Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Agustinus kastanya bahan presentase semnas apiki 2016 menara peninsula
1. Paper Disampaikan Pada Acara:
SEMINAR NASIONAL JEJARING AHLI PERUBAHAN IKLIM DAN KEHUTANAN
INDONESIA
JAKARTA , MENARA PENINSULA HOTEL 31 AGUSTUS - 1 SEPTEMBER 2016
Agustinus Kastanya dan Hendrik S. E. S. Apono, S.Hut, M.Si
Staf Dasen Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian UNPATTI
Koordinator dan Anggota APIK Indonesia Regional Maluku
ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN IKLIM UNTUK
PENGENDALIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
PULAU AMBON BERBASIS LANSKAP
3. PENDAHULUAN
1. Pulau Ambon adalah pulau kecil yang
meliputi 2 Wilayah Kota Ambon dan
Kabupaten Maluku Tengah
2. Perubahan iklim berupa musim Hujan,
musim Panas, Badai Tropis yang tidak
menentu memicu bancana banjir,
kekeringan, longsor, kerusakan
SDA/Lingkungan di Darat dan di Laut
3. EKOLOGI, EKONOMI DAN SOSIAL
TERGANGGU
4. PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN
PULAU-PULAU KECIL PERLU DIKAJI
ULANG UNTUK MEMBERI KEPASTIAN
.
5. ADMINISTRASI PULAU AMBON
NO KABUPATEN KECAMATAN LUAS_ha
1
AMBON
Baguala 5.701
2 Leitimur Selatan 4.284
3 Nusaniwe 3.912
4 Sirimau 3.581
5 Teluk Ambon 8.520
6 AMBON Total 25.999
7 MALUKU TENGAH Leihitu 515
8 Salahutu 239
9 MALUKU TENGAH Total 754
TOTAL 26.753
6. BAHAN DAN METODA PENELITIAN
1. Bahan Kajian yang digunakan adalah
RTRWK/P, Rencanan Sektoral/SKPD, Hasil
FGD,
2. Hasil Penelitian dan dokumen perencanaan
lainnya
3. Peta tematik dan citra landset
4. Metoda Yang digunakan adalah GIS dan FGD
7. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. IDENTIFIKASI DAS PULAU AMBON
2. ANALISIS PEREBAHAN PENUTUPAN LAHAN
(TAHUN 1990 DAN DAN 2015)
3. INTEGRASI TATA RUANG, DAS DAN LAHAN
KRITIS
4. BENCANA BANJIR, LONGSOR DAN
KEKERINGAN
5. ANALISIS KETERSEDIAAN AIR DAN PROYEKSI
6. ARAHAN PERENCANAAN DENGAN PENGARUS
UTAMAAN PERUBAHAN IKLIM
8. IDENTIFIKASI DAS DAN LANSCAPE PULAU AMBON
1. LANSCAPE = Lanskap adalah sebuah sistem
sosial dan ekologi yang terdiri dari ekosistem
alami dan/atau ekosistem hasil modifikasi
manusia, dan yang dipengaruhi oleh kegiatan
ekologi, historis, politik, ekonomi dan budaya
yang berbeda-beda. Pengaturan ruang dan tata
kelola lanskap berkontribusi pada karakternya
yang unik.
2. DAERAH ALIRAN SUNGAI
9. RTRWP – RTRWK DAN TGH MALUKU
: LUAS HPK PERLU REVISI
RTRWP-RTRWK – TGH
HPK – RANCANG MENJADI KPHP
Keterangan :
KSA : Kawasan Suaka Alam
KPA : Kawasan Pelestarian Alam
HK : Hutan Konservasi
17. POTENSI BENCANA DI KOTA AMBON
MENURUT UU NOMOR 24 TAHUN 2007 TERDAPAT 13
JENIS POTENSI ANCAMAN BENCANA DAN DI KOTA
AMBON SENDIRI TERDAPAT 12 JENIS ANCAMAN
POTENSI BENCANA YAITU :
1. Gempa Bumi
2. Tsunami
3. Banjir
4. Longsor
5. Kekeringan
6. Angin Kencang/Putting Beliung
7. Kebakaran Hutan dan Lahan
8. Hama/Penyakit
9. Epidemi (Rabies, Demam Berdarah)
10. Kegagalan teknologi
11. Konflik Sosial
12. Teror
18. BNPB menyusun Skor Indeks Risiko
Bencana Indonesia (IRBI) Tahun 2013
untuk 9 jenis ancaman adalah :
Skor 144 - 250 kategori tinggi
Skor 45 – 143 kategori sedang
Skor < 45 kategori rendah
dan Kota Ambon berada pada skor 156
yang merupakan kategori risiko “TINGGI
“
INDEKS RISIKO BENCANA
21. PERISTIWA KEJADIAN BENCANA
• Kejadian Bencana Banjir,
Tanah Longsor dan Retakan
Tanah di Kota Ambon
tanggal 27 Mei s/d 1 Agustus
2012 menyebabkan :
- Meninggal 33 orang
- Luka berat 6 orang
- Luka ringan 15 orang
- Rumah rusak berat 199
unit
- Rumah rusak sedang 563
unit
- Rumah yang terancam
longsor dan amblas akibat
Bencana Retakan Tanah
22. LANJUTAN
• Kejadian Bencana Banjir
dan Tanah Longsor Kota
Ambon tanggal 30 Juli
2013 menyebabkan :
- 11 Orang meninggal,
- 18 Luka Berat dan
Ringan,
- 219 Rumah Rusak
Berat,
- 86 Rumah Rusak
Sedang
- 375 Rumah Rusak
23. Bencana Banjir dan Tanah
Longsor Kota Ambon tanggal 16
Juli 2016 sampai dengan hari ini
untuk laporan sementara ada 383
titik Tanah Longsor dan 59 titik
Banjir sehingga menyebabkan :
- 151 Rumah Terancama
- 37 Rumah Rusak Berat,
- 39 Rumah Rusak Sedang
- 38 Rumah Rusak Ringan.
