SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Download to read offline
MAKALAH GIZI DAN PENYAKIT 
“ HUBUNGAN GIZI DAN PENYAKIT “ 
Disusun Oleh : 
Lisa Mona Angelia 
10121001003 
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT 
UNIVERSITAS SRIWIJAYA 
2014
A. Definisi Gizi 
Gizi merupakan dialek bahsa Mesir yang berarti ’’makanan”. Gizi merupakan hasil terjemahan dari bahasa Inggris nutrition, sementara nutrition juga bisa diterjemahkan menjadi nutrisi. 
Ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari zat gizi dalam makanan dan penggunaannya dalam tubuh, meliputi pemasukan, pencernaan, penyerapan, pengangkutan (transpor), metabolisme, interaksi, penyimpanan, dan pengeluaran, semuanya termasuk proses pengolahan zat gizi dalam tubuh. 
Zat gizi atau nutrient merupakan substansi yang diperoleh dari makanan dan digunakan untuk pertumbuhan, pemeliharaan, dan perbaikan jaringan tubuh. Ada enam zat gizi, yaitu : karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, air. 
Zat gizi tersebut dapat dibagi lagi menjadi zat gizi organik dan anorganik, zat gizi organik termasuk didalamnya adalah karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin. Adapun zat gizi anorganik termasuk didalamnya adalah mineral dan air. 
Tubuh kita juga terdiri dari zat gizi yang sama dengan makanan. Seseorang dengan berat 70 kilogram terdiri dari 42 kilogram air, 14 kilogram lemak, dan 14 kilogram terdiri dari protein, karbohidrat, komponen organik serta mineral mayor pada tulang (kalsium dan fosfor). Lainnya sebanyak 0,45 kilogram terdiri dari vitamin, mineral lain, dan ekstrainsidental. 
B. Definisi Penyakit Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya serta dapat mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-hari, bahkan pada tingkat yang lebih parah dapat mengakibatkan kematian. 
C. Hubungan Gizi dan Penyakit 
Secara umum diterima bahwa gizi merupakan salah satu determinan penting respons imunitas. Penelitian epidemiologis dan klinis menunjukkan bahwa kekurangan gizi
menghambat respons imunitas dan meningkatkan risiko penyakit. Sanitasi dan higiene perorangan yang buruk, kepadatan penduduk yang tinggi, kontaminasi pangan dan air, dan pengetahuan gizi yang tidak memadai berkontribusi terhadap kerentanan terhadap suatu penyakit. Berbagai penelitian yang dilakukan selama kurun waktu 35 tahun yang lalu membuktikan bahwa gangguan imunitas adalah suatu faktor antara (intermediate factor) kaitan gizi dengan penyakit infeksi (Chandra, 1997). 
Sebagai contoh, kekurangan energiprotein (KEP) berkaitan dengan gangguan imunitas berperantara sel (cell-mediated immunity), fungsi fagosit, sistem komplemen, sekresi antibodi imunoglobulin A, dan produksi sitokin (cytokines). Kekurangan zat gizi tunggal, seperti seng, selenium, besi, tembaga, vitamin A, vitamin C, vitamin E, vitamin B6, dan asam folat juga dapat memperburuk respons imunitas. Selain itu, kelebihan zat gizi atau obesitas juga menurunkan imunitas (Chandra, 1997). 
Berbagai penelitian pada bayi di Asia dan Amerika Latin telah secara meyakinkan membuktikan intervensi gizi dapat menurunkan angka kematian bayi dan anakanak akibat penyakit infeksi. Pada kurun waktu April 1968 – Mei 1973, para peneliti dari Departemen Kesehatan Internasional, The John Hopkins University melakukan penelitianm di negara bagian Punjab India (The Narangwal Nutrition Study), yang meneliti kaitan antara kekurangan gizi dan infeksi dan dampaknya pada morbiditas, mortalitas, dan pertumbuhan anak prasekolah. Melalui penelitian tersebut, Kielmann dan kawan-kawan menunjukkan bahwa mortalitas menurun dengan suplementasi gizi. Penurunan ini berkaitan dengan meningkatnya daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi (Kielmann et al., 1978). 
Scrimshaw, selama bertugas di Gorgas Hospital, Panama pada kurun waktu 19451946, mengamati bahwa tuberkulosa adalah penyakit yang lebih banyak diderita anakanak atau dewasa yang menderita kurang gizi daripada anak-anak atau dewasa yang status gizinya lebih baik. Scrimshaw dan koleganya juga mengamati bahwa cacar air lebih parah pada anak-anak yang menderita kekurangan gizi yang buruk dibandingkan dengan rekannya yang berstatus gizi lebih baik. Sementara itu, terdapat kaitan antara kekurangan gizi tingkat sedang dan buruk pada awal episode penyakit (Scrimshaw, 2003). 
Pada tahun 1968, World Health Organization (WHO) menerbitkan WHO Monograph on Nutrition-infection Interactions. Publikasi ini merupakan hasil kerjasama Nevin S. Scrimshaw, Carl Taylor, dan John Gordon (Scrimshaw et al. 1968). Pada publikasi ini,
