Dokumen tersebut membahas tentang infus intravena dan farmakokinetika. Secara singkat, dokumen menjelaskan bahwa infus intravena memungkinkan pengendalian konsentrasi obat dalam plasma, model farmakokinetik satu kompartemen untuk obat-obat tertentu, dan cara menghitung regimen dosis infus intravena.
Dokumen tersebut membahas tentang penentuan dosis obat untuk mencapai kadar dalam rentang terapeutik. Secara singkat, dokumen menjelaskan bahwa (1) tujuan penetapan dosis adalah mencapai kadar dalam rentang terapeutik, (2) asumsi farmakokinetik diperlukan bila informasi terbatas, dan (3) pemberian obat jangka panjang harus menjaga kadar steady state dalam rentang tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang konversi dosis infusi intravena menjadi dosis oral. Terdapat dua metode untuk menghitung dosis oral yang sesuai, yaitu dengan mempertimbangkan konsentrasi tunak obat dalam plasma harus sama antara infusi dan oral, atau dengan menyamakan kecepatan infusi dengan kecepatan dosis oral. Metode tersebut dijelaskan lewat contoh kasus pasien asma yang semula mendapat infusi aminofilin kemudian dik
Dokumen tersebut membahas tentang farmakokinetik nonlinier yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti jenuhnya sistem enzim dan pembawa, serta adanya perubahan patologis dalam proses absorpsi, distribusi, dan eliminasi obat. Dokumen ini juga menjelaskan beberapa contoh perhitungan waktu eliminasi obat dengan menggunakan persamaan Michaelis-Menten dan kapasitas terbatas.
Aplikasi farmakokinetika dalam kepentingan klinisMelviana94
Prinsip dasar farmakokinetika , parameter farmakokinetika, berbagai tehnik pemberian obat, memperkirakan kadar suatu obat pada pasien, menyesuaikan dosis obat sesuai target terapi
Ekskresi obat melalui ginjal melibatkan tiga proses: filtrasi glomerulus, sekresi tubular aktif, dan reabsorpsi tubular. Parameter klirens berguna untuk mengukur kemampuan tubuh mengeliminasi obat. Faktor seperti usia, pH urin, dan ikatan protein plasma dapat mempengaruhi ekskresi ginjal.
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI KULITSurya Amal
Transdermal drug delivery system includes all topically administered drug formulations intended to deliver the active ingredients into the circulation. They provide controlled continuous delivery of drugs through the skin to the systemic circulation. The drug is mainly delivered through the skin with the aid of transdermal patch.
PENGATURAN DOSIS PADA PEDIATRIK, GERIATRIK DAN OBESITASTaofik Rusdiana
Materi ini berisi tentang pengaruh kondisi dan keadaan penyakit pasien yakni kondisi pediatrik (bayi), geriatrik (lansia) dan penderita obesitas terhadap parameter farmakokinetik dan penyesuaian dosis
Dokumen tersebut membahas tentang penentuan dosis obat untuk mencapai kadar dalam rentang terapeutik. Secara singkat, dokumen menjelaskan bahwa (1) tujuan penetapan dosis adalah mencapai kadar dalam rentang terapeutik, (2) asumsi farmakokinetik diperlukan bila informasi terbatas, dan (3) pemberian obat jangka panjang harus menjaga kadar steady state dalam rentang tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang konversi dosis infusi intravena menjadi dosis oral. Terdapat dua metode untuk menghitung dosis oral yang sesuai, yaitu dengan mempertimbangkan konsentrasi tunak obat dalam plasma harus sama antara infusi dan oral, atau dengan menyamakan kecepatan infusi dengan kecepatan dosis oral. Metode tersebut dijelaskan lewat contoh kasus pasien asma yang semula mendapat infusi aminofilin kemudian dik
Dokumen tersebut membahas tentang farmakokinetik nonlinier yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti jenuhnya sistem enzim dan pembawa, serta adanya perubahan patologis dalam proses absorpsi, distribusi, dan eliminasi obat. Dokumen ini juga menjelaskan beberapa contoh perhitungan waktu eliminasi obat dengan menggunakan persamaan Michaelis-Menten dan kapasitas terbatas.
