Koordinasi penanganan kebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan membahas latar belakang masalah kebakaran hutan dan lahan di provinsi tersebut yang disebabkan faktor alam dan manusia. Dokumen ini menyajikan data kejadian kebakaran tahun 2014-2015, peta rawan bencana banjir dan longsor, kondisi lahan gambut yang rentan kebakaran, serta grafik hotspot kebakaran per bulan dan per kabupaten untuk mendukung koordinasi penanganannya.
2. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang
mempunyai berbagai fungsi/manfaat secara ekonomis,
ekologis dan estetika.
Secara ekonomis hutan merupakan sumber daya alam yang
harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran
rakyat dan merupakan salah satu modal pembangunan.
Secara ekologis hutan sangat berperan dalam menjaga
keseimbangan lingkungan dan berpengaruh terhadap iklim
global.
Secara estetika hutan merupakan keindahan alam yang
sangat menakjubkan.
3. a) Kebakaran hutan dan lahan akan selalu berulang terjadi ketika datang musim
kemarau.
b) Perilaku manusia, kondisi lahan gambut yang cukup luas dipacu kemarau panjang
yang kering merupakan faktor utama meningkatnya kerawanan kebakaran.
c) Kesiapsiagaan lebih awal dan dilakukan secara terpadu dengan melibatkan
pemerintah, masyarakat dan sektor swasta diperlukan agar pengendalian
kebakaran dapat berdaya guna dan berhasil guna.
d) Startegi dan upaya pengendalian kebakaran secara efektif perlu dipikirkan dan
dilakukan secara bersama–sama.
4. 1. UU 24 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN
BENCANA
2. PERATURAN PEMERINTAH 21 2008 TENTANG
PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN
BENCANA.
3. PERATURAN MENDAGRI 46 TAHUN 08 TENTANG
TATA KERJA BPBD
4. PERDA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG
ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN
PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH
PROVINSI SUMATERA SELATAN
5. SUB BAG UMUM &
KEPEGAWAIAN
SUB BAG
PROGRAM
SEKRETARIS
KEPALA
SEKRETARIS DAERAH
PROVINSI SUMATERA SELATAN
KEPALA PELAKSANA
BPBD
PENGARAH
- INSTANSI
- PROFESIONAL/AHLI
SESKI
REKONSTRUKSI
SEKSI
PENCEGAHAN
SEKSI
REHABILITASI
SEKSI
KESIAPSIAGAAN
BIDANG REHABILITASI DAN
REKONSTRUKSI
BIDANG PENCEGAHAN
DAN KESIAPSIAGAAN
BIDANG PENANGANAN
DARURAT
SEKSI TANGGAP
DARURAT
SEKSI PENANGANAN
PENGUNGSI
SUB BAG
KEUANGAN
JABATAN
FUNSIONAL
6. VISI :
˝Sumatera Selatan Pro – Disaster Risk Reduction 2018˝
Pro – Disaster Reduction merupakan perubahan paradigma
penanggulangan bencana yang tidak lagi sekedar fokus pada
tanggap darurat, akan tetapi pada pengurangan resiko
bencana atau langkah preventif sebelum terjadinya bencana.
7. MISI :
1. Mengurangi faktor – faktor bencana yang mendasar.
2. Memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana.
3. Membangun sistem penanggulangan bencana daerah
yang handal yang terintegrasi dengan budaya keselamatan
dan ketahanan di semua level masyarakat melalui
penerapan inovasi.
4. Melakukan identifikasi, kajian dan monitoring resiko
bencana yang terintegrasi dalam sistem peringatan dini (
early warning system).
5. Menyelenggarakan penanggulangan bencana secara
terencana, terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh.
6. Meningkatkan kuantitas dan kualitas pemulihan pasca
bencana.
8. Sumatera Selatan secara geografis, terletak
antara 1º – 4º Lintang Selatan dan 102º - 108º
Lintang Utara dengan luas 87.017 KM2,
berpenduduk lebih dari 7 juta jiwa tersebar
di 17 Kabupaten/Kota, (13 Kab/4 Kota, 217
Kecamatan 371 Kelurahan 2.747 Desa
Sumatera Selatan memiliki iklim tropis yang
dipengaruhi oleh dua musim disepanjang
tahun, yakni musim hujan dan musim
kemarau.
Musim hujan terjadi dari sekitar bulan
Oktober s/d April dan musim kemarau
sekitar bulan Mei s/d Oktober.