Scrimshaw dan koleganya untuk pertama kali mengemukakan bahwa kaitan antara malagizi dan infeksi adalah sinergistis. Artinya, malagizi memperparah penyakit infeksi, demikian juga halnya infeksi memperburuk malagizi. Sebaliknya, status gizi yang makin baik akan meringankan diare, dan selanjutnya, diare yang makin ringan akan memperbaiki status gizi. Contoh klasik untuk ini adalah kaitan antara malagizi dengan diare (Gambar 1). 
Mekanisme yang melaluinya zat gizi mencegah atau mengurangi beban penyakit infeksi adalah peningkatan daya tahan tubuh. Peningkatan daya tahan tubuh ini tidak hanya melalui produksi antibodi humoral dan kapasitas fagosit terhadap bakteri, tetapi juga, antara lain, melalui sekresi antibodi mukosal, imunitas berperantara sel, pembentukan komplemen, T-lymphocytes, dan T-cells (Scrimshaw and SanGiovanni, 1997). 
1. Gizi dan Imunitas 
Gangguan pada berbagai aspek imunitas, termasuk fagositosis, respons proliferasi sel ke mitogen, serta produksi Tlymphocyte dan sitokin telah ditemukan pada kondisi kekurangan gizi (Chandra and Kumari, 1994; Chandra, 1990; Kulkarni et al. 1994). Sampai saat ini, mekanisme yang melaluinya kekurangan gizi mengakibatkan gangguan fungsi imunitas masih terus mendapat perhatian serius para ahli gizi, imunolog, ahli biologi, dan ahli di bidang lain yang terkait. 
Karena begitu eratnya kaitan antara status gizi dan fungsi imunitas, Chandra dan Scrimshaw (1980) menawarkan indeks imunitas sebagai ukuran status gizi. Fungsi imunitas yang dinilai adalah komponen komplemen, delayed-hypersensitivity, thymusdependent lymphocytes, secretory IgA, microbicidal capacity of neutrophils, dan leukocyte terminal transferase. 
Beberapa penelitian baik pada tikus maupun manusia telah menghasilkan informasi penting berkenan hubungan antara susu terfermentasi dengan imunitas. Pemberian susu terfermentasi dapat mendorong pembentukan antiobodi dan respons imunitas seluler
pada orang sehat. Fungsi imunitas yang paling dipengaruhi adalah imunitas berperantara sel dan aktivitas sitokin (Solis-Pereira et al., 1997). 
Walaupun ada bukti bahwa kekurangan gizi dapat mempengaruhi patogen (Levander, 1997), akan tetapi, pada umumnya dampak kekurangan gizi pada penyakit infeksi dikaitkan dengan menurunnya fungsi imunitas tubuh. Kekurangan energi-protein, misalnya, antara lain, menyebabkan penurunan pada proliferasi limposit, produksi sitokin, dan respons antibodi terhadap vaksin (Lesourd, 1997). 
2. Energi dan Protein 
Dampak KEP (zat gizi makro) pada timbulnya penyakit infeksi, terutama pada bayi dan anak-anak telah diteliti secara luas. Intervensi gizi (energi dan protein) pada bayi dan anak-anak dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian di Asia dan Amerika Latin. Berbagai penelitian juga telah secara meyakinkan menunjukkan bahwa peranan gizi pada penurunan angka kematian dan kematian ini adalah melalui perbaikan pada fungsi imunitas. 
Kekurangan energi-protein, misalnya, berkaitan dengan gangguan imunitas berperantara sel (cell-mediated immunity), fungsi fagosit, sistem komplemen, sekresi antibodi imunoglobulin A, dan produksi sitokin (Chandra, 1997). 
3. Vitamin 
a. Vitamin A 
Dalam kaitannya dengan fungsi imunitas vitamin yang menarik perhatian dan yang sering menjadi fokus penelitian adalah vitamin A, vitamin E, vitamin C, dan kelompok vitamin B. Di antara vitamin tersebut, vitamin A adalah yang paling luas diteliti. 
Pengamatan yang mengaitkan vitamin A dengan imunitas sudah dilakukan bahkan sebelum struktur vitamin A diketahui dengan tepat pada tahun 1931 (Karrer et al., 1931 dalam Villamor and Fawzi, 2005). Beberapa fakta ilmiah yang mengawali pemahaman 
mengenai kaitan vitamin A dan penyakit antara lain adalah temuan Green dan Mellanby yang menunjukkan bahwa tikus yang kekurangan vitamin A lebih rentan terhadap infeksi (Green and Mellanby, 1928 dalam Semba, 1999).
Vitamin A secara luas beperan pada fungsi imunitas. Vitamin A sangat penting untuk memelihara integritas epitel, termasuk epitel usus. Hal ini berkaitan dengan hambatan fisik terhadap patogen dan imunitas mukosal. 
Pemberian vitamin A juga dapat menurunkan episode dan kejadian diare pada anak-anak ketika dikombinasikan dengan mineral seng (Rahman et al., 2001). Efek suplementasi vitamin A pada morbiditas anak meliputi penurunan keparahan cacar air yang dapat berkorelasi dengan peningkatan produksi antibodi T-cell-dependent (Coutsoudis et al., 1991). Oleh karena itu, suplementasi vitamin A dianjurkan untuk penanganan infeksi cacar air (Beck, 2001). 
b. Vitamin E 