Aplikasi farmakokinetika dalam kepentingan klinisMelviana94
Prinsip dasar farmakokinetika , parameter farmakokinetika, berbagai tehnik pemberian obat, memperkirakan kadar suatu obat pada pasien, menyesuaikan dosis obat sesuai target terapi
Ekskresi obat melalui ginjal melibatkan tiga proses: filtrasi glomerulus, sekresi tubular aktif, dan reabsorpsi tubular. Parameter klirens berguna untuk mengukur kemampuan tubuh mengeliminasi obat. Faktor seperti usia, pH urin, dan ikatan protein plasma dapat mempengaruhi ekskresi ginjal.
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI KULITSurya Amal
Transdermal drug delivery system includes all topically administered drug formulations intended to deliver the active ingredients into the circulation. They provide controlled continuous delivery of drugs through the skin to the systemic circulation. The drug is mainly delivered through the skin with the aid of transdermal patch.
PENGATURAN DOSIS PADA PEDIATRIK, GERIATRIK DAN OBESITASTaofik Rusdiana
Materi ini berisi tentang pengaruh kondisi dan keadaan penyakit pasien yakni kondisi pediatrik (bayi), geriatrik (lansia) dan penderita obesitas terhadap parameter farmakokinetik dan penyesuaian dosis
Farmakokinetik klinik digoksin, pengaruh kondisi dan keadaan penyakit gagal ginjal, hati, gagal jantung dan obesitas pada parameter farmakokinetik dan pengaturan dosis digoksin
Dokumen tersebut membahas tentang aplikasi farmakokinetika klinis dalam merancang aturan dosis obat secara individual untuk mencapai respon terapeutik optimal dan meminimalkan efek samping, dengan mempertimbangkan variasi antar individu dalam farmakokinetika dan farmakodinamika."
Dokumen tersebut membahas tentang Biofarmasetika yang mempelajari hubungan antara sifat kimia fisika obat dengan absorbsi dan efek farmakologisnya. Dibahas pula korelasi percobaan in vitro-in vivo, pengaturan dosis ganda baik secara oral maupun intra vena, serta beberapa rumus untuk menghitung kadar obat dalam plasma.
Dokumen tersebut membahas tentang biofarmasetika, yang mempelajari hubungan antara sifat kimia fisika obat dengan absorbsi, bioavailabilitas, atau efek farmakologisnya. Dokumen ini juga membahas tentang korelasi percobaan in vitro dan in vivo, pengaturan dosis ganda baik secara oral maupun intra vena, serta beberapa rumus untuk menghitung besaran-besaran farmakokinetik seperti Css,maks dan Css,min
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...Surya Amal
Absorpsi obat adaah peran yang terpenting untuk akhirnya menentukan efektifitas obat. Sebelum obat diabsorpsi,terlebih dahulu obat itu larut dalam cairan biologis. Kelarutan (serta cepat lambatnya melarut) menentukan banyaknya obat terabsorpsi.
Biofarmasetika mempelajari hubungan antara sifat fisika kimia obat, bentuk sediaan, dan rute pemberian yang mempengaruhi kecepatan dan derajat absorpsi obat. Faktor-faktor seperti kelarutan, hidrofilisitas, bentuk garam, dan polimorfisme mempengaruhi proses disolusi dan absorpsi obat. Uji biofarmasetika penting untuk memprediksi bioavailabilitas dan memilih formulasi terbaik.
Menurut FI edisi III
Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus dalam suatu cangkang kapsul keras dan lunak.
Menurut FI edisi IV
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras dan lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga dibuat dari pati atau bahan lain yang sesuai.
FARMASI KLINIK - Aplikasi Farmakokinetika pada GeriatrikNesha Mutiara
Dokumen tersebut membahas tentang aplikasi farmakokinetik pada pasien geriatrik. Secara singkat, farmakokinetik pada geriatrik berbeda dari dewasa karena perubahan fungsi ginjal dan hati serta status mental. Pemberian obat pada geriatrik perlu mempertimbangkan riwayat penyakit, dosis yang lebih rendah, dan risiko interaksi obat.
