SlideShare a Scribd company logo
GEOMETRI ELIPTIK 
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Geometri non Euclid 
Dosen Pengampu: Heri Sutarto, M.Pd 
Oleh: 
1. Kiki Wulandari (4101410036) 
2. Pamila Aditianingrum (4101410088) 
3. Atika Rosiana (4101411116) 
4. Prasetya Adi Pungkas (4101412061) 
5. Nila Kumoro Manah (4101412129) 
JURUSAN MATEMATIKA 
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM 
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 
2014
GEOMETRI ELIPTIK 
A. SEJARAH GEOMETRI ELIPTIK 
Ilmu tentang astronomi telah banyak dipelajari berabad-abad sebelum 
masehi, hal ini terlihat dengan adanya bukti-bukti peninggalan sejarahtentang 
system penanggalan kuno dan peramalan untuk memperkirakan fenomena 
alam, masa kesuburan pertanian dan sifat seseorang dipandang darisegi rasi 
bintang. Semakin lama, ilmu perbintangan semakin menarik untuk dipelajari 
hingga ke hal-hal yang bersifat teoretik. Namun misteri perbitangan secara 
teoretik tidak dapat dipecahkan karena teori yang diakui pada masa itu adalah 
teori yang berpegang pada postulat Euclid yang membangun konsep bidang 
datar. Untuk memecahkan kesulitan tersebut para astronom dan 
matematikawan membuat terobosan baru dalam bidang geometri. Sejak saat 
itu, para astronom mulai mengumpulkan berbagai referensi sejarah untuk 
mendukung terobosan baru tersebut.Berdasarkan catatan sejarah yang ditulis 
oleh Claudius Ptolemy(150 SM), seorang ahli geografi, astronomi, dan 
astrologi berkebangsaan Yunani, menuliskan pada bukunya Geographica 
bahwa “untuk menempuh jarak terdekatantara dua titik pada bumi, maka 
seseorang harus mengikuti lingkaran yang memuat dua titik tersebut”. Selain 
itu, Nicolaus Copernicus (1473-1543) menyatakan dalam bukunya bahwa 
“bumi berputar pada porosnya, ….”, dan dari ekspedisi penjelajahan 
mengelilingi dunia yang dilakukan oleh Christoper Colombus (1451-1506) 
dan pendahulu-pendahulunya membuktikan bahwa bumi berbentuk bulat. 
Referensi ini membuka ide baru bidang geometri eliptik yang 
kemudian memberikan pengaruh besar pada bidang astronomi, geografi, dan 
fisika modern. Berdasarkan referensi sejarah tersebut dan beberapa referensi 
lain, maka untuk pertamakalinya, matematikawan Benhard Riemann (1826- 
1866) memperkenalkan geometri bola sebagai geometri non-Euclid. Dalam 
pandangan Riemann pada geometri bola, garis merupakan lingkaran besar 
pada bola yang memuat dua titik. Riemann menganalisis postulat kesejajaran 
Euclid dan menemukan kejanggalan-kejanggalan. Dari kejanggalan tersebut 
Riemann mengembangkan teori geometri bola yang dapat membuktikan 
1
postulat kesejajaran Riemann dan memenuhi definisi titik dan garis yang 
didefinisikan oleh Euclid. Pandangan Riemann ini kemudian dimodifikasi 
oleh Christian Klein (1849-1925) dengan memandang bahwa setiap pasang 
titik antipodal (titik yangberlawanan pada lingkaran besar) merupakan titik 
yang identik/sama. Klein mengembangkan model geometri bola dan 
menyebutnya dengan variasi geometri eliptik. Selanjutnya disajikan secara 
singkat tokoh-tokoh penemu dan pengembang geometri eliptik. 
SEJARAH RIEMANN 
Georg Friedrich Bernhard Riemann (17 September 
1826 – 20 Juli 1866). Beliau ialah matematikawan 
Jerman yang membuat sumbangan penting pada 
analisis dan geometri diferensial, beberapa darinya 
meratakan jalan untuk pengembangan lebih lanjut 
pada relativitas umum. Namanya dihubungkan 
dengan fungsi zeta Riemann, integral Riemann, 
lema Riemann, manipol Riemann, teorema 
pemetaan Riemann, problem Riemann-Hilbert, 
teorema Riemann-Roch, persamaan Cauchy-Riemann dan lain-lain. Ia lahir 
di Breselenz, sebuah desa dekat Dannenberg di Kerajaan Hanover di Jerman 
sekarang. Ayahnya Friedrich Bernhard Riemann ialah pastor Lutheran di 
Breselenz. Bernhard merupakan anak kedua dari 6 bersaudara. Pada 1840 
Bernhard pergi ke Hanover untuk tinggal dengan neneknya dan mengunjungi 
Lyceum. Setelah kematian neneknya pada 1842 ia pindah ke Johanneum di 
Lüneburg. Pada 1846, pada usia 19, ia mulai belajar filologi dan teologi di 
Universitas Göttingen. Ia mengikuti ceramah Gauss. Pada 1847 ayahnya 
mengizinkannya berhenti belajar Teologi dan mulai belajar matematika. 
Pada 1847 ia pindah ke Berlin, di mana Jacobi, Dirichlet dan Steiner 
mengajar. Ia tinggal di Berlin selama 2 tahun dan kembali ke Göttingen pada 
1849. Riemann menyelenggarakan ceramah pertamanya pada 1854, yang tak 
hanya menemukan bidang geometri Riemann namun menentukan tahapan 
untuk relativitas umum Einstein. Ia dipromosikan sebagai guru besar 
istimewa di Universitas Göttingen pada 1857 dan menjadi guru besar luar 
2
biasa pada 1859 menyusul kematian Dirichlet. Pada 1862 ia menikahi Elise 
Koch. Ia meninggal akibat tuberkulosis pada perjalanan ketiganya ke Italia di 
Selasca. Sumbangsih Riemann dalam matematika berada di bidang geometri 
diferensial yang menyingkap cara-cara umum untuk membuat pengukuran 
dalam ruang dengan sembarang lengkungan dan jumlah dimensi. Sumbangsih 
Riemann dalam geometri adalah berupa teori tentang geometri yang berbeda 
dengan geometri euclid. Pada tahun 1954 Riemann membacakan disertasinya 
tentang penemuannya yang baru di Fakultas Filsafat Gottingen. Ia memulai 
dengan asumsi : Garis-garis adalah tidak terbatas, tetapi panjangnya 
berhingga. Riemann tidak mengindahkan postulat kesejajaran dari geometri 
euckides maupun dari geometri hiperbolik. Postulat kesejajaran dari Riemann 
adalah: Tidak ada garis-garis yang sejajar dengan garis lain. Jadi 
menurutnya, dua garis selalu berpotongan dan tidak ada dua garis sejajar. 
Untuk selanjutnya geometri elliptik dikenal sebagai Geometri Riemann. 
B. PENGANTAR GEOMETRI ELIPTIK 
Geometri Eliptik berbeda dengan Geometri Eucli hanya pada postulat 
kesejajarannya saja. Postulat kesejajaran dari Riemann adalah sebagai berikut 
(Moeharti, 1986: 5.17) 
Tidak ada garis-garis sejajar dengan garis lain. 
Berdasarkan postulat tersebut, Riemann mengemukakan bahwa dua 
garis selaluberpotongan dan tidak ada dua garis sejajar (Budiarto dan 
Masriyah, 2007: 172). Dalam geometri Euclid, postulat kesejajaran Euclid, 
dua garis yang tegak lurus terhadap garis yang sama adalah sejajar. 
Diketahui: Dua garis yang berbeda l dan m yang tegak lurus terhadap garis n. 
Adb. l dan m sejajar. 
Andaikan 푙 ∦ 푚, maka l dan m berpotongan pada suatu titik, misal C. 
Misalkan A dan B berturut-turut merupakan titik potong garis l dan m 
terhadap garis n. 
3
No. Langkah Alasan 
1. Perpanjang ̅C̅̅A̅ sedemikian sehingga 
diperoleh 퐶퐴 = 퐴퐶’, dimana C’ 
terletak di perpanjangan ̅C̅̅A̅ 
4 
Ruas garis dapat diperpanjang 
2. Melalui C’ dan B dapat dibuat ̅C̅̅′̅B̅. Melalui dua titik sebarang 
dapat dibuat sebuah garis. 
3. Δ퐴퐵퐶 ≅ Δ퐴퐵퐶′ Sisi, sudut, sisi 
4. ∠퐴퐵퐶 = ∠퐴퐵퐶′ Akibat dari Δ퐴퐵퐶 ≅ Δ퐴퐵퐶′, 
maka sisi-sisi yang bersesuaian 
adalah sama. 
5. 퐵퐶 = 퐵퐶’ Akibat dari Δ퐴퐵퐶 ≅ Δ퐴퐵퐶′, 
maka sisi-sisi yang bersesuaian 
adalah sama. 