Vitamin E sering disebut sebagai vitamin antioksidan. Hal ini dikarenakan perannya untuk menangkal radikal bebas. Karena kemampuannya menahan tekanan radikal oksidatif ini pula vitamin E disebut sebagai vitamin antipenuaan. 
Selain sebagai antioksidan, vitamin E juga dikenal sebagai zat gizi penting untuk pencegahan penyakit infeksi. Penelitian pada berbagai jenis hewan coba mengindikasikan bahwa vitamin antioksidan berkaitan dengan peningkatan fungsi imunitas (Bendich, 1990 dalam Pallast et al., 1999). Lebih spesifik lagi, suplementasi vitamin E megadosis (melebihi angka kecukupan gizi) memiliki efek perangsangan pada imunitas humoral dan berperantara sel (Tangerdy et al., 1989 dalam Pallast et al., 1999). 
Mekanisme peningkatan fungsi imunitas oleh vitamin E masih belum seluruhnya dipahami. Dugaan mekanisme tersebut diduga melalui efek langsung dan tidak langsung (melalui makrofag) vitamin E pada fungsi T-cell. Efek langsung vitamin E mungkin diperantarai oleh perubahan molekul reseptor membran T-cell yang diinduksi oleh vitamin E. 
Melalui perannya sebagai antioksidan, vitamin E juga dapat menurunkan produksi faktor penekan imunitas (immunosuppressive factors) seperti prostaglandin E dan hidrogen peroksida dengan mengaktifkan makrofag (Beharka et al., 1997 dalam Pallast et al., 1999). 
c. Vitamin C 
Seperti halnya vitamin E, vitamin C juga temasuk vitamin antioksidan. Sebagai antioksidan, efek vitamin C pada respons imunitas juga sudah banyak diteliti. Vitamin
C berakumulasi (dengan konsentrasi milimol/l) dalam neutrofil, limposit, dan monosit (Evans et al., 1982), yang mengindikasikan bahwa vitamin C berperan penting pada fungsi imunitas. Penelitian menunjukkan fungsi pagosit, proliferasi Tcell, dan produksi sitokin dipengaruhi oleh status vitamin C. 
Pada masa infeksi, pagosit teraktivasi menghasilkan agen pengoksidasi yang memiliki efek antimikrobial. Akan tetapi, itu dilepaskan ke media ektraselular sehingga membahayakan inang. Untuk menetralisir efek peningkatan oksigen radikal ini, sel memanfaatkan berbagai mekanisme antikoksidatif, termasuk vitamin antioksidan seperti vitamin C (Li et al., 2006). 
4. Mineral 
a. Selenium 
Selenium berperan penting dalam fungsi imunitas. Selenium mempengaruhi baik sistem imunitas bawaan (innate), nonadaptif, dan buatan (aquired). Selain itu, Se mempengaruhi fungsi neutrofil (Arthur, 2003). 
Selain peran Se dalam fungsi imunitas, kekurangan Se diketahui mempengaruhi virus patogen. Salah satu contohnya adalah efek kekurangan Se pada patogenitas coxsackievirus, suatu jenis virus mRNA (Levander, 1997; Beck, 2001, Beck et al., 2003). 
Mutasi virus influenza juga terjadi pada keadaan kekurangan Se. Ketika terjadi perubahan genom virus, inang yang tidak kekurangan Se pun akan rentan terhadap strain baru virus ini (Beck, 2001). Strain virus influenza, influenza A/Bangkok/1/79, yang memiliki patogenitas menengah, berubah menjadi virus yang lebih patogen pada tikus yang kekurangan Se (Beck et al., 2003). 
b. Seng 
Mikromineral lain yang tak kalah pentingnya pada fungsi imunitas adalah seng (Zn). Asupan seng merupakan faktor penting pada modulasi respons imunitas berperantara sel. Kekurangan seng berdampak pada penurunan respons pembentukan antibodi dalam limfa (Chandra and Au, 1980). 
Kekurangan seng juga berkaitan dengan respons imunitas yang diindikasikan oleh kuantitas limposit dalam darah perifer, proliferasi T-lymphocyte, pelepasan IL-2, atau citotoksik limposit (Keen and Gerswhin, 1990).
Suplemetasi seng pada orang usia lanjut yang kekurangan seng dapat memperbaiki respons imunitas (Lesourd, 1997). Suplementasi seng bersama-sama dengan mikromineral lain (selenium dan kuprum) juga menurunkan infeksi bronchopneumonia dan mempersingkat waktu rawat pasien yang menderita luka bakar (Berger et al., 1998).
Penutup 
Status gizi merupakan determinan penting bagi respons imunitas. Perbaikan pada fungsi imunitas merupakan faktor antara peran gizi pada pencegahan penyakit infeksi. Gizi dan penyakti infeksi berkaitan secara sinergistis. Penelitian mutakhir menghasilkan paradigma baru kaitan antara gizi (diet) dan patogen (agen), yaitu diet diketahui mempengaruhi agen (misalnya terjadi mutasi virus).
Daftar Pustaka 
1. Siagian, Albiner. 2012. Gizi, Imunitas, dan Penyakit Infeksi. FKM USU. <http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18924/1/ikm-des2006-10%20(2).pdf> 
2. Devi, Nirmala. (2010) Gizi untuk keluarga. Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara, hal 1-37. 
3. http://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit

More Related Content

What's hot

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKE...
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKE...ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKE...
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKE...Adil Athilshipate
 
Hubungan status gizi dengan ketersediaan pangan
Hubungan status gizi dengan ketersediaan panganHubungan status gizi dengan ketersediaan pangan
Hubungan status gizi dengan ketersediaan panganArsad Rahim Ali
 
Chapter II Gizi Buruk
Chapter II Gizi BurukChapter II Gizi Buruk
Chapter II Gizi BurukSTIMLOG
 
makalah-gizi-buruk-lengkap_akperRST
makalah-gizi-buruk-lengkap_akperRSTmakalah-gizi-buruk-lengkap_akperRST
makalah-gizi-buruk-lengkap_akperRSTSri Nur Ramliah
 
Pengaruh status gizi dengan menarche
Pengaruh status gizi dengan menarchePengaruh status gizi dengan menarche
Pengaruh status gizi dengan menarchehesti kusdianingrum
 
SINDROM METABOLIK
SINDROM METABOLIKSINDROM METABOLIK
SINDROM METABOLIKSii AQyuu
 
Sistem Pangan dan Pertanian serta Dampaknya pada Gizi
Sistem Pangan dan Pertanian serta Dampaknya pada GiziSistem Pangan dan Pertanian serta Dampaknya pada Gizi
Sistem Pangan dan Pertanian serta Dampaknya pada GiziTeknologi Hasil Pertanian
 
Memahami sistem kewaspadaan pangan dan gizi
Memahami sistem kewaspadaan pangan dan giziMemahami sistem kewaspadaan pangan dan gizi
Memahami sistem kewaspadaan pangan dan giziriri_hermana
 
Penatalaksanaan gizi berimbang pada masa tumbuh kembang, kebugaran jasmani da...
Penatalaksanaan gizi berimbang pada masa tumbuh kembang, kebugaran jasmani da...Penatalaksanaan gizi berimbang pada masa tumbuh kembang, kebugaran jasmani da...
Penatalaksanaan gizi berimbang pada masa tumbuh kembang, kebugaran jasmani da...Chrysmada Dewa Kusuma
 
Konsumsi pangan dan gizi
Konsumsi pangan dan gizi Konsumsi pangan dan gizi
Konsumsi pangan dan gizi septy nora
 
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru Kupang
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru KupangPenelitian Status GIZI TK Kota Baru Kupang
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru KupangAna Sengga
 
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan pjj_kemenkes
 
Uas dokumen
Uas dokumenUas dokumen
Uas dokumenkurkurr
 

What's hot (20)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKE...
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKE...ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKE...
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKE...
 
Hubungan status gizi dengan ketersediaan pangan
Hubungan status gizi dengan ketersediaan panganHubungan status gizi dengan ketersediaan pangan
Hubungan status gizi dengan ketersediaan pangan
 
Kul malnutrisi
Kul malnutrisiKul malnutrisi
Kul malnutrisi
 
Food security
Food securityFood security
Food security
 
3.new
3.new3.new
3.new
 
Chapter II Gizi Buruk
Chapter II Gizi BurukChapter II Gizi Buruk
Chapter II Gizi Buruk
 
makalah-gizi-buruk-lengkap_akperRST
makalah-gizi-buruk-lengkap_akperRSTmakalah-gizi-buruk-lengkap_akperRST
makalah-gizi-buruk-lengkap_akperRST
 
Pengaruh status gizi dengan menarche
Pengaruh status gizi dengan menarchePengaruh status gizi dengan menarche
Pengaruh status gizi dengan menarche
 
Masalah gizi ganda
Masalah gizi gandaMasalah gizi ganda
Masalah gizi ganda
 
SINDROM METABOLIK
SINDROM METABOLIKSINDROM METABOLIK
SINDROM METABOLIK
 
Pembunuhan masal
Pembunuhan masalPembunuhan masal
Pembunuhan masal
 
Sistem Pangan dan Pertanian serta Dampaknya pada Gizi
Sistem Pangan dan Pertanian serta Dampaknya pada GiziSistem Pangan dan Pertanian serta Dampaknya pada Gizi
Sistem Pangan dan Pertanian serta Dampaknya pada Gizi
 
Memahami sistem kewaspadaan pangan dan gizi
Memahami sistem kewaspadaan pangan dan giziMemahami sistem kewaspadaan pangan dan gizi
Memahami sistem kewaspadaan pangan dan gizi
 
Modul 1 kb 1
Modul 1 kb 1Modul 1 kb 1
Modul 1 kb 1
 
Beban ganda-masalah-gizi
Beban ganda-masalah-giziBeban ganda-masalah-gizi
Beban ganda-masalah-gizi
 
Penatalaksanaan gizi berimbang pada masa tumbuh kembang, kebugaran jasmani da...
Penatalaksanaan gizi berimbang pada masa tumbuh kembang, kebugaran jasmani da...Penatalaksanaan gizi berimbang pada masa tumbuh kembang, kebugaran jasmani da...
Penatalaksanaan gizi berimbang pada masa tumbuh kembang, kebugaran jasmani da...
 