Model kompartemen farmokinetik menggambarkan distribusi obat dalam tubuh. Model satu kompartemen mengasumsikan distribusi cepat ke seluruh jaringan, sedangkan model dua kompartemen membedakan kompartemen sentral dan perifer berdasarkan kecepatan perfusi darah. Model intravena dapat satu atau dua kompartemen, sementara model ekstravaskular dapat satu atau dua kompartemen dengan mempertimbangkan fase absorpsi, distribusi,
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOLSurya Amal
Aerosol Farmasetik adalah sediaan yang dikemas di bawah tekanan, mengandung zat aktif terapetik yang dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan.
Dokumen tersebut membahas tentang ekskresi obat dalam tubuh melalui organ-organ seperti ginjal, hati, paru-paru, kulit, ASI dan lainnya. Proses ekskresi meliputi filtrasai glomerulus, sekresi aktif melalui transporter seperti P-gp dan MRP, serta reabsorpsi di ginjal. Ekskresi juga dipengaruhi oleh sifat kimia obat seperti berat molekul, nilai pKa, dan kelarutan.
Ilmu yang mempelajari kinetika absorpsi, distribusi dan eliminasi (yakni, ekskresi dan metabolisme) obat pada manusia atau hewan dan menggunakan informasi ini untuk meramalkan efek perubahan-perubahan dalam takaran, rejimen takaran, rute pemberian, dan keadaan fisiologis pada penimbunan dan disposisi obat.
Farmakokinetik klinik digoksin, pengaruh kondisi dan keadaan penyakit gagal ginjal, hati, gagal jantung dan obesitas pada parameter farmakokinetik dan pengaturan dosis digoksin
Dokumen tersebut membahas tentang aplikasi farmakokinetika klinis dalam merancang aturan dosis obat secara individual untuk mencapai respon terapeutik optimal dan meminimalkan efek samping, dengan mempertimbangkan variasi antar individu dalam farmakokinetika dan farmakodinamika."
Dokumen tersebut membahas tentang Biofarmasetika yang mempelajari hubungan antara sifat kimia fisika obat dengan absorbsi dan efek farmakologisnya. Dibahas pula korelasi percobaan in vitro-in vivo, pengaturan dosis ganda baik secara oral maupun intra vena, serta beberapa rumus untuk menghitung kadar obat dalam plasma.
Dokumen tersebut membahas tentang biofarmasetika, yang mempelajari hubungan antara sifat kimia fisika obat dengan absorbsi, bioavailabilitas, atau efek farmakologisnya. Dokumen ini juga membahas tentang korelasi percobaan in vitro dan in vivo, pengaturan dosis ganda baik secara oral maupun intra vena, serta beberapa rumus untuk menghitung besaran-besaran farmakokinetik seperti Css,maks dan Css,min
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...Surya Amal
Absorpsi obat adaah peran yang terpenting untuk akhirnya menentukan efektifitas obat. Sebelum obat diabsorpsi,terlebih dahulu obat itu larut dalam cairan biologis. Kelarutan (serta cepat lambatnya melarut) menentukan banyaknya obat terabsorpsi.
Biofarmasetika mempelajari hubungan antara sifat fisika kimia obat, bentuk sediaan, dan rute pemberian yang mempengaruhi kecepatan dan derajat absorpsi obat. Faktor-faktor seperti kelarutan, hidrofilisitas, bentuk garam, dan polimorfisme mempengaruhi proses disolusi dan absorpsi obat. Uji biofarmasetika penting untuk memprediksi bioavailabilitas dan memilih formulasi terbaik.
Menurut FI edisi III
Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus dalam suatu cangkang kapsul keras dan lunak.
Menurut FI edisi IV
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras dan lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga dibuat dari pati atau bahan lain yang sesuai.
FARMASI KLINIK - Aplikasi Farmakokinetika pada GeriatrikNesha Mutiara
Dokumen tersebut membahas tentang aplikasi farmakokinetik pada pasien geriatrik. Secara singkat, farmakokinetik pada geriatrik berbeda dari dewasa karena perubahan fungsi ginjal dan hati serta status mental. Pemberian obat pada geriatrik perlu mempertimbangkan riwayat penyakit, dosis yang lebih rendah, dan risiko interaksi obat.
