Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang diaspora suku Mandar dari Sulawesi Barat yang telah terjadi sejak abad ke-16 hingga kini, dengan sebaran utama di pulau-pulau sekitar Sulawesi, Kalimantan, dan Jawa timur serta penyebabnya yang terkait faktor ekonomi, politik, dan budaya.
1. DIASPORA MANDAR
Muhammad Ridwan Alimuddin
Pemerhati Sejarah Mandar
Dipresentasikan dalam webinar Diaspora Orang Mandar di Indonesia, oleh Asosiasi Guru Sejarah Indonesia Cabang Sulawesi Barat, 17 Juni 2020
2. Terminologi Mandar
• Mandar adalah suku mayoritas di Provinsi Sulawesi Barat; salah satu suku
mayoritas di Sulawesi Selatan selain Bugis, Makassar dan Toraja.
• Bila menggunakan defenisi geopolitik, kawasan Mandar adalah Paku
sampai Suremana yang juga batas Selatan – Utara Provinsi Sulawesi
Barat.
• Namun bila defenisinya adalah suku, maka Mandar yang dimaksud adalah
dari Tomadio (Campalagian) hingga Sendana atau daerah-daerah yang
menggunakan Bahasa Mandar.
• Antara geopolitik dan suku: ketika berbingkai Pitu Baqbana Binanga yang
meliputi Kerajaan Balanipa, Kerajaan Banggae, Kerajaan Pamboang, dan
Kerajaan Sendana (pemerintahan sekarang mencakup sebagian
Kabupaten Polman, semua Kabupaten Majene minus Malunda).
4. Teks “mandar”
• Sebagai nama tempat, kata “mandar” sudah terekam di
peta-peta Portugis bertarikh 1500-san.
• Teks “mandar” tersebut selalu terdapat di bagian tengah sisi
barat pulau yang merujuk P. Sulawesi (sebab dulu biasa
ditulis Celebes, bentuknya pun kadang tidak sesuai bentuk
P. Sulawesi yang sebenarnya).
• Jika berdasar pada masa berlangsungnya “Allawungang
Batu di Luyo” (Perjanjian di Luyo oleh 14 kerajaan yang
bersekutu dalam konfederasi Pitu Ulunna Salu – Pitu
Baqbana Binanga, besar kemungkinan istilah “mandar”
sudah ada sebelum peristiwa tersebut.
5. Peta Sulawesi (1540) dalam buku
The Bugis karya Christian Pelras
Repro oleh Muhammad Ridwan Alimuddin
Repro oleh Muhammad Ridwan Alimuddin
6. Peta kuno Sulawesi, repro peta yang
dipamerkan di Europalia 2017
Repro oleh Muhammad Ridwan Alimuddin
Repro oleh Muhammad Ridwan Alimuddin
7. Pendapat tentang asal kata
“mandar”
• Maka tesis atau pendapat yang mengatakan bahwa
“mandar” berasal dari kata “sipamandaq” gugur dengan
sendirinya.
• Demikian juga pendapat yang mengatakan bahwa kata
“mandar” berasal dari Bahasa Arab atau pengaruh Islam:
nadara – yandur - nadra yang dalam perkembangan
kemudian terjadi perubahan artikulasi menjadi Mandar
yang berarti tempat yang jarang penduduknya.
• Sebab Islam masuk ke Mandar lebih belakangan, terjadi
di raja keempat Kerajaan Balanipa.
8. Nama Sungai
• Mandar adalah nama sungai yang bermuara di Teluk Mandar,
sekarang Kecamatan Tinambung, dulu Kerajaan Balanipa.
• Adapun istilah Mandar untuk menyebut sungai ada beberapa
macam, seperti “binanga”, “salu”, dan “lembang.”
• Sungai Mandar itu dibentuk oleh banyak sungai kecil.
• Tesis saya, oleh peserta “Allamungang Batu di Luyo”
bersepakat menggunakan Sungai Mandar (yang kawasan
muara notabene dikuasai Kerajaan Balanipa) bukan Sungai
Maloso (yang sebelum ditaklukkan PBB dikuasai Kerajaan
Passokkorang) sebagai simbol persatuan!
10. – Kira-kira kemungkinan ini yang disampaikan pengide di pertemuan PUS
dan PBB di Luyo,
“Mari kita bersifat seperti Sungai Mandar, yang
dibentuk sungai-sungai kecil menjadi sungai besar.
Mari kita bersatu, mari kita bersifat (sungai) Mandar.”