Konsumsi pangan dan gizi
Konsumsi pangan dan gizi Konsumsi pangan dan gizi
Konsumsi pangan dan gizi
 
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru Kupang
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru KupangPenelitian Status GIZI TK Kota Baru Kupang
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru Kupang
 
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Radang Saluran Pencernaan
 
Uas dokumen
Uas dokumenUas dokumen
Uas dokumen
 

Similar to Gizi dan Osteoporosis

Nutrition and Gut Microbiome #SHAPE
Nutrition and Gut Microbiome #SHAPENutrition and Gut Microbiome #SHAPE
Nutrition and Gut Microbiome #SHAPERiaQadariahArief
 
Foodborne disease
Foodborne diseaseFoodborne disease
Foodborne diseasePujii Pujii
 
TK disbiosis terbaru terbaik terbanyak ha
TK disbiosis terbaru terbaik terbanyak haTK disbiosis terbaru terbaik terbanyak ha
TK disbiosis terbaru terbaik terbanyak hagenshinjualbeli
 
KESEHATAN DAN ILMU PENYAKIT
KESEHATAN DAN ILMU PENYAKITKESEHATAN DAN ILMU PENYAKIT
KESEHATAN DAN ILMU PENYAKITEDIS BLOG
 
PerkemPembangunan Gizi di Indonesia.pptx
PerkemPembangunan Gizi di Indonesia.pptxPerkemPembangunan Gizi di Indonesia.pptx
PerkemPembangunan Gizi di Indonesia.pptxNursariAbdulSyukur
 
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan imunitas pada Lansia.pptx
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan imunitas pada Lansia.pptxUpaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan imunitas pada Lansia.pptx
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan imunitas pada Lansia.pptxAnnisaDarmawati
 
zat gizi dengan imunitas
zat gizi dengan imunitaszat gizi dengan imunitas
zat gizi dengan imunitasNurul Annisa
 
TM-1 PENDAHULUAN IMUNOLOGI GIZI.pptx
TM-1 PENDAHULUAN IMUNOLOGI GIZI.pptxTM-1 PENDAHULUAN IMUNOLOGI GIZI.pptx
TM-1 PENDAHULUAN IMUNOLOGI GIZI.pptxRatnaFebriantika1
 
SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA
SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITASANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA
SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITASii AQyuu
 
Konsep Dasar Ilmu Gizi.pptx
Konsep Dasar Ilmu Gizi.pptxKonsep Dasar Ilmu Gizi.pptx
Konsep Dasar Ilmu Gizi.pptxJenitaFrisilia1
 
Makalah permasalahan pada anak usia dini
Makalah permasalahan pada anak usia diniMakalah permasalahan pada anak usia dini
Makalah permasalahan pada anak usia diniSeptian Muna Barakati
 
Pdf total prenteral nutrisi steril
Pdf total prenteral nutrisi   sterilPdf total prenteral nutrisi   steril
Pdf total prenteral nutrisi sterilFransiska Vita
 
PENGANTAR ILMU GIZI
PENGANTAR ILMU GIZI PENGANTAR ILMU GIZI
PENGANTAR ILMU GIZI pjj_kemenkes
 

Similar to Gizi dan Osteoporosis (20)

Nutrition and Gut Microbiome #SHAPE
Nutrition and Gut Microbiome #SHAPENutrition and Gut Microbiome #SHAPE
Nutrition and Gut Microbiome #SHAPE
 
Konsep dasar gizi
Konsep dasar giziKonsep dasar gizi
Konsep dasar gizi
 
Bab 2 fater
Bab 2 faterBab 2 fater
Bab 2 fater
 
Foodborne disease
Foodborne diseaseFoodborne disease
Foodborne disease
 
TK disbiosis terbaru terbaik terbanyak ha
TK disbiosis terbaru terbaik terbanyak haTK disbiosis terbaru terbaik terbanyak ha
TK disbiosis terbaru terbaik terbanyak ha
 
KESEHATAN DAN ILMU PENYAKIT
KESEHATAN DAN ILMU PENYAKITKESEHATAN DAN ILMU PENYAKIT
KESEHATAN DAN ILMU PENYAKIT
 
PerkemPembangunan Gizi di Indonesia.pptx
PerkemPembangunan Gizi di Indonesia.pptxPerkemPembangunan Gizi di Indonesia.pptx
PerkemPembangunan Gizi di Indonesia.pptx
 
Konsep dasar ilmu gizi
Konsep dasar ilmu giziKonsep dasar ilmu gizi
Konsep dasar ilmu gizi
 
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan imunitas pada Lansia.pptx
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan imunitas pada Lansia.pptxUpaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan imunitas pada Lansia.pptx
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan imunitas pada Lansia.pptx
 
ppt malnutrisi fix.pptx
ppt malnutrisi  fix.pptxppt malnutrisi  fix.pptx
ppt malnutrisi fix.pptx
 
zat gizi dengan imunitas
zat gizi dengan imunitaszat gizi dengan imunitas
zat gizi dengan imunitas
 
TM-1 PENDAHULUAN IMUNOLOGI GIZI.pptx
TM-1 PENDAHULUAN IMUNOLOGI GIZI.pptxTM-1 PENDAHULUAN IMUNOLOGI GIZI.pptx
TM-1 PENDAHULUAN IMUNOLOGI GIZI.pptx
 
SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA
SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITASANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA
SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA
 
Makalah permasalahan pada anak usia dini
Makalah permasalahan pada anak usia diniMakalah permasalahan pada anak usia dini
Makalah permasalahan pada anak usia dini
 
Konsep Dasar Ilmu Gizi.pptx
Konsep Dasar Ilmu Gizi.pptxKonsep Dasar Ilmu Gizi.pptx
Konsep Dasar Ilmu Gizi.pptx
 
Makalah permasalahan pada anak usia dini
Makalah permasalahan pada anak usia diniMakalah permasalahan pada anak usia dini
Makalah permasalahan pada anak usia dini
 
