Dokumen tersebut membahas tentang pengertian keuangan negara, ruang lingkup keuangan negara, dan pembagian kekuasaan keuangan negara. Terdapat penjelasan mengenai berbagai pihak yang terlibat dalam pengelolaan keuangan negara seperti Presiden, Menteri Keuangan, Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat Pembuat Komitmen, dan Bendahara Umum Negara.
Hukum perbankan (banking law), yakni merupakan seperangkat kaidah hukum dalam bentuk peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, doktrin, dan lain-lain sumber hukum yang mengatur masalah-masalah perbankan sebagai lembaga, dan aspek kegiatannya sehari-hari, rambu-rambu yang harus dipenuhi oleh suatu bank, perilaku petugas-petugasnya, hak, kewajiban, tugas dan tanggung jawab para pihak yang tersangkut dengan bisnis perbankan, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh bank, eksistensi bank, dan lain-lainnya yang berkenaan dengan dunia perbankan tersebut (Munir Fuady, 1999: 14).
Penyusunan APBD Sesuai UU 25/2004, UU 17/2003, dan Permendagri 13/2006Dadang Solihin
Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar-Daerah, antar-ruang, antar-waktu, antar-fungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah.
Tips dan Trik Mengkritisi APBD. Panduan Praktis untuk Analisis APBD Oswar Mungkasa
Disusun oleh Susana Dewi R. Diterbitkan oleh Pusat Telaah dan Informasi Regional bekerjasama dengan European Initiative Democracy and Human Rights (EIDHR) Uni Eropa, 2006
Hukum perbankan (banking law), yakni merupakan seperangkat kaidah hukum dalam bentuk peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, doktrin, dan lain-lain sumber hukum yang mengatur masalah-masalah perbankan sebagai lembaga, dan aspek kegiatannya sehari-hari, rambu-rambu yang harus dipenuhi oleh suatu bank, perilaku petugas-petugasnya, hak, kewajiban, tugas dan tanggung jawab para pihak yang tersangkut dengan bisnis perbankan, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh bank, eksistensi bank, dan lain-lainnya yang berkenaan dengan dunia perbankan tersebut (Munir Fuady, 1999: 14).
Penyusunan APBD Sesuai UU 25/2004, UU 17/2003, dan Permendagri 13/2006Dadang Solihin
Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar-Daerah, antar-ruang, antar-waktu, antar-fungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah.
Tips dan Trik Mengkritisi APBD. Panduan Praktis untuk Analisis APBD Oswar Mungkasa
Disusun oleh Susana Dewi R. Diterbitkan oleh Pusat Telaah dan Informasi Regional bekerjasama dengan European Initiative Democracy and Human Rights (EIDHR) Uni Eropa, 2006
Ada sekitar sebelas aturan
perundangan yang mengamanatkan kepada Pemerintah Daerah untuk
menggunakan instrumen Analisa Standar Belanja (ASB) dalam menyusun
anggaran. Disebutkan, bahwa tujuan penggunaan ASB ini adalah untuk
tersusunnya anggaran berdasarkan kinerja yang akan dicapai dan dapat dinilai
kewajarannya secara ekonomi, efisien dan efektif. Bukan anggaran yang hanya
berdasarkan perkiraan pengeluaran atau intuisi semata.
Teknik dan metode penyusunan Analisis Standar Belanja untuk penyusunan anggaran berbasis kinerja di daerah. Alat bantu SKPD dan seluruh stakehoder di daerah dalam proses penyusunan APBD.
Kelompok (1) Administrasi Keuangan Daerah (BAB 1) "Pembahasan Umum Keuangan N...Fhadlii24
Keuangan Negara adalah kekayaan yang dikelola oleh pemerintah, yang meliputi uang dan barang yang dimiliki; kertas berharga yang bernilai uang yang dimiliki; hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang; dana-dana pihak ketiga yang terkumpul atas dasar potensi yang dimiliki dan/ atau yang dijamin baik oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, badan-badan usaha, yayasan maupun institusi lainnya.
Disampaikan dalam Drum-up Laboratorium Inovasi Kabupaten Sorong, 27 Mei 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, S.H., MA.