9. Kondisi geografis Sumatera Selatan dengan dataran tinggi
(Pegunungan) dibagian Barat seperti Pagaralam, Empat Lawang,
Lahat, Muara Enim dan OKU Selatan, berpotensi terjadinya
peristiwa alam seperti gunung meletus, gas beracun/belerang
(Gunung) yang merupakan gunung api aktif, tanah longsor, banjir
bandang,
Sementara di bagian timur yang merupakan dataran rendah dan
perairan seperti Musi Banyuasin, Banyuasin, Ogan Komering Ilir,
Ogan Ilir dan Palembang, mempunyai potensi terjadinya banjir
akibat luapan air sungai dan menimbulkan genangan yang
dipengaruhi oleh musim hujan, selain itu juga pada daerah yang
lebih terbuka dapat terjadi angin puting beliung.
10. 1. BANJIR
2. KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN
3. KEBAKARAN RUMAH PENDUDUK
4. TANAH LONGSOR
5. BANJIR BANDANG
6. ANGIN PUTING BELIUNG
7. GUNUNG MELETUS
BENCANA DI SUMATERA SELATAN
11. DATA KEJADIAN BENCANA DI PROVINSI SUMATERA SELATAN
TAHUN 2014 DAN TAHUN 2015
NO. JENIS BENCANA TAHUN 2014
TAHUN 2015
PER OKTOBER
1 KEBAKARAN 114 Kejadian 92 Kejadian
2 BANJIR 24 Kejadian 22 Kejadian
3 PUTING BELIUNG 22 Kejadian 5 Kejadian
4 TANAH LONGSOR 12 Kejadian 19 Kejadian
5 BANJIR BANDANG 6 Kejadian 2 Kejadian
6 KECELAKAAN 7 Kejadian 3 Kejadian
7 KARHUTLA 1 Periode : 7.234 Hotspot 1 Periode : 23.022 Hotspot
JUMLAH 186 Kejadian 144 Kejadian
12.
13. Dilaksanakan melalui koordinasi dengan
SKPD lainnya di daerah, instansi vertikal
yang ada di daerah, lembaga usaha,
dan/atau pihak lain yang diperlukan
pada tahap pra bencana dan pasca
bencana
(UU NOMOR 24/2007)
14. Dilaksanakan melalui pengerahan
SDM, peralatan, logistik dari SKPD
lainnya, instansi vertikal yang ada
di daerah serta langkah-langkah
lainnya yang diperlukan dalam
rangka penanganan darurat
bencana
17. PETA LOKASI DAERAH RAWAN BENCANA BANJIR
DI PROVINSI SUMATERA SELATAN
KETERANGAN
RAWAN BANJIR
Martapura
Km.235+860
Km.176 Base Camp PPK 01
Km.84 Base Camp PPK 02
Km.145 Base Camp PPK 06
Km.252+600 Base Camp PPK 07
Musi Banyuasin
- Sanga Desa
- Babat Toman
- Lais
- Tungkal Jaya, Peninggalan 1
Peninggalan 2
- Bayung Lencir, Pangkalan
Bayat,Bayat Ilir
- Batang Hari Leko
- Keluang, Dawas, Tanjung
Dalam
- Sungai Keruh, Kerta Jaya
- Lawang Wetan
- Babat Supat, SP 2, SP 3, SP 4, SP
5
Lahat
- Tanjung Sakti Pumi
-Lahat
Pasar Bawah, Kota Baru
Pasar Lama, Kota Negara,
Bandar Jaya,
Talang Jaya Selatan
Palembang
SU I, SU II, Gandus
Kemuning, Kertapati,
IB I, IB II. Kalidoni, Plaju
Musi Rawas
Muara Lakitan
Muara Beliti
Karang Dapo
Muara Kelingi
Rawas Ulu
Megang Sakti
OKU Timur
Bangsa Raja
Madang Suku
Pali
Tanah Abang
Penukal
Muara Enim
-Sungai Rotan(Danau Tampang, Suka
Merindu,
Sungai Rotan, Muara Lematang
Tanding Marga)
-Lawang Kidul
-Ujan Mas (Tanjung Raman, Muara Gula
Lama
Ujan Mas Lama, Guci)
-Gunung (Megang(Ulak Bandung,