Pdf total prenteral nutrisi steril
Pdf total prenteral nutrisi   sterilPdf total prenteral nutrisi   steril
Pdf total prenteral nutrisi steril
 
Paper gastritis
Paper gastritisPaper gastritis
Paper gastritis
 
PENGANTAR ILMU GIZI
PENGANTAR ILMU GIZI PENGANTAR ILMU GIZI
PENGANTAR ILMU GIZI
 
MAKALAH.docx
MAKALAH.docxMAKALAH.docx
MAKALAH.docx
 

Recently uploaded

PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 

Recently uploaded (20)

PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 

Gizi dan Osteoporosis

  • 1. MAKALAH GIZI DAN PENYAKIT “ HUBUNGAN GIZI DAN PENYAKIT “ Disusun Oleh : Lisa Mona Angelia 10121001003 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2014
  • 2. A. Definisi Gizi Gizi merupakan dialek bahsa Mesir yang berarti ’’makanan”. Gizi merupakan hasil terjemahan dari bahasa Inggris nutrition, sementara nutrition juga bisa diterjemahkan menjadi nutrisi. Ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari zat gizi dalam makanan dan penggunaannya dalam tubuh, meliputi pemasukan, pencernaan, penyerapan, pengangkutan (transpor), metabolisme, interaksi, penyimpanan, dan pengeluaran, semuanya termasuk proses pengolahan zat gizi dalam tubuh. Zat gizi atau nutrient merupakan substansi yang diperoleh dari makanan dan digunakan untuk pertumbuhan, pemeliharaan, dan perbaikan jaringan tubuh. Ada enam zat gizi, yaitu : karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, air. Zat gizi tersebut dapat dibagi lagi menjadi zat gizi organik dan anorganik, zat gizi organik termasuk didalamnya adalah karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin. Adapun zat gizi anorganik termasuk didalamnya adalah mineral dan air. Tubuh kita juga terdiri dari zat gizi yang sama dengan makanan. Seseorang dengan berat 70 kilogram terdiri dari 42 kilogram air, 14 kilogram lemak, dan 14 kilogram terdiri dari protein, karbohidrat, komponen organik serta mineral mayor pada tulang (kalsium dan fosfor). Lainnya sebanyak 0,45 kilogram terdiri dari vitamin, mineral lain, dan ekstrainsidental. B. Definisi Penyakit Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya serta dapat mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-hari, bahkan pada tingkat yang lebih parah dapat mengakibatkan kematian. C. Hubungan Gizi dan Penyakit Secara umum diterima bahwa gizi merupakan salah satu determinan penting respons imunitas. Penelitian epidemiologis dan klinis menunjukkan bahwa kekurangan gizi
  • 3. menghambat respons imunitas dan meningkatkan risiko penyakit. Sanitasi dan higiene perorangan yang buruk, kepadatan penduduk yang tinggi, kontaminasi pangan dan air, dan pengetahuan gizi yang tidak memadai berkontribusi terhadap kerentanan terhadap suatu penyakit. Berbagai penelitian yang dilakukan selama kurun waktu 35 tahun yang lalu membuktikan bahwa gangguan imunitas adalah suatu faktor antara (intermediate factor) kaitan gizi dengan penyakit infeksi (Chandra, 1997). Sebagai contoh, kekurangan energiprotein (KEP) berkaitan dengan gangguan imunitas berperantara sel (cell-mediated immunity), fungsi fagosit, sistem komplemen, sekresi antibodi imunoglobulin A, dan produksi sitokin (cytokines). Kekurangan zat gizi tunggal, seperti seng, selenium, besi, tembaga, vitamin A, vitamin C, vitamin E, vitamin B6, dan asam folat juga dapat memperburuk respons imunitas. Selain itu, kelebihan zat gizi atau obesitas juga menurunkan imunitas (Chandra, 1997). Berbagai penelitian pada bayi di Asia dan Amerika Latin telah secara meyakinkan membuktikan intervensi gizi dapat menurunkan angka kematian bayi dan anakanak akibat penyakit infeksi. Pada kurun waktu April 1968 – Mei 1973, para peneliti dari Departemen Kesehatan Internasional, The John Hopkins University melakukan penelitianm di negara bagian Punjab India (The Narangwal Nutrition Study), yang meneliti kaitan antara kekurangan gizi dan infeksi dan dampaknya pada morbiditas, mortalitas, dan pertumbuhan anak prasekolah. Melalui penelitian tersebut, Kielmann dan kawan-kawan menunjukkan bahwa mortalitas menurun dengan suplementasi gizi. Penurunan ini berkaitan dengan meningkatnya daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi (Kielmann et al., 1978). Scrimshaw, selama bertugas di Gorgas Hospital, Panama pada kurun waktu 19451946, mengamati bahwa tuberkulosa adalah penyakit yang lebih banyak diderita anakanak atau dewasa yang menderita kurang gizi daripada anak-anak atau dewasa yang status gizinya lebih baik. Scrimshaw dan koleganya juga mengamati bahwa cacar air lebih parah pada anak-anak yang menderita kekurangan gizi yang buruk dibandingkan dengan rekannya yang berstatus gizi lebih baik. Sementara itu, terdapat kaitan antara kekurangan gizi tingkat sedang dan buruk pada awal episode penyakit (Scrimshaw, 2003). Pada tahun 1968, World Health Organization (WHO) menerbitkan WHO Monograph on Nutrition-infection Interactions. Publikasi ini merupakan hasil kerjasama Nevin S. Scrimshaw, Carl Taylor, dan John Gordon (Scrimshaw et al. 1968). Pada publikasi ini,