6. ∠퐴퐵퐶 = ∠퐴퐵퐶 ′ = 90°, maka BC 
dan BC’ tegak lurus AB 
Diketahui 
7. ̅B̅̅C̅ dan ̅B̅̅C̅̅′ berhimpit, berarti 퐶 = 퐶’ 
8. 푙 = 푚 
Terdapat kontradiksi dengan yang diandaikan, yaitu bahwa l dan m berlainan. 
Jadi, pengandaian di atas salah, ini berarti l dan m sejajar. 
Analisis Riemann terhadap pembuktian teorema di atas sebagai berikut. 
a. Pandangan penting adalah Langkah 6, bahwa “l dan m serupa” karena 
garis tersebut memiliki titik C dan C’ secara bersama-sama. Langkah ini 
akan gagal jika C dan C’ tidak berbeda.
b. Euclid mengasumsikan bahwa setiap garis “memisahkan bidang menjadi 
dua sisi yang berhadapan (Separation Principle) 
c. Dalam pandangan sifat pemisahan, konstruksi dalam Langkah 1 
pembuktian di atas (untuk memperluas CA melalui panjangnya C’) 
menjamin bahwa C dan C’ berada pada sisi sehadap dari n dan merupakan 
titik yang berbeda. 
d. Tanpa sifat pemisah, keberadaan C dan C’ tidak memiliki justifikasi 
formal dan bukti tersebut akan gagal. 
Berdasarkan analisis Riemann di atas, maka muncul dua teori baru yang 
berangkat dari dua kemungkinan berikut. 
a. Jika prinsip pemisahan tersebut diterima, C dan C’ haruslah merupakan 
titik yang berbeda. Dengan kata lain, setiap dua garis berpotongan pada 
dua titik dan setiap garis memisahkan bidang. 
b. Jika mengabaikan prinsip pemisahan, maka C dan C’ merupakan titik yang 
sama. Dengan kata lain, setiap dua garis berpotongan pada satu titik dan 
tidak ada garis yang memisahkan suatau bidang. 
Kemungkinan pertama di atas yang mendasari munculnya geometri eliptik 
ganda (double elliptic geometry) dan kemungkinan kedua mendasari 
munculnya geometri eliptik tunggal (single elliptic geometry). Gambar 
berikut ini berturut-turut merupakan model dari geometri eliptik tunggal dan 
geometri eliptik ganda. 
Model Geometri Eliptik tunggal (Moeharti, 1986: 5.19) 
Sebarang dua garis yang berpotongan tepat pada satu titik, tetapi tidak 
ada garis yang memisahkan bidang tersebut. 
5
Model Geometri Eliptik ganda (Moeharti, 1986: 5.19) 
Dua garis berpotongan tepat pada dua titik, dan setiap garis 
6 
memisahkan bidang. 
Sifat Kutub pada Bidang Geometri Eliptik 
Seperti halnya dalam geometri Euclid dan Lobachevski, geometri 
eliptik memenuhi beberapa hal berikut. 
a. Hanya ada satu garis yang tegak lurus terhadap garis yang melalui 
sebuahtitik yang diberikan, jika titik tersebut terletak pada garis yang 
diberikan.
b. Tetapi sifat di atas tidak terpenuhi, jika titik tersebut tidak berada pada 
garisyang diketahui, karena sebarang dua garis yang tegak lurus dengan 
garis yangsama akan berpotongan. 
c. Untuk setiap garis l pada bidang geometri eliptik, ada titik polar K 
sedemikian sehingga semua garis yang melalui K akan tegak lurus dengan 
l. Jadi, semua lingkaran besar pada bola dunia melalui kutub utara yang 
tegak lurus dengan ekuatornya. 
Sifat Kutub 
Misalkan l adalah suatu garis. Maka ada suatu titik K yang disebut kutub dari 
l sedemikian hingga: 
a. setiap segmen yang menghubungkan K dengan suatu titik pada l tegak 
7 
lurus pada l, 
b. K berjarak sama dari setiap titik pada l. 
Jarak K sampai sebarang titik pada l disebut “jarak polar”. Jarak polar suatu 
kutub sampai garisnya adalah konstan.
C. TEOREMA-TEOREMA DALAM GEOMETRI ELIPTIK 
Teorema 6.8.1. 
Jika sebarang garis l pada geometri eliptik, kemudian terdapat paling 
sedikit satu titik P sehingga setiap garis menghubungakan P ke sebuah titik 
di l yang tegak lurus dengan l dan P berjarak sama dari semua titik di l. 
8 
Bukti: 
Misalkan Q dan R merupakan sebarang titik yang berjarak sama di l dan 
membentuk garis m dan n yang tegak lurus dengan l di titik Q dan R. 
(Berdasarkan postulat Riemann) 
Maka garis m dan n berpotongan di titik P 
Sehingga P,Q, dan R tidak segaris. 
PQR merupakan sebuah segitiga dengan dua sudut yang kongruen (̅푃̅̅푄̅ ≅ 
̅푃̅̅푅̅)(Teorema segitiga samakaki). 
Andaikan S merupakan titik tengah dari ̅푄̅̅푅̅. 
Jika kita menghubungkan titik P ke titik S 
Maka Δ푃푄푆 ≅ Δ푃푅푆, dan berakibat ̅푃̅̅푆̅ tegak lurus ̅푄̅̅푅̅ dan ̅푃̅̅푆̅ ≅ ̅푃̅̅푄̅ ≅ 
̅푃̅̅푅̅. 
Terbukti. 
Teorema 6.8.2. 
Pada sebarang segitiga siku-siku di geometri eliptik, setiap dua sudut yang 
lain mempunyai besar sudut kurang dari, sama dengan, atau lebih dari 
sudut siku-siku tergantung dari apakah sisi yang berlawanan itu
mempunyai panjang sisi kurang dari, sama dengan, atau lebih dari jarak 
kutubnya. 
9 
Bukti: 
Misalkan Δ퐴퐵퐶 siku-siku di C. 
Pada ̅퐶̅̅퐵̅, buat titik P sehingga CP adalah jarak kutub. 
̅퐴̅̅퐶̅ mempunyai titik P sebagai titik kutubnya. 
Sehingga ̅퐴̅̅푃̅ tegak lurus pada ̅퐴̅̅퐶̅ dan ∠푃퐴퐶 merupakan sudut siku-siku. 
Jika CB sama dengan jarak kutub maka ∠퐶퐴퐵(푃) adalah sudut siku-siku. 
Jika CB kurang dari jarak kutub maka 푚∠퐶퐴퐵 < 900. 
Dan jika CB lebih dari jarak kutub maka 푚∠퐶퐴퐵 > 900. 
Teorema 6.8.3. 
Pada geometri eliptik sudut puncak segiempat Saccheri adalah kongruen 
dan tumpul. 
Bukti: 
Misalkan segiempat ABCD adalah sebuah segiempat Saccheri dimana 
∠퐴 푑푎푛 ∠퐵 adalah sudut siku-siku dan ruas garis AD ≅ BC. 
Sebuah teorema dari geometri netral (teorema 3.6.2) menjelaskan bahwa 
sudut puncak adalah kongruen. 
Akan di buktikan sudut puncak segiempat sacherri adalah tumpul. 
Misalkan E dan F titik tengah ruas garis AB dan CD. 
Berdasarkan Teorema 3.6.4 pada segiempat Sacherri menjelaskan bahwa 
garis yang menghubungkan titik-titik tengah dari sisi atas dan sisi bawah 
segiempat Sacherri adalah tegak lurus terhadap keduanya.
Maka ruas garis EF tegak lurus terhadap ̅퐴̅̅퐵̅ dan ̅퐶̅̅퐷̅ . 
Misalkan kita memperpanjang ̅퐸̅̅퐶̅ dan ̅퐹̅̅퐵̅ hingga keduanya berpotongan 
di sebuah titik P. Dengan definisi, P adalah kutub dari ̅퐸̅̅퐹̅, maka EP adalah 
jarak kutub. 
Karena CP < EP, teorema sebelumnya menjelaskan pada kita bahwa 
푚∠퐵퐶푃 < 90° sehingga ∠퐵퐶퐷 > 90° . 
Terbukti. 
Corollary 6.8.4. 
Pada geometri eliptik sudut keempat dari segiempat Lambert adalah 
tumpul. 
10 
Bukti: 
Perhatikan gambar berikut. 
AFED merupakan segiempat Lambert dimana ∠퐴 = ∠퐹 = ∠퐸 = 900. 
Akan dibuktikan ∠퐷 adalah tumpul. 
Kita tahu bahwa P adalah titik kutub. 
Jika ̅푃̅̅퐸̅ < ̅푃̅̅퐹̅,푚푎푘푎 ∠푃퐷퐸 < 900 (Teorema 6.8.2.) 
Sehingga ∠퐴퐷퐸 > 900 atau dapat dikatakan sudut D tumpul. 
Terbukti. 
Teorema 6.8.5. 
Pada geometri eliptik, jumlah sudut dari segitiga siku-siku adalah lebih 
dari 180°.
11 
Bukti: 
Misalkan △ 퐴퐵퐶 mempunyai sudut siku-siku di C. 
Akan ditunjukkan bahwa S(△ 퐴퐵퐶 ) > 180°. 
Buatlah ruas garis AX sehingga ∠퐵퐴푋 ≅ ∠퐴퐵퐶 
Titik Q merupakan titik tengah ruas garis AB. 
Hubungkan titik Q dengan titik R sehingga ruas garis QR tegak lurus 
dengan ruas garis BC. 
Hubungkan titik Q dengan titik P sehingga ruas garis QP tegak lurus 
dengan ruas garis AX. 
Jelas ∠퐴푃푄 = 90°, maka segiempat ACRP merupakan segiempat 
Lambert. 
Berdasarkan sebab akibat 6.8.4 bahwa sudut keempat dari segiempat 
Lambert adalah tumpul, maka ∠푃퐴퐶 > 90°. Karena sudut PAQ = sudut 
QBR, maka sudut BAC + sudut ABC > 90°, sehingga jumlah sudut dalam 