Model kompartemen farmokinetik menggambarkan distribusi obat dalam tubuh. Model satu kompartemen mengasumsikan distribusi cepat ke seluruh jaringan, sedangkan model dua kompartemen membedakan kompartemen sentral dan perifer berdasarkan kecepatan perfusi darah. Model intravena dapat satu atau dua kompartemen, sementara model ekstravaskular dapat satu atau dua kompartemen dengan mempertimbangkan fase absorpsi, distribusi,
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOLSurya Amal
Aerosol Farmasetik adalah sediaan yang dikemas di bawah tekanan, mengandung zat aktif terapetik yang dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan.
Dokumen tersebut membahas tentang ekskresi obat dalam tubuh melalui organ-organ seperti ginjal, hati, paru-paru, kulit, ASI dan lainnya. Proses ekskresi meliputi filtrasai glomerulus, sekresi aktif melalui transporter seperti P-gp dan MRP, serta reabsorpsi di ginjal. Ekskresi juga dipengaruhi oleh sifat kimia obat seperti berat molekul, nilai pKa, dan kelarutan.
Ilmu yang mempelajari kinetika absorpsi, distribusi dan eliminasi (yakni, ekskresi dan metabolisme) obat pada manusia atau hewan dan menggunakan informasi ini untuk meramalkan efek perubahan-perubahan dalam takaran, rejimen takaran, rute pemberian, dan keadaan fisiologis pada penimbunan dan disposisi obat.
Dokumen tersebut membahas tentang infusi intra vena sebagai salah satu cara pemberian obat yang dapat mengontrol kadar obat dalam darah dengan tepat. Ia juga menjelaskan nasib obat setelah pemberian, perhitungan kadar obat dalam plasma, dan contoh soal terkait perhitungan dosis muat untuk infusi intra vena.
Dokumen tersebut membahas konsep dan perhitungan dosis ganda pada farmakokinetik obat, termasuk faktor yang mempengaruhinya, bentuk relasi antar parameter, dan contoh soal perhitungannya. Secara khusus dibahas pula tentang pemberian ulang secara intravena dan oral serta konsep loading dose.
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
FARMAKOKINETIKA_INFUS_INTRAVENA 10-11.ppt
1. P U T R I R A M D A N I A H
INFUS INTRAVENA
FARMAKOKINETIKA
2. Literatur Utama
Shargel, L and Yu, ABC, 2005, Applied Biopharmaceutics and
Pharmacokinetics, 5th Appleton & Lane, Connecticut
Hedaya, M.A.,2007, Basic Pharmacokinetics, CRC Press
Rowland and Tozer,2011, Clinical Pharmacokinetics
and Pharmacodinamic Concepts and Applications, 4 th
edition
3. Tujuan
Untuk mengetahui invus intravena
Untuk memberikan pemahaman tentang model
farmakokinetik dalam satu kompartemen
Menjelaskan cara mendesain dan menghitung regimen
dosis infus intravena
4. PENDAHULUAN
Salah satu rute pemakaian parenteral selain
subkutan dan intramuskular adalah intravena (IV)
Keuntungan utama pemberian suatu obat dengan
infus IV adalah infusi IV memungkinkan
pengendalian yang tepat dari konsentrasi obat dalam
plasma yang cocok untuk kebutuhan pasien
5. Infus Intravena
Infus intravena adalah sediaan steril berupa larutan
atau emulsi, bebas pyrogen dan sedapat mungkin
dibuat isotonis terhadap darah, disuntikkan
langsung kedalam vena dalam volume relative
banyak
Dosis obat tidak masuk sekaligus---------
Pemberian diatur
6. Infus intravena------ pemberian sejumlah cairan
kedalam tubuh melalui sebuah jarum, kedalam pembuluh
vena untuk menggantikan cairan hilang atau zat zat makanan.
Terapi intravena----- untuk memberikan cairan ketika
pasien tidak dapat menelan, tidak sadar, atau syok, untuk
memberikan garam yang diperlukan untuk mempertahankan
keseimbangan elektrolit, atau glukosa yang diperlukan
metabolisme dan memberikan medikasi.
