SlideShare a Scribd company logo
1 of 33
i
MAKALAH
DAUR HIDROLOGI DAN EKOSISTEM DAS
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hidrologi Dan Lingkungan
(ABKA532)
Dosen Pengajar:
Dr. DEASY ARISANTY, M.Sc
Dr. H. SIDHARTA ADYATMA, M.Si
Disusun Oleh Kelompok :
IZZATUL MAHYA 1710115120009
LAELA QODARIYAH 1710115120010
NUR KHOLIFAH 1710115120017
REKA ARDIANTIKA 1710115120018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2018
ii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Hidrologi dan
Lingkungan tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Shalawat dan salam tak lupa kita
haturkan keharibaan junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, atas bimbingan Beliau
sehingga kita dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Ucapan terima kasih kami haturkan kepada Bapak Drs. Sidharta Adyatma, M.Sc dan Ibu
Dr.Deasy Arisanty, M.Sc selaku desen pengajar mata kuliah Geologi dan Lingkungan, dan
teman-teman satu kelompok di Program Studi Pendidikan Geografi yang dapat saling
berkerjasama.
Kami sadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, masih banyak terdapat kekurangan-
kekurangan didalamnya, baik dalam hal penyajian materi ataupun tampilannya, sehingga
kritik dan saran dari pembaca makalah sangat diharapkan dan kami berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Banjarmasin, 07 September 2018
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang.................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 1
C. Tujuan .............................................................................................................................. 2
BAB II.........................................................................................................................................3
PEMABAHASAN........................................................................................................................ 3
DAUR HIDROLOGI DAN EKOSISTEM DAS ............................................................................. 3
A. Pengertian DAS................................................................................................................. 3
B. Daur Hidrologi.................................................................................................................. 5
1. Daur hidrologi pendek .......................................................................................................7
2. Daur hidrologi sedang........................................................................................................8
3. Daur hidrologi panjang ......................................................................................................8
C. Ekosistem Daerah Aliran Sungai.......................................................................................... 9
D. Kompoen Komponen Ekosistem DAS .............................................................................. 12
E. SISTEM HIDROLOGI EKOSISTEM DAS....................................................................... 14
F. POLA DRAINASE DAN URUTAN SUB-DAS................................................................ 20
F. Kerapatan Drainase DAS..................................................................................................... 24
BAB III...................................................................................................................................... 27
PENTUTUP............................................................................................................................... 27
A. Kesimpulan..................................................................................................................... 27
B. Saran.............................................................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................... 29
iv
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan suatu komponen penting dimuka bumi ini, air di muka bumi harus
selalu ada guna memenuhi kebutuhan makhluk hidup. Air selalu mengalami proses
daur ulang. Daur ulang meliputi air sungai, air laut, air permukaan lain bahkan air
didalam tanah. Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari air dalam segala bentuknya
(cairan, gas, padat ) pada dalam, dan diatas permukaan tanah. Termasuk didalamnya
adalah penyebaran, daur dan perilakunya, sifat sifat fisika dan kimianya, serta
hubungannya dengan unsur unsur hidup dalam air itu sendiri.
Sementara Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang secara
topografik dibatasi oleh punggung punggung gunung yang menampung dan
menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke lait melalui sungai utama.
Wilayah daratan tersebut dinamakan daerah tangkapan air (DTA atau catchment area)
yang merupakan suatu ekosistem dengan unsur utamanya terdiri atas sumber daya
alam (tanah, air, dan vegetasi) dan sumberdaya alam.
Hidrologi DAS adalah cabang ilmu hidrologi yang mempelajari pengaruh pengelolaan
vegetasi dan lahan di daerah tangkapan air bagian hulu (upper caychment) terhadap
daur air , termasuk pengaruhnya terhadap erosi, kualitas air, banjir, dan iklim daerah
hulu dan hilir.
Pengelolaan DAS adalah suatu proses formulasi dan implementasi kegiatan atau
program yang bersifat manipulasi sumber daya alam dan manusia yang terdapat di
daerah aliran sungai untuk memperoleh manfaat produksi dan jasa tanpa
menyebabkan terjadinya kerusakan sumber daya tanah.
B. Rumusan Masalah
 Apa yang dimaksud dengan daur Hidrologi
 Apa yang dimaksud dengan ekosistem DAS
 Apa saja komponen komponen dalam ekosistemDAS
 Bagaimana sistem hidrologi dalam ekositem DAS
 Bagaimana pola drainase dan urutan sub-DAS
 Bagaimana kerapatan drainase DAS
2
C. Tujuan
 Memahami yang dimaksud dengan hidrologi
 Memahami dan dapat menjelaskan tentang ekosistem DAS
 Dapat menyebutkan dan menjelaskan ekosistem DAS
 Memahami pola drainase
 Memahami struktur kerapatan DAS
3
BAB II
PEMABAHASAN
DAUR HIDROLOGI DAN EKOSISTEM DAS
A. Pengertian DAS
Menurut Asdak (2010), Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah daratan yang secara
topografik dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung dan menyimpan air
hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai utama. Wilayah daratan
tersebut dinamakan daerah tangkapan air (catchment) yang merupakan suatu ekosistem
dengan unsur utamanya terdiri atas sumber daya alam (tanah, air, dan vegetasi) dan sumber
daya manusia sebagai pemanfaat sumber daya alam.
PP No. 37 Tentang Pengelolaan DAS Pasal 1, menyebutkan bahwa DAS adalah suatu
wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya,
yang berfungsi menampung, emnyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan
ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan
batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan
(dalam Fajar).
Menurut Sudjarwadi (1985), Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah yang merupakan
ekosistem yang dibatasi oleh pemisah topografis dan berfungsi sebagai pengumpul,
penyimpan dan penyalur air, sedimen, unsur hara melalui sistem sungai, mengeluarkannya
melalui outlet tunggal (dalamReferencigeography).
Menurut Dictionary of Scientific and Technical Term, DAS (Watershed), diartikan sebagai
suatu kawasan yang mengalirkan air ke satu sungai utama (dalam BPDASSOLO).
Menurut Marwah (2001), DAS secara umum didefinisikan sebagai suatu hamparan
wilayah/kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit0 yang menerima,
mengumpulkan air hujan, sedimen, dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak
sungai dan keluar pada satu titik (outlet) (dalam Alibramn).
4
Menurut Kartodihardjo (2008), DAS merupakan suatu megasistem kompleks yang
dibangun atas sistem fisik (physical systems), sistem biologis (biological systems) dan sistem
manusia (human systems). Setiap sistem dan sub-sub sistem di dalamnya saling berinteraksi.
Dalam proses ini peranan tiap-tiapkomponen dan hubungan antarkomponen sangat
menentukan kualitas ekosistem DAS. Tiap-tiap komponen tersebut memiliki sifat yang khas
dan keberadaanya tidak berdiri sendiri, melainkan berhubungan dengan komponen lainya
membentuk kesatuan sistem ekologis (ekosistem). Gangguan terhadap salah satu komponen
ekosistem akan dirasakan oleh komponen lainya dengan sifat dampak yang berantai.
Keseimbangan ekosistem akan terjamin apabila kondisi hubungan timbal-balik
antarkomponen berjalan dengan baik dan optimal (dalam BPDASSOLO).
Menurut Cristanto (1989), DAS merupakan suatu areal yang airnya dialirkan oleh sebuah
sungai, dengan anak-anak sungainya. Suatu DAS dibatasi dari DAS lainya oleh punggung
bukit yang letaknya lebih tinggi dari DAS tersebut (dalam Geografi).
Menurut Dephutbun (1998), Daerah Aliran Sungai (DAS), memiliki beberapa karakteristik
yang dapat menggambarkan kondisi spesifik antara DAS yang satu dengan DAS yang lainya.
Karakteristik itu dicirikan oleh parameter yang terdiri atas, morfometeri, hidrologi, tanah,
geologi, geomorfologi, penggunaan lahan dan sosial ekonomi masyarakat (dalam Unila).
Menurut Dirjen Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan (1998), Daerah Aliran Sungai
(Watershed) didefinisikan sebagai suatu wilayah daratan yang menerima air hujan,
menampung dan mengalirkannya melalui satu sungai utama ke laut dan atau ke danau. Satu
DAS, biasanya dipisahkan dari wilayah lain di sekitarnya (DAS-DAS lain) oleh pemisah
alam topografi (seperti punggung bukit dan gunung), Suatu DAS terbagi lagi ke dalam sub
DAS yang merupakan bagian DAS yang menerima air hujan dan mengalirkannya melalui
anak sungai ke sungai utamanya (dalamUnila).
Menurut Sri Harto (1993), DAS adalah daerah yang semua alirannya mengalir ke dalam
suatu sungai. Daerah ini umumnya dibatasi oleh batas topografi yang berarti ditetapkan
berdasar aliran permukaan (dalam Geografi).
Menurut Linsley (1949), DAS merupakan daerah yang dialiri oleh suatu sistem sungai yang
5
saling berhubungan sedemikian rupa, sehingga aliran-aliran yang berasal dari daerah tersebut
keluar melalui aliran tunggal (dalam Geografi).
Menurut Wikipedia, Daerah Aliran Sungai adalah suatu kawasan yang dibatasi oleh titik-titik
tinggi dimana air yang berasal dari air hujan yang jatuh, terkumpul dalam kawasan tersebut.
Adapun DAS berguna untuk menerima, menyimpan, dan mengalirkan air hujan yang jatuh di
atasnya melalui sungai.
B. Daur Hidrologi
Daur hidrologi atau daur air adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti
dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi,
evaporasi dan transpirasi. Daur hidrologi secara alamiah yang menunjukkan gerakan
air di permukaan bumi. Selama berlangsungnya daur hidrologi, yaitu perjalanan dari
permukaan laut ke atmosfer dan kembali lagi ke permukaan tanah dan akan tertahan
(sementara) di sungai,danau san dalam tanah sehingga dapat dimanfaatkan oleh
manusia atau makhluk hidup lainnya.
Berikut ini unsur-unsur utama dalam daur hidrologi yang dapat dilihat pada Gambar 1 yaitu
sebagai berikut :
 Evaporasi: penguapan dari badan air secara langsung
 Transpirasi: penguapan air yang terkandung dalam tumbuhan
 Respirasi: penguapan air dari tubuh hewan dan manusia
6
 Evapotranspirasi: perpaduan evaporasi dan transpirasi
 Kondensasi: proses perubahan wujud uap air menjadi titik-titik air sebagai hasil
pendinginan
 Presipitasi: segala bentuk curahan atau hujan dari atmosfer ke bumi yang meliputi
hujan air, hujan es, hujan salju
 Infiltrasi: air yang jatuh ke permukaan tanah dan meresap ke dalam tanah
 Perkolasi: air yang meresap terus sampai pada kedalaman tertentu hingga mencapai
air tanah atau groundwater
 Run off: air yang mengalir di atas permukaan tanah melalui parit, sungai, hingga
menuju ke laut.
Dalam daur hidrologi, energi panas matahari dan faktor faktor iklim lainnya
menyebabkan terjadinya proses evaporasi permukaan vegetasi dan tanah, di laut atau
badan badan air lainnya. Uap air sebagai hasil proses evaporasi akan terbawa oleh
angin melintasi daratan yang bergantung maupun datar, dan apabila keadaan atmosfer
memungkinkan sebagian dari uap air tersebut akan terondensasi dan turun sebagai air
hujan.
Sebelum sampai kepermukaan tanah air hujan tersebut akan tertahan oleh
tajuk vegetasi. Sebagian dari air hujan tersebut akan tersimpan di permukaan
tajuk/daun selama proses pembahasan tajuk, dan sebagian lainnya akan jatuh ke atas
permukaan tanah melalui sela sela daun (throughfall) atau mengair ke bawah melalui
permukaan batang pohon (stentflow) , sebagian air hujan tidak akan pernah sampai
kepermukaan tanah, melainkan terevaporasi kembali ke atmosfer(dari tajuk dan
batang) selama dan setelah berlangsungnya hujan (interception loss).
Air hujan yang dapat mencapai permukaan tanah, sebagian akan masuk
(meresap) kedalam tanah (infiltration). Sedangkan air hujan yang tidak meresap
kedalam tanah akan tertampung sementara dalam cekungan permukaan
tanahn(surface detention) untuk kemudian mengalir di atas permukaan tanah ke
tempat yang lebih rendah (runoff), untuk selanjutnya masuk ke sungai. Air intiltrasi
akan tertahan di dalam tanah oleh gaya kapiler yang selanjutnya akan membentuk
kelembapan tanah. Apabila tingkat kelembapan tanah telah cukup jenuh maka air
hujan yang baru masuk kedalam tanah akan bergerak secara leteral (horisontal) untuk
7
selanjutnya pada tempat tertentu akan keluar lagi ke permukaan tanah dan akhirnya
mengalir ke sungai. Alternatif lainnya, air hujan yang masuk kedalam tanah tersebut
akan bergerak vertikal ke tanah yang lebih dalam dan menjadi bagian dari air tanah
(groundwater). Air tanah tersebut, terutama pada musim kemarau, akan mengalir
pelan pelan ke sungai, danau atau tempat penampungang air alamiah lainnya
(baseflow).
Tidak semua air infiltrasi (air tanah) mengalir ke sungai atau tampungan air
lainnya, melainkan ada sebagian air infiltrasi yang tetap tinggal dalam lapisan tanah
bagian atas (top soil) untuk kemudian diuapkan kembali ke atmosfer melalui
permukaan tanah dan permukaan tajuk vegetasi. Air yang diuapkan oleh tajuk berasal
dari hujan yang jatuh di atas tajuk, maka proses penguapannya disebut intersepsi.
Apabila air yang diuapkan berasal dari dalam tanah melalui mekanisme fisiologi
tanaman, maka proses penguapan disebut transpirasi.
Konsep daur hidrologi dapat diperluas dengan memasukkan geraan/perjalanan
sedimen, unsur unsur hara, dan biota yang terlarut dalam air. Dengan menelaah
konsep daur hidrologi secara lebih luas, maka pengertian istilah dasar lalu dapat
digunakan sebagai konsep kerja untuk analisis dari berbagai permasalahan, misalnya
dalam perencanaan dan evaluasi pengelolaan DAS.
Dalam daur hidrologi, masukan berupa curah hujan akan didisreibusikan