segitiga siku-siku ABC yaitu sudut BAC + sudut ABC + sudut ACB > 
180°. 
Terbukti. 
Teorema 6.8.6. 
Pada geometri eliptik jumlah sudut dari segitiga sebarang adalah lebih dari 
180°. 
Bukti:
Misalkan diberikan garis l, dan garis m dan n yang tegak lurus dengan 
garis l di titik A dan B. 
Berdasarkan postulat kejajaran eliptik, garis m dan n akan berpotongan di 
P yang merupakan kutub dari l. 
Perhatikan segitiga PAB adalah segitiga samakaki(∠퐴 = ∠퐵 = 900) 
Maka jumlah sudut segitiga PAB adalah 
∠퐴 + ∠퐵 + ∠푃 = 900 + 900 + ∠푃 
= 1800 + ∠푃 
> 1800 
Terbukti bahwa jumlah besar sudut suatu segitiga lebih besar dari 1800 
Pada geometri eliptik jumlah dari besar sudut dalam dari setiap segiempat 
cembung lebih besar dari 360°. 
12 
Bukti: 
Dipunyai segiempat ABCD. 
Akan di buktikan ∠퐴 + ∠퐵 + ∠퐶 + ∠퐷 > 3600 
Perhatikan segiempat ABCD. 
Terdapat segitiga ABC dan segitiga ACD. 
Berdasarkan teorema 6.8.6. 
∠퐴1 + ∠퐵 + ∠퐶1 > 1800 
∠퐴2 + ∠퐷 + ∠퐶2 > 1800 
∠퐴1 + ∠퐴2 + ∠퐷 + ∠퐵 + ∠퐶1 + ∠퐶2 > 1800 + 1800 
∠퐴 + ∠퐵 + ∠퐶 + ∠퐷 > 3600 
Terbukti. 
A D 
B 
C 
1 2 
1 2 
D 
Corollary 6.8.7.
Corollary 6.8.8. 
Tidak ada bujur sangkar dalam geometri eliptik. 
13 
Bukti: 
Andaikan ada bujur sangkar dalam geometri eliptik. 
Berarti ada segiempat ABCD dengan semua sisinya sama panjang 
dan semua sudutnya siku-siku. 
Jadi jumlah besar sudut segiempat ABCD = ∠퐴 + ∠퐵 + ∠퐶 + ∠퐷 
= 900 + 900 + 900 + 900 
= 3600 
Hal ini kontradiksi dengan sebab akibat 6.8.7. yaitu jumlah besar sudut 
suatu segiempat lebih besar dari 3600. 
Jadi tidak ada bujur sangkar dalam geometri eliptik. 
Teorema 6.8.9. 
Jika tiga sudut dari suatu segitiga adalah kongruen secara berurutan kepada 
tiga sudut dari segitiga kedua, maka segitiga-segitiga tersebut kongruen. 
Bukti: 
Misalkan sudut A, B, dan C adalah sudut-sudut dari △ 퐴퐵퐶 kongruen 
secara berurutan dengan sudut A’, B’, dan C’ pada △ 퐴′퐵′퐶′. 
Adb. △ 퐴퐵퐶 ≅△ 퐴′퐵′퐶′ 
Jika salah satu sisi yang bersesuaian, sebut AB dan A’B’ kongruen, maka 
segitiga-segitiga tersebut kongruen. 
Adt. 퐴퐵 = 퐴’퐵’ 
Andaikan 퐴퐵 ≠ 퐴′퐵′ misalkan 퐴퐵 > 퐴’퐵’. 
Tentukan titik D pada AB sehingga 퐴퐷 = 퐴’퐵’. 
Tentukan titik E pada AC sehingga 퐴퐸 = 퐴’퐶’. 
Jelas 퐴퐷 = 퐴’퐵’ (dibuat) , ∠퐴 = ∠퐴′ (diketahui), dan 퐴퐸 = 퐴’퐶’. 
Maka △ 퐴퐷퐸 ≅△ 퐴′퐵′퐶′ (S Sd S). 
Akibatnya jelas bahwa BCED adalah segiempat dengan jumlah sudutnya 
sama dengan 360°.
Terjadi kontradiksi dengan teorema sebelumnya bahwa jumlah sudut pada 
segiempat lebih dari 360°. 
Jadi 퐴퐵 = 퐴’퐵’. 
Karena ∠퐴 = ∠퐴′ (diketahui), 퐴퐵 = 퐴’퐵’ (telah dibuktikan), dan ∠퐵 = 
∠퐵′, maka △ 퐴퐵퐶 ≅△ 퐴′퐵′퐶′. 
Terbukti. 
Teorema 6.8.10. 
Luas segitiga adalah sebanding dengan kelebihannya, yaitu, luas 
△ 퐴퐵퐶 = 푘[푆(△ 퐴퐵퐶) − 180°], dimana k adalah konstanta tergantung 
pada satuan panjang yang dipilih. 
14 
Bukti: 
Adb. 퐴(△ 퐴퐵퐶) = 푘[푆(△ 퐴퐵퐶 ) − 180°] 
Berdasarkan definisi segibanyak secara umum, luas dari segitiga adalah 
sebanding dengan defectnya, atau dapat dituliskan: 
퐴(△ 퐴퐵퐶 ) = 푘푥 푑(△ 퐴퐵퐶) 
Diketahui bahwa 푆(△ 퐴퐵퐶 ) > 180°. 
Karena definisi dari defect suatu segitiga adalah selisih antara 180° dan 
jumlah sudut dalam segitiga tersebut, maka: 
푑(△ 퐴퐵퐶 ) = 푆(△ 퐴퐵퐶 ) − 180° 
Jadi luas dari segitiga adalah 
퐴(△ 퐴퐵퐶 ) = 푘푥 푑(△ 퐴퐵퐶) 
⇔ 퐴(△ 퐴퐵퐶 ) = 푘푥 [푆(△ 퐴퐵퐶 ) − 180°] 
Jadi teorema terbukti.
D C 
A B 
15 
D. LATIHAN SOAL 
1. Sebutkan sifat-sifat kutub pada geometri eliptik. 
2. Pada geometri eliptik buktikan bahwa panjang dari puncak segiempat 
Saccheri kurang dari panjang alasnya. 
3. Pada geometri eliptik buktikan bahwa panjang dari garis yang 
menghubungkan titik tengah alas dan puncak dari segiempat Saccheri 
lebih dari panjang sisi-sisinya. 
4. Pada geometri eliptik buktikan bahwa pada sebuah segiempat Lambert 
panjang dari setiap sisi yang mengandung sudut tumpul kurang dari 
panjang sisi yang berlawanan dengannya. 
5. Perhatikan gambar di bawah ini. 
Buktikan bahwa segitiga UBA 
kongruen dengan segitiga UB^' A'! 
PENYELESAIAN 
1. Misalkan l adalah suatu garis. Maka ada suatu titik K yang disebut kutub 
dari l sedemikian hingga: 
a) setiap segmen yang menghubungkan K dengan suatu titik pada l 
tegak lurus pada l, 
b) K berjarak sama dari setiap titik pada l. 
2. 
Dipunyai segiempat Saccheri.
퐴퐷 ≅ 퐵퐶, 퐴퐷 ⊥ 퐴퐵, 퐶퐵 ⊥ 퐴퐵, 푚∠퐴퐷퐶 = 푚∠퐵퐶퐷 
Adb. 퐴퐵 > 퐷퐶 
Bukti: 
Jika kita menghubungkan BD, maka akan ada 3 kemungkinan yaitu: 
(1) 푚∠퐴퐷퐵 = 푚∠퐶퐵퐷, 
(2) 푚∠퐴퐷퐵 < 푚∠퐶퐵퐷, atau 
(3) 푚∠퐴퐷퐵 > 푚∠퐶퐵퐷. 
Dari setiap kemungkinan diperoleh: 
(1) Andaikan 풎∠푨푫푩 = 풎∠푪푩푫. 
Jelas 퐴퐷 ≅ 퐵퐶 (diketahui) 
푚∠퐴퐷퐵 = 푚∠퐶퐵퐷 
퐵퐷 ≅ 퐵퐷 (berimpit) 
Jadi △ 퐴퐷퐵 ≅△ 퐶퐵퐷 (S Sd S). 
Akibatnya 푨푩 = 푪푫. 
Karena 푚∠퐴퐷퐵 = 푚∠퐶퐵퐷 maka 
푚∠퐴퐵퐷 + 푚∠퐶퐵퐷 = 90° (definisi segiempat Saccheri) 
⇔ 푚∠퐴퐵퐷 + 푚∠퐴퐷퐵 = 90° 
Sehingga 푚∠퐴퐵퐷 + 푚∠퐴퐷퐵 + 푚∠퐵퐴퐷 = 180°. 
Terjadi kontradiksi dengan teorema 6.8.6. 
Jadi pengandaian salah. 
(2) Andaikan 풎∠푨푫푩 < 풎∠푪푩푫. 
Akibatnya 푨푩 < 푪푫. 
Karena 푚∠퐴퐷퐵 < 푚∠퐶퐵퐷 maka 
푚∠퐴퐵퐷 + 푚∠퐶퐵퐷 = 90° (definisi segiempat Saccheri) 
⇔ 푚∠퐴퐵퐷 + 푚∠퐴퐷퐵 < 90° 
Sehingga 푚∠퐴퐵퐷 + 푚∠퐴퐷퐵 + 푚∠퐵퐴퐷 < 180°. 
Terjadi kontradiksi dengan teorema 6.8.6. 
Jadi pengandaian salah. 
(3) Andaikan 풎∠푨푫푩 > 풎∠푪푩푫. 
Akibatnya 푨푩 > 푪푫. 
Karena 푚∠퐴퐷퐵 > 푚∠퐶퐵퐷 maka 
푚∠퐴퐵퐷 + 푚∠퐶퐵퐷 = 90° (definisi segiempat Saccheri) 
16
⇔ 푚∠퐴퐵퐷 + 푚∠퐴퐷퐵 > 90° 
Sehingga 푚∠퐴퐵퐷 + 푚∠퐴퐷퐵 + 푚∠퐵퐴퐷 > 180°. 
Tidak terjadi kontradiksi, maka pengandaian berlaku. 
Jadi 풎∠푨푫푩 > 풎∠푪푩푫. 
Dengan kata lain 푨푩 > 푪푫 atau 푪푫 < 푨푩. 
Jadi terbukti bahwa panjang dari puncak segiempat Saccheri kurang dari 
panjang alasnya. 
F 
D C 
A B 
17 
3. 
E 
Dipunyai segiempat Saccheri ABCD 
Ambil titik E pertengahan ̅퐴̅̅퐵̅ dan F pertengahan ̅퐶̅̅퐷̅. 
Berdasarkan teorema pada geometri netral, maka ̅퐸̅̅퐹̅ tegak lurus pada ̅퐴̅̅퐵̅ 
dan ̅퐶̅̅퐷̅. 
Adb. 퐴퐷 < 퐸퐹 
Andaikan 퐴퐷 > 퐸퐹 
Misalkan G pada ̅퐴̅퐷̅̅ sehingga ̅퐴̅̅퐺̅ ≅ ̅퐸̅̅퐹̅. 
Maka ̅퐺̅̅퐹̅ memotong ∠퐸퐹퐷 di dalam dan ABCE adalah segiempat 
Saccheri. 
Karena ABCE adalah segiempat Saccheri maka ∠퐸퐹퐺 tumpul. 
Tapi karena ∠퐸퐹퐺 maka sudut dalam dari ∠퐸퐹퐷(90°), maka ∠퐸퐹퐺 ≤ 
90°. 
Terjadi kontradiksi, sehingga pengandaian salah. 
Jadi 퐴퐷 < 퐸퐹. 
4. Dipunyai segiempat Saccheri ABCD. 
Ambil titik E pertengahan ̅퐴̅̅퐵̅ dan F pertengahan ̅퐶̅̅퐷̅. 
Berdasarkan teorema pada geometri netral, maka ̅퐸̅̅퐹̅ tegak lurus pada ̅퐴̅̅퐵̅ 
dan ̅퐶̅̅퐷̅.
Maka terbentuk segiempat Lambert AEFD dan BEFC. 
Pada segiempat Lambert AEFD dengan ∠푨푫푭 tumpul: 
Adb. 퐷퐹 < 퐴퐸 dan 퐴퐷 < 퐸퐹. 
 Karena F titik tengah ̅퐶̅̅퐷̅ maka 퐷퐹 = 1 
18 
2 
퐶퐷. 
Karena E titik tengah ̅퐴̅̅퐵̅ maka 퐴퐸 = 1 
2 
퐴퐵. 
Telah dibuktikan bahwa 퐶퐷 < 퐴퐵, maka 
퐶퐷 < 퐴퐵 
⇔ 2퐷퐹 < 2퐴퐸 
⇔ 퐷퐹 < 퐴퐸 
 Pada soal sebelumnya telah dibuktikan bahwa 퐴퐷 < 퐸퐹. 
Jadi terbukti bahwa pada sebuah segiempat Lambert panjang dari setiap 
sisi yang mengandung sudut tumpul kurang dari panjang sisi yang 
berlawanan dengannya. 
5. Adb. △ 푈퐵퐴 ≅ △ 푈퐵′퐴′ 
Perhatikan △ 푈퐵퐴 dan △ 푈퐵′퐴′ 
푈퐵 = 푈퐵′ ( berdasarkan teorema 6.8.1) 
푈퐴 = 푈퐴′ 
Karena 푈퐵 = 푈퐵′ dan 푈퐴 = 푈퐴′ 
Jadi △ 푈퐵퐴 ≅ △ 푈퐵′퐴 (S S S). 
Terbukti.
DAFTAR PUSTAKA 
Wallace, Edward and West, Stephen. 1992. Roads to Geometry. New York: 
19 
Prentice Hall.