7. Keuntungan dan kerugian pemberian
rute intravena
Keuntungan
1.Cepat ; langsung masuk kedalam sistemik
2.Efektif
3.Tidak melewati first pass effect
4.Laju difusi dapat dengan mudah diatur sesuai
kebutuhan pasien
5.Mudah diberikan untuk pasien yang tidak dapat
menerima pengobatan p.o
6.Infusi konstan mencegah fluktuasi puncak
(maksimum) dan (minimum ) kadar obat dalam darah
: untuk obat yang mempunyai IT
7.Pemberian obat, makanan, elektrolit dapat
dilakukan secara bersamaan melalui infus
8. Keuntungan dan kerugian pemberian rute
intravena
Kerugian
1. Tidak bisa dilakukan “drug recall” sehingga resiko
toksisitas dan sensitivitas tinggi
2. Kontaminasi mikroba melalui titik akses ke
sirkulasi
3. Iritasi Vaskular
4. Inkompatibilitas obat dan interaksi dari berbagai
obat tambahan.
9.
10. Keterangan
LD : Loading Dose (mg)
Vd : Volume Distribusi
Css : Konsentrasi Steady Stage (mg/mL)
K : Konstanta Eliminasi
R : Laju Infus (mg/jam atau ml/jam)
11. PENDAHULUAN
Kurva konsentrasi obat
dalam plasma-waktu dari
suatu obat yang diberikan
dgn IV konstan
Tidak ada obat dalam
tubuh dalam waktu nol,
kadar obat meningkat dari
konsentrasi obat nol dan
secara bertahap menjadi
tetap saat konsentrasi obat
tunak (steady state) dicapai
Pada keadaan tunak laju
obat yang meninggalkan
tubuh sama dengan laju
obat masuk ke dalam tubuh
(laju infusi)
Laju masuk obat = laju keluar obat
(laju infusi) = (laju eliminasi)
12.
13. OBAT-OBAT DENGAN MODEL
KOMPARTEMEN SATU
Pada model
kompartemen satu ini,
obat yang di infus
mengikuti masukan
orde nol dan keluaran
orde ke satu.
• Profil konsentrasi obat dalam plasma versus waktu setelah
infusi IV. Infusi IV dihentikan pada keadaan tunak (A) dan
sebelum keadaan tunak (B). Pada kasus tersebut kadar obat
dalam plasma menurun secara eksponensial
14. OBAT-OBAT DENGAN MODEL
KOMPARTEMEN SATU
Perubahan jumlah obat dalam tubuh pada berbagai
waktu (DB/dt) selama infusi merupakan laju
masukan dikurangi laju keluaran
DB =jumlah obat dalam tubuh
dt = jumlah obat dalam jaringan
R = laju infusi (orde nol)
K = tetapan laju eliminasi
15. OBAT-OBAT DENGAN MODEL
KOMPARTEMEN SATU
Persamaan tadi di substitusi ke persamaan
DB = Cp VD menjadi persamaan
Saat obat di infuskan, harga t meningkat. Pada waktu
tak terhingga t = ∞ , e –kt mendekati nol sehingga
persamaan tersebut berkurang menjadi :
16. KONSENTRASI OBAT KEADAAN TUNAK (CSS) DAN WAKTU YANG DI
PERLUKAN UNTUK MENCAPAI CSS
Pada keadaan tunak, laju obat meninggalkan tubuh
sama dengan laju obat masuk tubuh (laju infusi),
artinya tidak ada penambahan jumlah obat dalam
tubuh selama keadaan tunak.
Aktivitas obat akan teramati saat konsentrasi obat
mendekati konsentrasi obat dalam plasma. Biasanya
merupakan konsentrasi obat target atau konsentrasi
keadaan tunak yang diharapkan
17. KONSENTRASI OBAT KEADAAN TUNAK (CSS) DAN
WAKTU YANG DI PERLUKAN UNTUK MENCAPAI CSS
Persen Css yang dicapai a Waktu Paruh
90 3,32
95 4,32
99 6,65
Jumlah T1/2 untuk mencapai suatu fraksi Css
• Waktu untuk mencapai konsentrasi tunak Css, 90%, 95%, dan 99%
dapat di hitung seperti pada tabel.