melalui cara, yaitu air lolos (throughfall), aliran batang (stemflow), dan air hujan
langsug sampai ke permukaan tanah untuk kemudian terbagi menjadi air larian,
evaporasi dan air infiltrasi. Gabungan evaporasi uap air hasil proses transpirasi dan
intersepsi dinamakan evapotranspirasi. Sebanyak 97% air di dunia ini ditemukan
dalam bentuk air asin yang berasal dari lautan. Air tawar yang merupakan kebutuhan
utama manusia di dunia ini tidak lebih dari 1% keseluruhan air yang tersedia di dunia.
1. Daur hidrologi pendek
Air laut menguap, uap air naik ke udara lalu bersatu menjadi awan. Pada ketinggian tertentu
awan mengalami kondensasi dan presipitasi menjadi titik-titik air, kemudian turun sebagai
hujan. Pada daur hidrologi pendek ini terbentuknya awan dan hujan terjadi di atas laut, jadi
hujan tidak mencapai daratan.
8
Gambar 2 Daur hidrologi pendek
2. Daur hidrologi sedang
Air laut menguap, uap air naik ke udara dan terbawa angin sampai di atas daratan membentuk
awan. Pada ketinggian tertentu awan mengalami kondensasi dan presipitasi membentuk titik-
titik air, lalu turun sebagai hujan di daratan. Sebagian air meresap ke dalam tanah, sebagian
lain kembali ke laut melalui sungai.
Gambar 3 Daur hidrologi sedang
3. Daur hidrologi panjang
Uap air yang berasal dari penguapan air laut, kolam, danau, sungai maupun hasil transpirasi
tumbuhan naik ke udara, lalu bersatu menjadi awan. Awan terbawa oleh angin ke arah
daratan dan pada jarak tertentu terhalang oleh pegunungan. Akhirnya awan mengalami
kondensasi dan presipitasi menjadi titik-titik air dan turun sebagai hujan di atas pegunungan.
Air hujan meresap ke tanah di pegunungan, lalu diserap oleh tumbuhan di pegunungan,
sebagian muncul sebagai mata air. Melalui sungai air mengalir kembali lagi ke laut.
9
C. Ekosistem Daerah Aliran Sungai
Ekosistem adalah suatu sistm ekologi yang terdiri atas komponen komponen yang
saling berintegrasi sehingga membentuk suatu kesatuan. Sistem tersebut mempunyai
sifat tertentu, tergantung pada jumlah dan jenis komponen yang menyusunnya. Besar
kecilnya ukuran ekosistem tergantung pada pandangan dan batas yang diberikan
ekositem tersebut, seperti DAS.
Ekosistem terdiri atas komponen biotis dan abiotis yang saling berinterakssi
membentuk satu kesatuan yang teratur. Dengan demikian, dalam suatu ekosistem
komponen saling berkaitan. Manusia adalah salah satu kompnen penting. Sebagai
komponen dinamis manusia seringkali mengakibatkan dampak pada lingkungan.
Selama hubungan timbal balik antar komponen dalam keadaan seimbang, ekositem
berada dalam keadaan stabil. Sebaliknya, apabila kommmponen lingkungan
mengalami gangguan , maka terjadilah gangguan ekologis. Gangguan ini pada
dasarnya adalah gangguan pada arus materi, energi, dan informasi antar komponen
ekosistem yang tidak seimbang (Odum,1972)
Dalam mempelajari ekosistem DAS, daerah aliran sungai biasanya dibagi
menjadi daerah hulu, tengah, hilir.
Secara biogeofisilk, daerah hulu DAS dicirikan oleh hal hal sebagai berikut :
 Merupakan daerah konservasi
 Mempunyai kerapatan drainse lebih tinggi
 Daerah dengan kemiringan lereng besar (lebih dari 15%)
 Bukan merupakan daerah banjir
 Pengaturan pola pemakaian air ditentukan pola drainse
 Jenis vegetasi merupakan tegakan hutan.
Secara daerah hilir DAS dicirikan oleh hal hal sebagai berikut :
 Merupakan daerah pemnfaatan
 Kecepatan drainse lebih kecil
 Merupakan daerah dengan kemiringan lereng kecil sampai kurang dari 8%
 Pada beberapa tempat merrupakan daerah banjir (genangan)
 Pengaturan pemakaian air ditentukan oleh banguan irigasi
10
 Jenis vegetasi di dominasi tanaman pertanian kecuali daerah eustaria yang di
dominasi hutan bakau/gambut
Sementara daerah aliran sungai bagian tengah merupakan daerah transisi dari kedua
karakteristik biogeofisik yang berbeda tersebut di atas
Ekosistem DAS hulu merupakan bagian yang penting karenamempunyai fungsi
perlindungan terhadap seluruh bagian DAS, yaiu dari segi fungsi tata air. Oleh karena itu,
DAS hulu sungai menjai fokus perencanaan pengelolaan DAS mengingat bahwa dalam suatu
DAS daerah hulu dan hilir mempunyai keterkaitan biofisik maupun daur hidrologi.
Keterkaitan biofisik antara daerah hulu dan hilir suatu DAS dapat ditunjukkan dengan
gambar.
11
Gambar menunjukkan bahwa aktivitas perubahan lanskap termasuk perubahan
tataguna lahan atau pembuatan bangunan konservasi yang dilaksanakan di daerah hulu sungai
DAS tidak hanya akan memberikan dampak di daerah dimana kegiatan tersebut berlangsung
(hulu DAS), tetapi juga akan menimbulkan dampak di daerah hilir dalam bentuk peruabahan
fluktuasi debit dan transpor sedimen serta material terlarut dalam sistem aliran air lainnya.
12
Sebagai contoh, erosi yang terjadi di daerah hulu akibat dari praktek cocok tanam yang tidak
mengikuti kaidah kaidah konservasi tanah dan air atau akibat perbuatan jalan yang tidak
direncanakan dengan baik, tidak hanya memberikan dampak di daerah dimana erosi tersebut
berlangsung (penurunan produktivitas lahan), tetapi juga akan menimbulkan dampak di
daerah hilir dalam penuruan kapasitas waduk atau pendangkalan danau dan saluran saluran
irigasi yang pada gilirannya dapat mningkakan resiko banjir, menurunkan luas lahan irigasi,
atau bahkan mengganggu jalannya operasi listrik tenaga air.
Contoh keterkaitan biogeofisik antara daerah hulu hilir suatu DAS juga dapat
ditunjukan dengan kegiatan reboisasi tanaman, dalam luasan tertentu misalnya, dapat
menurunkan hasil air, akan tetapi meningkatkan kualiatas air permukaan terutama air tanah.
Sedangkan aktivitas pembalakan hutan (logging) atau deforestasi (pengurangan areal tegakan
hutan) yang dilakukan di daerah hulu DAS, dalam luasan tertentu juga memberi dampak
dalam bentuk meningatnya hasil air. Kegiatan pembalakan hutan juga meningatkan terjadinya
erosi karena terjadi pembukaan permukaan tanah, dan terutama oleh aktivitas aktivitas
pendukungnya seperti pembuatan jalan sarad dan jalan angkutan umum lainnya. Pada gambar
menunjukkan bahwa cara bercocok tanam yang mengabaikan aidah kaidah konservasi di
daerah hulu akan meningkatkan erosi yang pada gilirannya akan menurunkan produktivitas
lahan pertanian. Dmikian juga aktivitas pembuatan jalan hutan yang dilakukan tanpa
mengenali tempat tepat yanng rentan terhadap terjadinya erosi dan tanah longsor seringkali
menjadi sumber utama transpor sedimen yang berasal dari kegiatan pembalakan hutan.
Kegiatan kegiatan pemanfaatan sumber daya alam di daerah hulu akan menimbulkan dampak
pada DAS bagian tengah dalam penurunan kapasitas simpan waduk yang akan menurunkan
kualiatas air irigasi. Uraian tersebut menunjukkan secara biofisik daerah hulu dan hilir DAS
berkaitan. Hubungan inilah yang kemudian menjadikan landasan untuk memanfaatkan DAS
sebagai satuan perancanaan dan evaluasi yang logis terhadapyg logis terhadap pelaksanaan
satuan program pengelolaan DAS. Dapat dijadikannya satu perencanaan terpadu (terpadu
dalam hal program , kelembagaan, dan daerah kajian, yaitu daerah hulu hilir yg
bersangkutan).
D. Kompoen Komponen Ekosistem DAS
Sistem ekologi DAS bagian hulu pada umumnya dapat dipandang sebagai suatu
ekosistem pedesaan (Ssoemarwoto, 1982). Ekosistem ini terdiri atas empat komponen utama,
yaitu desa, sawah/ladang, sungai dan hutan. Gambar 1.3 menunjukkan eratnya interaksi
timbal balik antar komponen komponen lingkungan DAS. Komponen komponen yang
13
menyusun DAS berbeda tergantung pada keadaan daerah setempat. Misalnya, di DAS tengah
ada komponen lain seperti perkebunan, sementara di daerah pantai di jumpai adanya
komponen lingkunagn hutan bakau.
Gambar 1.3 menunjukkan bahwa oleh adanya hubungan timbal balik antara
komponen ekosistem DAS, maka apabila terjadi perubahan pada salah satu komponen
lingkungan, akan mempengaruhi lingkungan lain. Perubahan komponen tersebut pada
gilirannya dapat mempengaruhi kesuluruhan sistem ekologi daerah tersebut. Untuk
memberikan ilustrasi adanya interaksi timbal balik antara komponen dalam sistem ekologi ,
berikut ini adalah uraian yang diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik
tentang interaksi yang terjadi di lingkungan DAS.
Masalah degradasi lingkungan yang sering terjadi akhir akhir ini berpangkal pada
komponen desa. Pertumbuhan manusia yang cepat menyebabkan pemilikan lahan pertanian
tidak seimbang. Hal ini telah menyebabkan lahan pertanian menjadi lebih sempit.
Keterbatasan lapangan kerja dan dan kendala keterampilan terbatas telah menyebabkan
kecilnya pendapatan petani. Keadaan tersebut mendorong petani merambah hutan dan lahan
tidak produkif lainnya sebagai lahan pertanian. Lahan yang kebnayakan marjinal apabila di
usahakan dengan cara cara yang mengabaikan kaidah kaidah konservasi hutan rentan
terhadap tanah longsor dan erosi. Meningkatnya erosi dan tanah longsor di daerah tangkapan
air pada gilirannya akan meningkatan muatan sedimen di sungai hilir . demikian juga
14
pembabatan hutan untuk kegiatan pertanian telah meningjatkan koefesien air larian, yaitu
meningktkan air hujan yang menjadi air larian, dan dengan jumlah demikian meningkatkan
debit sungai. Perambahan hutan juga menyebabkan hilangnya seresah dan humus yang dapat
menyerap air hujan. Dalam skala besar, dampak kejadian tersebut adalah terjadi gangguan
perilaku aliran sungai, pada musim kemarau debit air meningkat tajam sementara pada
musim kemarau debit air sangat rendah. Dengan demikian, risiko banjir pada musim hujan
dan kekerinagn pada musim kemarau meningkat.
Komponen-komponen ekosistem DAS hulu
E. SISTEM HIDROLOGI EKOSISTEM DAS
Dalam hubungannya dengan sistem hidrologi, DAS memiliki karakteristik yang
spesifik/berkaitan dan berhubungan dengan unsur utamanya, seperti jenis tanah, topografi,
kemiringan dan panjang lereng. Karakteristik biofisik DAS tersebut dalam merespon curah
15
hujan yang jatuh di dalam wilayah DAS tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap besar.
-kecilnya evapotranspirasi, infitrasi. perkolasi, air larian, aliran permukaan, kandungan air
tanah, dan aliran sungai.
Di antara faktor-faktor yang berperan dalam menentukan sistem hidrologi tersebut di
atas, faktor tataguna lahan dan kemiringan dan panjang lereng dapat direkayasa oleh manusia.
Faktor-faktor yang lain bersifat alamiah, dan oleh karenanya, tidak di bawah kontrol manusia.
Dengan demikian, dalam merencanakan pengelolaan DAS perubahan tataguna lahan
(perubahan dari pertanian menjadi hutan atau bentuk tataguna lahan lainnya) serta pengaturan
kemiringan dan panjang lereng (misalnya pembuatan teras) menjadi salah satu fokus aktivitas
perencanaan pengelolaan DAS. Hal ini juga tercermin dari studi prakiraan besarnya erosi
dengan memanfaatkan rumus Universal Soil Loss Equation (USLE) yang dikembangkan olch
Wischineier dan Smith (1978).
Dalam rumus matematika tersebut untuk memprakirakan besarnya erosi di daerah
tangkapan air dalam dua periode waktu yang berbeda pada tempat yang sama, ada dua
variabel bebas yang dapat direkayasa, yaitu pengelolaan vegetasi (faktor C dalanı rumus
USLE) dan teknik konservasi tanah yang diusulkan (faktor P).
Pengetahuan tentang proses-proses hidrologi yang berlangsung dalam ekosistern DAS
bermanfaat bagi pengembangan sumberdaya air dalam skala DAS. Dalam sistem hidrologi
ini, peranan vegetasi sangat penting atinya kerena kemungkinan intervensi manusia terhadap
unsur tersebut amat besar. Vegetasi dapat merubah sifat fisika dan kimia tanah dalam
hubungannya dengan air, dapat mempengaruhi kendisi permukaan tanah, dan dengan
demikian mempengaruhi besar-kecilnya aliran air permukaan.
Karena DAS merepakan suatu ekosistem, maka setiap ada masukan ke dalam
ekosistem tersebut dapat dievaluasi proses yang telah dan sedang terjadi dengan cara melihat
keluaran dari ekosistem tersebut. Gambar 1.4 menunjukkan proses yang berlangsung dalam
suatu ekosistem DAS. Gambar tersebut menunjukkan input berupa curah hujan sedangkan
output berupa debit aliran dan/atau muatan sedimen. Komponen-komporen ekosistem DAS di
kebanyakan daerah di Indonesia terdiri atas manusia, vegetasi, tanah, dan sungai. Hujan Jatuh
di suatu DAS akan mengalami interaksi dengan komponen- komponen ekosistem DAS
tersebut, dan pada gilirannya, akan menghasilkan keluaran berupa debit muatan sedimen dan
material lainnya yang terbawa arus aliran sungai.
16
Fungsi ekosistem DAS
Gambar 1.4 juga menunjukkan bahwa hubungan berlangsungnya erosi di daerah tangkapan
air dan besarnya sedimentasi yang terpantau di aliran sungai bagian bawah daerah tangkapan
air tersebut juga erat kaitannya dengan sistem hidrologi. Curah hujan, jenis tanah, kemiringan
lereng, vegetasi, dan aktivitas manusia mempunyai peranan penting untuk berlangsungnya
proses erosi-sedimentasi. Setiap jenis tanah, kemiringan lereng, dan jenis vegetasi
memberikan pengaruhnya masing-masing untuk terjadinya erosi. Jenis tanah alluvial,
lithosol, regosol, andosol, podsol. hidromorfik kelabu emumnya rentan terhadap erosi.
Tingkat bahaya erosi menjadi lebih besar apabila jenis tanah tersebut mempunyai formasi
kemiringan lereng besar. Demikian pula, struktur vegetasi penutup tanah yang bertingkat-
tingkat dapat menurunkan bahaya erosi daripada lahan dengan dominasi vegetasi pohon yarg
tidak atau kurang disertai seresah dan tumbuhan bawah.
17
Pertanian tanpa sistem teras
Gambar 1.5 can 1.6 berturut-turut, menunjukkan dampak aktual keterkaitan biofisik antara
aktivitas manusia di hulu DAS dan dampak fisik yang ditimbulkannya di DAS hagian hiir
seperti telah diuraikan dalam uraian-uraian sebelumnya. Dalanm hal ini, aktivitas bercocok
tanam yang tidak atau kurang mengindahkan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air di hulu
DAS (Gambar 1.5) telah mengakibatkan proses sedimentasi yang serius pada waduk dan/atau
sungai di bagian hilir DAS yang bersangkutan. Besarnya proses sedimentasi yang
berlangsung di dałam waduk/sungai. tidak hanya mempengaruhi kualitas dan umur pakai
waduk, tetapi juga meugakibatkan terjadinya pendangkalan pada saluran-saluran irigasi yang
mendapatkan aliran air dari waduk/sungai tersebut (Gambar 1.6).
18
Pertanian dengan sistem teras
Pendangkalan yang terjadi pada saluran-saluran irigasi dapat mengurangi kapasitas
tampung saluran-saluran tersebut, dan dengan demikian, mengurangi luas sawah atau ladang
yang sisten pengairannya berasal dari saluran-saluran irigasi yang mengalani pendangkalan
tersebut.
19
Pendangkalan sungai
Cara bercocok tanam yang ditunjukkan oleh Gambar 15 merupakan fcnomena yang
umum dijumpai di daerah pertanian hulu DAS, terutama pada sentra-sentra prodnksi tanaman
sayuran. Alasan klasik tidak dilaksanakannya teknik-teknik bercocok tanam yang mengikuti
kaidah kaidah konservasi tanah (misałnya : sistem tanah meagikuti garis kontur, pembuatan