More Related Content

What's hot

Sub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoSub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup fakto
Yadi Pura
 
Geometri Ruang
Geometri Ruang  Geometri Ruang
Geometri Ruang
Nurhayun Rismawati
 
Bab ix ruas garis berarah
Bab ix ruas garis berarahBab ix ruas garis berarah
Bab ix ruas garis berarah
Nia Matus
 
Konsep Bilangan Bulat
Konsep Bilangan BulatKonsep Bilangan Bulat
Konsep Bilangan Bulat
Abdul Rais P
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Arvina Frida Karela
 
Koset Suatu Grup
Koset Suatu GrupKoset Suatu Grup
Koset Suatu Grup
Sholiha Nurwulan
 
Resume geometri non euclid
Resume geometri non euclidResume geometri non euclid
Resume geometri non euclid
Andriani Widi Astuti
 
Teori bilangan bab ii
Teori bilangan bab iiTeori bilangan bab ii
Teori bilangan bab iiSeptian Amri
 
Fungsi Pembangkit
Fungsi PembangkitFungsi Pembangkit
Fungsi Pembangkit
St. Risma Ayu Nirwana
 
Pengantar analisis real_I
Pengantar analisis real_IPengantar analisis real_I
Pengantar analisis real_IFerry Angriawan
 
Makalah transformasi balikan
Makalah transformasi balikanMakalah transformasi balikan
Makalah transformasi balikan
Nia Matus
 
Analisis kompleks
Analisis kompleksAnalisis kompleks
Analisis kompleks
UHN
 
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobilKelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Nailul Hasibuan
 
Geometri euclid
Geometri euclidGeometri euclid
Geometri euclid
windarti aja
 
Geometri ruang
Geometri ruangGeometri ruang
Geometri ruang
Ferry Angriawan
 
Pencerminan geser fix
Pencerminan geser fixPencerminan geser fix
Pencerminan geser fix
Nia Matus
 
Aliran-Aliran Filsafat Matematika
Aliran-Aliran Filsafat MatematikaAliran-Aliran Filsafat Matematika
Aliran-Aliran Filsafat Matematika
Nailul Hasibuan
 
Setengah Putaran dan Ruas Garis Berarah | Geometri Transformasi
Setengah Putaran dan Ruas Garis Berarah | Geometri TransformasiSetengah Putaran dan Ruas Garis Berarah | Geometri Transformasi
Setengah Putaran dan Ruas Garis Berarah | Geometri Transformasi
Jujun Muhamad Jubaerudin
 
Makalah setengah putaran
Makalah setengah putaranMakalah setengah putaran
Makalah setengah putaran
Nia Matus
 
Modul 4 kongruensi linier
Modul 4   kongruensi linierModul 4   kongruensi linier
Modul 4 kongruensi linier
Acika Karunila
 

What's hot (20)

Sub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoSub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup fakto
 
Geometri Ruang
Geometri Ruang  Geometri Ruang
Geometri Ruang
 
Bab ix ruas garis berarah
Bab ix ruas garis berarahBab ix ruas garis berarah
Bab ix ruas garis berarah
 
Konsep Bilangan Bulat
Konsep Bilangan BulatKonsep Bilangan Bulat
Konsep Bilangan Bulat
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
 
Koset Suatu Grup
Koset Suatu GrupKoset Suatu Grup
Koset Suatu Grup
 
Resume geometri non euclid
Resume geometri non euclidResume geometri non euclid
Resume geometri non euclid
 
Teori bilangan bab ii
Teori bilangan bab iiTeori bilangan bab ii
Teori bilangan bab ii
 
Fungsi Pembangkit
Fungsi PembangkitFungsi Pembangkit
Fungsi Pembangkit
 
Pengantar analisis real_I
Pengantar analisis real_IPengantar analisis real_I
Pengantar analisis real_I
 
Makalah transformasi balikan
Makalah transformasi balikanMakalah transformasi balikan
Makalah transformasi balikan
 
Analisis kompleks
Analisis kompleksAnalisis kompleks
Analisis kompleks
 
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobilKelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
 
Geometri euclid
Geometri euclidGeometri euclid
Geometri euclid
 
Geometri ruang
Geometri ruangGeometri ruang
Geometri ruang
 
Pencerminan geser fix
Pencerminan geser fixPencerminan geser fix
Pencerminan geser fix
 
Aliran-Aliran Filsafat Matematika
Aliran-Aliran Filsafat MatematikaAliran-Aliran Filsafat Matematika
Aliran-Aliran Filsafat Matematika
 
Setengah Putaran dan Ruas Garis Berarah | Geometri Transformasi
Setengah Putaran dan Ruas Garis Berarah | Geometri TransformasiSetengah Putaran dan Ruas Garis Berarah | Geometri Transformasi
Setengah Putaran dan Ruas Garis Berarah | Geometri Transformasi
 
Makalah setengah putaran
Makalah setengah putaranMakalah setengah putaran
Makalah setengah putaran
 
Modul 4 kongruensi linier
Modul 4   kongruensi linierModul 4   kongruensi linier
Modul 4 kongruensi linier
 

Viewers also liked

Geometri aksioma
Geometri aksiomaGeometri aksioma
Geometri aksioma
linda_rosalina
 
Geometri Non Euclid
Geometri Non EuclidGeometri Non Euclid
Geometri Non Euclid
marselladia
 
Sejarah penemuan integral dan diferensial
Sejarah penemuan integral dan diferensialSejarah penemuan integral dan diferensial
Sejarah penemuan integral dan diferensial
devintap
 
Resume geometri euclid
Resume geometri euclidResume geometri euclid
Resume geometri euclid
Andriani Widi Astuti
 
Sistem aksioma dan model
Sistem aksioma dan modelSistem aksioma dan model
Sistem aksioma dan modelStepanyCristy
 
Sifat sifat garis singgung lingkaran
Sifat sifat garis singgung lingkaranSifat sifat garis singgung lingkaran
Sifat sifat garis singgung lingkaran
Agnes Ivonne Margaretha
 
Rpp Garis Singgung Persekutuan 2 lingkaran
Rpp Garis Singgung Persekutuan 2 lingkaranRpp Garis Singgung Persekutuan 2 lingkaran
Rpp Garis Singgung Persekutuan 2 lingkaran
Putri Viona
 
PPT PEMBELAJARAN SEGITIGA
PPT PEMBELAJARAN SEGITIGAPPT PEMBELAJARAN SEGITIGA
PPT PEMBELAJARAN SEGITIGAmdimasv22
 
Perbandingan trigonometri segitiga siku siku
Perbandingan trigonometri segitiga siku sikuPerbandingan trigonometri segitiga siku siku
Perbandingan trigonometri segitiga siku sikuArikha Nida
 
Lingkaran dalam dan luar segitiga
Lingkaran dalam dan luar segitigaLingkaran dalam dan luar segitiga
Lingkaran dalam dan luar segitiga
MathematicEducation
 
Bab7 garis singgung lingkaran kelas8semester2 1
Bab7 garis singgung lingkaran kelas8semester2 1Bab7 garis singgung lingkaran kelas8semester2 1
Bab7 garis singgung lingkaran kelas8semester2 1bambangfirmanu
 
Lembar Kerja Siswa Garis Singgung Lingkaran
Lembar Kerja Siswa Garis Singgung LingkaranLembar Kerja Siswa Garis Singgung Lingkaran
Lembar Kerja Siswa Garis Singgung Lingkaran
Diah Octavianty
 

Viewers also liked (12)