• Setelah infusi IV obat, dalam waktu 5 waktu paruh, konsentrasi obat
dalam plasma akan berada antara 95% (4,32 t1/2), dan 99% (6,65
t1/2) dari konsentrasi obat tunak.
• Jadi untuk suatu obat yang mempunyai t ½ 6 jam, untuk mencapai
95% konsentrasi obat dalam plasma tunak diperlukan 5 t ½ atau 5 x
6 jam yaitu 30 jam
18. KONSENTRASI OBAT KEADAAN TUNAK (CSS) DAN
WAKTU YANG DI PERLUKAN UNTUK MENCAPAI CSS
Suatu peningkatan laju infusi
tidak akan memendekkan
waktu untuk mencapai
konsentrasi obat tunak.
Jika suatu obat diberikan
pada laju lebih cepat, akan
diperoleh suatu kadar obat
keadaan tunak yang lebih
tinggi tetapi waktu untuk
mencapai keadaan tunak
adalah sama
19. KONSENTRASI OBAT KEADAAN TUNAK (CSS) DAN
WAKTU YANG DI PERLUKAN UNTUK MENCAPAI CSS
Pada keaadaan tunak laju infusi sama dengan laju
eliminasi. Sehingga konsentrasi obat dalam plasma
sama dengan nol
20. KONSENTRASI OBAT KEADAAN TUNAK (CSS) DAN
WAKTU YANG DI PERLUKAN UNTUK MENCAPAI CSS
Infusi intravena dapat dipakai sebagai sumber data
untuk menentukan klirens tubuh total jika laju infusi
dan kadar tunak di ketahui
Oleh karena klirens tubuh total ClT sama dengan VDk
maka
21. Contoh soal
Suatu antibiotik mempunyai volume distribusi 10L
dan k 0,2 jam-1. konsentrasi tunak dalam plasma di
inginkan 10 µg/mL. Berapakah laju infusi yang
diperlukan untuk mempertahankan konsentrasi ini ?
22. Jawaban :
R = Css VD k
R = (10 µg/mL) (10) (1000mL) (0,2jam-1)
R = 20.000µg/jam
R = 20 mg/jam
23. Contoh soal
Seorang pasien diberikan antibiotik (t ½ = 6 jam)
dengan infusi yang tetap pada laju 2 mg/jam. Pada
akhir hari ke-2, konsentrasi obat dalam serum 10
mg/mL. Hitunglah klirens tubuh total untuk
antibiotik ini.
24. Cuplikan serum di ambil setelah 2 hari atau 48
jam, dimana waktu mewakili 8 x t 1/2 . Oleh
karena itu konsentrasi obat dalam serum mewakili
Css
Sehingga dapat dihitung :
25. METODE INFUSI UNTUK PERHITUNGAN WAKTU
PARUH ELIMINASI PADA PASIEN
Hubungan Cp dengan waktu yang terjadi selama
infusi IV dapat di gunakan untuk menghitung k, dan
waktu paruh eliminasi obat secara tidak langsung
pada seorang pasien.
Beberapa informasi tentang waktu paruh eliminasi
obat dalam populasi harus diketahui dan satu atau
dua cuplikan plasma harus di ambil pada waktu yang
di ketahui setelah infusi.
Mengetahui waktu paruh pada populasi umum
membantu untuk menentukan kapan cuplikan pada
pasien di ambil dalam keadaan tunak
26. METODE INFUSI UNTUK PERHITUNGAN WAKTU
PARUH ELIMINASI PADA PASIEN
Sehingga kita dapat menghitung k sebagai berikut :
27. Contoh soal
Suatu antibiotik pada populasi umum mempunyai waktu
paruh 3-6jam. Seorang pasien diberi infusi IV antibiotik
pada laju infusi 15 mg/jam. Cuplikan darah diambil pada
8-24 jam dan berturut-turut diperoleh konsentrasi obat
dalam plasma 5,5 dan 6,5 mg/L.