teras. dll.) adalah bahwa jenis tanaman yang diusahakan termasuk tanaman yang tidak
menghendaki kelembaban tanah terlalu tinggi. Oleh karenanya, cara bercocok tanan vang
dilaksanakan adalah dengan penanaman sistem naik-turun bukit (up and down the slope)
karena dengan cara ini air hujan dapat langsung mengalir ke tempat yang lebih rendah.
Dengen sistem tanam seperti ini, tingkat risiko terjadinya erosi dan tanah longsor pada musim
hujan termasuk tinggi. Laju erosi akan dipercepat apabila jenis tanaman yang diusahakan
termasuk jenis tanaman yang permanenannya dilakukan dengan cara cabutan, misalnya
tanaman kentang.
Sebetulnya dengan menerapkan teknik pertanaman yang sesuai dengan kaidah-kaidah
korservasi tanah dan air yang memadai, kekhawatiran terjadinya kelembaban tanah yang
tinggi atau adanya genangan air hujan dapat dihindari. Seperti ditunjukkan oleh Gambar 1.7,
pembuatan teras yang terencana dengan baik dapat mencegah terjadinya akumulasi air hujan
pada bidang tanam.
Kemiringan bidang tanam yang disesuaikan dengan kontur bukit, air hujan yang jatuh
di atas bidang tanam tersebut dapat diatur atau hujan yang Jatuh di atas bidan dialirkan
langsung ke tempat yang lebih rendah melal melalut sistem yang dirancang untuk itu. Dengan
20
cara ini, dua hal dapat dicapai, pertama, kelembapan tanah yang berlebihan dapat dihindari
dan kedua risiko terjadinya erosi dan/atau tanah lonsor dikurangi. Konsep perencanaan
pengelolaan DAS pada dasamya adalah mengusahakan agar aktivitas manusia yang
berlangsung di atas tanah tidak berakibat pada terjadinya degradasi permukaan sumberdaya
tanah dan air.
F. POLA DRAINASE DAN URUTAN SUB-DAS
Dilihat dari udara. jaringan aliran sungai (sistem drainase) sepintas tampak
menyerupai percabangan pohon (dendritic) Tapi, bila dilihat lebih dekat, pola drainase
tersebut dapat menyerupai percabangan pohon, segi empat (rectangular), trellis. Annular, dan
jari-jari lingkaran (radial) seperti tampak pada Gambar 1.8. Diskripsi formal tentang pola
drainase belum banyak dilakukan. Akan tetapi menurut literatur geomorfologi, pola drainaš e
yang umum dikenal adalah soperti tersebut di atas. Menurut penel:tian yang telah diłakukan
dalam skala DAS, pola drainase tampaknya mempunyai peranan lebih menentukan daripada
kerapatan drainase dalam mempengaruhi massanya debit puncak dan lama waktu
berlangsuagnya debit puncak tersebut (Black, 1991).
Dalam literatur geologi. sistem (aliran) sungai diklasifikasikan sebagai sistem aliran
influent, effluent, dan intermittent seperti tampak pada Gambar 1.9. Sistern aliran sungai
influent adalah aiiran sungai yang menasok (memberi masukan) air tanah Sebaliknya pada
aliran sungai sistem effluent sumber aliran sungai berasal dari air tanah. Pada sistem aliran
yang terakhir ini umumnya berlangsung sepanjang tahun atau perennial stream. Sistem aliran
terputus atau intermittent umumnya berlangsung segera setelah terjadi hujan besar. Aliran
jenis inilah yang umumnya menjadi sumber air dari apa saja yang dikenal denga air tanah
musiman (perched water table). Dalam suatu DAS dan dapat dijumpai kombinasi dari
beberapa sistem aliran sungai tersebut di atas.
21
Corak dan karakteristik daerah pengaliran adalah sebagai berikut:
a) Daerah pengaliran berbentuk bulu burung
Jalur daerah di kiri kanan sungai utama dimana anak-anak sungai mengalir ke sungai
utama disebut daerah pengaliran bulu burung. Daerah pengaliran ini mempunyai debit
banjir kecil karena waktu tiba banjir dari masing-masing anak sungai berbeda-beda,
sebaliknya banjir berlangsung agak lama.
b) Daerah pengaliran radial
Daerah pengaliran yang berbentuk kipas atau lingkaran dan anak-anak sungainya
mengkonsentrasi ke suatu titik secara radial disebut daerah pengaliran radial. Daerah
pengaliran dengan corak ini mempunyai banjir yang besar di dekat titik pertemuan
anak-anak sungai.
c) Daerah pengaliran paralel
Bentuk ini mempunyai corak dimana dua jalur daerah pengaliran akan bersatu di
bagian pengaliran di daerah hilir. Banjir akan terjadi di sebelah hilir titik pertemuan
sungai-sungai.
d) Daerah pengaliran yang kompleks
Hanya beberapa buah daerah pengaliran yang mempunyai bentuk-bentuk ini dan
disebut daerah pengaliran yang kompleks.
Dalam studi analisis dampak lingkungan, jenis sistem aliran yang ada di daerah kajian
perlu didentifikasi. Hal ini penting terutama apabila senyawa pencemar dibuang ke sungai
22
tarpa dilakukan treatment terlebih dahulu atau perlakuan kurang memadai. Apabila senyawa
pencemar tersebut dibuang ke sungai yang mempunyai tipe aliran influence maka ada
kemungkinan senyawa pencemar tersebut meracuni air tanah di sekitar sungai dengan
demikian, pencemaran sungai dapat mengancam sumur-sumur penduduk atau sumber-sumber
air tedekat di sekitar aliran air tersebut.
Kedudokan aliran sungai dapat diklasifikasikan secara sistematik berdasarkan urutan
daerah aliran sungai seperti terlihat pada Gambar 1.10. pada gambar tersebut, setiap aliran
sungai yang tidak bercabang disebut sub pertama. Sungai dibawahnya yang hanya menerima
aliran air dari sub-DAS urutan pertama disebut sub-DAS urutan kedua, dan demikian
seterusnya oleh karenanya, suatu DAS dapat terdini atas sub-DAS urutan pertama, sub-DAS
urutan kedua dan seterusnya.
Jenis-jenis aliran air :
A) sungai influent yaitu sungai yang sebagian airnya masuk ke akifer, air sungai tersebut
menambah cadangan airtanah.
B) sungai effluent yaitu sungai yang mendapat tambahan air dari akiferdi sekitarnya, arah
aliran airtanah menuju ke sungai
C) Sungai intermetten (sungai yang mengeluarkan air hanya pada waktu musim hujan),
sungai kering pada waktu musim kemarau
23
Sistem klasifikasi Horton berawai dari urutan pertama dan selanjutnya meningkat
sejalan dengan meningkainya jumlab percabangan aliras air atau anak-anak suagai. Dengan
demikian semakin besar angka arutan, semakun luas wilayah sub-DAS dan semakia banyak
percabangan sungai yang terdapat di dalam DAS yang bersangkutan. Meskipun tampak
bahwa urutan sub-DAS berkaitan erat dengan karakteristik DAS lainnya, kebanyakan pakar
bidrołogi beranggapan bahwa tidak ditemukan bukti yang cukup untuk mengkaitkan sistem
urutan sub-DAS dengan perilaku air larian di daerah tercebut. Saiah satu alasan yang dapat
menjelaskan fenomena ini adalah bahwa sebanyak 20 % luas DAS berada di luar wilayah
drainase setiap urutan sub-DAS sehingga tidak cukup hesar untuk mempengaruhi perilaku air
larian (Black, 1991).
24
Luas tidaknya DAS akan berpengaruh atas daya tangkap hujan yang akan
berpengaruh pada volume air yang tertampung. Semakin besar luas DAS, maka volume air
yang dihasilkan juga semakin besar sehingga dengan demikian peluang terjadinya banjir juga
semakin besar. Untuk menghitung luas DAS dapat digunakan 3 (tiga) cara, yaitu: (1)
planimeter; (2) transparant milimeter paper; dan (3) digitizer computer combination system.
Luas DAS dihitung dengan ke
A = n (jml kotak) x skala2 x 1 cm2.
Pola aliran biasanya berdasarkan seberapa besar tingkat kemiringan DAS. Besarnya
kemiringan DAS dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini:
dimana:
S = kemiringan (slope)
dari
tinggi permukaan air laut)
L = panjang sungai
Kemiringan DAS dapat digunakan sebagai faktor penentu kecepatan aliran permukaan dan
juga sebagai faktor cepat tidaknya suatu erosi berlangsung.
F. Kerapatan Drainase DAS
Kerapatan aliran (drainase) adalah panjang aliran sungai per kilometer persegi luas DAS
(Asdak, 2007). Besarnya kerapatan DAS seperti tercantum dalam persamaan di bawah ini:
dimana:
Dd =L/A (1.1)
Dd= kerapatan drainase (km/km)
L= panjang aliran sungai (km)
25
A= luas DAS (km²)
Secara umum semakin besar nilai Dd semakin baik sitem pengaliran di daerah tersebut.
Artinya semakin besar jumlah air larian total (semakin kecl infiltrasi), dan semakin kecil air
tanah yang tersimpan di daerah tersebut. Dengan demikian Dd mempunyai korelasi dengan
perilaku lajur air larian, jumlah air larian yang terjadi dan jumlah air tanah yang tersimpan.
Besarnya Dd juga bervariasi, tergantung laju presipitasi, skala peta yang digunakan analisis
bentuk DAS, dan ditentukan pada oleh tipe batuan (Escobar dan Rodriquez, 1982; Young dan
Stall, 1971 dalam black, 1991 )
Dalam suatu DAS, anak sungai bagian atas akan bersambung dengan anak sungai yang lebih
besar dibawahnya. Setiap anak sungai menghasilkan hidrogaf aliran yang menunjukkan
respons DAS terhadap curah hujan. Respons tersebut diwujudkan dalam bentuk kurva
hidrograv aliran yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk mengevaluasi kondisi hidrologi
DAS yang bersangkutan. Ketika satu anak sungai bergabung dengan anak sungai lain
dibawahnya , aliran air dari kedua anak sungai tersebut menjadi satu tetapi debit puncak
untuk kedua anak sungai tersebut tidak terjadi secara bersamaan. Debit puncak untuk satu
anak sungai mungkin telah terlampaui, sementara pada debit anak sugai berikutnya debit
puncak akan segera terjadi. Pengaruh ketidaksamaan waktu terjadinya debit puncak pada
masing masing anak sungai tersebut telah menurunkan besarnya debit puncak total pada
sungai utama (sungai puncak total pada sungai utama (sungai yang menampung kedua anak
sungai tersebut).
Contoh dibawah ini dapat menjelaskan pernyataan tersebut. Diasumsikan DAS dengan luas
15.540 ha mempunyai tiga anak sungai. Titik pertemuan antara satu anak sungai dengan anak
sungai lainnya lebih kurang sama. Katakanlah setiap sub DAS melihatkan daerah tangkapan
air seluas 2.590 ha. Sementara sisa daerah tangkapan air lainnya akan langsung mengalir ke
sungai utama. Luas ketiga sub DAS tersebut, dengan demikian sama dengan air larian
dihasilkan oleh 1cm hujan dengan lama waktu 4 jam. Dengan kata lain, kita hanya tertarik
pada hujan efektif yang merupakan bagian curah hujan yang akan muncul sebagai air larian
dalam unit Hidrograf. (UHG).
26
Bila curah hujan meliputi seluruh wilayah DAS (15.540 ha) UHG untuk masing masing sub
DAS akan mempunyai bentuk yang sama. Tetapi, karena lokasi setiap sub DAS mempunyai
jarak berbeda dari titik pengamatan d, dengan demikian, air larian yang datang dari sub-DAS
dengan titik pengamatan c lebih cepat dibanding sub DAS b dan a. Perbedaan jarak dari titik
d akan menenetukan waktu dan besarnya debit puncak ketika aliran air ketiga sub-DAS
tersebut mencapai titik pengamatan d. Gambar 1.11B menunjukkam sumbang air larian sub-
DAS a mempunyai debit puncak paling rendah karena letaknya paling jauh dibandingkan sub
DAS c dan b. Bila ketiga UHG c,b, dan a dijumlahkan akan membentuk hidrograf abc. Perlu
disebutkan bahwa besarnya hidrograf a,b,c hanya setngah dari hidrograf total T (melibatka
seluruh wilayah DAS). Tampak bahwa T-UHG adalah dua kali dari hidrograf a,b,c dengan
demikian diketahui bahwa hidrograf T terbentuk dari penjumlahan sub DAS seperti pada
gambar 1.11A.
27
BAB III
PENTUTUP
A. Kesimpulan
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang secara topografik
dibatasi oleh punggung punggung gunung yang menampung dan menyimpan air
hujan untuk kemudian menyalurkannya ke lait melalui sungai utama. Wilayah daratan
tersebut dinamakan daerah tangkapan air (DTA atau catchment area) yang merupakan
suatu ekosistem dengan unsur utamanya terdiri atas sumber daya alam (tanah, air, dan
vegetasi) dan sumberdaya alam.
Hidrologi DAS adalah cabang ilmu hidrologi yang mempelajari pengaruh pengelolaan
vegetasi dan lahan di daerah tangkapan air bagian hulu (upper caychment) terhadap
daur air , termasuk pengaruhnya terhadap erosi, kualitas air, banjir, dan iklim daerah
hulu dan hilir.
Pengelolaan DAS adalah suatu proses formulasi dan implementasi kegiatan atau
program yang bersifat manipulasi sumber daya alam dan manusia yang terdapat di
daerah aliran sungai untuk memperoleh manfaat produksi dan jasa tanpa
menyebabkan terjadinya kerusakan sumber daya tanah.
Ekosistem adalah suatu sistm ekologi yang terdiri atas komponen komponen yang
saling berintegrasi sehingga membentuk suatu kesatuan. Sistem tersebut mempunyai
sifat tertentu, tergantung pada jumlah dan jenis komponen yang menyusunnya. Besar
kecilnya ukuran ekosistem tergantung pada pandangan dan batas yang diberikan
ekositem tersebut, seperti DAS. Ekosistem terdiri dari biotis dan abiotis.
Dalam mempelajari ekosistem DAS, daerah aliran sungai biasanya dibagi menjadi
daerah hulu, tengah, hilir.
Secara biogeofisilk, daerah hulu DAS dicirikan oleh hal hal sebagai berikut :
 Merupakan daerah konservasi
 Mempunyai kerapatan drainse lebih tinggi
 Daerah dengan kemiringan lereng besar (lebih dari 15%)
28
 Bukan merupakan daerah banjir
 Pengaturan pola pemakaian air ditentukan pola drainse
 Jenis vegetasi merupakan tegakan hutan.
Secara daerah hilir DAS dicirikan oleh hal hal sebagai berikut :
 Merupakan daerah pemnfaatan
 Kecepatan drainse lebih kecil
 Merupakan daerah dengan kemiringan lereng kecil sampai kurang dari 8%
 Pada beberapa tempat merrupakan daerah banjir (genangan)
 Pengaturan pemakaian air ditentukan oleh banguan irigasi
 Jenis vegetasi di dominasi tanaman pertanian kecuali daerah eustaria yang di
dominasi hutan bakau/gambut
Sementara daerah aliran sungai bagian tengah merupakan daerah transisi dari kedua
karakteristik biogeofisik yang berbeda tersebut di atas
Dalam hubungannya dengan sistem hidrologi, DAS memiliki karakteristik yang
spesifik/berkaitan dan berhubungan dengan unsur utamanya, seperti jenis tanah, topografi,
kemiringan dan panjang lereng. Karakteristik biofisik DAS tersebut dalam merespon curah
hujan yang jatuh di dalam wilayah DAS tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap besar-
kecilnya evapotranspirasi, infitrasi. perkolasi, air larian, aliran permukaan, kandungan air
tanah, dan aliran sungai.
B. Saran
Kami berharap makalah Hidrologi dan Lingkungan ini dapat memberikan pemahaman bagi
para pembacanya. Kami berusaha semaksimal mungkin untuk mengerjakan makalah ini
dengan baik dan benar. Memang jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami berharap
kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca makalah kami ini. Sempurna
hanya milik Allah swt, tuhan kita semua. Akhir kata kami ucapkan, bila ada salah kata mohon
maaf, Wassalamualaikum Wr.Wb.
29
DAFTAR PUSTAKA
Asdak,Chay.2010.Hirologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.GADJAH MADA
UNIVERSITY PRESS
Firmansyah R, Mawardi AH, Riandi MU. 2009. Mudah dan Aktif Belajar Biologi 1. Jakarta:
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Subardi, Nuryani, Pramono S. 2009. Biologi 1. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
Suwarno. 2002. Panduan Pembelajaran Biologi. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
Suharini, Erni dan Abraham Palangan. Geomorfologi: Gaya, Proses dan Bentuk Lahan.
Semarang: Widya Karya.