Gunung Megang Dalam,
Gunung Megang Luar)
-Belimbing (Tanjung, Belimbing,
Dalam, Berugo, Bulang,
Teluk Lubuk, Pagar Jati)
-Benakat(Pagar Jati)
-Rambang Dangku(Banyuayu, Kuripan,)
-Benakat (Kuripan Selatan,
Baturaja Dangku, Siku
Pangkalan Babat)
-Muara Belida (Tanjung Baru, Kayu)
-Benakat(Ara Batu, Patra Tani,
Gedung Buruk, Harapan
Mulia)
Ogan Ilir
- Pemulutan
- Inderalaya Utara
- Rambutan
- Muara Kuang
- Rantau Alai
- Inderalaya
- Lubuk Keliat
- Rantau Panjang
- Kandis
OKI
- SP. Padang
- Kayuagung
- Lempuing
- Lempuing Jaya
- Jejawi
- Pampangan
Banyuasin
- Rantau Bayur
- Pulau Rimau
Tabuan Asri, Dana Mulya,
Sumber Mulya, Suber Rezeki,
Rawa Bada, Wana Mukti,
Teluk Betung
19. PETA LOKASI RAWAN BENCANA LONGSOR PROVINSI SUMSEL
KETERANGAN
RAWAN LONGSOR
Martapura
Km.235+860
Km.176 Base Camp PPK 01
Km.84 Base Camp PPK 02
AMP Gading CG
Km.113 Base Camp PPK 05
Km.252+600 Base Camp PPK 07
Km.52 Base Camp PPK 03
Empat Lawang
-Tebing Tinggi
Baturaja Baru
- Sikap Dalam
Kingiklan, Martapura,
Rantau Danau, Tapak Batu,
Karang Anyar, Trago Raso,
- Ulu Musi, Tanjung Agung
Pagar Alam
- Pajar Bulan, Besemah
Serasan
- Dempo Selatan
Atung Bungsu, Prahu Dipo,
Penjalang, Meringang Lama
- Dempo Utara, Jangkar Mas
Lahat
- Tanjung Sakti
Tanjung Sakti
Muara Enim
-Semendo Barat
Cahaya Alam
-Muara Enim
Tungkal
-Lawang Kidul
Lawang Kidul
- Semendo Darat Ulu, Datar Lebar
Oku Selatan
- Sungai Are, Ujan Mas
- Buay Sandang Aji, Madura, Bunga
Mas, Lubuk Liku,Tanjung Iman
- Warkuk Ranau Selatan, Tanjung
Baru
- Pulau Beringin, Anugerah Kemu
- Kisam ilir, Simpang Campang
- Muara Dua, Bumi Agung, Rengas
- Buay Pemaca, Desa Karet
Musi Banyuasin
- Sekayu, Balai Agung
- Lais, Epil
-Sanga Desa
-Babat Toman
Ogan Komering Ilir
- Tanjung Lubuk, Tanjung
Merindu
- Tanjung Lubuk, Serampek
20. KONDISI LAHAN DI SUMATERA SELATAN
LUAS KAWASAN HUTAN : 3.478.468 HA
LUAS PERKEBUNAN : 1.800.000 HA
LUAS LAHAN PERTANIAN : 752.000 HA
LUAS LAHAN LAINNYA : 1.564.320 HA
LUAS LAHAN GAMBUT : 1.483.662 HA
(TERSEBAR DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR,
MUSI BANYUASIN, BANYUASIN, MUARA ENIM,
OGAN ILIR DAN MUSI RAWAS)
22. GRAFIK HOTSPOT BULANAN DI SUMSEL TAHUN 2015
SUMBER DATA UPTD DISHUT SATELIT TERRA AQUA
Jumlah hotspot
pada Bulan Agustus
meningkat signifikan
dan memasuki
bulan September
terjadi tren
peningkatan yang
mengindikasikan
telah memasuki
musim kemarau
yang berdampak
meningkatnya
kerawanan
kebakaran hutan
dan lahan
13 35 42 29 137 229
656
1800
10523
8729
829
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
JANUARI
FEBRUARI
MARET
APRIL
MEI
JUNI
JULI
AGUSTUS
SEPTEMBER
OKTOBER
NOPEMBER
Grafik Hotspot Bulanan di Sumsel Tahun 2015
SUMBER DATA : UPTD PKHL DISHUT (DATA MODIS) SATELIT TERRA & AQUA
23. 1. Periode Januari
s/d Oktober
2015 hotspot
terbanyak di
Kabupaten OKI.