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
Disampaikan pada PKN Tingkat II Angkatan IV-2024 BPSDM Provinsi Jawa Tengah dengan Tema “Transformasi Tata Kelola Pelayanan Publik untuk Mewujudkan Perekonomian Tangguh, Berdayasaing, dan Berkelanjutan”
Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, S.H., MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Muh Saleh
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 merupakan survei yang mengintegrasikan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGI). SKI 2023 dikerjakan untuk menilai capaian hasil pembangunan kesehatan yang dilakukan pada kurun waktu lima tahun terakhir di Indonesia, dan juga untuk mengukur tren status gizi balita setiap tahun (2019-2024). Data yang dihasilkan dapat merepresentasikan status kesehatan tingkat Nasional sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota.
Ketersediaan data dan informasi terkait capaian hasil pembangunan kesehatan penting bagi Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai bahan penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang lebih terarah dan tepat sasaran berbasis bukti termasuk pengembangan Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2024-2029) oleh Kementerian PPN/Bappenas. Dalam upaya penyediaan data yang valid dan akurat tersebut, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam penyusunan metode dan kerangka sampel SKI 2023, serta bersama dengan Lintas Program di Kementerian Kesehatan, World Health Organization (WHO) dan World Bank dalam pengembangan instrumen, pedoman hingga pelaporan survei.
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Kementerian Kesehatan menggulirkan transformasi sistem kesehatan.
Terdapat 6 pilar transformasi sistem kesehatan sebagai penopang kesehatan
Indonesia yaitu: 1) Transformasi pelayanan kesehatan primer; 2) Transformasi
pelayanan kesehatan rujukan; 3) Transformasi sistem ketahanan kesehatan;
4) Transformasi sistem pembiayaan kesehatan; 5) Transformasi SDM
kesehatan; dan 6) Transformasi teknologi kesehatan.
Transformasi pelayanan kesehatan primer dilaksanakan melalui edukasi
penduduk, pencegahan primer, pencegahan sekunder dan peningkatan
kapasitas serta kapabilitas pelayanan kesehatan primer. Pilar prioritas
pertama ini bertujuan menata kembali pelayanan kesehatan primer yang ada,
sehingga mampu melayani seluruh penduduk Indonesia dengan pelayanan
kesehatan yang lengkap dan berkualitas.
Penataan struktur layanan kesehatan primer tersebut membutuhkan
pendekatan baru yang berorientasi pada kebutuhan layanan di setiap
siklus kehidupan yang diberikan secara komprehensif dan terintegrasi
antar tingkatan fasilitas pelayanan kesehatan. Pendekatan baru ini disebut
sebagai Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer, melibatkan Puskesmas, unit
pelayanan kesehatan di desa/kelurahan yang disebut juga sebagai Puskesmas
Pembantu dan Posyandu. Selanjutnya juga akan melibatkan seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan primer.
4. PENGERTIAN
KEUANGAN NEGARA
The complex of problems that center around the revenue-expenditure
process of government is refer to traditionally as public finance
RICHARD A. MUSGRAVE
Studi keuangan negara telah berkembang menjadi suatu bidang studi yang
lebih luas sektor publik
ULBIRCH (2003)
“
““
“
5. Studi tentang pengaruh-pengaruh dari anggaran penerimaan dan belanja negara
terhadap perekonomian, terutama pengaruh terhadap pencapain tujuan ekonomi
(pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga, distribusi penghasilan, penciptaan
kesempatan kerja)
SUPARMOKO (2012)
• Arti sempit : APBN
• Arti luas : segala hak dan kewajiban baik berupa uang maupun barang yang
menjadi hak & kewajiban dalam pengelolaan
ARIFIN P SOERIATMAJA
PENGERTIAN
KEUANGAN NEGARA
“
“
“
“
6. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan
Negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara
terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
UUD 1945 PASAL 23 AYAT (1)
PENGERTIAN
KEUANGAN NEGARA
7. a. Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban Negara yang dapat dinilai
dengan uang , serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang
yang dapat dijadikan milik Negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut. (UU 17/2003; Pasal 1 ayat 1)
b. Keuangan Negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-
undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab
dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. (UU 17/2003; Pasal 3
ayat 1)
PENGERTIAN
KEUANGAN NEGARA
9. Hak negara untuk memungut pajak,mengeluarkan dan mengedarkan uang dan melakukan
pinjaman
Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara dan
membayar tagihan pihak ketiga
Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa
uang,surat berharga, piutang,barang,serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan
uang,termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan daerah
Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas
pemerintahan dan/atau kepentingan umum
Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan
pemerintah
Ruang lingkup
Keuangan negara
UU 17/2003; Pasal 2
Penerimaan Negara
Pengeluaran Negara
Penerimaan Daerah
Pengeluaran Daerah
10. Presiden
Menteri Teknis
( Sebagai COO )
Pengguna Anggaran
Kepala kantor
( Selaku kuasa COO )
Kuasa Pengguna Anggaran ( KPA )
Menteri Keuangan
( Sebagai CFO )
Bendahara Umum Negara
Kepala KPPN
( Selaku Kuasa CFO )
Kuasa BUN
11. Presiden sebagai Pemegang Kekuasaan
Pengelolaan Keuangan Negara
Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan
keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan. (Pasal 6
(1) UU KN)
Pengertian Kekuasaan Pemerintahan :
pasal 4 ayat 1 UUD 1945 : “ Presiden Republik Indonesia memegang
kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar”
Pernyataan bahwa “kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai
bagian dari kekuasaan pemerintahan” …… mengandung makna:
Kewenangan Atributif
Siapapun yang menguasai Pemerintahanberarti
mengusai Keuangan Negara
12. Kewenangan Presiden
Dalam PKN
Penetapan arah, kebijakan umum, strategi, dan prioritas pengelolaan
APBN
Kewenangan ini ditangani Presiden & di akhir tahun
dipertanggungjawabkan ke pemilik kedaultan melalui DPR
Keputusan/kebijakan teknis dalam pengelolaan APBN
Didelegasikan ke Menteri Keuangan dan Menteri/Pimpinan Lembaga
Negara serta Gubernur/Bupati/Walikota
Kewenangan UMUM
Kewenangan KHUSUS
13. WEWENANG MENTERI KEUANGAN
SELAKU BENDAHARA UMUM NEGARA
[Pasal 7 ayat (2)]
1. Menetapkan kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBN;
2. Melakukan pengendalian pelaksanaan APBN;
3. Menetapkan sistem penerimaan dan pengeluaran negara;
4. Menunjuk bank dan/atau lembaga keuangan lainnya dalam rangka
pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara;
5. Mengusahakan dan mengatur pengelolaan dana yang diperlukan dalam
pelaksanaan APBN;
6. Menyimpan dan menempatkan uang negara;
7. Melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat Pengguna
Anggaran atas beban rekening Kas Negara;
8. Melakukan pinjaman dan memberikan jaminan atas nama pemerintah;
14. 9. Memberikan pinjaman atas nama pemerintah;
10. Melakukan pengelolaan utang-piutang negara;
11. Menetapkan kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBN;
12. Mengajukan peraturan pemerintah tentang standar akuntansi
pemerintahan;
13. Menetapkan kebijakan dan sistem akuntansi keuangan Pemerintah Pusat;
14. Menyajikan informasi keuangan negara;
15. Menetapkan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan
barang milik negara
16. Menentukan nilai tukar mata uang asing terhadap rupiah dalam rangka
pembayaran pajak.