More Related Content

What's hot

Materi Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah Hidrologi
Materi Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah HidrologiMateri Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah Hidrologi
Materi Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah HidrologiNurul Afdal Haris
 
Karakteristik lahan rawa
Karakteristik lahan rawaKarakteristik lahan rawa
Karakteristik lahan rawaBoaz Salosa
 
Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8
Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8
Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8Wachidatin N C
 
limpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannyalimpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannyaFitria Anggrainy
 
Contoh Gambaran Umum Wilayah Studi Kec. Bajenis
Contoh Gambaran Umum Wilayah Studi Kec. BajenisContoh Gambaran Umum Wilayah Studi Kec. Bajenis
Contoh Gambaran Umum Wilayah Studi Kec. BajenisInstitut Teknologi Medan
 
Materi AMDAL .pptx
Materi AMDAL .pptxMateri AMDAL .pptx
Materi AMDAL .pptxEffrila Nita
 
Jurnal Tentang Banjir
Jurnal Tentang BanjirJurnal Tentang Banjir
Jurnal Tentang BanjirRosminar
 
Materi Siklus Hidrologi Mata Kuliah Hidrologi
Materi Siklus Hidrologi Mata Kuliah HidrologiMateri Siklus Hidrologi Mata Kuliah Hidrologi
Materi Siklus Hidrologi Mata Kuliah HidrologiNurul Afdal Haris
 
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Dian Werokila
 
Pertemuan 1 mitigasi bencana alam jenis & karakteristik bencana alam
Pertemuan 1 mitigasi bencana alam jenis & karakteristik bencana alamPertemuan 1 mitigasi bencana alam jenis & karakteristik bencana alam
Pertemuan 1 mitigasi bencana alam jenis & karakteristik bencana alamardhy muhfir
 
PerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDAL
PerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDALPerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDAL
PerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDALWahyu Yuns
 

What's hot (20)

BUFFER pada ARCGIS 10.0
BUFFER pada ARCGIS 10.0BUFFER pada ARCGIS 10.0
BUFFER pada ARCGIS 10.0
 
Materi Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah Hidrologi
Materi Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah HidrologiMateri Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah Hidrologi
Materi Aliran/Limpasan Permukaan Mata Kuliah Hidrologi
 
Karakteristik lahan rawa
Karakteristik lahan rawaKarakteristik lahan rawa
Karakteristik lahan rawa
 
14 darinase permukaan
14   darinase permukaan14   darinase permukaan
14 darinase permukaan
 
Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8
Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8
Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8
 
Dasar Ilmu Tanah
Dasar Ilmu TanahDasar Ilmu Tanah
Dasar Ilmu Tanah
 
limpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannyalimpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannya
 
current meter
current meter current meter
current meter
 
Power point
Power pointPower point
Power point
 
Bentuk asal fluvial
Bentuk asal fluvialBentuk asal fluvial
Bentuk asal fluvial
 
Contoh Gambaran Umum Wilayah Studi Kec. Bajenis
Contoh Gambaran Umum Wilayah Studi Kec. BajenisContoh Gambaran Umum Wilayah Studi Kec. Bajenis
Contoh Gambaran Umum Wilayah Studi Kec. Bajenis
 
Metadata Dalam GIS
Metadata Dalam GISMetadata Dalam GIS
Metadata Dalam GIS
 
Materi AMDAL .pptx
Materi AMDAL .pptxMateri AMDAL .pptx
Materi AMDAL .pptx
 
Jurnal Tentang Banjir
Jurnal Tentang BanjirJurnal Tentang Banjir
Jurnal Tentang Banjir
 
Materi Siklus Hidrologi Mata Kuliah Hidrologi
Materi Siklus Hidrologi Mata Kuliah HidrologiMateri Siklus Hidrologi Mata Kuliah Hidrologi
Materi Siklus Hidrologi Mata Kuliah Hidrologi
 
Erosi
ErosiErosi
Erosi
 
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...
 