- 279 Rumah Terendam Banjir
- 4 Badan Jalan Rusak
Berat/Hampir Putus
- 3 Talud Pengaman Sungai
Jebol
Lanjutan
24. RONOLOGIS BANJIR BANDANG
DI DUSUN MAMUA
Pada tanggal 27 Mei 2011 pukul 15,00 Wit
terjadi Banjir Bandang di Dusun
Mamua Negeri Hilla. Bencana tersebut
mengakibatkan korban harta benda
antaralain 12 unit rumah rusak berat, 4
unit rumah rusak ringan, 5 unit rumah
rusak total dan 61 unit rumah
terendam, sedangkan korban
mengungsi sebanyak 417 jiwa.
Pada tanggal 30 Juli 2011 kembali terjadi
Banjir Bandang susulan pada pukul
15,00 Wit mengakibatkan kerusakan
tanggul pengaman sungai yang sudah
dikerjakan oleh Pemda Maluku Tengah.
Akibat banjir ini 105 unit rumah tertimbun
material,
Tidak ada korban jiwa,
6
25. I. KRONOLOGIS KEJADIAN
TERBENTUKNYA NATURAL DAM WAE ELA
Pada tgl 12 Juli 2012 terjadi gempa bumi dengan
kekuatan 5,6 SR yg berpusat pd 51 km timur laut Kab.
Maluku Tengah.
Akibat curah hujan yang tinggi dan banjir yang besar
melanda Pulau Ambon, pada tanggal 13 Juli 2012
terjadi fenomena alam di Negeri Negeri Lima
Kabupaten Maluku Tengah, berupa longsoran material
tanah dan bebatuan dengan volume yang sangat besar
akibat patahnya gunung Ulak Hatu sehingga menutup
total aliran sungai Way Ela dan membentuk bendungan
alami (Natural Dam) di bagian hulu (2,55 km dari desa
Negeri Lima).
26. Pasca Kejadian
longsor akibat
patahnya gunung
Ulakhatu di Negeri
Negeri Lima
Kecamatan Leihitu
maka Sekretaris
Daerah Kabuparen
Maluku Tengah
selaku Pelaksana
Tugas Sehai Hari
Bupati Maluku
Tengah
Mengeluarkan Surat
Pernyataan Bencana
11
29. PERANAN APIK INDONESIA REGION MALUKU
1. PERTEMUAN APIK REGION MALUKU DAN PAPUA
DI MANUKUARI UNTUK PEMANTAPAN JARINGAN
DAN EVALUASI ROAD MAP DAN INTEGRASI
PROGRAM APIK DENGAN PEMERINTAH DAERAH
2. MENGIMPLEMENTASI PROGRAM APIK DALAM
BIDANG PENDIDIKAN, PENELITIAN DAN
PENGABDIAN MASYARAKAT
3. APIK REGION MALUKU MENGAMBIL PERAN
DALAM PERTEMUAN/NASIONAL (PUATANLING,
BPREDD, DIREKTORAT PPI, PERTEMUAN APIK
INDONESIA)
4. WORKSHOP NASIONAL REVIUW STATUS
IMPLEMENTASI REDD+ (4 AGUSTUS 2015);
VESTIVAL IKLIM MEMPERKENALKAN HASIL
AGREEMENT PARIS (1-4 FEBRUARI 2016); REDD+
INDONESIA DAY (28-29 APRIL 2016)
33. Kerangka koseptual
Ekologi
Ekonomi
Sosial
Ekosistem Pulau Kecil
Sumberdaya lahan/hutan
Kelestarian Produksi
Konservasi biodiversitas
Sosial ekonomi , Mitigasi dan Adaptasi
Institusi
Integrasi
Konsep Makro
RTRWP/K
DASTGH, Tataguna Lahan (TL)
TGH & TL dalam DAS
Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) and
Agroforestry/social forestry
Hutan Produksi (HP)
Areal Penggunaan Lain
Protection Forest (PrF)
Hutan Konservasi (HKWA)
Unit Pengelolaan dalam DAS
Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung
(KPHL)
Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK)
Social Forestry/Agroforestri
Konsep Mikro
Green economics
34. KESIMPULAN DAN SARAN
1. PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI MALUKU
TERUTAMA DI PULAU AMBON BELUM
SINKRON DAN TERPADU DENGAN DAS ,
SKEMA PERUBAHAN IKLIM DAN RESIKO
BENCANA
2. PULAU AMBON DALAM 5 TAHUN TERAKHIR
TELAH TERJADI BENCANA BANJIR , TANAH
LONGSOR, KEKERINGAN DAN DAMPAK
TERHADAP PERUBAHAN EKOSISTEM DI Laut
3. PERLU DI KAJI KEMBALI PERENCANAAN DAN
PENGELOLAAN PULAU-PULAU KECIL
TERUTAMA DI PULAU AMBON BERBASIS
PADA LANSCAPE DENGAN PUSAT PADA DAS