WEWENANG MENTERI KEUANGAN
SELAKU BENDAHARA UMUM NEGARA
[Pasal 7 ayat (2)]
15. Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA)
a. Menyusun DIPA
b. Menetapkan PPK dan PPSPM
c. Menetapkan pejabat yg terlibat dlm pelaksanaan kegiatan dan anggaran
d. Menetapkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana pencairan dana
e. Melakukan tindakan yg mengakibatkan pengeluaran anggaran Belanja Negara
f. Melakukan pengujian tagihan dan perintah pembayaran atas beban anggaran
negara
g. Memberikan supervisi, konsultasi dan pengendalian pelaksanaan kegiatan dan
anggaran
h. Mengawasi penatausahaan dokumen dan transaksi yg berkaitan dg pelaksanaan
kegiatan dan anggaran
i. Menyusun laporan keuangan dan kinerja sesuai dg pert. PerUU-an
( PMK No 190/PMK.05/2012)
16. Pejabat Pembuat Komitmen
1. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana berdasarkan DIPA;
2. Menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;
3. Membuat, menandatangani dan melaksanakan perjanjian/kontrak dengan Penyedia Barang/Jasa;
4. Melaksanakan kegiatan swakelola;
5. Memberitahukan kepada Kuasa BUN atas perjanjian/ kontrak yang dilakukannya;
6. Mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak;
7. Menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagih kepada Negara;
8. Membuat dan menandatangani Surat Permintaan Pembayaran (SPP);
9. Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian kegiatan kepada KPA;
10. Menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada KPA dengan Berita Acara Penyerahan;
11. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan kegiatan; dan
12. Melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan tindakan yang mengakibatkan
pengeluaran anggaran belanja negara
PP No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah
PPK memiliki tugas dan wewenang :
17. Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar
Dalam melakukan pengujian tagihan dan menerbitkan SPM, PPSPM
memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut
1. Menguji kebenaran SPP beserta dokumen pendukung
2. Menolak dan mengembalikan SPP, apabila SPP tidak memenuhi persyaratan untuk
dibayarkan
3. Membebankan tagihan pada akun yang telah disediakan.
4. Menerbitkan SPM
5. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen hak tagih
6. Melaporkan pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran
kepada KPA
7. Melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan pengujian
dan perintah pembayaran
UU No. 1 Th. 2014 dan PP no. 45 Th. 2013
18. Bendahara Umum Negara
(BUN)
Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN) mengangkat Kepala KPPN
menjadi Kuasa BUN untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka
pelaksanaan anggaran belanja negara dalam wilayah kerja yang telah ditetapkan.
Tugas kebendaharaan dari Kuasa BUN tersebut meliputi kegiatan menerima,
menyimpan, membayar atau menyerahkan, menatausahakan, dan mempertanggung
jawabkan uang dan surat berharga yang berada dalam pengelolaannya.
KPPN dalam melaksanakan tugas kebendaharaan paling sedikit:
1. Melaksanakan penerimaan dan pengeluaran Kas Negara dalam rangka
pengendalian pelaksanaan anggaran negara
2. Melakukan pembayaran tagihan kepada penerima hak sebagai pengeluaran
anggaran
19. Kuasa Bendahara Umum Negara
(KPPN)
KPPN melakukan penelitian SPM meliputi:
1. Meneliti kelengkapan dokumen pendukung SPM yang dipersyaratkan.
2. Meneliti kebenaran SPM, meliputi:
a. Meneliti kesesuaian tanda tangan PPSPM pada SPM dengan spesimen tanda tangan PPSPM pada KPPN;
b. Memeriksa cara penulisan/pengisian jumlah angka dan huruf pada SPM; dan
c. Memeriksa kebenaran penulisan dalam SPM, termasuk tidak boleh terdapat cacat dalam penulisan.
KPPN melakukan pengujian SPM yang meliputi:
1. Menguji kebenaran perhitungan angka atas beban APBN yang tercantum dalam SPM berupa pengujian
kebenaran jumlah belanja/pengeluaran dikurangi dengan jumlah potongan/penerimaan dengan jumlah bersih
dalam SPM.
2. Menguji ketersediaan dana pada kegiatan/output/jenis belanja dalam DIPA dengan yang dicantumkan pada
SPM;
3. Menguji kesesuaian tagihan dengan data perjanjian/kontrak atau perubahan data pegawai yang telah
disampaikan kepada KPPN.
4. Menguji persyaratan pencairan dana.
(PASAL 73 (2) PP 45/2013)
20. Bendahara Penerimaan
Tugas Bendahara Penerimaan :
1. Menerima dan menyimpan uang Pendapatan Negara;
2. Menyetorkan uang Pendapatan Negara ke rekening Kas Negara secara periodik sesuai ketentuan Peraturan
Perundang-undangan;
3. Menatausahakan transaksi uang Pendapatan Negara di lingkungan Kementerian/Lembaga/ Satuan Kerja;
4. Menyelenggarakan pembukuan transaksi uang Pendapatan Negara;
5. Mengelola rekening tempat penyimpanan uang Pendapatan Negara; dan
6. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban bendahara kepada Badan Pemeriksa Keuangan dan Kuasa BUN.