Geometri aksioma
Geometri aksiomaGeometri aksioma
Geometri aksioma
 
Geometri Non Euclid
Geometri Non EuclidGeometri Non Euclid
Geometri Non Euclid
 
Sejarah penemuan integral dan diferensial
Sejarah penemuan integral dan diferensialSejarah penemuan integral dan diferensial
Sejarah penemuan integral dan diferensial
 
Resume geometri euclid
Resume geometri euclidResume geometri euclid
Resume geometri euclid
 
Sistem aksioma dan model
Sistem aksioma dan modelSistem aksioma dan model
Sistem aksioma dan model
 
Sifat sifat garis singgung lingkaran
Sifat sifat garis singgung lingkaranSifat sifat garis singgung lingkaran
Sifat sifat garis singgung lingkaran
 
Rpp Garis Singgung Persekutuan 2 lingkaran
Rpp Garis Singgung Persekutuan 2 lingkaranRpp Garis Singgung Persekutuan 2 lingkaran
Rpp Garis Singgung Persekutuan 2 lingkaran
 
PPT PEMBELAJARAN SEGITIGA
PPT PEMBELAJARAN SEGITIGAPPT PEMBELAJARAN SEGITIGA
PPT PEMBELAJARAN SEGITIGA
 
Perbandingan trigonometri segitiga siku siku
Perbandingan trigonometri segitiga siku sikuPerbandingan trigonometri segitiga siku siku
Perbandingan trigonometri segitiga siku siku
 
Lingkaran dalam dan luar segitiga
Lingkaran dalam dan luar segitigaLingkaran dalam dan luar segitiga
Lingkaran dalam dan luar segitiga
 
Bab7 garis singgung lingkaran kelas8semester2 1
Bab7 garis singgung lingkaran kelas8semester2 1Bab7 garis singgung lingkaran kelas8semester2 1
Bab7 garis singgung lingkaran kelas8semester2 1
 
Lembar Kerja Siswa Garis Singgung Lingkaran
Lembar Kerja Siswa Garis Singgung LingkaranLembar Kerja Siswa Garis Singgung Lingkaran
Lembar Kerja Siswa Garis Singgung Lingkaran
 

Similar to Geometri Eliptik

Geometri non euclid
Geometri non euclidGeometri non euclid
Geometri non euclid
windarti aja
 
Sejarah Geometri Euclid
Sejarah Geometri EuclidSejarah Geometri Euclid
Sejarah Geometri Euclid
sahala_ambarita7
 
Sejarah Geometri non euclid
Sejarah Geometri non euclidSejarah Geometri non euclid
Sejarah Geometri non euclid
Rizky Putri Jannati
 
GEOMETRI SEBAGAI SISTEM DEDUKTIF, POSTULAT KESEJAJARAN EUCLIDES.pptx
GEOMETRI SEBAGAI SISTEM DEDUKTIF, POSTULAT KESEJAJARAN EUCLIDES.pptxGEOMETRI SEBAGAI SISTEM DEDUKTIF, POSTULAT KESEJAJARAN EUCLIDES.pptx
GEOMETRI SEBAGAI SISTEM DEDUKTIF, POSTULAT KESEJAJARAN EUCLIDES.pptx
WidyaMeka
 
Geometri euclid
Geometri euclidGeometri euclid
Geometri euclid
windarti aja
 
Geometri analitik, mtk abad 17 ppt.pptx
Geometri analitik, mtk abad 17 ppt.pptxGeometri analitik, mtk abad 17 ppt.pptx
Geometri analitik, mtk abad 17 ppt.pptx
HelvyEffendi
 
Sejarah geometri non euclides
Sejarah geometri non euclidesSejarah geometri non euclides
Sejarah geometri non euclides
sahala_ambarita7
 
Kalkulus dan konsep yang berkaitan
Kalkulus dan konsep yang berkaitanKalkulus dan konsep yang berkaitan
Kalkulus dan konsep yang berkaitanNgadiyono Ngadiyono
 
Lisa
LisaLisa
Lisa
er nisa
 
Lisa
LisaLisa
Lisa
er nisa
 
Proclus dan Wallis pada geometri Euclid
Proclus dan Wallis pada geometri EuclidProclus dan Wallis pada geometri Euclid
Proclus dan Wallis pada geometri Euclid
Nailul Hasibuan
 
Geometri hiperbolik
Geometri hiperbolikGeometri hiperbolik
Geometri hiperbolik
Moch Hasanudin
 
siapakah pi??
siapakah pi??siapakah pi??
siapakah pi??
Lam RoNna
 
kelompok 10 sejarah matematika
kelompok 10 sejarah matematika kelompok 10 sejarah matematika
kelompok 10 sejarah matematika
Nining Suryani
 
Makalah sej-ipa-kel-6 abad-17-18
Makalah sej-ipa-kel-6 abad-17-18Makalah sej-ipa-kel-6 abad-17-18
Makalah sej-ipa-kel-6 abad-17-18Roisah Elbaety
 
Sejarah matematika
Sejarah matematikaSejarah matematika
Sejarah matematika
Zaidi Zakaria
 
geo-euclid-tuk-A1-20.-20-2-dikonversi.pdf
geo-euclid-tuk-A1-20.-20-2-dikonversi.pdfgeo-euclid-tuk-A1-20.-20-2-dikonversi.pdf
geo-euclid-tuk-A1-20.-20-2-dikonversi.pdf
Muhammad Iqbal
 
ppt della geometri3.ppsx
ppt della geometri3.ppsxppt della geometri3.ppsx
ppt della geometri3.ppsx
MiraUtami2
 
Sejarah matriks
Sejarah matriksSejarah matriks
Sejarah matriks
antiantika
 
Persamaan kubik al khayyam
Persamaan kubik al khayyamPersamaan kubik al khayyam
Persamaan kubik al khayyam
djoko abimanyu
 

Similar to Geometri Eliptik (20)

Geometri non euclid
Geometri non euclidGeometri non euclid
Geometri non euclid
 
Sejarah Geometri Euclid
Sejarah Geometri EuclidSejarah Geometri Euclid
Sejarah Geometri Euclid
 
Sejarah Geometri non euclid
Sejarah Geometri non euclidSejarah Geometri non euclid
Sejarah Geometri non euclid
 
GEOMETRI SEBAGAI SISTEM DEDUKTIF, POSTULAT KESEJAJARAN EUCLIDES.pptx
GEOMETRI SEBAGAI SISTEM DEDUKTIF, POSTULAT KESEJAJARAN EUCLIDES.pptxGEOMETRI SEBAGAI SISTEM DEDUKTIF, POSTULAT KESEJAJARAN EUCLIDES.pptx
GEOMETRI SEBAGAI SISTEM DEDUKTIF, POSTULAT KESEJAJARAN EUCLIDES.pptx
 
Geometri euclid
Geometri euclidGeometri euclid
Geometri euclid
 
Geometri analitik, mtk abad 17 ppt.pptx
Geometri analitik, mtk abad 17 ppt.pptxGeometri analitik, mtk abad 17 ppt.pptx
Geometri analitik, mtk abad 17 ppt.pptx
 
Sejarah geometri non euclides
Sejarah geometri non euclidesSejarah geometri non euclides
Sejarah geometri non euclides
 
Kalkulus dan konsep yang berkaitan
Kalkulus dan konsep yang berkaitanKalkulus dan konsep yang berkaitan
Kalkulus dan konsep yang berkaitan
 
Lisa
LisaLisa
Lisa
 
Lisa
LisaLisa
Lisa
 
Proclus dan Wallis pada geometri Euclid
Proclus dan Wallis pada geometri EuclidProclus dan Wallis pada geometri Euclid
Proclus dan Wallis pada geometri Euclid
 
Geometri hiperbolik
Geometri hiperbolikGeometri hiperbolik
Geometri hiperbolik
 
siapakah pi??
siapakah pi??siapakah pi??
siapakah pi??
 
kelompok 10 sejarah matematika
kelompok 10 sejarah matematika kelompok 10 sejarah matematika
kelompok 10 sejarah matematika
 
Makalah sej-ipa-kel-6 abad-17-18
Makalah sej-ipa-kel-6 abad-17-18Makalah sej-ipa-kel-6 abad-17-18
Makalah sej-ipa-kel-6 abad-17-18
 
Sejarah matematika
Sejarah matematikaSejarah matematika
Sejarah matematika
 
geo-euclid-tuk-A1-20.-20-2-dikonversi.pdf
geo-euclid-tuk-A1-20.-20-2-dikonversi.pdfgeo-euclid-tuk-A1-20.-20-2-dikonversi.pdf
geo-euclid-tuk-A1-20.-20-2-dikonversi.pdf
 
ppt della geometri3.ppsx
ppt della geometri3.ppsxppt della geometri3.ppsx
ppt della geometri3.ppsx
 
Sejarah matriks
Sejarah matriksSejarah matriks
Sejarah matriks
 
Persamaan kubik al khayyam
Persamaan kubik al khayyamPersamaan kubik al khayyam
Persamaan kubik al khayyam
 

Recently uploaded

Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
ArumNovita
 
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptxPPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
emiliawati098
 
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
athayaahzamaulana1
 
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
ProfesorCilikGhadi
 
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptxMI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
almiraulimaz2521988
 
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
nadyahermawan
 
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptxMATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
emiliawati098
 
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
LEESOKLENGMoe
 

Recently uploaded (8)

Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
 
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptxPPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
 
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
 
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
 
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptxMI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
 
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
 
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptxMATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
 
