Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
dokumen.tips_ppt-kelompok-pgprpptx.pptx
1. PENGGUNAAN RIZOBAKTERI SEBAGAI
PEMACU TUMBUH TANAMAN
( Plant Growth-Promoting Rhizobacteria as Biological Control Agents )
Oleh :
Eko Ari Widodo
No Presensi 07, NPM : 0814013021
Rd Saleh Ganda Bhakti
No Presensi 09, NPM 0914013142
2. Pendahuluan
Pertumbuhan tanaman adalah proses terjadinya peningkatan
jumlah dan ukuran daun dan batang. Hasil pertumbuhan tanaman
adalah produk yang dapat dikonsumsi atau dimanfaatkan menjadi
produk lain, atau hanya bersifat estetis. Pengambilan hasil dinamakan
pemanenan, yang dapat dilakukan oleh manusia, hewan atau peralatan
mesin.
Pertumbuhan tanaman tidak hanya terjadi pada bagian atas (tajuk)
tanaman, tetapi juga terjadi pada bagian bawah (akar) tanaman. Akar
menentukan kemampuan tanaman untuk menyerap nutrisi dan air,
Pertumbuhannya ditentukan oleh area daun yang aktif melakukan
fotosintesis karena akar bergantung pada penangkapan energi oleh
daun. Pada saat suplai energi terbatas, maka energi yang ada
digunakan oleh jaringan tanaman yang paling dekat dengan lokasi
fotosintesis. Oleh karena itu akar menerima energi hanya pada saat ada
kelebihan energi yang diproduksi melalui fotosintesis yang tidak
digunakan untuk pertumbuhan tajuk anaman.
3. Lanjutan...
Rizobakteri pemacu tumbuh tanaman (RPTT) atau populer
disebut plant growth promoting rhizobacteria (PGPR)
adalah kelompok bakteri menguntungkan yang agresif
‘menduduki’ (mengkolonisasi) rizosfir (lapisan tanah tipis
antara 1-2 mm di sekitar zona perakaran). Aktivitas RPTT
memberi keuntungan bagi pertumbuhan tanaman, baik
secara langsung maupun secara tidak langsung.
Pengaruh langsung RPTT didasarkan atas kemampuannya
menyediakan dan memobilisasi atau memfasilitasi
penyerapan berbagai unsur hara dalam tanah serta
mensintesis dan mengubah konsentrasi berbagai
fitohormon pemacu tumbuh. Sedangkan pengaruh tidak
langsung berkaitkan dengan kemampuan RPTT menekan
aktivitas patogen dengan cara menghasilkan berbagai
senyawa atau metabolit seperti antibiotik dan siderophore
(Kloepper et al., 1991; Kloepper, 1993; Glick, 1995).
4. Rhizobacteria
Berdasarkan definisi, rizobakteri adalah kelompok
bakteri rizosfir yang memiliki kemampuan
mengkolonisasi rizosfir secara agresif, dan rizobakteri
yang memberi keuntungan bagi tanaman dikenal
dengan PGPR atau RPTT (Kloepper & Schroth, 1978;
Schroth & Hancock, 1982).
5.
6. Fungsi dan mekanisme
Secara umum, fungsi RPTT dalam meningkatkan
pertumbuhan tanaman dibagi dalam tiga kategori, yaitu:
1. sebagai pemacu/perangsang pertumbuhan
(biostimulants) dengan mensintesis dan mengatur
konsentrasi berbagai zat pengatur tumbuh (fitohormon)
seperti asam indol asetat (AIA), giberellin, sitokinin, dan
etilen dalam lingkungan akar;
2. sebagai penyedia hara (biofertilizers) dengan menambat
N2 dari udara secara asimbiosis dan melarutkan hara P
yang terikat di dalam tanah; dan
3. sebagai pengendali patogen berasal dari tanah
(bioprotectants) dengan cara menghasilkan berbagai
senyawa atau metabolit anti patogen seperti siderophore,
β-1,3-glukanase, kitinase, antibiotik, dan sianida (Tenuta,
2006; Cattelan et al., 1999; Kloepper, 1993).
