurup dan angka berikutnya menyatakan perlakuan panas Contoh. AZ91C-T6 A Al Z  Zn 9  9%Al 1  1%Zn C  Standar C T6  Perlakuan panas
  • 113. Sifat paduan tembaga:  Konduktifitas listrik dan panas tinggi  Tidak bersifat magnit  Tahan korosi  Aplikasi  Komponen listrik dan elektronik  Pegas  Cartridge  Pipa  Penukar panas  Peralatan panas  Perhiasan, dll
  • 114. Kuningan (Cu+Zn)  Perunggu (Cu+Sn)  Perunggu Al (Cu+Sn+Al)  Perunggu Be (Cu+Sn+Be)  Cu+Ni  Cu+Ag
  • 115. Sifat paduan nikel  Kuat  Getas  Tahan korosi pada suhu tinggi  Elemen pemadu nikel: Cr, Co, Mo dan Cu  Paduan nikel base = superalloy  Paduan nikel tembaga = monel  Paduan nikel krom = inconel  Paduan nikel krom molybdenum = hastelloy  Paduan nikel kron besi = nichrome  Paduan nikel besi = invar
  • 116. Tahan panas dan tahan suhu tinggi  Aplikasi: mesin jet, turbin gas, mesin roket, pekakas, dies, industri nuklir, kimia dan petrokimia  Jenis superalloy  Superalloy besi base: 32-67%Fe, 15-22%Cr, 9-38%Ni  Superalloy kobalt base: 35-65%Co, 19-30%Cr, 35%Ni  Superalloy nikel base: 38-76%Ni, 27%Cr, 20%Co.
  • 118. Senyawa logam atau bukan logam yang mempunyai ikatan atom ionik dan kovalen  Ikatan ionik dan kovalen menyebabkan keramik mempunyai titik lebur tinggi dan bersifat isolator  Keramik terdiri dari  Keramik tradisional, disusun oleh tanah liat, silika dan feldspar. Cth. bata, ubin, genteng dan porselen  Keramik murni atau teknik, disusun oleh senyawa murni.
  • 119. Sebagian besar keramik diikat secara ionik dan hanya sedikit tang diikat secara kavalen  Ikatan ionik biasanya mempunyai diameter atom kation < atom anion, akibatnya atom kation selalu dikelilingi atom anion.  Jumlah atom tetangga terdekat (mengelilingi) atom tertentu dikenal sbg bilangan koordinasi (Coordination number).
  • 120. Bilangan Perbandingan Geometri koordinasi jari-jari kation- koordinasi anion 2 <0,155 3 0,115-0,225 4 0,225-0,414 6 0,414-0,732 8 0,723-1,0
  • 121. Kation Jari-jari ion (nm) Anion Jari-jari ion (nm) Al 3+ 0,053 Br - 0,196 Ba 2+ 0,136 Cl - 0,181 Ca 2+ 0,100 F- 0,133 Cs + 0,170 I- 0,220 Fe 2+ 0,077 O 2- 0,140 Fe 3+ 0,069 S 2- 0,184 K+ 0,138 Mg 2+ 0,072 Mn 2+ 0,067 Na 2+ 0,102 Ni 2+ 0,069 Si 4+ 0,040 Ti 2+ 0,061
  • 122. Struktur NaCl (Garam)  Bentuk kubik berpusat muka (FCC)  1 atom kation Na+ dikelilingi 6 atom anion Cl- (BK 6)  Posisi atom kation Na+: ½½½, 00½, 0½0, ½00  Posisi atom anion Cl-: 000, ½½0, ½0½, 0½½  Cth seperti kristal garam: MgO, MnS, LiF dan FeO.  Perbadingan jari-jari atom kation dan anion = 0,102/0,181 = 0,56
  • 123. Struktur CsCl  Bentuk kubik sederhana (simple cubic)  1 atom kation Cs+ dikelilingi 8 atom anion Cl- (BK 8)  Posisi atom kation Na+: ½½  Posisi atom anion Cl-:000  Perbandingan jari-jari aton kation dan anion = 0,170/0,181 = 0,94.
  • 124. Struktur ZnS  Bentuk Sphalerite  1 atom kation Zn+ dikelilingi 4 atom anion S- (BK 4)  Posisi atom kation Zn+: ¾¾¾, ¼¼¾, ¼¾¼, ¾¼¼  Posisi atom anion S-: 000, ½½0, ½0½, 0½½  Cth seperti kristal ZnS: ZnTe, BeO dan SiO.  Perbandingan jari-jari atom kation dan anion = 0,060/0,174 = 0,344
  • 125. Struktur intan  Bentuk sama seperti ZnS, tetapi seluruh atomnya diisi atom C.  Ikatan atomnya ikatan atom kovalen Struktur kristal intan
  • 126. Al2O3 (korundum)  Bentuk heksagonal tumpukan padat Struktur kristal Al2O3
  • 127. BaTiO3  Bentuk kristal perouskite  Atom kation: Ba2+ dan Ti4+  Atom anion: O2- Struktur kristal perouskite