“Nggae missipaq Mandar” menjadi “Sipaqmandaq”
11. “mandaq” dan “mandar”
• Oleh orang PUS
menyebutkan “mandaq”,
orang PBB menyebutkan
“mandar”.
• Belakangan oleh
orientalis, kata “mandar”
digunakan sebagai nama
suku yang menggunakan
Bahasa Mandar yang
memiliki berbagai macam
dialek..”
Muara Sungai Mandar
Foto: Muhammad Ridwan Alimuddin
13. Diaspora Orang Mandar
• Persebaran orang Mandar keluar dari kawasan
“klasiknya” (baik defenisi geopolitik maupun suku) menuju
tempat lain, yang bertujuan mencari penghidupan lebih
baik (tidak temporer; kalau perlu selamanya).
• Dalam diskusi ini dibatasi kejadian masa lampau, bisa
kejadian masa kini tapi polanya mirip atau pengulangan
kejadian dulu (dalam bingkai kemaritiman), dan di tempat
yang didatangi tersebut dilibati oleh banyak orang
Mandar dalam kurun waktu lama atau memiliki jejak
(masif)
14. – Andi Ima Kesuma dalam buku Migrasi dan Orang Bugis (Ombak 2004)
“Tabel Population - 1930 Distribution of Buginese,
Makassarese, Mandarese” (Volkstelling 1930, Vol. V,
hlm. 20 - 21) memperlihatkan data deskriptif jumlah
penyebaran tiga suku bangsa di Sulawesi Selatan,
tersohor “berjiwa pelaut”, yaitu: Bugis, Makassar,
dan Mandar; dapat dicatat setelah dijumlahkan
secara keseluruhannya: Bugis, 1.546.228, Makassar
644.718, dan Mandar 186.226”
15. Distribution of Mandarese
(Volkstelling 1930)
• Sulawesi 175.271
• Menado 1.571
• Borneo 5.846
• Sumatera 11
• Timor (Sumbawa) 796
• Bali dan Lombok 2.296
(bandingkan Bugis 2.468 dan
Makassar 276)
• Maluku 103
• Jawa dan Madura 3.293
dalam buku Maen Pukulan: Pencak Silat Khas Betawi karya GJ Nawi (YOI 2016)
dalam buku Migrasi dan Orang Bugis karya Andi Ima Kesuma (Ombak 2004)
18. Kampung Mandar di Ujung Lero, Pinrang di tahun 80-an
dalam buku THE PRAHU Adrian Horridge 1985
19. Baqgo Mandar di Balikpapan tahun 1972
Pakur Mandar di Balikpapan tahun 1979
Sandeq Mandar di Balikpapan tahun 1977
Foto: Paul PiolletFoto: Paul Piollet
Foto: Paul Piollet
20. Awak perahu baqgo Mandar di Kalimas, Surabaya tahun 1973
Foto: Paul Piollet
21. Kampung Mandar di Sumberkima, Bali
Foto: Muhammad Ridwan Alimuddin Foto: Muhammad Ridwan Alimuddin
Foto: Muhammad Ridwan Alimuddin
22. Mandaran di Jawa Timur
Foto: Muhammad Ridwan Alimuddin
Foto: Muhammad Ridwan Alimuddin
23. Penyebab
• Faktor ekonomi: mencari penghidupan lebih baik di daerah tujuan,
misalnya karena di Mandar tidak memiliki aset untuk kegiatan ekonomi
(tanah untuk bertani/berkebun, untuk mendirikan rumah) atau di daerah
yang didatangi lebih banyak ikannya.
• Faktor politik: menghindari kondisi tidak aman, mencari suaka, ikut
patronnya (misalnya dia sebagai perangkat kerajaan, sebagai budak),
menguasai tempat lain, diasingkan (tahanan politik).
• Faktor sosial: ikut keluarga atau sekampungnya yang mapan di daerah
tersebut, menjalin hubungan pernikahan, awalnya untuk menempuh
pendidikan atau melakukan ibadah tapi akhirnya bermukim di situ.
• Faktor budaya: “siriq” (malu karena suatu kejadian, malu karena miskin,
eksistensi diri) dan semangat merantau.
24. Masih Terjadi?
• Masih. Penyebabnya pun nyaris sama, hanya mungkin untuk
Faktor Politik relatif berbeda dibanding dulu.
• Sekarang tujuan diaspora sebagian besar adalah kota-kota.
• Dalam “bingkai kemaritiman” tidak persis masa silam,
misalnya menggunakan perahu kayu, yang tujuannya pulau-
pulau kecil (terpencil) atau kota pelabuhan, atau niaga maritim.