7. Mekanisme Kerja PGPR/RPTT
PGPR meningkatkan pertumbuhan tanaman dengan cara
langsung dan tidak langsung,
Langsung
nitrogen bebas yang ditransfer ke
dalam tanaman,
produksi siderophore yang meng-
khelat besi (Fe) dan membuatnya
tersedia bagi akar tanaman,
melarutkan mineral seperti fosfor
dan sintesis phytohormon.
Peningkatan langsung dari
pengambilan mineral melalui
peningkatan dalam spesifik flux ion
di permukaan tanaman karena
keberadaan PGPR ini telah juga
dilaporkan. Strains PGPR bisa jadi
menggunakan satu atau lebih
mekanisme ini dalam rizosfer. Telah
diketahui bahwa PGPR mensintesis
auksin dan sitokinin atau terlibat
dalam sintesis etilen tanaman.
penekanan dari fitopatogen yang
dilakukan melauli mekanisme yang
berbeda. Ini termasuk kemampuan
dalam memproduksi siderofor yang
mengkhelat Fe,
menjadikannya tidak tersedia bagi
patogen; kemampuan dalam
mensintesis metabolit anti fungal
seperti antibiotik,
dinding sel fungal – lysing enzim atau
hidrogen sianida, yang menekan
pertumbuhan patogen jamur;
kemampuan untuk bersaing secara
sukses dengan patogen untuk nutrisi
atau unsur hara atau tempat khusus
dalam perakaran tanaman; dan
kemampuannya dalam menimbulkan
resistensi sistemik
Tdk langsung
8. Siderophore merupakan senyawa pengompleks Fe3+
atau pengkhelat besi spesifik yang dihasilkan mikroba
untuk menyembunyikan unsur mikro besi di
lingkungan rizosfir, sehingga unsur ini tidak tersedia
bagi perkembangan mikroba patogen. Beberapa strain
RPTT seperti Pseudomonas fluorescens B10 mampu
menghasilkan yellow-green florescent siderophores
(disebut pseudobactin) yang dapat menghambat
perkembangan jamur patogen Erwinia caratovora
penyebab busuk pada kentang (Subba-Rao, 1999).
9. Kelebihan dan Kekurangan PGPR
Berikut kelebihan dari PGPR diantaranya :
1. Menambah fiksasi nitrogen di tanaman kacang –
kacangan
2. Memacu pertumbuhan bakteri fiksasi nitrogen bebas
3. Meningkatkan ketersediaan nutrisi lain seperti phospat,
belerang, besi dan tembaga
4. Memproduksi hormon tanaman
5. Menambah bakteri dan cendawan yang menguntungkan
6. Mengontrol hama dan penyakit tumbuhan
10. Adapun kekurangan dari PGPR ini, yaitu :
1. Kekonsistenan pengaruh bakteri PGPR di
laboratorium dengan di lapangan kadang – kadang
berbeda.
2. Bakteri ini harus dapat diperbanyak dan diproduksi
dalam bentuk yang optimum baik vialibilas maupun
biologinya selama diaplikasikan di lapangan.
Beberapa bakteri PGPR harus dilakukan re-inokulasi
setelah diaplikasikan di lapangan sepertiRhizobia.
3. Tantangan lainnya berkaitan dengan regulasi /
kebijakan suatu negara. Di beberapa negara kontrol
terhadap produksi agens antagonis ini sangat ketat.
Walaupun produk tersebut tidak berefek negatif
pada manusia
11. Prospek yang Akan Datang
Sebagaimana pemahaman mengenai kompleksnya
lingkungan rizosfer mekanisme aksi PGPR, dan aspek
praktek dari formulasi inokulan, kita dapat menduga
untuk mengetahui produk PGPR baru menjadi tersedia.
Sukses dari produk ini akan bergantung pada kemampuan
untuk mengelola rizosfer untuk meningkatkan ketahanan
dan data kompetisi dari mikroorganisme bermanfaat ini
(Bowen dan Rovira, 1999).
Pengelolaan rizosfer akan memerlukan pertimbangan
tanah dan praktek budidaya tanaman dan juga formulasi
inokulan dan pelepasannya. Peningkatan daya genetik dari
strains PGPR untuk meningkatkan kolonisasi dan
keefektifannya melibatkan tambahan satu atau lebih ciri
atau sifat yang berasosiasi dengan PGPR. PGPR
menawarkan pendekatan lingkungan yang berkelanjutan
untuk meningkatkan produksi dan kesehatan tanaman