1. Perkirakan waktu paruh eliminasi obat pada pasien
tersebut.
2. Jika di inginkan konsentrasi terapeutik 8mg/L untuk
pasien tersebut. Berapa laju infusi yang sesuai untuk
pasien dimana Volume dstribusi yang diperoleh yaitu
20 L?
28.
29. 2. laju infusi 15 mg/jam. Dengan menganggap cuplikan
darah kedua merupakan kadar tunak, 6,5 mg/mL. Maka
klirens pasien adalah
Laju infusi yang baru menjadi :
R = Css x Cl
30. INFUSI IV PLUS DOSIS MUATAN (DL)
(MODEL KOMPARTEMEN SATU)
Dosis muatan (DL) atau dosis bolus awal dari suatu
obat digunakan untuk memperoleh konsentrasi
tunak (Css) secepat mungkin.
Konsentrasi obat dalam tubuh untuk model
kompartemen setelah dosis IV digambarkan dengan
Dan konsentrasi dengan infusi pada laju R adalah :
31. Dengan menganggap suatu dosis IV bolus suatu obat DL
dan infusi IV diberikan pada waktu yang sama.
Konsentrasi total Cp pada waktu t setelah di mulainya
infusi akan sama dengan C1 + C2. jumlah bolus infus atau
:
32. Misalkan dosis muatan (DL) sama dengan jumlah
obat dalam tubuh pada keadaan tunak (Css)
DL = Css VD
Jika disubstitusikan kedalam persamaan
Css VD = R/k, maka
33. Infusi IV dengan dosis
muatan DL diberikan
dengan cara injeksi bolus
IV pada awal infusi.
Konsentrasi obat dalam
plasma menurun secara
eksponensial setelah DL
yang meningkat secara
eksponensial selama
infusi. Kurva konsentrasi
obat dalam plasma-waktu
merupakan garis lurus
oleh karena penjumlahan
kedua kurva
34. Dosis muatan diperlukan untuk mendapatkan kadar tunak
(Css) obat dengan segera.
Persamaan dosis muatan :
Persamaan infusi :
Penjumlahan dua persamaan menghasilkan suatu persamaan
yang menggambarkan infusi secara serentak setelah suatu
dosis muatan
Dengan mendeferensiasi persamaan ini pada keadaan tunak,
diperoleh persamaan :
35. Infusi Intravena dengan
dosis muatan a, b, dan
c. Kurva d menyatakan
suatu infusi tanpa dosis
muatan
36. Perkiraan Klirens Obat dan VD dari Data Infusi
Konsentrasi obat dlm plasma selama infusi konstan
digambarkan dalam istilah volume distribusi dan
tetapan eliminasi, kemungkinan lain dapat di
gambarkan dalam istilah klirens Cl = k. Vd. Sehingga
didapat persamaan :
37. Infusi Intravena dari Obat-Obat Kompartemen
Dua
Beberapa obat diberikan dengan infusi IV mengikuti
kinetika kompartemen dua.
Pada obat model kompartemen dua, infusi IV
memerlukan distribusi dan keseimbangan obat sebelum
kadar darah yang stabil dicapai
Kadar Css konstan mengakibatkan konsentrasi obat yang
konstan dalam jaringan. Model kinetika hanya
menggambarkan laju transfer obat masuk dan keluar
kompartemen adalah sama dengan keadaan tunak (Css)
Waktu yang di perlukan untuk mencapai kadar darah
tunak secara keseluruhan bergantung pada waktu paruh
distribusi obat.