Berdasarkan
verikasi
lapangan OKI
seringkali tidak
ditemukan
kebakaran.
Berikutnya
MUBA.
2. Di Ogan Ilir
sepanjang jalan
palembang-
Inderalaya
sebagai wilayah
Karhutla
DATA HOTSPOT PER KABUPATEN DI SUMSEL
TAHUN 2015 S/D TGL 11 NOV 2015
11 5 18 20 197
13256
356 254 289
647
4669
1404
112 230
809
553
192
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
Kota
Palembang
Kota
Pagar
Alam
Kota
Lubuk
Linggau
Kota
Prabumulih
Ogan
Ilir
OKI
OKU
OKU
Timur
OKU
Selatan
MuRa
MuBa
Banyuasin
Empat
Lawang
Lahat
Muara
Enim
MuraTara
Pali
24. WILAYAH KECAMATAN YANG SERING TERJADI HOTSPOT
BERDASARKAN HASIL PEMANTAUAN SATELIT
NO KABUPATEN KECAMATAN
1 OKI Air Sugihan, Tulung Selapan, Cengal,
Pampangan, Pangkalan Lampam,
Pedamaran,Sungai Menang
2 Ogan Ilir Pemulutan Barat, Indralaya Utara
Muara Kuang, Tanjung Batu
3 MUBA Bayung Lincir, Sungai Lilin
Keluang, Lais, Babat Toman
Batang Hari leko
4 Banyuasin Muara Telang, Pulau Rimau
Talang Kelapa, Rantau Bayur
Rambutan
5 Muara Enim Gelumbang, Rambang
Lawang Kidul, Sungai Rotan
Tanah Abang
27. GRAFIK ISPA TAHUN 2014 - 2015
S/D BULAN NOVEMBER NOVEMBER 2015
(Sumber Data: Dinkes Prov.SS)
28.
29. RENCANA AKSI NASIONAL PENGURANGAN RISIKO BENCANA KEBAKARAN HUTAN
DAN LAHAN BERDASARKAN :
INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PENINGKATAN PENGENDALIAN
KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN MENGINSTRUKSIKAN KEPADA BUPATI / WALIKOTA,
DIANTARANYA ADALAH
1. MENYUSUN PERATURAN BUPATI / WALIKOTA TENTANG SISTEM PENGENDALIAN
KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN.
2. MENGOPTIMALKAN PERAN DAN FUNGSI BPBD SEBAGAI KOORDINATOR DALAM
PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN, BAGI KABUPATEN / KOTA YANG
BELUM MEMILIKI BPBD SEBAGAI KOORDINATOR ADALAH INSTANSI YANG
MEMBIDANGI PEMADAMAN KEBAKARAN.
3. MELAKSANAKAN PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI WILAYAH
KERJANYA.
4. MENGALOKASIKAN BIAYA PELAKSANAAN PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN
LAHAN DALAM APBD KABUPATEN/KOTA
5. MEWAJIBKAN PELAKU USAHA PERTANIAN, UNTUK MEMILIKI SUMBER DAYA
MANUSIA, SARANA DAN PRASARANANYA SERTA MELAKSANAKAN PENGENDALIAN
KEBAKARAN PADA LAHAN YANG MENJADI TANGGUNG JAWABNYA.
6. MEMBERIKAN SANKSI TEGAS KEPADA PELAKU USAHA YANG TIDAK
MELAKSANAKAN PENGENDALIAN KEBAKARAN YANG MENJADI TANGGUNG
JAWABNYA
7. MELAPORKAN HASIL PELAKSANAAN PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN
LAHAN DI WILAYAHNYA KEPADA GUBERNUR.
30. KEGIATAN PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN
. Pencegahan
Kegiatan pencegahan merupakan usaha untuk menekan secara dini kesempatan terjadinya kebakaran
hutan dan lahan
1. Optimalisasi sistem peringatan dini
- Sistem peringatan dini bahaya kebakaran sangat terkait dengan unsur-unsur iklim dan cuaca yang
mempengaruhi tingkat rawan kebakaran.
- Kebakaran dapat diantisipasi lebih awal dengan menerapkan instrumen sistem peringatan dini yang
selalu dipantau dan hasilnya diinformasikan kepada pihak- pihak terkait untuk melakukan tindakan
yang diperlukan dalam pencegahan kebakaran.