• Tapi ada yang mirip, misalnya diaspora orang Mandar ke
Lombok, Kendari dan beberapa tempat di utara Gorontalo dan
Sulawesi Utara, yang hampir semuanya dalam kegiatan
perikanan.
25. Kampung Mandar di Kep. Kangean, Jawa Timur
Foto: Muhammad Ridwan Alimuddin
Foto: Muhammad Ridwan Alimuddin
Foto: Muhammad Ridwan Alimuddin
26. Perahu Mandar di perairan Kep. Kangean, Jawa Timur
Foto: Muhammad Ridwan Alimuddin Foto: Muhammad Ridwan Alimuddin
Foto: Muhammad Ridwan Alimuddin
27. Tradisi Mandar di Kep. Kangean, Jawa Timur
Foto: Muhammad Ridwan Alimuddin
Foto: Muhammad Ridwan Alimuddin
Foto: Muhammad Ridwan Alimuddin
28. Ya, Tapi Penyebab Tak Sama
• Niaga maritim (perdagangan skala besar dalam berbagai
macam komoditas) digantikan pesawat, kapal laut, kendaraan
darat yang semua sistem transportasi itu tak dikembangkan
di Mandar. Dulu perahu niaga dibuat sendiri di Mandar.
• Demikian juga komoditas yang berasal Mandar dan
dibutuhkan pihak luar, sekarang diangkut transportasi
modern. Sebelum ada kapal feri Mamuju – Balikpapan PP,
sampai tahun 80-an kambing dan sapi serta hasil kebun
seperti pisang dan kelapa masih dikapalkan pelaut-pelaut
Mandar, sekarang hampir semuanya dengan feri.
• Sistem transportasi yang makin cepat, mudah, murah.
29. Perahu nelayan Mandar di Kendari
Perahu nelayan Mandar di P. Pagarungan
Perahu nelayan Mandar di Balikpapan
Foto: Muhammad Ridwan Alimuddin
Foto: Muhammad Ridwan Alimuddin
Foto: Muhammad Ridwan Alimuddin
30. Diaspora Mandar di Balikpapan
Diaspora Mandar di Sumbawa
Diaspora Mandar di Tolitoli
Foto: Muhammad Ridwan Alimuddin Foto: Muhammad Ridwan Alimuddin
32. Diaspora Mandar yang sukses
• 1940 Agustus lahir di Salarri
• 1949 Masuk SR usia 9 tahun
• 1955 Bantu paman jual kopra di Tinambung
• 1957 Jual sepeda, berlayar menggunakan baqgo ke Balikpapan 7 - 10 September
• 1958 Bekerja di Usaha Maruddin, membawa barang dagangan ke Samarinda
• 1962 Mudik ke Mandar pertama kali sejak merantau
• 1969 Ibadah ke Tanah Suci, terlibat di Peristiwa Gambela
• 1971 Maret mendirikan Wisma Bina Bersama yang diresmikan Buya Hamka
• 1998 Mulai terlibat perjuangan pembentukan Provinsi Sulawesi Barat
33. H. Kalman Bora
Keluarga H. Kalman Bora
Diundang ke Istana Negara
Repro oleh Muhammad Ridwan Alimuddin
Repro oleh Muhammad Ridwan AlimuddinFoto: Muhammad Ridwan Alimuddin
34. Antara yang lahir dan masih memiliki kerabat di Mandar dengan
yang lahir di luar Mandar dan sulit menemukan kerabatnya di Mandar
DIASPORA MANDAR YANG
MENASIONAL
35. Basri Hasanuddin, Pambusuang
Baharuddin Lopa, Pambusuang
Syafruddin Kambo, Makassar
Mantan Menteri Sosial, Duta Besar RI untuk Iran
Mantan Menteri Kehakiman, Jaksa Agung RI, Duta Besar RI untuk Arab Saudi
Mantan Menteri Pembedayaan dan Aparatur Negara, Wakapolr
Tokoh MandarAda yang lahir di Mandar,
masih mudah menemukan kerabatnya di Mandar
Foto: Karakter Unsulbar
Foto: Kompas
Foto: tirto.id
36. Ikang Fawzi, Jakarta
Adhyaksa Dault, Donggala
Fahri Hamzah, Sumbawa
Tokoh Mandar
Tidak lahir di Mandar, sulit menemukan kerabatnya di Mandar
Artis
Mantan Menteri Pemuda & Olahraga, Ketua Kwarnas
Politikus, mantan anggota DPR RI
Foto: internet
Foto: Media Indonesia
Foto: IDN Times