Tanggung Jawab Bendahara Penerimaan :
1. Bendahara Penerimaan bertanggung jawab secara pribadi atas uang Pendapatan Negara yang berada dalam
pengelolaannya.
2. Bendahara Penerimaan bertanggung jawab secara fungsional atas pengelolaan uang Pendapatan Negara yang
menjadi tanggung jawabnya kepada Kuasa BUN.
Kedudukan Bendahara Penerimaan :
• Bendahara Penerimaan merupakan pejabat fungsional.
PMK No.162/PMK .05/2013
21. Bendahara Pengeluaran
Kedudukan Bendahara Pengeluaran :
• Bendahara Pengeluaran merupakan pejabat fungsional.
Persyaratan Bendahara Pengeluaran :
• Pejabat/pegawai yang akan diangkat sebagai Bendahara Pengeluaran harus memiliki sertifikat
bendahara yang diterbitkan oleh Menteri Keuangan atau pejabat yang ditunjuk.
Bendahara Pengeluaran melaksanakan tugas kebendaharaan atas uang / surat berharga yang
berada dalam pengelolaannya, yang meliputi:
1. Uang/surat berharga yang berasal dari UP dan Pembayaran LS melalui Bendahara Pengeluaran
2. Uang/surat berharga yang bukan berasal dari UP, dan bukan berasal dari Pembayaran LS yang
bersumber dari APBN, misalnya simpanan koperasi atau cicilan utang pegawai kepada pihak
ketiga
PMK No.162/PMK .05/2013
22. Bendahara Pengeluaran
Pelaksanaan tugas kebendaharaan Bendahara Pengeluaran atas uang/surat berharga
meliputi:
1. Menerima, menyimpan, menatausahakan, dan membukukan uang/surat berharga dalam
pengelolaannya;
2. Melakukan pengujian dan pembayaran berdasarkan perintah PPK;
3. Menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan untuk dibayarkan;
4. Melakukan pemotongan/pemungutan penerimaan negara dari pembayaran yang dilakukannya ;
5. Menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada negara ke kas negara;
6. Mengelola rekening tempat penyimpanan UP ;
7. Menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) kepada Kepala KPPN selaku kuasa BUN.
PMK No.162/PMK .05/2013
23. Bendahara Pengeluaran Pembantu
(BPP)
Guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan anggaran, kepala Satker
dapat menunjuk 1 (satu) atau beberapa BPP untuk membantu Bendahara Pengeluaran
dalam melaksanakan tugas kebendaharaan.
BPP harus menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Bendahara
Pengeluaran.
Dalam melaksanakan tugas kebendaharaan, BPP bertanggung jawab secara pribadi
atas uang yang berada dalam pengelolaannya.
( PMK No.162/PMK .05/2013 )
24. Dasar Hukum Kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan
Negara dan Tujuan bernegara
No. Dasar Hukum Mengatur
1. Pembukaan UUD 1945 :
“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial, maka ...
Tujuan bernegara
2. Pasal 4 ayat (1) UUD 1945 :
Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan
menurut UUD.
Pihak yang diberi atribusi kekuasaan
melaksanakan tujuan bernegara
3. Pasal 5 UUD 1945 :
(1) Presiden berhak mengajukan rancangan UU kepada Dewan.
(2) Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan UU
sebagaimana mestinya.
Kewenangan Presiden dalam rangka
melaksanakan tugas negara
25. No. Dasar Hukum Mengatur
4. Bab VIII Hal Keuangan
Pasal 23, 23A, 23B, 23C, 23D
Instrumen negara dalam rangka
melaksanakan tujuan bernegara
5. Pasal 6 ayat (1) UU 17/2003 :
Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan
pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan
pemerintahan.
Kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan
Negara
6. Pasal 6 ayat (2) UU 17/2003 Pendelegasian kekuasaan PKN dalam
struktur negara
7. Pasal 7 UU 17/2003 Fungsi kekuasaan PKN untuk mencapai
tujuan bernegara
8. Pasal 8 UU 17/2003 Tugas Menkeu sbg CFO
9. Pasal 9 UU 17/2003 Tugas Menteri/Pimpinan Lembaga sbg
COO (PA/PB)
10. Pasal 10 UU 17/2003 Pendelegasian kekuasaan kepada
Gub/Bupati/Walikota dalam rangka
desentralisasi