2. Peningkatan Peran Masyarakat
Peningkatan peran serta masyarakat dalam rangka melakukan strategi pengendalian kebakaran
berbasis masyarakat dengan melibatkan masyarakat secara aktif pada upaya-upaya pengendalian
kebakaran. Peningkatan peran masyarakat dapat diupayakan melalui:
- Kampanye peningkatan kesadaran masyarakat terhadap bahaya kebakaran dan penegakan melalui
dialog langsung dan atau melalui media penyuluhan.
- Peningkatan kemampuan masyarakat melalui pelatihan dan bimbingan teknis .
- Pemberian insentif atas partisipasi aktif dalam pencegahan kebakaran hutan dan lahan berupa
bantuan pengembangan ekonomi mandiri.
- Memasukkan komponen anggaran pengendalian kebakaran hutan dan lahan dalam alokasi anggaran
desa.
31. 3. Menerapkan pembukaan lahan tanpa bakar (zero burning) baik oleh pemegang
ijin maupun masyarakat.
4. Mengatur tata kelola lahan gambut
Lahan gambut yang belum rusak agar dikonservasi, lahan gambut yang sudah
dimanfaatkan untuk usaha perkebunan dan HTI harus diatur secara ketat water
managementnya dengan sekat kanal sehingga pada musim kemarau lahan
gambut tetap basah.
5. Peningkatan kesiapsiagaan
- Pembentukan Posko Siaga secara terpadu
- Patroli pencegahan kebakaran hutan dan lahan
- Monitoring kesiapsiagaan pada perusahaan perkebunan dan HTI
- Menyiapkan regu dan peralatan pemadam kebakaran
32. B. Pemadaman
Ketika upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan tidak berhasil sehingga terjadi
kebakaran maka langkah selanjutnya melakukan pemadaman:
1. Pemadaman darat dengan mengerahkan regu-regu/satgas dan pasukan yang ada.
2. Pemadaman Udara dengan melakukan water bombing dan TMC/Hujan Buatan.
C. Penanganan dampak kebakaran
1. Kegiatan kesehatan selama gangguan kabut asap
• Mengadakan pelayanan kesehatan gratis pada daerah-daerah lokasi hotspot/kebakaran.
• Membentuk posko-posko pelayanan kesehatan akibat gangguan asap.
• Membagikan masker kepada masyarakat dan pelajar untuk menghindari dampak asap.
• Pelayanan puskesmas /pustu siaga melayani pasien akibat asap/ispa terutama di daerah
rawan.
• Pembagian masker kepada masyarakat khususnya pelajar dan pengendara kendaraan
roda dua.
• Pelayanan kesehatan kepada petugas pemadaman darat dilapangan.
33. UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN
PENCEGAHAN KARHUTLA DI SUMSEL
1. Penetapan Status Keadaan Siaga Darurat Bencana Asap Akibat Kebakaran Hutan dan
lahan melalui SK Gubernur Sumsel No. 171/KPTS/BPBDSS/2016, tgl 1 Maret 2016
2. Sosialisasi pencegahan kebakaran secara terpadu di wilayah OKI, OI, Banyuasin, Muba,
Pali, Muara Enim,
3. Menyebarluaskan Maklumat Kapolda Sumsel No Mak/03/IV/2015 tentang Larangan
Pembakaran hutan, lahan atau ilalang/semak belukar kepada Bupati, BPBD Kabupaten dan
lintas sektor terkait.
4. Kampanye pencegahan kebakaran hutan dan lahan melalui media massa (koran dan
televisi)
5. Pembinaan dan pengawasan kepatuhan perusahaan HTI dalam menyediakan sarana
prasarana dan SDM nya.
6. Pemantauan hotspot harian dan meminta perusahaan HTI untuk melakukan ground check
7. Menginstruksikan kepada perusahaan perkebunan dan HTI di SUMSEL untuk menyiagakan
sumber dayanya untuk melakukan pengendalian kebakaran serta pembuatan sekat kanal
(Canal Blocking) untuk menjaga lahan gambut tetap dalam kondisi basah pada saat musim
kemarau.
8. Patroli darat dan udara pada wilayah rawan kebakaran secara mandiri dan bersama Tim
lainnya serta mengaktifkan Posko terpadu.