  • 4. Scrimshaw dan koleganya untuk pertama kali mengemukakan bahwa kaitan antara malagizi dan infeksi adalah sinergistis. Artinya, malagizi memperparah penyakit infeksi, demikian juga halnya infeksi memperburuk malagizi. Sebaliknya, status gizi yang makin baik akan meringankan diare, dan selanjutnya, diare yang makin ringan akan memperbaiki status gizi. Contoh klasik untuk ini adalah kaitan antara malagizi dengan diare (Gambar 1). Mekanisme yang melaluinya zat gizi mencegah atau mengurangi beban penyakit infeksi adalah peningkatan daya tahan tubuh. Peningkatan daya tahan tubuh ini tidak hanya melalui produksi antibodi humoral dan kapasitas fagosit terhadap bakteri, tetapi juga, antara lain, melalui sekresi antibodi mukosal, imunitas berperantara sel, pembentukan komplemen, T-lymphocytes, dan T-cells (Scrimshaw and SanGiovanni, 1997). 1. Gizi dan Imunitas Gangguan pada berbagai aspek imunitas, termasuk fagositosis, respons proliferasi sel ke mitogen, serta produksi Tlymphocyte dan sitokin telah ditemukan pada kondisi kekurangan gizi (Chandra and Kumari, 1994; Chandra, 1990; Kulkarni et al. 1994). Sampai saat ini, mekanisme yang melaluinya kekurangan gizi mengakibatkan gangguan fungsi imunitas masih terus mendapat perhatian serius para ahli gizi, imunolog, ahli biologi, dan ahli di bidang lain yang terkait. Karena begitu eratnya kaitan antara status gizi dan fungsi imunitas, Chandra dan Scrimshaw (1980) menawarkan indeks imunitas sebagai ukuran status gizi. Fungsi imunitas yang dinilai adalah komponen komplemen, delayed-hypersensitivity, thymusdependent lymphocytes, secretory IgA, microbicidal capacity of neutrophils, dan leukocyte terminal transferase. Beberapa penelitian baik pada tikus maupun manusia telah menghasilkan informasi penting berkenan hubungan antara susu terfermentasi dengan imunitas. Pemberian susu terfermentasi dapat mendorong pembentukan antiobodi dan respons imunitas seluler
  • 5. pada orang sehat. Fungsi imunitas yang paling dipengaruhi adalah imunitas berperantara sel dan aktivitas sitokin (Solis-Pereira et al., 1997). Walaupun ada bukti bahwa kekurangan gizi dapat mempengaruhi patogen (Levander, 1997), akan tetapi, pada umumnya dampak kekurangan gizi pada penyakit infeksi dikaitkan dengan menurunnya fungsi imunitas tubuh. Kekurangan energi-protein, misalnya, antara lain, menyebabkan penurunan pada proliferasi limposit, produksi sitokin, dan respons antibodi terhadap vaksin (Lesourd, 1997). 2. Energi dan Protein Dampak KEP (zat gizi makro) pada timbulnya penyakit infeksi, terutama pada bayi dan anak-anak telah diteliti secara luas. Intervensi gizi (energi dan protein) pada bayi dan anak-anak dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian di Asia dan Amerika Latin. Berbagai penelitian juga telah secara meyakinkan menunjukkan bahwa peranan gizi pada penurunan angka kematian dan kematian ini adalah melalui perbaikan pada fungsi imunitas. Kekurangan energi-protein, misalnya, berkaitan dengan gangguan imunitas berperantara sel (cell-mediated immunity), fungsi fagosit, sistem komplemen, sekresi antibodi imunoglobulin A, dan produksi sitokin (Chandra, 1997). 3. Vitamin a. Vitamin A Dalam kaitannya dengan fungsi imunitas vitamin yang menarik perhatian dan yang sering menjadi fokus penelitian adalah vitamin A, vitamin E, vitamin C, dan kelompok vitamin B. Di antara vitamin tersebut, vitamin A adalah yang paling luas diteliti. Pengamatan yang mengaitkan vitamin A dengan imunitas sudah dilakukan bahkan sebelum struktur vitamin A diketahui dengan tepat pada tahun 1931 (Karrer et al., 1931 dalam Villamor and Fawzi, 2005). Beberapa fakta ilmiah yang mengawali pemahaman mengenai kaitan vitamin A dan penyakit antara lain adalah temuan Green dan Mellanby yang menunjukkan bahwa tikus yang kekurangan vitamin A lebih rentan terhadap infeksi (Green and Mellanby, 1928 dalam Semba, 1999).