Siklus hidrologi
Siklus hidrologiSiklus hidrologi
Siklus hidrologi
 
Pertemuan 1 mitigasi bencana alam jenis & karakteristik bencana alam
Pertemuan 1 mitigasi bencana alam jenis & karakteristik bencana alamPertemuan 1 mitigasi bencana alam jenis & karakteristik bencana alam
Pertemuan 1 mitigasi bencana alam jenis & karakteristik bencana alam
 
PerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDAL
PerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDALPerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDAL
PerMenLHK 38 Tahun 2019 ttg Kegiatan Wajib AMDAL
 

Similar to Daur Hidrologi dan Ekosistem DAS

Similar to Daur Hidrologi dan Ekosistem DAS (20)

Tugas psda1 kelompok 1 a
Tugas psda1   kelompok 1 aTugas psda1   kelompok 1 a
Tugas psda1 kelompok 1 a
 
Tugas psda1 kelompok 1 a2
Tugas psda1   kelompok 1 a2Tugas psda1   kelompok 1 a2
Tugas psda1 kelompok 1 a2
 
Tugas psda1 kelompok 2 a
Tugas psda1   kelompok 2 aTugas psda1   kelompok 2 a
Tugas psda1 kelompok 2 a
 
Pengelolaan-DAS.ppt
Pengelolaan-DAS.pptPengelolaan-DAS.ppt
Pengelolaan-DAS.ppt
 
Tugas psda1 kelompok 3 a2
Tugas psda1   kelompok 3 a2Tugas psda1   kelompok 3 a2
Tugas psda1 kelompok 3 a2
 
TUGAS AKHIR MAKALAH HIDROLOGI JUMINTEN SARI.docx
TUGAS AKHIR MAKALAH HIDROLOGI JUMINTEN SARI.docxTUGAS AKHIR MAKALAH HIDROLOGI JUMINTEN SARI.docx
TUGAS AKHIR MAKALAH HIDROLOGI JUMINTEN SARI.docx
 
Pikp modul04 sub sistem perairan tawar
Pikp modul04 sub sistem perairan tawarPikp modul04 sub sistem perairan tawar
Pikp modul04 sub sistem perairan tawar
 
Tugas presentasi wayan
Tugas presentasi wayanTugas presentasi wayan
Tugas presentasi wayan
 
Pendahuluan lap msdp
Pendahuluan lap msdpPendahuluan lap msdp
Pendahuluan lap msdp
 
Pengelolaan Gambut Secara Berkelanjutan
Pengelolaan Gambut Secara BerkelanjutanPengelolaan Gambut Secara Berkelanjutan
Pengelolaan Gambut Secara Berkelanjutan
 
Makalah limbah
Makalah limbahMakalah limbah
Makalah limbah
 
1.kuliah das
1.kuliah das 1.kuliah das
1.kuliah das
 
Tugas psda1 kelompok 2 a2
Tugas psda1   kelompok 2 a2Tugas psda1   kelompok 2 a2
Tugas psda1 kelompok 2 a2
 
Materi Dr. Ahmad, M.Si.pptx
Materi Dr. Ahmad, M.Si.pptxMateri Dr. Ahmad, M.Si.pptx
Materi Dr. Ahmad, M.Si.pptx
 
Dampak Perubahan Iklim terhadap Ekologi Laut
Dampak Perubahan Iklim terhadap Ekologi LautDampak Perubahan Iklim terhadap Ekologi Laut
Dampak Perubahan Iklim terhadap Ekologi Laut
 
Tugas Makalah SDA (Air)
Tugas Makalah SDA (Air)Tugas Makalah SDA (Air)
Tugas Makalah SDA (Air)
 
Bab ii tinjauan pustaka
Bab ii tinjauan pustakaBab ii tinjauan pustaka
Bab ii tinjauan pustaka
 
Contoh pidato bahasa indonesia bertema lingkungan hidup
Contoh pidato bahasa indonesia bertema lingkungan hidupContoh pidato bahasa indonesia bertema lingkungan hidup
Contoh pidato bahasa indonesia bertema lingkungan hidup
 
Laporan ekologi dan lingkungan
Laporan ekologi dan lingkunganLaporan ekologi dan lingkungan
Laporan ekologi dan lingkungan
 
MAKALAH BARU 11.docx
MAKALAH BARU 11.docxMAKALAH BARU 11.docx
MAKALAH BARU 11.docx
 

Recently uploaded

R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptxR6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptxmagfira271100
 
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)ratnawijayanti31
 
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumkekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumfebrie2
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxSyabilAfandi
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfkaramitha
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...laila16682
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxIKLASSENJAYA
 
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipaLKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipaBtsDaily
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaAnggrianiTulle
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxresidentcardio13usk
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfssuser4743df
 

Recently uploaded (11)

R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptxR6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
 
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
 
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumkekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
 
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipaLKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
 