9. Surat Edaran Gubernur tentang Gerakan Pemadaman Karhutla
10. Gerakan Sholat Istisqo/Sholat Minta Hujan
34. UPAYA PENANGGULANGAN KARHUTLA YANG
TELAH DILAKUKAN DI SUMSEL
1. Pembentukan Satuan Tugas Darurat Bencana Asap Akibat Kebakaran
Hutan dan lahan melalui SK Gubernur Sumsel tgl 1 April 2016
No. 241/KPTS/BPBD-SS/2016 yang terdiri dari :
a. Danrem 044 Gapo sebagai Dansatgas.
b. Kasi Ops Korem 044 Gapo sebagai Dansubsatgas Operasi Darat.
c. Dan Lanud Palembang sebagai Dansubsatgas Operasi Udara.
d. Dir Reskrimsus Polda Sumsel sebagai Dansubsatgas Penegakan
Hukum.
e. BPBD Provinsi dan Kab/Kota sebagai Subsatgas Sosialisasi
Pencegahan Karhutla.
f. Trauma Center dan Pelayanan Kesehatan sebagai Subsatgas
Pelayanan Kesehatan Masyarakat.
35. 2. Menyampaikan materi tentang Pelarangan Pembukaan Lahan dengan Cara
Membakar kepada petugas SKPD Provinsi Sumatera Selatan yang bertugas di
wilayah Kabupaten yang rawan kebakaran hutan dan lahan seperti penyuluh
pertanian, perkebunan, perikanan, kesehatan (Bidan Desa) serta permintaan
penyampaian materi kepada pada penceramah/mubalik melalui Kanwil
Kementerian Agama Provinsi Sumatera Selatan, agar dapat disampaikan kepada
masyarakat.
36. 3. Kegiatan di POSKO SIAGA KARHUTLA
Pada rapat harian posko diinformasikan lokasi koordinat titik
hotspot kepada SKPD terkait untuk segera dapat dikonfirmasi
kepada stakeholder kehutanan, perkebunan atau pertanian
yang dilokasinya terindikasi ada hotspot agar segera
melakukan tindakan pemadaman jika dilokasi tersebut atau
disekitarnya terjadi atau terdapat kebakaran.
37. Pengendalian kebakaran hutan dan lahan
Keberhasilan dalam rangka pengendalian kebakaran hutan dan lahan sangat
tergantung dari peran serta dan komitmen para pihak terkait, pengendalian
kebakaran hutan dan lahan adalah tanggung jawab semua pihak baik
Pemerintah, Masyarakat, Maupun Swasta.
Dengan terkendalinya kebakaran hutan dan lahan, maka permasalahan asap
yang selalu terjadi pada musim kemarau akan dapat teratasi.
38.
39. 4. Pelaksanaan Operasi Pemadaman Darat oleh Tim dari BPBD Provinsi
Sumatera Selatan / BPBD Kabupaten, Manggala Agni, Tim Pemadam dari
HTI dan Perkebunan bersama TNI dan POLRI dari Satuan Kewilayahan,
yang dilaksanakan mulai 10 Juli 2015, dengan personil sebanyak 4.997
personil, dengan rincian :
a. Satgas BPBD, 80 Orang.
b. Manggala Agni, 240 Orang.
c. SKPD/POL PP/Polhut, 30 Orang.
d. Masyarakat Peduli Api, 45 Orang.
e. RPK Perkebunan dan HTI, 600 Orang.
f. TNI Kodam/Korem, 1.119 Orang.
g. Mabes Polri/Polda, 1.515 Orang.
h. TNI Mabes, 1.318 Orang.
i. TNI AU, 50 Orang.
40. 5. Pelaksanaan Operasi Pemadaman Udara (Water Bombing) melalui Pesawat
Helikopter : Tahun 2015
a. Helikopter MI-8, dengan kapasitas bombing 4.000 lt yang beroperasi dari tanggal
10 Juli s/d 21 Juli 2015, telah melakukan 15 kali penerbangan dengan total
bombing sebanyak 283 kali.
b. Helikopter M-171, dengan kapasitas bombing 4.000 lt
yang beroperasi dari tanggal 25 Juli s/d 5 Agustus
2015, telah melakukan 20 kali penerbangan dengan
total bombing sebanyak 575 kali.
6. Bantuan Pesawat Helikopter dari BNPB sebanyak 2 bh untuk patroli di kawasan
lahan gambut. (2016)
41. Secara ekologis hutan/rawa gambut memiliki fungsi dan peran yang sangat penting bagi
kehidupan umat manusia, baik sebagai penghasil dan penyimpan karbon, fungsi hidrologi,
konservasi keanekaragaman hayati, perikanan, dan pertanian
.