38. Sehingga diperoleh persamaan :
a dan b adalah tetapan laju hibrida
R adalah laju infusi pada keadaan tunak yaitu
t =∞
Laju infusi untuk konsentrasi obat dalam plasma
tunak (Css) yang di inginkan dapat dihitung
sebagai berikut :
39. Infus IV Plus Dosis Muatan Model Kompartemen
Dua
Kadar obat dalam plasma
setelah berbagai dosis
muatan dan laju infusi
untuk suatu obat yang
mengikuti suatu model
kompartemen dua
a = tanpa dosis muatan
b = dosis muatan = R/k
(infusi cepat)
c = dosis muatan = R/b
(infusi muatan lambat)
d = dosis muatan = R/b
(infusi cepat)
40. Volume Distribusi Keadaan Tunak
Model Kompartemen Dua
Pada kondisi tunak, laju obat yang masuk ke dalam
kompartemen jaringan dari kompartemen sentral adalah
sama dengan laju obat keluar dari kompartemen
jaringan kedalam kompartemen sentral
Dt = jumlah obat dalam kompartemen jaringan
Jumlah obat dalam kompartemen sentral Dp sama
dengan VpCp sehingga :
41. Volume distribusi obat pada keadaan tunak (VD)ss
dapat di hitung dengan membagi jumlah obat dalam
tubuh dengan konsentrasi obat dalam kompartemen
sentral pada keadaan tunak.
Dp sebagai VpCp suatu persamaan yang lebih
bermanfaat untuk perhitungan (VDss)
Penurunan klirens obat dari tubuh dapat
meningkatkan area bawah kurva, AUC dimana (VD)b
menurun atau tidak berubah, bergantung pada harga
b, sehingga :
42. Contoh soal
Seorang dokter ingin memberikan suatu anastesi
pada laju 2 mg/jam dengan infus IV. Tetapan laju
eliminasi 0,1 jam-1 dan Volume distribusi
(kompartemen satu) 10 L. Berapakah dosis muatan
yang hendak anda rekomendasikan, jika dokter
menginginkan kadar obat 2 µg/mL segera dicapai
pada waktu 6 jam?
43. Contoh soal
Berapakah konsentrasi suatu obat pada 6 jam
setelah pemberian suatu dosis muatan 10 mg dan
infusi serentak 2 mg/jam (obat mempunyai t ½ 3
jam dan volume distribusi 10 L) ?
45. Contoh Soal
Seorang pasien di infus delama 6 jam dengan suatu
obat (k = 0,01 jam-1, VD = 10L) pada laju 2 mg/jam.
Berapa konsentrasi obat dalam tubuh 2 jam setelah
penghentian infusi ?
46. Cp = 1,14 µg/mL
Cara lain :
Cp = 1,14 µg/mL
47. tugas
Suatu antibiotik diberikan kepada pasien wanita dewasa 50
tahun, 60 kg) dengan infusi IV. Waktu paruh eliminasi adalah 7
jam dan volume distribusi 1,5 L/kg. Obat disediakan dalam ampul
50mL dengan konsentrasi 10 mg/mL. Konsentrasi keadaan tunak
yang di inginkan 20 µg/mL.
a. Berapa laju infusi yang anda rekomendasikan dalam mL/jam
b. Berapa dosis muatan yang akan anda rekomendasikan untuk
pasien ini ? Dengan rute pemberian apa dosis muatan yang
akan anda berikan ? Kapan?
c. Mengapa suatu dosis muatan di rekomendasikan?
d. Menurut pabrikan, laju infusi awal yang direkomendasikan 10
mL/ jam. Apakah anda setuju dengan laju infusi yang di
rekomendasikan ini untuk pasien anda? Beri alasan!
e. Jika anda memantau konsentrasi obat dalam serum pasien,
kapan anda meminta cuplikan darah diambil ? Beri alasan!
f. Konsentrasi obat dalam serum yang teramati lebih tinggi dari
antisipasi. Beri dua alasan yang mungkin berdasar prinsip
farmakokinetika yang akan memperhitungkan pengamatan ini!
Keadaan tunak (bahasa Inggris: steady state) adalah kondisi sewaktu sifat-sifat suatu sistem tak berubah dengan berjalannya waktu atau dengan kata lain, konstan. Ini berakibat untuk setiap properti p dari sistem, turunan parsial terhadap waktu adalah nol:
∂ p ∂ t = 0
Fungsi eksponensial. Fungsi eksponensial adalah salah satu fungsi yang paling penting dalam matematika. Biasanya, fungsi ini ditulis dengan notasi exp(x) atau ex, di mana e adalah basis logaritma natural yang kira-kira sama dengan 2.71828183.