Daur Hidrologi dan Ekosistem DAS

  • 1. i MAKALAH DAUR HIDROLOGI DAN EKOSISTEM DAS Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hidrologi Dan Lingkungan (ABKA532) Dosen Pengajar: Dr. DEASY ARISANTY, M.Sc Dr. H. SIDHARTA ADYATMA, M.Si Disusun Oleh Kelompok : IZZATUL MAHYA 1710115120009 LAELA QODARIYAH 1710115120010 NUR KHOLIFAH 1710115120017 REKA ARDIANTIKA 1710115120018 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN 2018
  • 2. ii KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Hidrologi dan Lingkungan tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Shalawat dan salam tak lupa kita haturkan keharibaan junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, atas bimbingan Beliau sehingga kita dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Ucapan terima kasih kami haturkan kepada Bapak Drs. Sidharta Adyatma, M.Sc dan Ibu Dr.Deasy Arisanty, M.Sc selaku desen pengajar mata kuliah Geologi dan Lingkungan, dan teman-teman satu kelompok di Program Studi Pendidikan Geografi yang dapat saling berkerjasama. Kami sadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, masih banyak terdapat kekurangan- kekurangan didalamnya, baik dalam hal penyajian materi ataupun tampilannya, sehingga kritik dan saran dari pembaca makalah sangat diharapkan dan kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Wassalamu’alaikum Wr. Wb Banjarmasin, 07 September 2018
  • 3. iii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ..................................................................................................................ii DAFTAR ISI...............................................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................. 1 A. Latar Belakang.................................................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 1 C. Tujuan .............................................................................................................................. 2 BAB II.........................................................................................................................................3 PEMABAHASAN........................................................................................................................ 3 DAUR HIDROLOGI DAN EKOSISTEM DAS ............................................................................. 3 A. Pengertian DAS................................................................................................................. 3 B. Daur Hidrologi.................................................................................................................. 5 1. Daur hidrologi pendek .......................................................................................................7 2. Daur hidrologi sedang........................................................................................................8 3. Daur hidrologi panjang ......................................................................................................8 C. Ekosistem Daerah Aliran Sungai.......................................................................................... 9 D. Kompoen Komponen Ekosistem DAS .............................................................................. 12 E. SISTEM HIDROLOGI EKOSISTEM DAS....................................................................... 14 F. POLA DRAINASE DAN URUTAN SUB-DAS................................................................ 20 F. Kerapatan Drainase DAS..................................................................................................... 24 BAB III...................................................................................................................................... 27 PENTUTUP............................................................................................................................... 27 A. Kesimpulan..................................................................................................................... 27 B. Saran.............................................................................................................................. 28 DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................... 29
  • 4. iv
  • 5. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan suatu komponen penting dimuka bumi ini, air di muka bumi harus selalu ada guna memenuhi kebutuhan makhluk hidup. Air selalu mengalami proses daur ulang. Daur ulang meliputi air sungai, air laut, air permukaan lain bahkan air didalam tanah. Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari air dalam segala bentuknya (cairan, gas, padat ) pada dalam, dan diatas permukaan tanah. Termasuk didalamnya adalah penyebaran, daur dan perilakunya, sifat sifat fisika dan kimianya, serta hubungannya dengan unsur unsur hidup dalam air itu sendiri. Sementara Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi oleh punggung punggung gunung yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke lait melalui sungai utama. Wilayah daratan tersebut dinamakan daerah tangkapan air (DTA atau catchment area) yang merupakan suatu ekosistem dengan unsur utamanya terdiri atas sumber daya alam (tanah, air, dan vegetasi) dan sumberdaya alam. Hidrologi DAS adalah cabang ilmu hidrologi yang mempelajari pengaruh pengelolaan vegetasi dan lahan di daerah tangkapan air bagian hulu (upper caychment) terhadap daur air , termasuk pengaruhnya terhadap erosi, kualitas air, banjir, dan iklim daerah hulu dan hilir. Pengelolaan DAS adalah suatu proses formulasi dan implementasi kegiatan atau program yang bersifat manipulasi sumber daya alam dan manusia yang terdapat di daerah aliran sungai untuk memperoleh manfaat produksi dan jasa tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan sumber daya tanah. B. Rumusan Masalah  Apa yang dimaksud dengan daur Hidrologi  Apa yang dimaksud dengan ekosistem DAS  Apa saja komponen komponen dalam ekosistemDAS  Bagaimana sistem hidrologi dalam ekositem DAS  Bagaimana pola drainase dan urutan sub-DAS  Bagaimana kerapatan drainase DAS
  • 6. 2 C. Tujuan  Memahami yang dimaksud dengan hidrologi  Memahami dan dapat menjelaskan tentang ekosistem DAS  Dapat menyebutkan dan menjelaskan ekosistem DAS  Memahami pola drainase  Memahami struktur kerapatan DAS
  • 7. 3 BAB II PEMABAHASAN DAUR HIDROLOGI DAN EKOSISTEM DAS A. Pengertian DAS Menurut Asdak (2010), Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai utama. Wilayah daratan tersebut dinamakan daerah tangkapan air (catchment) yang merupakan suatu ekosistem dengan unsur utamanya terdiri atas sumber daya alam (tanah, air, dan vegetasi) dan sumber daya manusia sebagai pemanfaat sumber daya alam. PP No. 37 Tentang Pengelolaan DAS Pasal 1, menyebutkan bahwa DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, emnyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan (dalam Fajar). Menurut Sudjarwadi (1985), Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah yang merupakan ekosistem yang dibatasi oleh pemisah topografis dan berfungsi sebagai pengumpul, penyimpan dan penyalur air, sedimen, unsur hara melalui sistem sungai, mengeluarkannya melalui outlet tunggal (dalamReferencigeography). Menurut Dictionary of Scientific and Technical Term, DAS (Watershed), diartikan sebagai suatu kawasan yang mengalirkan air ke satu sungai utama (dalam BPDASSOLO). Menurut Marwah (2001), DAS secara umum didefinisikan sebagai suatu hamparan wilayah/kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit0 yang menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen, dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar pada satu titik (outlet) (dalam Alibramn).
  • 8. 4 Menurut Kartodihardjo (2008), DAS merupakan suatu megasistem kompleks yang dibangun atas sistem fisik (physical systems), sistem biologis (biological systems) dan sistem manusia (human systems). Setiap sistem dan sub-sub sistem di dalamnya saling berinteraksi. Dalam proses ini peranan tiap-tiapkomponen dan hubungan antarkomponen sangat menentukan kualitas ekosistem DAS. Tiap-tiap komponen tersebut memiliki sifat yang khas dan keberadaanya tidak berdiri sendiri, melainkan berhubungan dengan komponen lainya membentuk kesatuan sistem ekologis (ekosistem). Gangguan terhadap salah satu komponen ekosistem akan dirasakan oleh komponen lainya dengan sifat dampak yang berantai. Keseimbangan ekosistem akan terjamin apabila kondisi hubungan timbal-balik antarkomponen berjalan dengan baik dan optimal (dalam BPDASSOLO). Menurut Cristanto (1989), DAS merupakan suatu areal yang airnya dialirkan oleh sebuah sungai, dengan anak-anak sungainya. Suatu DAS dibatasi dari DAS lainya oleh punggung bukit yang letaknya lebih tinggi dari DAS tersebut (dalam Geografi). Menurut Dephutbun (1998), Daerah Aliran Sungai (DAS), memiliki beberapa karakteristik yang dapat menggambarkan kondisi spesifik antara DAS yang satu dengan DAS yang lainya. Karakteristik itu dicirikan oleh parameter yang terdiri atas, morfometeri, hidrologi, tanah, geologi, geomorfologi, penggunaan lahan dan sosial ekonomi masyarakat (dalam Unila). Menurut Dirjen Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan (1998), Daerah Aliran Sungai (Watershed) didefinisikan sebagai suatu wilayah daratan yang menerima air hujan, menampung dan mengalirkannya melalui satu sungai utama ke laut dan atau ke danau. Satu DAS, biasanya dipisahkan dari wilayah lain di sekitarnya (DAS-DAS lain) oleh pemisah alam topografi (seperti punggung bukit dan gunung), Suatu DAS terbagi lagi ke dalam sub DAS yang merupakan bagian DAS yang menerima air hujan dan mengalirkannya melalui anak sungai ke sungai utamanya (dalamUnila). Menurut Sri Harto (1993), DAS adalah daerah yang semua alirannya mengalir ke dalam suatu sungai. Daerah ini umumnya dibatasi oleh batas topografi yang berarti ditetapkan berdasar aliran permukaan (dalam Geografi). Menurut Linsley (1949), DAS merupakan daerah yang dialiri oleh suatu sistem sungai yang
  • 9. 5 saling berhubungan sedemikian rupa, sehingga aliran-aliran yang berasal dari daerah tersebut keluar melalui aliran tunggal (dalam Geografi). Menurut Wikipedia, Daerah Aliran Sungai adalah suatu kawasan yang dibatasi oleh titik-titik tinggi dimana air yang berasal dari air hujan yang jatuh, terkumpul dalam kawasan tersebut. Adapun DAS berguna untuk menerima, menyimpan, dan mengalirkan air hujan yang jatuh di atasnya melalui sungai. B. Daur Hidrologi Daur hidrologi atau daur air adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi. Daur hidrologi secara alamiah yang menunjukkan gerakan air di permukaan bumi. Selama berlangsungnya daur hidrologi, yaitu perjalanan dari permukaan laut ke atmosfer dan kembali lagi ke permukaan tanah dan akan tertahan (sementara) di sungai,danau san dalam tanah sehingga dapat dimanfaatkan oleh manusia atau makhluk hidup lainnya. Berikut ini unsur-unsur utama dalam daur hidrologi yang dapat dilihat pada Gambar 1 yaitu sebagai berikut :  Evaporasi: penguapan dari badan air secara langsung  Transpirasi: penguapan air yang terkandung dalam tumbuhan  Respirasi: penguapan air dari tubuh hewan dan manusia
  • 10. 6  Evapotranspirasi: perpaduan evaporasi dan transpirasi  Kondensasi: proses perubahan wujud uap air menjadi titik-titik air sebagai hasil pendinginan  Presipitasi: segala bentuk curahan atau hujan dari atmosfer ke bumi yang meliputi hujan air, hujan es, hujan salju  Infiltrasi: air yang jatuh ke permukaan tanah dan meresap ke dalam tanah  Perkolasi: air yang meresap terus sampai pada kedalaman tertentu hingga mencapai air tanah atau groundwater  Run off: air yang mengalir di atas permukaan tanah melalui parit, sungai, hingga menuju ke laut. Dalam daur hidrologi, energi panas matahari dan faktor faktor iklim lainnya menyebabkan terjadinya proses evaporasi permukaan vegetasi dan tanah, di laut atau badan badan air lainnya. Uap air sebagai hasil proses evaporasi akan terbawa oleh angin melintasi daratan yang bergantung maupun datar, dan apabila keadaan atmosfer memungkinkan sebagian dari uap air tersebut akan terondensasi dan turun sebagai air hujan. Sebelum sampai kepermukaan tanah air hujan tersebut akan tertahan oleh tajuk vegetasi. Sebagian dari air hujan tersebut akan tersimpan di permukaan tajuk/daun selama proses pembahasan tajuk, dan sebagian lainnya akan jatuh ke atas permukaan tanah melalui sela sela daun (throughfall) atau mengair ke bawah melalui permukaan batang pohon (stentflow) , sebagian air hujan tidak akan pernah sampai kepermukaan tanah, melainkan terevaporasi kembali ke atmosfer(dari tajuk dan batang) selama dan setelah berlangsungnya hujan (interception loss). Air hujan yang dapat mencapai permukaan tanah, sebagian akan masuk (meresap) kedalam tanah (infiltration). Sedangkan air hujan yang tidak meresap kedalam tanah akan tertampung sementara dalam cekungan permukaan tanahn(surface detention) untuk kemudian mengalir di atas permukaan tanah ke tempat yang lebih rendah (runoff), untuk selanjutnya masuk ke sungai. Air intiltrasi akan tertahan di dalam tanah oleh gaya kapiler yang selanjutnya akan membentuk kelembapan tanah. Apabila tingkat kelembapan tanah telah cukup jenuh maka air hujan yang baru masuk kedalam tanah akan bergerak secara leteral (horisontal) untuk
  • 11. 7 selanjutnya pada tempat tertentu akan keluar lagi ke permukaan tanah dan akhirnya mengalir ke sungai. Alternatif lainnya, air hujan yang masuk kedalam tanah tersebut akan bergerak vertikal ke tanah yang lebih dalam dan menjadi bagian dari air tanah (groundwater). Air tanah tersebut, terutama pada musim kemarau, akan mengalir pelan pelan ke sungai, danau atau tempat penampungang air alamiah lainnya (baseflow). Tidak semua air infiltrasi (air tanah) mengalir ke sungai atau tampungan air lainnya, melainkan ada sebagian air infiltrasi yang tetap tinggal dalam lapisan tanah bagian atas (top soil) untuk kemudian diuapkan kembali ke atmosfer melalui permukaan tanah dan permukaan tajuk vegetasi. Air yang diuapkan oleh tajuk berasal dari hujan yang jatuh di atas tajuk, maka proses penguapannya disebut intersepsi. Apabila air yang diuapkan berasal dari dalam tanah melalui mekanisme fisiologi tanaman, maka proses penguapan disebut transpirasi. Konsep daur hidrologi dapat diperluas dengan memasukkan geraan/perjalanan sedimen, unsur unsur hara, dan biota yang terlarut dalam air. Dengan menelaah konsep daur hidrologi secara lebih luas, maka pengertian istilah dasar lalu dapat digunakan sebagai konsep kerja untuk analisis dari berbagai permasalahan, misalnya dalam perencanaan dan evaluasi pengelolaan DAS. Dalam daur hidrologi, masukan berupa curah hujan akan didisreibusikan melalui cara, yaitu air lolos (throughfall), aliran batang (stemflow), dan air hujan langsug sampai ke permukaan tanah untuk kemudian terbagi menjadi air larian, evaporasi dan air infiltrasi. Gabungan evaporasi uap air hasil proses transpirasi dan intersepsi dinamakan evapotranspirasi. Sebanyak 97% air di dunia ini ditemukan dalam bentuk air asin yang berasal dari lautan. Air tawar yang merupakan kebutuhan utama manusia di dunia ini tidak lebih dari 1% keseluruhan air yang tersedia di dunia. 1. Daur hidrologi pendek Air laut menguap, uap air naik ke udara lalu bersatu menjadi awan. Pada ketinggian tertentu awan mengalami kondensasi dan presipitasi menjadi titik-titik air, kemudian turun sebagai hujan. Pada daur hidrologi pendek ini terbentuknya awan dan hujan terjadi di atas laut, jadi hujan tidak mencapai daratan.