Sementara itu kerusakan yang terjadi pada kawasan lahan gambut saat ini sudah
mengkhawatirkan, baik akibat kegiatan HPH, illegal logging hingga kebakaran hutan dan
lahan. Provinsi Sumatera Selatan yang memiliki rawa gambut yang cukup luas tidak terlepas
dari gangguan kebakaran hutan, yang menimbulkan terjadinya kabut asap.
42. Asap merupakan masalah Nasional yang mengancam setiap tahun, yang
disebabkan oleh proses pembakaran baik lahan maupun hutan. Secara umum,
tingkat kadar asap tergantung dari banyaknya titik api yang berpotensi membakar
area hutan dan lahan, semakin banyak titik api disuatu wilayah yang rentan
terbakar , maka semakin besar potensi kebakaran yang menimbulkan asap.
Asap yang tebal dari aspek kesehatan akan berakibat pada kondisi kesehatan
masyarakat, sedangkan dari aspek transportasi akan berdampak pada kelancaran
transportasi terutama untuk penerbangan, dan akan berimplikasi kepada aspek
lainnya yang lebih luas seperti sosial dan ekonomi.
43. Masyarakat terutama yang bermukim dipinggiran hutan/rawa gambut,
menjadi unsur yang sangat penting untuk menjaga kelestarian dan
keseimbangan alam, namun pada kenyataannya secara sosial
ekonomi telah memaksa masyarakat untuk semaksimal mungkin
memanfaatkan SDA disekitarnya untuk memenuhi kebutuhan
ekonomi mereka, sehingga rawa gambut dipandang sebagai
penyedia kebutuhan berupa kayu, rotan maupun pemanfaatan lahan
sebagai areal pertanian dan perkebunan.
44. Membuka hutan dengan cara membakar adalah aktivitas dipinggiran
hutan yang sulit dihindari, pola membuka lahan dengan cara membakar
ini dianggap paling efektif, upaya pengalihan mata pencaharian agar
tidak langsung berhubungan dengan rawa gambut masih merupakan
pekerjaan yang memerlukan waktu cukup panjang, karena menyangkut
masalah sosial ekonomi budaya yang masih sangat kental pada
masyarakat.
45. Disamping itu juga harus ada penguatan kelembagaan
formal maupun non formal bagi masyarakat yang
selama ini telah memiliki aturan serta sangsi yang
cukup memadai. Auran aturan adat/desa yang ada
harus diupayakan untuk diberlakukan bahkan sangat
penting untuk dilegalimitasi oleh Pemerintah, paling
tidak pada tingkat Kabupaten.
46. Penguatan kelembagaan tersebut adalah sebagai manifestasi dari
peran serta masyarakat, sehingga masyarakat merasa turut serta
sebagai subyek dari pengelolaan rawa gambut.
Antisipasi kebakaran hutan/rawa gambut harus menjadi satu gerakan
yang mengakar hingga pada lapisan masyarakat yang langsung
memiliki akses terhadap rawa gambut
47. PEMADAMAN UDARA 18 UNIT HELI/PSW : 2015
1. 7 HELI BNPB :
MI-8 UR-CMI/4 TON AIR
2 UNIT MI-171/ 4 TON AIR
BELL 214B P2-MBH/ 3 TON AIR
BOLCOW 105 PK-EAM/ 500 Ltr AIR
SUPER PUMA PK DAN/ 4 TON AIR
KAMOV/ 3 TON AIR
2. 3 UNIT AIR TRACTOR/3 TON (KEMENLH) / 1UNIT KEMBALI TMT 16 OKT 2015
