2. Outline
- The ATC/DDD methodology
definisi, tujuan, structure dan prinsip penggunaan
- Aplikasi ATC/DDD dalam evaluasi penggunaan obat
3. •“The purpose of the ATC/DDD system is to serve
as a tool for drug utilization monitoring and
research in order to improve the quality of drug
use.”
4. •Tujuan utama
“International language for drug utilization research”
• to serve as a tool for presenting drug utilization research
in order to improve quality of drug use.
• to compare data within a country and between countries
5. What is ATC/DDD?
• ATC (Anatomical Therapeutic Chemical)
Klasifikasi penggolongan obat yang dikembangkan oleh
WHO Collaborating Centre for Drug Statistics
Methodology
(available at WHOCC – Home)
6. •“The classification of a substance in
the ATC/DDD system is therefore not
a recommendation for use and it does
not imply any judgements about
efficacy or relative efficacy of drugs
and groups of drugs.”
7. Struktur ATC Code
•Pada the ATC classification system,
Bahan Aktif di klasifikasi dalam hierarki
yang terdiri atas 5 level yang berbeda.
8.
9.
10.
11.
12.
13. Principles for classification
• Medicinal products are classified according to the main therapeutic
use of the main active ingredient.
• Only one ATC code for each route of administration (e.g. oral
formulations with similar ingredients and strength will have the same
ATC code)
• More than one ATC code for a medicinal substance : A
medicinal substance can be given more than one ATC code if it is
available in two or more strengths or routes of administration with
clearly different therapeutic uses
14.
15. DDD (DEFINED DAILY DOSE)
•“The DDD is the assumed average
maintenance dose per day for a drug
used for its main indication in adults.”
16. • “DDD adalah sebuah unit pengukuran dan tidak
merefleksikan rekomendasi dosis.”
• Therapeutic doses for individual patients and patient groups
will often differ from the DDD as they will be based on
individual characteristics (such as age, weight, ethnic
differences, type and severity of disease) and
pharmacokinetic considerations.
17.
18. •“Data penggunaan obat yang di presentasikan
dalam bentuk DDD hanya memberikan estimasi
kasar dari konsumsi obat dan bukan merupakan
gambaran pasti dari penggunaan yang
sebenarnya.”
19. •Data penggunaan obat yg di presentasi dlm
DDDs memberikan estimasi kasar dari konsumsi
dan bukan gambaran nyata/actual dari
penggunaan obat.
•The estimates described are only true if there
is good agreement between the actually
prescribed dose and the DDD.
20. DDD indicators and interpretations
1. DDD per 1000 inhabitants per day
• Nilai 10 DDDs per 1000 inhabitants per day dapat
diinterpretasikan: pada group of 1000 inhabitants, 10
DDDs dari obat digunakan secara rata-rata.
21. •Alternatively, dapat dikatakan 10/1000 (1%) dari
populasi mendapatkan obat tersebut setiap hari
pada tahun tersebut.
• Estimasi ini sangat berguna pada obat-obat yang
digunakan utk penyakit kronis dan jika ada “good
agreement” antara rata-rata prescribed daily dose
(PDD) dan DDD.
22.
23. 2. DDD per 100 bed days
• DDDs per 100 bed days dapat di aplikasikan bila
evaluasi penggunaan obat utk pasien rawat inap
diperlukan.
• Angka 70 DDDs per 100 bed days dari obat hypnotics
memberikan estimasi intensitas therapeutic dan estimasi
bahwa 70% dari pasien rawat inap menerima satu DDD obat
hypnotics setiap hari.
24. • Penilaian ini diaplikasikan dalam Analisa penggunaan obat
antar rumah sakit. Indikator ini cukup berguna untuk
benchmarking dalam dan antar rumah sakit
25. 3. DDDs per inhabitant per year
• Indikator ini sering digunakan pada penggunaan
antiinfectives (atau obat lain yg digunakan dalam jangka
waktu pendek).
• Ini akan memberikan estimasi jumlah hari dimana setiap
inhabitant, secara rata-rata, dirawat setiap tahunnya.
26. • Sebagai contoh, 5 DDDs/inhabitant/year mengindikasikan
bahwa konsumsi adalah sebanding dengan perawatan utk
setiap inhabitant selama 5 hari pada 1 tahun.
• Alternatif, jika the standard treatment period diketahui,
jumlah total DDDs dapat dikalkulasi sebagai jumlah rawatan
dan jumlah rawatan dapat di hubungkan dengan total
populasi.
28. ATC/ DDD dalam DUR
• Mempelajari pola penggunaan obat dan perubahannya dari waktu ke
waktu.
• Mengevaluasi akibat dari perubahan informasi, kebijakan, dll.
• Mempelajari pengaruh paparan obat dalam kaitannya dengan ADR.
• Indikasi Over use, Under use, MissUse/Abuse dari obat.
• Membantu menetapkan prioritas dalam study2 farmakoepidemiologi
29. KESIMPULAN
•ATC/DDD system adalah “the gold standard”
untuk penelitian penggunaan obat
international drug utilization research
•ATC/DDD adalah instrument untuk
“exchanging and comparing data” pada
penggunaan obat baik pada level local,
nasional ataupun internasional.
30. Referensi
• World Health Organization. (2020). Guidelines for ATC classificationand DDD assignment 2020.
Norway: World Health Organization
• Embun Suci Nasution1 , Hari Ronaldo Tanjung2 , Inggianti Putri: Evaluation of antibiotics using
ATC/DDD and DU 90% methods on ICU patients at Universitas Sumatera Utara Hospital.
Pharmacia 70(4): 1223–1230.
• Yusna Fadliyyah Apriyanti1, Saepudin : REVIEW: APPLICATION OF THE ATC/DDD METHOD FOR
ANTIBIOTIC EVALUATION IN INDONESIA, Medical Sains : Jurnal Ilmiah Kefarmasian Vol. 8 No. 3,
July – September 2023
• Samantha Hollingworth and Therése Kairuz : Measuring Medicine Use: Applying ATC/DDD
Methodology to Real-World Data. Pharmacy 2021, 9, 60
31. • WHO, 2003, Introduction to Drug Utilization Research.