  • 12. 8 Gambar 2 Daur hidrologi pendek 2. Daur hidrologi sedang Air laut menguap, uap air naik ke udara dan terbawa angin sampai di atas daratan membentuk awan. Pada ketinggian tertentu awan mengalami kondensasi dan presipitasi membentuk titik- titik air, lalu turun sebagai hujan di daratan. Sebagian air meresap ke dalam tanah, sebagian lain kembali ke laut melalui sungai. Gambar 3 Daur hidrologi sedang 3. Daur hidrologi panjang Uap air yang berasal dari penguapan air laut, kolam, danau, sungai maupun hasil transpirasi tumbuhan naik ke udara, lalu bersatu menjadi awan. Awan terbawa oleh angin ke arah daratan dan pada jarak tertentu terhalang oleh pegunungan. Akhirnya awan mengalami kondensasi dan presipitasi menjadi titik-titik air dan turun sebagai hujan di atas pegunungan. Air hujan meresap ke tanah di pegunungan, lalu diserap oleh tumbuhan di pegunungan, sebagian muncul sebagai mata air. Melalui sungai air mengalir kembali lagi ke laut.
  • 13. 9 C. Ekosistem Daerah Aliran Sungai Ekosistem adalah suatu sistm ekologi yang terdiri atas komponen komponen yang saling berintegrasi sehingga membentuk suatu kesatuan. Sistem tersebut mempunyai sifat tertentu, tergantung pada jumlah dan jenis komponen yang menyusunnya. Besar kecilnya ukuran ekosistem tergantung pada pandangan dan batas yang diberikan ekositem tersebut, seperti DAS. Ekosistem terdiri atas komponen biotis dan abiotis yang saling berinterakssi membentuk satu kesatuan yang teratur. Dengan demikian, dalam suatu ekosistem komponen saling berkaitan. Manusia adalah salah satu kompnen penting. Sebagai komponen dinamis manusia seringkali mengakibatkan dampak pada lingkungan. Selama hubungan timbal balik antar komponen dalam keadaan seimbang, ekositem berada dalam keadaan stabil. Sebaliknya, apabila kommmponen lingkungan mengalami gangguan , maka terjadilah gangguan ekologis. Gangguan ini pada dasarnya adalah gangguan pada arus materi, energi, dan informasi antar komponen ekosistem yang tidak seimbang (Odum,1972) Dalam mempelajari ekosistem DAS, daerah aliran sungai biasanya dibagi menjadi daerah hulu, tengah, hilir. Secara biogeofisilk, daerah hulu DAS dicirikan oleh hal hal sebagai berikut :  Merupakan daerah konservasi  Mempunyai kerapatan drainse lebih tinggi  Daerah dengan kemiringan lereng besar (lebih dari 15%)  Bukan merupakan daerah banjir  Pengaturan pola pemakaian air ditentukan pola drainse  Jenis vegetasi merupakan tegakan hutan. Secara daerah hilir DAS dicirikan oleh hal hal sebagai berikut :  Merupakan daerah pemnfaatan  Kecepatan drainse lebih kecil  Merupakan daerah dengan kemiringan lereng kecil sampai kurang dari 8%  Pada beberapa tempat merrupakan daerah banjir (genangan)  Pengaturan pemakaian air ditentukan oleh banguan irigasi
  • 14. 10  Jenis vegetasi di dominasi tanaman pertanian kecuali daerah eustaria yang di dominasi hutan bakau/gambut Sementara daerah aliran sungai bagian tengah merupakan daerah transisi dari kedua karakteristik biogeofisik yang berbeda tersebut di atas Ekosistem DAS hulu merupakan bagian yang penting karenamempunyai fungsi perlindungan terhadap seluruh bagian DAS, yaiu dari segi fungsi tata air. Oleh karena itu, DAS hulu sungai menjai fokus perencanaan pengelolaan DAS mengingat bahwa dalam suatu DAS daerah hulu dan hilir mempunyai keterkaitan biofisik maupun daur hidrologi. Keterkaitan biofisik antara daerah hulu dan hilir suatu DAS dapat ditunjukkan dengan gambar.
  • 15. 11 Gambar menunjukkan bahwa aktivitas perubahan lanskap termasuk perubahan tataguna lahan atau pembuatan bangunan konservasi yang dilaksanakan di daerah hulu sungai DAS tidak hanya akan memberikan dampak di daerah dimana kegiatan tersebut berlangsung (hulu DAS), tetapi juga akan menimbulkan dampak di daerah hilir dalam bentuk peruabahan fluktuasi debit dan transpor sedimen serta material terlarut dalam sistem aliran air lainnya.
  • 16. 12 Sebagai contoh, erosi yang terjadi di daerah hulu akibat dari praktek cocok tanam yang tidak mengikuti kaidah kaidah konservasi tanah dan air atau akibat perbuatan jalan yang tidak direncanakan dengan baik, tidak hanya memberikan dampak di daerah dimana erosi tersebut berlangsung (penurunan produktivitas lahan), tetapi juga akan menimbulkan dampak di daerah hilir dalam penuruan kapasitas waduk atau pendangkalan danau dan saluran saluran irigasi yang pada gilirannya dapat mningkakan resiko banjir, menurunkan luas lahan irigasi, atau bahkan mengganggu jalannya operasi listrik tenaga air. Contoh keterkaitan biogeofisik antara daerah hulu hilir suatu DAS juga dapat ditunjukan dengan kegiatan reboisasi tanaman, dalam luasan tertentu misalnya, dapat menurunkan hasil air, akan tetapi meningkatkan kualiatas air permukaan terutama air tanah. Sedangkan aktivitas pembalakan hutan (logging) atau deforestasi (pengurangan areal tegakan hutan) yang dilakukan di daerah hulu DAS, dalam luasan tertentu juga memberi dampak dalam bentuk meningatnya hasil air. Kegiatan pembalakan hutan juga meningatkan terjadinya erosi karena terjadi pembukaan permukaan tanah, dan terutama oleh aktivitas aktivitas pendukungnya seperti pembuatan jalan sarad dan jalan angkutan umum lainnya. Pada gambar menunjukkan bahwa cara bercocok tanam yang mengabaikan aidah kaidah konservasi di daerah hulu akan meningkatkan erosi yang pada gilirannya akan menurunkan produktivitas lahan pertanian. Dmikian juga aktivitas pembuatan jalan hutan yang dilakukan tanpa mengenali tempat tepat yanng rentan terhadap terjadinya erosi dan tanah longsor seringkali menjadi sumber utama transpor sedimen yang berasal dari kegiatan pembalakan hutan. Kegiatan kegiatan pemanfaatan sumber daya alam di daerah hulu akan menimbulkan dampak pada DAS bagian tengah dalam penurunan kapasitas simpan waduk yang akan menurunkan kualiatas air irigasi. Uraian tersebut menunjukkan secara biofisik daerah hulu dan hilir DAS berkaitan. Hubungan inilah yang kemudian menjadikan landasan untuk memanfaatkan DAS sebagai satuan perancanaan dan evaluasi yang logis terhadapyg logis terhadap pelaksanaan satuan program pengelolaan DAS. Dapat dijadikannya satu perencanaan terpadu (terpadu dalam hal program , kelembagaan, dan daerah kajian, yaitu daerah hulu hilir yg bersangkutan). D. Kompoen Komponen Ekosistem DAS Sistem ekologi DAS bagian hulu pada umumnya dapat dipandang sebagai suatu ekosistem pedesaan (Ssoemarwoto, 1982). Ekosistem ini terdiri atas empat komponen utama, yaitu desa, sawah/ladang, sungai dan hutan. Gambar 1.3 menunjukkan eratnya interaksi timbal balik antar komponen komponen lingkungan DAS. Komponen komponen yang
  • 17. 13 menyusun DAS berbeda tergantung pada keadaan daerah setempat. Misalnya, di DAS tengah ada komponen lain seperti perkebunan, sementara di daerah pantai di jumpai adanya komponen lingkunagn hutan bakau. Gambar 1.3 menunjukkan bahwa oleh adanya hubungan timbal balik antara komponen ekosistem DAS, maka apabila terjadi perubahan pada salah satu komponen lingkungan, akan mempengaruhi lingkungan lain. Perubahan komponen tersebut pada gilirannya dapat mempengaruhi kesuluruhan sistem ekologi daerah tersebut. Untuk memberikan ilustrasi adanya interaksi timbal balik antara komponen dalam sistem ekologi , berikut ini adalah uraian yang diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang interaksi yang terjadi di lingkungan DAS. Masalah degradasi lingkungan yang sering terjadi akhir akhir ini berpangkal pada komponen desa. Pertumbuhan manusia yang cepat menyebabkan pemilikan lahan pertanian tidak seimbang. Hal ini telah menyebabkan lahan pertanian menjadi lebih sempit. Keterbatasan lapangan kerja dan dan kendala keterampilan terbatas telah menyebabkan kecilnya pendapatan petani. Keadaan tersebut mendorong petani merambah hutan dan lahan tidak produkif lainnya sebagai lahan pertanian. Lahan yang kebnayakan marjinal apabila di usahakan dengan cara cara yang mengabaikan kaidah kaidah konservasi hutan rentan terhadap tanah longsor dan erosi. Meningkatnya erosi dan tanah longsor di daerah tangkapan air pada gilirannya akan meningkatan muatan sedimen di sungai hilir . demikian juga
  • 18. 14 pembabatan hutan untuk kegiatan pertanian telah meningjatkan koefesien air larian, yaitu meningktkan air hujan yang menjadi air larian, dan dengan jumlah demikian meningkatkan debit sungai. Perambahan hutan juga menyebabkan hilangnya seresah dan humus yang dapat menyerap air hujan. Dalam skala besar, dampak kejadian tersebut adalah terjadi gangguan perilaku aliran sungai, pada musim kemarau debit air meningkat tajam sementara pada musim kemarau debit air sangat rendah. Dengan demikian, risiko banjir pada musim hujan dan kekerinagn pada musim kemarau meningkat. Komponen-komponen ekosistem DAS hulu E. SISTEM HIDROLOGI EKOSISTEM DAS Dalam hubungannya dengan sistem hidrologi, DAS memiliki karakteristik yang spesifik/berkaitan dan berhubungan dengan unsur utamanya, seperti jenis tanah, topografi, kemiringan dan panjang lereng. Karakteristik biofisik DAS tersebut dalam merespon curah
  • 19. 15 hujan yang jatuh di dalam wilayah DAS tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap besar. -kecilnya evapotranspirasi, infitrasi. perkolasi, air larian, aliran permukaan, kandungan air tanah, dan aliran sungai. Di antara faktor-faktor yang berperan dalam menentukan sistem hidrologi tersebut di atas, faktor tataguna lahan dan kemiringan dan panjang lereng dapat direkayasa oleh manusia. Faktor-faktor yang lain bersifat alamiah, dan oleh karenanya, tidak di bawah kontrol manusia. Dengan demikian, dalam merencanakan pengelolaan DAS perubahan tataguna lahan (perubahan dari pertanian menjadi hutan atau bentuk tataguna lahan lainnya) serta pengaturan kemiringan dan panjang lereng (misalnya pembuatan teras) menjadi salah satu fokus aktivitas perencanaan pengelolaan DAS. Hal ini juga tercermin dari studi prakiraan besarnya erosi dengan memanfaatkan rumus Universal Soil Loss Equation (USLE) yang dikembangkan olch Wischineier dan Smith (1978). Dalam rumus matematika tersebut untuk memprakirakan besarnya erosi di daerah tangkapan air dalam dua periode waktu yang berbeda pada tempat yang sama, ada dua variabel bebas yang dapat direkayasa, yaitu pengelolaan vegetasi (faktor C dalanı rumus USLE) dan teknik konservasi tanah yang diusulkan (faktor P). Pengetahuan tentang proses-proses hidrologi yang berlangsung dalam ekosistern DAS bermanfaat bagi pengembangan sumberdaya air dalam skala DAS. Dalam sistem hidrologi ini, peranan vegetasi sangat penting atinya kerena kemungkinan intervensi manusia terhadap unsur tersebut amat besar. Vegetasi dapat merubah sifat fisika dan kimia tanah dalam hubungannya dengan air, dapat mempengaruhi kendisi permukaan tanah, dan dengan demikian mempengaruhi besar-kecilnya aliran air permukaan. Karena DAS merepakan suatu ekosistem, maka setiap ada masukan ke dalam ekosistem tersebut dapat dievaluasi proses yang telah dan sedang terjadi dengan cara melihat keluaran dari ekosistem tersebut. Gambar 1.4 menunjukkan proses yang berlangsung dalam suatu ekosistem DAS. Gambar tersebut menunjukkan input berupa curah hujan sedangkan output berupa debit aliran dan/atau muatan sedimen. Komponen-komporen ekosistem DAS di kebanyakan daerah di Indonesia terdiri atas manusia, vegetasi, tanah, dan sungai. Hujan Jatuh di suatu DAS akan mengalami interaksi dengan komponen- komponen ekosistem DAS tersebut, dan pada gilirannya, akan menghasilkan keluaran berupa debit muatan sedimen dan material lainnya yang terbawa arus aliran sungai.
  • 20. 16 Fungsi ekosistem DAS Gambar 1.4 juga menunjukkan bahwa hubungan berlangsungnya erosi di daerah tangkapan air dan besarnya sedimentasi yang terpantau di aliran sungai bagian bawah daerah tangkapan air tersebut juga erat kaitannya dengan sistem hidrologi. Curah hujan, jenis tanah, kemiringan lereng, vegetasi, dan aktivitas manusia mempunyai peranan penting untuk berlangsungnya proses erosi-sedimentasi. Setiap jenis tanah, kemiringan lereng, dan jenis vegetasi memberikan pengaruhnya masing-masing untuk terjadinya erosi. Jenis tanah alluvial, lithosol, regosol, andosol, podsol. hidromorfik kelabu emumnya rentan terhadap erosi. Tingkat bahaya erosi menjadi lebih besar apabila jenis tanah tersebut mempunyai formasi kemiringan lereng besar. Demikian pula, struktur vegetasi penutup tanah yang bertingkat- tingkat dapat menurunkan bahaya erosi daripada lahan dengan dominasi vegetasi pohon yarg tidak atau kurang disertai seresah dan tumbuhan bawah.
  • 21. 17 Pertanian tanpa sistem teras Gambar 1.5 can 1.6 berturut-turut, menunjukkan dampak aktual keterkaitan biofisik antara aktivitas manusia di hulu DAS dan dampak fisik yang ditimbulkannya di DAS hagian hiir seperti telah diuraikan dalam uraian-uraian sebelumnya. Dalanm hal ini, aktivitas bercocok tanam yang tidak atau kurang mengindahkan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air di hulu DAS (Gambar 1.5) telah mengakibatkan proses sedimentasi yang serius pada waduk dan/atau sungai di bagian hilir DAS yang bersangkutan. Besarnya proses sedimentasi yang berlangsung di dałam waduk/sungai. tidak hanya mempengaruhi kualitas dan umur pakai waduk, tetapi juga meugakibatkan terjadinya pendangkalan pada saluran-saluran irigasi yang mendapatkan aliran air dari waduk/sungai tersebut (Gambar 1.6).
  • 22. 18 Pertanian dengan sistem teras Pendangkalan yang terjadi pada saluran-saluran irigasi dapat mengurangi kapasitas tampung saluran-saluran tersebut, dan dengan demikian, mengurangi luas sawah atau ladang yang sisten pengairannya berasal dari saluran-saluran irigasi yang mengalani pendangkalan tersebut.