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
 

Geometri Eliptik

  • 1. GEOMETRI ELIPTIK Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Geometri non Euclid Dosen Pengampu: Heri Sutarto, M.Pd Oleh: 1. Kiki Wulandari (4101410036) 2. Pamila Aditianingrum (4101410088) 3. Atika Rosiana (4101411116) 4. Prasetya Adi Pungkas (4101412061) 5. Nila Kumoro Manah (4101412129) JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014
  • 2. GEOMETRI ELIPTIK A. SEJARAH GEOMETRI ELIPTIK Ilmu tentang astronomi telah banyak dipelajari berabad-abad sebelum masehi, hal ini terlihat dengan adanya bukti-bukti peninggalan sejarahtentang system penanggalan kuno dan peramalan untuk memperkirakan fenomena alam, masa kesuburan pertanian dan sifat seseorang dipandang darisegi rasi bintang. Semakin lama, ilmu perbintangan semakin menarik untuk dipelajari hingga ke hal-hal yang bersifat teoretik. Namun misteri perbitangan secara teoretik tidak dapat dipecahkan karena teori yang diakui pada masa itu adalah teori yang berpegang pada postulat Euclid yang membangun konsep bidang datar. Untuk memecahkan kesulitan tersebut para astronom dan matematikawan membuat terobosan baru dalam bidang geometri. Sejak saat itu, para astronom mulai mengumpulkan berbagai referensi sejarah untuk mendukung terobosan baru tersebut.Berdasarkan catatan sejarah yang ditulis oleh Claudius Ptolemy(150 SM), seorang ahli geografi, astronomi, dan astrologi berkebangsaan Yunani, menuliskan pada bukunya Geographica bahwa “untuk menempuh jarak terdekatantara dua titik pada bumi, maka seseorang harus mengikuti lingkaran yang memuat dua titik tersebut”. Selain itu, Nicolaus Copernicus (1473-1543) menyatakan dalam bukunya bahwa “bumi berputar pada porosnya, ….”, dan dari ekspedisi penjelajahan mengelilingi dunia yang dilakukan oleh Christoper Colombus (1451-1506) dan pendahulu-pendahulunya membuktikan bahwa bumi berbentuk bulat. Referensi ini membuka ide baru bidang geometri eliptik yang kemudian memberikan pengaruh besar pada bidang astronomi, geografi, dan fisika modern. Berdasarkan referensi sejarah tersebut dan beberapa referensi lain, maka untuk pertamakalinya, matematikawan Benhard Riemann (1826- 1866) memperkenalkan geometri bola sebagai geometri non-Euclid. Dalam pandangan Riemann pada geometri bola, garis merupakan lingkaran besar pada bola yang memuat dua titik. Riemann menganalisis postulat kesejajaran Euclid dan menemukan kejanggalan-kejanggalan. Dari kejanggalan tersebut Riemann mengembangkan teori geometri bola yang dapat membuktikan 1
  • 3. postulat kesejajaran Riemann dan memenuhi definisi titik dan garis yang didefinisikan oleh Euclid. Pandangan Riemann ini kemudian dimodifikasi oleh Christian Klein (1849-1925) dengan memandang bahwa setiap pasang titik antipodal (titik yangberlawanan pada lingkaran besar) merupakan titik yang identik/sama. Klein mengembangkan model geometri bola dan menyebutnya dengan variasi geometri eliptik. Selanjutnya disajikan secara singkat tokoh-tokoh penemu dan pengembang geometri eliptik. SEJARAH RIEMANN Georg Friedrich Bernhard Riemann (17 September 1826 – 20 Juli 1866). Beliau ialah matematikawan Jerman yang membuat sumbangan penting pada analisis dan geometri diferensial, beberapa darinya meratakan jalan untuk pengembangan lebih lanjut pada relativitas umum. Namanya dihubungkan dengan fungsi zeta Riemann, integral Riemann, lema Riemann, manipol Riemann, teorema pemetaan Riemann, problem Riemann-Hilbert, teorema Riemann-Roch, persamaan Cauchy-Riemann dan lain-lain. Ia lahir di Breselenz, sebuah desa dekat Dannenberg di Kerajaan Hanover di Jerman sekarang. Ayahnya Friedrich Bernhard Riemann ialah pastor Lutheran di Breselenz. Bernhard merupakan anak kedua dari 6 bersaudara. Pada 1840 Bernhard pergi ke Hanover untuk tinggal dengan neneknya dan mengunjungi Lyceum. Setelah kematian neneknya pada 1842 ia pindah ke Johanneum di Lüneburg. Pada 1846, pada usia 19, ia mulai belajar filologi dan teologi di Universitas Göttingen. Ia mengikuti ceramah Gauss. Pada 1847 ayahnya mengizinkannya berhenti belajar Teologi dan mulai belajar matematika. Pada 1847 ia pindah ke Berlin, di mana Jacobi, Dirichlet dan Steiner mengajar. Ia tinggal di Berlin selama 2 tahun dan kembali ke Göttingen pada 1849. Riemann menyelenggarakan ceramah pertamanya pada 1854, yang tak hanya menemukan bidang geometri Riemann namun menentukan tahapan untuk relativitas umum Einstein. Ia dipromosikan sebagai guru besar istimewa di Universitas Göttingen pada 1857 dan menjadi guru besar luar 2
  • 4. biasa pada 1859 menyusul kematian Dirichlet. Pada 1862 ia menikahi Elise Koch. Ia meninggal akibat tuberkulosis pada perjalanan ketiganya ke Italia di Selasca. Sumbangsih Riemann dalam matematika berada di bidang geometri diferensial yang menyingkap cara-cara umum untuk membuat pengukuran dalam ruang dengan sembarang lengkungan dan jumlah dimensi. Sumbangsih Riemann dalam geometri adalah berupa teori tentang geometri yang berbeda dengan geometri euclid. Pada tahun 1954 Riemann membacakan disertasinya tentang penemuannya yang baru di Fakultas Filsafat Gottingen. Ia memulai dengan asumsi : Garis-garis adalah tidak terbatas, tetapi panjangnya berhingga. Riemann tidak mengindahkan postulat kesejajaran dari geometri euckides maupun dari geometri hiperbolik. Postulat kesejajaran dari Riemann adalah: Tidak ada garis-garis yang sejajar dengan garis lain. Jadi menurutnya, dua garis selalu berpotongan dan tidak ada dua garis sejajar. Untuk selanjutnya geometri elliptik dikenal sebagai Geometri Riemann. B. PENGANTAR GEOMETRI ELIPTIK Geometri Eliptik berbeda dengan Geometri Eucli hanya pada postulat kesejajarannya saja. Postulat kesejajaran dari Riemann adalah sebagai berikut (Moeharti, 1986: 5.17) Tidak ada garis-garis sejajar dengan garis lain. Berdasarkan postulat tersebut, Riemann mengemukakan bahwa dua garis selaluberpotongan dan tidak ada dua garis sejajar (Budiarto dan Masriyah, 2007: 172). Dalam geometri Euclid, postulat kesejajaran Euclid, dua garis yang tegak lurus terhadap garis yang sama adalah sejajar. Diketahui: Dua garis yang berbeda l dan m yang tegak lurus terhadap garis n. Adb. l dan m sejajar. Andaikan 푙 ∦ 푚, maka l dan m berpotongan pada suatu titik, misal C. Misalkan A dan B berturut-turut merupakan titik potong garis l dan m terhadap garis n. 3