3. 1 UNIT CASSA TMC (BPPT)
4. 7 UNIT PSW NEGARA SAHABAT:
CL 145/BOMBARDIER/6 TON (MAL) TMT 11 OKT 2015 SD 20 OKT 2015
AS 356 DOLPHIN/SPOTTER (MAL) TMT 11 OKT 2015 SD 16 OKT 2015
CH 47 CHINOOK/ 5 TON AIR (SING) TMT 11 OKT 2015 SD 24 OKT
TC 690 BIRD DOG/SPOTTER (AUS) TMT 14 OKT 2015 SD 19 OKT 2015
C-130 HERCULES/15 TON (AUS) TMT 14 OKT 2015 SD 19 OKT 2015
2 BE 200/12 TON (RUSIA) TMT 21 OKT 2015 SD SAAT INI
KEGIATAN PEMADAMAN UDARA
KEKUATAN UDARA
48. PELAKSANAAN PEMADAMAN UDARA
WATER BOMBING TMT 10 JULI 2015 TELAH DILAKS 12.065 KALI. PSWT
BANTUAN LUAR NEGERI TMT 11 OKT 2015 S.D. 30 OKT TELAH MELAKS 375
KALI BOMBING. KEGIATAN TMC (TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA) TELAH
DILAKS 92 SORTI DENGAN BAHAN SEMAI 81,2 TON
WATER BOMBING EFEKTIF DI TEMPAT YG TIDAK DAPAT DIJANGKAU
PEMADAMAN DARAT, NAMUN SERING TERKENDALA CUACA / JARAK
PANDANG SEHINGGA PESAWAT TIDAK DAPAT OPERASIONAL
PENGGUNAAN BAHAN KIMIA CUKUP EFEKTIF DALAM MEMBANTU
PEMADAMAN
49. KONDISI KESEHATAN DAMPAK KABUT ASAP
1. MENGADAKAN PELAYANAN KESEHATAN GRATIS
PADA DAERAH-DAERAH LOKASI
HOTSPOT/KEBAKARAN.
2. MEMBENTUK POSKO-POSKO PELAYANAN
KESEHATAN AKIBAT GANGGUAN ASAP.
3. MEMBAGIKAN MASKER KEPADA MASYARAKAT DAN
PELAJAR UNTUK MENGHINDARI DAMPAK ASAP.
4. PELAYANAN PUSKESMAS /PUSTU SIAGA MELAYANI
PASIEN AKIBAT ASAP/ISPA TERUTAMA DI DAERAH
RAWAN.
5. PEMBAGIAN MASKER KEPADA MASYARAKAT
KHUSUSNYA PELAJAR DAN PENGENDARA
KENDARAAN RODA DUA.
6. PELAYANAN KESEHATAN KEPADA PETUGAS
PEMADAMAN DARAT DILAPANGAN.
50. PELAYANAN KESEHATAN
1. PELAYANAN PUSKESMAS /PUSTU SIAGA MELAYANI PASIEN
AKIBAT ASAP/ISPA TERUTAMA DI DAERAH RAWAN
2. PEMBAGIAN MASKER KEPADA MASYARAKAT KHUSUSNYA
PELAJAR DAN PENGENDARA KENDARAAN RODA DUA
3. PELAYANAN KESEHATAN KEPADA PETUGAS PEMADAMAN
DARAT DILAPANGAN
4. PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT
51. KENDALA PEMADAMAN KARHUTLA
1. LOKASI KEBAKARAN YANG SULIT DIJANGKAU
2. KARAKTERISTIK LAHAN GAMBUT YANG SULIT DIPADAMKAN
3. LUASNYA LAHAN YANG TERBAKAR
4. ALAT PEMADAN/PERLENGKAPAN YANG TERBATAS
5. SULIT/TERBATASNYA SUMBER AIR DILAPANGAN
6. CUACA YANG PANAS DAN TIUPAN ANGIN YANG KENCANG
7. TIDAK ADANYA AWAN CB / COMULONIMBUS/AWAN HUJAN)
8. TINGKAT KEDASARAN MASYARAKAT/PRILAKU MASYARAKAT
YANG MEMBUKA LAHAN DENGAN CARA MEMBAKAR
9. PEMBALAKAN LIAR DENGAN MENGHILANGKAN JEJAK DENGAN
CARA PEMBAKARAN LAHAN
54. PERLENGKAPAN DAN PERALATAN
BPBD PROV SUMSEL
Mobil komunikasi Alat Pemadaman Kebakaran
Perahu Amphibi
Perahu karet Mobil Ambulance dan mobil lainnya
Motor Resque
55. PERLENGKAPAN DAN PERALATAN
BPBD PROV SUMSEL
Mobil Truk serba guna Mobil Tangki
Kapal Speed
Water Treatment
Perahu Peber
Lampu Badai
56. BAHAN LOGISTIK
BPBD PROV SUMSEL
Peralatan Dapur Makanan siap saji
Kompor serba guna
Selimut
Paket kidsware
Paket Sandang