  • 23. 19 Pendangkalan sungai Cara bercocok tanam yang ditunjukkan oleh Gambar 15 merupakan fcnomena yang umum dijumpai di daerah pertanian hulu DAS, terutama pada sentra-sentra prodnksi tanaman sayuran. Alasan klasik tidak dilaksanakannya teknik-teknik bercocok tanam yang mengikuti kaidah kaidah konservasi tanah (misałnya : sistem tanah meagikuti garis kontur, pembuatan teras. dll.) adalah bahwa jenis tanaman yang diusahakan termasuk tanaman yang tidak menghendaki kelembaban tanah terlalu tinggi. Oleh karenanya, cara bercocok tanan vang dilaksanakan adalah dengan penanaman sistem naik-turun bukit (up and down the slope) karena dengan cara ini air hujan dapat langsung mengalir ke tempat yang lebih rendah. Dengen sistem tanam seperti ini, tingkat risiko terjadinya erosi dan tanah longsor pada musim hujan termasuk tinggi. Laju erosi akan dipercepat apabila jenis tanaman yang diusahakan termasuk jenis tanaman yang permanenannya dilakukan dengan cara cabutan, misalnya tanaman kentang. Sebetulnya dengan menerapkan teknik pertanaman yang sesuai dengan kaidah-kaidah korservasi tanah dan air yang memadai, kekhawatiran terjadinya kelembaban tanah yang tinggi atau adanya genangan air hujan dapat dihindari. Seperti ditunjukkan oleh Gambar 1.7, pembuatan teras yang terencana dengan baik dapat mencegah terjadinya akumulasi air hujan pada bidang tanam. Kemiringan bidang tanam yang disesuaikan dengan kontur bukit, air hujan yang jatuh di atas bidang tanam tersebut dapat diatur atau hujan yang Jatuh di atas bidan dialirkan langsung ke tempat yang lebih rendah melal melalut sistem yang dirancang untuk itu. Dengan
  • 24. 20 cara ini, dua hal dapat dicapai, pertama, kelembapan tanah yang berlebihan dapat dihindari dan kedua risiko terjadinya erosi dan/atau tanah lonsor dikurangi. Konsep perencanaan pengelolaan DAS pada dasamya adalah mengusahakan agar aktivitas manusia yang berlangsung di atas tanah tidak berakibat pada terjadinya degradasi permukaan sumberdaya tanah dan air. F. POLA DRAINASE DAN URUTAN SUB-DAS Dilihat dari udara. jaringan aliran sungai (sistem drainase) sepintas tampak menyerupai percabangan pohon (dendritic) Tapi, bila dilihat lebih dekat, pola drainase tersebut dapat menyerupai percabangan pohon, segi empat (rectangular), trellis. Annular, dan jari-jari lingkaran (radial) seperti tampak pada Gambar 1.8. Diskripsi formal tentang pola drainase belum banyak dilakukan. Akan tetapi menurut literatur geomorfologi, pola drainaš e yang umum dikenal adalah soperti tersebut di atas. Menurut penel:tian yang telah diłakukan dalam skala DAS, pola drainase tampaknya mempunyai peranan lebih menentukan daripada kerapatan drainase dalam mempengaruhi massanya debit puncak dan lama waktu berlangsuagnya debit puncak tersebut (Black, 1991). Dalam literatur geologi. sistem (aliran) sungai diklasifikasikan sebagai sistem aliran influent, effluent, dan intermittent seperti tampak pada Gambar 1.9. Sistern aliran sungai influent adalah aiiran sungai yang menasok (memberi masukan) air tanah Sebaliknya pada aliran sungai sistem effluent sumber aliran sungai berasal dari air tanah. Pada sistem aliran yang terakhir ini umumnya berlangsung sepanjang tahun atau perennial stream. Sistem aliran terputus atau intermittent umumnya berlangsung segera setelah terjadi hujan besar. Aliran jenis inilah yang umumnya menjadi sumber air dari apa saja yang dikenal denga air tanah musiman (perched water table). Dalam suatu DAS dan dapat dijumpai kombinasi dari beberapa sistem aliran sungai tersebut di atas.
  • 25. 21 Corak dan karakteristik daerah pengaliran adalah sebagai berikut: a) Daerah pengaliran berbentuk bulu burung Jalur daerah di kiri kanan sungai utama dimana anak-anak sungai mengalir ke sungai utama disebut daerah pengaliran bulu burung. Daerah pengaliran ini mempunyai debit banjir kecil karena waktu tiba banjir dari masing-masing anak sungai berbeda-beda, sebaliknya banjir berlangsung agak lama. b) Daerah pengaliran radial Daerah pengaliran yang berbentuk kipas atau lingkaran dan anak-anak sungainya mengkonsentrasi ke suatu titik secara radial disebut daerah pengaliran radial. Daerah pengaliran dengan corak ini mempunyai banjir yang besar di dekat titik pertemuan anak-anak sungai. c) Daerah pengaliran paralel Bentuk ini mempunyai corak dimana dua jalur daerah pengaliran akan bersatu di bagian pengaliran di daerah hilir. Banjir akan terjadi di sebelah hilir titik pertemuan sungai-sungai. d) Daerah pengaliran yang kompleks Hanya beberapa buah daerah pengaliran yang mempunyai bentuk-bentuk ini dan disebut daerah pengaliran yang kompleks. Dalam studi analisis dampak lingkungan, jenis sistem aliran yang ada di daerah kajian perlu didentifikasi. Hal ini penting terutama apabila senyawa pencemar dibuang ke sungai
  • 26. 22 tarpa dilakukan treatment terlebih dahulu atau perlakuan kurang memadai. Apabila senyawa pencemar tersebut dibuang ke sungai yang mempunyai tipe aliran influence maka ada kemungkinan senyawa pencemar tersebut meracuni air tanah di sekitar sungai dengan demikian, pencemaran sungai dapat mengancam sumur-sumur penduduk atau sumber-sumber air tedekat di sekitar aliran air tersebut. Kedudokan aliran sungai dapat diklasifikasikan secara sistematik berdasarkan urutan daerah aliran sungai seperti terlihat pada Gambar 1.10. pada gambar tersebut, setiap aliran sungai yang tidak bercabang disebut sub pertama. Sungai dibawahnya yang hanya menerima aliran air dari sub-DAS urutan pertama disebut sub-DAS urutan kedua, dan demikian seterusnya oleh karenanya, suatu DAS dapat terdini atas sub-DAS urutan pertama, sub-DAS urutan kedua dan seterusnya. Jenis-jenis aliran air : A) sungai influent yaitu sungai yang sebagian airnya masuk ke akifer, air sungai tersebut menambah cadangan airtanah. B) sungai effluent yaitu sungai yang mendapat tambahan air dari akiferdi sekitarnya, arah aliran airtanah menuju ke sungai C) Sungai intermetten (sungai yang mengeluarkan air hanya pada waktu musim hujan), sungai kering pada waktu musim kemarau
  • 27. 23 Sistem klasifikasi Horton berawai dari urutan pertama dan selanjutnya meningkat sejalan dengan meningkainya jumlab percabangan aliras air atau anak-anak suagai. Dengan demikian semakin besar angka arutan, semakun luas wilayah sub-DAS dan semakia banyak percabangan sungai yang terdapat di dalam DAS yang bersangkutan. Meskipun tampak bahwa urutan sub-DAS berkaitan erat dengan karakteristik DAS lainnya, kebanyakan pakar bidrołogi beranggapan bahwa tidak ditemukan bukti yang cukup untuk mengkaitkan sistem urutan sub-DAS dengan perilaku air larian di daerah tercebut. Saiah satu alasan yang dapat menjelaskan fenomena ini adalah bahwa sebanyak 20 % luas DAS berada di luar wilayah drainase setiap urutan sub-DAS sehingga tidak cukup hesar untuk mempengaruhi perilaku air larian (Black, 1991).
  • 28. 24 Luas tidaknya DAS akan berpengaruh atas daya tangkap hujan yang akan berpengaruh pada volume air yang tertampung. Semakin besar luas DAS, maka volume air yang dihasilkan juga semakin besar sehingga dengan demikian peluang terjadinya banjir juga semakin besar. Untuk menghitung luas DAS dapat digunakan 3 (tiga) cara, yaitu: (1) planimeter; (2) transparant milimeter paper; dan (3) digitizer computer combination system. Luas DAS dihitung dengan ke A = n (jml kotak) x skala2 x 1 cm2. Pola aliran biasanya berdasarkan seberapa besar tingkat kemiringan DAS. Besarnya kemiringan DAS dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini: dimana: S = kemiringan (slope) dari tinggi permukaan air laut) L = panjang sungai Kemiringan DAS dapat digunakan sebagai faktor penentu kecepatan aliran permukaan dan juga sebagai faktor cepat tidaknya suatu erosi berlangsung. F. Kerapatan Drainase DAS Kerapatan aliran (drainase) adalah panjang aliran sungai per kilometer persegi luas DAS (Asdak, 2007). Besarnya kerapatan DAS seperti tercantum dalam persamaan di bawah ini: dimana: Dd =L/A (1.1) Dd= kerapatan drainase (km/km) L= panjang aliran sungai (km)
  • 29. 25 A= luas DAS (km²) Secara umum semakin besar nilai Dd semakin baik sitem pengaliran di daerah tersebut. Artinya semakin besar jumlah air larian total (semakin kecl infiltrasi), dan semakin kecil air tanah yang tersimpan di daerah tersebut. Dengan demikian Dd mempunyai korelasi dengan perilaku lajur air larian, jumlah air larian yang terjadi dan jumlah air tanah yang tersimpan. Besarnya Dd juga bervariasi, tergantung laju presipitasi, skala peta yang digunakan analisis bentuk DAS, dan ditentukan pada oleh tipe batuan (Escobar dan Rodriquez, 1982; Young dan Stall, 1971 dalam black, 1991 ) Dalam suatu DAS, anak sungai bagian atas akan bersambung dengan anak sungai yang lebih besar dibawahnya. Setiap anak sungai menghasilkan hidrogaf aliran yang menunjukkan respons DAS terhadap curah hujan. Respons tersebut diwujudkan dalam bentuk kurva hidrograv aliran yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk mengevaluasi kondisi hidrologi DAS yang bersangkutan. Ketika satu anak sungai bergabung dengan anak sungai lain dibawahnya , aliran air dari kedua anak sungai tersebut menjadi satu tetapi debit puncak untuk kedua anak sungai tersebut tidak terjadi secara bersamaan. Debit puncak untuk satu anak sungai mungkin telah terlampaui, sementara pada debit anak sugai berikutnya debit puncak akan segera terjadi. Pengaruh ketidaksamaan waktu terjadinya debit puncak pada masing masing anak sungai tersebut telah menurunkan besarnya debit puncak total pada sungai utama (sungai puncak total pada sungai utama (sungai yang menampung kedua anak sungai tersebut). Contoh dibawah ini dapat menjelaskan pernyataan tersebut. Diasumsikan DAS dengan luas 15.540 ha mempunyai tiga anak sungai. Titik pertemuan antara satu anak sungai dengan anak sungai lainnya lebih kurang sama. Katakanlah setiap sub DAS melihatkan daerah tangkapan air seluas 2.590 ha. Sementara sisa daerah tangkapan air lainnya akan langsung mengalir ke sungai utama. Luas ketiga sub DAS tersebut, dengan demikian sama dengan air larian dihasilkan oleh 1cm hujan dengan lama waktu 4 jam. Dengan kata lain, kita hanya tertarik pada hujan efektif yang merupakan bagian curah hujan yang akan muncul sebagai air larian dalam unit Hidrograf. (UHG).
  • 30. 26 Bila curah hujan meliputi seluruh wilayah DAS (15.540 ha) UHG untuk masing masing sub DAS akan mempunyai bentuk yang sama. Tetapi, karena lokasi setiap sub DAS mempunyai jarak berbeda dari titik pengamatan d, dengan demikian, air larian yang datang dari sub-DAS dengan titik pengamatan c lebih cepat dibanding sub DAS b dan a. Perbedaan jarak dari titik d akan menenetukan waktu dan besarnya debit puncak ketika aliran air ketiga sub-DAS tersebut mencapai titik pengamatan d. Gambar 1.11B menunjukkam sumbang air larian sub- DAS a mempunyai debit puncak paling rendah karena letaknya paling jauh dibandingkan sub DAS c dan b. Bila ketiga UHG c,b, dan a dijumlahkan akan membentuk hidrograf abc. Perlu disebutkan bahwa besarnya hidrograf a,b,c hanya setngah dari hidrograf total T (melibatka seluruh wilayah DAS). Tampak bahwa T-UHG adalah dua kali dari hidrograf a,b,c dengan demikian diketahui bahwa hidrograf T terbentuk dari penjumlahan sub DAS seperti pada gambar 1.11A.
  • 31. 27 BAB III PENTUTUP A. Kesimpulan Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi oleh punggung punggung gunung yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke lait melalui sungai utama. Wilayah daratan tersebut dinamakan daerah tangkapan air (DTA atau catchment area) yang merupakan suatu ekosistem dengan unsur utamanya terdiri atas sumber daya alam (tanah, air, dan vegetasi) dan sumberdaya alam. Hidrologi DAS adalah cabang ilmu hidrologi yang mempelajari pengaruh pengelolaan vegetasi dan lahan di daerah tangkapan air bagian hulu (upper caychment) terhadap daur air , termasuk pengaruhnya terhadap erosi, kualitas air, banjir, dan iklim daerah hulu dan hilir. Pengelolaan DAS adalah suatu proses formulasi dan implementasi kegiatan atau program yang bersifat manipulasi sumber daya alam dan manusia yang terdapat di daerah aliran sungai untuk memperoleh manfaat produksi dan jasa tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan sumber daya tanah. Ekosistem adalah suatu sistm ekologi yang terdiri atas komponen komponen yang saling berintegrasi sehingga membentuk suatu kesatuan. Sistem tersebut mempunyai sifat tertentu, tergantung pada jumlah dan jenis komponen yang menyusunnya. Besar kecilnya ukuran ekosistem tergantung pada pandangan dan batas yang diberikan ekositem tersebut, seperti DAS. Ekosistem terdiri dari biotis dan abiotis. Dalam mempelajari ekosistem DAS, daerah aliran sungai biasanya dibagi menjadi daerah hulu, tengah, hilir. Secara biogeofisilk, daerah hulu DAS dicirikan oleh hal hal sebagai berikut :  Merupakan daerah konservasi  Mempunyai kerapatan drainse lebih tinggi  Daerah dengan kemiringan lereng besar (lebih dari 15%)
  • 32. 28  Bukan merupakan daerah banjir  Pengaturan pola pemakaian air ditentukan pola drainse  Jenis vegetasi merupakan tegakan hutan. Secara daerah hilir DAS dicirikan oleh hal hal sebagai berikut :  Merupakan daerah pemnfaatan  Kecepatan drainse lebih kecil  Merupakan daerah dengan kemiringan lereng kecil sampai kurang dari 8%  Pada beberapa tempat merrupakan daerah banjir (genangan)  Pengaturan pemakaian air ditentukan oleh banguan irigasi  Jenis vegetasi di dominasi tanaman pertanian kecuali daerah eustaria yang di dominasi hutan bakau/gambut Sementara daerah aliran sungai bagian tengah merupakan daerah transisi dari kedua karakteristik biogeofisik yang berbeda tersebut di atas Dalam hubungannya dengan sistem hidrologi, DAS memiliki karakteristik yang spesifik/berkaitan dan berhubungan dengan unsur utamanya, seperti jenis tanah, topografi, kemiringan dan panjang lereng. Karakteristik biofisik DAS tersebut dalam merespon curah hujan yang jatuh di dalam wilayah DAS tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap besar- kecilnya evapotranspirasi, infitrasi. perkolasi, air larian, aliran permukaan, kandungan air tanah, dan aliran sungai. B. Saran Kami berharap makalah Hidrologi dan Lingkungan ini dapat memberikan pemahaman bagi para pembacanya. Kami berusaha semaksimal mungkin untuk mengerjakan makalah ini dengan baik dan benar. Memang jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami berharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca makalah kami ini. Sempurna hanya milik Allah swt, tuhan kita semua. Akhir kata kami ucapkan, bila ada salah kata mohon maaf, Wassalamualaikum Wr.Wb.
  • 33. 29 DAFTAR PUSTAKA Asdak,Chay.2010.Hirologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.GADJAH MADA UNIVERSITY PRESS Firmansyah R, Mawardi AH, Riandi MU. 2009. Mudah dan Aktif Belajar Biologi 1. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Subardi, Nuryani, Pramono S. 2009. Biologi 1. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Suwarno. 2002. Panduan Pembelajaran Biologi. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Suharini, Erni dan Abraham Palangan. Geomorfologi: Gaya, Proses dan Bentuk Lahan. Semarang: Widya Karya.