  • 5. No. Langkah Alasan 1. Perpanjang ̅C̅̅A̅ sedemikian sehingga diperoleh 퐶퐴 = 퐴퐶’, dimana C’ terletak di perpanjangan ̅C̅̅A̅ 4 Ruas garis dapat diperpanjang 2. Melalui C’ dan B dapat dibuat ̅C̅̅′̅B̅. Melalui dua titik sebarang dapat dibuat sebuah garis. 3. Δ퐴퐵퐶 ≅ Δ퐴퐵퐶′ Sisi, sudut, sisi 4. ∠퐴퐵퐶 = ∠퐴퐵퐶′ Akibat dari Δ퐴퐵퐶 ≅ Δ퐴퐵퐶′, maka sisi-sisi yang bersesuaian adalah sama. 5. 퐵퐶 = 퐵퐶’ Akibat dari Δ퐴퐵퐶 ≅ Δ퐴퐵퐶′, maka sisi-sisi yang bersesuaian adalah sama. 6. ∠퐴퐵퐶 = ∠퐴퐵퐶 ′ = 90°, maka BC dan BC’ tegak lurus AB Diketahui 7. ̅B̅̅C̅ dan ̅B̅̅C̅̅′ berhimpit, berarti 퐶 = 퐶’ 8. 푙 = 푚 Terdapat kontradiksi dengan yang diandaikan, yaitu bahwa l dan m berlainan. Jadi, pengandaian di atas salah, ini berarti l dan m sejajar. Analisis Riemann terhadap pembuktian teorema di atas sebagai berikut. a. Pandangan penting adalah Langkah 6, bahwa “l dan m serupa” karena garis tersebut memiliki titik C dan C’ secara bersama-sama. Langkah ini akan gagal jika C dan C’ tidak berbeda.
  • 6. b. Euclid mengasumsikan bahwa setiap garis “memisahkan bidang menjadi dua sisi yang berhadapan (Separation Principle) c. Dalam pandangan sifat pemisahan, konstruksi dalam Langkah 1 pembuktian di atas (untuk memperluas CA melalui panjangnya C’) menjamin bahwa C dan C’ berada pada sisi sehadap dari n dan merupakan titik yang berbeda. d. Tanpa sifat pemisah, keberadaan C dan C’ tidak memiliki justifikasi formal dan bukti tersebut akan gagal. Berdasarkan analisis Riemann di atas, maka muncul dua teori baru yang berangkat dari dua kemungkinan berikut. a. Jika prinsip pemisahan tersebut diterima, C dan C’ haruslah merupakan titik yang berbeda. Dengan kata lain, setiap dua garis berpotongan pada dua titik dan setiap garis memisahkan bidang. b. Jika mengabaikan prinsip pemisahan, maka C dan C’ merupakan titik yang sama. Dengan kata lain, setiap dua garis berpotongan pada satu titik dan tidak ada garis yang memisahkan suatau bidang. Kemungkinan pertama di atas yang mendasari munculnya geometri eliptik ganda (double elliptic geometry) dan kemungkinan kedua mendasari munculnya geometri eliptik tunggal (single elliptic geometry). Gambar berikut ini berturut-turut merupakan model dari geometri eliptik tunggal dan geometri eliptik ganda. Model Geometri Eliptik tunggal (Moeharti, 1986: 5.19) Sebarang dua garis yang berpotongan tepat pada satu titik, tetapi tidak ada garis yang memisahkan bidang tersebut. 5
  • 7. Model Geometri Eliptik ganda (Moeharti, 1986: 5.19) Dua garis berpotongan tepat pada dua titik, dan setiap garis 6 memisahkan bidang. Sifat Kutub pada Bidang Geometri Eliptik Seperti halnya dalam geometri Euclid dan Lobachevski, geometri eliptik memenuhi beberapa hal berikut. a. Hanya ada satu garis yang tegak lurus terhadap garis yang melalui sebuahtitik yang diberikan, jika titik tersebut terletak pada garis yang diberikan.
  • 8. b. Tetapi sifat di atas tidak terpenuhi, jika titik tersebut tidak berada pada garisyang diketahui, karena sebarang dua garis yang tegak lurus dengan garis yangsama akan berpotongan. c. Untuk setiap garis l pada bidang geometri eliptik, ada titik polar K sedemikian sehingga semua garis yang melalui K akan tegak lurus dengan l. Jadi, semua lingkaran besar pada bola dunia melalui kutub utara yang tegak lurus dengan ekuatornya. Sifat Kutub Misalkan l adalah suatu garis. Maka ada suatu titik K yang disebut kutub dari l sedemikian hingga: a. setiap segmen yang menghubungkan K dengan suatu titik pada l tegak 7 lurus pada l, b. K berjarak sama dari setiap titik pada l. Jarak K sampai sebarang titik pada l disebut “jarak polar”. Jarak polar suatu kutub sampai garisnya adalah konstan.
  • 9. C. TEOREMA-TEOREMA DALAM GEOMETRI ELIPTIK Teorema 6.8.1. Jika sebarang garis l pada geometri eliptik, kemudian terdapat paling sedikit satu titik P sehingga setiap garis menghubungakan P ke sebuah titik di l yang tegak lurus dengan l dan P berjarak sama dari semua titik di l. 8 Bukti: Misalkan Q dan R merupakan sebarang titik yang berjarak sama di l dan membentuk garis m dan n yang tegak lurus dengan l di titik Q dan R. (Berdasarkan postulat Riemann) Maka garis m dan n berpotongan di titik P Sehingga P,Q, dan R tidak segaris. PQR merupakan sebuah segitiga dengan dua sudut yang kongruen (̅푃̅̅푄̅ ≅ ̅푃̅̅푅̅)(Teorema segitiga samakaki). Andaikan S merupakan titik tengah dari ̅푄̅̅푅̅. Jika kita menghubungkan titik P ke titik S Maka Δ푃푄푆 ≅ Δ푃푅푆, dan berakibat ̅푃̅̅푆̅ tegak lurus ̅푄̅̅푅̅ dan ̅푃̅̅푆̅ ≅ ̅푃̅̅푄̅ ≅ ̅푃̅̅푅̅. Terbukti. Teorema 6.8.2. Pada sebarang segitiga siku-siku di geometri eliptik, setiap dua sudut yang lain mempunyai besar sudut kurang dari, sama dengan, atau lebih dari sudut siku-siku tergantung dari apakah sisi yang berlawanan itu
  • 10. mempunyai panjang sisi kurang dari, sama dengan, atau lebih dari jarak kutubnya. 9 Bukti: Misalkan Δ퐴퐵퐶 siku-siku di C. Pada ̅퐶̅̅퐵̅, buat titik P sehingga CP adalah jarak kutub. ̅퐴̅̅퐶̅ mempunyai titik P sebagai titik kutubnya. Sehingga ̅퐴̅̅푃̅ tegak lurus pada ̅퐴̅̅퐶̅ dan ∠푃퐴퐶 merupakan sudut siku-siku. Jika CB sama dengan jarak kutub maka ∠퐶퐴퐵(푃) adalah sudut siku-siku. Jika CB kurang dari jarak kutub maka 푚∠퐶퐴퐵 < 900. Dan jika CB lebih dari jarak kutub maka 푚∠퐶퐴퐵 > 900. Teorema 6.8.3. Pada geometri eliptik sudut puncak segiempat Saccheri adalah kongruen dan tumpul. Bukti: Misalkan segiempat ABCD adalah sebuah segiempat Saccheri dimana ∠퐴 푑푎푛 ∠퐵 adalah sudut siku-siku dan ruas garis AD ≅ BC. Sebuah teorema dari geometri netral (teorema 3.6.2) menjelaskan bahwa sudut puncak adalah kongruen. Akan di buktikan sudut puncak segiempat sacherri adalah tumpul. Misalkan E dan F titik tengah ruas garis AB dan CD. Berdasarkan Teorema 3.6.4 pada segiempat Sacherri menjelaskan bahwa garis yang menghubungkan titik-titik tengah dari sisi atas dan sisi bawah segiempat Sacherri adalah tegak lurus terhadap keduanya.
  • 11. Maka ruas garis EF tegak lurus terhadap ̅퐴̅̅퐵̅ dan ̅퐶̅̅퐷̅ . Misalkan kita memperpanjang ̅퐸̅̅퐶̅ dan ̅퐹̅̅퐵̅ hingga keduanya berpotongan di sebuah titik P. Dengan definisi, P adalah kutub dari ̅퐸̅̅퐹̅, maka EP adalah jarak kutub. Karena CP < EP, teorema sebelumnya menjelaskan pada kita bahwa 푚∠퐵퐶푃 < 90° sehingga ∠퐵퐶퐷 > 90° . Terbukti. Corollary 6.8.4. Pada geometri eliptik sudut keempat dari segiempat Lambert adalah tumpul. 10 Bukti: Perhatikan gambar berikut. AFED merupakan segiempat Lambert dimana ∠퐴 = ∠퐹 = ∠퐸 = 900. Akan dibuktikan ∠퐷 adalah tumpul. Kita tahu bahwa P adalah titik kutub. Jika ̅푃̅̅퐸̅ < ̅푃̅̅퐹̅,푚푎푘푎 ∠푃퐷퐸 < 900 (Teorema 6.8.2.) Sehingga ∠퐴퐷퐸 > 900 atau dapat dikatakan sudut D tumpul. Terbukti. Teorema 6.8.5. Pada geometri eliptik, jumlah sudut dari segitiga siku-siku adalah lebih dari 180°.
  • 12. 11 Bukti: Misalkan △ 퐴퐵퐶 mempunyai sudut siku-siku di C. Akan ditunjukkan bahwa S(△ 퐴퐵퐶 ) > 180°. Buatlah ruas garis AX sehingga ∠퐵퐴푋 ≅ ∠퐴퐵퐶 Titik Q merupakan titik tengah ruas garis AB. Hubungkan titik Q dengan titik R sehingga ruas garis QR tegak lurus dengan ruas garis BC. Hubungkan titik Q dengan titik P sehingga ruas garis QP tegak lurus dengan ruas garis AX. Jelas ∠퐴푃푄 = 90°, maka segiempat ACRP merupakan segiempat Lambert. Berdasarkan sebab akibat 6.8.4 bahwa sudut keempat dari segiempat Lambert adalah tumpul, maka ∠푃퐴퐶 > 90°. Karena sudut PAQ = sudut QBR, maka sudut BAC + sudut ABC > 90°, sehingga jumlah sudut dalam segitiga siku-siku ABC yaitu sudut BAC + sudut ABC + sudut ACB > 180°. Terbukti. Teorema 6.8.6. Pada geometri eliptik jumlah sudut dari segitiga sebarang adalah lebih dari 180°. Bukti:
  • 13. Misalkan diberikan garis l, dan garis m dan n yang tegak lurus dengan garis l di titik A dan B. Berdasarkan postulat kejajaran eliptik, garis m dan n akan berpotongan di P yang merupakan kutub dari l. Perhatikan segitiga PAB adalah segitiga samakaki(∠퐴 = ∠퐵 = 900) Maka jumlah sudut segitiga PAB adalah ∠퐴 + ∠퐵 + ∠푃 = 900 + 900 + ∠푃 = 1800 + ∠푃 > 1800 Terbukti bahwa jumlah besar sudut suatu segitiga lebih besar dari 1800 Pada geometri eliptik jumlah dari besar sudut dalam dari setiap segiempat cembung lebih besar dari 360°. 12 Bukti: Dipunyai segiempat ABCD. Akan di buktikan ∠퐴 + ∠퐵 + ∠퐶 + ∠퐷 > 3600 Perhatikan segiempat ABCD. Terdapat segitiga ABC dan segitiga ACD. Berdasarkan teorema 6.8.6. ∠퐴1 + ∠퐵 + ∠퐶1 > 1800 ∠퐴2 + ∠퐷 + ∠퐶2 > 1800 ∠퐴1 + ∠퐴2 + ∠퐷 + ∠퐵 + ∠퐶1 + ∠퐶2 > 1800 + 1800 ∠퐴 + ∠퐵 + ∠퐶 + ∠퐷 > 3600 Terbukti. A D B C 1 2 1 2 D Corollary 6.8.7.
  • 14. Corollary 6.8.8. Tidak ada bujur sangkar dalam geometri eliptik. 13 Bukti: Andaikan ada bujur sangkar dalam geometri eliptik. Berarti ada segiempat ABCD dengan semua sisinya sama panjang dan semua sudutnya siku-siku. Jadi jumlah besar sudut segiempat ABCD = ∠퐴 + ∠퐵 + ∠퐶 + ∠퐷 = 900 + 900 + 900 + 900 = 3600 Hal ini kontradiksi dengan sebab akibat 6.8.7. yaitu jumlah besar sudut suatu segiempat lebih besar dari 3600. Jadi tidak ada bujur sangkar dalam geometri eliptik. Teorema 6.8.9. Jika tiga sudut dari suatu segitiga adalah kongruen secara berurutan kepada tiga sudut dari segitiga kedua, maka segitiga-segitiga tersebut kongruen. Bukti: Misalkan sudut A, B, dan C adalah sudut-sudut dari △ 퐴퐵퐶 kongruen secara berurutan dengan sudut A’, B’, dan C’ pada △ 퐴′퐵′퐶′. Adb. △ 퐴퐵퐶 ≅△ 퐴′퐵′퐶′ Jika salah satu sisi yang bersesuaian, sebut AB dan A’B’ kongruen, maka segitiga-segitiga tersebut kongruen. Adt. 퐴퐵 = 퐴’퐵’ Andaikan 퐴퐵 ≠ 퐴′퐵′ misalkan 퐴퐵 > 퐴’퐵’. Tentukan titik D pada AB sehingga 퐴퐷 = 퐴’퐵’. Tentukan titik E pada AC sehingga 퐴퐸 = 퐴’퐶’. Jelas 퐴퐷 = 퐴’퐵’ (dibuat) , ∠퐴 = ∠퐴′ (diketahui), dan 퐴퐸 = 퐴’퐶’. Maka △ 퐴퐷퐸 ≅△ 퐴′퐵′퐶′ (S Sd S). Akibatnya jelas bahwa BCED adalah segiempat dengan jumlah sudutnya sama dengan 360°.
  • 15. Terjadi kontradiksi dengan teorema sebelumnya bahwa jumlah sudut pada segiempat lebih dari 360°. Jadi 퐴퐵 = 퐴’퐵’. Karena ∠퐴 = ∠퐴′ (diketahui), 퐴퐵 = 퐴’퐵’ (telah dibuktikan), dan ∠퐵 = ∠퐵′, maka △ 퐴퐵퐶 ≅△ 퐴′퐵′퐶′. Terbukti. Teorema 6.8.10. Luas segitiga adalah sebanding dengan kelebihannya, yaitu, luas △ 퐴퐵퐶 = 푘[푆(△ 퐴퐵퐶) − 180°], dimana k adalah konstanta tergantung pada satuan panjang yang dipilih. 14 Bukti: Adb. 퐴(△ 퐴퐵퐶) = 푘[푆(△ 퐴퐵퐶 ) − 180°] Berdasarkan definisi segibanyak secara umum, luas dari segitiga adalah sebanding dengan defectnya, atau dapat dituliskan: 퐴(△ 퐴퐵퐶 ) = 푘푥 푑(△ 퐴퐵퐶) Diketahui bahwa 푆(△ 퐴퐵퐶 ) > 180°. Karena definisi dari defect suatu segitiga adalah selisih antara 180° dan jumlah sudut dalam segitiga tersebut, maka: 푑(△ 퐴퐵퐶 ) = 푆(△ 퐴퐵퐶 ) − 180° Jadi luas dari segitiga adalah 퐴(△ 퐴퐵퐶 ) = 푘푥 푑(△ 퐴퐵퐶) ⇔ 퐴(△ 퐴퐵퐶 ) = 푘푥 [푆(△ 퐴퐵퐶 ) − 180°] Jadi teorema terbukti.
  • 16. D C A B 15 D. LATIHAN SOAL 1. Sebutkan sifat-sifat kutub pada geometri eliptik. 2. Pada geometri eliptik buktikan bahwa panjang dari puncak segiempat Saccheri kurang dari panjang alasnya. 3. Pada geometri eliptik buktikan bahwa panjang dari garis yang menghubungkan titik tengah alas dan puncak dari segiempat Saccheri lebih dari panjang sisi-sisinya. 4. Pada geometri eliptik buktikan bahwa pada sebuah segiempat Lambert panjang dari setiap sisi yang mengandung sudut tumpul kurang dari panjang sisi yang berlawanan dengannya. 5. Perhatikan gambar di bawah ini. Buktikan bahwa segitiga UBA kongruen dengan segitiga UB^' A'! PENYELESAIAN 1. Misalkan l adalah suatu garis. Maka ada suatu titik K yang disebut kutub dari l sedemikian hingga: a) setiap segmen yang menghubungkan K dengan suatu titik pada l tegak lurus pada l, b) K berjarak sama dari setiap titik pada l. 2. Dipunyai segiempat Saccheri.
  • 17. 퐴퐷 ≅ 퐵퐶, 퐴퐷 ⊥ 퐴퐵, 퐶퐵 ⊥ 퐴퐵, 푚∠퐴퐷퐶 = 푚∠퐵퐶퐷 Adb. 퐴퐵 > 퐷퐶 Bukti: Jika kita menghubungkan BD, maka akan ada 3 kemungkinan yaitu: (1) 푚∠퐴퐷퐵 = 푚∠퐶퐵퐷, (2) 푚∠퐴퐷퐵 < 푚∠퐶퐵퐷, atau (3) 푚∠퐴퐷퐵 > 푚∠퐶퐵퐷. Dari setiap kemungkinan diperoleh: (1) Andaikan 풎∠푨푫푩 = 풎∠푪푩푫. Jelas 퐴퐷 ≅ 퐵퐶 (diketahui) 푚∠퐴퐷퐵 = 푚∠퐶퐵퐷 퐵퐷 ≅ 퐵퐷 (berimpit) Jadi △ 퐴퐷퐵 ≅△ 퐶퐵퐷 (S Sd S). Akibatnya 푨푩 = 푪푫. Karena 푚∠퐴퐷퐵 = 푚∠퐶퐵퐷 maka 푚∠퐴퐵퐷 + 푚∠퐶퐵퐷 = 90° (definisi segiempat Saccheri) ⇔ 푚∠퐴퐵퐷 + 푚∠퐴퐷퐵 = 90° Sehingga 푚∠퐴퐵퐷 + 푚∠퐴퐷퐵 + 푚∠퐵퐴퐷 = 180°. Terjadi kontradiksi dengan teorema 6.8.6. Jadi pengandaian salah. (2) Andaikan 풎∠푨푫푩 < 풎∠푪푩푫. Akibatnya 푨푩 < 푪푫. Karena 푚∠퐴퐷퐵 < 푚∠퐶퐵퐷 maka 푚∠퐴퐵퐷 + 푚∠퐶퐵퐷 = 90° (definisi segiempat Saccheri) ⇔ 푚∠퐴퐵퐷 + 푚∠퐴퐷퐵 < 90° Sehingga 푚∠퐴퐵퐷 + 푚∠퐴퐷퐵 + 푚∠퐵퐴퐷 < 180°. Terjadi kontradiksi dengan teorema 6.8.6. Jadi pengandaian salah. (3) Andaikan 풎∠푨푫푩 > 풎∠푪푩푫. Akibatnya 푨푩 > 푪푫. Karena 푚∠퐴퐷퐵 > 푚∠퐶퐵퐷 maka 푚∠퐴퐵퐷 + 푚∠퐶퐵퐷 = 90° (definisi segiempat Saccheri) 16
  • 18. ⇔ 푚∠퐴퐵퐷 + 푚∠퐴퐷퐵 > 90° Sehingga 푚∠퐴퐵퐷 + 푚∠퐴퐷퐵 + 푚∠퐵퐴퐷 > 180°. Tidak terjadi kontradiksi, maka pengandaian berlaku. Jadi 풎∠푨푫푩 > 풎∠푪푩푫. Dengan kata lain 푨푩 > 푪푫 atau 푪푫 < 푨푩. Jadi terbukti bahwa panjang dari puncak segiempat Saccheri kurang dari panjang alasnya. F D C A B 17 3. E Dipunyai segiempat Saccheri ABCD Ambil titik E pertengahan ̅퐴̅̅퐵̅ dan F pertengahan ̅퐶̅̅퐷̅. Berdasarkan teorema pada geometri netral, maka ̅퐸̅̅퐹̅ tegak lurus pada ̅퐴̅̅퐵̅ dan ̅퐶̅̅퐷̅. Adb. 퐴퐷 < 퐸퐹 Andaikan 퐴퐷 > 퐸퐹 Misalkan G pada ̅퐴̅퐷̅̅ sehingga ̅퐴̅̅퐺̅ ≅ ̅퐸̅̅퐹̅. Maka ̅퐺̅̅퐹̅ memotong ∠퐸퐹퐷 di dalam dan ABCE adalah segiempat Saccheri. Karena ABCE adalah segiempat Saccheri maka ∠퐸퐹퐺 tumpul. Tapi karena ∠퐸퐹퐺 maka sudut dalam dari ∠퐸퐹퐷(90°), maka ∠퐸퐹퐺 ≤ 90°. Terjadi kontradiksi, sehingga pengandaian salah. Jadi 퐴퐷 < 퐸퐹. 4. Dipunyai segiempat Saccheri ABCD. Ambil titik E pertengahan ̅퐴̅̅퐵̅ dan F pertengahan ̅퐶̅̅퐷̅. Berdasarkan teorema pada geometri netral, maka ̅퐸̅̅퐹̅ tegak lurus pada ̅퐴̅̅퐵̅ dan ̅퐶̅̅퐷̅.
  • 19. Maka terbentuk segiempat Lambert AEFD dan BEFC. Pada segiempat Lambert AEFD dengan ∠푨푫푭 tumpul: Adb. 퐷퐹 < 퐴퐸 dan 퐴퐷 < 퐸퐹.  Karena F titik tengah ̅퐶̅̅퐷̅ maka 퐷퐹 = 1 18 2 퐶퐷. Karena E titik tengah ̅퐴̅̅퐵̅ maka 퐴퐸 = 1 2 퐴퐵. Telah dibuktikan bahwa 퐶퐷 < 퐴퐵, maka 퐶퐷 < 퐴퐵 ⇔ 2퐷퐹 < 2퐴퐸 ⇔ 퐷퐹 < 퐴퐸  Pada soal sebelumnya telah dibuktikan bahwa 퐴퐷 < 퐸퐹. Jadi terbukti bahwa pada sebuah segiempat Lambert panjang dari setiap sisi yang mengandung sudut tumpul kurang dari panjang sisi yang berlawanan dengannya. 5. Adb. △ 푈퐵퐴 ≅ △ 푈퐵′퐴′ Perhatikan △ 푈퐵퐴 dan △ 푈퐵′퐴′ 푈퐵 = 푈퐵′ ( berdasarkan teorema 6.8.1) 푈퐴 = 푈퐴′ Karena 푈퐵 = 푈퐵′ dan 푈퐴 = 푈퐴′ Jadi △ 푈퐵퐴 ≅ △ 푈퐵′퐴 (S S S). Terbukti.
  • 20. DAFTAR PUSTAKA Wallace, Edward and West, Stephen. 1992. Roads to Geometry. New York: 19 Prentice Hall.