  • 6. Vitamin A secara luas beperan pada fungsi imunitas. Vitamin A sangat penting untuk memelihara integritas epitel, termasuk epitel usus. Hal ini berkaitan dengan hambatan fisik terhadap patogen dan imunitas mukosal. Pemberian vitamin A juga dapat menurunkan episode dan kejadian diare pada anak-anak ketika dikombinasikan dengan mineral seng (Rahman et al., 2001). Efek suplementasi vitamin A pada morbiditas anak meliputi penurunan keparahan cacar air yang dapat berkorelasi dengan peningkatan produksi antibodi T-cell-dependent (Coutsoudis et al., 1991). Oleh karena itu, suplementasi vitamin A dianjurkan untuk penanganan infeksi cacar air (Beck, 2001). b. Vitamin E Vitamin E sering disebut sebagai vitamin antioksidan. Hal ini dikarenakan perannya untuk menangkal radikal bebas. Karena kemampuannya menahan tekanan radikal oksidatif ini pula vitamin E disebut sebagai vitamin antipenuaan. Selain sebagai antioksidan, vitamin E juga dikenal sebagai zat gizi penting untuk pencegahan penyakit infeksi. Penelitian pada berbagai jenis hewan coba mengindikasikan bahwa vitamin antioksidan berkaitan dengan peningkatan fungsi imunitas (Bendich, 1990 dalam Pallast et al., 1999). Lebih spesifik lagi, suplementasi vitamin E megadosis (melebihi angka kecukupan gizi) memiliki efek perangsangan pada imunitas humoral dan berperantara sel (Tangerdy et al., 1989 dalam Pallast et al., 1999). Mekanisme peningkatan fungsi imunitas oleh vitamin E masih belum seluruhnya dipahami. Dugaan mekanisme tersebut diduga melalui efek langsung dan tidak langsung (melalui makrofag) vitamin E pada fungsi T-cell. Efek langsung vitamin E mungkin diperantarai oleh perubahan molekul reseptor membran T-cell yang diinduksi oleh vitamin E. Melalui perannya sebagai antioksidan, vitamin E juga dapat menurunkan produksi faktor penekan imunitas (immunosuppressive factors) seperti prostaglandin E dan hidrogen peroksida dengan mengaktifkan makrofag (Beharka et al., 1997 dalam Pallast et al., 1999). c. Vitamin C Seperti halnya vitamin E, vitamin C juga temasuk vitamin antioksidan. Sebagai antioksidan, efek vitamin C pada respons imunitas juga sudah banyak diteliti. Vitamin
  • 7. C berakumulasi (dengan konsentrasi milimol/l) dalam neutrofil, limposit, dan monosit (Evans et al., 1982), yang mengindikasikan bahwa vitamin C berperan penting pada fungsi imunitas. Penelitian menunjukkan fungsi pagosit, proliferasi Tcell, dan produksi sitokin dipengaruhi oleh status vitamin C. Pada masa infeksi, pagosit teraktivasi menghasilkan agen pengoksidasi yang memiliki efek antimikrobial. Akan tetapi, itu dilepaskan ke media ektraselular sehingga membahayakan inang. Untuk menetralisir efek peningkatan oksigen radikal ini, sel memanfaatkan berbagai mekanisme antikoksidatif, termasuk vitamin antioksidan seperti vitamin C (Li et al., 2006). 4. Mineral a. Selenium Selenium berperan penting dalam fungsi imunitas. Selenium mempengaruhi baik sistem imunitas bawaan (innate), nonadaptif, dan buatan (aquired). Selain itu, Se mempengaruhi fungsi neutrofil (Arthur, 2003). Selain peran Se dalam fungsi imunitas, kekurangan Se diketahui mempengaruhi virus patogen. Salah satu contohnya adalah efek kekurangan Se pada patogenitas coxsackievirus, suatu jenis virus mRNA (Levander, 1997; Beck, 2001, Beck et al., 2003). Mutasi virus influenza juga terjadi pada keadaan kekurangan Se. Ketika terjadi perubahan genom virus, inang yang tidak kekurangan Se pun akan rentan terhadap strain baru virus ini (Beck, 2001). Strain virus influenza, influenza A/Bangkok/1/79, yang memiliki patogenitas menengah, berubah menjadi virus yang lebih patogen pada tikus yang kekurangan Se (Beck et al., 2003). b. Seng Mikromineral lain yang tak kalah pentingnya pada fungsi imunitas adalah seng (Zn). Asupan seng merupakan faktor penting pada modulasi respons imunitas berperantara sel. Kekurangan seng berdampak pada penurunan respons pembentukan antibodi dalam limfa (Chandra and Au, 1980). Kekurangan seng juga berkaitan dengan respons imunitas yang diindikasikan oleh kuantitas limposit dalam darah perifer, proliferasi T-lymphocyte, pelepasan IL-2, atau citotoksik limposit (Keen and Gerswhin, 1990).
  • 8. Suplemetasi seng pada orang usia lanjut yang kekurangan seng dapat memperbaiki respons imunitas (Lesourd, 1997). Suplementasi seng bersama-sama dengan mikromineral lain (selenium dan kuprum) juga menurunkan infeksi bronchopneumonia dan mempersingkat waktu rawat pasien yang menderita luka bakar (Berger et al., 1998).
  • 9. Penutup Status gizi merupakan determinan penting bagi respons imunitas. Perbaikan pada fungsi imunitas merupakan faktor antara peran gizi pada pencegahan penyakit infeksi. Gizi dan penyakti infeksi berkaitan secara sinergistis. Penelitian mutakhir menghasilkan paradigma baru kaitan antara gizi (diet) dan patogen (agen), yaitu diet diketahui mempengaruhi agen (misalnya terjadi mutasi virus).
  • 10. Daftar Pustaka 1. Siagian, Albiner. 2012. Gizi, Imunitas, dan Penyakit Infeksi. FKM USU. <http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18924/1/ikm-des2006-10%20(2).pdf> 2. Devi, Nirmala. (2010) Gizi untuk keluarga. Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara, hal 1-37. 3. http://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit